Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Postpartum di Wilayah Bromo Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai

(1)

PER PO PRO RSPEKTIF OSTPARTU GRAM D-I BUDAYA M UM DI WIL

KECAM KAR IV BIDAN UNIVERS MINANG T LAYAH BR MATAN M NELVA NIM : 115

RYA TULI PENDIDIK SITAS SUM TERHADA ROMO KE MEDAN DE RIZA 5102085 IS ILMIAH K FAKULT MATERA U AP PERAW ELURAHAN ENAI H TAS KEPE UTARA WATAN IB N BINJAI ERAWATA U AN


(2)

(3)

Judul : Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Post Partum di Wilayah Bromo Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai

Nama : Nelva Riza

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU

Tahun : 2012

ABSTRAK

Latar belakang : Masa nifas merupakan masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan, seperti perawatan postpartum yang dilakukan oleh suku minang. Oleh sebab itu, informasi tentang perawatan masa nifas suku minang merupakan hal yang harus diketahui oleh tenaga kesehatan untuk memudahkan pemberian pelayanan kesehatan

Tujuan penelitian : untuk mengidentifikasi dan mengetahui cara perawatan postpartum menurut budaya minang di Wilayah Bromo Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain kualitatif fenomenologi. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 5 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam dengan menggunakan alat perekam suara. Pengumpulan data dihentikan pada saat telah mencapai saturasi data. Hasil : Penelitian ini menemukan bahwa karakteristik dari partisipan bersuku minang asli, usia 25-35 tahun, beragama islam, tiga partisipan berpendidikan SMP, dua partisipan berpendidikan SMA, empat partisipan bekerja sebagai ibu rumah tangga, satu partisipan bekerja sebagai wiraswasta. perawatan postpartum budaya minang meliputi: (1). Meletakkan lidi dibawah tempat tidur dan menggunakan sembur-sembur, (2). Pemakaian gurita, (3). Minum jamu-jamuan setelah melahirkan, (4). Kusuk setelah melahirkan, (5). Cebok dengan Menggunakan rebusan sirih, (6). Minum telur ayam kampung dicampur dengan kopi dan minum daun pepaya (7). Makan sayur daun katuk, jantung pisang dan sawi.

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi petugas pelayanan kesehatan khususnya bidan dan dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi penelitian berikutnya.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah, atas kebesaran dan kuasa-Nya yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Postpartum di Wilayah Bromo Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Pelaksana Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Dina Indarsita, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, memberikan arahan, bimbingan, dan masukan selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.


(5)

4. dr. Rina Amelia, MARS selaku penguji I dan Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku penguji II yang telah menyediakan waktu, memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam rangka perbaikan karya tulis ini.

5. Seluruh dosen, staf, dan pegawai administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan.

6. Keluarga tercinta, teristimewa kepada Ayahanda Armansyah dan Ibunda Rawanan, kepada kakak dan adik saya yang telah memberikan dukungannya dengan perhatian, pengertian, kasih sayang, cinta, dan do’a.

7. Teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU T.A 2011/2012. Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih memerlukan perbaikan untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini.

Medan, Juni 2012 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian . ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Postpartum ... ... 8

1. Pengertian Postpartum ... 8

2. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Postpartum ... 8

3. Tahapan Masa Postpartum ... 9

4. Kebijakan Program Masa Postpartum... 9

B. Kebutuhan Dasar Perawatan Postpartum ... 10

C. Perubahan Fisiologi pada Masa Postpartum... 12

1. Perubahan Sistem Reproduksi... 12

2. Perubahan pada Sistem Pencernaan... ... 13

3. Perubahan Perkemihan... ... 13

4. Perubahan dalam Sistem Endokrin... . 14


(7)

D. Adaptasi Psikologis Ibu Postpartum ... . 16

E. Tanda-Tanda Bahaya dan Komplikasi pada Masa Postpartum... ... 17

F. Konsep Budaya dalam Perawatan Postpartum ... 18

1. Konsep Budaya ... 18

2. Konsep Budaya Minang Tentang Perawatan Postpartum... 20

G. Fenomenologi ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian……… ... 24

B. Populasi dan Sampel ... 24

C. Tempat Penelitian………. 25

D. Waktu Penelitian……… ... 25

E. Pertimbangan Etika Penelitian ………... 26

F. Instrumen Penelitian ……….... 27

G. Prosedur Pengumpulan Data .……… .. 27

H. Analisis Data ……….... ... 28

I. Tingkat Keabsahan Data ……… ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

B. Hasil Wawancara ... 32

1. Filosofi Kesehatan Suku Minang tentang postpartum ... 32

2. Nilai-nilai yang Mendasari Praktek Budaya Minang dan Dalam Perawatan postpartum...33

C. Pembahasan...43

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ...44


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...52

B. Saran... 53

a. Pelayanan Kebidanan ...53

b. Bagi Masyarakat ... 54

c. Penelitian Kebidanan ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Informan Lampiran 3 : Data Demografi Informan

Lampiran 4 : Panduan Wawancara

Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 6 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 7 : Balasan Surat Izin Penelitian


(11)

Judul : Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Post Partum di Wilayah Bromo Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai

Nama : Nelva Riza

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU

Tahun : 2012

ABSTRAK

Latar belakang : Masa nifas merupakan masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan, seperti perawatan postpartum yang dilakukan oleh suku minang. Oleh sebab itu, informasi tentang perawatan masa nifas suku minang merupakan hal yang harus diketahui oleh tenaga kesehatan untuk memudahkan pemberian pelayanan kesehatan

Tujuan penelitian : untuk mengidentifikasi dan mengetahui cara perawatan postpartum menurut budaya minang di Wilayah Bromo Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain kualitatif fenomenologi. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 5 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam dengan menggunakan alat perekam suara. Pengumpulan data dihentikan pada saat telah mencapai saturasi data. Hasil : Penelitian ini menemukan bahwa karakteristik dari partisipan bersuku minang asli, usia 25-35 tahun, beragama islam, tiga partisipan berpendidikan SMP, dua partisipan berpendidikan SMA, empat partisipan bekerja sebagai ibu rumah tangga, satu partisipan bekerja sebagai wiraswasta. perawatan postpartum budaya minang meliputi: (1). Meletakkan lidi dibawah tempat tidur dan menggunakan sembur-sembur, (2). Pemakaian gurita, (3). Minum jamu-jamuan setelah melahirkan, (4). Kusuk setelah melahirkan, (5). Cebok dengan Menggunakan rebusan sirih, (6). Minum telur ayam kampung dicampur dengan kopi dan minum daun pepaya (7). Makan sayur daun katuk, jantung pisang dan sawi.

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi petugas pelayanan kesehatan khususnya bidan dan dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi penelitian berikutnya.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Minangkabau merupakan penganut agama Islam yang taat. Seluruh kehidupan masyarakatnya sangat dipengaruhi oleh sendi-sendi Agama Islam. Mereka boleh dikatakan tidak mengenal unsur-unsur kepercayaan lain, kecuali apa yang diajarkan oleh Islam. Garis keturunan masyarakat Minangkabau yang dianut adalah garis keturunan Matrilineal, yaitu seorang yang masuk keluarga ibunya, bukan keluarga ayahnya (Mulyadi, 2000).

Kesatuan keluarga dalam masyarakat minangkabau terdiri atas tiga macam kesatuan kekerabatan, yaitu Paruik, kampuang dan suku. Kepentingan suatu keluarga diurus oleh laki-laki dewasa dari keluarga tersebut yang bertindak sebagai ninik mamak. Suku dalam sistem kekerabatan minangkabau menyerupai klen matrilineal, dan jodoh harus dipilih dari luar suku. Dalam adat, diharapkan adanya perkawinan dengan anak perempuan mamaknya atau anak perempuan saudara perempuan ayahnya (Mulyadi, 2000).

Setiap kebudayaan memiliki kebudayaan mengenai ramuan atau bahan obat-obatan yang dapat digunakan saat hamil telah merasakan akan melahirkan sang bayi. Umumnya bahan obat-obatan itu terdiri dari ramu-ramuan yang diracit dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, seperti daun-daunan, akar-akaran atau bahan-bahan lainnya


(13)

yang diyakini berkhasiat sebagai penguat tubuh atau pelancar proses persalinan (Swasono, 2011).

Masa nifas merupakan masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).

Perawatan setelah melahirkan dilakukan oleh masyarakat kerinci, bayi yang baru dilahirkan dimandikan dengan air yang dicampur dengan perasan jeruk (limau), agar bayi bersih dari darah dan kotoran lain. Balian (penolong bersalin) mengupayakan agar sedapat mungkin bayi dimandikan dengan air panas, namun mereka juga mengatakan sering memandikan bayi dengan air dingin, karena keadaan di rumah tempat bayi dilahirkan tidak memungkinkan. Air yang digunakan untuk memandikan bayi ini diambil dari pancuran atau air” bersih” yang mengalir di dekat rumah. Menurut masyarakat, air jeruk sudah cukup untuk menjaga kebersihan. Setelah dilap dan dikeringkan dengan kain dan juga kapas, bila tersedia, bayi kemudian dibungkus (dibadung) dengan kain bersih itu menandakanbahwa ia adalah “orang baru”. Tujuan lainnya ialah agar tidak Takajang (terkejut) dan badannya tak terlalu keras bergoyang (Swasono, 2011).

Pada masyarakat kerinci saat bayi hampir lahir, pelusuh (sarana untuk memperlancar lahirnya bayi) terdiri dari : Telur ayam mentah yang dikocok dengan


(14)

diberi doa. Setelah ketuban pecah, ibu diberi minyak kelapa untuk diminumkan. Tujuannya adalah untuk memberi semangat kepada ibu. Pada saat bayi telah lahir, terdapat pula ramuan-ramuan yang ditujukan bagi perawatan ibu melahirkan. Bahan-bahan ramuan itu digunakan untuk bebagai macam tujuan, antara lain untuk mengembalikan tenaga, untuk memperkuat tubuh sang ibu, mengembalikan fungsi-fungsi tubuh menjadi seperti sebelum ia hamil, membersihkan tubuh dari nifas dan zat-zat dianggap kotor lainnya, serta mengembalikan bentuk tubuh dalam konteks keindahan tubuh (Swasono, 2011).

Menurut Rahmi (2011), beberapa ibu yang bersuku Minang, perawatan postpartum menurut budaya Minang meliputi: minum telur ayam kampung dan kopi (3 orang), minum daun pepaya dan asam jeruk nipis (3 orang), penguapan dari bahan rempah-rempah atau betangeh (3 orang), duduk di atas batu bata (2 orang), tapal perut beserta pemakaian gurita (3 orang), minum asam jawa, gula merah dan kunyit (3 orang), membersihkan alat kelamin dengan air rebusan daun sirih (3 orang).

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih termasuk yang tinggi dibandingkan negara-negara di Asia. Data SDKI tahun 2007 mencatat AKI di Indonesia mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sesuai target MDGs, AKI harus diturunkan sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk dapat mencapai target MDGs, diperlukan terobosan dan upaya keras dari seluruh pihak, baik Pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat (Depkes, 2011).


(15)

Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi. Kasus 3 Terlambat meliputi :Terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan, Terlambat dirujuk, Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Depkes, 2011).

Berdasarkan Riskesdas 2010, masih cukup banyak ibu hamil dengan faktor risiko 4 Terlalu, yaitu:Terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%,Terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6%, Terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8%, Terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun).

Hasil Riskesdas juga menunjukkan bahwa cakupan program kesehatan ibu dan reproduksi umumnya rendah pada ibu-ibu di pedesaan dengan tingkat pendidikan dan ekonomi rendah. Secara umum, posisi perempuan juga masih relatif kurang menguntungkan sebagai pengambil keputusan dalam mencari pertolongan untuk dirinya sendiri dan anaknya. Ada budaya dan kepercayaan di daerah tertentu yang tidak mendukung kesehatan ibu dan anak. Rendahnya tingkat pendidikan dan


(16)

ekonomi keluarga berpengaruh terhadap masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang pada akhirnya terkait dengan kematian ibu dan bayi (Depkes, 2011).

Berdasarkan data dari BPS tahun 2007, penduduk Sumatera Utara berjumlah 12.834.371 jiwa. Dari dari segi etnisitias, penduduk Sumatera Utara terdiri atas: Tapanuli/Toba sebanyak 2.948.264 (25,62 %), Mandailing 1.296.518 (11,27 %), Nias 731.620 (6,36 %), Melayu 674.122 (5,86 %), Karo 585.173 (5,09 %), Simalungun 234.515 (2,04 %), Pakpak 83.866 (0,73 %), Jawa sebanyak 3.843.602 orang atau 33,40 %, Minang 306.550 (2,66 %), Aceh 111.686 (0,97 %), Tionghoa 311.779 (2,71 %).

Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan disamping faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan atau adat-istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas (Syafrudin, 2010).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di rumah bersalin dina wilayah bromo kelurahan binjai kecamatan medan denai jumlah ibu melahirkan suku minang Januari-Desember 2011 berjumlah 136 orang.


(17)

Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai perspektif budaya minang terhadap perawatan ibu postpartum di wilayah bromo kelurahan binjai kecamatan medan denai. gunanya agar untuk mengetahui lebih jelas dan rinci mengenai perspektif budaya minang terhadap perawatan ibu postpartum di wilayah bromo kelurahan binjai kecamatan medan denai.

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan pada penelitian adalah Bagaimana perspektif budaya minang terhadap perawatan ibu postpartum di wilayah bromo kelurahan binjai kecamatan medan denai?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi dan mengetahui cara perawatan ibu postpartum menurut budaya minang di wilayah bromo kelurahan binjai kecamatan medan denai.

D. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian yang diperoleh dan diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi sumber pengetahuan bagi pelayanan kebidanan dalam memberikan asuhan


(18)

yang lebih menyeluruh pada ibu postpartum, sehingga dapat memberikan dampak kesehatan yang menguntungkan bagi ibu yang sedang dalam masa postpartum. 2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadikan sebagai bekal bagi masyarakat minang serta untuk mengetahui secara jelas terhadap perawatan postpartum dan mengubah kebiasaaan yang dapat merugikan bagi kesehatan ibu dan bayi.

3. Penelitian Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk penelitian selanjutnya, mengenai perspektif budaya minang terhadap perawatan ibu postpartum di wilayah bromo kelurahan binjai kecamatan medan denai.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Postpartum

1. Pengertian Postpartum

Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).

Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian yang penting, Mulai dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis menghadapi keluarga baru dengan kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbul masalah atau penyulit, yang bila tidak ditangani segera dengan efektif akan dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu, sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau oleh bidan (Syafrudin & Fratidhini, 2009).

2. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam masa postpartum

Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu, dan Mengadakan kolaborasi antara orang tua dan keluarga.


(20)

3. Tahapan Masa Postpartum Adapun tahapan-tahapan masa postpartum adalah : (1). Puerperium dini : Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan.(2). Puerperium intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira 6-8 minggu.(3). Remot puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Suherni, 2009).

4. Kebijakan Program Nasional Nifas

Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa nifas, ada beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan): Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk bila perdarahan berlanjut; Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; Pemberian ASI awal; Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir; Menjaga bayi tetap sehatdengan cara mencegah hipotermi; Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat.


(21)

Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan): Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau; Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal; Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat; Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit; Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

Kunjunan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), sama seperti kunjungan hari keenam. dan Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan): Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami; Memberikan konseling untuk KB secara dini (Suherni, 2011).

B. Kebutuhan Dasar Perawatan Postpartum

Nutrisi dan cairan Pada masa postpartum masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi seperti mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup, dan minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.


(22)

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum telentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.

Eliminasi Dalam 6 jam ibu post partum harus sudah bisa BAK spontan. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih tau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu 8 jam untuk kateterisasi.

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar setelah hari kedua postpartum. Bila lebih dari tiga hari belum BAB bisaa diberikan obat laksantia. Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB. Asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi serat sangat dianjurkan.

Personal higiene sangat penting dilakukan Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).

Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan


(23)

kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk menyusui bayinya nanti (Jannah, 2011).

Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyaknya budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa waktu 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tersebut tergantung pada pasangan yang bersangkutan (Jannah, 2011).

Senam nifas dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperkuat otot panggul dan membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca melahirkan (Suherni, 2009).

C. Perubahan Fisiologis Masa Postpartum 1. Perubahan Sistem Reproduksi

Perubahan Uterus Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasental site) sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus, mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi


(24)

sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil).

Perubahan vagina dan perineum Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. Terjadi robekan perineum pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik (Suherni, 2009).

2. Perubahan pada Sistem Pencernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal ini umumnya karena makan padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan juga pada ibu dalam masa laktasi (Saleha, 2009).

3. Perubahan Perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada (1) Keadaan/status sebelum persalinan (2) lamanya partus kala II dilalui (3) besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia diding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi


(25)

(extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah di dalam badan) kemukosa. (Suherni, 2009).

4. Perubahan dalam Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut.

Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.

Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjer bawah depan otak yang mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.

Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Di samping itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul,


(26)

5. Perubahan Tanda- tanda Vital

Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-lain.

Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Takhikardia kurang sering terjadi, bila terjadi berhubungan dengan peningkatan kehilangan darah dan proses persalinan yang lama.

Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan. Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut.

Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009).


(27)

D. Adaptasi Psikologi Ibu Postpartum

Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu, masa nifas juga merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan antara ibu dan bayi yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa menumbuhkan rasa kasih sayang kepada bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui, mengganti popok saja tapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium, menimang sehingga kasih sayang ibu dapat terus terjaga.

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :(1). Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.(2). Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnyadalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu


(28)

Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat bpada fase ini. Ibu akan percaya diri dalam menjalani peran barunya.

E. Tanda-Tanda Bahaya dan Komplikasi Pada Masa Postpartum

Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan. Oleh karena itu, penting bagi bidan/perawat untuk memberikan informasi dan bimbingan pada ibu untuk dapat mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas yang harus diperhatikan. Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas ini adalah : (1). Demam tinggi hingga melebihi 38°C. (2). Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk.(3). Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, serta nyeri ulu hati. (4). Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam dan lain-lainya.

Komplikasi Yang Mungkin Terjadi Pada Masa Postpartum, Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.Sementara itu yang dimaksud dengan Febris Puerperalis adalah demam sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca pesalinan, kecuali pada hari pertama. Tempat-tempat umum


(29)

terjadinya infeksi yaitu rongga pelvik: daerah asal yang paling umum terjadi infeksi, Payudara, Saluran kemih, Sistem vena.

Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin. Perdarahan nifas dibagi menjadi dua yaitu :(1).Perdarahan dini, yaitu perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dan dalam 24 jam pertama persalinan. Disebabkan oleh : atonia uteri, traumdan laserasi, hematoma.(2). Perdarahan lambat/lanjut, yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam. Faktor resiko : sisa plasenta, infeksi, sub-involusi.

F. Konsep Budaya Dalam Perawatan Post Partum 1. Konsep Budaya

Budaya berasal dari bahasa sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada juga ahli yang mengatakan bahwa budaya berasal dari kata budi-daya yang berarti daya dari budi. Jadi, kata budaya atau daya dari budi itu berarti cipta, karsa, dan rasa (Mulyadi, 2000).

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan manusia sebagai mahkluk Bio-Psiko-Sosial-Spritual yang utuh dan unik. Teori kebutuhan manusia, memandang manusia sebagai keterpaduan, keseluruhan yang


(30)

bidan dalam menjalankan tugasnya karena bidan dalam menjalankan tugasnya katena bidan akan berhadapan dengan berbagai macam kelompok sosial dengan beragam latar belakang agama, status pendidikan dan sebagainya.

Sosial budaya sangat berkaitan dengan cara pendekatan dalam melakukan perubahan prilaku masyarakat yang erat kaitannya dengan masalah-masalah kependudukan karena proses perkawinan dapat mengakibatkan kelahiran dan kelahiran itu merupakan resiko yang tinggi bagi ibu-ibu di seluruh dunia (Syafrudin, 2009).

Penyebaran orang minangkabau jauh dari daerah asalnya ini disebabkan oleh adanya dorongan pada diri mereka yang merantau, yang disebabkan oleh dua hal. Pertama, ialah keinginan mereka untuk mendapatkan kekayaan tanpa mempergunakan tanah-tanah yang telah ada. Ini dapat dihubungkan sebenarnya dengan keadaan bahwa seorang laki-laki tidak mempunyai hak menggunakan tanah warisan bagi kepentingan diri sendiri. Kedua, ialah perselisihan-perselisihan yang menyebabkan bahwa orang yang merasa dikalahkan akan meninggalkan kampung dan keluarga untuk menetap di tempat lain. Keadaan ini kemudian ditambah dengan keadaan yang diciptakan oleh perkembangan yang berlaku pada masa akhir-akhir ini.

Pendukung kebudayaan Minangkabau dianggap sebagai suatu masyarakat dengan sistem kekeluargaan yang ganjil di antara suku-suku bangsa yang lebih dahulu maju di Indonesia, yaitu sistem kekeluargaan yang matrilineal. Inilah biasanya dianggap sebagai salah satu unsur yang memberi identitas kepada kebudayaan


(31)

Minangkabau, yang terutama dipopulerkan oleh roman-roman Balai Pustaka, pada bagian pertama dari abad ke-20 (Koentjaraningrat, 2007)

2. Konsep Budaya Minang Tentang Perawatan Postpartum

Terbentuknya janin dan kelahiran bayi merupakan suatu fenomena yang wajar dalam kelangsungan hidup manusia, namun berbagai kelompok masyarakat dengan kebudayaannya di seluruh dunia memiliki aneka persepsi, interprestasi dan respons perilaku dalam menghadapinya, dengan berbagai implikasinya terhadap kesehatan. Fisiologis kelahiran secara universal adalah sama, namun proses kelahiran ditanggapi dengan cara-cara yang berbeda oleh aneka kelompok masyarakat, karena itu hal-hal yang bekenaan dengan proses pembentukan janin hingga kelahiran bayi serta pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan ibunya perlu dilihat dari aspek biososiokulturalnya sebagai suatu kesatuan.

Menurut pendekatan biososiokulturalnya dalam kajian antropologi ini, kehamilan dan kelahiran bukan hanya dilihat semata-mata dari aspek biologis dan fisiologisnya saja. Lebih dari itu, fenomena ini juga harus dilihat sebagai suatu proses yang mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal, seperti pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran berlangsung, cara-cara pencegahan bahaya, penggunaan ramu-ramuan atau obat-obatan dalam proses kelahiran, cara-cara menolong persalinan, dan pusat kekuatan dalam pengambilan keputusan mengenai pertolongan serta peraeatan bayi dan ibunya (Swasono, 2011).


(32)

Manusia hidup bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Masing-masing suku dan bangsa itu memiliki lingkungan sosial budayanya sendiri, yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu ada yang amat besar, cukup besar, ada yang tidak begitu besar, ada yang agak kecil, dan ada yang cukup halus (Prayitno, 2004).

Salah satu contoh pengaruh sosial budaya yang masih melekat adalah enggannya ibu hamil untuk memeriksakan kesehatan ke sarana kesehatan yg sudah tersedia. Mereka masih ada yang lebih memilih melahirkan di rumah yg di tolong oleh dukun, ada pula yang percaya saat melahirkan bayinya lebih senang pergi ke ladang untuk melahirkan disana, serta pantangan-pantangan makanan bagi ibu hamil dan bayinya. Hal kepercayaan mereka terhadap budaya yang seperti ini mengakibatkan tingginya angka kematian ibu saat melahirkan karena komplikasi serta angka kematian bayi dan balita akibat kurangnya asupan giji melalui ibu dikarenakan banyaknya pantangan-pantangan makanan yang tidak boleh dikonsumsi saat hamil (Syafrudin, 2010).

Orang Minangkabau merupakan suatu contoh dari masyarakat yang mementingkan aspek sosial dari kelahiran. Bayi perempuan dianggap sebagai pelanjut dari parurik atau kaum. (klen matrilineal) sedangkan bayi laki-laki kelak diharapkan untuk menjadi penjujung nama kerabat separuiknya, dan menjadi pembela kaum wanita dan klennya. Masayarakat Minang juga percaya bahwa ketika seorang wanita sedang hamil 7 bulan, keluarga suaminya (bako sang calon bayi) datang berkunjung sambil membawa berbagai macam makanan berupa nasi lengkap dengan lauk-pauk, ditambah dengan beberapa jenis kue. Tujuannya adalah untuk


(33)

menunjukkan “hati tulus dan muka jernih” terhadap kelahiran bayi. Menurut norma yang ideal dalam kebudayaan minangkabau, hubungan antara kerabat kedua orangtua sang bayi diperkuat melalui kebersamaan mereka dalam upacara menyambut kelahirannya, masing-masing dalam porsi kewajibannya sendiri terhadap si bayi.

Selain itu pada suku Minang sekitar seminggu menjelang bayi lahir, para bako kembali datang membawa beras segantang dan dua butir kelapa. Dimana, sebutir kelapa diserahkan untuk menambah bahan pembuat lauk rendang daging, sedangkan yang lainnya ditujukan untuk di tanam di kebun sang ibu. Hal ini melambangkan harapan para bako anak yang lahir nanti, yang mereka sebut sebagai anak pisang, akan menjadi seorang yang muka dan hatinya bagai air kelapa itu. Singkatnya, ia di harapkan akan berguna bagai masyarakat, seperti pohon kelapa yang dari akarnya hingga pucuk daunnya bermanfaat bagi kehidupan manusia (Swasono, 2011).

G. Fenomenologi

Penelitian fenomenologi bersifat induktif, pendekatan yang dipakai adalah deskriptif yang dikembangkan dari filsafat fenomenologi. Fokus filsafat fenomenologi adalah pemahaman tentang respons kehadiran atau keberadaan manusia, bukan sekedar pemahaman bagian-bagian yang spesifik atau perilaku khusus. Tujuan penelitian fenomenologi adalah menjelaskan pengalaman apa yang dialami oleh orang dalam kehidupan ini, termasuk interaksi dengan orang lain. Contoh penelitian fenomenologi adalah studi mengenai daur hidup masyarakat


(34)

bersih, menu makanan, kepedulian terhadap usaha pengobatan anggota keluarga yang sakit, dan lain-lain. Penelahaan masalah dilakukan dengan multiperspektif atau multi sudut pandang (Emzir, 2011).


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif fenomenologi. Penelitian ini bertujuan untuk menggali bagaimana perspektif budaya minang terhadap perawatan ibu postpartum di wilayah bromo kelurahan binjai kecamatan medan denai.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu Postpartum Suku Minang. Didapatkan mulai dari Februari 2012 sampai Mei 2012 Jumlah Ibu Postpartum sebanyak 32 Orang di Rumah Bersalin Dina Wilayah Bromo Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu suatu cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu, teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti (masalah penelitian) sehingga sampel dapat mewakili karateristik populasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Aziz, 2007).


(36)

dengan metode saturasi data yaitu peneliti berhenti mengambil sampel ketika tidak di temukan lagi data baru dari subjek peneliti (Moleong, 2010).

Adapun kriteria informan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Responden suku minang.

2. Responden sudah pernah melahirkan dan mempunyai bayi atau anak yang hidup.

3. Bersedia menjadi informan dalam penelitian ini. C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Bersalin Dina Wilayah Bromo Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari2012- Mei 2012. E. Pertimbangan Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan kepada ketua Program Studi D-IV bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan kepada pimpinan Kelurahan Binjai agar dapat memperoleh persetujuan penelitian. Menempatkan orang-orang yang diteliti bukan sebagai “objek” melainkan orang yang derajatnya sama dengan peneliti. Menghargai, menghormati dan patuh semua peraturan yang ada di Kelurahan Binjai. Memegang segala rahasia yang berkaitan dengan informasi yang diberikan. Informasi tentang informan tidak dipublikasikan bila informan tidak menghendaki, termasuk nama informan tidak akan dicantumkan dalam laporan penelitian. Peneliti dalam merekrut


(37)

informan terlebih dahulu, memberikan informed consent, yaitu memberi tahu secara jujur maksud dan tujuan terkait dengan tujuan penelitian pada informan dengan sejelas-jelasnya. Selama dan sesudah penelitian privacy tetap dijaga, semua informan diperlakukan sama, nama informan diganti dengan nomor, peneliti akan menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan dan hanya digunakan untuk kegiatan penelitian serta tidak akan dipublikasikan tanpa izin informan. Selama pengambilan data peneliti memberi kenyamanan pada informan dengan mengambil tempat wawancara sesuai dengan keinginan informan. Sehingga informan dapat leluasa tanpa ada pengaruh lingkungan untuk mengungkapkan informasi yang diketahuinya.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis instrument yaitu :

a. Kuesioner data demografi berisi tentang data umum partisipan pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yakni : Usia, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, suku.

b. Panduan wawancara mendalam (depth interview) berupa pertanyaan seputar postpartum budaya minang, kebiasaan yang dilakukan selama postpartum dan perawatan orang minang selama postpartum serta tujuanya.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan pimpinan kelurahan binjai. Kemudian peneliti melakukan pendekatan dan memperkenalkan diri kepada informan


(38)

dan menjelaskan hal-hal yang terkait serta tujuan dari penelitian ini. Wawancara dilakukan dalam waktu yang telah disepakati oleh penelita dan informan.

Setelah itu informan terlebih dahulu diminta mengisi kuesioner data demografi, lalu memulai wawancara dan atas kesediaan informan. Dalam melakukan wawancara peneliti merekam hasil wawancara dengan menggunakan alat perekam yaitu hand phone lebih kurang 15 menit pada setiap pertemuan. Setelah itu hasil wawancara ditulis dalam bentuk transkip dan dibaca ulang. Peneliti menganalisa data yang telah dilakukan dan mengelompokkan data lalu menguraikannya kedalam bentuk narasi. Peneliti membahas hasil penelitian sesuai dengan analisa data yang telah dilakukan. Jika ada hal yang kurang jelas maka peneliti akan melakukan wawancara ulang terhadap informan sampai data yang dibutuhkan terpenuhi.

H. Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan trankripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi yang yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan kita tentang penyajian apa yang sudah kita temukan kepada orang lain. Analisis melibatkan pekerjaan dengan data, penyusunan, dan pemecahannya kedalam unit-unit yang dapat ditangani, perangkumannya, pencarian pola-pola, dan penemuan apa yang penting dan apa yang perlu dipelajari, dan pembuatan keputusan apa yang akan kita katakan kepada orang lain (Emzir, 2011).


(39)

Proses analisis data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti langsung setelah mengumpulkan data dari masing-masing informan. Setelah melakukan wawancara dengan informan segera melakukan transkipsi hasil rekaman untuk selanjutnya dianalisa. Proses analisis data dilakukan dengan proses pengumpulan data.

Adapun tahap proses analisis data menggunakan metode miles dan huberman adalah sebagai berikut :

1. Membuat analisis data dari yang sudah ada dan sedang berlangsung, kemudian membaca hasil analisis dan memilih pertanyaan-pertanyaan penting yang diungkapkan oleh partisipan.

2. Mengelompokkan pertanyaan-pertanyaan penting yang sejenis sehingga diperoleh beberapa pertanyaan kelompok (reduksi data).

3. Membaca kembali pertanyaan-pertanyaan sejenis di setiap kelompok sehingga ditemukan tema dari kelompok pertanyaan tersebut.

4. Setelah diperoleh beberapa tema dari tiap–tiap kelompok, kemudian disajikan dalam bentuk narasi (verifikasi data).

I. Tingkat Keabsahan Data

Tingkat kepercayaan hasil penelitian yang dilakukan berpegangan kepada beberapa perinsip dan kriteria yaitu:

Credibility untusk memperoleh nilai kebenaran data informasi yang telah terkumpul dengan cara memperpanjang masa pengamatan (prolonged engagement) menambah keakraban antara peneliti dan informan sehingga informan lebih terbuka


(40)

lagi dan informasi tidak ada yang disembunyikan dan dengan mengadakan member chek terhadap data yang diperoleh peneliti dari informan.

Confirmability, peneliti akan membicarakan hasil penelitian dengan pembimbing agar data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat lebih objektif.

Transferability, kriteria transferabilitas merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian kualitatif dapat digeneralisasikan atau ditransfer kepada konteks atau seting yang lain.

Dependability, kriteria dependabilitas sama dengan reliabilitas dalam penelitian kualitatif. Pandangan kuantitatif tradisional tentang reliabilitas didasarkan pada asumsi replikabilitas atau keterulangan. Secara esensial itu berhubungan dengan apakah kita akan memperoleh hasil yang sama jika kita melakukan pengamatan yang sama untuk yang kedua kalinya.


(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Informan

Penelitian ini melibatkan lima orang informan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik informan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data Demografi Informan

Karakteristik Jumlah

1. Usia :

25-35 tahun 5 2. Agama :

Islam 5 3. Suku minang :

Asli 5 4. Pendidikan :

SMP SMA Perguruan tinggi 3 2 0 5. Pekerjaan :

Ibu Rumah Tangga Wiraswasta

PNS

4 1 0 6. Suami ibu bersuku :

Minang asli

7 . Postpartum :

5


(42)

B. Hasil Wawancara

Suku minang memiliki ciri khas tersendiri terhadap perawatan postpartum yang meliputi :

1. Filosofi kesehatan suku minang tentang perawatan postpartum.

Filosofi ini menyatakan bahwa tradisi maupun pantangan perilaku yang dilakukan pada saat postpartum berhubungan dengan kesehatan bagi ibu dan bayinya.

Hasil wawancara dari lima informan tentang filosofi tersebut diatas yang menyatakan bahwa tradisi maupun pantangan perilaku yang dilakukan di masa postpartum berhubungan dengan kesehatan ibu setelah melahirkan. Hasil wawancara informan dapat dilihat sebagai berikut:

“Saat melahirkan tidak boleh jalan cepat-cepat, nanti jempol kakinya tersandung batu dan mengakibatkan pendarahan”.

(Informan 1)

“Tidak boleh keluar malam, karena masih dianggap wangi supaya tidak diganggu makhluk halus dan tidak boleh berjalan cepat-cepat nanti jempol tersandung dengan batu, kalo tersandung akan

mengakibatkan pendarahan dan bisa juga meninggal”


(43)

“jangan keluar rumah sebelum 40 hari, supaya tali pusat anak cepat kering dan tidak boleh berjalan cepat-cepat, takut jempol kaki terkena batu akan terjadi pendarahan”.

(Informan 3) “Tidak boleh keluar malam, jempol kaki tetap dijaga agar tidak terjadi pendarahan”.

(Informan 4)

“ngak boleh keluar malam, agar tidak diganggu makhluk halus dan ngak boleh berjalan cepat-cepat nanti jempol tersandung batu dan terjadinya pendarahan”.

(Informan 5)

2. Nilai-nilai yang mendasari praktek budaya minang dan dalam perawatan postpartum.

Nilai-nilai tersebut terdiri atas : (1) kebiasaan perilaku, (2). Pemulihan bentuk tubuh, (3). minum jamu-jamuan setelah melahirkan, (4). kusuk setelah melahirkan (5) menjaga kebersihan daerah kemaluan. (6) melancarkan pengeluaran darah setelah melahirkan. (7) melancarkan pengeluaran ASI.


(44)

(1). Kebiasaan perilaku

Menurut informan terdapat beberapa kebiasaan perilaku yang dilakukan selama postpartum. kebiasaan perilaku tersebut yaitu lidi di letakkan dibawah tempat tidur dan pakai sembur-sembur setelah melahirkan.

Yang pertama kebiasaan perilaku lidi diletakkan dibawah tempat tidur. Menurut informan apabila lidi diletakkan dibawah tempat tidur agar tidak diganggu makhluk halus.

‘’Sapu lidi di letakkan dibawah tempat tidur sebagai pegangan

untuk anak supaya tidak diganggu oleh makhluk halus’’.

(informan 1) “ Lidi diletakkan dibawah ditempat tidur guna supaya tidak diganggu makhluk halus dan sebagai pegangan untuk anak’’.

(informan 2)

“ada juga lidi ditarok dibawah tempat tidur sebagai pegangan untuk anak agar tidak diganggu makhluk halus”.

(informan 3)

“Seperti lidi diletakkan dibawah tempat tidur untuk pegangan sianak supaya tidak diganggu oleh makhluk halus lainnya”.


(45)

(informan 5)

Yang kedua kebiasaan perilaku melakukan sembur-sembur setelah melahirkan. Menurut informan sembur-sembur dilakukan setelah melahirkan supaya tidak diganggu makhluk halus.

‘’Sembur itu terdiri dari merica, kunyit bau, bawang putih tunggal,

pinang sinawa, semuanya itu dikunyah trus disemburkan ke ibu supaya tidak diganggu oleh makhluk halus’’.

(informan 1)

“ pakai sembur-sembur dilakukan setelah melahirkan seperti merica, kunyit, bawang putih tunggal, pinang sinawa lalu dikunyah dan disemburkan ke ibu supaya tidak diganggu makhluk halus’’.

(informan 2)

“ada...biasanya menggunakan sembur-sembur setelah melahirkan seperti merica, kunyit, bawang putih tunggal, lalu dikunyah

dan disemburkan ke ibu supaya tidak diganggu makhluk halus ”.


(46)

(2). Pemulihan Bentuk tubuh

Menurut informan pada saat postpartum ada upaya pemulihan bentuk tubuh bertujuan untuk mengembalikan bentuk tubuh seperti saat sebelum melahirkan dan sebelum hamil.

‘’Pakai gurita selama tiga bulan agar tetap langsing dan kapur sirih sama daun jeruk ditarok diperut supaya perut cepat kering dan juga menggunakan param, yang terdiri dari beras digiling dicampur dengan jahe merah dan bawang putih manfaatnya supaya tidak pening-pening, supaya tidak meningkat darah putih’’.

(informan 1)

“pake gurita setelah melahirkan supaya mengencangkan perut dan menggunakan param, param itu seperti beras digiling dicampur dengan jahe merah dan bawang putih fungsinya supaya tidak pening dan tidak meningkat darah putih kita”.

(informan 2)

‘’ya, pake gurita selama tiga bulan supaya perut tidak rusak dan supaya cantik ’’.


(47)

‘’menggunakan gurita selama dua bulan untuk mengetatkan perut supaya kencang dan ditarok diperut pilip dan param untuk bedak seluruh tubuh, kalau diperut asam sama jeruk dicampur dibedakkan diperut ’’.

(informan 4)

“ya, menggunaka gurita agar kondisi perut bisa kembali seperti semula dan supaya badan terasa nyaman ’’.

(informan 5)

(3). Minum jamu-jamuan setelah melahirkan

Beberapa informan ada yang meminum jamu-jamuan setelah melahirkan gunanya untuk memberikan kesehatan dan kebugaran dan berguna juga untuk menghilangkan pegal-pegal dan masuk angin.

“Minum jamu asam kunyit…ya untuk badannya tidak pegal-pegal dan masuk angin”.

(informan 2)

“Jamu kunyit untuk melancarkan darah yang keluar”.


(48)

“Minum jamu-jamuan seperti jamu gendong dan daun yang pahit-pahit agar melancarkan darah yang keluar”.

(informan 4)

“Biasanya minum jamu-jamuan itu biar badan tetap segar dan menghilangkan pegal-pegal dan biar ngak masuk angin”.

(informan 5)

(4). Kusuk setelah melahirkan

Menurut beberapa informan ada yang melakukan pijat/ kusuk setelah melahirkan, supaya badan terasa nyaman dan segar.

“ya, kusuk dilakukan sebanyak 3 kali, kusuk yang pertama 10 hari setelah melahirkan gunanya untuk menghilangkan capek,kusuk yang kedua 20 hari setelah melahirkan untuk membalikkan urat dan kusuk yang ketiga 40 hari setelah melahirkan untuk menaikkan perut ”.

(informan 1)

“kusuk setelah melahirkan ada yang 10 hari dan ada juga yang 40 hari gunanya untuk menaikkan perut ”.


(49)

“klo kusuk setelah melahirkan, ada kusuk 10 hari setelah melahirkan untuk menghilangkan pegal-pegal, 20 hari setelah melahirkan untuk membalikkan urat dan 40 hari setelah melahirkan untuk menaikkan perut”.

(informan 3) “pijat satu minggu setelah melahirkan dan setelah itu se kali sebulan kusuk lagi gunanya untuk menaikkan peranakan ”.

(informan 4) “ya, kalau kusuk setelah melahirkan perlu dilakukan untuk menaikkan perut dan menaikkan peranakan”.

(informan 5)

(5). Menjaga kebersihan daerah kemaluan

Menurut beberapa informan ada yang membersihkan daerah kemaluan dengan menggunakan rebusan daun sirih gunanya untuk menghilangkan keputihan dan untuk menghilangkan bau amis.

“Cebok dengan menggunakan daun sirih untuk menghilangkan bauu amis setelah melahirkan”.


(50)

“Cebok dengan rebusan daun sirih untuk menghilangkan keputihan”.

(informan 2)

“ya, cebok dengan rebusan daun sirih agar membersihkan keputihan dan biar jangan bau”.

(informan 3)

“biasanya cebok dengan menggunakan rebusan sirih supaya menghilangkan keputihan dan tidak bau amis.”

(informan 5)

(6). Melancarkan pengeluaran darah setelah melahirkan

Menurut informan setelah melahirkan untuk melancarkan pengeluaran darah dengan minum asam kunyit, telur ayam kampung dicampur dengan kopi, minum daun pepaya. fungsinya untuk melancarkan proses pengeluaran darah.

“minum asam kunyit manfaatnya untuk melancarkan darah keluar, telur ayam kampung dicampur dengan kopi gunanya untuk menambah tenaga dan melancarkan darah keluar, dan daun pepaya untuk melancarkan darah keluar”.


(51)

“ya, biasanya minum asam kunyit untuk melancarkan darah keluar, telur ayam kampung dicampur dengan kopi untuk menambah tenaga dan daun pepaya untuk melancarkan pengeluaran darah”.

(informan 2)

“oh.... biasanya minum asam kunyit manfaatnya melancarkan darah keluar, trus telur ayam kampung dicampur dengan kopi juga melancarkan darah keluar dan ada juga daun pepaya manfaatnya untuk melancarkan darah keluar”.

(informan 3)

“minum asam kunyit supaya melancarkan darah keluar, minum telur ayam kampung dicampur dengan kopi supaya menambah tenaga dan badan menjadi kuat, ada juga minum daun pepaya supaya darah keluar tetap lancar”.

(informan 5)

(7). Melancarkan pengeluaran ASI

Menurut informan untuk melancarkan pengeluaran ASI dengan mengkonsumsi sayur bayam, daun katuk, jantung pisang, daun pepaya dan sayur yang pahit fungsinya untuk memperbanyak proses pengeluaran ASI.


(52)

“Biasanya makan sayur bayam, daun katuk, jantung pisang dan sayur-sayur yang pahit seperti sawi manfaatnya untuk memperlancarkeluarnya ASI”.

(informan 1)

“sayur-sayuran seperti jantung pisang, daun katuk, tahu, tempe fungsinya untuk melancarkan ASI”.

(informan 2)

“makan sayuran seperti jantung pisang, daun katuk dan sawi manfaatnya untuk melancarkan ASI dan supaya anak menjadi sehat”.

(informan 3)

“minum kacang hijau, daun katuk, dan sayur bayam gunanya untuk memperbanyak ASI”.

(informan 4)

“ya, biasanya minum daun pepaya, daun katuk, jantung pisang supaya ASI nya banyak keluar dan badan tetap sehat dan bugar”.


(53)

C. Pembahasan

Di antara kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat Indonesia ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu nifas. Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan di samping faktor-faktor lainya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan / adat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas (Syafrudin, 2010).

Oleh karena itu ilmu pengetahuan sosial kemasyarakatan sangat penting dipahami oleh seorang bidan sebagai petugas kesehatan dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya pendidikan dan adat istiadat yang berbeda (Syafrudin, 2010).

Hal ini dapat kita lihat dari informan suku Minang yang berada di Medan bahwa pada suku minang masih mempertahankan tradisi adat istiadat walaupun suku minang merupakan pandatang dari sumatera barat dan sudah berbaur dengan kelompok-kelompok masyarakat dari suku-suku lainya yang memiliki kultur yang berbeda. tetapi dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa masyarakat Minang di Medan masih memegang erat tradisi dan filosofi suku Minang terhadap perawatan postpartum. berdasarkan hasil wawancara dari kelima informan yang menyatakan bahwa kebiasaan maupun pantangan perilaku yang dilakukan pada masa postpartum


(54)

berhubungan dengan keadaan setelah melahirkan. Hal ini munculnya nilai-nilai yang mendasari praktek budaya Minang dalam perawatan postpartum.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat nilai-nilai yang mendasari praktek budaya Minang terhadap perawatan postpartum yang terdiri dari kebiasaan perilaku, pengembalian bentuk tubuh, minum jamu-jamuan setelah melahirkan, kusuk setelah melahirkan, menjaga kebersihkan daerah kemaluan, melancarkan pengeluaran darah setelah melahirkan dan melancarkan pengeluaran ASI.

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

1). Filosofi Suku Minang Tentang perawatan postpartum

Berdasarkan hasil penelitian ada 5 informan yang melakukan pantangan prilaku pada masa postpartum mereka percaya kalau melanggar peraturan tersebut mempunyai dampak yang kurang baik bagi ibu pada masa postpartum.

Misalnya saja ibu postpartum tidak boleh jalan cepat-cepat nanti jempol kaki tersandung batu dan bisa mengakibatkan terjadinya pendarahan dan ada juga mengatakan tidak boleh keluar malam supaya diganggu oleh makhluk halus. Faktanya penyebab terjadinya perdarahan pada masa postpartum perdarahan pervagina yang melebihi 500 ml setelah bersalin. Perdarahan itu bisa terjadi setelah bayi lahir dan dalam 24 jam pertama persalinan (Suherni, 2009).


(55)

2). Nilai-nilai yang mendasari praktek budaya Minang dan dalam perawatan postpartum

(1). Kebiasaan Perilaku

Banyak sekali pengaruh atau faktor-faktor yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan, bukan karena hanya pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya instansi kesehatan. Tetapi banyak yang mempengaruhi kesehatan antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun menurun yang masih di anut sampai saat ini. Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku budaya yang dinilai yang tidak sesuai dengan prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan anaknya (Syafrudin, 2010).

Beberapa informan mengatakan kebiasaan perilaku yang mereka lakukan selama postpartum hanya semata-mata untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan yang mana akan berdampak buruk bagi kesehatan ibu dan bayinya. Misalnya kebiasaan perilaku yang dilakukan yaitu meletakkan lidi dibawah tempat tidur supaya tidak diganggu oleh makhluk halus dan pakai sembur-sembur setelah melahirkan agar tidak diganggu makhluk halus.

Faktanya tidak ada hubungan antara lidi diletakkan dibawah tempat tidur dan menggunakan sembur-sembur pada saat setelah melahirkan dengan kesehatan bayinya.


(56)

(2). Pemulihan Bentuk Tubuh

Berdasarkan hasil penelitian semua informan melakukan cara untuk memulihkan bentuk tubuh ibu postpartum setelah melahirkan dengan menggunakan gurita setelah melahirkan manfaatnya supaya mengencangkan perut dan badan terasa nyaman dan juga mengunakan param.

Secara tradisional, perawatan diperut bisa dilakukan dengan menggunakan bengkung yang berfungsi seperti korset. Bengkung berupa kain yang lebarnya sekitar 20cm dan panjang 5-8 meter yang dililitkan secara rapi diperut atas sampai pinggul untuk menahan otot perut yang kendor. Sebelum menggunakan bengkung, perut harus diolesi dahaulu dengan tapel. Sebelum menggunakan bengkung, sebaiknya dilapisi dengan gurita atau kain agar tapel tidak mengotori bengkung. Penggunaan bengkung harus dilonggarkan jika kedua tungkai terasa sakit atau bengkak. Keadaaan ini menandakan penggunaan bengkung terlalu ketat sehingga aliran darah ditungkai kurang lancar (Handayani, 2008).

Seorang ibu yang melahirkan sering menderita demam dan pening. Gejala tersebut bisa berkurang jika peredaran darah berjalan lancar. Untuk memperlancar peredaran darah, khususnya dibagian kepala, bisa dikompres dengan pilis. Kepercayaan orang tua dulu, penggunaan pilis bisa membuat mata tetap terang dan mencegah naiknya darah putih (Handayani, 2009).


(57)

(3). Minum Jamu-jamuan Setelah melahirkan.

Dari hasil wawancara ada informan yang meminum jamu-jamuan setelah melahirkan seperti jamu asam kunyit dan jamu gendong gunanya untuk menghilangkan pegal-pegal dan masuk angin.

Faktanya setelah terjadinya proses persalinan sering menyebabkan jalan lahir bengkak atau luka sobek. Keadaan ini menyebabkan nyeri atau pegal didaerah kemaluan dan kadang-kadang terjadi demam. Keluhan ini dapat diatasi dengan menggunakan ramuan tradisional. Selama masa nifas (30-40 hari) akan terjadi perdarahan dari vagina yang merupakan sisa darah dari rahim ibu akibat persalinan. Untuk membersihkan darah nifas dapat digunakan ramuan tradisional dan untuk mengembalikan jalan lahir (vagina) ke bentuk semula bisa menggunakan jamu (Handayani, 2008).

(4). Kusuk setelah melahirkan

Dari hasil wawancara ada 5 informan yang melakukan kusuk setelah melahirkan, manfaatnya supaya badan terasa nyaman dan segar.

Menurut studi penelitian menunjukkan bahwa kusuk atau pijat bisa meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, mengurangi tingkat stres memperlancar fungsi sirkulasi. Dalam jangka panjang terapi kusuk atau pijat berfungsi untuk memperlancar aliran darah. Tekanan pijat bisa menggerakkan darah melalui area yang tersumbat. Pelepasan ini membuat darah baru mengalir ke dalam. Tekanan dan


(58)

tarikan pada saat memijat atau kusuk juga bisa melepaskan asam laktat dari otot-otot dan meningkatkan aliran cairan limpe yang membawa sampah-sampah sisa metabolisme dari otot-otot dan organ dalam. Hasilnya, tekanan darah akan turun dan fungsi tubuh semangkin membaik (Ikarowina, 2009).

(5). Menjaga Kebersihan Daerah Kemaluan

Berdasarkan hasil penelitian informan melakukan cara untuk menjaga kebersihan daerah kemaluan setelah melahirkan dengan menggunakan rebusan daun sirih manfaatnya supaya menghilangkan keputihan dan tidak bau amis.

Faktanya daun sirih sangat banyak khasiatnya, salah satunya untuk mengobati keputihan. Manfaatnya daun sirih untuk mencegah atau mengobati penyakit keputihan yang telah banyak dikenal oleh masyarakat luas. Kita dapat membuatknya dengan merebus beberapa lembar daun sirih, cuci bersih, rebus dan gunakan airnya untuk cebok (Rozi, 2011).

(6). Melancarkan pengeluaran darah setelah melahirkan

Dari hasil wawancara informan untuk melancarkan pengeluaran darah setelah melahirkan dengan mengkonsumsi asam, kunyit, telur ayam kampung dan daun pepaya fungsinya untuk melancarkan proses pengeluaran darah.

Kunyit bisa dimanfaatkan sebagai salah satu bahan ramuan perawatan rahim dan jalan lahir. kunyit merupakan tanaman berbatang semu berwarna hijau keunguan,


(59)

dengan rimpang bercabang-cabang berwarna jingga. Bunganya berwarna jingga atau kuning dengan pinggir berwarna cokelat bagian tengah kemerahan. Tanaman ini tumbuh subur didaerah tropis dan subtropis yang memiliki curah hujan tinggi. Kunyit bermanfaat untuk mengobati sakit panas, perut kembung dan mencegah diare (Suharmiati, 2007).

Kandungan buah asam dapat dimanfaatkan untuk melancarkan buang air besar dan melancarkan peredaran darah. Buah asam juga sering dimanfaatkan untuk merangsang otot rahim sehingga dipakai sebagai bahan ramuan pelancar haid serta pembersih darah kotor setelah bersalin (Handayani, 2008).

Daun pepaya mempunyai rasa pahit yang berkhasiat untuk mengobati malaria, menambah nafsu makan dan juga digunakan sebagai obat penurun demam. Akar dan bijinya berkhasiat sebagai obat cacing. Getahnya berkhasiat untuk memperbaiki pencernaan, mengobati sakit kandung kencing, dan mengobati luka akibat gigitan ular berbisa. Buahnya yang telah matang digunakan untuk mengatasi sembelit. Daun pepaya juga berkhasiat untuk mengurangi bengkak dan mencegah infeksi pada jalan lahir (Handayani, 2008).

(7). Melancarkan pengeluaran ASI

Berdasarkan hasil penelitian semua informan untuk melancarkan pengeluaran ASI dengan mengkonsumsi sayur bayam, daun katuk, jantung pisang, daun pepaya


(60)

dan sayur-sayur pahit lainnya yang fungsinya untuk memperbanyak proses pengeluaran ASI.

Faktanya ASI sangat dibutuhkan bayi, khususnya pada awal kehidupannya. ASI merupakan makanan yang baik bagi bayi karena banyak mengandung zat gizi dan bisa memberikan daya imunitas secara alami. Beberapa ramuan tradisional bisa membantu memperlancar keluarnya ASI. Untuk memproduksi ASI dibutuhkan kalori sebesar 600 kal/hari. Karena itu, ibu yang sedang menyusui harus makan lebih banyak dari pada biasanya dan lebih bergizi. Jika produksi ASI kurang baik, ada beberapa makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi, seperti daun katuk. Disamping itu, bisa mengkonsumsi kacang-kacangan seperti kacang hijau dan kacang tanah (Handayani, 2008).

2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan berupa keterbatasan peneliti sendiri sebagai alat pengumpul data. Kemampuan wawancara yang peneliti miliki hanya kemampuan wawancara dasar, yang menyebabkan banyak keterbatasan dalam tekhnik wawancara karena ini merupakan pengalaman pertama peneliti melakukan penelitian fenomenologi. Namun apabila peneliti memiliki pengalaman yang lebih dalam tekhnik wawancara, maka hasil penelitian ini dapat lebih baik dan mencakup semua aspek yang diharapkan.


(61)

3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan / Pendidikan Bidan

Dari hasil penelitian ditemukan tentang filosofi suku minang terhadap perawatan postpartum dan nilai-nilai yang mendasari praktik budaya minang dan dalam perawatan postpartum. Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan bagi tenaga kesehatan khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien dengan cara pandang suku minang terhadap perawatan postpartum dan bagi peneliti selanjutnya.


(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap kelima informan yang telah melakukan perawatan postpartum budaya minang menyatakan bahwa tradisi maupun pantangan prilaku yaitu tidak boleh keluar malam dan jalan cepat-cepat juga tidak boleh dilakukan.

Nilai-nilai yang mendasari praktek budaya dan dalam perawatan postpartum yaitu terdiri atas :

1. Kebiasaan Perilaku

Lidi diletakkan dibawah tempat tidur dan menggunakan sembur-sembur setelah melahirkan fungsinya biar tidak diganggu oleh makhluk halus.

2. Pemulihan Bentuk Tubuh.

Pemakaian gurita setelah melahirkan selama 3 bulan manfaatnya supaya mengencangkan perut dan badan terasa nyaman dan juga menggunakan param fungsinya supaya tidak pening-pening, tidak menaikkan darah putih dan mata tidak rabun.


(63)

3. Minum Jamu-jamuan Setelah Melahirkan.

Minum jamu asam kunyit gunanya untuk menghilangkan pegal-pegal dan masuk angin.

4. Kusuk Setelah Melahirkan

Kusuk yang dilakukan setelah melahirkan manfaatnya supaya badan terasa segar dan nyaman.

5. Menjaga Kebersihan Daerah Kemaluan.

Cebok dengan menggunakan rebusan daun sirih manfaatnya supaya menghilangkan keputihan dan untuk menghilangkan bau amis.

6. Melancarkan Pengeluaran Darah Setelah Melahirkan.

Minum telur ayam kampung dan kopi, minum daun pepaya fungsinya untuk melancarkan proses pengeluaran darah setelah melahirkan.

7. melancarkan pengeluaran ASI.

Makan sayuran daun katuk, jantung pisang dan sawi agar ASI banyak keluarnya.

B. Saran

1. Pelayanan Kebidanan

Diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi sumber pengetahuan bagi pelayanan kebidanan dalam memberikan asuhan yang lebih menyeluruh pada ibu postpartum, sehingga dapat memberikan dampak kesehatan yang menguntungkan bagi ibu yang sedang dalam masa postpartum.


(64)

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadikan sebagai bekal bagi masyarakat minang serta untuk mengetahui secara jelas terhadap perawatan postpartum dan mengubah kebiasaaan yang dapat merugikan bagi kesehatan ibu dan bayi.

3. Penelitian Kebidanan

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk penelitian selanjutnya, mengenai perspektif budaya minang terhadap perawatan ibu postpartum di wilayah bromo kelurahan binjai kecamatan medan denai.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2011). Refleksi Hari Ibu: Skenario Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu. 21 Desember 2011, dari http://www.Kesehatanibu.depkes. go.id.

Eva, E.S., Pusmaika, R., & Rismalinda. (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info Media.

Emzir. (2011). Analisis Data Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Fadhil, A.N. (2010). Realitas Kemajemukan di Sumut. Medan : dari http://www.epaper.waspada.com 

Handayani, L. (2003). Tanaman Obat untuk Masa Kehamilan &

Melahirkan. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Ikarowina. (2009). Sehat dengan Terapi Pijat. 2 April 2009, dari

http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/ Jannah, N. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta : AR-Ruzz Media. Koentjaraningrat. (2007). Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta : Djambatan.

Maryunani, A. (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta :Trans Info Media.

Meriam, N. (2010). Revisi Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebdanan. Jakarta :Trans Info Media.

Moleong, L.J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosadakarya.

Mulyadi,Y. (2000). Antropologi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(66)

Prayitno, H & Amti, E. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.

Rozi. (2011). Sejuta Manfaat Daun Sirih dalam Selembarnya. 21 Agustus 2011, dari http://www.Kesehatan123.com/2273/manfaat-daun-sirih/

Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Setiawan, A & Saryono. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, S2.

Yogyakarta : Nuha Medika.

Suharmiati &Handayani, L. (2007). Tanaman Obat & Ramuan Tradisional untuk Mengatasi Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Agro Media Pustaka. Suherni, dkk. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.

Sulistyaningsih. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan kuantitatif-kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sulistyawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : CV. Andi Offset.

Suyanto & Salamah. (2009). Riset Kebidanan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Offset.

Swasono, F.M. (2011). Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi Dalam Konteks Budaya. Jakarta : UI-Press.

Syafrudin. (2010). Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media.


(67)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Assalamualaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera

Dengan Hormat,

Nama saya Nelva Riza, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Perspektif Budaya Minang terhadap Perawatan Ibu Postpartum di Wilayah Bromo Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai”.

Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).

Terbentuknya janin dan kelahiran bayi merupakan suatu fenomena yang wajar dalam kelangsungan hidup manusia, namun berbagai kelompok masyarakat dengan kebudayaannya di seluruh dunia memiliki aneka persepsi, interprestasi dan respons perilaku dalam menghadapinya, dengan berbagai implikasinya terhadap kesehatan. Fisiologis kelahiran secara universal adalah sama, namun proses kelahiran ditanggapi dengan cara-cara yang berbeda oleh aneka kelompok masyarakat, karena itu hal-hal yang bekenaan dengan proses pembentukan janin hingga kelahiran bayi serta pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan ibunya perlu dilihat dari aspek


(68)

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengetahui cara perawatan ibu postpartum menurut budaya orang minang di wilayah bromo kelurahan binjai kecamatan medan denai.

Kami akan melakukan wawancara terstruktur kepada ibu yang ada di wilayah bromo tentang:

a. Kuesioner Data Demografi ibu seperti usia, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dan suku

b. Panduan wawancara mendalam yang berupa pertanyaan seputar perawatan postpartum budaya minang.

Partisipasi ibu bersifat sukarela tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini saudara/saudari tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila ibu membutuhkan penjelasan, maka dapat hubungi saya :

Nama : Nelva Riza

Alamat : Jl. Sayum No.2 Kota Medan No. Hp : 081362528779


(69)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/Hp :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian“Perspektif Budaya Minang terhadap Perawatan Ibu postpartum di Wilayah Bromo Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikian surat pernyataaan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan , 2012


(70)

KUESIONER DATA DEMOGRAFI

1. Pengkajian data demografi

Petunjukan Pengisian :

a. Semua pertanyaan harus dijawab

b. Untuk soal no. 1 isilah titik-titik dan selain soal no.1 berilah tanda checklist (√)

c. Pada kotak yang disediakan dan isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab.

d. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan satu jawaban yang sesuai menurut ibu.

1. Umur Responden saat ini…….tahun

2. Agama : Islam Kristen Hindu Budha 3. Tingkat pendidikan formal ibu yang terakhir :

SD SMP SMA Perguruan tinggi

4. Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga PNS Wiraswasta 5. Suami ibu bersuku : Minang suku lain, sebutkan…. 6. Lama masa nifas ibu : …… hari

7. Kelahiran yang ke :


(71)

PANDUAN WAWANCARA

1. Apa yang biasanya ibu makan atau konsumsi setelah melahirkan? 2. Bagaimana menurut ibu kebiasaan yang dilakukan setelah melahirkan? 3. Apa yang ibu lakukan untuk memulihkan kondisi ibu setelah melahirkan? 4. Apa yang ibu gunakan untuk membersihkan daerah kemaluan setelah

melahirkan?

5. Apa saja pantangan yang tidak boleh dilakukan setelah melahirkan? 6. Apakah ibu pernah melakukan kusuk setelah melahirkan?


(72)

(73)

(74)

(75)

(76)

(77)

(78)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama :Nelva Riza

TTL : Sei.Nibung 12 Januari 1989 Agama : Islam

Nama Ayah : Armansyah Nama Ibu : Rawanan

Anak Ke : 5 dari 8 bersaudara

Alamat : Jln. Perdagangan Sinabang Kab. Simeulue Timur sssAceh Pendidikan Formal :

Tahun 1995 - 2001 : SD N 10 Sei. Nibung Tahun 2001 - 2004 : MTsN Tiku

Tahun 2004 - 2007 : SMA N 1 Simeulue Timur

Tahun 2008- 2011 : Akademi Kebidanan Helvetia Medan

Tahun 2011 - 2012 : D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara  


(1)

   

 

 


(2)

   

 

 


(3)

   

 

 


(4)

   

 

 


(5)

   

 

 


(6)

   

 

  DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama :Nelva Riza

TTL : Sei.Nibung 12 Januari 1989 Agama : Islam

Nama Ayah : Armansyah Nama Ibu : Rawanan

Anak Ke : 5 dari 8 bersaudara

Alamat : Jln. Perdagangan Sinabang Kab. Simeulue Timur sssAceh Pendidikan Formal :

Tahun 1995 - 2001 : SD N 10 Sei. Nibung Tahun 2001 - 2004 : MTsN Tiku

Tahun 2004 - 2007 : SMA N 1 Simeulue Timur

Tahun 2008- 2011 : Akademi Kebidanan Helvetia Medan

Tahun 2011 - 2012 : D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara