TANGGAPAN IBU-IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI DI KELURAHAN SUKARAMAI KECAMATAN BINJAI BARAT KOTA BINJAI.

(1)

TANGGAPAN IBU-IBU RUMAH TANGGA TERHADAP

PERNIKAHAN USIA DINI DI KELURAHAN

SUKARAMAI KECAMATAN BINJAI

BARAT KOTA BINJAI

SKRIPSI

OLEH :

STEFFY MARIA C.G NIM 061211310008

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

TANGGAPAN IBU-IBU RUMAH TANGGA TERHADAP

PERNIKAHAN USIA DINI DI KELURAHAN

SUKARAMAI KECAMATAN BINJAI

BARAT KOTA BINJAI

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar sarjana Pendidikan Pada

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

OLEH :

STEFFY MARIA C.G 061211310008

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang diajukan oleh :

STEFFY MARIA C.G NIM. 061211310008

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Telah Dipertahankan Dalam Ujian Skripsi Pada Tanggal 08 Mei 2012 Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Medan, Mei 2012 Panitia Ujian

Ketua, Sekretaris,

Drs. Nasrun, M.S Dra. Hj. Rosdiana, M.Pd


(4)

i ABSTRAK

Steffy Maria C.G. Tanggapan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pernikahan Usia Dini Di Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan, 2012. Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Dampak pergaulan yang terlalu bebas, (2) Kurangnya perhatian orangtua terhadap remaja, (3) Kurang adanya komunikasi yang baik antara anak dengan orangtua, (4)Kondisi sosial ekonomi, (5) Dampak media Komunikasi yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan ibu-ibu rumah tangga terhadap pernikahan usia dini.

Tanggapan dalam penelitian ini adalah penilaian dan penerimaan orangtua (ibu- ibu) rumah tangga terhadap pernikahan remaja di usia dini.

Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif yang diangkat dari Tanggapan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pernikahan Usia Dini. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 190 orang dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 38 orang, yaitu ibu-ibu rumah tangga yang memiliki anak remaja.

Dengan persentase perhitungan pada ibu-ibu rumah tangga dapat diketahui

bahwa Ibu-Ibu rumah tangga memberikan penilaian bahwa konsep atau

pelaksanaan/terjadinya pernikahan usia dini 54,60% disebabkan oleh faktor pengetahuan (tentang reproduksi), faktor budaya (adat istiadat setempat), faktor ekonomi (kurangnya ekonomi keluarga), faktor media (TV, Surat Kabar, VCD, dan lain-lain) faktor ketersediaan sarana-prasarana (Kendaraan Pribadi, Uang Saku), faktor lingkungan keluarga( Orangtua yang selalu membedakan anak-anaknya, Orangtua yang berpisah, dan lain-lain), faktor lingkungan sekolah (Hubungan Guru dengan murid selalu tidak baik) dan lingkungan masyarakat (Teman Sepermainan) sangat berpengaruh terhadap terjadinya pernikahan usia dini. 15,50% ibu-ibu rumah tangga tidak setuju kalau pernikahan usia dini disebabkan oleh faktor-faktor tersebut dan 20,2% ibu-ibu menjawab ragu-ragu akan faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini dan 37,71%. Ibu-ibu tersebut tidak dapat menerima anak remaja mereka yang menikah dini. 37,29% responden dapat menerima anak remaja mereka yang menikah dini dan 28,95% responden ragu-ragu akan hal tersebut.


(5)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. KERANGKA TEORI ... 12

1. Pengertian Tanggapan ... 12

2. Pengertian Pernikahan . ... 16

3. Tujuan Pernikahan ... 20

4. Pengertian pernikahan usia dini ... 23

5. Faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini ... 24

6. Faktor yang mendorong terjadinya pernikahan usia dini .. 37

7. Dampak pernikahan usia dini ... 41

B. KERANGKA KONSEPTUAL... 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 47

B. Populasi dan Sampel ... 47


(6)

vi

2. Sampel ... 48

C. Operasional Variabel Penelitian ... 49

1. Variabel Penelitian ... 49

2. Defenisi Operasional ... 49

D. Teknik Pengumpulan Data ... 50

E. Teknik Analisis Data ... 52

F. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

1. Lokasi Penelitian ... 53

2. Waktu Penelitian ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 54

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 56

1. Variabel Penilaian ... 57

2. Variabel Penerimaan ... 67

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA... 75 Lampiran


(7)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 51

Tabel 2: Waktu Penelitian ... ... 53

Tabel 3: Penilaian ... 57


(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi lengkap dengan teknologinya tentu membawa dampak yang bersifat positif dan tidak sedikit pula dampak negatif yang ditimbulkan. Salah satu kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah para remaja. Kenapa? Tak lain karena mereka memiliki karakteristik sendiri yang unik atau labil, sedang pada taraf mencari identitas, mengalami masa transisi dari remaja menuju status dewasa, dan sebagainya.

Pertumbuhan fisik yang terjadi pada remaja mengakibatkan remaja mengalami kebingungan akan identitas dirinya, satu hal yang pasti tentang aspek-aspek psikologis dari perubahan fisik pada remaja adalah bahwa remaja disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka yang tidak jarang bertentangan dengan orang tua, para pendidik, dan lingkungan sosial. Remaja adalah sosok individu yang sedang dalam proses perubahan dari masa anak ke dewasa. Secara umum dan dalam kondisi normal sekalipun, masa ini merupakan periode yang sulit ditempuh, baik secara individual ataupun kelompok, sehingga remaja sering dikatakan sebagai kelompok umur bermasalah (the trouble teens).

Diberbagai kota besar, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa ulah remaja belakangan ini makin mengerikan dan mencemaskan masyarakat. Mereka tidak lagi sekedar terlibat dalam aktivitas nakal seperti membolos sekolah, merokok, minum minuman keras, atau menggoda lawan jenisnya, tetapi tidak


(10)

2

penggunaan NAPZA, terjerumus dalam kehidupan seksual pranikah, nikah dini dan berbagai bentuk perilaku menyimpang lainnya.

Kehidupan remaja sepertinya tidak pernah terlepas dari persoalan perilaku nikah dini, terlebih remaja kota. Pengaruh informasi global (paparan audio visual) yang semakin mudah diakses diakui atau tidak telah memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman beralkohol, dan penyalahgunaan obat terlarang. Pada akhirnya secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantar mereka pada berperilaku seksual yang berisiko tinggi.

Perilaku nikah dini dikalangan remaja ini tidak hanya terjadi pada remaja yang tidak sekolah saja, akan tetapi fenomena seks pranikah ini juga terjadi pada remaja yang berstatus sebagai pelajar. Dikota-kota besar, kita dapat dengan mudah menyaksikan fenomena ini ditempat-tempat hiburan seperti diskotik, bahkan sampai ditempat-tempat shooping sekalipun kita dapat dengan mudah melihat perilaku para remaja yang sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial.

Tidak jarang kita jumpai sepasang remaja sedang asyik bermesraan di tempat-tempat shooping tanpa menghiraukan orang disekitar dan tanpa malu dengan seragam abu-abu yang dikenakannya. Tidak jarang pula kita jumpai sepasang remaja yang berstatus pelajar dengan asyiknya bermesraan dan

“bercumbu” ditempat-tempat umum seperti bioskop. Tidak jarang juga para remaja yang berstatus pelajar ini menggelar pesta gilanya dirumah atau di kos-kosan. Menurut Sarwono (1994), pernikahan muda atau pernikahan dini banyak terjadi pada masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap


(11)

3

perilaku seksual. Sedangkan, Sanderowitz dan Paxman (Sarwono 1994) menyatakan bahwa pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berfikir secara emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berfikir telah saling mencintai dan siap untuk menikah. Selain itu, faktor penyebab terjadinya pernikahan muda adalah perjodohan orang tua. Perjodohan ini sering terjadi akibat putus sekolah dan akibat dari permasalahan ekonomi.

Rata-rata usia kawin pertama yang rendah dari penduduk suatu daerah mencerminkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dari daerah tersebut. Perempuan dan laki-laki tidak banyak mempunyai alternatif kegiatan lain sehingga menikah muda dan meninggalkan bangku sekolah. Remaja dimungkinkan untuk menikah pada usia dibawah 20 tahun sesuai dengan Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 bahwa usia minimal menikah bagi perempuan adalah 16 tahun dan bagi laki-laki 18 tahun. pada kenyataannya, kematangan seseorang banyak juga tergantung pada perkembangan emosi, latar belakang pendidikan, sosial, dan lain sebagainya.

Perkawinan usia dini memberi dampak peningkatan resiko kehamilan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian maternal dan bayi, meningkatnya infeksi menular seksual atau HIV/AIDS, berkurangnya kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan laju pertumbuhan penduduk, fungsi sosial dan ekonomi yang menurun pada remaja wanita yang kawin muda, serta banyak dampak lain akibat perkawinan usia dini. Dalam melaksanakan pernikahan dijumpai norma-norma dan syarat-syarat yang mengatur pernikahan serta permasalahannya. Dengan dikeluarkannya UU Perkawinan No 1 pasal 1 tahun 1974 pasal 6 dan


(12)

4

diharapkan dapat menampung aspirasi masyarakat yang diharapkan

pelaksanaannya secara murni dan konsekuen.

Pernikahan Dini sepertinya identik sekali dengn pernikahan yang amburadul, yaitu pernikahan dengan masa depan yang suram. Pandangan ini meluas karena pernikahan dini dianggap terjadi karena unsur keterpaksaan atau

“kecelakaan”. Dengan kata lain, pernikahan dini adalah pernikahan yang

dilaksanakan tanpa persiapan yang matang. Bila ada pasangan muda menikah, pernikahan mereka dianggap terlalu dini, terlalu tergesa-gesa, atau digosipkan

akibat “kecelakaan”.

Pandangan ibu-ibu sudah begitu negatifnya terhadap pernikahan dini. Jadi, pemuda-pemudi yang ingin menyegarkan menikah kemungkinan besar akan menghadapi permintaan untuk menunda pernikahan mereka. Pada kenyataannya, pernikahan dini memang merupakan pernikahan yang rentan terhadap masalah. Bukan sekedar akibat pengaruh berita dan film, tapi contohnya kadang kita lihat sendiri di sekitar kita. Mungkin juga kita mendengar cerita yang tidak menyenangkan mengenai pasangan muda dari keluarga atau teman kita sendiri.

Pada akhirnya, masa depan pernikahan dini pun menjadi momok yang menakutkan. Melakukan pernikahan dini itu tidak serta merta membawa dampak negatif. Menyegerakan menikah dapat juga berarti menyegerakan datangnya dampak positif pernikahan ke dalam hidup masing-masing pihak, baik suami maupun istri. Yang perlu diperhatikan pada dasarnya adalah kesiapan seseorang menghadapi pernikahan dan kesiapan seseorang ini tidak harus dikaitkan dengan usia.


(13)

5

Walaupun begitu, disadari bahwa yang terjadi justru sebaliknya. Kalaupun ada pasangan muda yang hidup harmonis namun tidak sedikit yang broken home; dalam arti bahwa pernikahan dini itu penuh resiko. Pola pemikiran ini dipegang oleh sebagian besar masyarakat, termasuk para bakal calon pengantin. Disisi lain juga disadari bahwa tingkat pendidikan seseorang juga akan berpengaruh dengan kematangan dalam bertindak. Dengan kata lain tingkat kematangan seseorang sangat dipengaruhi oleh cara orang itu dididik dan dibesarkan. Dengan pernyataan tersebut, disadari bahwa bagi para remaja masih dibutuhkan pengalaman dan pendidikan sebelum memasuki pernikahan. Dengan pola pendidikan yang tepat, kematangan seseorang sudah mulai terbentuk di usia belasan tahun. Sebaliknya, dengan pola pendidikan yang tidak tepat, kematangan itu tidak akan terbentuk walau usia seseorang sudah lebih dari 25 tahun.

Memahami beberapa kutipan diatas, dapat dikemukakan bahwa pernikahan dini terjadi tanpa memenuhi syarat tersebut. Kenyataan akibat dari beberapa faktor, pernikahan dini masih banyak terjadi.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini, antara lain:

a. Dampak pergaulan yang terlalu bebas

Kehidupan remaja di daerah ini mencerminkan kehidupan remaja yang sangat bebas. Mereka berteman dengan siapa saja tanpa melihat bagaimana tmn yang dekat sama mereka, Mereka selalu berpacaran di tempat-tempat gelap dan sepi. Tidak hanya itu saja, Mereka juga sering mempertontonkan sikap berpacaran mereka yang tidak wajar. Mereka tidak lagi memikirkan tentang bagaimana respon dan sikap orangtua terhadap mereka. Sebagian besar anak remaja, baik


(14)

6

pria maupun wanita di daerah tersebut sering membawa pasangan mereka untuk menginap di rumah mereka selama berhari-hari.

b. Kurangnya perhatian orangtua terhadap remaja.

Orangtua yang terlalu sibuk dengan aktifitasnya sehari-hari

mengakibatkan, orangtua lupa memperhatikan kehidupan anak-anaknya. Orangtua tidak lagi mempunyai waktu untuk bersenda gurau dengan mereka, bahkan bercerita kepada ibu mereka tentang dalam hal-hal yang wajib untuk dibicarakan dan hal yang sangat tabu untuk dibicarakan.

c. Kurang adanya komunikasi yang baik antara anak dengan orangtua.

Hubungan orang-tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak sebaliknya, Orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga, dan anak akan “melarikan diri“ dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.

Orang tua berkewajiban memberikan pelajaran dan keteladanan moral kepada anak-anaknya, termasuk dalam masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi. Sehubungan dengan peran penting pihak orang tua dalam proses pembelajaran reproduksi, seseorang yang melakukan pernikahan dini menyatakan bahwa dirinya memiliki hubungan yang cukup harmonis dengan orang tuanya di rumah. Namun, para remaja mengaku tidak pernah membicarakan masalah reproduksi dan masalah seksualitas secara khusus dengan orang tuanya. Menurutnya, orang tua tidak pernah membicarakan masalah seksual karena


(15)

7

masalah ini dianggap tabu. Pihak orang tua menganggap bahwa itu akan mengetahui masalah seksual dengan sendirinya apabila sudah dewasa.

Komunikasi efektif antara orang tua dengan anak membentuk pola dasar kepribadian anak secara normal dan perkembangan psikologis yang sehat bagi anak, karena merupakan hakekat seorang anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan uluran tangan dari orang tua, orang tualah yang bertanggung jawab dalam mengembangkan keseluruhan eksistensi anak termasuk kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikis sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang ke arah kepribadian yang matang dan harmonis. Selain itu dengan meningkatkan kualitas komunikasi antara orang tua dan anak yaitu menjalin komunikasi secara terbuka serta menunjukkan cinta dan perhatian pada anak juga dapat menghindarkan remaja dari perilaku seksual pranikah, karena remaja memerlukan seseorang yang dapat dipercaya dan dapat diajak membicarakan masalah-masalah yang menekan mereka.

d. Kondisi Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi tentunya mempunyai peran terhadap perkembangan anak, dengan perekonomian yang cukup, maka anak-anak mereka mempunyai kesempatan yang luas, seperti mendapatkan pendidikan dan kebutuhan hidup anggota terpenuhi. Lain halnya dengan keadaan sosial ekonomi orang tua yang kurang mencukupi kebutuhan keluarga, anak-anak mereka tidak mempunyai kesempatan luas, seperti sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Beban orang tua akan semakin berat untuk mencukupi kebutuhan anggota keluarga atau anak-anak mereka. Untuk mengurangi beban orang tua yang berasal dari ekonomi yang


(16)

8

rendah mereka akan cepat-cepat menikahkan anaknya khususnya anak gadisnya yang belum cukup umur untuk menikah.

e. Dampak media Komunikasi (siaran/berita)

Paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), dinilai banyak menyuguhkan materi pornografi dan pornoaksi secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kesan yang mendalam dan gambaran psikoseksual yang salah, serta dapat mendorong timbulnya libido seksual remaja, bahkan materi pornografi dan pornoaksi dijadikan referensi oleh remaja untuk melakukan seksual pranikah. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa tersebut. Kajian tentang pemanfaatan waktu luang dikalangan remaja menunjukkan bahwa sebagian besar remaja menghabiskan waktu luangnya untuk menonton TV (86% pada anak laki-laki, dan 90% pada anak perempuan. Remaja umumnya telah berani menyetel VCD porno secara bersama-sama di rumah teman mereka apabila orang tuanya tidak ada. Sesuai dengan temuan Soetjiningsih (1998), anak-anak remaja yang berstatus sebagai pelajar SLTP diketahui menghabiskan sebagian besar waktunya di depan TV. Apabila tidak ada filter (daya tahan) yang baik pada diri remaja, mereka bisa terseret arus dari paket tayangan TV yang tidak selalu bernilai edukatif.

Pengaruh eksternal, khususnya film VCD porno perlu mendapat perhatian dewasa ini, kaset VCD porno sudah menjadi barang biasa dan mudah didapatkan. Keberadaan VCD porno yang benyak beredar dipasaran belum mendapatkan perhatian tersendiri oleh aparat yang berwenang. Belum ada tindakan proaktif


(17)

9

secara konsisten dan berkelanjutan untuk merazia keberadaan VCD porno itu. Upaya razia segala bentuk pornografi, baik yang berupa bahan bacaan maupun VCD porno yang dilakukan oleh pihak berwenang, belum berhasil ditegakkan secara konsisten dan berkesinambungan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis sangat tertarik untuk meneliti

tentang “Tanggapan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pernikahan Usia Dini di

Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut :

1. Dampak pergaulan yang terlalu bebas

2. Kurangnya perhatian orangtua terhadap remaja

3. Kurang adanya komunikasi yang baik antara anak dengan orangtua 4. Kondisi sosial-ekonomi

5. Dampak media komunikasi

C. Batasan Masalah

Banyak masalah diatas, tapi salah satu yang menjadi faktor terjadinya Pernikahan dini adalah tentang bagaimana perhatian / tanggapan orangtua terhadap pernikahan usia dini. Walau faktor lain banyak, tetapi ada pengawasan yang ketat, ada perhatian dari orangtua maka hal tersebut tidak akan terjadi.


(18)

10

Untuk itu, penulis membatasi masalah dalam penelitian ini adalah sebatas untuk mencari tanggapan ibu-ibu rumah tangga terhadap pernikahan usia dini di

Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai”.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Tanggapan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pernikahan Usia Dini di Kelurahan Sukaramai

Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana tanggapan ibu-ibu rumah tangga mengenai pernikahan usia dini pada anak remaja di bawah usia 18 tahun di Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai.


(19)

11

F. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, maka manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan pada instansi terkait sehingga dapat dilakukan program yang sesuai dalam mencegah dan mengatasi dampak-dampak pernikahan usia dini.

2. Manfaat Teoritis, dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian- penelitian selanjutnya


(20)

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil analisis data,dapat disimpulkan bahwa tanggapan ibu-ibu rumah tangga di kelurahan dapat dilihat dari tiga hal berikut ini:

a. Penilaian

Berdasarkan data yang diperoleh dari angket yang telah diberikan kepada ibu-ibu rumah tangga menyangkut penilaian ibu-ibu-ibu-ibu rumah tangga terhadap pernikahan usia dini sehingga menghasilkan sebuah tanggapan yang sesuai dengan alternatif jawaban sesudah diadakan tabulai terhadap 38 responden yaitu seluruh ibu-ibu rumah tangga rata-rata lebih dominan memilih jawaban

“A”, yaitu 54,60%. Ibu-ibu rumah tangga memberikan penilaian bahwa

konsep atau pelaksanaan/terjadinya pernikahan usia dini banyak disebabkan oleh faktor pengetahuan, faktor budaya, faktor ekonomi, faktor media, faktor ketersediaan sarana-prasarana, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap terjadinya pernikahan usia dini. Ibu-ibu tersebut setuju kalau pernikahan usia dini disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. 15,50% ibu-ibu rumah tangga tidak setuju kalau pernikahan usia dini disebabkan oleh faktor-faktor tersebut dan 20,2% ibu-ibu menjawab ragu-ragu akan faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini.


(21)

78

b. Penerimaan

Berdasarkan data yang diperoleh dari angket yang telah diberikan kepada ibu-ibu rumah tangga menyangkut penerimaan ibu-ibu-ibu-ibu rumah tangga terhadap anak remaja mereka yang menikah di usia dini sehingga menghasilkan sebuah tanggapan yang sesuai dengan alternatif jawaban sesudah diadakan tabulai terhadap 38 responden yaitu seluruh ibu-ibu rumah tangga rata-rata lebih

dominan memilih jawaban “A”, yaitu 37,71%. Ibu-ibu tersebut tidak dapat

menerima anak remaja mereka yang menikah dini. 37,29% responden dapat menerima anak remaja mereka yang menikah dini dan 28,95% responden ragu-ragu akan hal tersebut.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran penulis yaitu:

1. Hendaknya Ibu-ibu rumah tangga memberikan pengarahan kepada anak remaja mereka pengetahuan tentang reproduksi dan berpacaran yang baik. Selain itu juga ibu-ibu harus memantau kehidupan sehari-hari anak remaja mereka. Ibu-ibu juga harus memperhitungkan dalam pemberian uang saku 2. Ibu-ibu tidak dapat menerima, menghukum, dan mencegah supaya hal tersebut


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Amrillah, A.A., Hertinjung, W.S., Prasetyaningrum. 2006. Hubungan Antara Pengetahuan Seksualitas Dan Kualitas Komunikasi Orang Tua – Anak Dengan Perilaku Seksual Pranikah. Jakarta:Mutiara Sumber Widya.

Arikunto, Suharsimi. 1996 . Prosedur Penelitian Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka . . 2003 . Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsiama. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Dalyono, M. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hurlock, E. B. 1992. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

http://www.kompas.com. Adat Kawin Muda Menghambat Kemajuan Perempuan di Jatim. Diakses. 28 Desember 2010, 15:00 WIB

http:/www.pikas.bkkbn.go.id. TV dan Internet beri Andil Meledaknya Angka Seks Pranikah. Diakses. 20 Mei 2011, 13:45 WIB

http://www.pikiran rakyat.co.id//webmail. Plus Minus Menikah Muda. Diakses : 18 November 2007, 09:30 WIB

http:/hqweb01.bkkbn.go.id/hgweb/ceria/. Remaja Lakukan Hubungan Seksual di Tempat Kos. Diakses 15 Oktober 2011, 16:30 WIB

http:/www.e-psikologi.com/remaja/index.htm. Beberapa Permasalahan Remaja. Diakses 30 November 2011, 20:30 WIB.

J. Gode, william. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Miqdad, A. A. A. 2001. Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Hukum Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Nugraha, B. D. 2002. Perlukah Pendidikan Seks Dibicarakan Sejak Dini? Yogyakarta: Rineke Cipta


(23)

Oekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Keluarga. Ikhwal Keluarga, Remaja, dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Saringedyanti, E. 1991. Pendidikan Seks Untuk Anak. Jakarta : Puspa Warna. Vembriarto, ST. 1997. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Paramita.

Yusuf, Syamsu. 2002. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.


(1)

Untuk itu, penulis membatasi masalah dalam penelitian ini adalah sebatas untuk mencari tanggapan ibu-ibu rumah tangga terhadap pernikahan usia dini di Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai”.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Tanggapan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pernikahan Usia Dini di Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana tanggapan ibu-ibu rumah tangga mengenai pernikahan usia dini pada anak remaja di bawah usia 18 tahun di Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai.


(2)

11

F. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, maka manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan pada instansi terkait sehingga dapat dilakukan program yang sesuai dalam mencegah dan mengatasi dampak-dampak pernikahan usia dini.

2. Manfaat Teoritis, dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian- penelitian selanjutnya


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil analisis data,dapat disimpulkan bahwa tanggapan ibu-ibu rumah tangga di kelurahan dapat dilihat dari tiga hal berikut ini:

a. Penilaian

Berdasarkan data yang diperoleh dari angket yang telah diberikan kepada ibu-ibu rumah tangga menyangkut penilaian ibu-ibu-ibu-ibu rumah tangga terhadap pernikahan usia dini sehingga menghasilkan sebuah tanggapan yang sesuai dengan alternatif jawaban sesudah diadakan tabulai terhadap 38 responden yaitu seluruh ibu-ibu rumah tangga rata-rata lebih dominan memilih jawaban “A”, yaitu 54,60%. Ibu-ibu rumah tangga memberikan penilaian bahwa konsep atau pelaksanaan/terjadinya pernikahan usia dini banyak disebabkan oleh faktor pengetahuan, faktor budaya, faktor ekonomi, faktor media, faktor ketersediaan sarana-prasarana, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap terjadinya pernikahan usia dini. Ibu-ibu tersebut setuju kalau pernikahan usia dini disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. 15,50% ibu-ibu rumah tangga tidak setuju kalau pernikahan usia dini disebabkan oleh faktor-faktor tersebut dan 20,2% ibu-ibu menjawab ragu-ragu akan faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini.


(4)

78

b. Penerimaan

Berdasarkan data yang diperoleh dari angket yang telah diberikan kepada ibu-ibu rumah tangga menyangkut penerimaan ibu-ibu-ibu-ibu rumah tangga terhadap anak remaja mereka yang menikah di usia dini sehingga menghasilkan sebuah tanggapan yang sesuai dengan alternatif jawaban sesudah diadakan tabulai terhadap 38 responden yaitu seluruh ibu-ibu rumah tangga rata-rata lebih dominan memilih jawaban “A”, yaitu 37,71%. Ibu-ibu tersebut tidak dapat menerima anak remaja mereka yang menikah dini. 37,29% responden dapat menerima anak remaja mereka yang menikah dini dan 28,95% responden ragu-ragu akan hal tersebut.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran penulis yaitu:

1. Hendaknya Ibu-ibu rumah tangga memberikan pengarahan kepada anak remaja mereka pengetahuan tentang reproduksi dan berpacaran yang baik. Selain itu juga ibu-ibu harus memantau kehidupan sehari-hari anak remaja mereka. Ibu-ibu juga harus memperhitungkan dalam pemberian uang saku 2. Ibu-ibu tidak dapat menerima, menghukum, dan mencegah supaya hal tersebut


(5)

Ali, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Amrillah, A.A., Hertinjung, W.S., Prasetyaningrum. 2006. Hubungan Antara

Pengetahuan Seksualitas Dan Kualitas Komunikasi Orang Tua – Anak

Dengan Perilaku Seksual Pranikah. Jakarta:Mutiara Sumber Widya. Arikunto, Suharsimi. 1996 . Prosedur Penelitian Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka . . 2003 . Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsiama. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Dalyono, M. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hurlock, E. B. 1992. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

http://www.kompas.com. Adat Kawin Muda Menghambat Kemajuan Perempuan di Jatim. Diakses. 28 Desember 2010, 15:00 WIB

http:/www.pikas.bkkbn.go.id. TV dan Internet beri Andil Meledaknya Angka Seks Pranikah. Diakses. 20 Mei 2011, 13:45 WIB

http://www.pikiran rakyat.co.id//webmail. Plus Minus Menikah Muda. Diakses : 18 November 2007, 09:30 WIB

http:/hqweb01.bkkbn.go.id/hgweb/ceria/. Remaja Lakukan Hubungan Seksual di Tempat Kos. Diakses 15 Oktober 2011, 16:30 WIB

http:/www.e-psikologi.com/remaja/index.htm. Beberapa Permasalahan Remaja. Diakses 30 November 2011, 20:30 WIB.

J. Gode, william. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Miqdad, A. A. A. 2001. Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Hukum Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Nugraha, B. D. 2002. Perlukah Pendidikan Seks Dibicarakan Sejak Dini? Yogyakarta: Rineke Cipta


(6)

Oekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Keluarga. Ikhwal Keluarga, Remaja, dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Saringedyanti, E. 1991. Pendidikan Seks Untuk Anak. Jakarta : Puspa Warna. Vembriarto, ST. 1997. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Paramita.

Yusuf, Syamsu. 2002. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.