PENGARUH METODE BERMAIN PERAN DAN KONSEP DIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI DI KELOMPOK BERMAIN KOTA MEDAN.
PENGARUH METODE BERMAIN PERAN DAN
KONSEP DIRI TERHADAP KEMAMPUAN
BERBICARA ANAK USIA DINI
DI KELOMPOK BERMAIN
KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
Eli Tohonan Tua Pane
NIM: 809122029
(2)
PENGARUH METODE BERMAIN PERAN DAN
KONSEP DIRI TERHADAP KEMAMPUAN
BERBICARA ANAK USIA DINI
DI KELOMPOK BERMAIN
KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
Eli Tohonan Tua Pane
NIM: 809122029
POGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(3)
(4)
(5)
ABSTRAK
Eli Tohonan Tua Pane: Pengaruh Metode Bermain Peran dan Konsep Diri
Terhadap Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini di Kelompok Bermain Kota Medan. Tesis. Medan: Program Pascasarjana UNIMED, 2013.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat diselenggarakan dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah Kelompok Bermain. Anak usia dini baru memiliki kemampuan bahasa khususnya kemampuan berbicara yang terbatas dan tidak sedikit anak yang mengalami kesulitan berkomunikasi, sulit mengungkapkan perasaannya dan cenderung tidak berinteraksi sehingga lebih suka bermain sendiri. Salah satu metode yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa khususnya kemampuan berbicara adalah metode bermain peran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh metode bermain peran makro dan bermain peran mikro terhadap kemampuan berbicara anak usia dini di Kelompok Bermain Kota Medan; (2) pengaruh konsep diri positif dan konsep diri negatif terhadap kemampuan berbicara anak usia dini di Kelompok Bermain Kota Medan; dan (3) pengaruh interaksi antara metode bermain peran dan konsep diri terhadap kemampuan berbicara anak usia dini di Kelompok Bermain Kota Medan. Penelitian ini bersifat eksperimen semu (quasi experiment). Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan cluster random sampling, yang terdiri dari empat kelas dengan jumlah sampel seluruhnya 60 orang anak yang ditentukan secara acak dengan sistem undian. Instrumen penelitian menggunakan tes kemampuan berbicara dan tes konsep diri. Rentang skor tes kemampuan berbicara dari 0-25, sedangkan tes konsep diri dari 0-17. Metode penelitian dengan menggunakan kuasi eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2. Temuan dalam penelitian ini adalah : (1) kemampuan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran dengan metode bermain peran makro lebih tinggi daripada anak yang mengikuti pembelajaran dengan metode bermain peran peran mikro dimana harga Fhitung= 18,06, Ftabel = 4,008 pada taraf signifikansi alpha = 0,05; (2) kemampuan
berbicara anak yang memiliki konsep diri positif lebih tinggi daripada kemampuan berbicara yang memiliki konsep diri negatif, harga Fhitung = 6,68,
Ftabel = 4,008 pada taraf signifikansi alpha = 0,05 dan (3) terdapat pengaruh
interaksi antara belajar dengan metode bermain peran dan konsep diri terhadap kemampuan berbicara dengan Fhitung = 112,13, Ftabel = 4,008 pada taraf
signifikansi alpha = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh metode bermain peran dan konsep diri terhadap kemampuan berbicara anak usia dini di kelompok bermain kota Medan.
(6)
i
ABSTRACT
Eli Tohonan Tua Pane: The effect of Role Play Methods and Self Concept to
Speaking Ability of Early Young Children of Play Group in the City of Medan. Thesis. Medan: School of Potsgraduate Studies, UNIMED, 2013.
Early Childhood Education (ECE) can be done in many ways, the one is Play Group. Early young children are still have a limited language competences and more of them have a little difficulty in making good communication, not easy to say their feelings and not to interact with school mate, so they prefer to play alone
which is called solitary play.One method in improving children’s competence of
language, especially in speaking ability is Role Play Methods. This study aims to determine: (1) the effect of macro play and micro play to speaking ability of play group in the city of Medan; (2) the effect of positive self concept and negative self concept to speaking ability of play group in the city of Medan; and (3) the effect of role play and self concept together with speaking ability of play group in the city of Medan.This was a quasi experiment. The sampling technique using cluster
random sampling that consists of four classes with 60 early young children in the
city of Medan, which is determined randomly by a lottery system. The research instruments were speaking ability test, and self concept test. Speaking ability score between 0-25, self concept score between 0-17.Technique of analyzing data used Anava of two direction at α 0.05. The results showed that: (1) speaking ability of children who followed the macro play methods is higher than children who followed the micro play methods in which Fcount = 18.06, Ftable = 4.008; (2)
speaking ability of children who have positive self concept methods is higher than children who have negative self concept in which Fcount = 6.68, Ftable = 4.008; and
(3) There is an interaction between role play methods and self concept to speaking in which Fcount = 112.13, Ftable = 4.008. It can be conclude that there is an effect of
role play methods and self concept to speaking ability of early young children of play group in the city of medan.
(7)
KATA PENGANTAR
Penulis sangat bersyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Pengaruh Metode Bermain Peran dan Konsep Diri terhadap Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini di Kelompok Bermain Kota Medan” ini telah selesai disusun yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan.
Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak menerima dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan segala hormat dan kerendahan hati mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak terutama kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd sebagai pembimbing I yang sekaligus sebagai Ketua Prodi Teknologi Pendidikan yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk mulai dari merancang
penelitian ini hingga penyelesaian tesis ini. Demikian juga kepada Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd sebagai pembimbing II yang dengan sabar
memberikan masukan dan koreksi yang sangat berarti demi penyempurnaan tesis ini. Kepada Ibu Dr. Anita Yus, M.Pd sebagai narasumber dan kolega dalam pengembangan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang telah memberikan inspirasi, dukungan dan kesempatan untuk berdiskusi mulai dari awal sampai selesainya penulisan tesis ini dan juga kepada narasumber yang lain yaitu Bapak Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Hasan Saragih, M.Pd yang telah memberikan masukan dan saran konstruktif dalam perbaikan tesis ini.
Selanjutnya penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Medan, Direktur dan Asisten Direktur Program
Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. Ketua dan Sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan beserta Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan kesempatan dan bantuan untuk kelancaran studi selama mengikuti perkuliahan.
(8)
2. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian lapangan di Kelompok Bermain Kota Medan. 3. Kepala/Ketua Pengelola Kelompok Bermain Kenanga dan Kelompok Bermain
Anisah Kota Medan
4. Rekan-rekan mahasiswa prodi Teknologi Pendidikan Angkatan XVII yang telah bersama-sama berbagi suka dan duka selama perkulihan dan rekan-rekan pokja PAUD BP-PAUDNI yang telah mendukung dan membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.
5. Teristimewa keluarga tercinta, isteri Ruspelita Sijabat, S.Pd dan ketiga anak Thereskia Pinta Nauli Pane, Jeremia Letare Pane, Gracia Aminora Pane yang senantiasa mendampingi dan memberikan pengertian selama mengikuti perkuliahan dan penyelesaian tesis ini. Ibunda Ny.Pane J.br. Sinambela (Op. Daniel boru) dan ito Kurnia Wasni Pane dan kepada seluruh keluarga besar Pane dan keluarga besar Sijabat. Karena tanpa mereka, penulis tidak dapat berbuat apa-apa.
Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu disini, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuannya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan yang Bapak/Ibu telah berikan. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan bagai dunia pendidikan khususnya di Kota Medan dan Propinsi Sumatera Utara secara umum.
Medan, Januari 2013 Peneliti,
Eli Tohonan Tua Pane
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Perumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis ... 12
1. Hakikat Kemampuan Berbicara ... 12
2. Hakikat Metode Bermain Peran ... 23
3. Hakikat Konsep Diri ... 32
4. Penelitian yang relevan ... 38
B. Kerangka Berpikir ... 39
C. Pengajuan Hipotesis Penelitian ... 43
BAB III METODE PENELITIAN ... 44
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44
B. Populasi dan Sampel ... 44
C. Metode dan Rancangan Penelitian ... 46
D. Varabel dan Defenisi Operasional Penelitian ... 47
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 52
1. Teknik Pengumpulan Data ... 52
2. Instrumen Penelitian... 52
F. Ujicoba Instrumen (Kalibrasi) ... 54
G. Hasil Ujicoba Instrumen ... 58
H. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ... 62
I. Pengontrolan Perlakuan ... 65
J. Teknik Analisis Data ... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 70
B. Pengujian Prasyaratan Analisis ... 84
C. Pengujian Hipotesis ... 90
(10)
ii
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97
F. Keterbatasan Penelitian ... 100
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 102
B. Implikasi ... 103
C. Saran ... 107
DAFTAR PUSTAKA ... 109
(11)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Tingkat Pencapaian Perkembangan kelompok
usia 3 – < 4 tahun ... 15
2 Tahapan proses perkembangan bahasa anak usia lahir sampai dengan usia 6 tahun ... 21
3 Indikator Konsep Diri Anak Usia Dini ... 37
4 Sampel Dalam Setiap Kelompok ... 46
5 Rancangan Penelitian faktorial 2 x 2 ... 47
6 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Bicara ... 53
7 Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri... 54
8 Validitas Butir Tes Kemampuan Berbicara ... 58
9 Tingkat Kesukaran Butir Tes Kemampuan Berbicara... 59
10 Hasil Analisis Daya Beda Butir Tes Kemampuan Berbicara ... 60
11 Validitas Butir Tes Konsep Diri ... 61
12 Tingkat Kesukaran Butir Berdasarkan Indikator ... 61
13 Hasil Analisis Daya Beda Tes Konsep Diri ... 62
14 Tahapan Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran Makro dan Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran Mikro ... 64
15. Perhitungan ANAVA ... 70
16 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Sebelum Anak Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Makro (Pretes) ... 71
17 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Sebelum Anak Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Mikro (Pretes) ... 73
18 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Anak Yang Memiliki Konsep Diri Positif ……… 74
19 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Anak Yang Memiliki Konsep Diri Negatif ……….. 76
(12)
iv
20 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Anak Kelompok Bermain Yang Memiliki Konsep Diri Positif
Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain ... 77
21 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Anak Kelompok Bermain Yang Memiliki Konsep Diri Negatif Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Makro ... 79
22 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Anak Kelompok Bermain Yang Memiliki Konsep Diri Positif Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Mikro .... 81
23 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Anak Kelompok Bermain Yang Memiliki Konsep Diri Negatif Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Mikro .... 83
24 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berbicara ... 86
25 Ringkasan Perhitungan Uji Bartlett ... 89
26 Ringkasan Perhitungan Uji Homogenitas ... 89
27 Rangkuman Hasil Analysis of Varians Gabungan ... 90
(13)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Alur Program Pembangunan PAUD di Indonesia tahun
2011-2045 ………. 3 2 Histogram Kemampuan Berbicara Sebelum Anak Mengikuti
Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Makro ... 72
3 Histogram Kemampuan Berbicara Sebelum Anak Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Mikro ... 73 4 Histogram Kemampuan Berbicara Setelah Anak Mengikuti
Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Makro ... 75 5 Histogram Kemampuan Berbicara Anak Yang Mengikuti
Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Mikro ... 76 6 Histogram Kemampuan Berbicara Anak Yang Memiliki Konsep
Diri Positif Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Makro ... 78 7 Histogram Kemampuan Berbicara Anak Yang Memiliki Konsep
Diri Negatif Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Makro ... 80 8 Histogram Kemampuan Berbicara Anak Yang Memiliki Konsep
Diri Positif Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Mikro ... 82 9 Histogram Kemampuan Berbicara Anak Yang Memiliki Konsep
Diri Negatif Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Mikro ... 84 10 Interaksi antara pembelajaran dengan konsep diri terhadap
(14)
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Instrumen Pengamatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini ... 109
2. Instrumen Pengamatan Konsep Diri Anak ... 112
3. Pedoman Pendidik PAUD dalam Mengelola Kegiatan Bermain Peran ... 114
4. Rencana Kegiatan Harian ... 117
5. a. Validitas Konsep Diri ... 217
b. Reliabilitas Konsep Diri ... 218
c. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Konsep Diri ... 219
6. a. Validatas Kemampuan Berbicara ... 220
b. Reliabilitas Kemampuan Berbicara ... 221
c. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Kemampuan Berbicara ... 222
7. Tabel Data Kemampuan Berbicara Berdasarkan Pembelajaran dan Konsep Diri ... 223
8. Tabel Skor Tes Konsep Diri Anak Kelompok Bermain Kenanga ... 225
9. Tabel Skor Tes Konsep Diri Anak Kelompok Bermain Anisah ... 228
10. Tabel Skor Kemampuan Berbicara Kelompok Bermain Kenanga ... 231
11. Tabel Skor Kemampuan Berbicara Kelompok Bermain Anisah ... 232
12. Distribusi Frekuensi Data Penelitian ... 233
13. Perhitungan Harga Rata-Rata (M), Standar Deviasi (SD) Median (Me), Modus (Mo) dan Rata-rata Ideal... 247
14. Perhitungan Persyaratan Analisis ... 255
15. Perhitungan Anava Dua Jalur ... 264
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education,
and education is life) merupakan semboyan yang menjelaskan bahwa pendidikan
adalah pengalaman hidup (belajar) dalam berbagai lingkungan yang berlangsung
sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi pertumbuhan dan perkembangan
individu. Pengalaman hidup tersebut disamping akan terus dan selalu
memengaruhi perjalanan hidup seseorang sepanjang hayat juga akan
memengaruhi kesuksesannya kelak. Pengalaman hidup itu dimulai sejak anak
lahir dan dari sinilah dikenal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dijelaskan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. PAUD merupakan pendidikan yang mendasar dan
strategis dalam membentuk insan yang cerdas dan unggul sekaligus berakhlak
mulia yang akan menentukan kemajuan suatu bangsa. Fasli Jalal (2002)
mengemukakan bahwa pemberian perhatian pada masa usia dini menjadi hal
(16)
2
Kesadaran akan pentingnya PAUD untuk mencetak generasi yang unggul
sekaligus berakhlak mulia menjadikan PAUD sebagai salah satu prioritas
pembangunan pendidikan di Indonesia. Wujudnya adalah adanya komitmen
pemerintah dalam rangka penyebarluasan akses dan peningkatan mutu layanan
PAUD. Bukti keseriusan pemerintah direalisasi dengan keikutsertaan Indonesia
dalam The World Education forum pada Deklarasi Dakkar di Senegal tahun 2000
yang menghasilkan program Education for All (EFA) yang dilanjutkan dengan
komitmen World Fit for Children, New York 8 Mei 2002. Kebijakan di dalam
negeri ditunjukkan dengan lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Keseriusan tersebut juga ditegaskan
dengan keberadaan Pasal 28 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan munculnya Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini dalam pemerintahan, bahkan sekarang telah menjadi
satu Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal
(DITJEN PAUDNI). Kebijakan tersebut menempatkan Pendidikan Anak Usia
Dini dalam tatanan pemerintahan dan kehidupan masyarakat dengan kekuatan
hukum yang jelas.
Implementasi kebijakan pemerintah memunculkan berbagai bentuk
kegiatan yang bertujuan memperbaiki penyelenggaraan pelayanan pendidikan
anak usia dini seperti penambahan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini baik
Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA), Kelompok Bermain (KB)
(17)
3
serta perbaikan sarana bermain dan belajar terus berlangsung. Adapun program
pembangunan PAUD dapat dilihat dari bagan alur atau Gambar 1 di bawah ini.
PAU D Fundamen SDM Berkualitas SDM Handal SDM Berdaya Saing Global Insan Cerdas Komprehensif Standar Mutu Nasional Standar Mutu Internasional Layanan Paripurna Pemantapan Mutu
2011 2015 2025 2035 2045
ANAK INDONESIA
HARAPAN KADO 100 TAHUN
INDONESIA MERDEKA
2
Gambar 1. Alur Program Pembangunan PAUD di Indonesia tahun 2011-2045
Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan dalam berbagai
bentuk, salah satu di antaranya adalah Kelompok Bermain. Kelompok Bermain
adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang
menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi
anak sejak lahir sampai dengan enam tahun. Pendidikan yang diberikan pada
program PAUD termasuk di Kelompok Bermain adalah dengan pemberian
stimulasi atau rangsangan yang menyentuh semua aspek perkembangan seperti
(18)
4
penting yang perlu diperhatikan sejak usia dini. Tanpa bahasa seseorang tidak
akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Berkomunikasi sebagai kebutuhan
dasar bagi setiap anak karena merupakan mahkluk sosial yang harus hidup
berdampingan dengan sesamanya. Anak selalu menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan
bahasa, sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak.
Melalui berbahasa, komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik sehingga
anak dapat membangun hubungan. Tidak heran bahasa dianggap sebagai salah
satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara,
kadang merupakan cerminan anak yang cerdas. Bahasa merupakan landasan
seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar
pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan
baik. Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang
pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan
keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.
Bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan
pengetahuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang sedang
tumbuh dan berkembang mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan
perasaannya melalui bahasa yang sederhana dengan ciri sebagai berikut;
kata-katanya mempunyai makna yang unik, kemampuan anak masih terbatas untuk
memahami bahasa dari pandangan orang lain, perkembangan bahasa anak terjadi
(19)
5
Dari hasil pengamatan di lembaga-lembaga PAUD khususnya di
kelompok bermain dan juga berdasarkan diskusi yang dilakukan bersama para
guru PAUD pada kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh
Dinas Pendidikan Kota Medan di tahun dua ribu sebelas disimpulkan bahwa anak
usia dini baru memiliki kemampuan bahasa khususnya kemampuan berbicara
yang terbatas dan tidak sedikit anak yang mengalami kesulitan berkomunikasi,
sulit mengungkapkan perasaannya dan cenderung tidak berinteraksi sehingga
lebih suka bermain sendiri. Permasalahan yang sering terjadi pada kemampuan
berbicara anak usia dini seperti; belum mampu berinisiatif mengucapkan
kata-katanya sendiri secara spontan dan hanya mampu menirukan kata-kata, hanya
mampu mengucap sejumlah kata secara berulang dan belum mampu
mengkomunikasikan apa yang menjadi keinginannya, belum mampu memahami
perintah sederhana, intonasi yang tidak biasa saat mengeluarkan suara misalnya
bersuara sengau dan kita merasa sulit memahami apa yang diucapkan anak.
Seharusnya kita dapat mengerti apa yang diucapkan anak usia 2 tahun, seharusnya
kita dengan mudah memahami apa yang diucapkan anaknya pada usia 3 tahun dan
saat anak 4 tahun, ucapan anak seharusnya gampang dimengerti orang dewasa
bahkan oleh orang yang baru bertemu sekalipun. Permasalahan tersebut di atas
dapat terjadi karena banyak hal seperti anak dalam keadaan tertekan dan tidak di
dalam lingkungan positif sehingga stimulasi perkembangan bahasanya tidak
(20)
6
Di lembaga Kelompok Bermain faktor pendidik atau guru yang banyak
belum memiliki kompetensi paedagogi dan profesional bisa menjadi hambatan
dalam mengembangkan kemampuan berbicara anak. Kompetensi paedagogi
adalah kemampuan menerapkan konsep tentang perkembangan anak, konsep
dasar PAUD, konsep bermain, evaluasi perkembangan anak, dan sumber belajar.
Sedangkan kompetensi profesional adalah kemampuan mendidik anak usia dini
(AUD) dengan menerapkan berbagai pendekatan seperti menggunakan
metode-metode pembelajaran. Oleh karena itu metode-metode pembelajaran yang tepat dan sesuai
untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak perlu menjadi perhatian serius
para pengelola pendidikan anak usia dini terutama oleh para pendidik. Selanjutnya
adanya perbedaan kemampuan berbicara antara anak yang satu dengan yang
lainnya diduga karena berbagai faktor yang salah satunya adalah faktor psikologis
seperti konsep diri yang dimiliki anak. Konsep diri tersebut adanya yang positif
dan ada yang negatif, contoh konsep diri positif adalah ketika anak yakin akan
kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan anak lain dan lain
sebagainya. Untuk konsep diri negatif contohnya adalah ketika ada anak yang
cenderung merasa tidak disenangi orang lain, bersikap pesimis terhadap kompetisi
dan lain-lain. Konsep diri ini akan memengaruhi pemilihan kegiatan main anak
termasuk di dalam kegiatan bermain peran.
Salah satu metode yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa
khususnya kemampuan berbicara adalah metode bermain peran. Main peran,
dikenal juga dengan sebutan main pura-pura, khayalan, fantasi, make-believe, atau
(21)
7
memperagakan seakan akan benda tersebut adalah sebuah pesawat maka dia
sedang bermain peran. Piaget menjelaskan anaknya bermain peran ketika ia
tiduran di lantai dengan selimutnya dan pura-pura tidur. Menurutnya, awal main
peran dapat menjadi bukti perilaku anak yang telah berumur satu tahun. Ia
menyatakan bahwa main peran ditandai oleh penerapan cerita pada obyek dimana
cerita itu sebenarnya tidak dapat diterapkan misalnya anak mengaduk pasir dalam
sebuah mangkuk dengan sekop dan pura-pura mencicipinya.
B. Identifikasi Masalah
Kemampuan berbahasa, dalam hal ini kemampuan berbicara dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satunya adalah metode pembelajaran. Namun, dalam
pelaksanaan pembelajaran terdapat sejumlah kendala yang mengakibatkan kurang
efektifnya pembelajaran. Dari sisi pembelajaran perlu diketahui model
pembelajaran yang kondusif bagi pengembangan diri anak, khususnya
kemampuan berbicara. Dari sisi teori kemampuan berbicara, perlu dikaji
implementasi teori kemampuan berbicara dalam mengenali kemampuan yang
dimiliki anak. Dari sisi karakteristik diri anak perlu diketahui bagaimana
aspek-aspek psikologis seperti konsep diri memengaruhi kemampuan berbicara dalam
pembelajaran.
Secara lebih rinci identifikasi permasalahan untuk mengungkap
(22)
8
kemampuan berbicara anak di Kelompok Bermain? 2) Apakah metode
pembelajaran bermain peran memengaruhi perkembangan bicara anak di
Kelompok Bermain? 3) Kendala-kendala apa sajakah yang terdapat dalam
metode bermain peran yang memengaruhi kemampuan berbicara? 4) Upaya apa
sajakah yang perlu diperhatikan agar metode pembelajaran bermain peran
berpengaruh terhadap kemampuan berbicara? 5) Apakah konsep diri
memengaruhi kemampuan berbicara dalam metode bermain peran? 6) Apakah
faktor kesehatan memengaruhi kemampuan berbicara ?
Sejumlah pertanyaan di atas menunjukkan bahwa perlu adanya penelitian
tentang kemampuan berbicara kaitannya dengan metode bermain peran dan
konsep diri. Sehubungan dengan hakikat belajar yang kompleks serta adanya
paradigma yang memandang pentingnya kemampuan berbicara sebagai salah satu
identitas kecerdasan seseorang dengan metode yang tepat, maka perhatian perlu
diarahkan kepada metode bermain peran yang merupakan salah satu metode
pembelajaran yang dapat memengaruhi kemampuan berbicara.
C. Pembatasan Masalah
Terdapat sejumlah permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan
berbicara seperti yang telah dikemukakan dalam identifikasi masalah. Namun,
peneliti memiliki keterbatasan-keterbatasan, seperti keterbatasan kemampuan dan
kesulitan memperoleh sumber bacaan yang berkaitan dengan metode bermain
(23)
9
Di samping itu, pembatasan dilakukan dengan maksud untuk dapat melakukan
penelitian secara mendalam dan akurat.
Berdasarkan pertimbangan yang telah dikemukakan maka penelitian ini
dibatasi pada aspek :
1. Kemampuan berbahasa, dalam hal ini difokuskan pada kemampuan berbicara
2. Metode bermain peran, yaitu bermain peran makro dan mikro
3. Psikologis, yaitu konsep diri yang dimiliki anak yang terdiri dari konsep diri
positif dan konsep diri negatif
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah,
identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat dikemukakan rumusan masalah
penelitian ini, sebagai berikut:
1. Apakah kemampuan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran dengan
metode bermain peran makro lebih tinggi daripada anak yang mengikuti
pembelajaran dengan bermain bermain peran mikro?
2. Apakah kemampuan berbicara anak yang memiliki konsep diri positif lebih
tinggi daripada anak yang memiliki konsep diri negatif?
3. Apakah terdapat interaksi antara metode bermain peran dengan konsep diri
(24)
10
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan
kemampuan berbicara anak usia dini di Kota Medan kaitannya dengan aspek
bermain peran dan konsep diri. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui :
a. Pengaruh metode bermain peran makro dan bermain peran mikro terhadap
kemampuan berbicara anak usia dini di Kelompok Bermain Kota Medan.
b. Pengaruh konsep diri positif dan konsep diri negatif terhadap kemampuan
berbicara anak usia dini di Kelompok Bermain Kota Medan.
c. Pengaruh interaksi antara metode bermain peran dan konsep diri terhadap
kemampuan berbicara anak usia dini di Kelompok Bermain Kota Medan.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dari dua sisi. Pertama,
dari sisi teoretis dan kedua dari sisi praktis. Secara teoretis, penelitian ini
berkontribusi terhadap pengembangan ilmu pendidikan, khususnya di bidang
metode bermain peran dan konsep diri untuk meningkatkan kemampuan berbicara
anak usia dini.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh
para ahli dan praktisi pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan implementasi
metode bermain peran dalam rangka peningkatan mutu pendidikan anak usia dini.
Nilai praktis bagi ahli pendidikan adalah untuk digunakan sebagai bahan rujukan
(25)
11
dan metode bermain peran dalam bentuk penelitian lanjut, sehingga memperluas
wawasan dan bidang kajian pendidikan anak usia dini. Nilai praktis bagi praktisi
pendidikan adalah dapat digunakannya hasil penelitian ini dalam
kegiatan-kegiatan pembelajaran bagi anak usia dini khususnya pembelajaran di Kelompok
Bermain sehingga dengan demikian dapat berkontribusi terhadap peningkatan
(26)
102
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis penelitian yang
telah dikemukakan dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. Pertama,
kemampuan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran dengan metode bermain
peran makro lebih tinggi daripada anak yang mengikuti pembelajaran dengan
metode bermain peran mikro. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode
bermain peran makro lebih efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan
berbicara dari pada pembelajaran dengan metode bermain peran mikro.
Kedua, anak yang memiliki konsep diri positif kemampuan berbicara
lebih tinggi dibanding dengan anak yang memiliki konsep diri negatif pada
kegiatan pembelajaran dengan metode bermain peran makro. Dengan demikian
untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak yang memiliki konsep diri positif
sebaiknya dilakukan melalui pembelajaran dengan metode bermain peran makro.
Sebaliknya anak yang memiliki konsep diri negatif, skor kemampuan berbicara
lebih tinggi dibanding dengan anak yang memiliki konsep diri positif pada
kegiatan pembelajaran dengan metode bermain peran mikro. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak yang
memiliki konsep diri negatif sebaiknya dilakukan melalui pembelajaran dengan
metode bermain peran mikro.
Ketiga, terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran dengan konsep
(27)
103
untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak dapat dilakukan melalui
pembelajaran dengan metode bermain peran.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini memberikan implikasi terutama pada perencanaan
dan pengembangan pembelajaran di Kelompok Bermain, peran guru dan
manajemen kelas.
1. Perencanaan dan Pengembangan Pembelajaran di Kelompok Bermain
Temuan bahwa pembelajaran dengan metode bermain peran dapat
meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini. Konsep diri juga memberikan
pengaruh yang besar pada peningkatan kemampuan berbicara. Ternyata anak yang
memiliki konsep diri positif sebaiknya diikutkan dengan kegiatan pembelajaran
dengan metode bermain peran makro dan untuk anak yang memiliki konsep diri
negatif sebaiknya diikutkan dengan kegiatan pembelajaran dengan metode
bermain peran mikro.
Penerapan pembelajaran dengan metode bermain peran makro maupun
mikro akan berdampak pada perencanaan dan pengembangan pembelajaran di
Kelompok Bermain, meliputi pengelolaan kegiatan belajar, desain materi dan
media serta penilaian. Pertama, pembelajaran dengan metode bermain peran
makro maupun mikro akan mengharuskan pengelolaan kegiatan belajar disusun
dengan tahapan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan metode yang
(28)
104
Pelaksanaan pembelajaran akan memberikan kesempatan kepada anak
untuk terlibat aktif dari awal sampai akhir dalam setiap tahapan pembelajaran
dengan berbagai bentuk aktivitas. Anak akan turut menentukan kriteria
keberhasilan kegiatan belajar terutama apabila anak dilibatkan secara aktif.
Aktivitas anak selama dalam pembelajaran akan membentuk
pengalaman dan menghasilkan kemampuan berbicara apabila anak memiliki
kesempatan untuk melakukan recalling. recalling dapat dilakukan oleh guru
bersama anak setelah kegiatan bermain peran. recalling dapat diberikan dalam
bentuk penilaian atau komentar-komentar yang dapat meyakinkan anak atas usaha
dan hasil belajar yang telah dilakukan.
Semua ucapan atau perkataan yang diucapkan anak terlebih dahulu perlu
diapresiasi. Apresiasi dapat dilakukan secara sendiri maupun bersama-sama
dengan temannya.
Kedua, pembelajaran akan mengharuskan desain materi (tema atau sub
tema) dan media dapat mendorong anak untuk melakukan berbagai kegiatan.
Untuk itu, materi disusun sesuai dengan media yang digunakan dalam bentuk
aktivitas-aktivitas yang dilakukan anak dan guru.
Ketiga, pembelajaran dengan metode bermain peran akan menyebabkan
penilaian mengacu kepada segala sesuatu yang dilakukan dan diucapkan anak
dalam pembelajaran sebagai bentuk hasil belajar. Keberhasilan belajar anak
ditentukan atas dirinya sendiri. Ini berarti anak hanya dibandingkan dengan
(29)
105
2. Implikasi Terhadap Peran Guru
Upaya penerapan pembelajaran dengan metode bermain peran akan
berdampak terhadap peran guru, khususnya cara pandang dan perlakuan terhadap
anak, serta orientasi pembelajaran. Pertama, pembelajaran akan mengharuskan
guru memiliki cara pandang bahwa anak sebagai individu yang memiliki
kemampuan untuk berkembang. Pembelajaran dengan metode bermain peran
tidak menentukan bentuk aktivitas atau cara mana yang akan dilakukan anak
untuk menyelesaikan tugas. Anak cenderung memiliki kebebasan untuk
melakukan ekspresi dalam kegiatan main . Oleh karena itu, guru perlu
memandang anak sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk melakukan
aktivitas yang ditawarkan dalam pembelajaran serta yakin anak akan melakukan
aktivitas belajar yang disepakati. Anak tidak lagi dipandang sebagai objek pasif
yang bersedia menerima apa yang disajikan atau diperintah guru, melainkan
dipandang sebagai subjek yang aktif dalam pembelajaran dengan metode bermain
peran.
Kedua, pembelajaran akan mengharuskan guru menyesuaikan perlakuan
terhadap anak dalam pembelajaran. Perlakuan guru terhadap anak lebih ditujukan
pada upaya untuk menumbuhkan semangat melakukan aktivitas belajar dan
memiliki prestasi yang maksimal, penerimaan keragaman, dan
keterampilan-keterampilan sosial.
Ketiga, Pembelajaran dengan metode bermain peran tidak hanya
(30)
106
anak agar mencapai tujuan belajar. Anak melakukan kegiatan belajar dengan
harapan memperoleh pengalaman belajar yang dapat membangun kemampuan
sesuai dengan potensinya.
3. Manajemen Kelas
Konsep diri positif dan negatif ternyata memberi pengaruh berlawanan
terhadap kemampuan berbicara dalam pembelajaran dengan metode bermain
peran makro dan pembelajaran dengan metode bermain peran mikro. Temuan ini
akan menyebabkan perlunya upaya pemilahan anak dalam pembelajaran
berdasarkan konsep diri.
Pemilahan konsep diri tersebut digunakan sebagai pedoman untuk
memilih pembelajaran yang tepat untuk masing-masing kelompok anak agar
diperoleh hasil belajar yang lebih optimal atau perkembangan kemampuan
berbicara yang maksimal. Bagi anak yang memiliki konsep diri positif diupayakan
belajar dalam pembelajaran dengan metode bermain peran makro. Catatan yang
semestinya dipegang adalah pembelajaran dengan metode bermain peran makro
diterapkan dengan baik agar tetap mendukung karakteristik anak yang memiliki
konsep diri positif.
Bagi anak yang memiliki konsep diri negatif mesti diupayakan
penerapan pembelajaran dengan metode bermain peran mikro. Upaya tersebut
perlu didukung oleh usaha menerapkan pembelajaran dengan metode bermain
peran mikro dengan baik agar tetap mendukung karakteristik individu yang
(31)
107
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan beberapa saran kepada
guru, pengelola Kelompok Bermain dan peneliti khususnya peneliti bidang
pendidikan anak usia dini.
1. Guru (Pendidik)
Untuk peningkatan kemampuan berbicara anak Kelompok Bermain,
disarankan agar guru menerapkan pembelajaran dengan metode bermain peran.
Untuk itu, guru hendaknya benar-benar memahami tahapan pembelajaran dengan
metode bermain peran. Selain itu, guru diharapkan dapat bereksplorasi untuk
menemukan bentuk-bentuk kegiatan belajar yang sesuai dengan karakteristik anak
sehingga dapat mengembangkan kemampuan berbicara. Guru hendaknya
mengenali karakteristik kemampuan anak sehingga dapat memberi perlakuan
yang tepat pada setiap anak, demikian jugu hendaknya meningkatkan
pengetahuan tentang konsep diri anak agar dapat memfasilitasi anak dengan
metode yang tepat.
2. Pengelola Kelompok Bermain
Hendaknya pengelola Kelompok Bermain dapat memberi kesempatan
kepada guru untuk mengembangkan dan menentukan pembelajaran yang
diterapkan guru dalam kegiatan belajarnya. Pengelola diharapkan dapat
memfasilitasi guru dengan menyediakan peralatan dan media yang diperlukan
(32)
108
yang lebih baik lagi kepada anak khususnya dalam rangka pengembangan
kemampuan berbicara. Lingkungan belajar yang kaya dengan pengembangan
bahasa perlu diciptakan.
3. Peneliti
Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian di bidang yang
sejenis atau mereplikasi penelitian ini hendaknya memperhatikan
keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini agar hasil yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan, seperti: 1) melakukan kontrol terhadap variabel bebas di
luar variabel yang diteliti secara lebih ketat sehingga ancaman validitas internal
dan eksternal eksperimen dapat semaksimal mungkin dihindari, 2) melaksanakan
eksperimen pada lokasi sekolah dan guru yang sama, agar variabel bebas berupa
lingkungan (fisik, sosial, psikologis) dan subjektivitas dalam bentuk perbedaan
individual pemberi perlakuan dapat dikontrol, 3) memperbanyak jumlah sampel
agar hasil yang dicapai lebih memiliki kekuatan dalam generalisasinya, dan 4)
(33)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Berndt Thomas (1997). Child Development second edition. London: Brown & Benchmark Publisher.
Burns (1993). Konsep Diri. Jakarta : Arcan
Dali,S.Naga (1992). Pengantar Teori Sekor pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta: Gunadarma BESBATS
Depdiknas (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Jakarta : CV.Madya Duta
Depdiknas (2009). Permendiknas No.58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan
Anak Usia Dini.
Dhieni, Nurbiana (2009). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Dit.PAUD, Sekolah Al-Falah Jakarta Timur dan CCCRT (2004). Lebih Jauh
tentang Sentra dan Saat Lingkaran.
Gay,L.R (1981). Educational Research Competencies for Analysis and Application. New Jersey: Merrill, Imprint of Prentice Hall.
Hamid (2009). Teori Belajar dan Pembelajaran
Hurlock Elizabeth (1974). Personality Development. New York: McGraw-Hill Company, Inc.
_______(2008). Perkembangan Anak. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga
Jalal,Fasli (2002). Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Yang Mendasar: Buletin PADU,Edisi Perdana,hlm.4-10.
Sri Hartati (2009). Pengaruh Metode Pembelajaran dan Konsep Diri terhadap
Hasil Belajar Sains Siswa SMP Negeri 2 Porsea. Tesis.Medan : Program
Pasca Sarjana UNIMED
Tambunan (2005). Pengaruh Model Pembelajaran Bermain Peran dan Disiplin
Sekolah terhadap Hasil Belajar PPKn Siswa Kelas II SMPN 1 STM Hilir Kabupaten Deli Serdang. Tesis.Medan : Program Pasca Sarjana UNIMED
(34)
110
Tedjasaputra Mayke S. (2005). Bermain, Mainan, dan Permainan.Jakarta: Grasindo
Titis Rahayu (2011). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Konsep Diri terhadap
Kemampuan Menulis siswa SMP Negeri 24 Medan. Tesis.Medan :
Program Pasca Sarjana UNIMED
Montolalu (2009). Bermain dan Permainan Anak: Jakarta: Universitas Terbuka
Morgan (1998). Introduction to Psychology. Singapore: McGraw-Hill Company
Santoso, Soegeng (2005). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Universitas Terbuka
Schickedanz, Judith A. (2001). Understanding Children and Adolescents. Boston: A Pearson Education Company.
Sugiono (2008).Metode Penelitian Bisnis.Bandung: Alfabeta
Sugiyono (2006). Metode Penelitian Administrasi: Bandung : Alfabeta
Yamin, Martinis & Sanan Sabri, Jamilah (2010) Panduan Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta : Gaung Persada Press
Yus Anita, (2009) Pengaruh Pembelajaran dan Konsep Diri terhadap Anak TK di
Kota Medan Desertasi. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta
Wolfgang, Mackender dan Wolfgang (1981). Growing & Learning Through Play. USA : Judy/Instructo
Wortham (2005). Assessment in Early Childhood Education.New Jersey: Pearson Education, Inc.
(1)
2. Implikasi Terhadap Peran Guru
Upaya penerapan pembelajaran dengan metode bermain peran akan berdampak terhadap peran guru, khususnya cara pandang dan perlakuan terhadap anak, serta orientasi pembelajaran. Pertama, pembelajaran akan mengharuskan guru memiliki cara pandang bahwa anak sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk berkembang. Pembelajaran dengan metode bermain peran tidak menentukan bentuk aktivitas atau cara mana yang akan dilakukan anak untuk menyelesaikan tugas. Anak cenderung memiliki kebebasan untuk melakukan ekspresi dalam kegiatan main . Oleh karena itu, guru perlu memandang anak sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas yang ditawarkan dalam pembelajaran serta yakin anak akan melakukan aktivitas belajar yang disepakati. Anak tidak lagi dipandang sebagai objek pasif yang bersedia menerima apa yang disajikan atau diperintah guru, melainkan dipandang sebagai subjek yang aktif dalam pembelajaran dengan metode bermain peran.
Kedua, pembelajaran akan mengharuskan guru menyesuaikan perlakuan terhadap anak dalam pembelajaran. Perlakuan guru terhadap anak lebih ditujukan pada upaya untuk menumbuhkan semangat melakukan aktivitas belajar dan memiliki prestasi yang maksimal, penerimaan keragaman, dan keterampilan-keterampilan sosial.
Ketiga, Pembelajaran dengan metode bermain peran tidak hanya berorientasi pada produk tetapi lebih menekan pada proses. Pembelajaran dengan metode bermain peran akan mengharuskan guru dan anak sama-sama melakukan kegiatan. Guru melakukan kegiatan untuk lebih memfasilitasi dan memotivasi
(2)
106
anak agar mencapai tujuan belajar. Anak melakukan kegiatan belajar dengan harapan memperoleh pengalaman belajar yang dapat membangun kemampuan sesuai dengan potensinya.
3. Manajemen Kelas
Konsep diri positif dan negatif ternyata memberi pengaruh berlawanan terhadap kemampuan berbicara dalam pembelajaran dengan metode bermain peran makro dan pembelajaran dengan metode bermain peran mikro. Temuan ini akan menyebabkan perlunya upaya pemilahan anak dalam pembelajaran berdasarkan konsep diri.
Pemilahan konsep diri tersebut digunakan sebagai pedoman untuk memilih pembelajaran yang tepat untuk masing-masing kelompok anak agar diperoleh hasil belajar yang lebih optimal atau perkembangan kemampuan berbicara yang maksimal. Bagi anak yang memiliki konsep diri positif diupayakan belajar dalam pembelajaran dengan metode bermain peran makro. Catatan yang semestinya dipegang adalah pembelajaran dengan metode bermain peran makro diterapkan dengan baik agar tetap mendukung karakteristik anak yang memiliki konsep diri positif.
Bagi anak yang memiliki konsep diri negatif mesti diupayakan penerapan pembelajaran dengan metode bermain peran mikro. Upaya tersebut perlu didukung oleh usaha menerapkan pembelajaran dengan metode bermain peran mikro dengan baik agar tetap mendukung karakteristik individu yang memiliki konsep diri negatif.
(3)
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan beberapa saran kepada guru, pengelola Kelompok Bermain dan peneliti khususnya peneliti bidang pendidikan anak usia dini.
1. Guru (Pendidik)
Untuk peningkatan kemampuan berbicara anak Kelompok Bermain, disarankan agar guru menerapkan pembelajaran dengan metode bermain peran. Untuk itu, guru hendaknya benar-benar memahami tahapan pembelajaran dengan metode bermain peran. Selain itu, guru diharapkan dapat bereksplorasi untuk menemukan bentuk-bentuk kegiatan belajar yang sesuai dengan karakteristik anak sehingga dapat mengembangkan kemampuan berbicara. Guru hendaknya mengenali karakteristik kemampuan anak sehingga dapat memberi perlakuan yang tepat pada setiap anak, demikian jugu hendaknya meningkatkan pengetahuan tentang konsep diri anak agar dapat memfasilitasi anak dengan metode yang tepat.
2. Pengelola Kelompok Bermain
Hendaknya pengelola Kelompok Bermain dapat memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan menentukan pembelajaran yang diterapkan guru dalam kegiatan belajarnya. Pengelola diharapkan dapat memfasilitasi guru dengan menyediakan peralatan dan media yang diperlukan dalam pembelajaran serta meyakinkan guru untuk menerapkan pembelajaran dengan metode bermain peran. Pengelola sebaiknya selalu bertanya dan berdiskusi tentang apa yang dibutuhkan guru agar dapat meningkatkan perlakuan
(4)
108
yang lebih baik lagi kepada anak khususnya dalam rangka pengembangan kemampuan berbicara. Lingkungan belajar yang kaya dengan pengembangan bahasa perlu diciptakan.
3. Peneliti
Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian di bidang yang sejenis atau mereplikasi penelitian ini hendaknya memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan, seperti: 1) melakukan kontrol terhadap variabel bebas di luar variabel yang diteliti secara lebih ketat sehingga ancaman validitas internal dan eksternal eksperimen dapat semaksimal mungkin dihindari, 2) melaksanakan eksperimen pada lokasi sekolah dan guru yang sama, agar variabel bebas berupa lingkungan (fisik, sosial, psikologis) dan subjektivitas dalam bentuk perbedaan individual pemberi perlakuan dapat dikontrol, 3) memperbanyak jumlah sampel agar hasil yang dicapai lebih memiliki kekuatan dalam generalisasinya, dan 4) menggunakan alat-alat ukur yang telah distandarisasi.
(5)
109
Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Berndt Thomas (1997). Child Development second edition. London: Brown &
Benchmark Publisher.
Burns (1993). Konsep Diri. Jakarta : Arcan
Dali,S.Naga (1992). Pengantar Teori Sekor pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta: Gunadarma BESBATS
Depdiknas (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : CV.Madya Duta
Depdiknas (2009). Permendiknas No.58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Dhieni, Nurbiana (2009). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Dit.PAUD, Sekolah Al-Falah Jakarta Timur dan CCCRT (2004). Lebih Jauh tentang Sentra dan Saat Lingkaran.
Gay,L.R (1981). Educational Research Competencies for Analysis and Application. New Jersey: Merrill, Imprint of Prentice Hall.
Hamid (2009). Teori Belajar dan Pembelajaran
Hurlock Elizabeth (1974). Personality Development. New York: McGraw-Hill Company, Inc.
_______(2008). Perkembangan Anak. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga
Jalal,Fasli (2002). Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Yang Mendasar: Buletin PADU,Edisi Perdana,hlm.4-10.
Sri Hartati (2009). Pengaruh Metode Pembelajaran dan Konsep Diri terhadap Hasil Belajar Sains Siswa SMP Negeri 2 Porsea. Tesis.Medan : Program Pasca Sarjana UNIMED
Tambunan (2005). Pengaruh Model Pembelajaran Bermain Peran dan Disiplin Sekolah terhadap Hasil Belajar PPKn Siswa Kelas II SMPN 1 STM Hilir Kabupaten Deli Serdang. Tesis.Medan : Program Pasca Sarjana UNIMED
(6)
110
Tedjasaputra Mayke S. (2005). Bermain, Mainan, dan Permainan.Jakarta: Grasindo
Titis Rahayu (2011). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Konsep Diri terhadap Kemampuan Menulis siswa SMP Negeri 24 Medan. Tesis.Medan : Program Pasca Sarjana UNIMED
Montolalu (2009). Bermain dan Permainan Anak: Jakarta: Universitas Terbuka Morgan (1998). Introduction to Psychology. Singapore: McGraw-Hill Company Santoso, Soegeng (2005). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Universitas Terbuka
Schickedanz, Judith A. (2001). Understanding Children and Adolescents. Boston: A Pearson Education Company.
Sugiono (2008).Metode Penelitian Bisnis.Bandung: Alfabeta
Sugiyono (2006). Metode Penelitian Administrasi: Bandung : Alfabeta
Yamin, Martinis & Sanan Sabri, Jamilah (2010) Panduan Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Gaung Persada Press
Yus Anita, (2009) Pengaruh Pembelajaran dan Konsep Diri terhadap Anak TK di Kota Medan Desertasi. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta
Wolfgang, Mackender dan Wolfgang (1981). Growing & Learning Through Play. USA : Judy/Instructo
Wortham (2005). Assessment in Early Childhood Education.New Jersey: Pearson Education, Inc.