KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI BURUH STUDI KAS (1)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perjuangan kaum buruh menjadi isu yang gempar dan dibicarakan serta
menjadi perhatian masyarakat publik dewasa ini. Munculnya isu ini relevan dengan
berbagai perkembangan dalam dunia ekonomi yang secara jelas dan terbuka menuntut
kehadiran kaum buruh untuk menopang serta melancarkan kegiatan ekonomi. Tanpa
kehadiran kaum buruh dalam ekonomi, produktivitas serta kemajuan perekonomian
menjadi tersendat dan menimbulkan berbagai konsekuensi jangka panjang, meskipun
konsekuensi tersebut tetap ada dan terjadi ketika kaum buruh ada. Bentuk
konsekuensi tersebut ketika kaum buruh melakukan berbagai perlawanan baik dalam
bentuk gerakan menentang (demo) maupun mogok kerja. Hal ini menjadi sebuah
klimaks dalam seluk beluk kemajuan ekonomi.
Ketika buruh hadir, maka akan ada berbagai tuntutan serta berbagai protes
untuk melihat kesejahteraan mereka manakala ditemukan berbagai alienasi terhadap
eksistensi mereka. Tidak heran bila problem ini terus menjadi sebuah perhatian yang
serius dari pengambil keputusan (pemerintah, LSM serta stakeholders) yang
berkepentingan dalam mengatasi permasalahan kaum buruh. Perjuangan kaum buruh
yang secara umum bukan saja dilakukan oleh pekerja sektor formal, namun pekerja
sektor informal turut berjuang dalam memperbaiki kualitas serta kuantitas

kehidupannya. Diantara banyaknya perjuangan serta masalah sosial ekonomi perburuhan
yang ada sekarang ini, terdapat suatu kehidupan komunitas buruh yang tampak
terabaikan, yakni buruh di pelabuhan Bolok.

Pelabuhan Bolok terletak dibagian barat Kota Kupang. Letak Pelabuhan Bolok
sedikit jauh dari pusat kota Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai basis utama
kemajuan masyarakat kota. Aktivitas masyarakatnya bervariasi dilihat dari apa dan
bagaimana masyarakatnya melakukan pekerjaan yang ada. Pelabuhan Bolok
merupakan pusat pelayanan penumpang Ferry antar pulau yang melayani rute baik
Flores, Rote, Sabu maupun Sumba, karena NTT adalah sebuah propinsi yang
memiliki beragam pulau yang terpisahkan oleh lautan, sehingga kehadiran Pelabuhan
Bolok sebagai armada penyeberangan lokal sangat urgen bagi masyarakat. Untuk
menunjang lancarnya aktivitas dan urgensi pelayanan bagi masyarakat yang

memerlukan jasa pelayanan Ferry, maka pelabuhan Bolok dilengkapi buruh
pelabuhan. Buruh di pelabuhan Bolok yang kesehariannya bekerja dalam melayani
bongkar muat barang terutama dari angkutan Ferry sangat penting. Kehadiran mereka
sangat menunjang proses bongkar muat barang penumpang Ferry. Untuk membantu
dan memperlancar pekerjaan dalam melayani penumpang, kaum buruh menggunakan
sumber daya. Bentuk sumber daya yang kerap ditemukan dan digunakan adalah

gerobak pengangkut yang terbuat dari kayu atau mobil pick up sehingga dengan
mudah mengangkut barang penumpang ke tempat tujuan.
Gerobak kayu dan mobil pick up menjadi sumber daya kaum buruh untuk
menopang serta mencari kehidupan, karena dengan sumber daya yang ada akan tetap
survive dan bisa beradaptasi serta bisa menghasilkan uang. Setiap buruh memiliki cara
atau taktik tersendiri untuk merayu para penumpang agar muatannya bisa dimuat.
Kebanyakan yang menjadi buruh adalah laki-laki yang secara umum diakui bahwa
mereka memiliki kekuatan dan keberanian dan hanya mereka yang bisa melakukan
pekerjaan tersebut. Kaum buruh yang bekerja dominan berasal dari daerah pedesaan
yang tidak memiliki pekerjaan yang menjanjikan di kampung halamannya.
Horton, et all (1984) mencatat bahwa apa yang tampak biasa bagi orang dari
suatu masyarakat mungkin tampak aneh bagi masyarakat lain sehingga perbuatan
memiliki makna yang berbeda dalam masyarakat yang berbeda. Perbuatan yang dapat
kita pahami disini adalah pekerjaan menjadi buruh pelabuhan, sebab menjadi buruh
menjadi kebiasaan dan hal yang biasa bagi mereka. Pekerjaan mereka menjadi yang
asing bagi orang yang tidak mengetahuinya sehingga merasa aneh ketika dipikirkan
oleh orang lain. Pemahaman seperti ini muncul ketika masyarakat melihat bahwa
menjadi buruh adalah pekerjaan yang tidak terlalu memberikan penghidupan apalagi
menjadi buruh kasar yang tidak memiliki regulasi dan serikat pekerja yang jelas. Oleh
karena itu bisa dikatakan bahwa buruh pelabuhan merupakan manusia yang selalu

aktif, kreatif dan evaluatif.
Buruh pelabuhan ferry sebagai pengangkat barang dengan waktu dan jam
kerja yang tidak menentu, sehingga berpengaruh juga pada pendapatan yang mereka
peroleh. Dengan pendapatan yang tidak menentu, maka mereka harus mencari
pekerjaan lainnya untuk bisa bertahan hidup. Strategi-strategi untuk selalu memenuhi
kebutuhan menjadi alternatif lain untuk menambah dan menopang kebutuhan
keluarga. Strategi yang dapat diterapkan yakni strategi bertahan hidup. Menurut
Suharto (2009), strategi bertahan hidup (coping strategies) dalam mengatasi

goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni
mengoptimalkan segala potensi keluarga dengan mencari pekerjaan sampingan
(strategi aktif), mengurangi pengurangan keluarga (strategi pasif) serta menjalin relasi
baik baik secara formal maupun informal (strategi jaringan). Mereka yang berprofesi
sebagai pengangkat barang harus bisa menjalin suatu hubungan yang baik dengan
sesama buruh dan juga bisa memanfaatkan keadaan tempat tinggal dengan tempat
mereka

bekerja.

Dapat


dikatakan

bahwa

keseluruhan

keputusan-keputusan

kondisional dan rasional yang menetapkan tindakan-tindakan yang harus dijalankan
guna menghadapi setiap keadaan yang mungkin terjadi di masa depan.
Menjadi buruh adalah sebuah jawaban dan pekerjaan yang harus dilakukan
dalam kondisi apapun. Semakin banyaknya masyarakat yang memilih menjadi buruh
kasar menunjukkan sulitnya mencari pekerjaan yang menjanjikan. Kondisi seperti ini
didukung oleh proses urbanisasi sehingga daerah yang memiliki dan mempunyai
potensi kehidupan yang lebih layak akan menjadi tempat destinasi. Meskipun
perbandingannya hanya sedikit, tetapi semua orang memiliki tujuan untuk bertahan
hidup dalam kondisi apapun dan di manapun. Dengan melihat sisi lain yang muncul
bahwa kaum buruh pelabuhan di Bolok masuk dalam pekerja sektor informal. Bila
dicermati secara mendalam kondisi kehidupan sosial ekonomi pekerja sektor

informal, sangatlah jauh bila disandingkan dengan kondisi kehidupan ekonomi
pekerja sektor formal. Ibaratnya bahwa sektor informal merupakan sektor ekonomi
masyarakat yang terus berjalan ditempat.
Dengan kondisi ekonomi yang demikian adanya, kehidupan sosial pula pasti
mengalami kendala. Sulit untuk melacak bagaimana interaksi antara buruh dengan
buruh atau buruh dengan lingkungan sosial sekitar, karena dibatasi oleh pekerjaan dan
eksistensi mereka. Bentuk interaksi diantara sesama kaum buruh tidak menentu.
Artinya proses sosial yang diciptakan dapat berupa proses sosial yang asosiatif
maupun proses sosial yang disosiatif. Proses sosial asosiatif meliputi kerja sama (coorperation), akomodasi, serta asimilasi. Sedangkan proses sosial yang disosiatif
mencakup persaingan, kontravensi, serta pertentangan. Adanya proses sosial ini
didukung oleh perbedaan daya tawar buruh terhadap pelanggan terutama penumpang
yang memiliki modal (muatan, barang-barang ataupun jasa lainnya). Apabila ada
kesepakatan karena persamaan daya tawar diantara buruh dengan penumpang, maka
jelas menciptakan relasi yang baik, akan tetapi jika terjadi perbedaan daya tawar
diantara buruh terhadap penumpang, maka menimbulkan relasi sosial yang

menimbulkan berbagai persaingan dan kontravensi. Karena tidak memiliki aturan
yang jelas dan serikat buruh terutama kaum buruh di pelabuhan Bolok, maka sulit
untuk melacak secara cermat bagaimana kehidupan sosial ekonomi kaum buruh.
Mereka bekerja sebagai pengangkut barang penumpang kapal Ferry.

Umumnya para buruh memiliki latar – belakang pendidikan yang rendah sehingga
mereka bekerja hanya dengan mengandalkan kekuatan fisik dan sedikit keterampilan.
Bekerja sebagai buruh pelabuhan tidaklah memerlukan kriteria khusus yang harus
dimiliki. Seseorang cukup bermodalkan tenaga yang cukup kuat dan kondisi fisik
yang memungkinkan untuk mengangkut barang penumpang seberat puluhan
kilogram. Dari buruh pelabuhan pula dituntut kecepatan dalam bekerja, karena
semakin cepat dia melakukan pekerjaannya, semakin besar kemungkinan untuk
memperoleh kesempatan mengangkut barang penumpang lainnya. Kompetisi, tampak
jelas dalam cara kerja mereka.
Menurut Tobing (2002), mereka yang gagal memperoleh pekerjaan di sektor
formal nyatanya sampai saat ini masih merupakan pekerjaan ideal, karena berbagai
alasan memasuki jenis pekerjaan disektor informal. Bagi banyak orang, hal itu
merupakan pilihan–pilihan terakhir, tetapi bukan tidak banyak yang memilih menjadi
penganggur ataupun setengah penganggur. Umumnya yang terlibat pada sektor ini
berpendidikan rendah, miskin, tidak terampil dan kebanyakan para migran. Karena
itu, cakrawala mereka terbatas untuk mencari kesempatan kerja dan menghasilkan
pendapatan langsung bagi dirinya sendiri. Breman (1985:151) “Informal sector as a
phase that must exist in the development process and serves as a buffer, at least in the
activities of the informal sector provides income and employment to the people no
matter how little and not fixed (Sektor informal sebagai fase yang harus ada dalam

proses pembangunan dan berfungsi sebagai penyangga, setidaknya kegiatan–kegiatan
di sektor informal memberikan pendapatan dan pekerjaan kepada penduduk
betapapun sedikit dan tidak tetap). Buruh pelabuhan sebagai salah satu profesi sektor
infomal pada bidang pengangkut barang tentu mengalami permasalahan sosial
ekonomi khususnya dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga terutama kebutuhan
primer dan sekunder.
Bercermin pada fakta kehidupan sosial ekonomi buruh pelabuhan di Bolok,
maka sesuai dengan pengamatan peneliti menimbulkan motivasi untuk menakar
kehidupan sosial ekonomi kaum buruh di Bolok yang masih bersifat laten. Kehidupan
sekarang begitu kompleks karena kebutuhan yang harus diperjuangkan dan dipenuhi

semakin kompleks pula. Usaha dan upaya masyarakat untuk tetap bertahan hidup
dilakukan dengan caranya masing-masing dilihat dari pilihan yang dibuat.
Kembali pada titik permasalahan kehidupan sosial ekonomi kaum buruh di
pelabuhan Bolok, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian untuk
mengetahui lebih jauh tentang permasalahan yang dirasakan oleh kaum buruh dalam
meningkatkan kesejahteraan kehidupannya dengan mengambil sebuah judul
“Kehidupan Sosial Ekonomi Kaum Buruh (Studi Kasus pada Kaum Buruh di
Pelabuhan Bolok).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi pada latar belakang penelitian yang telah diuraikan di
atas mengenai kehidupan sosial ekonomi buruh di Pelabuhan Bolok, rumusan
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :
a. Bagaimanakah kondisi kehidupan sosial ekonomi kaum buruh di Pelabuhan
Bolok?
b. Bagaimanakah strategi kerja kaum buruh di Pelabuhan Bolok?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi kaum buruh yang bekerja
sebagai buruh di Pelabuhan Bolok.
b. Untuk menjelaskan strategi kerja yang di gunakan kaum buruh di
pelabuhan Bolok dalam mempertahankan serta pemenuhan kebutuhan
keluarga.

2. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi

pengembang studi sosiologi pada jurusan ilmu sosiologi.

b.

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan serta motivasi bagi Jurusan Sosiologi Undana guna
pengembangan studi sosiologi pada masa yang akan datang serta
dapat dengan seksama menjelaskan relevansi masalah sosial dengan
teori-teori sosial yang ada.

c.

Hasil analisis dari tulisan ini, diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khsusnya ilmu
Sosiologi

yang

secara


khusus

memperhatikan

aspek

sosial

kemasyarakatan.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
pemerintah

khususnya

pemerintah

Kabupaten

Kupang


dalam

mengatasi masalah perburuhan yang bekerja pada sektor informal.
b. Diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi
kehidupan sosial ekonomi kaum buruh pelabuhan, pemerintah daerah
dapat mengambil langkah-langkah jitu dalam hal penanganan masalah
yang dihadapi kaum buruh.
c. Diharapkan juga hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan penelitian
lain
yang berhubungan dengan penelitian ini.
d. Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pengembangan dan
pengkajian konsep-konsep tentang berbagai aspek dalam upaya
pemberdayaan kebutuhan agar mampu berjalan secara optimal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penjelasan Konsep

1. Kehidupan Sosial Ekonomi
Apabila ditinjau dari arti kata, kehidupan didefinisikan sebagai cara atau
keadaan atau hal tentang hidup. Konsep sosial dan ekonomi secara berturut akan
diuraikan berikutnya. Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan.
Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian
sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat yang merupakan
sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup
lama yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan
melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut. Sedangkan pada
lemabaga sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi
persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang
lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial. Dalam Kamus Sosiologi, kata sosial
berkenaan dengan perilaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses sosial
(Team Rafapustaka, 2010). Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering
disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa
adanya bantuan orang lain disekelilingnya (zoon politicon). Sehingga kata sosial
sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. Sementara istilah
ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos” yang berarti keluarga atau
rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum dan secara garis besar
ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga
(Mubarok, et al, 2012:59)
Dalam Kamus Sosiologi, ekonomi merupakan setiap sistem hubunganhubungan yang menentukan alokasi sumber-sumber daya yang terbatas atau yang
langka (Team Rafapustaka, 2010). Menurut Mey Jr dalam dalam Syafii (2010:46)
ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajarai usaha manusia kearah
kemakmuran.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lainlain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Kehidupan sosial
ekonomi merupakan suatu yang struktural dalam mencapai fungi-fungsi kesatuan
hidup dalam tujuannya mencapai keseimbangan (membentuk sebuah sistem yang

struktur). Kehidupan sosial ekonomi merupakan perkumpulan orang-orang, kelompok
ataupun komunitas yang berusaha untuk mencapai suatu kesepakatan bersama dengan
melalui kerjasama, pergaulan, pertarungan serta melalui interaksi social. Kehidupan
social dalam masyarakat dapat ditandai dengan berbagai fenomena yang mana muncul
dan menciptakan sebuah kehidupan sosial antara lain :
1. Adanya kehidupan bersama dan memiliki tujuan bersama minimal satu
dua orang
2. Manusia tersebut bergaul, berkumpul dan berinteraksi dalam kurun waktu
yang cukup lama. Karena pergaulan yang cukup lama, maka muncul
perasaan untuk membentuk sebuah kelompok yang dinamakan kelompok
masyarakat dan merupakan satu kesatuan.
3. Kehidupan mereka merupakan sebuah system yang tak dapat terpisahkan
kecuali ada faktor luar yang datang dan terjadi secara cepat dan drastis.
Dalam kehidupan sosial masyarakat di atas ada interaksi yang diciptakan
masyarakat. Interaksi yang dibangun merupakan atas dasar nilai-nilai umum yang
telah lama diadaptasikan dalam kehidupan mereka. Konsep Parson yang melihat
masyarakat sebagai sistem interaksi kolektif dan tingkat perilaku, merujuk pada
persekutuan hidup (social community) dan ini dinilai sebagai inti sari struktur sosial
yang fungsi utamanya adalah mengintegrasikan (Narwoko dan Suyanto, 2007:373).
Interaksi pada masyarakat bertujuan untuk mengintegrasikan yang ditunjukkan
dengan kriteria dan identitas serta relasi yang baik antar individu maupun antar
subkolektif dalam sistem sosial masyarakat. Dalam prakteknya bahwa interaksi social
masyarakat tentu tidak statis menunjuk pada proses perubahan kebudayaan. Dari
adanya interaksi antara anggota masyarakat, maka akan muncullah hubungan dengan
masyarakat lainnya. Proses kehidupan bermasyarakat itu terjadi manakala individu
atau unit-unit tindakan yang terdiri atas sekumpulan orang tertentu, saling
menyesuaikan atau saling mencocokkan tindakan mereka satu dengan yang lainnya
melalui proses interpretasi dan interaksi (Ritzer, 2003). Pola hubungan interaksi
terjadi tidak jauh dari tempat tinggal setiap individu. Dalam masyarakat pedesaan,
pola interaksi jauh berbeda dengan pola interaksi pada masyarakat diperkotaan. Pada
masyarakat pedesaan, pola hubungan lebih cenderung kepada sifat kekeluargaan
karena rasa solidaritas mekanik yang sangat tinggi. Sedangkan masyarakat perkotaan,
cenderung pada status, jabatan serta profesi yang dimiliki. Dengan melihat perbedaan

status, pekerjaan dan profesi tersebut sering kita temukan stratifikasi social sangat
kental dan kentara dalam kehidupan masyarakat.
Dalam kehidupan, manusia memiliki banyak kebutuhan hidup. Kebutuhan
tersebut baik dalam bentuk materi maupun non-materi. Dalam pemenuhan kebutuhan
tersebut, tentu manusia tidak terlepas dari manusia lainnya sebagai mahkluk sosial.
Manusia saling membutuhkan untuk tetap bertahan hidup. Kehidupan social ekonomi
merupakan perilaku sosial masyarakat berkaitan dengan interaksi serta perilaku
ekonominya dalam hubungannya dengan pendapatan dan pemanfaatannya. Berbicara
mengenai kehidupan sosial ekonomi adalah juga mengenai bagaimana seseorang
memenuhi kebutuhan hidupnya serta pemanfaatan hasil ekonomi tersebut. Berhubung
dengan kehidupan sosial ekonomi yang didalamnya terdapat pemenuhan kebutuhan,
maka Maslow dalam Alma (2001:65), dengan teori motivasinya terutama yang sangat
terkenal adalah teori hierarki kebutuhan mencatat bahwa kebutuhan manusia dapat
dipakai untuk melukiskan dan meramalkan motivasinya. Teori tentang motivasi
didasarkan oleh dua asumsi. Pertama, kebutuhan seseorang tergantung apa yang telah
dipunyainya, dan kedua, kebutuhan merupakan hirarki dilihat dari pentingnya.
Menurut Maslow ada lima kategori kebutuhan manusia, yaitu: psysiological needs,
safety (security), social (affiliation), esteem (recognition), self actualization.
Standar-standar kebutuhan di atas merupakan yang harus dipenuhi oleh
manusia. Manusia harus bekerja untuk bertahan hidup dan berusaha memenuhi
kebutuhannya. Tanpa manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan minimal yang
telah diuraikan diatas, maka akan terjadi penyimpangan dalam hidup.
Menurut Krench dalam Saragih (2009:32) kehidupan sosial ekonomi
seseorang atau keluarga diukur melalui pekerjaan, tingkat pendidikan, dan
pendapatan. Tingkat perkembangan masyarakat pula selanjutnya dapat menyebabkan
perubahan dalam pola relasi masyarakat serta aspek ekonomi masyarakat terutama
berkaitan dengan pendapatan. Dalam kaitannya dengan kehidupan sosial ekonomi
buruh di pelabuhan Bolok, perjuangan untuk memenuhi kebutuhan hidup menjadi
sangat rumit karena dililiti beragam masalah. Masalah awal yang dihadapi kaum
buruh yakni bahwa sektor pekerjaannya adalah sektor informal. Di sini menandakan
bahwa mereka tidak memiliki perlindungan sosial dan hukum manakala ada masalah
atau ketimpangan yang terjadi yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Buruh tidak
diawasi dan dikontrol oleh kekuatan hukum.

Menurut Suharto (2008:87) perlindungan sosial merupakan inisiatif baik yang
dilakukan oleh pemerintah bagi masyarakat yang bertujuan untuk menyediakan
transfer pendapatan atau konsumsi pada orang miskin, melindungi kelompok rentan
terhadap resiko-resiko penghidupan (livelihood) dan meningkatkan status dan hak
hidup kelompok-kelompok yang terpinggirkan didalam suatu masyarakat. Sektor
informal sebagai fase yang harus ada dalam proses pembangunan dan berfungsi
sebagai penyangga, setidaknya kegiatan–kegiatan di sektor informal memberikan
pendapatan dan pekerjaan kepada mereka betapapun sedikit dan tidak tetap. Buruh
pelabuhan sebagai salah satu profesi yang bekerja pada bidang pengangkut barang
tentu

mengalami permasalahan sosial ekonomi khususnya dalam memenuhi

kebutuhan hidup keluarga.
Sejalan dengan pertumbuhan manusia sebagai mahluk sosial, manusia
memiliki kebutuhan yang semakin banyak dan beranekaragam. Kebutuhan–kebutuhan
hidup tersebut dapat dipenuhi dengan baik apabila adanya pendapatan yang
mendukung. Oleh karena itu yang dilakukan oleh buruh terutama buruh pelabuhan
dalam pemenuhan kebutuhan hidup yaitu dengan menambah pekerjaan. Dalam usaha
mendapatkan pemenuhan kebutuhan tersebut dijumpai suatu keadaan yang saling
mempengaruhi antara diri–sendiri dan dari luar. Kesulitan– kesulitan dalam situasi
tertentu mempengaruhi kondisi mental / moral seseorang buruh. Cara – cara yang
berbeda untuk bertahan hidup diantara buruh di pelabuhan Bolok memiliki pengaruh
terbesar terhadap perilaku mereka ditempat kerja, termasuk hubungan–hubungan
mereka dengan para buruh lainnya. Kinerja para buruh ditempat kerja ditentukan oleh
sebuah keseimbangan keperluan–keperluan keterampilan. Keterampilan–keterampilan
teknis perlu untuk memanipulasi barang–barang untuk tujuan–tujuan manusia,
sedangkan keterampilan–keterampilan sosial menunjuk kepada kapasitas utnuk
memasuki komunikasi dengan manusia–manusia lain. Keterampilan–keterampilan di
atas mengimplikasikan respon–respon terhadap ide–ide orang lain dalam suatu cara
tertentu untuk mempromosikan partisipasi yang tepat dalam tugas–tugas bersama.
2. Konsep Buruh
Istilah buruh tidak muncul begitu saja dalam pemikiran dikalangan dewasa
sekarang. Selalu menjadi perhatian yang ramai ketika membicarakan buruh, terutama
berkaitan dengan hak dan kewajiban buruh dalam eksistensi sebagai orang yang
bekerja dan mengharapkan imbalan. Melihat permasalahan buruh yang kerap menjadi

perhatian publik, adakala kita menyamakan buruh dengan istilah perbudakan di mana
seseorang melakukan pekerjaan di bawah pimpinan orang lain dan tidak mempunyai
hak apapun termasuk hak atas kehidupannya, ia hanya memiliki kewajiban untuk
melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh tuannya. Selain perbudakan ada istilah
lain yakni sistem kerja paksa zaman penjajahan Jepang (Rodi). Rodi merupakan kerja
paksa yang dilakukan oleh rakyat untuk kepentingan pihak penguasa atau pihak lain
dengan tanpa pemberian upah, dilakukan diluar batas perikemanusiaan.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa riwayat timbulnya istilah perburuhan
itu dimulai dari peristiwa pahit yakni penindasan dan perlakuan di luar batas
kemanusiaan yang dilakukan oleh orang maupun penguasa pada saat itu. Para buruh
tidak diberikan hak apapun yang ia miliki hanyalah kewajiban untuk mentaati
perintah dari majikan atau tuannya. Nasib para buruh hanya dijadikan barang atau
obyek yang kehilangan hak kodratinya sebagai manusia. Merujuk pada penjelasan di
atas, akan dirincikan definisi buruh sebagai berikut :
Dalam Kamus Sosiologi buruh (proletar) merupakan kaum atau kelas sosial
yang terdiri dari orang-orang miskin yang tidak memiliki modal dan alat-alat produksi
serta cenderung ditindas oleh kaum borjuis (Haryanta dan Sujatmiko, 2012:209)
Indrawa dalam Miha (2001:8) buruh adalah pekerja yang mendapat upah atau gaji. Di
mana upah merupakan suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada
tenaga kerja untuk suatu pekerjaan yang telah atau yang akan dilakukan, dinyatakan
atau dinilai dalam bentuk uang, ditetapkan menurut suatu perjanjian, atau peraturan
perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja termasuk
tunjangan baik untuk tenaga kerja sendiri maupun untuk keluarganya.
Selanjutnya Toha (1991) buruh adalah seorang yang bekerja pada orang lain
(biasa disebut majikan) dengan menerima upah, bebas dan pekerjaan yang dilakukan
di bawah pimpinan orang lain dan mengesamping persoalan antara pekerjaan dan
pekerja.
Sedangkan menurut Soepomo (1987: 99) buruh atau pekerja adalah
a. Orang yang bekerja pada orang lain atau pada suatu bidang dengan
menerima upah
b. Barang siapa yang bekerja pada majikan dengan menerima upah
UU No. 13 Tahun 2003 menetapkan bahwa penggunan istilah pekerja selalu
dibarengi dengan istilah buruh yang menandakan bahwa dalam UU ini dua istilah
tersebut memiliki makna yang sama. Dalam Pasal 1 Angka 3 dapat dilihat pengertian

dari pekerja/buruh yaitu: “setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain”. Dari pengertian tersebut dapat dilihat beberapa unsur
yang melekat dari istilah pekerja/buruh yaitu:
1. Setiap orang yang bekerja (angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja
tetapi harus bekerja)
2. Menerima upah atau imbalan sebagai balas jasa atas pelaksanaan pekerjaan
tersebut. (Tunggal. 2012).
3.

Upah
Manning dalam Miha (2001:9) mencatat upah ditinjau dari dua sisi yakni : (1)
dari sisi sosial, tingkat upah merupakan salah satu ukuran untuk menilai kesejahteraan
buruh dan meratanya pendapatan, ( 2) dari sisi ekonomi adalah harga atau nilai
sumber daya manusia dan berfungsi dalam alokasi tenaga kerja.
Dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja pasal
(1) angka 5 mendefinisikan upah “suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha
kepada tenaga kerja untuk sesuatu pekerjaan yang telah dan akan dilakukan,
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang, ditetapkan menurut suatu perjanjian, atau
peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja
termasuk tunjangan baik untuk tenaga kerja sendiri maupun untuk keluarganya.
Dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 pasal (1) Angka 30 memberikan
pengertian tentang upah yaitu pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh
yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan
keluarganya atas suatu pekerja dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan
Upah merupakan imbalan jasa yang diterima seseorang dalam hubungan kerja
berupa uang atau barang, melalui sebuah perjanjian kerja, imbalan jasa diperuntukkan
guna memenuhi kbutuhan bagi diri dan keluarganya. Dalam pengertian teori ekonomi,
pembayaran yang diperoleh dalam berbagai bentuk jasa yang disediakan dan
diberikan kepada tenaga kerja (Sukirno, 2002: 353). Dari definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa upah adalah balas jasa atau pendapatan yang diterima oleh
pekerja/buruh dari pihak lain yang memiliki modal.
Pengertian lain juga dapat di lihat pada pernyataan Dewan Perupahan Nasional
yang juga mendefinisikan upah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberi

kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan,
berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan
produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu
persetujuan, undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian
kerja antara pemberi dan penerima kerja (Ruky, 2001: 7).
Penjelasan di atas dapat disimpulkan definisi upah secara umum yaitu hak
pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pemilik modal (pengusaha) kepada pekerja (buruh) atas pekerjaan atau jasa yang telah
atau akan dilakukan, sesuai perjanjian kerja, kesepakatan-kesepakatan, atau peraturan
perundang-undangan, yang di dalamnya meliputi upah pokok dan tunjangan yang
berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup dan kelayakan bagi kemanusiaan.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Auliya Insani Yunus (2011) dengan judul
“Potret Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima di Kota Makasar (Kasus
Penjual Pisang Epe di Pantai Losari). Pada penelitian ini disebutkan bahwa faktor
pendorong yang membuat Pedagang Kaki Lima berjualan Pisang Epe di Pantai Losari
yaitu bahwa menjual pisang Epe tidak membutuhkan keahlian khusus serta
pendidikan yang tinggi. Selain itu faktor lain yang cukup berpengaruh yaitu adanya
keinginan untuk bekerja dikota apalagi sanak saudara yang telah hidup kota
menyetujui untuk menjadi penjual pisang Epe.
Dari hasil penelitian di atas dengan hasil penelitian sekarang dapat dilihat
bahwa perbedaan penelitian terdahulu dengan peneliti yang lakukan sekarang ini yaitu
ada motivasi buruh untuk bekerja tanpa memperhitungkan jam kerja serta jumlah hari
kerja yang sangat terbatas yakni masing-masing kelompok kerja hanya mempunyai 14
hari kerja dalam satu bulan. Sedangkan persamaan yaitu bahwa untuk menjadi buruh
kasar pelabuhan tidak memerlukan pendidikan tinggi namun kekuatan fisik yang
diandalkan.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka Berpikir
Buruh Pelabuhan (Bolok)

Kehidupan Sosial Ekonomi

Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan

Hubungan Sosial

Upaya Pemenuhan Kebutuhan

D. Landasan Teori
1. Teori Pilihan Rasional James Coleman
Beberapa sumber acuan yang penulis coba untuk ditelaah pada
penggunaan teori pilihan rasional sebagai landasan teori untuk menjelaskan
kehidupan sosial ekonomi tampak jelas bahwa definisi pilihan rasional ternyata

sangatlah beragam. Beberapa ahli memberikan penekanan sebagai hal yang
menyangkut sebagian besar penelitian sosiolog yakni menyelaraskannya dengan
analisis yang memandang perilaku atau tindakan seseorang sebagai sesuatu yang
purposive. Sebaliknya para ahli lain memberikan arti dengan sangat ketat,
sehingga tidak mengikutsertakan semua pilihan rasional yang bersifat sosiologis
dengan membatasi bahwa para pelaku harus dipandang sebagai seorang yang
termotivasi oleh kepentingan diri. Pengakuan kepentingan diri ini senada dengan
Coleman dalam Teori Pilihan Rasionalnya.
Peneliti memilih teori pilihan rasional James Coleman (dalam Ritzer dan
Goodman: 2003: 391) untuk menjelaskan kehidupan sosial ekonomi buruh.
Orientasi pilihan rasional Coleman adalah gagasan bahwa “orang-orang bertindak
secara purposif menuju tujuan, dengan tujuan (dan dengan tujuan juga tindakantindakan) yang dibentuk oleh nilai-nilai atau preferensi. Orientasi menurut
Coleman mengkonseptualisasikan terhadap aktor sosial yang berasal dari ekonomi
yang melihat aktor memilih tindakan-tindakan itu yang akan memaksimalkan
utilitas atau kepuasaan kebutuhan dan keinginan mereka. Coleman memusatkan
perhatian pada aktor di mana aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai
tujuan atau maksud artinya bahwa aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju
pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut, serta aktor pun dipandang
mempunyai pilihan atau nilai serta keperluan. Aktor tidak memilih dan melihat
apa yang akan menjadi pilihan atau sumber pilihannya, yang penting adalah
kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan
tingkatan pilihan aktor.
Ada dua elemen kunci dalam teroi pilihan rasional Coleman yaitu aktor
dan sumber daya. Hubungan diantara kedua elemen tersebut adalah adanya
kontrol dan ketertarikan dari aktor terhadap eksistensi sumber daya tersebut atau
boleh dikatakan terjadi interaksi antar unsur tersebut. Coleman menjelaskan
interaksi antara aktor dan sumber daya secara rinci menuju ke tingkat sistem sosial
:
“Basis minimal untuk sistem sosial tindakana adalah dua orang aktor, masingmasing mengendalikan sumber daya yang menarik perhatian pihak lain. Perhatian
satu orang terhadap sumber daya dikendalikan orang lain itulah yang menyebabkan
keduanya terlibat dalam tindakan saling membutuhkan .....terlibat dalam sistem
tindakan .....Selaku aktor yang mempunyai tujuan, masing-masing bertujuan untuk
memaksimalkan perwujudan kepentingannya yang memberikan ciri saling tergantung

atau ciri sistematik terhadap tindakan mereka.” (Coleman dalam Ritzer, 2003:394395 ).

2. Teori Motivasi Manusia Abraham Maslow
Manusia adalah makhluk yang punya keinginan dan jarang mencapai
keadaan puas sepenuhnya kecuali untuk waktu yang singkat. Apabila keinginan
yang satu telah terpenuhi, keinginan lainnya akan timbul menggantikan keinginan
sebelumnya. Jika keinginan itu pun terpenuhi, masih ada keinginan lainnya yang
akan menyusul, dan begitu seterusnya. Kenyataan ini menuntut kita untuk
menelaah tata hubungan semua motivasi satu sama lain. Atas dasar bagaimana
aktualisasi diri manusia memunculkan motivasi untuk selalu menemukan
kepuasaan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, maka Maslow (1994)
menyusun teori motivasi manusia, di mana variasi kebutuhan manusia dipandang
dan tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Teori motivasi Abraham
Maslow yang meliputi lima tingkatan kebutuhan dasar manusia, merupakan teori
yang berguna untuk melihat motivasi yang mendasari tingkah laku manusia.
Maslow berpijak pada asumsi dasar bahwa tingkah laku manusia dapat ditelaah
melalui kecenderungannya dalam memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tersebut
bermula dari kebutuhan tingkat rendah sampai kebutuhan tingkat tinggi. Maslow
mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia
menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai
tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau
mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut.
Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat berikutnya.
Motivasi dan hirarki kebutuhan seperti ini selalu dinamis dan kebutuhan dominan
selalu berubah-ubah. Maslow mengkategorikan hirarki kebutuhan manusia
menurut tingkat pemenuhannya dari tingkat yang paling rendah sampai yang
tingkat paling tinggi yaitu aktualisasi diri. Maslow membagi tingkat kebutuhan
manusia yakni physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety needs
(kebutuhan akan rasa aman), love needs/belongingness/love needs (kebutuhan
cinta dan meiliki), esteem needs (kebutuhan atas penghargaan) dan self
actualization needs (kebutuhan akan aktualisasi diri).

Peneliti dengan memilih teori motivasi manusia Abraham Maslow ingin
menjelaskan keterkaitan motivasi kaum buruh dalam memenuhi kebutuhan hidup
serta implikasi motivasi pemenuhan kebutuhan tersebut terhadap piramida
kebutuhan Maslow. Artinya bahwa pada tingkat yang manakah pencapaian
kebutuhan kaum buruh, apakah berada pada kebutuhan karena kekurangan (basic
needs) atau masuk pada kebutuhan berkembang (metaneeds).

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah membahas hasil penelitian serta analisis data di atas, maka penulis
mengambil kesimpulan berkaitan dengan kehidupan sosial ekonomi buruh di
pelabuhan Bolok yakni :
1. Buruh yang bekerja dipelabuhan Bolok merupakan pekerja sektor informal
yang mana mereka tidak memiliki keterampilan khusus kecuali
mengandalkan kekuatan fisik juga rata-rata pendidikan formal yang
ditamatkan hanya sampai Sekolah Dasar.
2. Tingkat pendapatan yang dihasilkan buruh di pelabuhan dalam satu bulan
tergolong masih rendah yakni Rp 600.000 – Rp 800.000 sehingga upaya
untuk memenuhi kebutuhan keluarga masih jauh dari keadaan sejahtera
serta dengan jumlah jam kerja yang tidak menentu dan tidak ada batasan.
Dengan jumlah pendapatan yang demikian mereka hidup dengan keadaan
yang masih kurang dan sulit sehingga mereka mempunyai strategi bertahan
yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

3. Karena pemenuhan kebutuhan keluarga yang belum cukup, sehingga
mengabaikan pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi. Rata-rata anak
mereka hanya tamat sekolah dasar setelah itu membantu orang tua mencari
uang untuk dapat menambah penghasilan keluarga.
4. Tingkat relasi sosial diantara sesama buruh juga dengan lingkungan sekitar
sangat tinggi. Selain solidaritas proses social asosiatif yang tinggi yang
dibuktikan kerja kelompok buruh dipelabuhan. Bahu membahu untuk
meringankan pekerjaan mereka sebagai buruh kasar.

B. SARAN
Setelah melakukan penelitian dan menyimpulkan hasi penelitian tersebut, maka
ada beberapa hal yang menjadi saran dalam tulisan ini yakni :
1. Bagi buruh itu sendiri yakni sebaiknya apa yang menjadi pekerjaan mereka agar
tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari namun lebih dari itu untuk
dapat memberikan motivasi bagi pekerja sektor informal lainnya yang tidak lebih
beruntung dari mereka juga mencari berbagai strategi jitu untuk bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari tanpa bergantung kepada menjadi buruh, selain strategi
yang telah dilakukan.
2. Bagi masyarakat yang lain untuk selalu bekerja sama dengan buruh dalam hal
apapun. Di samping itu menggunakan jasa mereka yang ahli dalam bidangnya
sebagai buruh Pelabuhan. Sebab kita manusia tidak bisa hidup tanpa kehadiran
orang lain dalam konteks kehidupan kemasyarakatan.
3. Untuk Pemerintah sebagai pengambil kebijakan publik, agar mengambil
kebijakan sosial tanpa harus memandang sektor kerja masyarakat. Namun harus
memperhatikan masyarakat yang tidak memiliki modal dan masuk pada
kelompok kerja sektor informal. Selain itu pemerintah dengan sigap dan cepat
tanggap untuk mengatasi dan memberikan bantuan terhadap sektor informal agar
dapat meningkatkan penghasilan sehingga amanat dalam UUD 1945 alinea ke
empat bisa terwujud.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alma, Buchari. 2001. Kewirausahaan: Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta
Breman, Jan. 1985. Of Peasants, Migrants, And Paupers : Rural Labour Circulation And
Capitalist Production In West India. New Delhi; New York: Oxford University Press
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Rev. Edisis IV.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Haryanta, Agung Tri dan Eko Sujatmiko. 2012. Kamus Sosiologi. Surakarta: Aksarra
Senergi Media
Horton, Paul B dan Chester L. Hunt. 1984. Sosiologi. Jilid I, Edisi VI. Jakarta: Erlangga
Manning, Chris dan Tadjudin Noer Effemdi. 1985. Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor
Informal di Kota. Jakarta: Gramedia
Maslow, A. 1994. Motivasi dan Kepribadian. Jakarta: PT. Pustaka Biman Pressindo
Miles, MB dan AM Huberman. 1992. Qualitative Data Analysis: A Source Book of New
Methods. Sage: Beverly Hills
Moleong, LJ. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mubarok dan Juliana Ifnul. 2012. Kamus Istilah Ekonomi. Bandung: Yrama Widya
Muhidin, Syarif. 1992. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial.
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2007. Sosiologi. Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
NAS, P.J.M. 1979. Pengantar Sosiologi Kota. Jakarta: Bhratara Karya Aksara
Resmi, Setia. (2005). Gali Tutup Lubang Itu Biasa : Strategi Buruh Menanggulangi
Persoalan dari Waktu ke Waktu. Bandung : Yayasan Akatiga
Ritzer, George. 2003. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2003. Teori Sosiologi Modern: Edisi Ke-6.
Jakarta: Prenada Media Group
Ruky, Ahmad S. 2001. Manajemen Penggajian dan Pengupahan Karyawan Perusahaan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Soepomo, Imam. 1987. Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja Cet. IX, Edisi Rev.
Jakarta: Djambatan
Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

---------------. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat: Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT
Rineka Cipta.
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali
Pers
Suparlan, Parsudi. 1984. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Syafii, Inu Kencana. 2010. Teori Keseimbangan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Team Rafapustaka. 2010. Kamus Sosiologi.
Tobing, Elwin. 2002. Pendidikan, Tenaga Kerja dan Kewiraswastaan. Jakarta: The
Prospect
Toha, Halili. 1991. Hubungan Kerja antara Majikan dan Buruh: Cetakan II. Jakarta:
Rineka Cipta.
Regulasi
Tunggal, Hadi. 2012. Perundang – Undangan Ketenagakerjaan Baru. Jakarta: Harvarindo
Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Jakarta:
Visimedia
Skripsi
Saragih, Dewi Kartika,’’Kontribusi Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani
Indonesia Dalam Rangka Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Di Kelurahan
Pangkalan Mansyur Kecamatan Medan Johor,” Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara, Medan, 2009.
Miha, Rudolf H.“ Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Pelabuhan (Studi Sosiologis tentang
Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh di Pelabuhan Laut Tenau Kupang),” Skripsi
Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nusa Kupang, NTT, 2001.
Yunus, Auliya Insani“ Potret Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima di Kota
Makasar (Kasus Penjual Pisang Epe di Pantai LOsari)),” Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Makasar, 2011.

Internet
http://www.nonowarsonostain.blogspot.com/2011/03/james-s-coleman-sebuah-sketsabiografis.html, di akses 22 Maret 2013, 23.19 pm.
http://www.psychologymania.com/2012/11/teori-pilihan-rasional.html, diakses 22 Maret
20013 22.39