PEMBENTUKAN KONSEP DIRI REMAJA Pembentukan Konsep Diri Remaja Pada Keluarga Jawa Yang Beragama Islam.

PEMBENTUKAN KONSEP DIRI REMAJA
PADA KELUARGA JAWA YANG BERAGAMA ISLAM

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1

Diajukan oleh:

MARLIANA EKA SAPUTRI
F 100 100 039

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

1

agama yang terdapat di keluarga


Latar Belakang Masalah
Konsep

diri

adalah

cara

individu dalam melihat pribadinya
secara utuh, menyangkut fisik,
emosi, intelektual, sosial, dan
spiritual. Termasuk didalamnya
persepsi individu tentang sifat dan
potensi yang dimiliki, interaksi
dengan

orang

lain


maupun

lingkungannya, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan
objek, serta tujuan, harapan dan
keinginan. Konsep diri yang sehat
tidak

sekedar

merupakan
dirinya

tetapi

gambaran

tentang


self).

Apabila

(real

gambaran

positif,

tentang

dirinya,

terutama diri yang dicita-citakan
(ideal self) tidak sesuai kenyataan
dirinya,

maka


kesenjangan
harapkan

akan

antara
dengan

dirinya.

terjadi

diri

yang

kenyataan

Semakin


besar

kesenjangan, semakin besar pula
rasa

tidak

nyaman

yang

ditimbulkan (Sunaryo, 2002).
Telah disebutkan di atas
bahwa konsep diri dipengaruhi
oleh pengalaman dan lingkungan
di mana individu tersebut tinggal.
Termasuk juga kebudayaan dan

tersebut. Menurut Rachim dan
Anshori (2007) dalam praktek

kehidupan sehari-hari salah satu
tata krama yang dijalankan oleh
masyarakat

Jawa

adalah

menghindari ucapan atau sikap
yang

menunjukkan

ketidak

mampuan mengontrol diri dengan
sikap

kasar


langsung.

atau

Al

melawan

Quran

juga

menjelaskan dalam surat An-Nur
ayat

59.

Dalam

ayat


ini

dimaksudkan bahwa dalam Islam
tidak mengenal remaja namun
menyebutnya dengan kata baligh,
yaitu ditandai dengan menarche
(menstruasi

pertama)

pada

perempuan dan mimpi basah pada
laki-laki. Maksud dari ayat ini
adalah bagaimana seseorang anak
yang

telah


mempunyai

baligh
kewajiban

(remaja)
dalam

menjalankan kehidupan seharihari yang berlandaskan agama
Islam, dimana seseorang telah
bertanggung

jawab

perbuatannya

dalam

atas
masalah


pahala dan dosa.
Usia-usia

remaja

merupakan

masa

belajar

disekolah.

Dimana

banyak

2


kesempatan untuk berprestasi di

peneliti

berbagai

PEMBENTUKAN

bidang,

termasuk

mengambil

akademik, mengoptimalkan bakat,

DIRI

mengikuti

KELUARGA

banyak

kegiatan

ektrakulikuler, olahraga dan seni

judul
KONSEP

REMAJA

PADA

JAWA

YANG

BERAGAMA ISLAM.

dan semua yang menyenangkan
Konsep Diri

namun bermanfaat. Konsep diri
juga

memiliki

peranan

penting dalam pencapaian prestasi
belajar siswa. Konsep diri juga
merupakan salah satu faktor yang
berperan
prestasi

dalam
belajar

pencapaian
yang

Sunaryo

yang

bersifat

(2002)

menjelaskan bahwa konsep diri
adalah

cara

individu

dalam

melihat pribadinya secar utuh,
menyangkut

fisik,

emosi,

intelektual, sosial dan spiritual.
Termasuk didalamnya persepsi

internal.

individu tentang sifat dan potensi
Konsep
penelitian

diri
ini

dalam

merupakan

yang dimiliki, interaksi dengan
orang

lain

maupun

pandangan pengetahuan / evaluasi

lingkungannya, nilai-nilai yang

mengenai

yang

berkaitan dengan pengalaman dan

fisik,

objek, serta tujuan, harapan, dan

karakteristik pribadi, kelebihan

keinginan. Konsep diri yang sehat

dan kekurangan.

tidak

mencakup

diri

sendiri

dimensi

Berdasarkan

latar

belakang itulah, peneliti ingin
mengetahui

lebih

mendalam

tentang peran dukungan keluarga
dan

mendiskripsikan

bentuk-

bentuk dukungan keluarga dalam
pembentukan konsp diri remaja
pada

keluarga

Jawa

yang

beragama Islam. mengacu dari
latar

belakang

tersebut

maka

sekedar

merupakan

tetapi

gambaran

(real

dirinya

positif,

gambaran

self).

tentang

tentang
Apabila

dirinya

,

terutama diri yang dicita-citakan
(ideal self) tidak sesuai kenyataan
dirinya,

maka

kesenjangan

akan

antara

diri

terjadi
yang

dicita-citakan dengan kenyataan
dirinya.

Semakin

besar

kesenjangan, semakin besar pula
rasa

tidak

nyaman

yang

3

ditimbulkan (Tim Pustaka Famili,

konsep diri yang dipengaruhi oleh

2006).

lingkungan,

dipengaruhi

oleh

orang-orang sekitar individu, dan
Dari pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa konsep

pandangan individu itu sendiri
terhadap dirinya.

diri adalah bagaimana seseorang
memandang

dirinya

secara

keseluruhan. Termasak tentang
gambaran

tentang

dirinya.

Apabila kenyataan tentang dirinya
tidak sesuai dengan diri yang
dicita-citakan maka besar pula
rasa tidak nyaman yang dimiliki.
Adapun

aspek-aspek

dari

konsep diri yaitu : aspek fisik
meliputi
terhadap

penilaian
segala

individu

sesuatu

yang

dimilikinya; aspek sosial meliputi
bagaimana peranan sosial yang
dimainkan

oleh

individu

dan

sejauh mana penilaian terhadap
kerjanya; aspek moral meliputi
nilai-nilai

dan

Remaja

prinsip-prinsip

yang memberi arti dan arah bagi
kehidupan seseorang; aspek psikis
meliputi pikiran, perasaan dan
sikap individu terhadap dirinya
sendiri.
Sedangkan menurut Stuart
and Sudden (1995) menyatakan
faktor – faktor konsep diri adalah

Masa remaja adalah suatu
periode

transisi

kehidupan

dalam

rentan

manusia,

yang

menjebatani masa kanak-kanak
dengan

masa

dewasa.

Perkembangan di masa remaja
diwarnai

oleh

faktor

interaksi

genetis,

lingkungan

dan

antar

biologis,
sosial.

Tidak

seperti masa kanak-kanak, mereka
dihadapkan pada hal-hal baru dan
tugas

perkembangan

baru.

Hubungan dengan orang tua dapat
terwujud di dalam bentuk yang
berbeda

sebelumnya,

interaksi

dengan

kawan-kawan

menjadi

lebih akrab. Cara berpikir yang
menjadi lebih abstrak dan idealis.
Perubahan tubuh yang terjadi
memicu

minat

terhadap

citra

tubuh (Santrock, 2012).
Menurut Hayes dkk yaitu
kurangnya pengawasan orang tua
jelas akan berhubungan dengan
perilaku
seperti

negatif
anti

pada

remaja
sosial,

4

penyalahgunaan

obat,

dan

Metode Pengumpulan Data

resiko seksual (Robinson dkk,
2010).
Remaja

mengalami

perubahan dalam dirinya, mulai
dari perubahan dalam hubungan
dengan

orang

ketergantungannya

tua,

pada

orang

tua, hingga keinginannya untuk
bebas, juga kematangan hingga
otonomi. Timbul pula perubahan
status, yaitu status sebagai bagian
dari kelurga ke status sebagai
bagian dari kelompok sebaya,
yang kemudian remaja dituntut
untuk mampu
individu

mandiri sebagai

dewasa

Sorenson,

(Mabey dan

dalam Roswiyani,

2005).

Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuesioner terbuka dan
wawancara

sebagai

data

pendukung. Dalam sebagian besar
pendekatan kualitatif, analisis data
tidak dilakukan dalam satu tahap
saja

setelah

data

terkumpul.

Analisis data kualitatif merupakan
proses

sistematis

berlangsung

yang

terus-menerus,

bersamaan dengan pengumpulan
data.

Analisis

data

kualitatif

berkaitan dengan (1) reduksi data
yaitu memilah-milah data yang
tidak beraturan menjadi lebih
teratur dengan cara mengoding,
menyusunnya menjadi kategori

Menurut Schofield dan Bekk
]dalam

Papalia

(memoing)

dan

merangkum

(2009)

menjadi pola susunan sederhana;

menyebutkan bahwa ada 5 hal

(2) Interpretasi yaitu mendapatkan

yang dapat dilakukan orang tua

makna dan pemahaman terhadap

sebagai bentuk perhatian pada

kata-kata dan tindakan partisipan

anak

penelitian

remajanya,

Availability,

yaitu

:

Sensitivity,

konsep

dengan
dan

meunculka
teori

yang

Acceptance, Cooperation, Family

menjelaskan temuan yang ada.

membership.

(Daymon dan Holloway, 2002).

5

Hasil
Tabel 1. Hasil Kategorisasi Kuesioner
No
Kategori
Total
%
A
Gambaran tentang dirinya sendiri
1. Baik
39
46,5 %
2. Bandel
17
22,5 %
3. Pintar
7
8,75 %
4. Dewasa
5
6,25 %
5. 2Cerewet
4
5%
6. Pendiam
4
5%
7. Biasa saja
2
2,5 %
8. Munafik
1
1,25 %
9. Curigaan
1
1,25 %
B
Penilaian remaja tentang penampilan fisik
1. Ideal / sehat secara fisik
52
65 %
2. Kurus / gemuk
11
13,75 %
3. Cantik / tampan
9
11,25 %
4. Biasa saja
3
3,75 %
5. Pendek
3
3,75 %
6. Kurang sempurna
1
1,25 %
Penilaian sering / tidak sering remaja berbincang dengan keluarga dan
C
apa yang dirasakan
1. Sering, saat berkumpul, merasa senang
50
62,5 %
2. Sering, saat santai, merasa tenang
22
27,5 %
3. Tidak sering bercerita karena merasa tidak nyaman
4
5%
4. Tidak sering bercerita tentang diri karena merasa
2
3%
tidak berarti
5. Sering, setiap saat, merasa senang
1
1,25 %
6. Sering, saat menelpon ayah, merasa senang
1
1,25%
7. Tidak sering, saat waktu luang, merasa biasa saja
1
1,25%
D
Gambaran perasaan penting / tidak penting dalam keluarga oleh remaja
1. Merasa penting karena memiliki peran
43
53,75 %
2. Merasa penting karena bagian dari keluarga
31
38,75 %
3. Merasa tidak penting, karena merasa belum
5
6,25 %
memiliki peran
4. Merasa penting,karena sudah cukup umur
1
1,25 %
5. Merasa penting, karena keluarga memperhatikan
1
1,25 %
E
Gambaran keadaan keluarga yang menyenangkan menurut remaja
1. Ketika berkumpul
39
48,75 %
2. Harmonis
26
32,5 %
3. Saling menerima satu sama lain
7
8,75 %
4. Dapat mengerti keadaan subjek
3
3,75 %
5. Berkecukupan
3
3,75 %
6. Ketika berkumpul
39
48,75 %

6

F
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
G
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
H
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
I
1.
2.
3.
4.
5.
J
1.
2.
3.
4.
5.

Dukungan keluarga yang diberikan pada remaja
Motivasi dan perhatian
59
73,75 %
Materi, doa dan motivasi
7
8,75 %
Doa
6
7,5 %
Ilmu
4
5%
Materi
1
1,25 %
Fasilitas dan semangat
1
1,25 %
Materi dan doa
1
1,25 %
Pendapat remaja tentang pemikiran keluarga terhadapnya dan menerima
/ tidak menerima pemikiran tersebut
Baik, menerima
29
36,25 %
Bandel, menerima
Keras kepala, menerima
Pandai, menerima
Pemalu, menerima
Seperti anak kecil, menerima
Nakal, tidak menerima
Kurang pintar, menerima

14
14
9
3
3
2
1

17,5 %
17,5 %
11,25 %
3,75 %
3,75 %
3%
1,25 %

Gambaran remaja tentang pendapat orang tua pada anak remajanya yang
membentuk dirinya
Bersikap baik idaman orang tua
47
58,75 %
Bandel
13
16,25 %
Pintar
10
12,5 %
Keras kepala
4
5%
Boros
2
2,5 %
Cantik
1
1,25 %
Penakut
1
1,25 %
Tegas
1
1,25 %
Nilai budaya Jawa yang diajarkan keluarga dan mempengaruhi
pembentukan diri
Sopan santun
62
77,5 %
Berbahasa krama
12
15 %
Berbakti
4
5%
Adat istiadat
1
1,25 %
Memasak masakan Jawa
1
1,25 %
Nilai agama Islam yang diajarkan keluarga dan mempengaruhi
pembentukan diri
Sholat, mengaji
28
35 %
Sholat, berakhlaq
20
25 %
Sholat, mengaji, berakhlaq
20
25 %
Sholat
8
10 %
Mengaji
4
5%

7

Pembahasan Umum
Sunaryo

(2002)

juga

pembentukan

sikap

dan

menyatakan bahwa fokus individu

kecenderungan berperilaku. Hal

terhadap fisik lebih menonjol

tersebut menunjukkan bahwa bila

pada

cara

hubungan

diri

dengan orang tuanya berjalan baik

usia

individu

remaja

dan

memandang

komunikasi

berdampak penting pada aspek

maka

psikologis. Hal ini sesuai dengan

perkembangan remaja, termasuk

hasil penelitian bahwa remaja

pembentukan

sikap

yang berpikiran

kecenderungan

berperilakunya

bahwa dirinya

akan

remaja

mendorong

dan

sehat atau ideal secara fisik juga

menjadi baik. Seperti dalam hasil

memiliki pemikiran yang baik

penelitian bahwa informan dengan

tentang dirinya.

konsep diri yang positif memiliki

Kemudian peran diri adalah

hubungan yang dekat dengan

sikap dan perilaku serta tujuan

orang tua yaitu dengan bercerita /

yang

berdasarkan

terbuka tentang banyak hal. Juga

posisinya di lingkungan. Konsep

adanya bentuk kedekatan seperti

diri yang baik diikuti dengan

makan bersama, menonton TV

pemikiran bahwa remaja tersebut

dan bercanda.

diharapkan

penting dalam keluarga karena

Juga dalam hasil penelitian

yang

bahwa konsep diri yang baik

dimaksud disini misal didapat dari

diikuti dengan dukungan orang

hasil wawancara yaitu menjaga

tua berupa perhatian dan motivasi.

adik, membantu pekerjaan rumah,

Dengan

dan belajar.

komunikasi antara remaja dan

memiliki

Saad

peran.

Peran

(2003),

hubungan

akomunikasi atau hubungan antar

begitu

hubungan

orang tua mempengaruhi konsep
diri remaja.

remaja dengan orang terdekatnya

Seperti dalam penelitian Idrus

di rumah yakni orang tua sering

(2004) menyatakan bahwa nilai

diwarnai

yang

yang telah diperkenalkan orang

menghambat

tua pada anaknya salah satunya

mendorong

oles
atau

suasana

perkembangan remaja, termasuk

yaitu

bersikap

sopan

santun.

8

Dengan begitu keluarga tidak

Kesimpulan dan Saran

melupakan latar belakang budaya
jawa yang sudah mulai tergeser
dengan budaya barat. Dengan
diajarkannya sopan santun dalam
bersikap juga membentuk konsep
diri

yang

baik

karena

mengajarkan sikap yang baik
untuk berhubungan dengan orang
lain.
Sunaryo (2002) menjelaskan
bahwa konsep diri adalah cara
individu melihat pribadinya secara
utuh menyangkut fisik, emosi,
intelektual, sosial, dan spiritual.
Jadi sebagai seorang muslim yang
baik orang tua mengajarkan nilai
spiritual berupa ibadah sholat dan
mengaji

dalam

membentuk

Mengenai peran dukungan
keluarga

wawancara pada subjek

pembentukan

konsep diri remaja pada keluarga
Jawa yang beragama Islam, dapat
disimpulkan

bahwa

dukungan

keluarga sangat berperan dalam
pembentukan konsep diri remaja,
dimana

keluarga

yang

dapat

membentuk hubungan komunikasi
yang baik antara orang tua dengan
remaja dapat membentuk konsep
diri yang positif, karena konsep
diri berkembang secara bertahap
dan

dipengaruhi

terdekat

yaitu

oleh

orang

keluarga

serta

pandangan diri remaja sendiri
terhadap dirinya.
Mendiskripsikan

konsep diri remaja. Seperti dari
hasil

dalam

bentuk-

bentuk dukungan keluarga Jawa

dengan konsep diri yang baik

yang

dikeluarga tersebut tidak hanya

pembentukan konsep diri remaja

memerintah

untuk

yaitu dukungan dalam bentuk

menjalankan, tapi juga dengan

perhatian, motivasi, nasehat, juga

memberi

fasilitas.

anak

contoh

dengan

cara

beragama

Islam

Namun

dalam

kesemuanya

membiasakan sholat bersama atau

yang terpenting adalah keadaan

dengan memberi contoh sholat di

keluarga

masjid.

bagi

yang

remaja

menyenangkan
yaitu

adanya

perhatian dari orang tua untuk
selalu

berusaha

mengetahui

keadaan remaja tentang apa yang

9

dirasakan

dan

yang

dihadapi

remaja yang memiliki konsep diri

sehingga orang tua senantiasa

negatif

mengontrol

dukungan

anak

remajanya.

selalu

memberikan

terutama

dukungan

Selain itu adalah pemikiran positif

moril berupa perhatian, motivasi,

dari

anak

kasih sayang dan pengarahan pada

itu

akan

anak remajanya.

konsep diri

yang

orang

remajanya

tua

untuk

sehingga

membentuk

Hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan sebagai tambahan

positif pula.
Pada remaja dengan konsep

informasi agar selanjutnya dapat

diri positif harus dipertahankan

meneliti lebih mendalam tidak

perilaku

telah

hanya pada remaja awal, namun

keluarga.

juga tingkat usia berikutnya dan

terbuka

dibiasakan

yang

dalam

Sedangkan pada remaja dengan

melihat

konsep diri negatif seharusnya

berpengaruh seperti status sosial

membiasakan

keluarga.

terbuka,

menceritakan apa saja yang terjadi

faktor

lain

yang

Daftar Pustaka

tua

Daymond, C dan Holloway, I.

selalu dapat mengontrol apa yang

(2002). Metode-metode riset

remaja lakukan. Karena masa

kualitatif.

remaja sangat rentang dengan

Bentang.

padanya,

sehingga

orang

permasalahan kenakalan remaja.

Dan

mempertahankan

bisa
keadaan

Terjemahannya.

Semarang : Ass Syfa.

anak remaja dengan konsep diri
diharapkan

Idrus,

M.(2012).

Pendidikan

karakter pada keluarga jawa.

keluarga yang kondusif untuk

Jurnal

mendukung

Karakter, Tahun II, no. 2.

perkembangan

konsep diri yang positif
memberikan

penilaian

dan
positif.

Sehingga terbentuk konsep diri

:

Departemen Agama RI. Al Quran

Bagi orang tua yang memiliki

positif

Yogyakarta

Pendidikan

M. Saad, H. (2003). Perkelahian
pelajar.

Yogyakarta

:

Galang Press.

remaja.

Papalia, O F. (2009). Human

Sedangkan bagi orang tua dengan

development perkembangan

yang

baik

pada

10

manusia.Jakarta : Salemba

keperawatan.

Humanika
Pustaka Familia. 2006. Konsep
diri

positif,

menentukan

prestasi anak. Yogyakarta :
Kanisius.
Rensi

&

Sunaryo. (2002). Psikologi untuk
Jakarta

Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Santrock, J. (2012). Live span
development, perkembangan
masa hidup . Terjemahan

Sugiarti.

(2010).

oleh

Dukungan sosial, konsep

BenedictineWidyasinta.

diri, dan prestasi belajar

Jakarta : Erlangga.

siswa

smp

:

kristen

yski

Stuart

&

Sundden.

(1995).

semarang. Jurnal Psikologi.

Rinciples and practice of

Vol.3, no.2.

pscychiatric

Rachim, R L,. Nashori, H F.
(2007). Nilai budaya jawa

Missouri : Mosby Year
Book.

dan perilaku nakal remaja
jawa.

Indigenous,

Jurnal

Ilmiah Berkala Psikologi.
Vol. 9, No. 1.
.
Robinson Elly. Power Lindal, dan
David Allan. (2010). “What
works

with

Adolescent”.

ARFC Briefing , no. 16.

nursing.