PENGARUH GUIDED IMAGERY TERHADAP KUALITAS TIDUR REMAJA.

(1)

(2)

iv | Kuta, 29-30 Oktober 2015

Ni Made Ary Esta Dewi Wirastuti, S.T., MSc. PhD Prof. Dr. Drs. IB Putra Yadnya, M.A.

Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S. Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH., MHum., LLM.

Prof. Dr. drh. I Nyoman Suarsana, M.Si Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P.

Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. Ir. Nyoman Gde Antara, M.Eng

Dra. Ni Luh Watiniasih, MSc, Ph.D Prof. Dr. drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes. Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA.

Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D. Ir. Ida Bagus Wayan Gunam, MP, Ph.D dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, SpMK, Ph.D

Dr. Agoes Ganesha Rahyuda, S.E., M.T. Putu Alit Suthanaya, S.T., M.Eng.Sc, Ph.D.

I Putu Sudiarta, SP., M.Si., Ph.D. Dr. Ir. Yohanes Setiyo, M.P. Dr. P. Andreas Noak, SH, M.Si I Wayan Gede Astawa Karang, SSi, MSi, PhD.

Dr. Drh. I Nyoman Suarta, M.Si

l

Udayana University Press, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana

2015, xli + 2191 hal, 21 x 29,7 SEMINAR NASIONAL SAINS

DAN TEKNOLOGI 2015


(3)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xiii

KATA PENGANTAR ... vii SAMBUTAN KETUA PANITIA ... ix SAMBUTAN KETUA LPPM UNIVERSITAS UDAYANA ... xi

HUMANIORA

NILAI LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM

Fenty U. Puluhulawa, Nirwan Yunus ...3 KEBIJAKAN LOKAL DAN ETNISITAS MENUJU

INTEGRASI KELOMPOK ETNIS DI KABUPATEN POHUWATO

Wantu Sastro ...8 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN IMPLEMENTASI EKONOMI HIJAU DALAM RESTORASI DAN KONSERVASI TERUMBU KARANG DI PEMUTERAN BALI SEBAGAI DAYA TARIK EKOWISATA

I Ketut Surya Diarta, I Gede Setiawan Adi Putra ...13 KEMAMPUAN BAHASA BALI GENERASI MUDA BALI DI UBUD GIANYAR BALI

Ni Luh Nyoman Seri Malini, Luh Putu Laksminy, I Ketut Ngurah Sulibra ...21 INTENSITAS KAPITAL INDUSTRI DAN DINAMISME KEUNGGULAN

KOMPARATIF PRODUK EKSPOR INDONESIA

Ni Putu Wiwin Setyari ...29 MODEL ESTIMASI KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR

INTERNAL UKM DI KABUPATEN BANDUNG

Rivan Sutrisno,Mardha Tri Meilani ...38 KAMUS PRIMITIVA SEMANTIK BALI-INDONESIA-INGGRIS BIDANG ADAT DAN AGAMA Dr. I Made Netra, S.S., M.Hum, Drs. I Nyoman Udayana, M.Litt., Ph.D,

Dr. Drs. I wayan Suardiana, M.Hum, Drs. I Ketut Ngurah Sulibra, M.Hum.,

Dr. Drs. Frans I Made Brata, M.Hum ...46 MODEL KONFIGURASI MAKNA TEKS CERITA RAKYAT TENTANG PRAKTIK-PRAKTIK BUDAYA RANAH AGAMA DAN ADAT

UNTUK MEMPERKOKOH JATI DIRI MASYARAKAT BALI

Dr. Dra. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum, Dr. I Made Netra, S.S., M.Hum,

Dr. Frans I Made Brata, M.Hum, Prof. Dr. I Made Suastika, S.U ... 54


(4)

xxvi | Kuta, 29-30 Oktober 2015

SOSIALISASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA BIDANG TANAMAN PRODUKTIF DI DESA ANTAP KECAMATAN SELEMADEG KABUPATEN TABANAN

Ni Made Wiasti1, I Nyoman Dhana2, A.A Bags Wiraw3, Putu Sukardja ...1070 ANALISIS KERUSAKAN SAYURAN SEGAR DALAM STYROFOAM BOX

DENGAN TEKNIK TOP ICE COOLING

Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja1), Pande Ketut Diah Kencana ...1074 PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU SEBAGAI BAHAN DASAR PRODUK PIA

I. G .N . Agung*), A.A.G.N. Jambe*) dan A.S. Duniaji ...1081

KESEHATAN DAN OBAT-OBATAN

TERAPI AUTO URINE PADA PENGOBATAN PENYAKIT MANUSIA (Studi Analisis Kimia dan Tinjauan Islam)

Panji Hidayat ...1089 PERHITUNGAN NILAI BESARAN FISIS FILM HASIL PHOTO SINAR-X MAMMOGRAFI

JENIS LESI GANAS DAN LESI JINAK KANKER PAYUDARA

1Anak Agung Ngurah Gunawan,MT,2I Nyoman Widana ...1097

PANJANG SIKLUS ESTRUS DAN JUMLAH ANAK TIKUS BETINA (RATTUS RATTUS) YANG DIINJEKSI WHITE VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA Ni Wayan Sudatri1), Dwi Ariani Yulihastuti,2) Iriani Setyawati ...1101 KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI RUMAH TANGGA

MISKIN PROVINSI BALI

Kadek Tresna Adhi1), Ni Wayan Arya Utami ...1106 APOPTOSIS SEL SPERMATOGENIK PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)

YANG TERPAPAR ASAP ROKOK SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH JUWET (SYZYGIUM CUMINI)

A.A. Sg A. Sukmaningsih1, N Made Rai Suarni1, N.Wayan Sudatri1

Triwahyu Pangestiningsih2, Sitarina Widyarini ...1113 PENGARUH MAKANAN ATEROGENIK TERHADAP STRES OKSIDATIF

DAN INFLAMASI PADA TIKUS WISTAR

Ni Wayan Bogoriani1), I Wayan Sudiarta ...1120 DETEKSI MOLEKULER KEBERADAAN TOXOPLASMA GONDII

PADA SUMBER AIR DI BALI

Made Pasek Kardiwinata1*), Kadek Karang Agustina 2**), I Made Subrata ...1130 ULTIMATE ANALISIS DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN EKSTRAK ETANOL

KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA L.)


(5)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxvii AKTIVITAS HIPOGLIKEMIA EKSTRAK DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA)

MENURUNKAN EKSPRESI MALONDIALDEHIDA PADA SEL PULAU LANGERHAN PANKREAS TIKUS WISTAR DIABETES MELITUS

Ni Luh Eka Setiasih ...1139 PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA SEKAA TERUNA TERUNI

DI DESA BENGKALA, KECAMATAN KUBUTAMBAHAN, BULELENG, BALI Ni Luh Putu Suariyani1), Desak Putu Yuli Kurniati1), , Rina Listyowati1),

Frieda Mangunsong2), Hadi Pratomo, Mitha Harahap ...1147 PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA SEKAA TERUNA TERUNI

DI DESA BENGKALA, KECAMATAN KUBUTAMBAHAN, BULELENG, BALI Ni Luh Putu Suariyani1), Desak Putu Yuli Kurniati1), , Rina Listyowati1),

Frieda Mangunsong2), Hadi Pratomo, Mitha Harahap ...1152 AKTIVITAS ANTITUBERKULOSIS EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG

CEMPAKA KUNING TERHADAP MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS MDR SECARA IN VITRO Ni Putu Ariantari1), Ida Bagus Nyoman Putra Dwija2)Made Ari Puji Astuti2) Ni Luh Rustini ...1157 PERBANDINGAN ISOLASI SEL MONONUKLEAR DARAH TEPI MENGGUNAKAN FICOLL 20% DAN FICOLL-PAQUE PLUS

Inna Narayani1, Rasmaya Niruri1, Nyoman Mantik Astawa ...1167 ZOONOSIS PARASIT POTENSIAL PADA ANJING DI BALI

Nyoman Sadra Dharmawan1), I Made Sukada2) I Made Damriyasa ...1170 PRODUKSI DAN KARAKTERISASI ANTIBODI MONOKLONAL ANTI-GLIKOPROTEIN

VIRUS RABIES

Nyoman mantik Astawa1, Gusti Ayu Yuniati Kencana1, Ida Bagus Suardana ...1177 IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK DAUN

TREMBESI (ALBIZIA SAMAN (JACQ.) MERR) SEBAGAI ANTIBAKTERI ESCHERICHIA COLI Wiwik Susanah Rita1), I Kadek Pater Suteja2 I A Raka Astiti Asih2),

I Made Dira Swantara1) -, I Wayan Gede Gunawan ...1184 PENETAPAN KADAR ALFA MANGOSTIN DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI S. aureus

PADA EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

Ketut Widyani Astuti1), Ni Putu Ayu Dewi Wijayanti ...1191 EFEKTIFITAS EKSTRAK TOKSIK SPONS HYRTIOS ERECTA

SEBAGAI ANTIKANKER TERHADAP SEL HELA

I Made Dira Swantara1), Wieik Susanah Rita ...1197 PROTEKSI RADIASI MATAHARI TERHADAP RESIKO KANKER KULIT BAGI WISATAWAN YANG BEJEMUR DI PANTAI KUTA BALI


(6)

xxviii | Kuta, 29-30 Oktober 2015

PENGARUH KONSENTRASI NAOH TERHADAP PEMBENTUKAN ALFA SELULOSA PADA PEMBUATAN SELULOSA MIKROKRISTALDARI JERAMI PADI VARIETAS IR64

I G. N. Jemmy A. Prasetia1), I G. N. A. Dewantara Putra ...1209 DETEKSI LOGAM BERAT Pb DAN Cd DAN HUBUNGANNYA DENGAN SGPT/SGOT DARAH SAPI BALI YANG DIPELIHARA DI TPA SUWUNG KOTA DENPASAR

I Ketut Berata, Ni Nyoman Werdi Susari, I Made Kardena ...1214 IDENTIFIKASI MUTASI DAERAH PROMOTER INHA PADA ISOLAT DNA

METAGENOMIK DARI SPUTUM PASIEN MDR-TB

Sagung Chandra Yowani1,3), I Nengah Wirajana ...1219 IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI ANTOSIANIN EKSTRAK ETANOL 70%

DALAM SUASANA ASAM DARI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) DENGAN KLT-SPEKTRODENSITOMETRI

Ni Putu Linda Laksmiani1), Ni Putu Eka Leliqia1, Ni Nyoman Tria Wiriyanti1),

Ida Ayu Putu Chandra Dewi, I Made Agus Gelgel Wirasuta ...1226 HUBUNGAN MASSA LEMAK TUBUH DENGAN RESISTENSI INSULIN

PADA POPULASI DENGAN FAKTOR RESIKO DIABETES

Made Ratna Saraswati, Ketut Suastika, AAG Budhiarta, I Made Pande Dwipayana ...1233 EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DARI BONGGOL TANAMAN PISANG

(Musa paradiasciaca L.) DAN GOLONGAN SENYAWANYA

A. Bawa Putra*, I W. G. Gunawan, dan N. W. Bogoriani ...1240 PENGGUNAAN DUA SUHU SENTRIFUGE YANG BERBEDA DAN PHENOL RED

PADA SAMPEL BUFFY COAT DALAM PERHITUNGAN JUMLAH CD3 - CD4 Rasmaya Niruri1), Inna Narayani2), Wayan T. Artama3),

Mantik Astawa4), Ahmad Hamim Sadewa ...1246 POTENSI DAUN ASHITABA (ANGELICA KEISKEI) SEBAGAI OBAT ANTI VIRUS DILIHAT DARI RESPON KEKEBALAN SELULER PADA MENCIT BALB/C

Sudira I Wayan1), Merdana I Made ...1250 STATUS PRAESEN SAPI BALI BETINA SELAMA PERIODE KEBUNTINGAN

I Gusti Ngurah Bagus Trilaksana1), I Nyoman Suartha ... 1258 UJI POTENSI PROBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT 3B HASIL ISOLASI

DARI KOLON SAPI BALI

I Wayan Suardana*) dan I Made Sukada ...1264 EFEK EKSTRAK PALIASA PADA TINGKAT PERDARAHAN

PANKREAS TIKUS HIPERGLIKEMIK

Yuliana1), Sianny Herawati ...1271 STATUS KESEHATAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR Anak Agung Sagung Kendran1* , Nyoman Sadra Dharmawan2,


(7)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxix PERBANDINGAN KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI KOLOM VACUM

EKSTRAK ETANOL DAUN KATUK UNTUK MENDAPATKAN FRAKSI SAPONIN

Ni Kadek Warditiani1, Ni Made Pitri Susanti1, Milawati ...1278 PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP POSITIF PADA KADER MELALUI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN HIV & AIDS DARI IBU KE BAYI Desak Putu Yuli Kurniati1), Lila Wulandari2), Ni Komang Ekawati ...1281 PROFIL NILAI FISIOLOGIS ANJING KINTAMANI BALI

I Putu Gede Yudhi Arjentinia1*), Putu Ayu Sisyawati Putriningsih ...1288 PENGARUH GUIDED IMAGERY TERHADAP KUALITAS TIDUR REMAJA

Made Oka Ari Kamayani1), Ni Made Dian Sulistiowati ...1291 EFEK HIPOGLIKEMIK DIET RUMPUT LAUT GRACILARIA SP. DAN CAULERPA SP.

PADA TIKUS DIABETES INDUKSI ALLOXAN

N. L. Ari Yusasrini1), Luh Putu T. Darmayanti1) Ni Made Yusa ...1297 EVALUASI SISTEM SURVEILANS JAPANESE ENCEPHALITIS DI PROVINSI BALI

Komang Ayu Kartika Sari1), Putu Cintya Denny Yuliyatni2), Ida Bagus Wirakusuma ...1305 PREDIKSI PARAMETER FARMAKOKINETIKA ATENOLOL PADA MANUSIA

DARI BERBAGAI SPESIES SECARA IN SILICO

Dewi. L. P. M. K.1), Arisanti. C. I. S.1) Irawan. I P. Y. B.1) , Wirasuta. I M. A. G. ...1312 OPTIMASI WAKTU PENGEMBANGAN GELLING AGENT HPMC

DAN STABILITAS FISIKA GEL EKSTRAK MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA L.) Wijayanti, N.P.A.D.1), Astuti, K.W.1), Dewantara, I.G.N.A.1), Prasetia, I.G.N.J.A1),

Nesa, P.N.P.D.1), Adhiningrat, D.N.P. ...1320 UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ETANOL LIMBAH KULIT BUAH NAGA MERAH

(HYLOCEREUS POLYRHIZUS) PADA SEL KANKER PAYUDARA SECARA IN INVITRO DAN IN SILICO

Sarasmita, M.A1, Laksmiani, L.N.P ...1327 IDENTIFIKASI ANTOSIANIN UMBI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.)

DENGAN KLT-SPEKTROFOTODENSITOMETRI

I Made Agus Gelgel Wirasuta1*, Luh Putu Mirah Kusuma Dewi1, Made Jelita Sugosha2, Ni Luh Putu Vidya Paramita1, I GustiAyu Made Srinadi3, Ida Bagus Gede Dwidasmara4,


(8)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1291

PENGARUH GUIDED IMAGERY TERHADAP KUALITAS

TIDUR REMAJA

Made Oka Ari Kamayani1), Ni Made Dian Sulistiowati2)

1Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Telp: 0361-222510

madeokaari@gmail.com

2Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar

ABSTRAK

Remaja seringkali mengalami gangguan tidur. Dampak gangguan tidur pada remaja adalah penurunan prestasi akademis di sekolah, meningkatkan kenakalan remaja dan meningkatkan angka pemakaian rokok karena mengantuk berlebihan pada siang hari berhubungan dengan tidur yang tidak cukup. Tujuan dari guided imagery yaitu menimbulkan respon psiko siologis yang dapat mengaktivasi sistem saraf parasimpatis dimana selama keadaan diam, kondisi tanpa stres, impuls dari serabut-serabut parasimpatis yang bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh guided imagery terhadap kualitas tidur remaja. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan pre test dan post test design. Desain ini memberikan guided imagery pada satu kelompok yang diukur tentang kualitas tidur kelompok tersebut sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Sila Dharma Denpasar. Pengukuran kualitas tidur pada remaja menggunakan skala gangguan tidur untuk anak atau sleep disturbance scale for children (SDSC). Setelah data dikumpulkan, kemudian data dianalisis secara non parametrik (Uji Wilcoxon) untuk mengetahui adanya pengaruh guided imagery terhadap kualitas tidur remaja. Hasil penelitian didapatkan median skor kualitas tidur pretest sebesar 54.50 dan median posttest sebesar 33.00.

Uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon dengan dengan α = 0.05 didapatkan nilai p = 0.000 yang berarti bahwa

terjadi perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah diberikan guided imagery. Perbedaan skor kualitas tidur disebabkan karena guided imagery merupakan teknik relaksasi yang dapat mengurangi stres dan meningkatkan perasaan tenang dan damai. Oleh karena itu diharapkan kepada remaja yang mengalami gangguan kualitas tidur untuk menggunakan guided imagery sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tidur.

Kata kunci: guided imagery, kualitas tidur, remaja 1. PENDAHULUAN

Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, dimana terjadi perubahan status kesadaran dalam periode waktu tertentu (Potter & Perry, 2005). Istirahat dan tidur merupakan komponen dasar dari kesejahteraan (DeLaune & Ladner, 2002). Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2005).

Remaja membutuhkan waktu sekitar 7.5 jam untuk tidur setiap malam. Karena tuntutan gaya hidup yang memperpendek waktu yang tersedia untuk tidur dan kemungkinan kebutuhan fisiologis, maka remaja seringkali mengantuk berlebihan pada siang hari (Potter & Perry, 2005). Tidur yang tidak cukup pada remaja sering berkontribusi terhadap terjadinya obesitas dan penurunan penampilan akademik disertai dengan gejala-gejala kecemasan, depresi, kelelahan dan penurunan perhatian (Perfect & Elkins, 2010). Penurunan penampilan akademik, kerentanan terhadap kecelakaan dan masalah perilaku serta suasana hati sering terjadi karena mengantuk berlebihan pada siang hari berhubungan dengan tidur yang tidak cukup (Potter & Perry, 2005). Dampak gangguan tidur pada remaja adalah penurunan prestasi akademis di sekolah, meningkatkan kenakalan remaja dan meningkatkan angka pemakaian rokok (Natalita, Sekartini, Poesponegoro, 2011).

Ada berbagai cara untuk mengatasi gangguan tidur yang dialami seseorang antara lain: kontrol lingkungan, meningkatkan rutinitas menjelang tidur, meningkatkan kenyamanan, menetapkan periode istirahat dan tidur, pengendalian gangguan fisiologis, kudapan menjelang tidur, pendekatan farmakologis,


(9)

1292 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

dan pengurangan stres. Stres emosional dapat mengganggu tidur. Seseorang yang mengalami kesulitan tidur dapat dibantu dengan bangun dan melakukan aktivitas yang membuat rileks (Potter & Perry, 2005).

Guided imagery merupakan sebuah teknik relaksasi yang bertujuan untuk mengurangi stres dan meningkatkan perasaan tenang dan damai serta merupakan obat penenang untuk situasi yang sulit dalam kehidupan. Guided imagery merupakan suatu teknik untuk mengkaji kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak sadar untuk menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan dan keheningan (National Safety Council 2003). Guided imagery menekankan bahwa seseorang membayangkan hal-hal yang nyaman dan menenangkan, seseorang harus membayangkan satu imaginasi yang sangat kuat dan menyenangkan (Brannon & Feist, 2000). Tujuan dari guided imagery yaitu menimbulkan respon psikofisiologis yang kuat seperti perubahan dalam sistem imun (Potter & Perry, 2005). Tehnik guided imagery dapat mengaktivasi sistem saraf parasimpatis. Selama keadaan diam, kondisi tanpa stres, impuls dari serabut-serabut parasimpatis yang menonjol (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh guided imagey terhadap kualitas tidur remaja. Adanya pengaruh ini dinilai berdasarkan kualitas tidur sebelum dan setelah diberikan intervensi guided imagery.

2. BAHAN DAN METODE 2.1 Desain Penelitian

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan

menggunakan desain quasi eksperimen dengan one group pretest dan posttest design

.

2.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMP Sila Dharma Denpasar. Sedangkan

sampel yang digunakan adalah 34 siswa SMP Sila Dharma yang duduk di kelas VIII dan IX yang

berdasarkan hasil pengukuran dengan

atau sleep disturbance scale for children (

SDSC) mengalami

gangguan kualitas tidur

. Pengambilan data dilakukan selama

2 bulan sejak bulan Agustus hingga

September 2015.

2.3 Etika Penelitian

Peneliti menggunakan inform concent sebelum menjadikan remaja sebagai. Responden diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, prosedur yang akan dilakukan, keuntungan dan kerugian dari prosedur yang akan dilakukan. Responden berhak untuk menolak dan menghentikan keikutsertaan dalam penelitian jika responden merasa tidak nyaman. Identitas responden tidak dicantumkan di dalam hasil penelitian.

2.4 Alat dan Prosedur Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data dari hasil pengukuran kualitas tidur remaja dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran kulaitas tidur dilakukan sebelum diberikan guided imagery dan setelah diberikan guided imagey selama 1 bulan. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala gangguan tidur untuk anak atau sleep disturbance scale for children (SDSC). SDSC praktis dan murah. Skala gangguan tidur pada anak (SDSC) merupakan kuesioner yang mudah diisi oleh orangtua bersama anak, dapat mendeteksi gangguan tidur dan jenis gangguan tidur yang sering dialami oleh anak, dan telah divalidasi dalam bahasa Indonesia. Instrumen SDSC dapat digunakan sebagai alat skrining gangguan tidur pada remaja (Natalita, Sekartini, Poesponegoro, 2011). Prosedur pengumpulan data tergambar pada bagan berikut ini:


(10)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1293

2.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data dikumpulkan kemudian dilakukan pentabulasian pada master data yang merangkum hasil penelitian meliputi data karakteristik responden dan gangguan kulaits tidur. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji non parametrik Wilcoxon.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian

Karakteristik subyek penelitian

Karakteristik dasar responden penelitian diperlihatkan pada tabel 1. Responden terbanyak berada pada usia 14 tahun yaitu sebanyak 41.20%. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 61.80%.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Umur

13 tahun 12 35.30

14 tahun 14 41.20

15 tahun 5 14.70

16 tahun 2 5.90

17 tahun 1 2.90

Jenis Kelamin

Laki-laki 13 38.20

Perempuan 21 61.80

Kualitas Tidur Pretest dan Posttest

Hasil penilaian terhadap responden disajikan secara berurutan yaitu kualitas tidur sebelum diberikan guided imagery, kualitas tidur setelah diberikan guided imagery dan hasil analisa data pengaruh pemberian guided imagery terhadap kualitas tidur remaja.

Gambar 1. Bagan alur pengumpulan data Pengaruh guided imagery terhadap kualitas tidur remaja

Kualitas Tidur Pretest dan Posttest

Hasil penilaian terhadap responden disajikan secara berurutan yaitu kualitas tidur sebelum diberikan guided imagery, kualitas tidur setelah diberikan guided imagery dan hasil analisa data pengaruh pemberian guided imagery terhadap kualitas tidur remaja.


(11)

1294 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat adanya perubahan skor kualitas tidur sebelum diberikan guided imagery dan setelah diberikan guided imagery pada responden dengan median skor kualitas tidur pretest sebesar 54.50 dan median skor gangguan tidur sebesar 33.00.

Pretest Posttest Perbedaan (d)

Rata-rata 56.74 33.68 23.06

Minimum 50 28 22

Maksimum 78 42 36

Median 54.50 33.00 21.5

Standar Deviasi 6.95 3.95 3

Hasil Analisis Perubahan Intensitas Nyeri

Untuk mengetahui adanya pengaruh guided imagery terhdap kualitas tidur remaja, maka dilakukan

uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon tingkat kemaknaan atau kesalahan 5% (p≤0,05). Analisa data

yang dilakukan diperoleh hasil yaitu nilai Sig. (2-tailed) (p) sebelum intervensi dan setelah intervensi

adalah 0,000. Nilai p≤0,05 menandakan Ho ditolak yang berarti ada pengaruh pemberianguided imagery terhadap kualitas tidur remaja.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil uji statistk dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kualitas tidur sebelum dan setelah diberikan guided imagery pada remaja dengan nilai p=0.000. Perbedaan kualitas tidur tersebut mungkin dapat dijelaskan sebagai berikut, guided dapat mengurangi tekanan dan berpengaruh terhadap proses fisiologi seperti menurunkan tekanan darah, nadi, dan respirasi. Hal itu karena guided imagery dapat mengaktivasi sistem saraf parasimpatis (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Carter (2006) menggunakan guided imagery untuk mengurangi tingkat stres, penyebab dan gejala-gejala yang menyertai stres. Tehnik guided imagery dapat mengaktivasi sistem saraf parasimpatis. Selama keadaan diam, kondisi tanpa stres, impuls dari serabut-serabut parasimpatis yang menonjol (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).

Guided imagery adalah suatu kondisi keterlepasan dalam berimajinasi dan relaksasi. Guided imagery juga merupakan berbagai variasi tehnik yang meliputi visualisasi sederhana dan sugesti langsung menggunakan khayalan, metaphor dan story telling, eksplorasi fantasi dan bermain game, interpretasi mimpi, menggambar dan imaginasi aktif dimana elemen ketidaksadaran diundang untuk muncul sebagai suatu gambar yang dapat berkomunikasi dengan pikiran sadar (www.academyforguidedimagery.com). Guided imagery adalah adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Menurut DeLaune & Ladner (2002), salah satu terapi modalitas untuk meningkatkan kualitas tidur adalah guided imagery. Menurut Fiorentino & Martin (2010), guided imagery merupakan salah satu bagian dari Cognitive– Behavioral Therapy of Insomnia (CBT-I) yang bertujuan untuk mengatasi gejala-gejala insomnia.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan median skor gangguan tidur pretest adalah sebesar 54.50 dengan nilai minimal 50 dan nilai maksimal 78. Hal ini menunjukkan bahwa semua responden mengalami gangguan kualitas tidur. Remaja memperoleh sekitar 7.5 jam untuk tidur setiap malam. Pada saat kebutuhan tidur yang aktual meningkat, remaja umumnya mengalami sejumlah perubahan yang seringkali mengurangi waktu tidur. Biasanya orangtua tidak lagi terlibat dalam penataan waktu tidur yang spesifik. Tuntutan sekolah, kegiatan sosial setelah sekolah, dan pekerjaan paruh waktu menekan waktu yang tersedia untuk tidur (Potter & Perry, 2005). Harapan sosial yang umum adalah remaja membutuhkan tidur yang sedikit daripada praremaja. Akan tetapi, data laboratorium menunjukkan bahwa remaja mempunyai kebutuhan fisiologis untuk tidur lebih banyak bila dibandingkan dengan dengan praremaja. Karena tuntutan gaya


(12)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1295 hidup yang memperpendek waktu yang tersedia untuk tidur dan kemungkinan kebutuhan fisiologis, maka remaja seringkali mengantuk berlebihan pada siang hari (Potter & Perry, 2005).

Hasil peneitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Vaora, Sabrian, Dewi, (2011) didapatkan data dari 81 remaja yang dijadikan sebagai responden penelitian, sebanyak 69 responden (85.2%) mengalami insomnia. Hasil penelitian Haryano, dkk (2009), didapatkan data sebanyak 62.9% remaja mengalami gangguan tidur, dengan gangguan transisi pada saat bangun tidur merupakan jenis gangguan yang paling sering ditemui. Penelitian yang dilakukan oleh Natalita, Sekartini, Poesponegoro (2011) pada siswa SMP didapatkan hasil sebanyak 62.5% siswa mengalami gangguan tidur dengan jenis gangguan yang paling sering adalah gangguan transisi bangun-tidur.

KESIMPULAN

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan Uji Wilcoxon, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna kualitas tidur remaja antara sebelum dan sesudah diberikan guided imagery. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada remaja yang mengalami gangguan kualitas tidur untuk menggunakan guided imagery sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tidur.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih peneliti berikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Universitas Udayana yang telah memberikan pendanaan terhadap penelitian ini. Kepala Sekolah, seluruh guru dan tata usaha di SMP Sila Dharma Denpasar yang telah memberikan dukungan dan kerjasama yang baik dalam pengambilan data. Adik-adik siswa/siswi SMP Sila Dharma yang bersedia menjadi responden penelitian. Kepada adik-adik mahasiswa yang membantu dalam pengumpulan data, Ni Wayan Luh Wahyuni, Ni Putu Intan Parama Asti, Ni Wayan Ari Satriyani, Luh Putu Utami Adnyani. Kepada Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Academy For Guided Imagery. (2011). Diakses pada tanggal 25 April 2012 dari http://www. academyforguidedimagery.com/whatisguidedimagery/index.html.

Carter, E. (2006). Pre-packaged Guided Imagery for Stress Reduction: Initial Resuls. Counselling, Psychotherapy, and Health Journal, Vol 2(2), 27-39.

Dahlan, S. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Jakarta, Salemba Medika.

DeLaune, S.C. & Ladner, P.K. (2002).. Fundamentals of Nursing: Standards and Practice. United States of America, Delmar Thomson Learning.

Dharma, K. K. (2011). Metodelogi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta, Trans Info Media.

Fiorentino, L. & Martin, J.L. (2010). Awake at 4 a.m.: Treatment of Insomnia With Early Morning Awakenings Among Older Adults. Journal of Clinical Psychology: In Session, Vol. 66(11), 1161—

1174, DOI: 10.1002/jclp.20734.

Haryono, A., dkk. (2009). Prevalensi Gangguan Tidur pada Remaja Usia 12-15 Tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sari Pediatri, Vol. 11(3):149-54).

Natalita, C., Sekartini, R., Poesponegoro, P. (2011). Skala Gangguan Tidur untuk Anak (SDSC) sebagai Instrumen Skrining Gangguan Tidur pada Anak Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sari Pediatri, Vol. 12(6):365-72.

National Safety Council. (2003). Manajemen Stres. Alih bahasa Palupi Widyastuti. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.


(13)

1296 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

Sleep Problems in an Adolescent With Diabetes. Journal of Clinical Psychology, Vol. 66(11), 1205--1215 . DOI: 10.1002/jclp.20732.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., Cheever, K.H. (2008).Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins.

Vaora, M., Sabrian, F., Dewi, Y.I. (2011). Hubungan Kebiasaan Merokok Remaja Dengan Gangguan Pola Tidur. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.


(1)

PENGARUH GUIDED IMAGERY TERHADAP KUALITAS

TIDUR REMAJA

Made Oka Ari Kamayani1), Ni Made Dian Sulistiowati2)

1Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Telp: 0361-222510

madeokaari@gmail.com

2Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar

ABSTRAK

Remaja seringkali mengalami gangguan tidur. Dampak gangguan tidur pada remaja adalah penurunan prestasi akademis di sekolah, meningkatkan kenakalan remaja dan meningkatkan angka pemakaian rokok karena mengantuk berlebihan pada siang hari berhubungan dengan tidur yang tidak cukup. Tujuan dari guided imagery yaitu menimbulkan respon psiko siologis yang dapat mengaktivasi sistem saraf parasimpatis dimana selama keadaan diam, kondisi tanpa stres, impuls dari serabut-serabut parasimpatis yang bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh guided imagery terhadap kualitas tidur remaja. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan pre test dan post test design. Desain ini memberikan guided imagery pada satu kelompok yang diukur tentang kualitas tidur kelompok tersebut sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Sila Dharma Denpasar. Pengukuran kualitas tidur pada remaja menggunakan skala gangguan tidur untuk anak atau sleep disturbance scale for children (SDSC). Setelah data dikumpulkan, kemudian data dianalisis secara non parametrik (Uji Wilcoxon) untuk mengetahui adanya pengaruh guided imagery terhadap kualitas tidur remaja. Hasil penelitian didapatkan median skor kualitas tidur pretest sebesar 54.50 dan median posttest sebesar 33.00. Uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon dengan dengan α = 0.05 didapatkan nilai p = 0.000 yang berarti bahwa terjadi perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah diberikan guided imagery. Perbedaan skor kualitas tidur disebabkan karena guided imagery merupakan teknik relaksasi yang dapat mengurangi stres dan meningkatkan perasaan tenang dan damai. Oleh karena itu diharapkan kepada remaja yang mengalami gangguan kualitas tidur untuk menggunakan guided imagery sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tidur.

Kata kunci: guided imagery, kualitas tidur, remaja

1. PENDAHULUAN

Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, dimana terjadi perubahan status kesadaran dalam periode waktu tertentu (Potter & Perry, 2005). Istirahat dan tidur merupakan komponen dasar dari kesejahteraan (DeLaune & Ladner, 2002). Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2005).

Remaja membutuhkan waktu sekitar 7.5 jam untuk tidur setiap malam. Karena tuntutan gaya hidup yang memperpendek waktu yang tersedia untuk tidur dan kemungkinan kebutuhan fisiologis, maka remaja seringkali mengantuk berlebihan pada siang hari (Potter & Perry, 2005). Tidur yang tidak cukup pada remaja sering berkontribusi terhadap terjadinya obesitas dan penurunan penampilan akademik disertai dengan gejala-gejala kecemasan, depresi, kelelahan dan penurunan perhatian (Perfect & Elkins, 2010). Penurunan penampilan akademik, kerentanan terhadap kecelakaan dan masalah perilaku serta suasana hati sering terjadi karena mengantuk berlebihan pada siang hari berhubungan dengan tidur yang tidak cukup (Potter & Perry, 2005). Dampak gangguan tidur pada remaja adalah penurunan prestasi akademis di sekolah, meningkatkan kenakalan remaja dan meningkatkan angka pemakaian rokok (Natalita, Sekartini, Poesponegoro, 2011).

Ada berbagai cara untuk mengatasi gangguan tidur yang dialami seseorang antara lain: kontrol lingkungan, meningkatkan rutinitas menjelang tidur, meningkatkan kenyamanan, menetapkan periode istirahat dan tidur, pengendalian gangguan fisiologis, kudapan menjelang tidur, pendekatan farmakologis,


(2)

dan pengurangan stres. Stres emosional dapat mengganggu tidur. Seseorang yang mengalami kesulitan tidur dapat dibantu dengan bangun dan melakukan aktivitas yang membuat rileks (Potter & Perry, 2005).

Guided imagery merupakan sebuah teknik relaksasi yang bertujuan untuk mengurangi stres dan meningkatkan perasaan tenang dan damai serta merupakan obat penenang untuk situasi yang sulit dalam kehidupan. Guided imagery merupakan suatu teknik untuk mengkaji kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak sadar untuk menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan dan keheningan (National Safety Council 2003). Guided imagery menekankan bahwa seseorang membayangkan hal-hal yang nyaman dan menenangkan, seseorang harus membayangkan satu imaginasi yang sangat kuat dan menyenangkan (Brannon & Feist, 2000). Tujuan dari guided imagery yaitu menimbulkan respon psikofisiologis yang kuat seperti perubahan dalam sistem imun (Potter & Perry, 2005). Tehnik guided imagery dapat mengaktivasi sistem saraf parasimpatis. Selama keadaan diam, kondisi tanpa stres, impuls dari serabut-serabut parasimpatis yang menonjol (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh guided imagey terhadap kualitas tidur remaja. Adanya pengaruh ini dinilai berdasarkan kualitas tidur sebelum dan setelah diberikan intervensi guided imagery.

2. BAHAN DAN METODE 2.1 Desain Penelitian

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan

menggunakan desain quasi eksperimen dengan one group pretest dan posttest design

.

2.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMP Sila Dharma Denpasar. Sedangkan

sampel yang digunakan adalah 34 siswa SMP Sila Dharma yang duduk di kelas VIII dan IX yang

berdasarkan hasil pengukuran dengan

atau sleep disturbance scale for children (

SDSC) mengalami

gangguan kualitas tidur

. Pengambilan data dilakukan selama

2 bulan sejak bulan Agustus hingga

September 2015.

2.3 Etika Penelitian

Peneliti menggunakan inform concent sebelum menjadikan remaja sebagai. Responden diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, prosedur yang akan dilakukan, keuntungan dan kerugian dari prosedur yang akan dilakukan. Responden berhak untuk menolak dan menghentikan keikutsertaan dalam penelitian jika responden merasa tidak nyaman. Identitas responden tidak dicantumkan di dalam hasil penelitian.

2.4 Alat dan Prosedur Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data dari hasil pengukuran kualitas tidur remaja dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran kulaitas tidur dilakukan sebelum diberikan guided imagery dan setelah diberikan guided imagey selama 1 bulan. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala gangguan tidur untuk anak atau sleep disturbance scale for children (SDSC). SDSC praktis dan murah. Skala gangguan tidur pada anak (SDSC) merupakan kuesioner yang mudah diisi oleh orangtua bersama anak, dapat mendeteksi gangguan tidur dan jenis gangguan tidur yang sering dialami oleh anak, dan telah divalidasi dalam bahasa Indonesia. Instrumen SDSC dapat digunakan sebagai alat skrining gangguan tidur pada remaja (Natalita, Sekartini, Poesponegoro, 2011). Prosedur pengumpulan data tergambar pada bagan berikut ini:


(3)

2.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data dikumpulkan kemudian dilakukan pentabulasian pada master data yang merangkum hasil penelitian meliputi data karakteristik responden dan gangguan kulaits tidur. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji non parametrik Wilcoxon.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian

Karakteristik subyek penelitian

Karakteristik dasar responden penelitian diperlihatkan pada tabel 1. Responden terbanyak berada pada usia 14 tahun yaitu sebanyak 41.20%. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 61.80%.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Umur

13 tahun 12 35.30

14 tahun 14 41.20

15 tahun 5 14.70

16 tahun 2 5.90

17 tahun 1 2.90

Jenis Kelamin

Laki-laki 13 38.20

Perempuan 21 61.80

Kualitas Tidur Pretest dan Posttest

Hasil penilaian terhadap responden disajikan secara berurutan yaitu kualitas tidur sebelum diberikan guided imagery, kualitas tidur setelah diberikan guided imagery dan hasil analisa data pengaruh pemberian guided imagery terhadap kualitas tidur remaja.

Gambar 1. Bagan alur pengumpulan data Pengaruh guided imagery terhadap kualitas tidur remaja

Kualitas Tidur Pretest dan Posttest

Hasil penilaian terhadap responden disajikan secara berurutan yaitu kualitas tidur sebelum diberikan guided imagery, kualitas tidur setelah diberikan guided imagery dan hasil analisa data pengaruh pemberian guided imagery terhadap kualitas tidur remaja.


(4)

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat adanya perubahan skor kualitas tidur sebelum diberikan guided imagery dan setelah diberikan guided imagery pada responden dengan median skor kualitas tidur pretest sebesar 54.50 dan median skor gangguan tidur sebesar 33.00.

Pretest Posttest Perbedaan (d) Rata-rata 56.74 33.68 23.06

Minimum 50 28 22

Maksimum 78 42 36

Median 54.50 33.00 21.5

Standar Deviasi 6.95 3.95 3

Hasil Analisis Perubahan Intensitas Nyeri

Untuk mengetahui adanya pengaruh guided imagery terhdap kualitas tidur remaja, maka dilakukan uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon tingkat kemaknaan atau kesalahan 5% (p≤0,05). Analisa data yang dilakukan diperoleh hasil yaitu nilai Sig. (2-tailed) (p) sebelum intervensi dan setelah intervensi adalah 0,000. Nilai p≤0,05 menandakan Ho ditolak yang berarti ada pengaruh pemberianguided imagery terhadap kualitas tidur remaja.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil uji statistk dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kualitas tidur sebelum dan setelah diberikan guided imagery pada remaja dengan nilai p=0.000. Perbedaan kualitas tidur tersebut mungkin dapat dijelaskan sebagai berikut, guided dapat mengurangi tekanan dan berpengaruh terhadap proses fisiologi seperti menurunkan tekanan darah, nadi, dan respirasi. Hal itu karena guided imagery dapat mengaktivasi sistem saraf parasimpatis (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Carter (2006) menggunakan guided imagery untuk mengurangi tingkat stres, penyebab dan gejala-gejala yang menyertai stres. Tehnik guided imagery dapat mengaktivasi sistem saraf parasimpatis. Selama keadaan diam, kondisi tanpa stres, impuls dari serabut-serabut parasimpatis yang menonjol (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).

Guided imagery adalah suatu kondisi keterlepasan dalam berimajinasi dan relaksasi. Guided imagery juga merupakan berbagai variasi tehnik yang meliputi visualisasi sederhana dan sugesti langsung menggunakan khayalan, metaphor dan story telling, eksplorasi fantasi dan bermain game, interpretasi mimpi, menggambar dan imaginasi aktif dimana elemen ketidaksadaran diundang untuk muncul sebagai suatu gambar yang dapat berkomunikasi dengan pikiran sadar (www.academyforguidedimagery.com). Guided imagery adalah adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Menurut DeLaune & Ladner (2002), salah satu terapi modalitas untuk meningkatkan kualitas tidur adalah guided imagery. Menurut Fiorentino & Martin (2010), guided imagery merupakan salah satu bagian dari Cognitive– Behavioral Therapy of Insomnia (CBT-I) yang bertujuan untuk mengatasi gejala-gejala insomnia.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan median skor gangguan tidur pretest adalah sebesar 54.50 dengan nilai minimal 50 dan nilai maksimal 78. Hal ini menunjukkan bahwa semua responden mengalami gangguan kualitas tidur. Remaja memperoleh sekitar 7.5 jam untuk tidur setiap malam. Pada saat kebutuhan tidur yang aktual meningkat, remaja umumnya mengalami sejumlah perubahan yang seringkali mengurangi waktu tidur. Biasanya orangtua tidak lagi terlibat dalam penataan waktu tidur yang spesifik. Tuntutan sekolah, kegiatan sosial setelah sekolah, dan pekerjaan paruh waktu menekan waktu yang tersedia untuk tidur (Potter & Perry, 2005). Harapan sosial yang umum adalah remaja membutuhkan tidur yang sedikit daripada praremaja. Akan tetapi, data laboratorium menunjukkan bahwa remaja mempunyai kebutuhan fisiologis untuk tidur lebih banyak bila dibandingkan dengan dengan praremaja. Karena tuntutan gaya


(5)

hidup yang memperpendek waktu yang tersedia untuk tidur dan kemungkinan kebutuhan fisiologis, maka remaja seringkali mengantuk berlebihan pada siang hari (Potter & Perry, 2005).

Hasil peneitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Vaora, Sabrian, Dewi, (2011) didapatkan data dari 81 remaja yang dijadikan sebagai responden penelitian, sebanyak 69 responden (85.2%) mengalami insomnia. Hasil penelitian Haryano, dkk (2009), didapatkan data sebanyak 62.9% remaja mengalami gangguan tidur, dengan gangguan transisi pada saat bangun tidur merupakan jenis gangguan yang paling sering ditemui. Penelitian yang dilakukan oleh Natalita, Sekartini, Poesponegoro (2011) pada siswa SMP didapatkan hasil sebanyak 62.5% siswa mengalami gangguan tidur dengan jenis gangguan yang paling sering adalah gangguan transisi bangun-tidur.

KESIMPULAN

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan Uji Wilcoxon, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna kualitas tidur remaja antara sebelum dan sesudah diberikan guided imagery. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada remaja yang mengalami gangguan kualitas tidur untuk menggunakan guided imagery sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tidur.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih peneliti berikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Universitas Udayana yang telah memberikan pendanaan terhadap penelitian ini. Kepala Sekolah, seluruh guru dan tata usaha di SMP Sila Dharma Denpasar yang telah memberikan dukungan dan kerjasama yang baik dalam pengambilan data. Adik-adik siswa/siswi SMP Sila Dharma yang bersedia menjadi responden penelitian. Kepada adik-adik mahasiswa yang membantu dalam pengumpulan data, Ni Wayan Luh Wahyuni, Ni Putu Intan Parama Asti, Ni Wayan Ari Satriyani, Luh Putu Utami Adnyani. Kepada Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Academy For Guided Imagery. (2011). Diakses pada tanggal 25 April 2012 dari http://www. academyforguidedimagery.com/whatisguidedimagery/index.html.

Carter, E. (2006). Pre-packaged Guided Imagery for Stress Reduction: Initial Resuls. Counselling, Psychotherapy, and Health Journal, Vol 2(2), 27-39.

Dahlan, S. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Jakarta, Salemba Medika.

DeLaune, S.C. & Ladner, P.K. (2002).. Fundamentals of Nursing: Standards and Practice. United States of America, Delmar Thomson Learning.

Dharma, K. K. (2011). Metodelogi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta, Trans Info Media.

Fiorentino, L. & Martin, J.L. (2010). Awake at 4 a.m.: Treatment of Insomnia With Early Morning Awakenings Among Older Adults. Journal of Clinical Psychology: In Session, Vol. 66(11), 1161— 1174, DOI: 10.1002/jclp.20734.

Haryono, A., dkk. (2009). Prevalensi Gangguan Tidur pada Remaja Usia 12-15 Tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sari Pediatri, Vol. 11(3):149-54).

Natalita, C., Sekartini, R., Poesponegoro, P. (2011). Skala Gangguan Tidur untuk Anak (SDSC) sebagai Instrumen Skrining Gangguan Tidur pada Anak Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sari Pediatri, Vol. 12(6):365-72.

National Safety Council. (2003). Manajemen Stres. Alih bahasa Palupi Widyastuti. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.


(6)

Sleep Problems in an Adolescent With Diabetes. Journal of Clinical Psychology, Vol. 66(11), 1205--1215 . DOI: 10.1002/jclp.20732.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., Cheever, K.H. (2008).Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins.

Vaora, M., Sabrian, F., Dewi, Y.I. (2011). Hubungan Kebiasaan Merokok Remaja Dengan Gangguan Pola Tidur. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.