MANAJEMEN FASILITAS PENDIDIKAN DALAM MENUNJANG SEKOLAH DASAR BERMUTU :Studi Kasus Sekolah Dasar di Kota Bandung dan Cimahi.

DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………………..…. i
ABSTRACT ………………………………………………………................................. ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………. vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………….. viii
BAB I PENDAHULUAN ............................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
A.
B.
C.
D.
E.
F.

LATAR BELAKANG MASALAHERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
FOKUS DAN BATASAN MASALAHERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
TUJUAN PENELITIAN .............. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
MANFAAT PENELITIAN ......... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
KERANGKA PENELITIAN ....... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
LOKASI PENELITIAN............... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.


BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
A. MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH DASARERROR! BOOKMARK NOT DEFINED
1. Konsep Manajemen Pendidikan ................. Error! Bookmark not defined.
2. Konsep Manajemen Mutu Pendidikan........ Error! Bookmark not defined.
3. Manajemen Strategik .................................. Error! Bookmark not defined.
4. Pendidikan Sekolah Dasar .......................... Error! Bookmark not defined.
B. LANDASAN FILOSOFIS DAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJARERROR! BOOKMAR
1. Landasan Filosofis ...................................... Error! Bookmark not defined.
2. Landasan Yuridis ........................................ Error! Bookmark not defined.
3. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran ................... Error! Bookmark not defined.
4. Kurikulum Sekolah Dasar........................... Error! Bookmark not defined.
5. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ............ Error! Bookmark not defined.
C. MANAJEMEN FASILITAS PENDIDIKAN DASARERROR! BOOKMARK NOT DEFINED
1. Konsep Manajemen Fasilitas ...................... Error! Bookmark not defined.
2. Perencanaan Fasilitas Pendidikan ............... Error! Bookmark not defined.
3. Pengadaan Fasilitas Pendidikan .................. Error! Bookmark not defined.
4. Pengaturan Fasilitas Pendidikan ................. Error! Bookmark not defined.
5. Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan .............. Error! Bookmark not defined.
6. Pemeliharaan Fasilitas Pendidikan ............. Error! Bookmark not defined.

7. Pemodelan Fasilitas Sekolah Dasar ............ Error! Bookmark not defined.
D. PERKEMBANGAN KARAKTERISTIK SISWA SEKOLAH DASARERROR! BOOKMARK
1. Faktor-faktor internal siswa ....................... Error! Bookmark not defined.
2. Faktor-faktor Eksternal ............................... Error! Bookmark not defined.
3. Perkembangan Karakteristik Anak dengan PembelajaranError! Bookmark not defined.
E. HASIL STUDI TERDAHULU.... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
BAB III METODE PENELITIAN .................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
A. METODE PENELITIAN............. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

B. SUMBER DATA / SAMPEL PENELITIANERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
C. PROSEDUR PENELITIAN ........ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Perumusan masalah dan pertanyaan ........... Error! Bookmark not defined.
2. Definisi Operasional dan Studi Literatur ... Error! Bookmark not defined.
3. Penyusunan Pedoman Wawancara ............. Error! Bookmark not defined.
4. Desain dan Pengumpulan Data ................... Error! Bookmark not defined.
5. Analisis dan Interpretasi ............................. Error! Bookmark not defined.
6. Kesimpulan dan Rekomendasi ................... Error! Bookmark not defined.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATAERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Observasi .................................................... Error! Bookmark not defined.
2. Wawancara ................................................. Error! Bookmark not defined.

3. Studi Dokumentasi...................................... Error! Bookmark not defined.
E. KAIDAH PENELITIAN KUALITATIFERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
A. HASIL PENELITIAN ................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Umum ......................................................... Error! Bookmark not defined.
2. Pengembangan Sarana ................................ Error! Bookmark not defined.
3. Pengembangan Prasarana ........................... Error! Bookmark not defined.
4. Kondisi Sarana dan Prasarana..................... Error! Bookmark not defined.
5. Aksesibilitas ................................................ Error! Bookmark not defined.
6. Kondisi Permasalahan Fasilitas Sekolah .... Error! Bookmark not defined.
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIANERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan AncamanError! Bookmark not defined.
2. Ketersediaan Fasilitas berkaitan dengan kurikulumError! Bookmark not defined.
3. Ketersediaan Fasilitas berkaitan dengan Mutu PembelajaranError! Bookmark not defined.
4. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas PendidikanError! Bookmark not defined.
5. Keberlanjutan ketersediaan fasilitas ........... Error! Bookmark not defined.
BAB V PENGEMBANGAN MODEL HIPOTETIK MANAJEMEN FASILITAS
SEKOLAH DASAR ......................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
A. UMUM ......................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
B. PRASARANA ............................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

1. Pemilihan Lokasi Sekolah .......................... Error! Bookmark not defined.
2. Penataan Lokasi Sekolah ............................ Error! Bookmark not defined.
C. SARANA ..................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Ruang kelas ................................................. Error! Bookmark not defined.
2. Ruang kantor staf sekolah .......................... Error! Bookmark not defined.
3. Tempat Pertemuan ...................................... Error! Bookmark not defined.
4. Laboratorium Komputer ............................. Error! Bookmark not defined.
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARANERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
A. KESIMPULAN ............................ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Kondisi prasarana sekolah dasar (bangunan sekolah dasar)Error! Bookmark not defined.
2. Kondisi sarana sekolah dasar ...................... Error! Bookmark not defined.
3. Fasilitas Mendukung Implementasi KurikulumError! Bookmark not defined.
4. Ketersediaan Fasilitas berkaitan dengan Mutu PembelajaranError! Bookmark not defined.
5. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas PendidikanError! Bookmark not defined.
6. Keberlanjutan ketersediaan fasilitas ........... Error! Bookmark not defined.

B. IMPLIKASI ................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Kekurangan prasarana pembelajaran .......... Error! Bookmark not defined.
2. Kekurangan sarana pembelajaran ............... Error! Bookmark not defined.
3. Keberlanjutan ketersediaan fasilitas ........... Error! Bookmark not defined.

C. SARAN ........................................ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Pengembangan prasarana pembelajaraan ... Error! Bookmark not defined.
2. Pengembangan sarana pembelajaran .......... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A: Gambar Layout Sekolah
LAMPIRAN B: Detail Design Sekolah
LAMPIRAN C: Rekapitulasi Hasil Penelitian
LAMPIRAN D: Foto-foto Sekolah Studi Banding
LAMPIRAN E: Foto-foto Sekolah

1

BAB I
PENDAHULUAN

Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada
berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu hal yang
sangat penting dan besar artinya bagi bangsa yang sedang membangun. Pembangunan
fisik tanpa diikuti dengan pembangunan manusianya akan menjadi sia-sia, demikian pula

sebaliknya. Kedua jenis pembangunan ini harus dilaksanakan secara serentak. Jika
pembangunan fisik ditujukan untuk menciptakan sarana kesejahteraan dan kemakmuran
bagi setiap warga negara, maka pendidikan ditujukan untuk menciptakan manusiamanusia pembangunan yang bertanggung jawab dan sadar akan hak-hak serta
kewajibannya terhadap kelangsungan hidup bangsanya.
Pada awal abad XXI ini, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga
tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia
pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan
yang telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era global, dunia pendidikan dituntut
untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam
pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu
dilakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional sehingga dapat
mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman
kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi
masyarakat. Ditambah dengan kenyataan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih
sangat kurang baik.
Manajemen pendidikan nasional secara keseluruhan mulai mengalami perubahan.
Manajemen yang bersifat sentralistis mulai mengarah pada manajemen demokratisasi dan

2
desentralisasi penyelenggaraan pendidikan. Manajemen pendidikan yang sentralistis

tersebut, telah menyebabkan kebijakan yang seragam yang tidak dapat mengakomodir
perbedaan keragaman/kepentingan daerah / sekolah / peserta-didik, mematikan partisipasi
masyarakat dalam proses pendidikan, serta mendorong terjadinya pemborosan dan
kebocoran alokasi anggaran pendidikan.
Atas berbagai permasalahan pendidikan tersebut, melalui Propenas 1999-2004,
dibuat arah kebijakan perbaikan sistem pendidikan yang juga tercermin dari alokasi dana
yang diberikan dalam anggaran pemerintah. Arah kebijakan pembangunan pendidikan
pada 2004, diarahkan untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan pendidikan
dengan mengutamakan upaya pencapaian target Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun
yang memberikan perhatian lebih besar pada kelompok miskin, penduduk yang tinggal di
daerah pedesaan, dan pada daerah-daerah serta Kawasan Indonesia yang memiliki
partisipasi pendidikan dibawah rata-rata nasional.
Hal ini dilakukan melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan,
penyediaan berbagai pendidikan alternatif, beasiswa bagi masyarakat miskin, dan
bantuan biaya operasional pendidikan bagi sekolah miskin yang pelaksanaannya tetap
memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender dan dengan melibatkan partisipasi aktif
masyarakat.
Menurut Oji Mahroji, Kepala Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Kota Bandung,
jumlah siswa di Kota Bandung mulai SD hingga SMA pada saat ini mencapai 454 ribu
orang. Dari data tersebut, sedikitnya 67.250 siswa SD, SMP, SMA dan SMK di Kota

Bandung mengalami drop out atau putus sekolah karena alasan ekonomi dan beberapa
sebab lainnya. Jumlah siswa yang dapat mengalami putus sekolah tersebut tingkat SD
sekitar 30 ribu siswa, SMP 22 ribu siswa, SMA 7.000 siswa dan SMK sebanyak 7.000
siswa. Menurut data tahun 2006, jumlah siswa SD putus sekolah di Kota Bandung 50

3
siswa, SMP 150 siswa dan SMA sebanyak 520 siswa. “Setiap tahun angka putus sekolah
cenderung menurun. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat
dan program bantuan dari APBD cukup berperan menurunkan angka putus sekolah,” kata
Oji. (http://www.banjarmasinpost.co.id/content/view/1373/86).
Berkaitan dengan prasarana pendidikan, Direktur Pendidikan Lanjutan Pertama
Depdiknas Sungkowo menjelaskan, sejak tahun 1998, Depdiknas sudah mencatat
berbagai kerusakan infrastruktur sekolah. Secara nasional di Indonesia, kondisi gedung
sekolah dasar (SD) rusak berat yang tercatat mencapai 172.030 ruang belajar. Untuk
memperbaiki kerusakan infrastruktur itu, Depdiknas sudah melakukan berbagai program
perbaikan ruang kelas, mebel, dan perpustakaan yang dimulai tahun 1999. Berbagai
usaha dilakukan tetapi dirasa belum banyak mengurangi jumlah gedung SD yang rusak
berat, karena kerusakan sekolah terus terjadi ketersediaan dana pemeliharaan yang sangat
terbatas. (http://groups.yahoo.com/group/cfbe/message/5914)
Menurut Gubernur Jawa Barat, perbaikan sekolah dilakukan secara terus menerus

di wilayah Jawa Barat dan target rehabilitasi pada tahun 2008 adalah sebanyak 5.899
ruangan dengan total anggaran Rp. 225 Milliar. Target ini meliputi SD sebanyak 4472
kelas, MI sebanyak 723 kelas, SMP sebanyak 504 kelas dan MTs sebanyak 200 kelas.
Pada saat ini sekitar 2263 ruang kelas di Kota Bandung dalam kondisi rusak dan
639 sekolah diantaranya termasuk kategori sekolah rusak total, rusak berat dan rusak
sedang. Sedangkan sisanya sebanyak 1624 sekolah termasuk rusak ringan. Diharapkan
perbaikan sekolah-sekolah tersebut dapat diselesaikan tahun 2010 menurut Henry Pantas
Panggabean, Anggota Panitia Anggaran (Pangar) DPRD Kota Bandung. (Pikiran rakyat,
1 April 2009)
Pada saat ini pemerintah melalui berbagai program dan sumber pendanaan telah
dan terus melakukan perbaikan gedung sekolah dan pembuatan sekolah baru terutama

4
untuk menunjang usaha meningkatkan mutu pembelajaran dan penuntasan program wajib
belajar 9 tahun, meskipun masih terdapat banyak kendala.
Realisasi kebijakan peningkatan mutu pembelajaran dan penuntasan wajib belajar
adalah adanya program-program pokok antara lain rehabilitasi SD/MI, pembangunan
unit sekolah baru (USB) dan ruang kelas baru (RKB) bagi SMTP/Mts,

disamping


kegiatan menyelenggarakan pendidikan alternatif seperti SD satu guru, SD kecil dan
SMP/MTs Terbuka untuk memberikan pelayanan bagi anak yang tidak dapat mengikuti
pendidikan reguler, pemberian beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang
mampu, serta pemberian bantuan khusus sekolah

yang ditujukan untuk mendorong

sekolah dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan kualitas outcomes.
Fasilitas sekolah merupakan salah satu bagian penting dalam keberhasilan suatu
pembelajaran sekolah. Fasilitas harus memadai dan sejalan dengan kebutuhan sekolah
dalam kerangka untuk mencapai mutu pendidikan yang diinginkan. Kondisi tersebut
dapat menimbulkan berbagai permasalahan antara lain :
Target penuntasan wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh Pemerintah
belum / sulit tercapai.
Kualitas lulusan sekolah dasar masih belum optimal, hal ini terlihat dari
nilai NEM sekolah dasar yang masih rendah.
Lulusan sekolah dasar yang masih tidak dapat mengikuti perkembangan
jaman terutama ditinjau dari segi teknologi.
Angka putus sekolah masih terus harus ditekan. Hal ini disebabkan selain

karena permasalahan ekonomi, juga karena keterbatasan jumlah dan
kualitas sekolah yang ada.
Keterbatasan fasilitas sekolah ditinjau dari segi ketersediaan dan kualitas yang
kurang baik dapat menyebabkan proses pembelajaran sekolah terganggu. Contoh:

5
keterbatasan jumlah ruang kelas sekolah yang merupakan salah satu prasarana penting
dalam proses belajar mengajar sekolah dasar masih jauh dari kebutuhan. Oleh karena itu
fasilitas sekolah akan mempengaruhi hasil pembelajaran di sekolah dan akan
mempengaruhi mutu pembelajaran.
Dengan latar belakang dan kondisi lapangan seperti dijelaskan diatas, maka
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terkait dengan bagaimana manajemen
fasilitas perlu dilakukan sekolah dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan.

Salah satu hal yang mempengaruhi keberhasilan mutu pembelajaran sekolah dasar
adalah dilakukannya proses manajemen sekolah yang baik. Manajemen ini menyangkut
berbagai hal diantaranya adalah manajemen fasilitas sekolah.
Berdasarkan latar belakang masalah serta penjelasan diatas, maka fokus
permasalahan pada penelitian ini adalah adanya hubungan antara keberhasilan mutu
pembelajaran sekolah dasar dengan pengelolaan atau manajemen fasilitas sekolah. Hal
ini menarik bagi peneliti untuk meneliti lebih jauh mengenai rumusan masalah tersebut,
dan untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai masalah ini, maka peneliti
menformulasikan permasalahan penelitian tersebut pada pertanyaan penelitian
berikut :
1. Bagaimana fasilitas yang ada mendukung implementasi kurikulum yang diwujudkan
dalam bentuk tuntutan kebutuhan kegiatan belajar mengajar?
2. Bagaimana mutu layanan pembelajaran dikaitkan dengan ketersediaan fasilitas yang
tersedia?
3. Bagaimana mengoptimalisasikan penggunaan fasilitas sehingga dapat meningkatkan
mutu pendidikan?
4. Bagaimana keberlanjutan ketersediaan fasilitas dengan operasional sekolah di masa
mendatang?

6

Peneliti bermaksud untuk mendeskripsi, mengkaji dan menganalisis berbagai
faktor manajemen fasilitas sekolah dasar yang terkait dengan tingkat mutu pembelajaran
sekolah dasar di sekolah dasar pada wilayah kota Bandung dan Kota Cimahi.
Adapun tujuan penelitian ini adalah mempelajari, mengidentifikasi, mengkaji
dan menganalisis berbagai faktor yang terkait dengan manajemen fasilitas sekolah dasar
untuk mendukung keberhasilan pencapaian mutu pembelajaran sekolah dasar khususnya
dalam hal :
1. Menganalisis keterkaitan antara fasilitas sekolah dasar dengan kurikulum.
2. Menganalisis keterkaitan antara fasilitas sekolah dasar dengan mutu pembelajaran.
3. Menganalisis optimalisasi penggunaan fasilitas terkait dengan mutu pendidikan.
4. Menganalisis

keterkaitan

ketersediaan

fasilitas

pada

pengembangan

mutu

pembelajaran sekolah di masa mendatang.
Keluaran dari penelitian ini diharapkan dapat membantu para pengambil
keputusan pada masing-masing sekolah dan dinas pendidikan untuk menyusun rencana
pemanfaatan dan pengembangan fasilitas sekolah dengan lebih baik pada saat ini dan di
masa mendatang.

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada
pengayaan khasanah penelitian empirik dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
pelaku manajemen di sekolah dan kantor dinas pendidikan untuk memanfaatkan dan
mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan secara optimal.

7
Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam menentukan
kebijakan pengelolaan berbagai fasilitas yang ada di sekolah, sehingga dapat
meningkatkan mutu / kualitas pembelajaran di sekolah dasar.

Pada saat ini pendidikan nasional masih dihadapkan beberapa permasalahan yang
menonjol seperti yang dikemukakan oleh Yahya A. Muhaimin antara lain : “(1) masih
rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan; (2) masih rendahnya mutu dan relevansi
pendidikan; dan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan” (Jalal, 2001:56).
Permasalahan pokok di atas, merupakan permasalahan yang terjadi pada banyak
daerah. Untuk mengantisipasinya telah banyak dikeluarkan kebijakan pendidikan yang
mengarah kepada pemecahan masalah pokok di atas. Sebagai contoh, salah satu
kebijakan strategis adalah penetapan visi suatu kota sebagai jasa pelayanan terpadu di
bidang perdagangan, pendidikan dan kesehatan. Sebagai konsekuensi ditetapkannya
sebagai kota jasa pendidikan harus didukung oleh sektor lainnya bagaimana kondisi
ruang yang telah terbangun khususnya sarana pendidikannya bagaimana sarana
pendukungnya transportasi jalan dan banyak variabel lainnya, kemudian aspek
perencanaan yang meliputi arah kebijakan pengembangan wilayah perdagangan,
pendidikan, kesehatan, industri, pemukiman dan sebagainya. Konsepsi tersebut tertuang
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.
Model pendidikan sekolah secara umum dapat dilihat pada Gambar 1 dan
kerangka pikir penelitian pada disertasi ini dapat dilihat pada Gambar 2 . Kerangka pikir
penelitian didasarkan pada masukan (input), proses (kegiatan belajar mengajar) dan
keluaran (output) sekolah dasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor internal antara lain
kepemimpinan, keuangan, sarana dan prasarana dan faktor-faktor eksternal sekolah

8
seperti budaya, sosial dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi
keberhasilan sekolah dalam mencetak kualitas siswa. Pada kerangka pikir ini terlihat
secara jelas faktor-faktor yang mempengaruhi mutu lulusan yaitu dimulai dari adanya
anak atau siswa yang melalui proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan diri
secara baik. Agar proses belajar mengajar ini dapat berjalan dengan baik, maka
diperlukan faktor-faktor pendukung, antara lain adalah sarana dan prasarana pendidikan
yang memadai.
Sarana dan prasarana yang baik menurut penilaian dari berbagai aspek, akan dapat
mendukung kegiatan belajar mengajar secara baik, artinya kemampuan anak akan dapat
dikembangkan secara optimal dimana dapat digali semua potensi yang dimiliki anak.

9

Kepemimpinan
dan
manajemen
Organisasi
budaya

Visi dan Misi
Sekolah

Lingkungan
eksternal

dan

INPUT

PROCESS

OUTPUT

Calon Siswa

Pembelajaran

Kualitas Ssiswa
Lulusan

Instrumental
INPUT

INFORMASI

KEUANGAN

SUMBER DAYA
MANUSIA

Gambar 1 Model Umum Pendidikan Sekolah

SARANA DAN
PRASARANA

Penelitian dilakukan pada beberapa sekolah dasar yang tersebar di kota Bandung
dan Cimahi. Pada penelitian ini akan dilakukan studi banding pada beberapa sekolah di
wilayah Jawa Barat.

KURIKULUM

TEACHING

SOSIAL
BUDAYA

PENGETAHUAN
FISIK

KEMAMPUAN

ETIKA & NILAI

IQ

KOMUNIKASI

EMOTIONAL

PENGERTIAN

PEMAHAMAN

KOMPETENSI

TINGKAH LAKU

Instrumental

ANAK /
SISWA

AKTIVITAS
BY DESIGN
(LEARNING)

KEBUTUHAN

SPESIFIKASI
FASILITAS PENDIDIKAN
SARANA

PERENCANAAN

PENGADAAN

KETERSEDIAAN

KUALITAS

Gambar 2 Kerangka Pikir Penelitian

PRASARANA

PENGATURAN PEMANFAATAN
PEMELIHARAAN
KENYAMANAN

KEINDAHAN

BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metoda deskriptif. Pada
metode ini peneliti dituntut untuk melakukan eksplorasi dalam rangka memahami dan
menjelaskan masalah yang diteliti melalui komunikasi yang intensif dengan sumber data.
Peneliti harus mempunyai tingkat intensitas pemahaman yang baik terhadap suatu
konsepsi atau teori. Konsepsi ini merupakan perspektif teoritis yang dijadikan pedoman
proses inquiri oleh peneliti. Bila tidak demikian, maka yang dihasilkan peneliti lebih
berupa kumpulan informasi (data) saja.
Kumpulan informasi (data) yang tersusun secara terarah dan terorganisasi dalam
suatu struktur pemikiran tertentu, akan mempunyai makna untuk menjelaskan masalah
yang diteliti. Pendekatan penelitian seperti ini dikenal sebagai Qualitative Research
(Bogdan dan Biklen, 1982:34).
Penelitian kualitatif sering disebut sebagai metoda etnografik, metode
fenomenologis, dan lain-lain. Metoda kualitatif ini sering digunakan untuk menghasilkan
grounded theory, yaitu teori yang timbul dari data dan bukan dari hipotesis-hipotesis.
Karena dasar penelitiannya tersebut, maka penelitian kualitatif bersifat generating theory
dan bukan hypothesis testing, sehingga teori yang dihasilkan berupa teori yang substantif.
Penelitian kualitatif merupakan suatu pencampuran antara hal rasional, eksploratif
dan instuitif, dimana keahlian dan pengalaman dari peneliti memainkan sebuah peran
yang penting dalam analisis data. Keahlian yang diperlukan dalam penelitian kualitatif,

diantaranya : berfikir secara abstrak, menganalisa situasi secara kritis, menentukan dan
menghindarkan bias, mendapatkan informasi yang valid dan dapat dipercaya, mempunyai
dasar teoritis dan sensitivitas sosial dan sebagainya.
Data hasil penelitian kualitatif biasanya berupa uraian yang kaya akan deskripsi
mengenai kegiatan subyek yang diteliti, pendapatnya dan aspek-aspek lainnya yang
berkaitan yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumenter. Dalam
penelitian kualitatif, pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan atas dasar definisi
operasional dari suatu variabel penelitian. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan
dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspekaspek lain.
Seperti penjelasan diatas, penelitian ini menggunakan pendekatan metoda
deskriptif. Whitney (Nazir, 1988:63)

menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah

pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruhpengaruh dari suatu fenomena. Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan dan
menganalisis tentang pemanfaatan sarana dan prasarana SD di Kota Bandung dan Kota
Cimahi.

Sehubungan dengan penelitian kualitatif, Coffey (2002:54-55) menyatakan: “ The
content of theories determines which elements-elements, objects, or people in the

empirical world constitute the researcher’s populations or data sources”. Jelaslah disini
bahwa elemen-elemen mana, obyek mana, atau siapa-siapa yang merupakan sumber data,
tergantung pada isi teori atau konsep yang digunakan.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sampel
penelitian yaitu kata-kata dan penjelasan dari Kepala Dinas Pendidikan, Kepala sekolah,
Guru-guru, orang tua murid serta tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pemanfaatan
fasilitas sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar di Kota
Bandung dan Kota Cimahi.
Karakteristik sample pada penelitian kualitatif adalah “purposive sampling” yaitu
merupakan suatu cara pengambilan sampel yang memenuhi karakteristik-karakteristik
tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian. Sebagai contoh, sumber
data harus dipertimbangkan kelayakannya sesuai kriteria seperti dikemukakan Sanafiah
(1990:57) yaitu subjek penelitian harus memiliki karakteristik seperti subjek sudah cukup
lama dan intensif menyatu dalam kegiatan atau bidang yang menjadi kajian penelitian,
subjek masih aktif atau terlibat penuh dengan kegiatan tersebut dan subjek memiliki
waktu yang cukup untuk dimintai informasi. Nasution (1988:32-33 ) menjelaskan bahwa
“Untuk memperoleh informasi tertentu, sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf
redudancy, ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden
selanjutnya tidak akan diperoleh lagi tambahan informasi yang berarti”.

Proses pelaksanaan penelitian, mulai dari penelitian pendahuluan sampai dengan
penulisan laporan, ditempuh mengikuti prosedur / langkah-langkah yang dibagi dalam 3

(tiga) tahap utama yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan yang
terdiri dari beberapa sub-tahap seperti terlihat pada Gambar 1 berikut.

PERUMUSAN
MASALAH DAN
PERTANYAAN

TAHAP
PERSIAPAN

DEFINISI
OPERASIONAL DAN
STUDI LITERATUR
SAMPEL DAN
PENYUSUNAN
INSTRUMENT
DESAIN DAN
PENGUMPULAN

TAHAP
PELAKSANAAN

DATA

PRASARANA

ANALISA
DAN
INTERPRETASI
KESIMPULAN
DAN
REKOMENDASI

TAHAP
PELAPORAN

Gambar 1 Langkah-langkah Penelitian Kualitatif
Berikut akan diuraikan secara rinci masing-masing tahapan penelitian
kualitatif tersebut.

Tahap awal dari suatu penelitian adalah mengidentifikasi permasalahan
yang ada dan menjabarkannya dalam pertanyaan-pertanyaan yang tepat. Tujuan
langkah pertama ini adalah : menentukan permasalahan sebenarnya (root causes)
dari berbagai masalah yang ada. Jadi langkah pertama ini merupakan tahap
terpenting pada suatu penelitian, apabila salah mengambil masalah yang ada, maka
jawaban hasil penelitian menjadi tidak ada artinya.

!

"# # #

#$

#

#

Pada langkah kedua dilakukan definisi operasional yaitu definisi yang
menggambarkan keadaan / perilaku yang dapat diukur dan melakukan studi
pustaka. Tujuan dari langkah kedua adalah agar kita benar-benar menguasai
permasalahan yang ada. Jadi pada langkah ini harus mencari berbagai teori dan
konsep-konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang ada, melalui studi
pustaka, yaitu melalui buku-buku referensi yang ada atau melalui laporan-laporan
yang sudah ada (sering disebut review studi) yang berkaitan dengan permasalahan
tersebut.

%

$

& '

(

Tujuan langkah ini adalah untuk menentukan sampel-sampel penelitian,
karena bila kita meneliti secara keseluruhan (100%) sample, maka akan
memerlukan waktu, biaya yang cukup besar, dll.

Pedoman wawancara juga merupakan hal yang sangat penting dalam
melakukan pengumpulan data. Instrument ini harus dibuat dengan baik, sehingga
data yang kita perlukan dapat dijaring dengan instrument tersebut.

)

#

*

Perancangan penelitian yang dimulai dengan membuat flowchart atau
kerangka pikir yang didasarkan pada definisi operasional dan studi literature yang
telah dipelajari pada langkah-langkah sebelumnya. Kemudian juga setelah
menentukan jumlah sampel dan apa saja kriterianya, maka kemudian dilakukan
pengumpulan data.

+

# #

#

Setelah data terkumpul, langkah terpenting lainnya adalah menganalisis
data dan kemudian membuat interpretasinya.

,

- #

.$

#

Langkah akhir adalah membuat kesimpulan dari hasil penelitian dan
kemudian bila merasa masih ada kekurangan, maka di usulkan suatu saran-saran
dan rekomendasi. Keberhasilan dalam pada penelitian ini tentunya tidak lepas dari
langkah-langkah yang telah dijelaskan diatas. Pada bidang pendidikan, penelitian
kualitatif sering dikenal sebagai pendekatan “naturalistic”, seperti dijelaskan oleh
Guba (1978) dan Wolf (1979) dan dikutip oleh Bogdan dan Biklen (1982:3) sebagai
berikut:

“In education, qualitative research is frequently called naturalistic because the
researcher hangs around where the events, he or she is interested in naturally
occur. And the data is ghatered by people engaging in natural behavior: talking,
visiting, looking, easting and so on.”

Lincoln dan Guba (1985) menyebutkannya hal tersebut diatas sebagai
“naturalistic inquiry” dan seorang pakar penelitian kualitatif dalam bidang
pendidikan, David D. Williams (1988:53) merumuskan “naturalistic inquiry”
sebagai berikut:
“Simply put, naturalistic inquiry is inquiry conducted in natural settings (in the
field of interest, not in laboratories), using natural methods (observation,
interviewing, thinking, writing, reading) in natural ways be people who have
natural interest in what they are studying (practitioners such as teachers,
counselors, and administrators, as well as researchers or evaluators).”

-

-

/

Selama penelitian dilaksanakan, peneliti bertindak sebagai instrument utama,
sehingga memiliki peran yang sangat penting dan menyatu dengan kegiatan penelitian.
Peneliti sebagai instrument utama penelitian sangat menentukan keberhasilan penelitian
ini. Salah satu hal terpenting adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh Peneliti.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan, diantaranya
melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi

0

1 #

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang sangat penting karena
melalui observasi secara intensif, peneliti dapat melihat adanya keterkaitan antara
fasilitas dengan mutu pembelajaran.

Berkaitan dengan fokus penelitian, maka

kegiatan observasi difokuskan untuk mengamati secara langsung, berbagai
fenomena yang terjadi di SD di Kota Bandung dan Cimahi.
Observasi dilakukan dengan cara mendatangi tempat yang diteliti secara
langsung. Selama observasi, peneliti memperhatikan apa penjelasan responden dan
peneliti mencatat hal-hal yang dianggap penting dan berkaitan langsung dengan
masalah penelitian.
Sugiono (2005:67) menyatakan bahwa dari kegiatan dari observasi pada
penelitian kualitatif diharapkan akan diperoleh data penelitian secara lebih objektif
dan dapat dipetik manfaat observasi antara lain :
E.

mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, perhatian dan

kebiasaan
F.

memungkingkan peneliti melihat dunia sebagai yang dilihat oleh subjek

penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena berdasarkan
pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya berdasarkan pandangan para
subjek saat ini.
G.

memungkinkan peneliti dapat merasakan apa yang dirasakan dan dihayati

subjek
H.

memungkinkan

pembentukan

pengetahuan

diketahui peneliti dan subjek penelitian

berdasarkan

apa

yang

!

& '

(

Wawancara digunakan untuk menggali dan memperoleh data atau informasi
yang lebih mendalam dan relevan dengan masalah yang diteliti. Wawancara yang
dilakukan bersifat terbuka dan tak berstruktur. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai pandangan
responden tentang implementasi penggunaan fasilitas sarana dan prasarana dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar di Kota Bandung.
Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dasar dan berkembang sesuai arah pembicaraan secara wajar berdasarkan ucapan
dan buah pikiran yang dicetuskan orang yang diwawancarai. Pada penelitian ini
wawancara informal lebih banyak digunakan, wawancara berlangsung dalam situasi
alamiah dan pertanyaan yang diajukan berkembang sesuai dengan respon orang
yang diwawancara.

%

#

$.

#

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk menelusuri dan
menemukan informasi tentang implementasi penggunaan sarana dan prasarana
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar di Kota Bandung dan kota
Cimahi.

-

2

-

3

Validitas data merupakan hal penting pada penelitian kualitatif, karena tingkat
validitas data mempengaruhi hasil penelitian. Tahap awal dari validitas data, adalah datadata yang didapat dari hasil pengumpulan data, harus diuji terlebih dahulu. Salah satu
metoda untuk memeriksa validitas data adalah dengan menggunakan pendekatan derajat
kepercayaan atau tingkat kredibilitas.
Metoda untuk mengetahui derajat kepercayaan antara lain dengan : (a) melakukan
pengamatan secara berkesinambungan, (b) memperpanjang waktu keikutsertaan
responden, (c) Triangulasi yaitu membandingkan data dari suatu sumber dengan sumber
lain, (d) mengupayakan referensi yang cukup, dll.
Dengan tingkat atau derajat kepercayaan yang tinggi, tentunya peneliti dapat
memiliki keyakinan yang tinggi akan kebenaran data yang dimiliki, sehingga hasil
penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

BAB V
PENGEMBANGAN MODEL HIPOTETIK
MANAJEMEN FASILITAS SEKOLAH DASAR

Berdasarkan hasil kajian penelitian, maka dapat dikatakan bahwa kondisi real
keadaan sekolah tidak seperti yang diharapkan yaitu sesuai dengan kebutuhan kurikulum
sehingga memberikan output yaitu mutu hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena
itu pada bab ini, penulis menyampaikan model manajemen fasilitas terkait beberapa
konsep pengembangan sarana dan prasarana sekolah yang dapat di lakukan oleh sekolah
yang bertujuan untuk memperbaiki manajemen fasilitas sekolah dasar.
Togar M. Sipatupang (1994:1) menyatakan pemodelan adalah proses membangun
atau membentuk suatu model dari suatu sistem nyata dalam bahasa formal tertentu.
Murphy (1990) menyatakan model disebut memadai apabila sesuai dengan tujuan dalam
pikiran analisis yaitu terkait dengan sistem, representasi, tujuan dan memadai. Pada
model akan dituangkan komponen-komponen yang terkait dengan tujuan penelitian.
Sarana dan prasarana adalah unsur penunjang dalam pelaksanaan kurikulum
sekolah, yang mencakup bangunan, perabotan, peralatan (perangkat keras dan lunak), dan
sistem pengamanan aset. Untuk meningkatkan mutu lulusan sekolah dasar dibutuhkan
pengembangan suatu sistem pengelolaan yang mencakup perencanaan, pengadaan,
pendataan, pemanfaatan, pemeliharaan, serta ikutserta dalam perkembangan teknologi
semua sarana dan prasarana.

Sarana dan prasarana sekolah sangat menunjang

keberhasilan proses belajar mengajar, jika sarana prasarananya terpenuhi maka hasil
belajar mengajar akan lancar, dan pada akhirnya tercapai tujuan pendidikan.

Berdasarkan model diatas, dapat dijelaskan hal-hal berikut:
Prinsip utama pemodelan adalah adanya input, proses dan output. Input
yang dimaksud adalah murid, proses adalah learning dan output adalah
mutu lulusan.
Mutu sekolah dasar atau mutu lulusan sekolah dasar, sangat dipengaruhi
oleh spesifikasi pendidikan yang termasuk kurikulum, sistem pembelajaran
(learning),

dan berbagai hal lainnya. Artinya bila aktivitas proses dibuat

sebaik mungkin, maka akan lebih mudah dicapai suatu peningkatan mutu
sekolah.
Manajemen fasilitas merupakan salah satu konsep dan implementasi
manajemen yang harus dilakukan oleh manajemen sekolah agar tujuan dari
peningkatan

mutu

sekolah

dasar

dapat

tercapai.

Karena

proses

pembelajaran dan isi pembelajaran dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas.
Manajemen sekolah harus dapat mengatur fasilitas dengan baik dan untuk
itu digunakan metode manajemen fasilitas yang terdiri dari perencanaan,
pengadaan, pengaturan, pemanfaatan dan pengawasan. Kelima faktor ini
harus dilaksanakan secara baik dan konsekuen, sehingga fasilitas (sarana
dan prasarana) dapat dirasakan manfaatnya secara langsung terhadap mutu
sekolah dan mutu lulusan sekolah.
Ketersediaan fasilitas dalam mendukung kurikulum dan mutu sekolah dasar
merupakan hal penting dan tidak bisa ditawar lagi. Artinya, berdasarkan

hasil

penelitian, terlihat

mutu sekolah

dasar

terpengaruh

dengan

ketersediaan fasilitas.
Demikian juga masalah mutu sekolah atau lulusan sekolah terkait dengan
permasalahan penggunaan atau pemanfaatan secara optimal fasilitas yang
dimiliki dan juga keberlanjutannya dari fasilitas yang dimiliki sekolah.
Dari hal tersebut, maka dibuat model yang ideal manajemen fasilitas untuk
menghasilkan sekolah yang bermutu.

Banyak faktor-faktor mempengaruhi dan menentukan konsep dari suatu rencana.
Secara umum diorganisir dari lingkungan sekitar dan hubungan fungsional. Beberapa
sekolah mengalami masalah yang berhubungan dengan keadaan tempat yang tidak biasa,
mulai dari lokasi, kebutuhan akan kelas yang terus bertambah. Rencana dapat tersusun
dengan mempertimbangkan ruang belajar serta pelajaran yang disampaikan kepada siswa.
Hal yang yang harus direncanakan dalam pembangunan prasarana ini dijelaskan berikut
ini.

Tahap awal pembangunan Sekolah adalah menetapkan lokasi sekolah. Hal
ini tentunya bukan hal mudah mengingat banyak sekali kendala-kendala yang
terjadi pada saat penentuan sekolah. Tetapi secara ideal ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan lokasi sekolah yaitu :

Hal ini berkaitan dengan masalah ekonomi, sosial dan perumahan
masyarakat. Sebagai perencana harus mengetahui secara seksama bagaimana
lingkungan akan berkembang apakah ke arah yang positif ataupun negatif.

Perkembangan perumahan yang potensial berkaitan dengan ukuran,
kebutuhan dan lokasi harus mengikuti peraturan atau rencana pengembangan
wilayah yang akan dilakukan oleh Pemerintah. Jadi jangan sampai kita memilih

lahan di wilayah yang akan dikembangkan peruntukannya tidak sesuai dengan
kepentingan sekolah.
Sebagai contoh mendirikan sekolah di daerah yang akan dikembangkan
sebagai hutan lindung. Hal ini tentunya sekolah sulit berkembang mengingat
kondisi tersebut akan menjadi kendala bagi perkembangan sekolah.

Hubungan dengan sekolah yang lebih tinggi seperti Sekolah Menengah
Pertama atau sekolah lebih rendah seperti taman kanak-kanak serta sekolah
setingkat perlu dipertimbangkan. Untuk sekolah-sekolah negeri, di mana umumya
terpisah dengan sekolah tingkat yang lebih tinggi, maka hal ini perlu dikaji secara
mendalam sehingga dapat suatu hasil evaluasi yang mendukung perkembangan
sekolahdi masa mendatang.

Karakteristik lokasi pembangunan sekolah berhubungan dengan lokasi mana
yang akan dibangun apakah di daerah pedesaan, perkotaan atau dipinggiran kota.
Dengan

menentukan permintaan ruang maksimum dan minimum yang

diperlukan (lokasi untuk membangun, lapangan bermain, perpakiran, jalan yang
dapat dilalui dan jasa angkutan. Di sisi struktural harus mempertimbangkan
kondisi lahan permukaan air di bawah tanah, rencana banjir, daerah aliran sungai
dan apliksi-aplikasi lain nya.

JA LU R JA LA N M A S U K

AR EA LA TAR TER BU KA
JA

LA HAN
P A R K IR

N
LA
RA
YA
JA
RD
PE
AN
AG
AN
G

JALAN TAMBAHAN

R
LU

AREA HUTAN
KAYU

Gambar 1 Daerah Analisis

Hal lain adanya batasan buiding coverage area, kondisi tanah, tempat
rekreasi, ketersediaan material, dll. Perlu dipertimbangkan secara tepat pada saat
pemilihan lokasi. Hal ini berkaitan dengan dana yang harus dikeluarkan untuk
membangun sekolah baru.

Sekolah yang baik, faktor aksesibiltas merupakan salah satu faktor penting
menunjang keberhasilan murid untuk mencapai mutu pembelajaran yang baik.
Oleh karena itu pada pelaksanaan pembangunan gedung Sekolah Dasar harus
diperhitungkan asas aksesibilitas, antara lain:
KEMUDAHAN, yaitu setiap orang dapat mencapai semua semua tempat atau
bangunan yang bersifat umum dalam lingkungan sekolah. Salah satu hal
adalah pencapaian murid ke sekolah, maka tentunya lokasi sebaiknya dipilih
yang tingkat aksesibilitasnya tinggi. Artinya banyak alternatif kendaraan

(angkutan kota, bus, ojek, dll) atau jalan (rute-rute tidak macet, nyaman, dll)
yang dapat digunakan oleh murid untuk mencapai sekolah.
KEGUNAAN, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat
atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
KESELAMATAN, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang.
KEMANDIRIAN, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan
mempergunakan semua tempat atau banguan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.

!

"
Tahap awal penataan bangunan sekolah adalah membuat rencana tapak
bangunan yang dikaitkan dengan rencana penggunaan tata guna lahan secara
optimal.

Lapangan
Bermain

Parkir

Kolam
Lapangan Bermain
Pemeriksa
Keuangan

Parkir
Pengunjung

Teknik

Lapangan Bermain
Rumah
Akademik
Parkir
Fakultas

ADM.
LRC

Rumah
Akademik

Rumah
Akademik

Layanan

Gambar 2 Rencana Tata Guna Lahan

"

#

$

%

Beberapa sekolah merencanakan / mengorganisir sekolah besar kedalam
unsur yang lebih kecil, yang biasa disebut rumah. Sekolah menyediakan
lingkungan bagi siswa, jarak antar ruangan juga menjadi pertimbangan.
Penyusunan layout bangunan tidak lepas dari rencana jumlah ruang yang akan
disediakan sekolah dan rencana pengembangan sekolah di masa mendatang. Pada
perencanaan layout ini tentunya tidak boleh melupakan fasilitas pendukung
seperti tempat parkir, lapangan bermain, dan lainnya.
Penyusunan tata letak bangunan sekolah harus didasarkan pada kebutuhan
ruang sekolah dan penataannya harus dilakukan dengan pendekatan kepentingan
kegiatan ruang tersebut. Berikut ini akan dibahas mengenai kebutuhan ruang
sekolah dasar dan bagaimana membuat tata letak yang baik.
Perancangan tata letak dapat dijabarkan mengikuti urutan kegiatan yang
dikembangkan oleh Richard Muther, yaitu melalui pendekatan yang dikenal
sebagai Systematic Layout Planning (SLP) yang digambarkan sebagai berikut:

1.Data masukan
dan aktivitas
2.Pergerakan
Guru&murid

3.Hubungan
Aktivitas
4.Diagram Hubungan
aktivitas dan pergerakan guru & murid

5.a Kebutuhan
Ruangan

5.b.Ruangan
yang tersedia
6.Diagram Hubungan
ruangan

7.a.Modifikasi

7.b.Batasan praktis

8.Pembuatan
alternatif tata letak

9.Evaluasi
SARA
Gambar 3 Langkah-langkah dasar SLP
(Tompkins J.,A.,et al)

Pada dasarnya, langkah-langkah dalam perencanaan tata letak seperti
tersebut diatas dapat dikategorikan kedalam tiga tahapan, yaitu tahap analisis
yaitu mulai dari analisis aliran material, analisis aktivitas, diagram hubungan

aktivitas (relations diagram), pertimbangan keperluan ruangan dan ruangan yang
tersedia.
Tahap yang kedua adalah tahap penelitian (research) mulai dari
perencanaan diagram hubungan ruangan sampai dengan perancangan alternatif
tata letak. Sedangkan tahap terakhir adalah proses seleksi dengan jalan
mengevaluasi alternatif tata letak yang telah dirancang.

1) Data Masukan
Langkah awal dalam perancangan tata letak adalah dengan melakukan
pengumpulan data awal. Data awal yang dimaksud meliputi jumlah target murid
yang akan menggunakan sekolah dasar tersebut dan juga kegiatan kegiatan yang
akan dilakukan oleh murid sehingga mutu pembelajaran yang sudah ditetapkan
sebelumnya dapat tercapai.

2) Pergerakan guru dan murid serta hubungan kegiatan
Pergerakan guru dan murid serta hubungan kegiatan yang di evaluasi pada
ruangan-ruangan yang ada.

3) Kebutuhan ruang
Kebutuhan akan ruang di lingkungan sekolah tidak hanya ruang kelas
belaka, akan tetapi ruang lain yang memiliki fungsi untuk menunjang kegiatan
proses pembelajaran. Ruangan yang dipergunakan dalam lingkungan sekolah
harus mampu menampung jumlah peserta didik agar siswa mendapatkan
kenyamanan dalam kegiatan belajar.

Serta ruangan lain yang dapat menunjang kurikulum sekolah, seperti
laboratorium dengan adanya praktikum dalam pembelajaran sangat di perlukan
karena akan memberikan pengalaman langsung kepada siswa bagaimana
memahami konsep. Tidak hanya peserta didik akan tetapi ruang ketenagaan
juga menjadi pertimbangan agar para pengajar dapat melakukan. Oleh
karenanya ketersediaan ruangan menjadi faktor penting dalam proses
pembelajaran.
Kelas untuk Sekolah Dasar jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
fasilitas kelas untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
Ruangan ini memerlukan beberapa fasilitas untuk mengajar beberapa mata
pelajaran seperti Bahasa Inggris, Matematika, Membaca, Kesenian dan keahlian
seperti musik, ilmu sosial dan ilmu pengetahuan. Tempat ini digunakan secara
eksklusif oleh beberapa kelompok siswa. Banyak sekolah saat ini menambahkan
fasilitas kelas dengan komputer. Ruang khusus lain yang harus ditambahkan
adalah ruang musik dan seni.

4) Keterdekatan ruang
Alokasi ruangan dalam studi ini perlu menyertakan semua unsur-unsur
dan ruang yang diperlukan oleh keseluruhan dalam mengembangkan program
kurikulum.
Hubungan-hubungan

ini diusulkan unsur-unsur lokasi dan ruang satu

sama lain dan untuk lokasi terbaik untuk perkembangan secara visual dapat
digunakan apa yang dinamakan Activity Relationship Chart (ARC).

Pada kurva ini, keterkaitan antara satu ruang dengan ruang lain
digambarkan dalam 6 kelompok berikut:
A – Sangat Diperlukan (Absolutely necessary)
B – Penting Sekali (Especially Important)
I – Penting (Important)
O – Biasa (Ordinary closeness okay)
U – Tidak penting (Unimportant)
X – Tidak diinginkan (Undersirable)

Berdasarkan hasil analisa peneliti, maka kurva ARC untuk Sekolah Dasar
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4 ARC Sekolah Dasar

5) Diagram Hubungan Aktivitas

Derajat hubungan antar ruangan pada suatu sekolah dasar disusun
berdasarkan hasil Activity Relationship Chart (ARC) dan disebut Relationship
Diagram atau Diagram Hubungan Aktivitas. Contoh dari diagram hubungan
aktivitas digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5 Activity Relationship Diagram

6) Diagram Hubungan Ruangan
Langkah selanjutnya dalam aktivitas SLP ini adalah pembuatan diagram
hubungan ruangan. Dalam proses pembuatannya yang perlu dilakukan adalah
mengevaluasi luas area yang dibutuhkan untuk semua aktivitas sekolah dasar
dan area yang tersedia.

Gambar 6 Diagram Hubungan Ruangan

7) Tata Letak bangunan
Berdasarkan data diagram hubungan ruangan, maka dapat ditentukan tata
letak bangunan sekolah dasar, termasuk masing-masing ruangan yang
dibutuhkan.
Perencanaan tata letak bangunan termasuk letak dari masing-masing ruang
sekolah dasar harus mempertimbangkan berbagai hal sebagai berikut :
o Penempatan bangunan pada site dan organisasi sub-ruang/area mengikuti
pola pengelompokan umum, pengelompokan semi privat dan kelompok
privat.
o Apabila tidak disyaratkan lain, hanya ada satu pintu gerbang masuk
kelokasi sekolah. Pintu masuk kedalam komplek bangunan hanya
disediakan dua buah. Satu melalui bangunan administrasi dan sebuah lagi
berfungsi juga sebagai jalan servis untuk kendaraan
o Pergerakan siswa dari satu ruang ke ruang yang lain, secara visual dan
auditive tidak mengganggu kegiatan lain yang sedang dilaksanakan
diruangan.
o Tata ruang luar dan dalam harus bisa mengakomodasi kehidupan sosial
yang komunikatip.
o Tercerminnya satu kontrol bagi keluar masuknya siswa, guru, pegawai dan
orang luar yang berkepentingan.

o Tata ruang luar secara keseluruhan berorientasi kedalam pada satu ruang
terbuka. Apabila situasi dan kondisi menghendaki lebih, bisa direncanakan
beberapa ruang terbuka yang lain yang saling berhubungan yang secara
keseluruhan membentuk ruang luar yang menerus (continuous space).
o Pagar keliling lokasi sekolah berfungsi utama sebagai pengaman
lingkungan secara keseluruhan disamping mendukung ciri penampilan
sekolah yang terbuka.

&

'

Desain bangunan dan lingkungan sekolah harus bisa mengakomodasi dan
mencerminkan ciri sekolah dasar secara umum maupun ciri proses pendidikan.
Suasana ruang belajar tempat siswa belajar dan bermain menampilkan ciri-ciri
efisiensi, kenyamanan, keindahan dan pelayanan yang memuaskan bagi
kebutuhan siswa. Jadi dapat dikatakan bahwa konstruksi sekolah merupakan
prasrana penting dalam kegiatan belajar mengajar. Tanpa ruang kelas yang baik,
tanpa laboratorium yang baik, dan lain-lain, dapat menyebabkan terhambatnya
kegiatan belajar mengajar. Karena itu konstruksi bangunan ini perlu mendapatkan
perhatian khusus pada saat pembangunan dan juga saat pemeliharaan.
Ciri arsitektur juga dituntut untuk memberi warna bangunan dan lingkungan
sekolah. Penampilan tersebut juga tetap mempertimbangkan masalah fungsi
sebagai bangunan pendidikan serta pertimbangan tujuan penampilan ciri daerah
dan biaya untuk pengembangannya.

Bangunan sekolah dasar yang utama adalah berkaitan dengan prasarana
sekolah yaitu berkaitan dengan ruang yang digunakan di sekolah.
Ruangan yang direncanakan harus memenuhi standar-standar yang berlaku
antara lain mencakup pencahayaan, dll.

8) Tata Cahaya
a) Sumber Penerangan
Apabila tidak disyaratkan lain, penerangan harus menggunakan cahaya
alam dengan cara perhitungan yang benar.
b) Orientasi Jendela
Jendela dengan material bening (tembus pandangan) harus dihadapkan
kearah utara atau selatan. Penyimpangan dari ketentuan ini harus ada
penyelesaian sedemikian rupa untuk menghindarkan sinar matahari masuk
langsung ke dalam ruang.
c) Jenis Penyinaran
Penerangan dalam ruang, baik secara alamiah maupun buatan harus
menghasilkan penyinaran yang merata keseluruhan ruang.
d) Intensitas Penerangan

Intensitas dan jenis penerangan pada tiap jenis ruang secara umum harus
disesuaikan dengan kebutuhan tiap jenis kegiatan yang ada pada tiap ruang.
e) Penempatan Titik Lampu
Penempatan

titik

lampu

un

Dokumen yang terkait

PANDUAN PENYUSUNAN

0 9 24

PERANAN KOMITE SEKOLAH DALAM PROGRAM PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR Peranan Komite Sekolah Dalam Program Pendidikan Di Sekolah Dasar Di Kecamatan Baturetno, Wonogiri.

0 1 16

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DALAM PENINGKATAN MUTU PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 020263 KOTA BINJAI.

0 0 28

ANALISIS KERUSAKAN DAN PERBAIKAN PADA FASILITAS PELENGKAP GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI ( Studi Kasus : Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Karanganyar ).

0 0 6

STUDI KELAYAKAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR : Studi Kasus terhadap Kesiapan Sekolah Dasar dalam Menyongsong Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah Se-Kecamatan Rancasari Kota Bandung.

0 0 56

MANAJEMEN SISTEM DISTRIBUSI BUKU ELAJARAN SEKOLAH DASAR DI JAWA BARAT : Studi Kasus Sekolah Dasar Di Kotamadya Bandung.

0 5 55

MANAJEMEN PEMBINAAN PENGAWAS SEKOLAH DASAR : Studi Kasus pada Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh.

0 0 44

SEKOLAH DASAR EFEKTIF : Studi Analisis Kontribusi Kepemimpinan Koordinatif Dan Iklim Sekolah Terhadap Sekolah Dasar Merger di Kota Bandung.

0 1 58

SEKOLAH DASAR EFEKTIF : Studi Analisis Kontribusi Kepemimpinan Koordinatif dan Iklim sekolah Terhadap Sekolah Efektif pada Sekolah Dasar Merger di Kota Bandung.

0 1 58

MODIFIKASI FASILITAS SPORT COURT MULTI FUNGSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI UNTUK SEKOLAH DASAR DI KOTA SURAKARTA (Penelitian Pengembangan Modifikasi Fasilitas Sport Court Multi Fungsi dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kota Su

1 2 1