SEJARAH HUKUM AGRARIA PERIODE KOLONIAL DAN KEMERDEKAAN.

(1)

(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Muhammad Taufiq, 3113121051, Sejarah Hukum Agraria Periode Kolonial dan Kemerdekaan. Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan 2015.

Hukum Agraria merupakan salah satu hukum terpenting di Indonesia. Hukum Agraria di masa kolonial dulu bernama Hukum Tanah dan berubah menjadi Hukum Agraria setelah Indonesia merdeka. Hukum Agraria adalah hukum (aturan) yang mengatur perihal pertanahan baik segala benda yang berada di atas tanah ataupun di bawah tanah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana latar belakang lahirnya Hukum Agraria di masa kolonial, perkembangan Hukum Agraria di masa kemerdekaan serta persamaan dan perbedaan antara Hukum Agraria di masa kolonial dan masa kemerdekaan. Metode penelitian yang digunakan adalah library research (studi pustaka) dengan pendekatan literatur seperti buku-buku dan arsip-arsip yang berhubungan dengan Hukum Agraria. Metode dan pendekatan ini digunakan sebab ruang lingkup penelitian yang berada di periode kolonial dan kemerdekaan.

Hasil dari penelitian ini adalah Hukum Agraria sebelum periode kemerdekaan lahir karena adanya desakan dari kaum liberal agar adanya kesempatan bagi pihak swasta untuk membuka peluang bisnis karena selama ini segala sumber daya yang ada di Indonesai diolah dan dikuasai oleh pemerintah, selain itu untuk menyetarakan hak pribumi selaku pemilik tanah yang selama tertindas dengan adanya penerapan culturstelsesl, sehinggan kaum liberal merasa perlu untuk menyusun Hukum Agraria yang dapat digunakan secara menyeluruh. Selama periode kolonial Hukum Agraria memiliki sifat dualisme karena adanya peraturan pertanahan yang bersumber pada hukum adat. Inilah yang menyebabkan setelah merdeka, pemerintah Indonesia menyusun Hukum Agraria nasional atau biasa disebut dengan UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria), yang bertujuan agar terdapat Hukum Agraria yang terlepas dari unsur kolonialisme dan sifat dualisme dan yang terpenting hukumnya sesuai dengan kepribadian dan ideologi bangsa Indonesia. Persamaan Hukum Agraria di masa kolonila dan kemerdekaan hanya terletak pada substansi hukumnya, sedangkan tujuan, sumber hukumnya berbeda


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Sempurna atas segala petunjuk dan kuasa-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Tak lupa shalawat dan salam dihadiakan untuk Nabi Muhammad SAW ysng sangat diharapkan safa’atnya di hari pembalasan nanti.

Penelitian ini berjudul “Sejarah Hukum Agraria Periode Kolonial dan Kemerdekaan”. Penelitian ini disusun sebagai sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Medan. .

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan, baik berupa bimbingan, saran, kritik dan lain sebagainya. Maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah mendukung demi penyelesaian sekripsi ini, yaitu kepada :

1. Kedua orang tua terkasih penulis, terkhusus (almh.) Ibunda tercinta Hj. Juraidah atas kasih sayang yang tiada tara telah mengajarkan tentang keikhlasan dan kesabaran dalam hidup dan H. Amat Syamsuddin, laki-laki terhebat yang berhasil memahamkan penulis tentang arti kerja keras dan pantang menyerah.

2. Untuk kedua saudara laki-laki kandung penulis, Auliya Zulfahmi S. H. M. H. dan Arief Zulferry S. Pd.I. atas dukungan baik smoril dan materiil untuk kesuksesanpenulis.

3. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan 4. Dr. Restu, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Medan

5. Dra. Flores Tanjung, MA selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan.

6. Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku sekretaris Jurusan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan.


(6)

7. Dra. Lukitaningsih M. Hum sebagai dosen pembimbing sekripsi, di sela-sela kesibukannya masih menyempatkan waktu untuk membimbing daya dalam penyusunan sekripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah berbagi ilmu dan pengalaman yang berharga bagi pengembangan wawasan keilmuan dan kemajuan berpikir. serta memberikan bimbingan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Universitas Negeri Medan.

9. Untuk teman-teman dari kelas Reguler A 2011 untuk kebersamaan, suka dan duka selama empat tahun lebih.

10.Untuk sahabat terbaik penulis, Nuri Yunita Hasan Nst. Iki Fadilla, Dwi Oktafiyani, Adiyati Utari, Deni Hartanto.

Penulis menyadari di dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu untuk kesempurnaan penulisan sekripsi ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata semoga penelitian ini bermanfaat serta memberikan kontribusi dalam pengembangan pengetahuan anak-anak bangsa Indonesia .

Medan, Juni 2015 Penulis

Muhammad Taufiq NIM 3113121051


(7)

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 4

1.3 Fokus Penelitian... 4

1.4 Rumusan Masalah ... 4

1.5 Tujuan Penelitian ... 5

1.6 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1 Hubungan Antara Sejarah dan Hukum ... 6

2.2 Keberadaan hukum Agraria di Indonesia ... 8

2.3 Kerangka Konsep... 10

2.3.1 Pengertian Hukum ... 10

2.3.2 Pengertian Agraria... 12

2.3.3 Pengerian Hukum Agraria ... 14

2.3.4 Periode Kolonial ... 17

2.3.5 Periode Kemerdekaan ... 18

2.4 Kerangka Berpikir ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1 Metode Penelitian ... 21

3.2 Sumber Data ... 21

3.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 22

3.4 Teknik Pengolahan dan Anlisis Data ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1. Hukum Agraria Periode 1870-1942 ... 24


(8)

ii

4.1.2. Culturstelsel Di Indonesia ... 24

4.1.3. Kritik Terhadap Culturstelsel ... 30

4.2. Agrarische Wet Cikal Bakal Lahirnya Hukum Agraria ... 33

4.3. Masalah Dalam Hukum Tanah Barat ... 38

4.3.1. Dualisme Hukum Tanah Yang Bermasalah ... 44

4.4. Tuntutan Terhadap Kepastian Hukum Bagi Rakyat ... 45

4.5. Hukum Agraria Periode 1945-1998 ... 48

4.5.1. Pentingnya Penyusunan Hukum Agraria Nasional .... 48

4.5.2. UUPA Di Masa Orde Lama ... 51

4.5.3. Kebijakan Pemerintah Orla Di Bidang Agraria ... 61

4.5.4. UUPA Di Masa Orde Baru... 65

4.5.5. Kebijakan Oemerintah Orba Di Bidang Agraria ... 66

4.6. Karakter Hukum Agraria Kolonial dan Kemerdekaan ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77


(9)

BAB I Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Masalah

Sejak abad ke-15, Indonesia telah menjadi salah satu pusat perdagangan dunia melalui penjualan rempah-rempah. Penjualan hasil perkebunan jelas mengisyaratkan bahwa Indonesia merupakan negara agraris. Hal inilah yang menarik bangsa Eropa khususnya Belanda untuk datang ke Indonesia, dan melakukan perdagangan.

Bersamaan dengan berkembangnya sistem perdagangan, maka juga berkembang pula sistem mata pencaharian bercocok tanam dan perkebunan sehingga dengan demikian berarti bahwa perhatian dan pengetahuan orang pada bidang pertanahan kian berkembang pula. Dalam tahap inilah Hukum Agraria mulai lahir meskipun belum secara formal maupun material atau dapat dikatakan masih sangat primitif. Hal ini tentu saja disebabkan karena dalam Hukum Agraria pengaturan hak dan kewajiban timbal-balik antara penguasa dan warga masih belum serasi.

Seiring perubahan zaman, Hukum Agraria kian pula berkembang, mengalami berbagai penyempurnaan dan pembaharuan setahap demi setahap hingga sekarang ini. Riwayat sejarah Hukum Agraria sebagaimana juga bidang hukum lainnya, lahir dan berkembang melalui suatu evolusi yang lama dan panjang. Perkembangan itu dimulai dengan adanya pengetahuan dan inisiatif manusia untuk menciptakan kehidupan yang serasi melalui hukum yang


(10)

berkenaan dengan pertanahan, yang dalam hal ini dapat kita anggap sebagai ‘embrio’ Hukum Agraria itu sendiri.

Saat perekonomian Indonesia memasuki babak baru yaitu perubahan ke arah ekonomi liberal, yang ditandai dengan lolosnya Hukum Agraria dan Hukum Gula pada periode 1870-an, jelas Hukum Agraria menjadi faktor mendasar dalam pembangunan di bidang ekonomi sebab Hukum Agraria digunakan sebagai

penjamin hak-hak kepemilikan dan operasi pihak swasta 1. Perkembangan Hukum

Agraria periode kolonial diakhiri ketika Belanda menyerah kepada sekutu pada tahun 1942.

Berjalan ke periode kemerdekaan yaitu tahun 1945-1998, pemerintah Indonesia mulai berpikir tentang menasionalisasikan Hukum Agraria tersebut, yang bagaimanapun Hukum Agraria berasal dari hukum yang bernuansa Eropa haruslah disesuaikan dengan kondisi sosial, politik, ekonomi masyarakat Indonesia. Hal ini bertujuan agar terciptanya kondisi masyarakat yang adil, makmur dans ejahtera sebab Hukum Agraria yang ada sudah disesuaikan dengan filosofi Indonesia, kondisi masyarakat Indonesia bukan yang masih bernuansa kolonial yang jelas menyengsarakan rakyat Indonesia.

Dalam sejarah Hukum Agraria nasional, Hukum Agraria memberikan kedudukan yang penting pada hukum adat. Hukum adat dijadikan dasar dan sumber dari pembentukan Hukum Agraria nasional. Pengambilan hukum adat sebagai dasar merupakan pilihan yang paling tepat karena hukum adat merupakan hukum yang sudah dilaksanakan dan dihayati oleh sebagian besar masyarakat


(11)

Indonesia. Pengambilan hukum adat sebagai sumber memang mengandung kelemahan-kelemahan tertentu. Hal ini berkaitan dengan sifat pluralistis hukum adat itu sendiri. Untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan itu harus dicari dan dirumuskan asas-asas, konsepsi-konsepsi, lembaga-lembaga dan sistem hukumnya. Hal inilah dijadikan sebagai dasar dan sumber bagi pembentukan Hukum Agraria nasional.

Dari perjalanan Hukum Agraraia dapat dianalisa bahwa Hukum Agraria sudah ada sejak abad ke-15 dan hingga sekarang Hukum Agraria juga masih diperlukan bahkan menjadi salah satu hukum positif terpenting mengingat Indonesia adalah negara agraris dan negara hukum. Hukum Agraria secara umum telah mengalami dua fase perubahan yang terjadi di dua periode yaitu masa kolonial (1870-1942) dan masa kemerdekaan (1945-1998). Untuk itu sejarah Hukum Agraria menarik untuk diteliti, mencari bagaimana awal lahir dan perkembangan setiap fase perjalanan dari Hukum Agraria tersebut. Sehingga pertanyaan yang muncul bagaiamana latar belakang lahir dan berkembangnya Hukum Agraria tersebut ? Apakah Hukum Agraria di Indonesia sudah menggambarkan kepentingan khalayak umum (rakyat) ? seperti penjelasan J. J.

Rousseau dalam bukunya Du Contract Social yang mengatakan bahwa hukum

merupakan ekspresi dari kehendak umum (rakyat).2

Selain itu, penelitian dengan tema ini juga masih sangat langka dalam lingkup sejarah, sehingga dirasa penting untuk mengamati perjalanan Hukum Agraria periode kolonial dan kemerdekaan. Sebab kajian sejarah Hukum Agraria

2 Thaib Dahlan, dkk.Teori dan Hukum Konstitusi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013),


(12)

dirasa penting, mengingat lemahnya kita mengenali hukum tersebut, sehingga terjadilah banyak sekali permasalahan-permasalahan berkenaan dengan Hukum Agraria.

Maka pada akhirnya peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan

hasilnya akan dituliskan ke dalam suatu tulisan ilmiah dengan judul ‘Sejarah

Hukum Agraria Periode Kolonial dan Kemerdekaan’

1.2.Identifikasi Maslalah

Masalah yang dapat diidentifikasi dari judul penelitia, antara lain sebagai

berikut :

1. Bagaimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia pada periode

kolonial (1870-1942).

2. Bagaimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Indoneisa pada periode

kemerdekaan (1945-1998).

3. Bagaimana latar belakang lahirnya Hukum Agraria pada periode kolonial.

4. Bagaimana perkembangan Hukum Agraria pada periode kolonial (1870-1942).

5. Bagaimana perkembangangan Hukum Agraria pada periode kemerdekaan

(1945-1998).

6. Bagaimana persamaan dan ataupun perbedaan Hukum Agraria pada periode

kolonial (1870-19420 dan periode kemerdekaan (1945-1998). 1.3.Fokus Peneltian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka fokus masalah penelitian ini adalah bagaimana lahir dan berkembangnya Hukum Agraria di Indonesia pada


(13)

periode kolonial (1870-1942) dan bagaimana perkembangan Hukum Agraria periode kemerdekaan (1945-1998).

1.4.Rumusan Masalah

Berikut rumusan masalah berdasarkan fokus masalah :

1. Bagaimana latar belakang lahirnya Hukum Agraria pada periode kolonial ?

2. Bagaimana perkembangan Hukum Agraria pada periode kolonial

(1870-1942) ?

3. Bagaimana perkembangan Hukum Agraria pada periode kemerdekaan

(1945-1998) ?

4. Bagaiamana perbedaan dan ataupun persamaan Hukum Agaraia yang ada pada

periode kolonial (1870-1942) dan periode kemerdekaan (1945-1998) ? 1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk :

1. Mendeskripsikan latar belakang lahirnya Hukum Agraria periode kolonial

2. Mendeskripsikan perkembangan Hukum Agraria pada periode kolonial

(1870-1942) dan periode kemerdekaan (1945-1998).

3. Mendeskripsikan perbedaan dan ataupun persamaan Hukum Agraria pada

periode kolonial (1870-1942) dan periode kemerdekaan (1945-1998). 1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari peneltian ini yaitu :

1. Menambah wawasan dengan menjadi sumber pengetahuan khususnya di


(14)

2. Memperkaya sumber kajian mahasiswa Pendidikan Sejarah tentang Sejarah Hukum Agraria.

3. Perbandinangan untuk peneliti lain yang akan membahas dengan tema yang


(15)

BAB V

Kesimpulan dan Saran 1.1. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, Hukum Agraria berawal di Indonesia lahir dikarenakan oleh beberapa faktor,di zaman kolonial, Hukum Agraria lahir karena adanya desakan dari kaum liberal agar dibentuknya perundang-undangan yang mampu menjadi pedoman agar pedagang swasta bisa membuka usaha di Indonesia, di samping terdapat kritik tajam atas penerapan sistem culturstelsel yang menyengsarakan rakyat Indonesia yang menyebabkan desakan dari kaum liberal bahwa pemerintah kolonial harus peduli dengan hak-hak pribumi. Maka lahirlah Agrarische Wet pada 9 Juli 1870. Sedangkan di zaman kemerdekaan, Hukum Agraria lahir karena adanya tuntutan dan keharusan agar terebntuknya suatu Hukum Agraria yang bersifat nasional, terbebas dari sifat dualistis dan sifat kolonialisme. Lalu UUPA terbentuk pada 24 Septmber 1960

2. Perkembangan Hukum Agraria pasca kemerdekaan pun tidak serta merta mulus, kebijakan yang diambil pemerintah berkenaan dengan Hukum Agraria disesuaikan dengan kondisi pemerintah yang memipin Indonesia, yang berarti ada tujuan-tujuan tertentu yang selaras dengan visi-misi pemerintahan. Tak ayal, banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam perkembangan Hukum Agraria nasional khususnya yang terjadi di masa periode Orde Baru. 3. Persamaan Hukum Agraria periode dan kolonial hanya terletak pada jenis


(16)

sumber, tujuan dan sifatnya. Sumber Hukum Agraria periode kolonial ialah Hukum Tanah Barat dan Hukum Tanah Adat inilah yang menyebabkan terjadinya sifat dualistik sedangkan tujuannya hanya untuk kepentingan kolonial sepihak. Sedangkan Hukum Agraria nasional

1.2. Saran

Dari hasil penelitian ini juga dapat disarankan, khususnya kepada pemerintah selaku pemegang kekuasaan terhadap pembentukan undang-undang jika mebuat suatu perundang-undangan benar-benar memperhatikan nasib rakyat banyak. Perundang-undangan juga dibuat sesuai dengan tuntutan zaman, tidak terlepas dari landasan negara agar perundang-undangan tersebut mampu menjadi pedoman bagi masyarakat dan mmapu memberikan kepastian hukum bagi siapa saja yang memerlukan.


(17)

Daftar Pustaka

Dirjdosisworo, Soedjono. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2014.

Gonggong, Anhar. Menengok Sejarah Konstitusi Indonesia. Yogyakarta. Ombak & Media Presindo, 2002.

Harsono, Boedi. Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaan. Jakarta. Djambatan, 2008.

Kansil, C.S.T. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. PT Rineka Cipta, 2011. Latif, Yudi. Negara Paripurna. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Umum, 2012. MD, Moh. Mahfud. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta. PT Raja Grafindo

Persada, 2012.

Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta. PT Serambi Ilmu Semesta, 2008.

Santoso, Urip. Hukum Agraria & Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta. Kencana Prenada Media Group, 2008.

Simbolon, Parakitri. T. Menjadi Indonesia. Jakarta. PT Kompas Media Nusantara, 2006.

Sjamsuddin, Helius. Metodologi Sejarah. Yogyakarta. Ombak, 2007.

Sukanti Hutagalung, Arie. Hukum tanah Di Belanda dan Di Indonesia. Bali. Pustaka Larasan, 2012

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung. Alfabeta, 2009.

Tim, Lapera. Reforma Agraria. Yogyakarta. Lapera Pustaka Utama. 2001

Thaib, Dahlan, dkk. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2013.

Tuti, Titik Triwulan. Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional. Jakarta. Kencana Prenada Media Group, 2011.

Van Vollenhoven, Cornelis. Orang Indonesia dan Tanahnya. Yogyakarta. STPN Pres, 2013.


(18)

Wignjosoebroto, Soetandyo. Dari Hukum Kolonial Ke Hukum Nasional. Jakarta. HUMA, 2014.

Jurnal :

Yeyet Solihat. Hukum Agraria Nasional. Jurnal Ilmu Hukum. ISSN 1412-86676 Vol. 10 No. 22, Universitas Singaperbangsa Karawang.

Ulfia Hasanah, Status Kepemilikan Tanah Hak Konversi Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria Dihubungkan Dengan PP No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Jurnal Ilmu Hukum Vo. 3 No. 1. Pekan Baru.


(1)

periode kolonial (1870-1942) dan bagaimana perkembangan Hukum Agraria periode kemerdekaan (1945-1998).

1.4.Rumusan Masalah

Berikut rumusan masalah berdasarkan fokus masalah :

1. Bagaimana latar belakang lahirnya Hukum Agraria pada periode kolonial ? 2. Bagaimana perkembangan Hukum Agraria pada periode kolonial

(1870-1942) ?

3. Bagaimana perkembangan Hukum Agraria pada periode kemerdekaan (1945-1998) ?

4. Bagaiamana perbedaan dan ataupun persamaan Hukum Agaraia yang ada pada periode kolonial (1870-1942) dan periode kemerdekaan (1945-1998) ?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk :

1. Mendeskripsikan latar belakang lahirnya Hukum Agraria periode kolonial 2. Mendeskripsikan perkembangan Hukum Agraria pada periode kolonial

(1870-1942) dan periode kemerdekaan (1945-1998).

3. Mendeskripsikan perbedaan dan ataupun persamaan Hukum Agraria pada periode kolonial (1870-1942) dan periode kemerdekaan (1945-1998).

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari peneltian ini yaitu :

1. Menambah wawasan dengan menjadi sumber pengetahuan khususnya di bidang sejarah dan hukum Indonesia.


(2)

2. Memperkaya sumber kajian mahasiswa Pendidikan Sejarah tentang Sejarah Hukum Agraria.

3. Perbandinangan untuk peneliti lain yang akan membahas dengan tema yang sama.


(3)

BAB V

Kesimpulan dan Saran 1.1. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, Hukum Agraria berawal di

Indonesia lahir dikarenakan oleh beberapa faktor,di zaman kolonial, Hukum Agraria lahir karena adanya desakan dari kaum liberal agar dibentuknya perundang-undangan yang mampu menjadi pedoman agar pedagang swasta bisa membuka usaha di Indonesia, di samping terdapat kritik tajam atas penerapan sistem culturstelsel yang menyengsarakan rakyat Indonesia yang menyebabkan desakan dari kaum liberal bahwa pemerintah kolonial harus peduli dengan hak-hak pribumi. Maka lahirlah Agrarische Wet pada 9 Juli 1870. Sedangkan di zaman kemerdekaan, Hukum Agraria lahir karena adanya tuntutan dan keharusan agar terebntuknya suatu Hukum Agraria yang bersifat nasional, terbebas dari sifat dualistis dan sifat kolonialisme. Lalu UUPA terbentuk pada 24 Septmber 1960

2. Perkembangan Hukum Agraria pasca kemerdekaan pun tidak serta merta

mulus, kebijakan yang diambil pemerintah berkenaan dengan Hukum Agraria disesuaikan dengan kondisi pemerintah yang memipin Indonesia, yang berarti ada tujuan-tujuan tertentu yang selaras dengan visi-misi pemerintahan. Tak ayal, banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam perkembangan Hukum Agraria nasional khususnya yang terjadi di masa periode Orde Baru.

3. Persamaan Hukum Agraria periode dan kolonial hanya terletak pada jenis


(4)

sumber, tujuan dan sifatnya. Sumber Hukum Agraria periode kolonial ialah Hukum Tanah Barat dan Hukum Tanah Adat inilah yang menyebabkan terjadinya sifat dualistik sedangkan tujuannya hanya untuk kepentingan kolonial sepihak. Sedangkan Hukum Agraria nasional

1.2. Saran

Dari hasil penelitian ini juga dapat disarankan, khususnya kepada pemerintah selaku pemegang kekuasaan terhadap pembentukan undang-undang jika mebuat suatu perundang-undangan benar-benar memperhatikan nasib rakyat banyak. Perundang-undangan juga dibuat sesuai dengan tuntutan zaman, tidak terlepas dari landasan negara agar perundang-undangan tersebut mampu menjadi pedoman bagi masyarakat dan mmapu memberikan kepastian hukum bagi siapa saja yang memerlukan.


(5)

Daftar Pustaka

Dirjdosisworo, Soedjono. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2014.

Gonggong, Anhar. Menengok Sejarah Konstitusi Indonesia. Yogyakarta. Ombak & Media Presindo, 2002.

Harsono, Boedi. Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaan. Jakarta. Djambatan, 2008.

Kansil, C.S.T. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. PT Rineka Cipta, 2011. Latif, Yudi. Negara Paripurna. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Umum, 2012. MD, Moh. Mahfud. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta. PT Raja Grafindo

Persada, 2012.

Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta. PT Serambi Ilmu Semesta, 2008.

Santoso, Urip. Hukum Agraria & Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta. Kencana Prenada Media Group, 2008.

Simbolon, Parakitri. T. Menjadi Indonesia. Jakarta. PT Kompas Media Nusantara, 2006.

Sjamsuddin, Helius. Metodologi Sejarah. Yogyakarta. Ombak, 2007.

Sukanti Hutagalung, Arie. Hukum tanah Di Belanda dan Di Indonesia. Bali. Pustaka Larasan, 2012

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung. Alfabeta, 2009.

Tim, Lapera. Reforma Agraria. Yogyakarta. Lapera Pustaka Utama. 2001

Thaib, Dahlan, dkk. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2013.

Tuti, Titik Triwulan. Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional. Jakarta. Kencana Prenada Media Group, 2011.

Van Vollenhoven, Cornelis. Orang Indonesia dan Tanahnya. Yogyakarta. STPN Pres, 2013.


(6)

Wignjosoebroto, Soetandyo. Dari Hukum Kolonial Ke Hukum Nasional. Jakarta. HUMA, 2014.

Jurnal :

Yeyet Solihat. Hukum Agraria Nasional. Jurnal Ilmu Hukum. ISSN 1412-86676 Vol. 10 No. 22, Universitas Singaperbangsa Karawang.

Ulfia Hasanah, Status Kepemilikan Tanah Hak Konversi Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria Dihubungkan Dengan PP No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Jurnal Ilmu Hukum Vo. 3 No. 1. Pekan Baru.