STRUKTUR BAHASA INDONESIA DALAM GAYA BERPIKIR: KAJIAN BERDASARKAN ANCANGAN RETORIKA TEKSTUAL, ASPEK KEBAHASAAN KARANGAN, DAN GENDER, SERTA IMPLIKASINYA BAGI PEMBELAJARAN MENULIS.

(1)

xii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN ... ... ii

PERNYATAAN ... ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ...x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... ... 1

1.2 Permasalahan ... 5

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 5

1.2.2 Pembatasan Masalah ... 9

1.2.3 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... ...10

1.4 Manfaat Penelitian ...11

1.5 Metode Penelitian ...11

1.6 Keterbatasan Penelitian ... 14

1.7 Definisi Operasional ...15

1.8 Paradigma Penelitian ... 16

BAB II LANDASAN TEORETIS ... 19

2.1 Bahasa dan Pikiran ... 19

2.2 Struktur Bahasa ... 24

2.3 Gaya Berpikir ... 28

2.4 Retorika Tekstual ... 36

2.4.1 Prinsip Prosesibilitas ... 38

2.4.2 Prinsip Kejelasan ... 41

2.4.3 Prinsip Ekonomi ... 42


(2)

xiii

2.5 Status Informasi dalam Wacana ... 46

2.6 Formalisme dan Fungsionalisme dalam Tata Bahasa ... 52

2.7 Bahasa dan Gender ... 56

2.8 Pembelajaran Menulis ... 60

2.8.1 Pengertian Menulis ... 60

2.8.2 Manfaat Keterampilan Menulis ... 61

2.8.3 Proses Pembelajaran Menulis ...62

2.8.4 Problematik Pembelajaran Menulis ... 65

2.8.5 Bentuk Pembelajaran Menulis yang Diharapkan ... 67

2.8.6 Evaluasi Hasil Belajar Menulis ... 71

2.8.7 Pembelajaran Menulis di Perguruan Tinggi ... 74

BAB III METODE PENELITIAN ... 79

3.1 Ancangan (Approach) Penelitian ... 79

3.2 Data dan Objek Penelitian ... 81

3.3 Sumber Data ... 82

3.4 Metode dan Teknik Penyediaan Data ... 83

3.5 Instrumen Penelitian ... 85

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data ... 86

3.7 Metode Penyajian Hasil Analisis ... 87

3.8 Tahap-tahap Penelitian ... 87

BAB IV ANALISIS STRUKTUR BAHASA DALAM GAYA BERPIKIR ...99

4.1 Struktur Bahasa ... 99

4.1.1 Struktur Bahasa Berdasarkan Prinsip-prinsip Retorika Tekstual ....99

4.1.2 Struktur Bahasa Berdasarkan Aspek Kebahasaan Karangan ...113

4.2 Gaya Berpikir ... 126

4.3 Struktur Bahasa dalam Gaya Berpikir ... 127

4.3.1 Struktur Bahasa Gaya Berpikir SK ... 127

4.3.2 Struktur Bahasa Gaya Berpikir SA ... 139

4.3.3 Struktur Bahasa Gaya Berpikir AA ... 150

4.3.4 Struktur Bahasa Gaya Berpikir AK ... 163


(3)

xiv

4.3.6 Struktur Bahasa Gaya Berpikir SA-AA ... 184

BAB V TEMUAN PENELITIAN DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS ...197

5.1 Temuan Penelitian ... 197

5.2 Implikasi Temuan Penelitian bagi Pembelajaran Menulis ... 212

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 220

6.1 Simpulan ... 220

6.2 Saran ... 230

DAFTAR PUSTAKA ... 233

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 238

RIWAYAT HIDUP ... 357


(4)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Data Jumlah Kalimat dan Topik Karangan ... 91

3.2 Lembar Penskoran Hasil Tes Gaya Berpikir ... 93

3.3 Skor dan Kecenderungan Gaya Berpikir... 94

3.4 Skor dan Kecenderungan Gaya Berpikir Responden Perempuan ... 95

3.5 Skor dan Kecenderungan Gaya Berpikir Responden Laki-laki ...96

4.1 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) Berdasarkan Gender...111

4.2 Struktur Bahasa Berdasarkan Prinsip-prinsip Retorika Tekstual ...112

4.3 Struktur Bahasa Berdasarkan Aspek Kebahasaan Karangan ... 125

4.4 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) Berdasarkan Gender...126

4.5 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) Gaya Berpikir Sekuensial Konkret (SK) Responden Laki-laki ... 131

4.6 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) Gaya Berpikir Sekuensial Konkret (SK) Responden Perempuan ... 132

4.7 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) Gaya Berpikir Sekuensial Konkret (SK) Responden Laki-laki ... 138

4.8 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) Gaya Berpikir Sekuensial Konkret (SK) Responden Perempuan ... 138

4.9 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak (SA) Responden Laki-laki ... 143

4.10 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak (SA) Responden Perempuan ... 143 4.11 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) Gaya Berpikir Sekuensial


(5)

xvi

Abstrak (SA) Responden Laki-laki ... 150 4.12 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak (SA) Responden Perempuan ... 150 4.13 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) Gaya Berpikir Acak Abstrak

(AA) Responden Laki-laki ... 155 4.14 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) Gaya Berpikir Acak Abstrak

(AA) Responden Perempuan ... 155 4.15 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) Gaya Berpikir Acak Abstrak (AA) Responden Laki-laki Perempuan ... 162 4.16 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) Gaya Berpikir Acak Abstrak (AA) Responden Laki-laki ... 163 4.17 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) Gaya Berpikir Acak Konkret

(AK) Responden Laki-laki ... 167 4.18 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) Gaya Berpikir Acak Konkret

(AK) Responden Perempuan ... 167 4.19 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) Gaya Berpikir Acak Konkret (AK) Responden Laki-laki ... 172 4.20 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) Gaya Berpikir Acak Konkret (AK) Responden Perempuan ... 172 4.21 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) Gaya Berpikir Sekuensial

Konkret-Acak Abstrak (SK-AA) Responden Laki-laki ... 177 4.22 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) Gaya Berpikir Sekuensial

Konkret-Acak Abstrak (SK-AA) Responden Perempuan ... 177 4.23 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) Gaya Berpikir Sekuensial Konkret-Acak Abstrak (SK-AA) Responden Laki-laki ... 183


(6)

xvii

4.24 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) Gaya Berpikir Sekuensial Konkret-Acak Abstrak (SK-AA) Responden Perempuan ... 184 4.25 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) Gaya Berpikir Sekuensial

Abstrak-Acak Abstrak (SA-AA) Responden Laki-laki ... 188 4.26 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) Gaya Berpikir Sekuensial

Abstrak-Acak Abstrak (SA-AA) Responden Perempuan ... 188 4.27 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak-Acak Abstrak (SA-AA) Responden Laki-laki ... 193 4.28 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak-Acak Abstrak (SA-AA) Responden Perempuan ... 194 4.29 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) dalam Gaya Berpikir ... 194 4.30 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) dalam Gaya Berpikir ... 194 4.31 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) dalam Gaya Berpikir

Responden Laki-laki ... 195 4.32 Struktur Bahasa (Prinsip Retorika Tekstual) dalam Gaya Berpikir

Responden Perempuan ... 195 4.33 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) dalam Gaya Berpikir

Responden Laki-laki ... 196 4.34 Struktur Bahasa (Aspek Kebahasaan Karangan) dalam Gaya Berpikir


(7)

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman


(8)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

3.1 Instrumen Penelitian ... 238 4.1 Data Struktur Bahasa (Karangan) ... 244 4.2 Kartu Data Hasil Analisis Data Struktur Bahasa ... 307


(9)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Suatu topik yang menyibukkan ahli-ahli yang mengkaji bahasa dan pikiran ialah hubungan antara bahasa dan pikiran, khususnya pengaruh bahasa terhadap pikiran (Nababan, 1992:156). Hipotesis yang terkenal tentang hubungan pikiran dan bahasa adalah hipotesis relativitas kebahasaan Sapir dan Whorf. Hipotesis ini menyatakan bahwa struktur bahasa menentukan struktur pikiran (Whorf, 1956). Hipotesis Sapir-Whorf secara umum menyangkut peranan bahasa dalam menciptakan dunia realitas bagi manusia. Menurut Sapir dan Whorf (Sampson, 1980:10), dunia realitas manusia itu ditentukan semata-mata oleh bahasa. Bahasalah yang membuat manusia memahami realitas dan memiliki dunia. Manusia tidak mungkin hidup sendiri di dunia yang sesungguhnya dan juga dalam kehidupan sosialnya tanpa adanya bahasa. Bahasa menjadi perantara ekspresi manusia dengan masyarakat dan lingkungannya. Tanpa bahasa manusia tidak dapat menyesuaikan diri dan memahami realitas yang ada di sekitarnya. Dunia yang sesungguhnya (dunia realitas) terbentuk karena adanya kebiasaan berbahasa pada setiap kelompok manusia.

Clark (1977:554) meragukan versi Sapir dan Whorf yang dapat disebut versi kuat apalagi karena dari bukti-bukti yang diajukan mereka itu (Sapir dan Whorf) hanya ada satu-dua kasus yang terpisah-pisah dan kurang sistematis. Clark tidak menolak hipotesis ini, tetapi mengajukan suatu versi lemah hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh struktur bahasa pada cara berpikir


(10)

seseorang, dan sebaliknya, pikiran seseorang dapat juga mempengaruhi perilakunya”.

Steinberg (1982:101) menyatakan bahwa pandangan kuno dan kini banyak dipercayai orang adalah bahwa berpikir, dengan apa pun caranya bergantung pada bahasa. Cara menggambarkan hubungan antara bahasa dan pikiran adalah sebagai berikut: (1) tuturan atau tingkah laku yang lain penting untuk berpikir, (2) bahasa adalah asas utama pikiran, (3) sistem bahasa menentukan pandangan penutur terhadap hakikat alamiahnya, dan (4) sistem bahasa menentukan pandangan penutur terhadap kebudayaannya.

Hubungan antara bahasa dan pikiran adalah suatu permasalahan yang mendasar dan hakiki dalam psikolinguistik (Nababan, 1992:140). Dalam hal ini perlu dipertanyakan (1) sama atau berbedakah bahasa dengan pikiran, (2) jika dua hal itu berbeda, adakah hubungan di antaranya, (3) jika ada hubungan, manakah yang utama?

Mengenai hal itu terdapat beberapa perbedaan pendapat dari para psikolinguis, bahwa bahasa dan pikiran adalah (1) dua hal yang berbeda, (2) amat erat hubungannya, (3) dapat dianggap sebagai dua macam penampilan dari hal atau kegiatan yang sama atau dengan kata lain ibarat “dua sisi dari mata uang yang sama”, (4) tidak sama nilainya, sebab bahasalah yang utama, dalam arti kita tidak akan tahu adanya pikiran kalau kita tidak mempunyai bahasa dan bahwa kita dapat melihat atau mendengar orang berbahasa tanpa kita tahu bahwa dia berpikir.

Pikiran yang jelas memang dengan mudah dapat dipahami dan diterjemahkan ke dalam bahasa, setidaknya sejelas dapat dilakukan dengan


(11)

kata-kata dan susunan kalimat yang terdapat dalam bahasa. Tetapi, pikiran yang masih merupakan embrio dalam otak kita sukar sekali diusut ujung pangkalnya, dan lama benar diperlukan waktu untuk memahaminya secara jelas. Baru apabila ditelusuri sedikit demi sedikit dengan mempergunakan bahasa, pikiran yang bersifat embrio itu makin lama makin jelas, dan akhirnya terang seterang kata-kata dan susunan kalimat yang dapat memberikan tafsiran tentang pikiran itu, Tidak saja demikian, bahkan pemakaian bahasa sebagai penelusur pikiran itu membangkitkan pikiran-pikiran yang dijelmakan oleh bahasa itu. Oleh karena hal inilah, banyak orang yang menyangka bahwa pikiran itu identik dengan bahasa, dan sebaliknya. Tentulah hal itu tidak benar karena bahasa hanyalah wahana pikiran saja. Itu juga sebabnya bahwa mengenai apa yang disebut “tuturan pindahan” tentang benda, peristiwa, bahkan tentang abstraksi yang rumit sekalipun dapat dilakukan dengan bantuan bahasa karena bahasa adalah wahana belaka.

Di samping itu, bahasa dapat secara langsung menggantikan tindakan-tindakan, bahasa dapat pula secara tidak langsung menjadi dasar tindakan. Hal ini disebabkan oleh bahasa merupakan wahana pikiran dan pikiran itu lebih jelas dan tepat dinyatakan dengan bahasa, sedangkan pikiran yang teratur merupakan dasar tindakan-tindakan yang teratur pula sehingga dapat diambil simpulan bahwa bahasa yang teratur sesuai dengan kaidah-kaidahnya, penting sekali bagi penyaluran tindakan-tindakan yang teratur baik. Di sinilah terletak salah satu kepentingan pembelajaran bahasa yang baik, agar menghasilkan mahasiswa yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik pula.


(12)

Kemampuan berbahasa memiliki hubungan yang sangat erat dengan kemampuan bernalar atau berpikir. Atas keterhubungan tersebut maka peningkatan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tertulis, harus dapat meningkatkan pula kemampuan mahasiswa dalam bernalar atau berpikir. Olson (Costa, 1985:102) menyatakan bahwa menulis dan berpikir merupakan suatu proses yang saling bergantungan dalam melahirkan makna berdasarkan pengalaman. Upaya memantapkan kemampuan menulis kepada mahasiswa akan bermakna pula bagi pembinaan kemampuan bernalar atau berpikir secara sistematis dan logis. Oleh karena itu, pengembangan kemampuan menulis dapat berguna pula bagi pembinaan kemampuan bernalar atau berpikir.

Pada umumnya kemampuan mahasiswa dalam menuangkan gagasan dalam bentuk tertulis masih lemah. Kemampuan ini masih belum menggambarkan kemampuan yang ideal bagi para mahasiswa, sekalipun kemampuan ini memiliki arti yang sangat besar bagi mereka. Moeliono (1991) mengungkapkan kenyataan bahwa pada umumnya pembelajar bahasa belum dapat mengungkapkan gagasan tertulis dengan jelas. Para mahasiswa lebih banyak menemukan kesulitan dalam menuangkan gagasan tertulis daripada menuangkannya dalam bentuk lisan. Menurut Keraf (1998:734), kemampuan menulis tidak akan terbentuk hanya dengan kemampuan berbahasa saja, tetapi perlu didukung pula oleh kemampuan bernalar dan pengetahuan tentang dasar-dasar retorika. Oleh karena itu, agar pembelajaran menulis tidak hanya berhenti pada pencapaian “melek huruf” saja, tetapi harus pula mencapai “mahir wacana” (Purwo, 1998:641), perlu untuk ditindaklanjuti.


(13)

Dari pengamatan di lingkungan perguruan tinggi penulis, selalu dijumpai permasalahan struktur bahasa berkenaan dengan pola berpikir. Kekacauan antara struktur bahasa dan pola berpikir itu dijumpai pada karya tulis yang dihasilkan oleh mahasiswa termasuk oleh sebagian para pengajarnya. Pengalaman penulis selama dua puluh lima tahun dalam mengampu mata kuliah sintaksis (tata kalimat), juga selalu menjumpai kesulitan-kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam menentukan unsur-unsur kalimat. Apakah ini merupakan akibat pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran tata kalimat atau pembelajaran menulis, yang berlangsung sejak SD hingga SLTA yang belum efektif? Ataukah hal tersebut memang merupakan representasi gaya berpikir mahasiswa yang tercermin dalam struktur bahasanya? Hal itulah yang menurut penulis layak untuk dikaji.

Berdasarkan latar belakang teoretis dan latar belakang empiris seperti telah diuraikan di atas, penulis terinspirasi untuk mengkaji lebih jauh tentang struktur bahasa dalam gaya berpikir, khususnya struktur bahasa Indonesia dalam gaya berpikir mahasiswa yang dikaji berdasarkan ancangan retorika tekstual, aspek kebahasan karangan, dan gender respondennya, serta implikasinya bagi pembelajaran menulis yang merupakan bentuk representasi ungkapan pikiran, persepsi, gagasan, dan perasaannya.

1.2 Permasalahan

1.2.1 Identifikasi Masalah

Masalah hubungan bahasa dan pikiran merupakan masalah yang rumit (Slobin, 1979: 152; Simanjuntak, 1987: 262). Kecenderungan dewasa ini,


(14)

terutama dalam psikolinguistik, lebih menitikberatkan pengkajian bahasa sebagai satu sistem yang berdiri sendiri dan terpisah dari pemikiran (Simanjuntak, 1987: 262). Macnamara (1977: 5) mengatakan bahwa pikiran terdiri atas konsep-konsep dan operasi-operasi yang abstrak. Dengan kata lain, pengetahuan dunia kita adalah dalam bentuk representasi yang fungsinya tidak bergantung pada persamaan di antara representasi ini dengan objek yang dilambangkannya. Oleh karena baik bahasa maupun pikiran adalah abstrak maka sulit terdapat persamaan secara fisik di antara keduanya. Sungguhpun bahasa dan pikiran sulit dipersamakan secara fisik, namun terdapat keadaan khusus bahwa menggunakan sesuatu bahasa dapat mempengaruhi isi dan arah pikiran atau berpikir seseorang (Steinberg, 1982: 162). Isi dan arah pikiran atau berpikir yang dipermasalahkan di sini adalah gaya berpikir dalam kaitannya dengan struktur bahasa.

Gaya berpikir untuk menyampaikan maksud yang dikehendaki dengan menggunakan bahasa dari budaya yang satu berbeda dengan budaya yang lain. Bahkan, dalam satu budaya pun gaya berpikir itu dapat berbeda dari waktu ke waktu. Menyangkut masalah gaya berpikir yang sifatnya tidak semesta atau sangat terikat oleh budaya ini, Kaplan (Wahab, 1992: 150) menengarai bahwa ada empat tipe utama gaya berpikir yang berlaku di antara budaya-budaya yang ada di planet bumi ini. Gaya berpikir tersebut adalah gaya berpikir model Anglo-Saxon, model Semitik, model Asia, dan model Franco-Italia.

Hasil penelitian Hudson (Lovel, 1980: 58) dengan memilih subjek anak-anak dewasa yang mengikuti pelajaran tata bahasa tingkat enam


(15)

menyimpulkan bahwa siswa jurusan eksakta misalnya fisika cenderung bergaya pikir konvergen atau linear, sedangkan siswa jurusan seni lebih menampilkan diri bergaya pikir devergen atau holistis. Dua gaya berpikir ini diduga terdapat dalam diri seseorang, akan tetapi dengan tingkat kualitas yang berbeda, bergantung pada kualitas keterlibatan fungsi otak belahan kiri atau kanan. Semakin banyak keterlibatan fungsi otak belahan kiri, semakin cenderung menonjol gaya berpikir konvergen, dan sebaliknya semakin banyak keterlibatan fungsi otak belahan kanan, semakin cenderung menonjol gaya berpikir devergen.

Gregorc (DePorter & Hernacki, 1992: 124) secara umum membagi gaya berpikir ke dalam empat gaya yang berbeda. Keempat gaya berpikir itu adalah gaya berpikir sekuensial konkret (SK), acak konkret (AK), acak abstrak (AA), dan sekuensial abstrak (SA). Orang yang termasuk ke dalam dua kategori “sekuensial” cenderung memiliki dominasi otak kiri, sedangkan orang yang berpikir secara “acak” biasanya termasuk ke dalam dominasi otak kanan.

Mengenai gaya berpikir masyarakat Indonesia, hasil penelitian Wahab (1992: 156) terhadap makalah-makalah yang disajikan pada Kongres Bahasa Indonesia V dan Pertemuan Ilmiah Nasional HISKI III menyatakan bahwa gaya berpikir masyarakat Indonesia dewasa ini sedang mengalami pergeseran, yakni pergeseran dari cara berpikir yang tidak langsung ke arah cara yang langsung, dari cara berpikir yang tidak linear ke arah cara berpikir yang linear. Lebih lanjut dinyatakan pula bahwa cara berpikir masyarakat Indonesia sekarang ini sedang mengalami kebingungan, atau barangkali dengan pernyataan yang agak halus, mengalami pencampuradukan antara pikiran yang tidak linear dan


(16)

pikiran yang linear. Cara-cara berpikir seperti itu teridentifikasi melalui struktur bahasa yang terdapat dalam karangan/makalah

Berdasarkan pengamatan di lingkungan perguruan tinggi penulis, dijumpai permasalahan struktur bahasa berkenaan dengan pola berpikir. Kekacauan antara struktur bahasa dan pola berpikir itu dijumpai pada karya tulis yang dihasilkan oleh mahasiswa termasuk oleh sebagian para pengajarnya. Struktur bahasa yang dimaksudkan itu adalah. pengaturan unsur-unsur dan pola-pola bahasa dalam sebuah wacana tulis yang merupakan hasil pengungkapan pikiran, persepsi, gagasan, perasaan, dan pengalaman penulisnya. Pengaturan unsur-unsur bahasa ini mencakupi pengaturan penggunaan kata-kata dalam sebuah pola-pola kalimat, dan pengaturan penggunaan kalimat-kalimat dalam sebuah pola-pola paragraf atau wacana. Pengaturan unsur-unsur dan pola-pola bahasa ini di antaranya dapat dianalisis berdasarkan ancangan retorika tekstual dan ancangan retorika interpersonal. Retorika tekstual merupakan seperangkat prinsip yang terdiri atas empat prinsip dalam berbahasa yakni prinsip prosesibilitas, prinsip kejelasan, prinsip ekonomi, dan prinsip ekspresivitas, sedangkan retorika interpersonal merupakan seperangkat prinsip dalam berbahasa yang mencakupi prinsip kerja sama dan prinsip sopan santun.

Dalam menulis, mahasiswa dituntut mampu menerapkan sejumlah keterampilan bahasa lainnya sekaligus. Sebelum menulis, mahasiswa membuat perencanaan, seperti menentukan topik dari tema yang diberikan, menata, dan mengorganisasikan gagasan, serta mempertimbangkan bentuk tulisan sesuai dengan calon pembacanya. Pada saat menuangkan gagasan,


(17)

mahasiswa perlu menyajikannya secara teratur. Begitu pula penggunaan aspek kebahasaan seperti kepaduan dan keruntutan kalimat dalam paragraf, kesatuan gagasan dan koherensi kalimat, ketepatan pilihan kata (diksi), ketepatan penggunaan ejaan, dan keseuaian penggunaan ragam bahasa. Tuntutan untuk menggunakan sejumlah keterampilan berbahasa tersebut perlu dituangkan dalam pembelajaran menulis. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan menulis memang kompleks dan hal yang paling sukar bagi para pembelajar.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini hanya membatasi pada kajian gaya berpikir yang dikemukanan oleh Gregorc (DePorter & Hernacki, 1992: 124), yakni gaya berpikir sekuensial konkret (SK), acak konkret (AK), acak abstrak (AA), dan sekuensial abstrak (SA), sedangkan pada permasalahan struktur bahasa, kajiannya hanya dibatasi pada kajian ancangan retorika tekstual dan aspek-aspek kebahasaan dalam karangan. Retorika tekstual merupakan seperangkat prinsip yang terdiri atas empat prinsip dalam berbahasa, yakni prinsip prosesibilitas, prinsip kejelasan, prinsip ekonomi, dan prinsip ekspresivitas; sedangkan aspek-aspek kebahasaan karangan dalam kaitannya dengan penelitian ini hanya dibatasi pada permasalahan struktur kalimat berdasarkan jumlah pola kalimat dan fungsi unsur awal kalimat, ragam bahasa, ejaan, dan pilihan kata (diksi).


(18)

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut.

a. Ciri-ciri apakah yang menandai struktur bahasa pada bentuk ungkapan tulis bahasa Indonesia mahasiswa Universitas Pancasakti yang dikaji berdasarkan ancangan retorika tekstual, aspek kebahasaan karangan, dan gender?

b. Kecenderungan gaya berpikir yang manakah yang dominan terdapat pada mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal?

c. Ciri-ciri apakah yang menandai struktur bahasa pada bentuk ungkapan tulis ditinjau berdasarkan jenis-jenis gaya berpikir mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal?

d. Prinsip retorika tekstual dan aspek kebahasaan karangan yang manakah yang mewarnai struktur bahasa pada bentuk ungkapan tulis bahasa Indonesia mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal?

e. Apa sajakah implikasi hasil penelitian ini bagi pembelajaran menulis pada mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal yang merupakan representasi bentuk ungkapan pikiran, persepsi, gagasan, dan perasaannya?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah menemukan karakteristik struktur bahasa dalam gaya berpikir mahasiswa. Dengan mengkaji struktur bahasa tersebut berdasarkan ancangan retorika tekstual pada bentuk ungkapan (wacana) tulis bahasa Indonesia diharapkan akan ditemukan dan diidentifikasi:


(19)

a. karakteristik struktur bahasa pada bentuk ungkapan tulis bahasa Indonesia mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal yang dikaji berdasarkan ancangan retorika tekstual, aspek kebahasaan karangan, dan gender ;

b. kecenderungan gaya berpikir mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal; c. karakteristik struktur bahasa yang ditinjau berdasarkan jenis-jenis gaya

berpikir mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal;

d. prinsip-prinsip retorika tekstual dan aspek kebahasaan karangan yang mewarnai struktur bahasa pada bentuk ungkapan tulis bahasa Indonesia mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal;

e. implikasi hasil penelitian ini bagi pembelajaran menulis pada mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal.

1.4 Manfaat Penelitian

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil pemikiran manusia. Ilmu pengetahuan tidak lahir begitu saja, tetapi merupakan hasil dari akumulasi ilmu yang hanya dapat terjadi dengan perantaraan bahasa. Ilmu tidak lahir dari seorang manusia, tetapi hasil pemikiran banyak manusia yang diakumulasikan dengan perantaraan bahasa. Oleh karena bahasa adalah kunci ilmu pengetahuan dan teknologi, agar hakikat hubungan bahasa dan pikiran dapat lebih dipahami, maka hubungan bahasa dan pikiran harus dikaji dengan baik. Dengan demikian, dapatlah bahasa itu lebih dimanfaatkan dalam proses pemikiran.

Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan psikolinguistik di Indonesia, khususnya dalam bidang teori


(20)

hubungan bahasa dan pikiran. Secara praktis, sumbangan penelitian ini bagi psikolinguistik adalah memberikan informasi empiris tentang karakteristik struktur bahasa dalam gaya berpikir mahasiswa. Dengan demikian, temuan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dasar dalam penyusunan atau penentuan model pembelajaran bahasa Indonesia secara umum, dan khususnya bagi pembelajaran keterampilan menulis.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan ancangan deskriptif karena penelitian bahasa yang mendasarkan ancangannya kepada deskripsi kebahasaan dikenal dengan sebutan ancangan deskriptif (Suwito, 1990:3). Ancangan ini berprinsip pada penganalisisan data bahasa, dan data itu ialah bahasa seperti yang didengar atau dilihatnya. Adapun data bahasa dalam penelitian ini ialah bahasa yang diungkapkan atau dituliskan oleh penutur aslinya.

Data dalam penelitian ini adalah wacana (bentuk ungkapan) tulis yang merupakan hasil pengungkapan pikiran, persepsi, gagasan, perasaan, dan pengalaman responden mengenai topik tertentu. Struktur bahasa merupakan objek penelitian, sedangkan gaya berpikir dan prinsip-prinsip retorika tekstual merupakan konteks objek penelitiannya. Konteks objek penelitian gaya berpikir berupa angka-angka hasil tes gaya berpikir yang menunjukkan dominasi arah gaya berpikir responden, sedangkan konteks objek penelitian prinsip-prinsip retorika tekstual terdiri atas prinsip prosesibilitas, prinsip kejelasan, prinsip ekonomi, dan prinsip ekspresivitas. Sumber data atau responden penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal Jawa Tengah.


(21)

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan tahapan metode yang berlaku dalam penelitian kebahasaan. Metode tersebut mencakupi tiga tahapan, yaitu penyediaan data, analisis data, penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1988:57; Mahsun, 2005: 30). Metode penyediaan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode ini digunakan karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan (Mahsun, 2005: 90).

Penyediaan data dengan metode simak dan teknik sadap dalam penelitian dilakukan dengan pemberian tugas dan tes. Pemberian tugas yang dimaksud di sini adalah pemberian tugas mengungkapkan pikiran, persepsi, gagasan, dan perasaan melalui karangan atau tulisan, sedangkan tes yang dimaksudkan di sini adalah tes gaya berpikir. Pemberian tugas pengungkapan pikiran, gagasan, persepsi, perasaan, dan pengalaman dalam bentuk tulisan/karangan (mengarang/menulis) digunakan untuk memperoleh data (objek penelitian) struktur bahasa, sedangkan tes gaya berpikir digunakan untuk memperoleh data (konteks objek penelitian) gaya berpikir.

Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan (masalah) penelitian diperoleh melalui instrumen penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua instrumen pengumpul data yakni Instrumen A dan Instrumen B. Instrumen A


(22)

adalah instrumen pemberian tugas pengungkapan persepsi, pikiran, gagasan, dan perasaan responden melalui karangan/tulisan yang dimaksudkan untuk menyadap data struktur bahasa. Instrumen B adalah instrumen tes gaya berpikir yang dimaksudkan untuk menyadap kecenderungan gaya berpikir responden penelitian.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan “metode padan intralingual” dan “metode padan ekstralingual”. Metode padan intralingual digunakan untuk menganalisis data dengan menghubung-bandingkan (objek penelitian) struktur bahasa dengan (konteks objek penelitian) prinsip-prinsip retorika tekstual, sedangkan metode padan ekstralingual digunakan untuk menganalisis data dengan menghubung-bandingkan (objek penelitian) struktur bahasa dengan (konteks objek penelitian) gaya berpikir. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik hubung banding menyamakan hal pokok (HBSP), yaitu teknik yang bertujuan untuk mencari kesamaan hal pokok dari pembedaan dan penyamaan yang dilakukan dengan menerapkan teknik hubung banding menyamakan (HBS) dan teknik hubung banding membedakan (HBB), karena tujuan akhir dari banding menyamakan atau membedakan tersebut adalah menemukan kesamaan pokok di antara data yang diperbandingkan itu (Mahsun, 2005: 113). Penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal yakni perumusan hasil analisis dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis.


(23)

Pengambilan sampel penelitian yang hanya terbatas pada kelompok mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal ini merupakan salah satu keterbatasan dalam penelitian ini. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor kelompok sosial, gender, usia, dan lokasi tempat penelitian. Oleh karena itu, setelah penelitian ini diperlukan penelitian lanjutan yang mempertimbangkan faktor-faktor tersebut di atas.

Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah kajian struktur bahasa yang hanya dikaji berdasarkan ancangan retorika tekstual. Masih ada ancangan kajian struktur bahasa yang lain yakni ancangan retorika interpersonal. Ancangan kajian yang terakhir ini di samping sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya juga diperlukan waktu penelitian yang relatif lebih lama dan data penelitian yang lebih kompleks.

1.7 Definisi Operasional

Struktur bahasa yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pengaturan unsur-unsur dan pola-pola bahasa dalam sebuah wacana tulis yang merupakan hasil pengungkapan pikiran, persepsi, gagasan, perasaan, dan pengalaman mahasiswa. Pengaturan unsur-unsur bahasa ini mencakupi pengaturan penggunaan kata-kata dalam sebuah pola-pola kalimat, dan pengaturan penggunaan kalimat-kalimat dalam sebuah pola-pola paragraf atau wacana. Pengaturan unsur-unsur dan pola-pola bahasa dalam wacana tulis ini dianalisis berdasarkan prinsip-prinsip retorika tekstual. Retorika tekstual merupakan


(24)

seperangkat prinsip yang terdiri atas empat prinsip dalam berbahasa yakni prinsip prosesibilitas, prinsip kejelasan, prinsip ekonomi, dan prinsip ekspresivitas.

Gaya berpikir adalah bentuk atau model berpikir untuk menyampaikan maksud yang dikehendaki (pikiran, persepsi, gagasan, perasaan, pengalaman) dengan menggunakan bahasa. Dengan demikian, gaya berpikir pada dasarnya bersangkut paut dengan apa yang terjadi dalam pikiran, bukan dengan apa yang sekedar keluar dari mulut. Gaya berpikir bersangkut paut dengan faktor-faktor analisis, pengumpulan data, interpretasi, dan sintesis. Gaya berpikir yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah gaya berpikir sekuensial konkret (SK), gaya berpikir acak konkret (AK), gaya berpikir acak abstrak (AA), dan gaya berpikir sekuensial abstrak (SA).

Retorika tekstual berkaitan dengan bagaimana menyusun teks atau wacana dengan menggunakan bahasa. Retorika tekstual merupakan seperangkat prinsip yang terdiri atas empat prinsip dalam berbahasa. Empat prinsip ini adalah: (1) usahakan agar teks itu dapat diproses dalam batas waktu kemampuan manusia, (2) usahakan agar teks itu jelas, (3) usahakan agar teks itu singkat dan mudah dipahami, (4) usahakan agar teks itu ekspresif. Untuk merangkum prinsip-prinsip tersebut digunakan istilah-istilah: (1) prinsip prosesibilitas, (2) prinsip kejelasan, (3) prinsip ekonomi, dan (4) prinsip ekspresivitas.

Aspek kebahasaan karangan adalah aspek-aspek kebahasan yang

terlibat dalam penyusunan sebuah karangan. Dalam kaitan dengan penelitian ini termasuk di dalamnya adalah struktur kalimat, penggunaan ragam bahasa,


(25)

ketepatan pilihan kata (diksi), dan penggunaan ejaan yang sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Aspek-aspek kebahasaan karangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini hanya dibatasi pada struktur kalimat berdasarkan jumlah pola kalimat dan pengisi fungsi unsur awal pembentuk kalimat, penggunaan ragam bahasa, penggunaan ejaan, dan ketepatan penggunaan pilihan kata (diksi).

Gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan kultural. Secara lebih jelas dapat dinyatakan bahwa gender adalah perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial, bukan kodrat, melainkan diciptakan oleh manusia melalui proses sosial kultural yang panjang.

1.8 Paradigma Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian psikolinguistik karena yang diteliti adalah masalah bahasa dalam hubungannya dengan pikiran penulis/ penuturnya. Permasalahan ini berawal dari kondisi empiris struktur bahasa dalam karangan yang dikaitkan dengan pola berpikirnya. Oleh karena penelitian ini manyangkut aspek bahasa dan aspek pikiran, penelitian ini memanfaatkan teori kebahasaan, teori pikiran, dan teori hubungan bahasa dan pikiran. Model-model konseptual yang menopang karangka teori penelitian ini adalah konsep retorika tekstual (Slobin, 1979; Leech, 1983), konsep gaya berpikir (Gregorc, 1992), konsep hubungan bahasa dan pikiran (Vygotsky, 1962; Bruner, 1975), dan konsep bahasa dan gender (Thomas dan Wareing, 1999).


(26)

Masalah struktur bahasa karangan yang dianalisis berdasarkan ancangan retorika testual dan aspek-aspek kebahasaan dalam karangan kemudian dikaitkan dengan gaya berpikir penulis/respondennya. Analisis berikutnya adalah analisis prinsip-prinsip retorika tekstual, analisis aspek-aspek kebahasaan karangan, dan analisis jenis-jenis gaya berpikir yang masing-masing dikaitkan dengan gender penulis/respondennya. Dari hasil analisis ini diperoleh temuan-temuan penelitian yang akan berimplikasi pada pembelajaran menulis. Akhirnya, rekomendasi penelitian ini dinyatakan berdasarkan temuan penelitian dan implikasi temuan penelitian bagi pembelajaran menulis.

Secara skematik, kerangka berpikir penelitian ini penulis ringkas dalam bagan berikut ini.


(27)

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian Kondisi Empiris

Struktur Bahasa dalam Karangan

Kajian Teoretis: ●Retorika Tesktual ●Gaya Berpikir Masalah

Penelitian

Gaya Bepikir

Retorika Tekstual Aspek Kebahasaan

Karangan

Gender

Temuan Penelitian

Implikasi bagi Pembelajaran

Menulis

Rekomendasi Kondisi Empiris

Struktur Bahasa dalam Karangan

Kajian Teoretis: ●Retorika Tesktual ●Gaya Berpikir Masalah

Penelitian

Struktur Bahasa Karangan Kondisi Empiris

Struktur Bahasa dalam Karangan

Kajian Teoretis: ●Retorika Tesktual ●Gaya Berpikir Masalah


(28)

79

METODE PENELITIAN

3.1 Ancangan (Approach) Penelitian

Penelitian ini bertujuan menemukan karakteristik struktur bahasa dalam gaya berpikir melalui ancangan retorika tekstual pada bentuk ungkapan tulis bahasa Indonesia mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal. Penelitian bahasa yang mendasarkan ancangannya kepada deskripsi kebahasaan dikenal dengan sebutan ancangan deskriptif (Suwito, 1990: 3). Ancangan ini berprinsip pada penganalisisan data bahasa, dan data itu ialah bahasa seperti yang didengar atau dilihatnya. Adapun data yang paling baik menurut pendapat ancangan ini ialah bahasa yang diucapkan atau dituliskan oleh penutur aslinya. Oleh karena itu, ancangan ini selalu memerlukan penutur asli sebagai informan.

Penelitian bahasa dengan ancangan deskriptif berusaha menghadapi objeknya secara objektif dan berdasarkan data empirik. Ancangan ini telah menyadari bahwa berdasarkan pengalaman (empiri) tidak mungkin bahasa itu berdiri sendiri terlepas dari pengaruh disiplin kebahasaan. Oleh karena itu, agar masalah bahasa dapat dipahami secara utuh dalam penelitian yang akan dilakukan ini diperhatikan dimensi kejiwaan dan dimensi kemasyarakatan.

Ancangan linguistik yang cenderung menganggap hakikat utama bahasa sebagai sebuah fenomena mental atau dimensi kejiwaan adalah ancangan linguistik formalisme, sedangkan ancangan linguistik yang cenderung menganggap hakikat utama bahasa sebagai fenomena kemasyarakatan adalah ancangan linguistik fungsionalisme (Leech, 1983: 69).


(29)

Ancangan linguistik formalis menganggap bahwa (1) kesemestaan bahasa diturunkan dari warisan linguistik genetik yang dimiliki oleh spesies manusia, (2) pemerolehan bahasa oleh anak-anak didasarkan pada kemampuan alamiah manusia untuk belajar bahasa; sedangkan ancangan linguistik fungsionalis menganggap bahwa (1) kesemestaan bahasa berasal dari kesemestaan yang ada dalam penggunaan bahasa masyarakat-masyarakat manusia, (2) pemerolehan bahasa didasarkan pada perkembangan kebutuhan dan kemampuan komunikatif si anak dalam masyarakat. Perbedaan yang paling penting antara kedua ancangan ini adalah ancangan formalis mengkaji bahasa sebagai suatu sistem yang otonom, sedangkan ancangan fungsionalis mengkaji bahasa sebagai suatu sistem yang berhubungan dengan fungsi sosialnya (Leech, 1983: 70).

Secara sepintas kedua ancangan ini tampak sangat bertentangan, namun sebetulnya masing-masing pihak mengandung cukup banyak kebenaran. Tidak dapat diingkari bahwa bahasa merupakan suatu fenomena psikologis dan juga tidak dapat diingkari bahwa bahasa merupakan fenomena sosial. Suatu penjelasan bahasa yang berimbang mengenai bahasa harus memperhatikan kedua aspek ini, yaitu aspek ‘internal’ dan aspek ‘eksternal’. Leech (1983: 70) menyimpulkan bahwa secara umum ancangan linguistik yang benar harus bersifat formalis maupun fungsionalis.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan ancangan penelitian deskriptif, sedangkan dalam analisis kebahasaan digunakan gabungan kedua ancangan linguistik yakni ancangan linguistik formalis dan ancangan linguistik fungsionalis.


(30)

3.2 Data dan Objek Penelitian

Secara umum dapat dinyatakan bahwa data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam (dalam arti luas), yang harus dicari/dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti. Data dalam penelitian bahasa dapat ditemui pada wujud pemakaian bahasa, pada diri orang per orang atau masyarakat, pada semua kegiatan masyarakat, pada alam apa pun dengan segala fenomenanya (Subroto, 1992: 34). Dengan demikian, data itu dapat berwujud angka-angka, perkataan-perkataan, kalimat-kalimat, wacana-wacana, gambar-gambar, dokumen-dokumen atau buku-buku. Sudaryanto (1993: 3) memberi batasan data sebagai bahan penelitian, yaitu bahan jadi (lawan dari bahan mentah), yang ada karena pemilihan aneka macam tuturan (bahan mentah). Sebagai bahan penelitian, maka di dalam data terkandung objek penelitian (gegenstand) dan unsur lain yang membentuk data, yang disebut konteks (objek penelitian). Jadi, pada dasarnya data tidak lain adalah objek penelitian plus konteks (D = Op + K) (Mahsun, 2005: 19).

Konteks bukan hanya dimiliki oleh objek penelitian. Data pun memiliki konteks pula, yang disebut “konteks data”. Konteks data adalah komponen dasar yang menjadi syarat adanya data, yang mencakupi isi tuturan, penutur, hubungan antarpenutur, dan tuturan di luar data (Sudaryanto, 1990: 25). Isi tuturan dapat disebut pula informasi, situasi, substansi lingual, atau hal-hal apa pun yang diungkapkan atau dinyatakan tuturan. Penutur, sebagai konteks data, memiliki tiga aspek: (1) identitas penutur berdasarkan status sosial maupun asal lingkungan tempat tinggal, (2) sifat khas dalam mengartikulasikan tuturan,


(31)

(3) pikiran atau anggapan penutur terhadap: (a) hal yang dituturkan, (b) pandangan mitra penutur, dan (c) bentuk tuturan itu sendiri. Mengenai hubungan antarpenutur, hal itu mencakupi antara lain kadar keintiman dan keformalan hubungan orang-orang yang terlibat dalam peristiwa pertuturan yang didukung oleh faktor-faktor tertentu. Data mengenai bentuk halus dan kasar dalam beberapa bahasa, atau penggunaan dua bentuk bahasa untuk dua sektor kehidupan yang berbeda dalam satu kesatuan konversasi, misalnya, masing-masing erat berkaitan dengan macam-macam hubungan antarpenutur (Sudaryanto, 1990: 25-28).

Berdasarkan uraian di atas maka data penelitian ini adalah “wacana tulis (karangan)” yang merupakan hasil pengungkapan pikiran, gagasan, perasaan, dan pengalaman responden, sedangkan “struktur bahasa” merupakan objek penelitiannya. “Gaya berpikir” merupakan konteks data berdasarkan pikiran penutur, sedangkan “prinsip-prinsip retorika tekstual” dan ”aspek kebahasaan karangan” merupakan konteks data penelitian ini berdasarkan isi tuturannya..

Konteks data penelitian gaya berpikir berupa angka-angka hasil tes gaya berpikir yang menunjukkan dominasi arah gaya berpikir responden, konteks data penelitian prinsip-prinsip retorika tekstual berupa isi tuturan yang menggunakan prinsip prosesibilitas, prinsip kejelasan, prinsip ekonomi, dan prinsip ekspresivitas, sedangkan konteks data penelitian aspek kebahaasan karangan berupa aspek-aspek kebahasaan dalam karangan yang mencakupi struktur kalimat berdasarkan jumlah pola kalimat dan pengisi fungsi unsur awal kalimat, ragam bahasa, ejaan, dan pilihan kata (diksi).


(32)

3.3 Sumber Data

Sumber data atau responden penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal. Pemilihan mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal sebagai responden dalam penelitian ini karena peneliti beranggapan bahwa di samping usia perkembangan kognitif mahasiswa ini telah memasuki usia perkembangan kognitif operasi formal, juga karena mahasiswa ini telah melalui atau menempuh proses pembelajaran bahasa Indonesia dari rangkaian proses pembelajaran bahasa Indonesia sejak SD hingga SMA.

Di samping itu, pemilihan mahasiswa sebagai responden dalam penelitian ini karena pembelajaran menulis di perguruan tinggi jauh berbeda dengan pembelajaran menulis di SMA/SMK atau sebelumnya. Pembelajaran menulis di SMA/SMK masih menekankan penggunaan bahasa yang baik dan benar, sedangkan pembelajaran menulis di perguruan tinggi, di samping penggunaan bahasa yang baik dan benar juga menekankan aspek-aspek retorikanya. Dengan demikian, tulisan mahasiswa tidak sekedar komunikatif dari segi bahasanya, tetapi sekaligus reproduktif.

3.4 Metode dan Teknik Penyediaan Data

Tahapan penyediaan data menjadi dasar bagi pelaksanaan tahapan analisis data. Dikatakan demikian karena pelaksanaan analisis data hanya mungkin dilakukan jika data yang akan dianalisis telah tersedia. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya diperlukan metode-metode beserta jabarannya berupa teknik-teknik tertentu, sehingga data yang tersedia cukup representatif untuk menjelaskan ihwal keberadaan objek penelitian yang dipersoalkan.


(33)

Metode penyediaan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode ini digunakan karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan (Mahsun, 2005: 90).

Penyediaan data dengan metode simak dan teknik sadap dalam

penelitian dilakukan dengan pemberian tugas dan tes. Pemberian tugas yang dimaksud di sini adalah pemberian tugas mengungkapkan gagasan, perasaan, dan pikiran melalui karangan atau tulisan, sedangkan tes yang dimaksudkan di sini adalah tes gaya berpikir. Pemberian tugas pengungkapan gagasan, pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam bentuk tulisan/karangan (mengarang/ menulis) digunakan untuk memperoleh data (objek penelitian) struktur bahasa, sedangkan tes gaya berpikir digunakan untuk memperoleh data (konteks objek penelitian) gaya berpikir.

Penyediaan data dilakukan melalui prosedur sebagai berikut.

a. Melakukan tes gaya berpikir pada responden yang telah ditentukan dengan menggunakan instrumen tes gaya berpikir yang dikembangkan oleh John Park Le Tellier (DePorter dan Hernacki, 1992: 125-127). b. Mengolah hasil tes gaya berpikir menjadi bentuk angka-angka yang


(34)

c. Menyadap data (objek penelitian) struktur bahasa melalui pemberian tugas pengungkapan pikiran, gagasan, atau perasaan dalam bentuk tulisan/karangan (mengarang/menulis).

d. Memeriksa kelayakan data responden, baik data (konteks objek penelitian) gaya berpikir maupun data (objek penelitian) struktur bahasa.

3.5 Instrumen Penelitian

Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan (masalah) penelitian diperoleh melalui instrumen penelitian. Instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.

Dalam penelitian ini terdapat dua instrumen pengumpul data yakni Instrumen A dan Instrumen B. Instrumen A adalah instrumen pemberian tugas pengungkapan persepsi, pikiran, gagasan, dan perasaan responden melalui karangan/tulisan yang dimaksudkan untuk mengungkap data struktur bahasa. Instrumen ini berisi petunjuk tugas dan pilihan topik yang disertai gambar-gambar yang harus dikembangkan responden hingga menjadi karangan atau wacana tulis. Responden diminta memilih salah satu dari lima topik yang disertai gambar untuk dikembangkan menjadi sebuah wacana sesuai dengan persepsi, pikiran, gagasan, dan perasaan yang dimiliki responden.

Instrumen B adalah instrumen tes gaya berpikir yang dimaksudkan untuk mengungkap kecenderungan gaya berpikir responden penelitian. Instrumen tes ini berisi lima belas butir tes, dan setiap butir tes terdapat empat kata/frase


(35)

sebagai alternatif jawaban. Empat kata/frase alternatif jawaban tersebut masing-masing menggambarkan karakteristik/ciri-ciri gaya berpikir sekuensial konkret (SK), sekuensial abstrak (SA), acak konkret (AK), dan acak abstrak (AA). Setiap responden diminta memilih dua dari empat kata/frase alternatif jawaban yang paling menggambarkan diri responden. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Setiap responden akan memberikan jawaban yang berbeda jika responden benar-benar bersikap jujur dalam menjawabnya.

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data

Tahapan analisis data merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena pada tahapan ini kaidah-kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus sudah diperoleh. Penemuan kaidah-kaidah tersebut merupakan inti dari sebuah aktivitas ilmiah yang disebut penelitian, meskipun sederhananya kaidah yang ditemukan tersebut. Oleh karena itu, dalam penanganan tahapan analisis data ini pun diperlukan metode dan teknik-teknik yang cukup andal.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan “metode padan intralingual” dan “metode padan ekstralingual”. Metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual (Mahsun, 2005: 112), sedangkan metode padan ekstralingual adalah metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat ekstralingual (Mahsun, 2005: 114).

Metode padan intralingual digunakan untuk menganalisis data dengan menghubung-bandingkan (objek penelitian) struktur bahasa dengan (konteks objek penelitian) prinsip-prinsip retorika tekstual dan aspek kebahasaan


(36)

karangan, sedangkan metode padan ekstralingual digunakan untuk menganalisis data dengan menghubung-bandingkan (objek penelitian) struktur bahasa dengan (konteks objek penelitian) gaya berpikir dan gender. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik hubung banding menyamakan hal pokok (HBSP), yaitu teknik yang bertujuan untuk mencari kesamaan hal pokok dari pembedaan dan penyamaan yang dilakukan dengan menerapkan teknik hubung banding menyamakan (HBS) dan teknik hubung banding membedakan (HBB), karena tujuan akhir dari banding menyamakan atau membedakan tersebut adalah menemukan kesamaan pokok di antara data yang diperbandingkan itu (Mahsun, 2005: 113).

3.7 Metode Penyajian Hasil Analisis

Terdapat dua cara penyajian hasil analisis yang berupa kaidah-kaidah. Cara pertama yakni perumusan hasil analisis dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis. Cara ini disebut dengan metode informal. Cara kedua yakni perumusan hasil analisis dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang. Cara kedua ini disebut dengan metode formal (Mahsun, 2005: 116). Dalam penelitian ini, penyajian hasil analisisnya menggunakan cara yang pertama yakni dengan menggunakan metode informal.

3.8 Tahap-tahap Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan tahapan metode yang berlaku dalam penelitian kebahasaan. Metode tersebut mencakupi tiga tahapan, yaitu


(37)

penyediaan data, analisis data, penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1988:57).

3.8.1 Penyediaan Data

3.8.1.1 Data Struktur Bahasa a. Deskripsi Data

Data struktur bahasa ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen A yang berupa pemberian tugas pengungkapan persepsi, pikiran, gagasan, dan perasaan responden melalui karangan/tulisan yang dimaksudkan untuk mengungkap data struktur bahasa. Instrumen ini berisi petunjuk tugas dan pilihan topik yang disertai gambar-gambar yang harus dikembangkan responden hingga menjadi karangan atau wacana tulis. Responden diminta memilih/menentukan sendiri salah satu dari lima topik yang disertai gambar untuk dikembangkan menjadi sebuah wacana sesuai dengan persepsi, pikiran, gagasan, dan perasaan yang dimiliki responden.

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak lima puluh responden. Dari lima puluh responden tersebut diperoleh data sebanyak lima puluh karangan/wacana. Setiap karangan/wacana terbentuk oleh kalimat-kalimat yang jumlahnya sangat bervariasi. Karangan/wacana terpendek terbentuk dari enam kalimat, sedangkan karangan/wacana terpanjang terdiri atas 41 kalimat. Pilhan topik karangan oleh respondennya pun bervariasi. Namun demikian, seluruh topik karangan yang disediakan untuk dikembangkan menjadi karangan/wacana semuanya dipilih oleh responden, walaupun dengan jumlah pemilih yang sangat bervariasi juga. Jumlah data kalimat setiap karangan/wacana dan jumlah data kalimat dari seluruh karangan/ wacana,


(38)

serta variasi jumlah pilihan topik karangan akan diuraikan pada bahasan identifikasi data.

b. Pemeriksaan Data

Data yang memenuhi syarat untuk dianalisis adalah data yang dituliskan pada lembar kertas yang telah disediakan dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Ketentuan-ketentuan-ketentuan tersebut sebagai berikut.

(1) Pada lembar kertas karangan, responden harus menuliskan nama, program studi, dan semester perkuliahan yang sedang ditempuh.

(2) Karangan merupakan pengembangan salah satu topik dari enam topik pada gambar yang telah disediakan.

(3) Karangan merupakan ungkapan pikiran, gagasan, persepsi, dan atau perasaan responden mengenai topik yang dipilih sesuai dengan yang dilihat, didengar, diketahui, dirasakan, dan atau dialami dalam kehidupan dan lingkungan responden.

Lembar kertas karangan yang terkumpul berjumlah lima puluh karangan, dan setelah diperiksa, lima puluh karangan tersebut telah memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut di atas. Oleh karena itu, data karangan/wacana tersebut seluruhnya dinyatakan memenuhi syarat untuk dianalisis.

c. Identifikasi Data

Setelah data karangan/wacana seluruhnya dinyatakan memenuhi syarat untuk dianalisis, kemudian dilakukan identifikasi dan inventarisasi data. Identifikasi data dilakukan dengan cara mengidentifikasi kalimat-kalimat yang terdapat pada setiap karangan/wacana. Dari hasil identifikasi data tersebut


(39)

kemudian dilakukan inventarisasi data dengan cara menghitung jumlah kalimat pada setiap karangan/wacana dan menghitung jumlah kalimat pada seluruh karangan/ wacana. Hasil inventarisasi data menunjukkan jumlah kalimat yang sangat bervariasi pada setiap karangan/wacana, sedangkan jumlah kalimat dari seluruh karangan sebanyak 1.030 kalimat. Oleh karena itu, jumlah data struktur bahasa ini adalah lima puluh karangan/wacana yang terdiri atas 1.030 kalimat. Variasi jumlah kalimat pada setiap karangan/wacana disajikan pada tabel 1.

Lima topik karangan/wacana yang disediakan untuk dikembangkan dipilih oleh responden dengan rincian:

(1) Topik Karangan 1: Corat-coret yang Dilakukan Siswa SMA pada Waktu Pengumuman Kelulusan, dipilih oleh 19 responden (38%).

(2) Topik Karangan 2: Korupsi yang Melanda di KPU, Depag, Bank, INKUD, BUMN, dan lain-lain, dipilih oleh 4 responden (8%).

(3) Topik Karangan 3: Masalah Tingginya Biaya Pendidikan di Indonesia, dipilih oleh 14 responden (28%).

(4) Topik Karangan 4: Teror Bom yang Terjadi dan Masih Menghantui di Indonsia, dipilih oleh 6 responden (12%).

(5) Topik Karangan 5: Kelangkaan Bahan Bakar Minyak yang Pernah Terjadi di Indonesia, dipilih oleh 7 responden (14%).

Dengan demikian, topik karangan yang paling banyak diminati oleh responden untuk dikembangkan adalah Topik Karangan 1, dan topik karangan yang paling sedikit diminati oleh responden untuk dikembangkan adalah Topik Karangan 2.


(40)

Data yang sudah diidentifikasi dan diinventarisasi kemudian dimasukkan ke dalam tabel data. Pemasukan data struktur bahasa ke dalam tabel data dilakukan berdasarkan penomoran data (lembar karangan/ wacana). Tabel data berisi kolom nomor urut responden, nama responden, nomor data karangan/wacana, jumlah kalimat setiap karangan/wacana, dan nomor topik karangan.

Tabel 3.1

Data Jumlah Kalimat dan Topik Karangan

No NAMA RESPONDEN NOMOR

KARANGAN

JUMLAH KALIMAT

NOMOR TOPIK ARANGAN

1 2 3 4 5

1 Aditya Luky P A1014L 28 V

2 Agus Budiyanto A1023L 18 V

3 Atik Hernanto A1031L 30 V

4 Cahya Ing Tiyas A1043P 23 V

5 Efina Ayu Susanti A1055P 11 V

6 Fahmi Rizal A1061L 18 V 7 Irohayati A1071P 30 V

8 Karolina Widya A1081P 13 V

9 Maftukhah A1093P 10 V

10 Marina Widi H A1101P 17 V

11 M.Suryanto A1115L 19 V

12 Retno Kristiani A1123P 31 V

13 Siti Nurkholifah A1133P 13 V

14 Siti Y.Yunawati A1141P 27 V

15 Sri Yuliati A1153P 14 V

16 Susi Mardaeni A1165P 18 V

17 Syamsul Arifin A1174L 31 V

18 Teguh Wibowo A1183L 21 V

19 Witri Agustin A1193P 14 V

20 Yuliatun A1201P 21 V

21 Ades Andrianto A3015L 11 V

22 Anggraeni A.W. A3023P 6 V

23 Apik Nisa Marisa A3031P 21 V

24 B.Bowo Lakson A3041L 19 V

25 Budi Setiawan A3055L 20 V

26 Dewi Ratnasari A3063P 18 V

27 Fitri Hidayah A3075P 16 V

28 Galuh Arie W. A3084L 19 V


(41)

30 Mukhlisin A3101L 18 V

31 Putri Tiasih A3113P 18 V

32 Suko Purnomo A3121L 37 V

33 Sri Istanti A3133P 15 V

34 Sri Witati A3142P 27 V

35 Triana D. Mustikasari A3151P 34 V

36 Ani Lutfiani A5012P 41 V

37 Dewi Mulyani. A5024P 16 V

38 Diah Triastiani A5034P 16 V

39 Dwi Kurnia S. A5041P 26 V

40 Evi Inawati A5052P 16 V

41 Ida Farida A5065P 28 V

42 M.H.Taufik A5072L 35 V

43 Nur Hidayah A5081P 21 V

44 Rahmi Nurulia A5093P 15 V

45 Ratna Hidayah A5101P 23 V

46 Sri Retno Sari A5111P 15 V 47 Suranti A5121P 31 V

48 Umi Solechatun A5134P 20 V

49 W.Purwaningsih A5141P 18 V

50 Yuli Triana A5151P 7 V

JUMLAH 1030 19 4 14 6 7

RATA-RATA 20,6 50

3.8.1.2 Data Gaya Berpikir a. Deskripsi Data

Data gaya berpikir dikumpulkan dengan menggunakan instrumen B yang berisi lima belas butir tes, dan setiap butir tes terdapat empat kata/frase sebagai alternatif jawaban. Setiap responden diminta untuk memilih dua dari empat kata/frase alternatif jawaban yang paling baik menggambarkan diri responden. Jumlah responden penelitian ini sebanyak lima puluh responden, sedangkan jumlah data yang diberikan oleh setiap responden untuk tes gaya berpikir ini sebanyak lima belas data. Oleh karena itu, jumlah data gaya berpikir seluruhnya adalah 50 responden x 15 butir jawaban tes = 750 data.

b. Pemeriksaan Data

Data yang memenuhi syarat untuk dianalisis adalah data yang dituliskan pada lembar jawaban dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Ketentuan-ketentuan tersebut sebagai berikut.


(42)

(1) Pada lembar jawaban, responden harus menuliskan nama, program studi, dan semester perkuliahan yang sedang ditempuh.

(2) Jawaban diberikan pada lembar jawaban dengan menyilangi secara jelas dua huruf dari empat huruf alternatif jawaban yang paling baik menggambarkan diri responden.

(4) Pengubahan jawaban pilihan dibenarkan dengan memberi tanda “sama dengan (=)” pada tanda silang (X) pertama hingga menjadi “tanda silang” yang ditumpangi tanda “sama dengan” (≠), kemudian menyilangi huruf yang baru.

Lembar jawaban yang diperiksa berjumlah lima puluh lembar dan ternyata data tersebut seluruhnya memenuhi syarat untuk dianalisis.

c. Penskoran (Scoring)

Setelah data lembar jawaban dinyatakan memenuhi syarat untuk dianalisis kemudian dilakukan penskoran dengan menggunakan form (tabel) penskoran gaya berpikir dengan langkah-langkah seperti berikut ini.

(1) Hasil tes setiap responden dipindahkan ke dalam kolom di bawah dengan cara menyilang huruf dari kata-kata yang dipilih untuk setiap nomor tes. (2) Silangan huruf untuk setiap kolom I, II, III, dan IV, kemudian dijumlahkan. (3) Hasil penjumlahan setiap kolom kemudian dikalikan dengan angka 4. (4) Kolom dengan angka tertinggi menunjukkan kecenderungan gaya berpikir.

Tabel 3.2

Lembar Penskoran Hasil Tes Gaya Berpikir Nomor

Butir Tes

JENIS GAYA BERPIKIR I Sekuensial Konkret (SK) II Sekuensial Abstrak (SA) III Acak Abstrak (AA) IV Acak Konkret (AK)

1 C D A B


(43)

3 B A D C

4 B C A D

5 A C B D

6 B C A D

7 B D C A

8 C A B D

9 D A B C

10 A C B D

11 D B C A

12 C D A B

13 B D C A

14 A C D B

15 A C B D

Jumlah ……… dikalikan 4 ……… ……… dikalikan 4 ……… ……… dikalikan 4 ……… ……… dikalikan 4 ………

d. Tabulasi Data

Data yang sudah diskor atau dinilai kemudian dimasukkan ke dalam tabel data. Pemasukan data gaya berpikir ke dalam tabel data dilakukan berdasarkan penomoran data (lembar jawaban).

Tabel 3.3

Skor dan Kecenderungan Gaya Berpikir No NAMA

RESPONDEN

SKOR GAYA PIKIR KECENDERUNGAN GAYA BERPIKIR

SK SA AA AK SK SA AA AK SK-AA SA-AA

1 Aditya Luky P 12 40 44 24 V 2 Agus Budiyanto 28 40 24 24 V

3 Fahmi Rizal 32 28 36 24 V 4 Atik Hernanto 36 24 32 28 V

5 Karolina Widya 40 44 16 20 V

6 Maftukhah 24 32 48 16 V 7 M.Suryanto 44 36 12 28 V

8 Marina Widi H 28 28 44 20 V 9 Retno Kristiani 48 28 28 16 V

10 Susi Mardaeni 44 28 32 16 V

11 Siti Nurkholifah 24 40 40 16 V 12 Siti Y.Yunawati 32 16 52 20 V

13 Teguh Wibowo 52 12 28 28 V

14 Sri Yuliani 40 20 48 12 V 15 Cahya Ing Tiyas 56 36 20 8 V

16 Syamsul Arifin 20 24 48 28 V 17 Efina Ayu S. 28 32 40 20 V 18 Witri Agustin 40 32 36 12 V

19 Yuliatun 44 28 36 12 V

20 Irohayati 32 36 28 24 V

21 Anggraeni A.W. 36 20 44 20 V 22 A. Nisa Marisa 48 24 40 8 V

23 Bowo Laksono 28 20 44 28 V 24 Budi Setiawan 28 28 40 24 V 25 Dewi Ratnasari 40 28 44 8 V


(44)

26 Fitri Hidayah 48 20 44 8 V

27 Galuh Arie W. 32 20 40 28 V 28 M.H.Taufik 36 12 32 40 V 29 Mukhlisin 40 20 36 24 V

30 Putri Tiasih 40 28 36 16 V

31 Sri Istanti 32 32 40 16 V

32 Sri Witati 36 28 36 20 V 33 Suko Purnomo 48 24 24 24 V

34 Ades Andrianto 16 20 52 32 V

35 M.Marzuki Y. 36 20 36 28 V 36 Ani Lutfiani 20 44 24 32 V

37 Dewi Mulyani. 32 24 44 20 V 38 Dwi Kurnia S. 20 28 56 16 V 39 Evi Inawati 48 24 32 16 V

40 Ida Farida 44 36 28 12 V

41 Diah Triastiani 32 24 40 24 V 42 Nur Hidayah 28 24 40 28 V 43 Ratna Hidayah 28 20 52 20 V 44 Yuli Triana 28 24 52 16 V 45 Suranti 40 16 48 16 V 46 Triana Dewi M. 36 28 44 12 V

47 W.Purwaningsih 44 20 44 12 V 48 Sri Retno Sari 32 28 44 16 V

49 Rahmi Nurulia 24 40 44 12 V 50 Umi Solechatun 52 32 32 4 V

Jumlah 16 4 25 1 3 1

Persentase (%) 32% 8% 50% 2% 6% 2%

Tabel 3.4

Skor dan Kecenderungan Gaya Berpikir Responden Perempuan No NAMA

RESPONDEN

SKOR GAYA PIKIR KECENDERUNGAN GAYA BERPIKIR

SK SA AA AK SK SA AA AK SK-AA SA-AA

1 Karolina Widya 40 44 16 20 V

2 Maftukhah 24 32 48 16 V 3 Marina Widi H 28 28 44 20 V 4 Retno Kristiani 48 28 28 16 V

5 Susi Mardaeni 44 28 32 16 V

6 Siti Nurkholifah 24 40 40 16 V 7 Siti Y.Yunawati 32 16 52 20 V

8 Sri Yuliani 40 20 48 12 V 9 Cahya Ing Tiyas 56 36 20 8 V

10 Efina Ayu S. 28 32 40 20 V 11 Witri Agustin 40 32 36 12 V

12 Yuliatun 44 28 36 12 V

13 Irohayati 32 36 28 24 V

14 Anggraeni A.W. 36 20 44 20 V 15 A. Nisa Marisa 48 24 40 8 V


(45)

17 Fitri Hidayah 48 20 44 8 V 18 Putri Tiasih 40 28 36 16 V

19 Sri Istanti 32 32 40 16 V

20 Sri Witati 36 28 36 20 V 21 Ani Lutfiani 20 44 24 32 V

22 Dewi Mulyani. 32 24 44 20 V 23 Dwi Kurnia S. 20 28 56 16 V 24 Evi Inawati 48 24 32 16 V

25 Ida Farida 44 36 28 12 V

26 Diah Triastiani 32 24 40 24 V 27 Nur Hidayah 28 24 40 28 V 28 Ratna Hidayah 28 20 52 20 V 29 Yuli Triana 28 24 52 16 V 30 Suranti 40 16 48 16 V 31 Triana Dewi M. 36 28 44 12 V

32 W.Purwaningsih 44 20 44 12 V 33 Sri Retno Sari 32 28 44 16 V

34 Rahmi Nurulia 24 40 44 12 V 35 Umi Solechatun 52 32 32 4 V

Jumlah 11 3 18 0 2 1

Persentase (%) 31,4% 8,6% 51,4% 0% 5,7% 2,9%

Tabel 3.5

Skor dan Kecenderungan Gaya Berpikir Responden Laki-laki

No NAMA RESPONDEN

SKOR GAYA PIKIR KECENDERUNGAN GAYA BERPIKIR

SK SA AA AK SK SA AA AK SK-AA SA-AA

1 Aditya Luky P 12 40 44 24 V 2 Agus Budiyanto 28 40 24 24 V

3 Fahmi Rizal 32 28 36 24 V 4 Atik Hernanto 36 24 32 28 V

5 M.Suryanto 44 36 12 28 V 6 Teguh Wibowo 52 12 28 28 V

7 Syamsul Arifin 20 24 48 28 V 8 Bowo Laksono 28 20 44 28 V 9 Budi Setiawan 28 28 40 24 V 10 Galuh Arie W. 32 20 40 28 V 11 M.H.Taufik 36 12 32 40 V 12 Mukhlisin 40 20 36 24 V

13 Suko Purnomo 48 24 24 24 V

14 Ades Andrianto 16 20 52 32 V


(46)

Jumlah 5 1 7 1 1 0 Persentase (%) 33,3% 6,7% 46,7% 6,7% 6,7% 0%

3.8.2 Analisis Data

a. Menganalisis data karangan/wacana (bentuk ungkapan) tulis dengan menggunakan metode padan intralingual, dengan teknik HBSP. Teknik ini dilakukan dengan menghubungbandingkan objek penelitian (struktur bahasa) dengan konteks objek penelitian (prinsip-prinsip retorika tekstual dan aspek kebahasan karangan). Dari hasil analisis ini diketahui:

i. Kecenderungan struktur bahasa responden terhadap kepatuhannya pada prinsip-prinsip retorika tekstual dan aspek kebahasaan karangan. ii. Kecenderungan/dominasi prinsip-prinsip retorika tekstual dan aspek

kebahaasan karangan yang mewarnai struktur bahasa responden. b. Menganalisis data (konteks objek penelitian) hasil tes gaya berpikir dengan

menggunakan model yang dikembangkan oleh John Parks Le Tellier (DePorter dan Hernacki, 1992: 125-127). Dari hasil analisis tes gaya berpikir ini diketahui:

i. Jenis-jenis gaya berpikir yang dimiliki tiap-tiap responden.

ii. Pengelompokan responden ke dalam empat jenis gaya berpikir yang dimilikinya.

iii. Kecenderungan gaya berpikir responden (mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal).

c. Menganalisis data wacana (bentuk ungkapan) tulis dengan menggunakan metode padan ekstralingual, dengan teknik HBSP. Teknik ini dilakukan dengan menghubungbandingkan objek penelitian (struktur bahasa) dengan


(47)

konteks objek penelitian (prinsip-prinsip retorika tekstual dan aspek kebahasaan karangan) dan konteks objek penelitian (gaya berpikir dan gender). Dari hasil analisis ini diketahui:

i. Kepatuhan responden berdasarkan gaya berpikirnya terhadap prinsip-prinsip retorika tekstual dan aspek-aspek kebahasaan karangan dalam mengungkapkan pikiran atau gagasan.

ii. Karakteristik struktur bahasa responden berdasarkan jenis gaya berpikir.

3.8.3 Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data ini dilakukan dengan metode informal, yakni perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis (Mahsun, 2005: 116). Penyajian hasil analisis data ini dilakukan sebagai upaya untuk melaporkan hasil kerja analisis. Dengan menganalisis struktur bahasa tersebut berdasarkan ancangan retorika tekstual dan aspek kebahasaan karangan pada bentuk ungkapan (wacana) tulis bahasa Indonesia yang dihubungkan dengan konteks gaya berpikirnya disajikan hasil kerja analisis sebagai berikut:

a. karakteristik struktur bahasa pada bentuk ungkapan tulis bahasa Indonesia mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal yang dikaji berdasarkan ancangan retorika tekstual, aspek kebahasaan karangan, dan gender;

b. kecenderungan gaya berpikir mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal; c. karakteristik struktur bahasa yang ditinjau berdasarkan jenis-jenis gaya


(48)

d. prinsip-prinsip retorika tekstual dan aspek kebahasaan karangan yang mewarnai struktur bahasa pada bentuk ungkapan tulis bahasa Indonesia mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal.

e. implikasi hasil penelitian ini bagi pembelajaran menulis di perguruan tinggi, khususnya bagi mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal.


(49)

197

TEMUAN PENELITIAN DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

5.1 Temuan Penelitian 5.1.1 Gaya Berpikir

a. Berdasarkan hasil pengukuran/tes gaya berpikir terhadap lima puluh responden penelitian ini ditemukan hasil tes/pengukuran dengan skor yang seimbang antara dominasi SK dan AA, serta dominasi SA dan AA. Responden yang demikian diidentifikasi memiliki keseimbangan antara gaya berpikir SK dan AA, serta gaya berpikir SA dan AA. Oleh karena itu, peneliti memutuskan ditemukan gaya berpikir jenis lain yakni gaya berpikir SK-AA dan gaya berpikir SA-AA selain gaya berpikir SK, SA, AA, dan AK seperti yang dikemukakan oleh De Porter dan Hernacki (2001/1992:126-127). Skor hasil pengukuran dan kecenderungan gaya berpikir responden secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.3.

b. Dari hasil analisis data ditemukan pula bahwa gaya berpikir responden yang paling dominan adalah gaya berpikir Acak Abstrak (AA) dengan jumlah persentase sebanyak 50%, disusul dengan responden bergaya pikir Sekuensial Konkret (SK) dengan jumlah persentase sebanyak 32%. Gaya berpikir lainnya, Sekuensial Abstrak (SA), Acak Konkret (AK), Sekuensial Konkret-Acak Abstrak (SK-AA), dan Sekuensial Abstrak-Acak Abstrak (SA-AA) ditemukan dengan jumlah responden masing-masing dengan persentase sebanyak di bawah 10%. Hal ini berarti sesuai dengan yang dinyatakan oleh DePorter dan Hernacki (2001/1992:132)


(50)

cukup banyak jumlahnya. Skor hasil pengukuran dan dominasi gaya berpikir responden secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.3.

c. Kajian berdasarkan gender responden menemukan bahwa baik pada responden laki-laki maupun responden perempuan, gaya berpikir yang paling dominan adalah gaya berpikir AA. Responden laki-laki bergaya pikir AA sebanyak 46,7%, dan responden perempuan bergaya pikir AA sebanyak 51,4%. Dominasi kedua jenis gaya berpikir, baik responden laki-laki maupun responden perempuan adalah gaya berpikir SK. Responden laki-laki bergaya pikir SK sebanyak 33,3%, dan responden perempuan bergaya pikir SK sebanyak 31,4%. Jenis gaya berpikir lainnya, baik responden laki-laki maupun responden perempuan jumlahnya ditemukan masing-masing di bawah 10%. Dengan temuan yang demikian itu ditunjukkan bahwa terdapat kekonsistenan dominasi jenis gaya berpikir, baik dengan pertimbangan gender responden maupun tanpa pertimbangan gender responden. Skor hasil pengukuran, dominasi, dan kecenderungan gaya berpikir responden perempuan dan responden laki-laki secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5.

5.1.2 Struktur Bahasa

a. Prinsip-prinsip retorika tekstual pada umumnya belum diterapkan secara optimal dalam pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan. b. Prinsip retorika tekstual yang paling tinggi penerapannya dalam

pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan adalah prinsip kejelasan yakni sebanyak 70,4%, sedangkan yang paling rendah


(51)

karangan adalah prinsip ekspresivitas, yakni sebanyak 9,9%.

c. Kalimat-kalimat yang dipergunakan untuk pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan lebih banyak menggunakan kalimat majemuk (72,6%) daripada menggunakan kalimat tunggal (27,4%). Dengan dominannya penggunaan kalimat majemuk dalam pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan berarti penggunaan kalimat-kalimatnya menjadi lebih kompleks. Semakin banyak kalimat kompleks yang dipergunakan dalam karangan, semakin rumit tingkat keterbacaan karangan tersebut.

d. Kalimat-kalimat yang dihasilkan responden selama sembilan puluh menit dalam pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan rata-rata sebanyak 21 kalimat.

e. Kalimat-kalimat yang dipergunakan untuk pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan pada umumnya diawali oleh bukan fungsi subjek, yakni sebanyak 64,2%. Dengan demikian, pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan yang kalimat-kalimatnya diawali dengan fungsi subjek hanya sebanyak 35,8%.

f. Pengisi unsur-unsur awal kalimat bukan fungsi subjek pada kalimat-kalimat yang dipergunakan untuk pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan adalah predikat, keterangan, frase/kata penghubung, dan kata tanya.

g. Pengisi unsur-unsur awal kalimat bukan fungsi subjek yang paling dominan pada kalimat-kalimat yang dipergunakan untuk pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan adalah frase/kata penghubung


(52)

kata tanya sebanyak 4,2%.

h. Penggunaan ragam bahasa baku/tulis pada kalimat-kalimat yang dipergunakan untuk pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan belum optimal dan belum dapat dikatakan baik karena hanya sebanyak 60,7% yang kalimat-kalimatnya menggunakan ragam bahasa baku/tulis.

i. Penggunaan ejaan yang sesuai dengan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan pada kalimat-kalimat yang dipergunakan untuk pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan tergolong jelek karena hanya sebanyak 47,1% yang penulisan kalimat-kalimatnya sesuai dengan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

j. Penggunaan pilihan kata yang tepat pada kalimat-kalimat yang dipergunakan untuk pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan juga tergolong jelek karena hanya sebanyak 51,6% yang penggunaan pilihan kata dalam kalimat-kalimatnya sudah tepat.

5.1.3 Struktur Bahasa Berdasarkan Gender

a. Penerapan prinsip kejelasan pada kalimat-kalimat yang dipergunakan untuk pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan, baik oleh responden laki-laki maupun responden perempuan, tergolong baik, dan paling baik di antara penerapan prinsip-prinsip retorika yang lain.

b. Penerapan prinsip kejelasan oleh responden laki-laki pada kalimat-kalimat yang dipergunakan untuk pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan sebesar 78,6%, sedangkan oleh responden perempuan sebesar 70,6%. Dengan demikian, penerapan prinsip


(53)

perempuan.

c. Penerapan prinsip ekspresivitas pada kalimat-kalimat yang dipergunakan untuk pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan, baik oleh responden laki-laki maupun responden perempuan, tergolong jelek, dan paling jelek di antara penerapan prinsip-prinsip retorika yang lain.

d. Penerapan prinsip ekspresivitas oleh responden laki-laki pada kalimat-kalimat yang dipergunakan untuk pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan hanya sebesar 15,8%, sedangkan oleh responden perempuan sebesar 9,9%. Berdasarkan temuan tersebut, walaupun ekspresivitas responden penelitian ini tergolong jelek, namun dalam hal ini responden laki-laki ditemukan lebih ekspresif daripada responden perempuan.

e. Penerapan semua prinsip retorika tekstual (prosesibilitas, kejelasan, ekonomi, dan ekspresivitas) pada kalimat-kalimat yang dipergunakan untuk pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan, responden laki-laki ditemukan lebih baik daripada responden perempuan.

f. Dominasi penggunaan kalimat majemuk dalam pengungkapan pikiran dan perasaan melalui karangan, terdapat keseimbangan antara responden laki-laki dan responden perempuan. Penggunaan kalimat majemuk dalam karangan responden laki-laki sebanyak 75,4%, dan resonden perempuan sebanyak 75,0%.

g. Jumlah kalimat yang dihasilkan dalam waktu sembilan puluh menit untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui karangan terdapat perbedaan antara responden laki-laki dan responden perempuan.


(1)

219

pertemuan itu. Tulisan dikumpulkan dua atau tiga hari kemudian, dibaca dan dinilai oleh pengajar, serta dibahas dan dikembalikan pada pertemuan berikut. Dengan sendirinya tidak ada ujian untuk mata kuliah ini, karena setiap pertemuan pada hakikatnya ádalah ujian. Tujuan mata kuliah ini adalah agar sesudah semester pertama mahasiswa memiliki keterampilan menulis wacana-wacana deskripsi dan narasi, dan sesudah semester kedua, mereka mampu menuliskan wacana eksposisi dan artikel dengan baik. Tujuan lain adalah agar mahasiswa terbiasa menulis, dan kelak di kemudian hari, di samping kesibukan tugas masing-masing, sekali-kali mereka juga akan menulis untuk media massa. Dan, seandainya mereka ingin bekerja di media massa, keterampilan menulis ini sekurang-kurangnya akan membantu mereka melewati ujian saringan masuk, yang biasanya antara lain juga berupa tugas penulisan.


(2)

233

Akhadiah, Sabarti; Maidar G.Arsyad; Sakura H.Ridwan. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Cetakan Keempat. Jakarta: Erlangga.

Allerton, D.J. 1978. “The Notion of Giveness and Its Relation to Presupposition and to Theme”. Dalam Majalah Lingua No.44. Hlm.133-168.

Blount, Ben G. 1974. Language, Culture, and Society. Cambridge (Massachusetts): Winthrop Publishers, Inc.

Bormann, Ernest G & Nancy C. Bormann. 1986. Retorika: Suatu Pendekatan Terpadu. Terjemahan Paulus Sukardi. 1991. Cetakan Kedua. Jakarta: Erlangga.

Brannen, Julia. 2005. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Cetakan VI. Terjemahan Nuktah Arfawie Kurde, Imam Safe’i, Noorhaidi A.H. 2005. Cetakan I 1997. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Brown, Gillian & George Yule. 1983. Discourse Analysis. Cambridge University Press.

Bruner, J.S. 1975. “Language as an Instrument of Thought”. Dalam Davis A (Ed.) Problems of Language Learning. London: Heinmann.

Caron, Jean. 1992. An Introduction to Psycholinguistics.NewYork: Harvester Wheatsheaf.

Chafe, Wallace L. 1970. ”Giveness, Contrastiveness, Definiteness, Subjects, and Point of View” dalam Charles N.Li (Ed.). Subject and Topic. London: Academic Press.

Chomsky, Noam.1972. Language and Mind. New York: Harcourt Brace Jovanovich Inc.

Chomsky, Noam. 2000. Cakrawala Baru Kajian Bahasa dan Pikiran. Terjemahan Freddy Kirana. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Clark, Herbert H. dan Eve V. Clark. 1977. Psychology and Language: An Introduction to Psycholinguistics. New York: Harcourt, Brace Jovanovich. Costa, A.(Ed.). 1985. Developing Minds: A Resource Book for Teaching

Thinking. California, USA:Midwest Publications.


(3)

234

Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik. Edisi Kedua. Jakarta: Y.Obor Indonesia.

Darma, Yoce A. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.

DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. 1992. Quantum Learning. Cetakan IX. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman. 2001. Bandung: Penerbit Kaifa.

Devitt, Michael & Kim Sterelny. 1995. Language And Reality. Cetakan Kelima. Cambridge, Massachusetts: A Bradford Book The MIT Press.

Dik, Simon C. 1978. Functional Grammar. Amsterdam: North-Holland Publishing Company.

Djiwandono, M.Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: Penerbit ITB.

Dryden, Gordon & Jeannette Vos. 1999. Revolusi Cara Belajar. Terjemahan Word ++ Translation Service. Penyunting: Ahmad Baiquni. 2000. Bandung: Penerbit Kaifa.

Flood.J dan H.S. Peter. 1984. Language and the Language Art. New Jersey: Prentic Hall,Inc.

Garnham, Alan. 1992. Psycholinguistics: Central Topics. London: Routledge. Givon, Talmy. 1984. Syntax A Functional-Typological Introduction. Volume 1.

Amsterdam/Philadelphia: John Benjamins Publishing Company.

Gregorc, Anthony. 1982. An Adult’s Guide to Style. Maynard, Mass: Gabriel Systems.

Guilford, J.P. dan Ralph Hoepfner. 1971. The Analysis of Intelligence. New York: Mc.Graw-Hill Book Company.

Gumperz, John J. 1982. Discourse Strategies. Cambridge: Cambridge University Press.

Halliday, M.A.K. 1967. “Notes on Transivity and Theme in English Part 2”. Journal of Linguistics 3: 199-244.

Hassoubah, Zaleha Izhab. 2002. Developing Creative & Critical Thinking Skills. Terjemahan Bambang Suryadi. 2004. Cara Berpikir Kreatif dan Kritis. Bandung: Penerbit Nuansa.


(4)

Hymes, Dell. 1972. “Models of the Interaction of Language and Social Life” dalam Gumperz, J.J. dan Hymes,D. (Eds). Directions in Sosiolinguistics. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.

Jacobs, Holly L.dkk. 1981. Testing ESL Composition: A Practical Approach. London: Newbury House Publishers,Inc.

Krippendorff, Klaus. 1993. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Terjemahan Farid Wajidi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Leech, Geoffrey. 1983. The Principles of Pragmatics. Terjemahan M.D.D.Oka. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press.

Lenneberg, Eric. 1967. Biological Foundations of Language. New York: Wiley. Lipman, Mattew. 1991. Thinking in Education. New York: Cambridge University

Press.

Lovell, Bernard R. (Ed.). 1980. Adult Learning. New York: John Willy and Sons. Macnamara, J.(Ed.) 1977. Language, Learning and Thought. New York:

Academic Pres.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Mar’at, Samsunuwiyati. 2005. Psikolinguistik. Bandung: Refika Aditama.

Marahimin, Ismail. 1993. “Pengajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Latihan Menulis sebagai Mata Kuliah Pilihan”. Dalam Penyelidikan Bahasa dan Perkembangan Wawasannya. Jakarta: Masyarakat Linguistik Indonesia.

Nababan, Sri Utari S. 1992. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.

Piaget, Jean. 1955. The Language and Thought of the Child. Cleveland, Ohio: World Publ.

Poespoprodjo, W. 1999. Logika Scientifika. Bandung: Pustaka Grafika.

Poespoprodjo, W. & E.K.T.Gilarso.1999. Logika Ilmu Menalar. Bandung: Pustaka Grafika.

Renkema, Jan. 1993. Discourse Studies. Amsterdam: John Benjamin Publishing Comp.


(5)

236

Sampson, G. 1980. School of Linguistics. London: Hutchinson.

Samsuri. 1985. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Sastra Hudaya. Sapir, Edward. 1921. Language: An Introduction to the Study of Speech.

New York: Harcourt Brace & World.

Simanjuntak, Mangantar. 1987. Pengantar Psikolinguistik Moden. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pelajaran Malaysia. Slobin, Dan I. 1979. Psycholinguistics. Edisi Kedua. Glenview Illionis: Scott

Forresman.

Spradley, James P. 1977. Metode Etnografi. Terjemahan Misbach Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Spender, Dale. 1990. Man Made Language. London: Pandora.

Steinberg, D.D. 1982. Psycholinguistics: Language, Mind, and World.London: Longman.

Stubbs, Michael. 1983. Discourse Analysis. Oxford: Basil Blackwell Publisher Limited.

Subroto, D. Edi. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudaryanto. 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudjana. 1996. Teknik Analisis Data Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Suwito. 1990. “Menuju ke Penelitian Interdisipliner Integratif” dalam Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia XII Se-Jawa Tengan dan DIY. Surakarta: UNS.

Syamsuddin A.R. 1998. Studi Wacana: Teori – Analisis – Pengajaran. Bandung: Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni FPBS IKIP.

Syamsuddin,A.R. 1999. “ Studi Wacana Kajian Linguistik Komprehensif”. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Kebahasaan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FPBS IKIP Bandung, 18 Oktober 1999.


(6)

Syofyan, Donny. 25 Desember 2007. “Intelektual dan Tradisi Kepenulisan”

http://donnysyofyan.multiply.com/journal/item/85.

Tarigan, H.G. 1985. Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tashakkori, Abbas dan Charles Teddlie. 1998. Mixed Methodology: Combining Qualitative and Quantitative Approaches. Thousant Oaks California: Sage Publications.

Taylor, Insup. 1990. Psycholinguistics: Learning and Using Language. London: Prentice Hall, Inc.

Thomas, Linda dan Shan Wareing. 1999. Language, Society, and Power. Terjemahan Sunoto dkk. 2007. Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tompkins, Gail E. 1990. Teaching Writing Balancing Process and Product. New York: Macmillan Publishing Company.

Van Dijk,Teun A. 1976. Text and Context. London: Longman.

Vygotsky, Lev S. 1934. Thought and Language (1986). Cambridge, Massachusetts:MIT

Wahab, Abdul. 1992. “Cerminan Budaya dalam Bahasa: Kasus Retorika Indonesia” dalam Bambang Kaswanti Purwo. 1992. Bahasa Budaya. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.

Worf, B.L. 1956. “Science and Linguistics”. Dalam J.B.Carrol (Ed.). Language, Thought, and Reality: Selected Writings Of Benjamin Lee Worf.