SEKOLAH DASAR EFEKTIF : Studi Analisis Kontribusi Kepemimpinan Koordinatif Dan Iklim Sekolah Terhadap Sekolah Dasar Merger di Kota Bandung.

(1)

“SEKOLAH DASAR EFEKTIF”

(StudiAnalisisKontribusiKepemimpinanKoordinatifdanIklimsekolahTerhad apSekolahEfektifpadaSekolahDasar Merger di Kota Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh : WIDAYATI

1103364

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

SEKOLAH

DASAR EFEKTIF”

(StudiAnalisisKontribusiKepemimpinanKoordinatifdanIklimsekolahTerhad apSekolahEfektifpadaSekolahDasar Merger di Kota Bandung)

Oleh Widayati S.Pd UPI Bandung, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program StudiAdministrasiPendidikan

© Widayati 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Johar Permana, M. A. NIP. 195908141985031004

Pembimbing II,

Dr. AsepSuryana, M.Pd

NIP. 197203211999031002

DiketahuiOleh,

Ketua Program StudiAdministrasiPendidikan,

Prof. H.UdinSyaefudin Sa’ud, Ph.D NIP. 195306121981031003


(4)

ABSTRAK

SekolahDasarEfektif

StudiAnalisisKontribusiKepemimpinanKoordinatifdanIklimSekolahterhada pSekolahDasar Merger di Kota Bandung

Widayati / 1103364

Penelitian ini beranjak dari diberlakukannyakebijakan mergerpadasekolahdasardi Kota Bandung, sehinggapadaakhirnyahanyaakanada 281 sekolahdasar.Untuk mewujudkan sekolahefektifpadakondisi merger diperlukan adanya kepemimpinankoordinatifdaniklimsekolah yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi

kepemimpinankoordinatif dan iklimsekolahterhadap

sekolahefektifpadasekolahdasar merger di Kota Bandung.

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah SD merger di Kota Bandung yang berjumlah 67 SD. Sampel diambil dengan menggunakan metode simple random sampling dan diperoleh sampel sejumlah 40 SD, denganjumlahrespondensebanyak 108 orang, yang terdiridari 40 orang kepala SD dan 68 orang guru. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik kuesioner. Data yang terkumpul selanjutnya diolah menggunakan teknik analisis regresi linier.

Secaraumumhasilpenelitianmenunjukkanvariabel kepemimpinan koordinatif dan iklimsekolahberada pada kategori sangat baik. Hasil uji korelasi ketiga variabel menunjukkan tingkat hubungan yang positif dan signifikan. Kepemimpinankoordinatif berkontribusi tinggi terhadap sekolahefektif, sedangkan iklimsekolah berkontribusicukup tinggi terhadap sekolahefektif dan variabel kepemimpinankoordinatifdaniklimsekolah secara bersama-sama berkontribusi tinggi terhadap sekolahefektif.

Berdasarkan temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinankoordinatifdaniklimsekolahmemberikan kontribusi terhadap sekolahefektif di Kota Bandung. Adapun rekomendasi: 1)

memberikanpengarahankepadaparakepalasekolah merger agar

dapatmenentukantipekepemimpinan yang tepatuntukdilaksanakan di sekolah merger; 2) keterbukaan, interaksi yang bermakna, sertakomunikasi yang efektifakanmenciptakaniklimsekolah yang baikpadasekolah merger, untukmeminimalisircorporate culture; 3) meningkatkankinerja guru baikdalambidangpembelajaranmaupundalambidangadministrasi, karenasalahsatu indicator sekolahefektifadalahkinerja guru yang tinggi.


(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ………. i

ABSTRAK ………... ii

KATA PENGANTAR ………. iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………... v

DAFTAR ISI ………... vi

i DAFTAR TABEL ………... xi

DAFTAR GAMBAR ………... xi

v DAFTAR LAMPIRAN………... xv

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. LatarBelakang ……….. 1

B. IdentifikasidanPerumusanMasalah ………... 7

1. IdentifikasiMasalah ………... 7

2. PerumusanMasalah ………. 9

C. TujuanPenelitian ……….. 9

D. ManfaatPenelitian ……… 10

E. StrukturOrganisasiTesis ………. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ………. 12

A. SekolahEfektif ………. 12

1. KonsepSekolahEfektif ………... 12

2. KarakteristikdanIndikatorSekolahEfektif ……… 15

3. Factor-faktorSekolahEfektif ……….. 19

4. Input SekolahEfektif ………... 24

5. Proses SekolahEfektif ………. 25

6. Output SekolahEfektif ……… 28

7. SekolahEfektifpadaKondisi Merger/Regrouping ………. 28

B. IklimSekolah ……… 30

1. DefinisiIklimSekolah ………. 30

2. DimensiIklimSekolah ……… 34

3. Factor-faktor yang mempengaruhiIklimSekolah ………... 36

4. Jenis-jenisIklimSekolah ………. 36

5. IklimSekolahuntukSekolah yang Mengalami Merger ………….. 39

C. KepemimpinanKoordinatif ……….. 39

1. KepemimpinanBerbasisNilai………. 42


(6)

3. KepemimpinanTranformasional ………. 49

4. KepemimpinanVisioner ……….. 52

5. Koordinasi ……….. 54

6. ManfaatKoordinasi ……… 56

D. KerangkaPemikiran ………. 58

E. AsumsiPenelitian ………. 63

F. HipotesisPenelitian ……….. 64

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 65

A. MetodePenelitian ………. 65

B. PendekatanPenelitian ………... 65

C. PopulasidanSampel ………. 66

1. Populasi ……… 68

2. Sampel………. 69

D. DefinisiOperasional ………. 71

1. KepemimpinanKoordinatif ……… 71

2. IklimSekolah ……….. 72

3. SekolahEfektif ………... 72

E. TeknikPengumpulan Data ………... 73

1. TeknikAngket ……… 73

2. Instrument Penelitian ……….. 74

a. SkalaPengukuran ………. 74

b. PenyusunanInstrumen ……….. 74

3. UjiValiditasdanReliabilitas ……….. 80

a. UjiValiditas ……….. 80

b. UjiReliabilitas ……….. 82

4. HasilUjiCobaValiditasdanReliabilitas ………... 82

a. HasilUjiCobaValiditas ………... 82

b. HasilujiCobaReliabilitas ……… 87

F. TehnikAnalisis Data danUjiHipotesis ………... 89

1. UjiHomogenitas ………. 89

2. AnalisisKecenderunganDistribusi Data ……… 89

3. PengujianPersyaratanAnalisis ……….. 90

a. UjiNormalitasDistribusi Data ……….. 90

b. UjiLinearitas ………. 91

4. AnalisisKorelasi ……… 91

5. UjiRegresi ……….. 93

6. UjiHipotesis ……….. 93

a. PengujianSecara Individual ………. 94


(7)

7. ParadigmaPenelitian ……….. 95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 96

A. HasilPenelitian ………. 96

1. Seleksi Data ………. 96

2. PembobotanHasilPenelitian ………... 96

3. UjiHomogenitas ……….. 97

a. VariabelKepemimpinanKoordinatif (X1) ……….. 97

b. VariabelIklimSekolah (X2) ……….... 99

c. VariabelSekolahEfektif (Y) ……… 10

0 4. DeskripsiVariabel ………... 10

1 a. KepemimpinanKoordinatif (X1) ………. 10

2 b. IklimSekolah (X2) ………... 10

4 c. SekolahEfektif (Y) ……….. 10

7 5. UjiPersyaratanAnalisisKorelasidanRegresi ……… 10

9 a. UjiNormalitas ……….. 10

9 1) UjiNormalitasVariabelKepemimpinanKoordinatif (X1) ……… 11 0 2) UjiNormalitasVariabelIklimSekolah (X2) ………….... 11

1 3) UjiNormalitasSekolahEfektif (Y) ………... 11

3 b. UjiLinearitas ……… 11

4 1) UjiLinearitasKepemimpinanKoordinatif (X1) atasSekolahEfektif (Y) ……… 11 5 2) UjiLinearitasIklimSekolah (X2) atasSekolahEfektif (Y) ... 11 6 6. PengujianHipotesis ………. 11

6 a. KontribusiAntaraKepemimpinanKoordinatif (X1) danSekolahEfektif (Y) ………..………. 11 7 1) AnalisisKoefisienKorelasi ………... 11


(8)

7

2) UjiSignifikasiKorelasi ………. 11

8

3) AnalisisKoefisienDeterminasi ………. 11

8

4) AnalisisRegresi ………. 11

9 b. KontribusiAntaraIklimSekolah (X2) danSekolahEfektif (Y)

……….

12 0

1) AnalisisKoefisienKorelasi ………... 12

0

2) UjiSignifikasiKorelasi ………. 12

1

3) AnalisisKoefisienDeterminasi ………. 12

2

4) AnalisisRegresi ………. 12

2 c. KepemimpinanKoordinatif (X1) danIklimSekolah (X2)

SecaraBersama-samaMemilikiKontribusiTerhadapSekolahEfektif

(Y) ……….

12 3

1) AnalisisKoefisienKorelasiGanda ……… 12

3

2) UjiSignifikasiKorelasiGanda ……….. 12

4

3) AnalisisKoefisienDeterminasi ……….. 12

5

4) AnalisisRegresiGanda ……….. 12

5 7. InterpretasiHasilAnalisisKorelasidanRegresi ………. 12

6

B. Pembahasan ……….. 12

7 1. GambaranKepemimpinanKoordinatifpadaSekolah Merger di Kota

Bandung ………..………

12 7 2. GambaranIklimSekolahpadaSekolah Merger di Kota Bandung.. 12

9 3. GambaranSekolahEfektifpadaSekolah Merger di Kota

Bandung………

13 0 4. AnalisisKontribusiKepemimpinanKoordinatifterhadapSekolahEfektif

padaSekolahDasar Merger di Kota Bandung ………

13 2


(9)

5. AnalisisKontribusiIklimSekolahterhadapSekolahEfektifpadaSekolahD

asar Merger di Kota Bandung ……….

13 3 6. AnalisisKontribusiKepemimpinanKoordinatifdanIklimSekolahterhada

pSekolahEfektifpadaSekolahDasar Merger di Kota Bandung

………..

13 4 C. PengembanganIndikatortentangKepemimpinanKoordinatif ……… 13

5

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 13

9

A. Kesimpulan………. 13

9

B. Rekomendasi ……… 13

9

DaftarPustaka ………. 14

3

Lampiran 14


(10)

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

Sekolah sebagai institusi tidaklah berdiri sendiri.Sekolah berkaitan erat dengan nilai, budaya, dan kebiasaan yang hadir di masyarakat. Sekolah merupakan ujung tombak dari proses modernisasi (agent of change) yang diupayakan melalui kebijakan sekolah. Komponen dalam sekolah meliputi guru, siswa,dan staf administrasi yang masing–masing mempunyai tugas tertentu dalam melancarkan program.Sebagai institusi pendidikan formal, sekolah dituntut untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan akademis tertentu, keterampilan, sikap, dan mental, serta kepribadian lainnya sehingga mereka dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja pada lapangan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan keahliannya. Keberhasilan sekolah merupakan ukuran yang bersifat mikro atau khusus yang didasarkan pada tujuan pendidikan nasional serta sejauh mana tujuan tersebut dapat dicapai tujuan dan sasaran pendidikan yang telah ditetapkan.

Dalam pelaksanaannya, penyelenggaraan pendidikan di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.Fungsi dan tujuan standar pendidikan yaitu :

 Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu

 Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.


(11)

 Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan nasional berpusat pada peserta didik agar dapat: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakandan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi oranglain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajaryang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Untuk menjamin terwujudnya haltersebut diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai.Sarana danprasarana yang memadai tersebut harus memenuhi ketentuan minimum yangditetapkan dalam standar sarana dan prasarana (PP No. 24/2007: 1).

Untuk memenuhi ketentuan minimum yang ditetapkan dalam standar sarana dan prasarana, pemerintah Kota Bandung, dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Bandung mengeluarkan kebijakan merger dan regrouping pada jenjang sekolah dasar. Kebijakan program merger dan regrouping sekolah dasar (SD) di Kota Bandung telah dimulai sejak 2007 silam, dari 1.000 SD/MI negeri dan swasta, baru 129 SD/MI yang sudah terkena program tersebut (data tahun 2009). Menurut Kabid TK/SD Kota Bandung, Dinas Pendidikan Kota Bandung menargetkan, pada 2013 mendatang jumlah SD/MI menjadi hanya 281 sekolah. Kebijakan ini bertujuan sebagai efisiensi dan kemudahan dalam pengawasan. Selain itu merger dan regrouping juga akan mendorong SD/MI menjadi sekolah bertaraf nasional dan juga internasional seperti tingkat pendidikan lainnya. Sebab, salah satu syarat untuk menjadi SSN atau SBI, sekolah harus berbentuk sekolah tunggal dan tidak boleh mengadakan kelas siang.Data yang ada di bidang TK/SD Dinas Pendidikan Kota Bandung, saat ini dari 736 sekolah dasar negeri di Kota Bandung telah dilakukan merger dan regrouping menjadi 575 sekolah dasar, dengan jumlah kepala sekolah sebanyak 375 orang. (data Juni 2013). Dan kemungkinan jumlahnya telah berubah, mengingat telah dilakukannya rotasi dan mutasi serta periodesasi kepala sekolah.


(12)

Beberapa sekolah dasar di Kota Bandung yang mengalami merger/regrouping diantaranya adalah SDN Sukalaksana yang asalnya berjumlah lima SD sekarang menjadi dua sekolah dengan satu kepala sekolah. SDN Padasuka yang asalnya berjumlah tujuh, dimerger menjadi lima sekolah dengan dua kepala sekolah. SDN Cicadas yang asalnya berjumlah tujuh sekolah, dilebur menjadi dua sekolah dengan satu kepala sekolah. SDN Babakan Tarogong darienam sekolah dilebur menjadi lima sekolah dengan satu kepala sekolah.

Dalam dunia pedidikan merger berarti menggabungkan dua atau beberapa sekolah (lembaga) di bawah satu kepemimpinan yang bertujuan untuk efisiensi dan memudahkan pengawasan serta mengoptimalkan manajemen sekolah. Yang nantinya berimbas pada kemudahan dalam pengelolaan seluruh aspek pendidikan, seperti pengelolaan tenaga pendidik maupun pengelolaan dana. Efek positif dari merger ini diharapkan akan mendongkrak kinerja dan profesionalisme baik itu tenaga pendidik dan kependidikan maupun kualitas layanan dari pelaku-pelaku dunia pendidikan.

Berdasarkan pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung yang mengatakan bahwa rencananya hanya akan ada 281 sekolah dasar negeri di Kota Bandung, berarti 290 sekolah dasar akan dimerger. Kenyataan ini membutuhkan satu bentuk kepemimpinan yang cocok untuk dapat diterapkan di sekolah-sekolah tersebut.Hal ini tentu untuk mendukung tujuan utama diberlakukannya merger, yaitu efektifitas dan efisiensi penyelengaraan pengajaran di Kota Bandung. Kesalahan pemimpin dalam menerapkan pendekatan kepemimpinan pada sekolah merger akan berdampak pada kualitas sekolah merger tersebut. terutama untuk sekolah-sekolah merger dengan kriteria terdapat dua kepala sekolah ataupun dua sekolah dalam satu komplek bangunan yang sama. Bentuk kepemimpinan yang mengedepankan koordinasi akan sangat diperlukan untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi pada sekolah tersebut.

Kesuksesan suatu lembaga penyelenggara pendidikan dapat dilihat dari mutu dan proses penyelenggaraanya. Ketika mutu suatu lembaga sudah bagus maka tentu outputnya akan bagus. Demikian juga dengan prosesnya. Dari proses yang baik kemungkinan akan timbul hasil yang baik pula. Jika diperhatikan, ada empat


(13)

tipe sekolah dilihat dari mutu dan proses pendidikannya, yaitu: 1) bad school; 2)

good school; 3) effective school; dan 4) excellence school. Bad school adalah

gambaran sekolah yang memiliki input baik namun proses pendidikan dan outputnya tidak bermutu. Good school adalah sekolah atau lembaga pendidikan yang memiliki input, proses pendidikan, dan output yang baik. Effective school adalah sekolah yang mungkin memiliki input baik atau kurang baik, proses pendidikannya sangat baik dan outputnya baik atau bermutu. Excellence school merupakan sekolah yang memiliki input, proses, dan output pendidikan sangat baik, jadi sejak pertama kali masuk sampai keluaran dari sekolah tersebut benar-benar sangat baik.

Dari empat kategori sekolah di atas, dapat kita simpulkan bahwa sekolah effektif (Effective school) adalah salah satu konsep sekolah yang dapat kita kaji lebih lanjut. Mengingat tidak semua input dari sekolah itu baik,banyak sekali sekolah terutama yang berada di daerah tertinggal mengalami bad input. Namun, buruknya input yang diterima oleh sekolah tidak menjadi alasan utama untuk tidak menghasilkan output yang baik. Karena banyak factor selain input yang membuat output sekolah baik atau buruk, seperti masalah sumber daya yang belum cukup handal, sistem pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada kuantitas dari pada kualitas, masalah-masalah yang terkait dengan kurikulum, proses pembelajaran, dan sistem evaluasi yang masih bersifat parsial terhadap tujuan pendidikan nasional, manajemen pendidikan dan kinerja mengajar guru dan dosen lebih menitikberatkan pada tuntutan administratif bukan kapada budaya belajar yang bermutu, perubahan berbagai kebijakan dan kurikulum pendidikan yang belum mampu menjawab kualitas proses dan mutu lulusan, peningkatan anggaran pendidikan belum mampu menciptakan kultur mengajar guru dan budaya belajar siswa, pelaksanaan standar nasional pendidikan belum didukung oleh sistem, kultur dan kinerja mengajar, serta budaya belajar secara komprehensip, penyempitan makna pendidikan menjadi pengajaran, dan pendidikan belum didesain menghasilkan output yang jujur, adil, dan bermartabat.

Dengan kata lain pengertian tentang Efektivitas Sekolah menurut Cheng (dalam Komariah, Aan & Triatna, Cepi,2005:35), yakni Efektivitas Sekolah


(14)

menunjukkan pada kemampuan sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan. Fungsi ekonomis sekolah adalah memberi bekal kepada siswa agar dapat melakukan aktivitas ekonomi sehingga dapat hidup sejahtera.Fungsi sosial kemanusiaan sekolah adalah sebagai media bagi siswa untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat.Fungsi politis sekolah adalah sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara.Fungsi budaya adalah media untuk melakukan transmisi dan transformasi budaya. Adapun fungsi pendidikan adalah sekolah sebagai wahana untuk proses pendewasaan dan pembentukan kepribadian siswa.

Hoy dan Miskel (2008 : 302) dalam bukunya menulis bahwa keefektifan sekolah dapat dilihat dari tiga indicator, yaitu input, proses transformasi, dan output. Indicator input terdiri dari monetary dan non monetary. Sumber monetary seperti pajak, dana, atau benda-benda yang dapat dibeli dengan uang. Sedangkan non moneter meliputi standard dan kebijakan pendidikan, struktur politik, rencana organisasi, dukungan orang tua, dan intake siswa. Sedangkan proses transformasi dipengaruhi oleh cultural system, structural system, political system, dan

individual system.

Selain dari input, dan proses penyelenggaraan pendidikan, keefektifan sebuah sekolah juga dapat dilihat dari outputnya. Hoy dan Miskel (2008:302) menyatakan bahwa keefektifan penyelengaraan pendidikan berimbas pada prestasi, kepuasan kerja, absensi, tingkat putus sekolah, dan kualitas sekolah.

Penilaian efektivitas sekolah perlu dilakukan dengan cara mengkaji bagaimana seluruh komponen sekolah itu berinteraksi satu sama lain secara terpadu dalam mendukung keberhasilan pendidikan di sekolah. Bank Dunia (2000) mengidentifikasi ada empat kelompok karakteristik sekolah efektif, yang salah satu diantaranya adalah iklim sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Scheerens dan Bosker (Hoy dan Miskel, 2008 : 303) bahwa karakteristik sekolah efektif adalah kepemimpinan yang kuat dan iklim sekolah.

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan mengkoordinasi personel organisasi agar dapat secara bersama-sama menyamakan visi dan bekerja


(15)

bersama-sama untuk merealisasikan tujuan organisasi. Koordinasi adalah kegiatan dalam mengelola, membuat perbedaan orang atau sesuatu, yang dikerjakan untuk meraih tujuan, atau pengaruh yang ditujukan untuk memenuhi tujuan organisasi. Koordinasi berarti juga merupakan fungsi manajemen dalam kegiatan yang berbeda dari kegiatan yang saling terkait.Sedangkan dimensi koordinasi dalam fungsi manajemen (Mulyasa, 2011:213) adalah sebagai : 1) perencanaan; 2)pengelolaan;3)susunan kepegawaian;4)mengarahkan; 5) mengkomunikasikan; 6) memotivasi; 7) memimpin;8) pengawasan.

Dapat dikatakan bahwa ada keeratan antara kepemimpinan dan koordinasi. Kepemimpinan tumbuh melalui proses koordinasi, baik itu koordinasi secara intern (kepala sekolah dengan guru) maupun koordinasi dengan luar organisasi/lembaga. Koordinasi menjadi bagian penting dalam kepemimpinan. Salah satu indikator kepemimpinan yang efektif adalah kemampuan pemimpin untuk mengkoordinasi tugas, bawahan, maupun relasi atau stakeholder yang lain untuk bersama-sama mencapai tujuan yang ditetapkan.

Iklim sekolah didefinisikan sebagai seperangkat ciri internal yang membedakan satu sekolah dari yang lain dan mempengaruhi tingkah laku manusia. Jadi, dapat dikatakan bahwa iklim sekolah adalah kondisi sekolah yang diwujudkan berdasarkan seperangkat nilai atau norma, kebiasaan, dan ditopang sarana–prasarana. Kondisi tersebut berusaha dipertahankan oleh kepala sekolah, guru, dan siswa dalam upaya peningkatan, pertumbuhan, dan pengembangan sekolah dalam mencapai visi dan misinya.Mengapa iklim sekolah begitu penting dalam menciptakan sekolah efektif?Karena iklim erat kaitannya dengan budaya organisasi.Menurut Fralicx dan Bolster (Appelbaum et al., dalamIndustrial and

commercial Training Journal, vol. 39 No. 4 2007:192) menyatakan bahwa budaya

dapat menjadi factor pembuat atau perusak kesuksesan merger.Iklim tidak dapat dilihat dan disentuh, tetapi ia ada seperti udara dalam ruangan. Ia mengitari dan mempengaruhi segala hal yang terjadi dalam suatu organisasi. Iklim dapat mempengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan kerja (Keith Davis, 185:23).Iklim organisasi menggambarkan persepsi yang didukung bersama oleh anggota organisasi. (Hoy dan Miskel, 2008 : 198).Iklim organisasi yang tidak kondusif


(16)

akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas organisasi. Juga secara psikologis akan menyebabkan ketidaknyamanan personel organisasi, yang akan berpengaruh pada ketidaksuksesan tujuan merger.

Beberapa penelitian tentang efektifitas penyelengaraan pendidikan melalui merger atau regrouping pernah dilakukan sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dwi Budi Susanto (2009) terhadap sekolah merger/regrouping di Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan.

Sedangkan penelitian tentang iklim sekolah dan sekolah efektif pernah dilakukan oleh J. Eric Tubbs dan Mary Garner (2008) yang menyimpulkan bahwa iklim sekolah mempengaruhi sekolah dan personel dalam sekolah tersebut, yang berimbas pada penyelenggaraan sekolah secara efektif.

Berdasar pada elaborasi permasalahan dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang kontribusi kepemimpinan koordinatif dan iklim sekolah terhadap sekolah efektif pada sekolah dasar merger di Kota Bandung.

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Secara konseptual, implementasi dari efektifitas penyelenggaraan pendidikan adalah sekolah efektif.Beberapa penelitian yang dilakukan menemukan beberapa factor yang mempengaruhi terciptanya sekolah efektif atau keefektifan penyelenggaraan pendidikan. Factor-faktor tesebut diantaranya, yaitu :leaderships, managing people, managing the organizational, managing change,

supporting inputs, enabling conditions, school climate, dan teaching learning process.

Agar lebih mudah untuk memahami identifikasi masalah, penulis menggambarkan factor-faktor yang mempengaruhi sekolah efektif berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain ke dalam gambar berikut :


(17)

Gambar 1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi sekolah Efektif

Sumber : Everard K.B, at al (2004); Hoy & Miskel (2008)

Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil pengamatan studi pendahuluan di lapangan, penulis menemukan adanya permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu :

1) Menciptakan sekolah efektif tidaklah mudah, terutama jika sekolah tersebut mengalami regrouping atau merger. Benturan corporate culture yang terjadi sangat mempengaruhi psikologi organisasi, yang berimbas pada iklim sekolah. Dalam hal ini kemampuan kepala sekolah dalam manajemen konflik sangat diperlukan.

2) Rendahnya kemampuan kepala sekolah dalam menularkan visi organisasi, serta kemampuan untuk menumbuhkan simpati dan empati personel organisasi agar dapat bertransformasi kearah yang lebih baik. Sehingga pada akhirnya personel organisasi akan sadar untuk mendahulukan kepentingan organisasi daripada kepentingan pribadinya.

3) Kemampuan kepala sekolah dalam mengelola organisasi, terutama dalam mengkoordinasi semua personel yang ada dalam organisasi yang dipimpinnya.

4) Kesediaan semua personel organisasi untuk menerima perubahan yang terjadi. Dalam hal ini adalah perubahan kebijakan pimpinan organisasi.

Managing People

Sekolah Efektif (Y)

Teaching Learning Process

School Climate (X2)

Enabling Conditions

Supporting Inputs Managing The

Organizational

Managing Change

Leaderships (X1)


(18)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan, agar tidak terlalu melebar sehubungan dengan keterbatasan waktu, dan kemampuan penulis untuk melakukan penelitian, maka permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah :“Seberapa besar kontribusi kepemimpinan koordinatif dan iklim

sekolah terhadap Sekolah Efektif pada Sekolah Dasar Merger di Kota Bandung?”

Pertanyaan tersebut dapat dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1) Bagaimana gambaran kepemimpinan koordinatif padasekolah dasar merger di Kota Bandung?

2) Bagaimana gambaran iklim sekolah pada sekolah dasar merger di Kota Bandung?

3) Bagaimana gambaran sekolah efektif pada sekolah dasar merger di Kota Bandung?

4) Seberapa besar kontribusi kepemimpinan koordinatif terhadap sekolah efektif pada sekolah dasar merger di Kota Bandung?

5) Seberapa besar kontribusi iklim sekolah terhadap sekolah efektif pada sekolah dasar merger di Kota Bandung?

6) Seberapa besar kontribusi kepemimpinan koordinatif dan iklim sekolah terhadap sekolah efektif pada sekolah dasar merger di Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1) Mendeskripsikan kepemimpinan koordinatif pada sekolah dasar merger di Kota Bandung.

2) Mendeskripsikan iklim sekolah pada sekolah dasar merger di Kota Bandung. 3) Mendeskripsikan sekolah efektif pada sekolah dasar merger di Kota Bandung. 4) Untuk menganalisis seberapa tinggi kontribusi kepemimpinan koordinatif


(19)

5) Untuk menganalisis seberapa tinggi kontribusi iklim sekolah terhadap sekolah efektif pada sekolah dasar merger di Kota Bandung.

6) Untuk menganalisis seberapa tinggi kontribusi kepemimpinan koordinatif dan iklim sekolah terhadap sekolah efektif pada sekolah dasar merger di Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian merupakan “follow up penggunaan informasi atau jawaban yang tertera dalam kesimpulan penelitian” (Arikunto, 2006:61). Secara umum, penelitian ini memberikan gambaran mengenai pembentukan sekolah efektif pada sekolah merger. Secara teoritik manfaat penelitian ini adalah:

1) Memberikan wawasan bagi pengembangan ilmu administrasi pendidikan terutama yang berhubungan dengan sekolah efektif, kepemimpinan koordinatif, dan iklim sekolah.

2) Menjadi masukan bagi peneliti lebih lanjut terhadap sekolah efektif, kepemimpinan koordinatif, serta iklim sekolah yang belum tercakup dalam penelitian ini

Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk :

1) Penelitian ini bermanfaat bagi kepala sekolah / pengelola penyelenggara pendidikan, terutama bagi para kepala sekolah yang insitusinya mengalami merger, yaitu bagaimana membentuk sekolah efektif melalui kepemimpinan koordinatif.

2) Memberikan masukan kepada semua personel yang berada dalam institusi/sekolah yang mengalami merger, agar dapat berkontribusi lebih positif selama kegiatan merger berlangsung, agar tercipta iklim sekolah yang kondusif yang berimbas pada terciptanya sekolah efektif.

3) Memberikan dasar acuan dalam penyusunan juknis tentang kepemimpinan koordinatif bagi sekolah-sekolah merger.

4) Memberikan masukan kepada para pemangku kebijakan sebagai pertimbangan apakah program merger/regrouping yang dilakukan pada sekolah dasar di Kota Bandung ada manfaatnya dan dapat terus dilakukan.


(20)

E. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis ini disusun secara sistematis, untuk memudahkan pembaca memahami isi dari penelitian. Adapun struktur organisasi dalam penulisan tesis ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan awal dari penelitian, yang berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau signifikasi penelitian.Serta struktur urutan pembahasan tesis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik untuk penelitian ini, yang mengarahkan pertanyaan penelitian sebagai dasar pemikiran dan pemecahan masalah sebagai dasar kerangka pikir, untuk selanjutnya diperoleh hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang populasi dan subjek penelitian, desain dan metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, serta tehnik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi keseluruhan data dari hasil kuesioner, yang kemudian diolah berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan untuk menghasilkan hasil analisis data.Hasil analisis data kemudian dikaitkan dengan permasalahan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan berisi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.Sedangkan saran atau rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan ditujukan kepada para pembuat kebijakan, para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya, untuk pemecahan masalah di lapangan atau


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2008:3). Data yang dikumpulkan didapat berdasarkan langkah-langkah sistematis, menurut aturan tertentu,rasional, dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.Metodologi dalam penelitian ini mencakup metode penelitian, pendekatan penelitian, populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data.

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor, fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.Metode ini juga ditujukan untuk memecahkan masalah yang sedang terjadi saat ini.Seperti yang diutarakan oleh Suharsaputra (2012:42) bahwa “metode deskriptif adalah metode penelitian yang secara sederhana menjelaskan fenomena yang ada dengan menggunakan angka untuk mengelompokkan individu atau kelompok”.

Metode ini digunakan karena masalah yang diteliti terpusat pada masalah actual dan berada pada saat penelitian dilakukan, dengan data yang diperolehmelalui prosedur pengumpulan data, pengolahan data kemudian dianalisis dan selanjutnya ditarik kesimpulan dari data yang terkumpul.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.Disebut kuantitatif karena merupakan pendekatan penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena dengan menggunakan data numeric, kemudian dianalisis yang umumnya menggunakan statistik (Suharsaputra, Uhar, 2012:49). Pendekatan ini diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, yang melihat bahwa kebenaranberada dalam


(22)

fakta-faktayang dapat dibuktikan atau diuji secara empiris; digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan (Sugiyono, 2008:14). Analisis penelitian dilakukan melalui korelasi sederhana dan korelasi ganda, yang bertujuan untuk menguji besarnya pengaruh yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi antar variabel kepemimpinan koordinatif (X1), iklim sekolah (X2) terhadap sekolah efektif (Y).Dengan objek dan lokasi penelitian adalah sekolah dasar merger di Kota Bandung.Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan angket dengan skala likert.

C. Populasi dan Sampel

Sebagaimana telah disebutkan dalam latar belakang masalah, inti kajian dalam penelitian ini adalah kepemimpinan seperti apa yang cocok untuk diterapkan pada sekolah merger. Penulis melihat bahwa aspek tersebut diduga sebagai kekuatan strategis yang perlu dibina dan dikembangkan secara simultan dalam upaya menciptakan sekolah efektif pada sekolah merger.Sedangkan perspektif atau sudut pandang yang penulis gunakan untuk mengkaji masalah sekolah efektif adalah dari kepemimpinan koordinatif dan iklim sekolah.

Pemilihan lokasi penelitian di SD merger yang berada di kota Bandung didasarkan atas pertimbangan objektif sesuai dengan tujuan penelitian serta didasarkan atas kemudahan mencari data.Sedangkan data sekolah dasar merger yang digunakan pada penelitian ini adalah data dari kegiatan UNSD 2013, karena merupakan data yang terbaru.Dari data tersebut terlihat kriteria sekolah yang dimerger.Dari 120 sekolah dasar yang mengalami merger pada tahun 2012-2013, terdapat 23 karakteristik sekolah yang demerger. Berikut kriteria sekolah merger di Kota Bandung:


(23)

Tabel 3.1

Kriteria Sekolah Dasar Merger di Kota Bandung

NO KRITERIA JUMLAH

SEKOLAH

1 3 SD, 1 kepala sekolah 12

2 2 SD, 1 kepala sekolah 49

3 2 SD menjadi 1 SD 10

4 4 SD menjadi 3 SD, 1 kepala sekolah 4

5 5 SD, 2 kepala sekolah 6

6 8 SD menjadi 6 SD, 2 kepala sekolah 1 7 5 SD menjadi 4 SD, 2 kepala sekolah 1 8 5 SD menjadi 4 SD, 1 kepala sekolah 2

9 6 SD, 1 kepala sekolah 2

10 4 SD, 1 kepala sekolah 9

11 4 SD, 2 kepala sekolah 4

12 3 SD menjadi 2 SD, 1 kepala sekolah 5

13 7 SD, 2 kepala sekolah 1

14 7 SD menjadi 5 SD, 2 kepala sekolah 1

15 5 SD, 3 kepala sekolah 1

16 6 SD, 3 kepala sekolah 1

17 3 SD, 2 kepala sekolah 4

18 5 SD, 1 kepala sekolah 1

19 6 SD menjadi 4 SD, 1 kepala sekolah 1 20 4 sd menjadi 2 SD, 1 kepala sekolah 2

21 6 SD, 2 kepala sekolah 1

22 4 SD menjadi 3 SD, 2 kepala sekolah 1 23 6 SD menjadi 5 SD, 3 kepala sekolah 1

Jumlah 120


(24)

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dam karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:61). Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2013:61).

Untuk penelitian ini, kami menetapkan kriteria pada sekolah merger yang akan dijadikan lokasi penelitian. Kriteria itu adalah sekolah dasar merger tersebut merupakan sekolah dasar merger yang berasal dari tiga atau lebih sekolah menjadi satu sekolah, ataupun tiga atau lebih sekolah yang hanya mempunyai satu kepala sekolah.Pemberian kriteria ini dimaksudkan karena sekolah dasar merger dan regroping seperti yang termasuk dalam kriteria mempunyai permasalahan yang lebih kompleks dan rumit.

Tabel 3.2

Daftar SD yang mengalami merger dan regrouping berdasarkan Data per Subrayon

No Subrayon Populasi

Jumlah Sekolah Jumlah Guru

1 Subrayon 1 2 89

2 Subrayon 2 4 149

3 Subrayon 3 2 99

4 Subrayon 4 5 286

5 Subrayon 5 7 413

6 Subrayon 6 11 464

7 Subrayon 7 4 303

8 Subrayon 8 4 153

9 Subrayon 9 2 154

10 Subrayon 10 5 170

11 Subrayon 11 5 332

12 Subrayon 12 1 35

13 Subrayon 13 6 309

14 Subrayon 14 4 205

15 Subrayon 15 5 259

Jumlah 67 3420


(25)

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi (Sugiyono, 2008:118).Penentuan sampel digunakan bila populasi besar, dan peneliti mengalami keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga.Namun demikian, sampel yang digunakan haruslah bagian dari populasi yang benar-benar representative, sehingga data yang terkumpul bisa digeneralisasikan terhadap populasi tersebut.

Sedangkan teknik yang digunakan adalah probability sampling. Menurut Sugiyono (2008:120) probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi.Lebih khususnya penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple

Random Sampling.Teknik ini digunakan karena populasi mempunyai anggota/unsur yang homogen (Sugiyono, 2008: 120).

Penentuan ukuran sampel menggunakan rumus Slovindalam Riduwan (2010:65) sebagai berikut:

� = �

�.�2+ 1

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi = 68 sekolah

d2 = Presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 90 %)

Presisi yang ditetapkan dalam penelitian ini sebesar 10%, sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah :

�= �

�.�2+ 1

=

67

67.(0,1)2+1

=

67

1,67


(26)

Tabel 3.3

Alokasi Proporsi Pengambilan Sampel Terhadap Sekolah

No Sub

rayon Nama Sekolah Kriteria

Jumlah Guru

Sampel Kepala

Sekolah Guru Jumlah 1 1 SDN CARINGIN 3 SD, 1 kepala sekolah 42 1 1 2 2

2 SDN COBLONG 1, 3, 6

4 SD menjadi 3 SD,

1 kepala sekolah 64 1 2 3 3 SDN PASIRKALIKI 139 31 SD, 1 kepala sekolah 22 1 1 2 4 3 SDN JATAYU 1, 2, 3, 5 5 SD menjadi 4 SD,

1 kepala sekolah 60 1 2 3 5

4

SDN CIKUTRA 1, 2, 3, 4, 5, 6 6 SD, 1 kepala sekolah 95 1 4 5 6 SDN HAURPANCUH 1, 2, 3, 4 4 SD, 1 kepala sekolah 52 1 2 3 7 SDN SUKALUYU 1, 2, 3, 4 4 SD, 1 kepala sekolah 51 1 2 3 8

5

SDN AWIGOMBONG 3, 4, 1 3 SD, 1 kepala sekolah 34 1 1 2 9 SDN CICADAS 4, 21, 22 4 SD menjadi 3 SD,

1 kepala sekolah 36 1 2 3 10 SDN PADASUKA 1, 2, 4, 5, 6,

7

7 SD menjadi 5 SD,

2 kepala sekolah 81 2 2 4 11 SDN SALUYU 1, 2, 3 3 SD, 1 kepala sekolah 36 1 1 2 12 SDN CICADAS 1, 5, 6 4 SD menjadi 3 SD,

1 kepala sekolah 72 1 3 4 13

6

SDN BINONGJATI 1, 2, 3, 4 4 SD 1 kepala sekolah 50 1 2 3 14 SDN PINDAD 1, 2, 3 3 SD 1 kepala sekolah 39 1 1 2 15 SDN SUKALAKSANA 1, 2 5 SD menjadi 2 SD,

1 kepala sekolah 58 1 2 3 16 SDN SEKEJATI 3, 4, 6 5 SD 1 kepala sekolah 41 1 1 2 17 SDN BABAKAN SENTRAL 3,

1, 4

4 SD menjadi 3 SD,

1 kepala sekolah 41 1 1 2 18 SDN SUKAPURA 1, 2, 3 6 SD menjadi 5 SD,

2 kepala sekolah 37 2 1 3 19 SDN BABAKAN SINYAR 1,

3, 4

4 SD 1 kepala sekolah

37 1 2 3

20 7

SDN CISARANTEN KULON 1 , 3+2, 4

4 SD menjadi 2 SD,

1 kepala sekolah 43 1 1 2 21 SDN CIPOREAT 1, 2, 3, 4 4 SD 1 kepala sekolah 68 1 2 3 22

8 SDN CIBIRU 1, 5, 7 3 SD 1 kepala sekolah 55 1 2 3 23 SDN CILENGKRANG 1, 2, 3 3 SD 1 kepala sekolah 28 1 1 2 24 9 SDN CENTEH 1, 2, 3, 4, 5, 6 6 SD 1 kepala sekolah 79 1 3 4 25

10

SDN BUAH BATU 4, 7, 9 3 SD 1 kepala sekolah 38 1 1 2 26 SDN BUAH BATU UTARA 2 SD menjadi 1 SD,

1 kepala sekolah 27 1 1 2 27 MARGACINTA 1, 2 3 SD menjadi 2 SD,

1 kepala sekolah 28 1 1 2 28

11

SDN DURMAN 1, 3, 4 3 SD menjadi 1 SD,

1 kepala sekolah 25 1 1 2 29 SDN CIUJUNG 1, 2, 3, 4 4 SD menjadi 3 SD,

1 kepala sekolah 59 1 2 3 30 SDN MERDEKA 5 (1, 2, 3, 4, 5,

6)

6 SD 1 kepala sekolah

88 1 3 4

31 12 SDN SAYURAN 1, 4, 5 3 SD 1 kepala sekolah 35 1 1 2 32

13

SDN KOPO 1+2, 3+4 4 SD menjadi 2 SD,

1 kepala sekolah 41 1 1 2 33 SDN PAGARSIH 1, 2, 5, 6 4 SD menjadi 3 SD,

1 kepala sekolah 50 1 2 3 34 SDN PAJAGALAN 47 (1, 2, 3) 3 SD menjadi 2 SD,

1 kepala sekolah 43 1 1 2 35 SDN MOHAMMAD TOHA 1,

2, 3, 4

4 SD 1 kepala sekolah


(27)

No Sub

rayon Nama Sekolah Kriteria

Jumlah Guru

Sampel Kepala

Sekolah Guru Jumlah 36

14 SDN LEUWI PANJANG

2 SD menjadi 1 SD,

1 kepala sekolah 54 1 2 3 37 SDN CIBADUYUT 1, 2, 3 3 SD 1 kepala sekolah 49 1 2 3 38

15

SDN BABAKAN 1, 2, 3 3 SD 1 kepala sekolah 36 1 1 2 39 SDN BABAKAN TAROGONG

1,2, 3, 4, 5, 6

6 SD menjadi 5 SD,

1 kepala sekolah 70 1 3 4 40 SDN SITUGUNTING 1, 2, 3, 4 4 SD 1 kepala sekolah 51 1 2 3

JUMLAH 1971 41 67 108

D. Definisi Operasional

1. Kepemimpinan Koordinatif (X1)

Kepemimpinan dapat didefinisikan secara luas sebagai suatu proses sosial di mana anggota atau anggota kelompok atau organisasi mempengaruhi interpretasi terhadap peristiwa internal dan eksternal, pilihan tujuan atau hasil yang diinginkan, organisasi kegiatan kerja, motivasi individu (Yulk ,2002; Hoy dan Miskel, 2008).

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kepemimpinan koordinatif adalah keterampilan seorang pemimpin untuk mengkombinasikan dua atau lebih hampiran kepemimpinan, yang digunakan pada situasi tertentu.Sedangkan hampiran kepemimpinan yang mendekati untuk digunakan dalam kondisi merger/regrouping adalah kepemimpinan berbasis nilai, kepemimpinan transaksional, kepemimpinan transformasional, dan kepemimpinan visioner

Tabel 3.4

Hampiran/pendekatankepemimpinan yang digunakan dalam situasi merger dan regrouping Kepemimpinan Berbasis Nilai Kepemimpinan Transaksional Kepemimpinan Tranformasional Kepemimpinan Visioner

 Tidak ditentukan oleh posisi

 Berorientasi pada nilai

 Berorientasi pada pemberdayaan  Keputusan berdasarkan patisipasi kelompok (http://leadershipproject. net/vblversustradleader. html)

 Bergantung pada hadiah

 Manajemen aktif dengan

pengecualian

 Manajemen pasif dengan

penegcualian (Hoy & Miskel, 2008)

 Pengaruh yang ideal (Kharismatik)  Inspiratif  Rangsangan Intelektual  Pertimbangan Individu (Hoy & Miskel, 2008)

 Komitmen Terhadap Nilai Spiritual

 Memiliki inspirasi visi yang bersih

 Menghormati hubungan baik

 Berani mengambil langkah inovatif; (McLaughin, 2001)


(28)

2. Iklim Sekolah (X2)

Iklim sekolah adalah kualitas yang relatif abadi dari lingkungan sekolah yang dialami oleh peserta, mempengaruhi perilaku mereka, dan didasarkan pada persepsi kolektif mereka perilaku di sekolah (Hoy & Miskel, 2008:198).

Dapat dikatakan bahwa iklim sekolah adalah kondisi sekolah yang diwujudkan berdasarkan seperangkat nilai atau norma, kebiasaan, dan ditopang sarana–prasarana. Kondisi tersebut berusaha dipertahankan oleh kepala sekolah, guru, dan siswa dalam upaya peningkatan, pertumbuhan, dan pengembangan sekolah dalam mencapai visi dan misinya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan iklim sekolah adalah iklim yang tercipta dari interaksi antara seluruh personel sekolah dalam kondisi merger/regrouping.

Focus dari iklim sekolah yang ada dalam penelitian ini adalah : 1) Keterbukaan;

2) Kesehatan organisasi; 3) Keanggotaan.

3. Sekolah Efektif (Y)

Sekolah efektif dapat didefinisikan sebagai sekolah yang mengorgansiasikan dan memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya untuk menjamin semua siswa (tanpa memandang ras, jenis kelamin maupun status sosial ekonomi) bisa mempelajari materi kurikulum yang esensial di sekolah (Taylor,1990; Cheng, 1996; Djam’an Satori,2000; Komariah, Aan, 2004).

Dari pengertian dan karakteristik sekolah efektif menurut para ahli, dapat kita simpulkan bahwa sekolah efektif dalam penelitian ini adalah sekolah yang dalam proses penggabungannya (merger/regrouping) mampu mengorganisasikan dan memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai hasil yang optimal, melalui suatu kepemimpinan yang kuat, lingkungan yang aman dan kondusif, serta akuntabilitas dari hasil proses pembelajaran.


(29)

1) Prestasi siswa; 2) kepuasan kerja;

E. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Tehnik menunjuk pada suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan lainnya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan tergantung dari masalah yang dihadapi (Riduwan, 2012:24)

1. Tehnik Angket

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan,2012:26). Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian pertanyaan. Disamping itu, responden mengetahui informasi tertentu yang diminta (Riduwan,2012:26). Sedangkan angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu angket yang terdiri dari sejumlah pernyataan dan berisikan kemungkinan-kemungkinan atau jawaban-jawaban yang tersedia pada kolom yang tersedia, responden hanya memberikan tanda check list (√) pada jawaban yang dipilihnya.

Alasan penggunaan teknik angket dalam penelitian ini adalah: (a) responden memiliki waktu yang lebih leluasa untuk menjawab pernyataan-pernyataan dalam angket, (b) setiap responden dihadapkan pada susunan dan cara pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan dalam memberikan jawaban, (d) kerahasiaan jawaban responden terjamin karena responden tidak diminta untuk mencantumkan nama, dan (e) efektif digunakan untuk mengumpulkan data dari responden dalam jumlah besar (banyak).

Angket yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga,masing-masing untuk mengukur variabel (1) Sekolah Efektif, (2) Kepemimpinan Koordinatif, (3) Iklim Sekolah. Setiap variabel diurai dalam indikator dan sub indikator yang


(30)

dikembangkan menjadi pernyataan-pernyataan yang mewakili setiap sub indikator.

2. Instrument Penelitian a. Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah Skala Likert.Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduan,2012:12).Dalam penelitian gejala social ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas, alat pengumpul data yang digunakan untuk mengungkap data tentang variabel Kepemimpinan Koordinatif danIklim Sekolah pada sekolah merger/regrouping yaitu 5 = Selalu, 4 = Sering, 3 = Kadang-kadang, 2 = Jarang, 1 = Tidak Pernah. Sedangkan untuk pernyataan-pernyataan negative pembobotan alternative jawaban menjadi : 5 = tidak pernah, 4 = jarang, 3 = kadang-kadang, 2 = sering, 1= selalu. Untuk variabel Sekolah efektif menggunakan ukuran. 5 = Sangat Setuju, 4 = Setuju, 3 = Cukup Setuju, 2 = Kurang setuju, 1 = Tidak Setuju.Sedangkan untuk pernyataan negative pembobotan alternative jawaban menjadi : 5 = Tidak Setuju, 4 = Kurang setuju, 3 = Cukup Setuju, 2 = Setuju, 1 = Sangat Setuju.

b. Penyusunan Instrumen

Instrumen dalam penelitian ini disusun berdasarkan indikator masing-masing variabel, yang diperoleh melalui pendefinisian dan studi kepustakaan untuk memperoleh kesahihan konstruksi instrumen. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan instrument adalah: (1) membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel, (2) mengembangkan kisi-kisi menjadi butir-butir pernyataan yang sesuai dengan indikator variabel, (3) melakukan analisis rasional untuk melihat kesesuaian antara pernyataan dengan indicator, serta ketepatan dalam menyusun angket dari aspek yang diukur. Kisi-kisi instrument dari penelitian adalah sebagai berikut:


(31)

1) Sekolah Efektif (Y)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1- 5 dengan alternatif jawaban, yaitu:

 Untuk pernyataan positif 5 = Sangat Setuju (SS) 4 = Setuju (S)

3 = Cukup Setuju (CS) 2 = Kurang Setuju (KS) 1 = Tidak Setuju (TS)

Tabel 3. 5

Kisi-kisi Instrumen Variabel Sekolah Efektif (Y)

Dimensi Indikator Sub Indikator Skala No

item

- Achievement

Memiliki kualitas layanan dan lulusan,serta prestasi yang diakui oleh masyarakat sekitar sekolah

- Berkomitmen untuk memberikan layanan yang memuaskan personel sekolah

- Konsisten menjaga kualitas lulusan

- Melakukan inovasi yang berarti sehingga terlihat berbeda dri sekolah lainnya

Ordinal

Ordinal

Ordinal

1, 2

3, 4, 5, 6

7, 8

- Kepuasan kerja guru

- Reward

- Pendekatan Personal

- Rewards yang diterima sebandig dengan beban kerja

- Bentuk rewards tidak hanya materi (uang)

- Rewards mempengaruhi prestasi/kinerja

- Tugas yang dibebankan sesuai Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 9, 10 11 12 13,14, 15

 Untuk pernyataan negative 1. = Sangat Setuju (SS) 2. = Setuju (S)

3. = Cukup Setuju (CS) 4. = Kurang Setuju (KS) 5. = Tidak Setuju (TS)


(32)

Dimensi Indikator Sub Indikator Skala No

item

- Pembagian Tugas

dengan kemampuan

- Kebebasan dalam mengembangkan program

pembelajaran

- Menetapkan standar kerja

- Rasa nyaman dalam sekolah Ordinal Ordinal Ordinal 16,17, 18 19,20, 21 22

- Kinerja guru - Tanggung jawab

- Tanggung jawab sebagai guru

- Peran dalam ketercapaian visi dan misi sekolah

Ordinal Ordinal 23, 24, 25, 26 27, 28, 29, 30

2) Kepemimpinan Koordinatif (X1)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1- 5 dengan alternatif jawaban, yaitu:

 Untuk pernyataan positif 5 = Selalu (SS) 4 = Sering (SR) 3 = Kadang (KD) 2 = Jarang (JR)

1 = Tidak Pernah (TP)

Tabel 3. 6

Kisi-kisi Instrumen Variabel Kepemimpinan Koordinatif (X1)

Dimensi Indikator Sub Indikator Skala No

item

1.Kepemimpinan

Berbasis Nilai 1) Berorientasi pada nilai;

- Menumbuhkan nilai-nilai dasar kemanusiaan seperti kejujuran, keterbukaan, keadilan, kepercayaan.

Ordinal

1,2,3,4, 5,6,7,8

 Untuk pernyataan negative 1 = Selalu (SS)

2 = Sering (SR) 3 = Kadang (KD) 4 = Jarang (JR)


(33)

Dimensi Indikator Sub Indikator Skala No

item

- Mengembangkan sikap saling menghormati, menghargai dan toleransi

- Menerapkan sikap disiplin, patuh terhadap pimpinan, tanggung jawab

Ordinal

Ordinal

2.Kepemimpinan

transaksional 2) Empowering

- Memberikan tugas sesuai dengan kemampuan

- Memberikan

penghargaan/rewards sesuai dengan kapasitas tugas yang dibebankan

- Melakukan evaluasi secara berkala untuk memantau tarap pencapaian kinerja guru

Ordinal Ordinal Ordinal 9 10,14 11,12 3.Kepemimpinan transformasional 3) Kharismatik;

- Konsisten pada visi, misi dan tujuan organisasi yang baru

- Konsisten terhadap strategi dan ide yang disampaikan

- Konsisten pada program yang dikembangkan Ordinal Ordinal Ordinal 13, 14, 15 16, 17, 18 19, 20, 21 4) Inspiratif;

- Jelas dalam

menyampaikan visi dan misi organisasi

- Mendorong terciptanya kerjasama tim yang solid Ordinal Ordinal 22, 23 24, 25, 26 4.Kepemimpinan visioner

5) Mengubah visi menjadi aksi

- Memberi keleluasaan dalam mengembangkan program untuk

pencapaian visi

- Membangun partisipasi

Ordinal

Ordinal

27, 28, 29


(34)

Dimensi Indikator Sub Indikator Skala No

item

dalam rangka memberdayakan personel untuk mencapai visi

32

3) Iklim Sekolah (X2)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1- 5 dengan alternatif jawaban, yaitu:

 Untuk pernyataan positif 5 = Selalu (SS) 4 = Sering (SR) 3 = Kadang (KD) 2 = Jarang (JR)

1 = Tidak Pernah (TP)

Tabel 3. 7

Kisi-kisi Instrumen VariabelIklim Sekolah (X2)

Dimensi Indikator Sub Indikator Skala No

item

Openness - Terbuka mengenai pengelolaan sekolah

- Memberikan kesempatan kpd seluruh personel untuk saling berinteraksi

- Memberikan kesempatan kepada semua personel sekolah untuk memberikan pendapat

- Memberikan kesempatan semua personel untuk mencari solusi baik dalam masalah pembelajaran maupun masalah lainnya

Ordinal

Ordinal

Ordinal

1-15

 Untuk pernyataan negative 1 = Selalu (SS)

2 = Sering (SR) 3 = Kadang (KD) 4 = Jarang (JR)


(35)

Dimensi Indikator Sub Indikator Skala No

item

- Terbuka terhadap lingkungan sekitar sekolah

-Bersosialisasi dengan masyarakat sekitar sekolah

-Menjadi bagian dari masyarakat sekitar sekolah

Ordinal

Ordinal

16-25

- Terbuka terhadap perubahan

- Menerima perubahan dengan antusias, misalnya perubahan kurikulum

- Menerima dengan terbuka personel baru

Ordinal

Ordinal

26-35

Health Organization

- Interaksi kepala sekolah dengan guru dan personel sekolah lainnya

-Membantu menyelesaikan masalah, baik tentang pembelajaran atau masalah personal

-Menerima kritik atau saran

-Terjalin hub yang harmonis antara kepala sekolah, guru dan personel lain

-Standar kerja yang ditetapkan tidak memberatkan Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 36,37, 38 45, 47, 50, 55, 56, 62, 63, 65 53, 60

- Interaksi personal sekolah dengan luar sekolah

-Berhubungan baik dengan stakeholder terkait

-Kebijakan sekolah dapat dipengaruhi oleh pihak luar

Ordinal Ordinal 43, 51, 58, 42, 44, 52, 59

- Kenyamanan personel sekolah

- Kebutuhan KBM tersedia dengan lengkap

- Menyediakan sarana dan prasarana untuk kebutuhan personel sekolah Ordinal Ordinal 39, 48, 46, 54

- Tanggung jawab terhadap tugas

- Menerima tugas dengan antusias

Ordinal 40, 41, 49, 61; 64


(36)

Dimensi Indikator Sub Indikator Skala No

item

- Bangga terhadap sekolah

Ordinal 57

Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Loyalitas terhadap lembaga

- Loyal terhadap tugas sebagai pendidik

- Loyal terhadap sesame personel lainnya

Ordinal

Ordinal

66, 67, 70, 74, 77

68, 69, 76

Kepedulian terhadap personel lainnya

-Memberikan bantuan kepada sesame rekan kerja

Ordinal 72, 75,

Kepatuhan - Taat terhadap tata tertib sekolah

Ordinal 71, 73,

3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian validitas dan reliabilitas instrument bertujuan untuk menghasilkan data penelitian yang dapat diandalkan, karena instrument penelitian yang sahih. Kesahihan instrument menunjukkan ketepatan, kemantapan dan konsistensi instrument yang digunakan.Pelaksanaan pengujian instrument dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan serta kekurangtepatan yang mungkin terjadi pada butir-butir pernyataan pada instrumen, baik dalam hal redaksional, alternatif jawaban yang tersedia, maupun dalam pernyataan dan jawaban instrumen tersebut

a. Uji Validitas

Menguji validitas berarti melakukan pengujian terhadap ketepatan suatu instrument dalam melakukan pengukuran. Instrument yang valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008:173).

Uji validitas adalah uji tentang kemampuan suatu instrument penelitian, sehingga benar-benardapat mengukur apa yang ingin diukur. Sebuah instrument disebut valid apabila mampumengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang ditelitisecara tepat. Tinggi rendahnya validitas suatu instrumen menunjukkan sejauh mana data yangterkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.


(37)

Untuk menguji validitas instrument penelitian, harus mencari terlebih dahulu harga korelasi antara bagian-bagian dari instrumen secara keseluruhan, dengan cara mengkorelasikan setiap butir instrumen dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas instrument, digunakan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut :

} ) ( . }.{ ) ( . { ) ).( ( ) 2 2 2 2 i i i i i i i i hitung Y Y n X X n Y X Y X n r            Keterangan :

r hitung = Koefisien korelasi

∑ Xi = Jumlah skor item

∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden.

Selanjutnya melakukan uji signifikansi yang dihitung dengan uji t, yang bertujuan untuk menentukan apakah variabel X tersebut signifikan terhadap variabel Y. Uji signifikasi ini dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Susetyo, Budi (2010:171), yaitu:

ℎ� ��=� � −2

1− �2

Keterangan:

r = Koefisien Korelasi n = Jumlah responden t = Uji signifikansi

Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2), dengan keputusan, jika thitung>ttabel berarti valid, sebaliknya jika thitung<ttabelberarti tidak valid.

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:


(38)

Antara 0,600 – 0,799 : tinggi Antara 0,400 – 0,599 : cukup Antara 0,200 – 0,399 : rendah

Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid).

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat konsistensi instrument penelitian yang digunakan. Instrument yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2008:173).

Metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi internal, dengan hanya melakukan satu kali pengujian sehingga dapat lebih efisien. Sedangkan rumus yang digunakan adalah rumus koefisien alpha.

Keterangan : r11 = Nilai Reliabilitas

Si = Jumlah varians skor tiap – tiap item

St = Varians total k = Jumlah item (Sumber: Sugiyono, 2013:365)

Koefisien Alpha Cronbach (Cα) merupakan statistik yang paling umum digunakan untuk menguji reliabilitas suatu instrumen penelitian. Menurut Sekaran dalam Zulganef (2006: 297) suatu instrumen penelitian diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas memadai jika koefisien Alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,70.

4. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas a. Hasil Uji Coba Validitas

1. Hasil Uji Coba Variabel Sekolah Efektif (Y)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen untuk variabel Sekolah Efektif (Y)diperoleh kesimpulan bahwa ke-30 item tersebut tidak semuanya valid. Item

          

 

t i

S S k

k

r .1

1


(39)

yang tidak valid adalah no 8, 12, 13, 16, 17, 19, 23, 24, 26, 27, 28, 29, dan 30.Keputusannya dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8

Uji Validitas Item Variabel Sekolah Efektif (Y)

ITEM r hitung

R table

= 0,05; n = 20 Keputusan

No. 1 .814 0, 444 Valid

No. 2 .629 0, 444 Valid

No. 3 .722 0, 444 Valid

No. 4 .628 0, 444 Valid

No. 5 .614 0, 444 Valid

No. 6 .504 0, 444 Valid

No. 7 .521 0, 444 Valid

No. 8 .302 0, 444 Tidak valid

No. 9 .828 0, 444 Valid

No. 10 .775 0, 444 Valid

No. 11 .509 0, 444 Valid

No. 12 -.074 0, 444 Tidak valid

No. 13 .342 0, 444 Tidak valid

No. 14 .584 0, 444 Valid

No. 15 .592 0, 444 Valid

No. 16 .411 0, 444 Tidak valid

No. 17 .236 0, 444 Tidak valid

No. 18 .677 0, 444 Valid

No. 19 .399 0, 444 Tidak valid

No. 20 .570 0, 444 Valid

No. 21 .472 0, 444 Valid

No. 22 .598 0, 444 Valid

No. 23 -.074 0, 444 Tidak valid

No. 24 .342 0, 444 Tidak valid

No. 25 .541 0, 444 Valid

No. 26 .432 0, 444 Tidak valid

No. 27 -.111 0, 444 Tidak valid

No. 28 .085 0, 444 Tidak valid

No. 29 .303 0, 444 Tidak valid

No. 30 .143 0, 444 Tidak valid

Untuk instrumen yang tidak valid, yaitu no 8, 12, 13, 16, 17, 19, 23, 24, 26, 27, 28, 29, dan 30 karena mewakili indicator dari dimensi variabel, maka perlakuan yang dikenakan adalah merubah redaksi kalimat dalam kuesioner.


(40)

2. Hasil Uji Coba Variabel Kepemimpinan Koordinatif (X1)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen untuk variabel Kepemimpinan Koordinatif (X1), diperoleh kesimpulan bahwa ke-32 item tersebut tidak semuanya valid. Item yang tidak valid adalah no 3, 9, 14, 18, 20, 21, 22, 23, 27, dan 28. Keputusannya dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut:

Tabel 3.9

Uji Validitas Item Variabel Kepemimpinan Koordinatif (X1)

ITEM r hitung

R table

= 0,05; n = 20 Keputusan

1 .626 0,444 Valid

2 .641 0,444 Valid

3 .376 0,444 Tidak Valid

4 .808 0,444 Valid

5 .452 0,444 Valid

6 .487 0,444 Valid

7 .623 0,444 Valid

8 .574 0,444 Valid

9 .377 0,444 Tidak Valid

10 .499 0,444 Valid

11 .600 0,444 Valid

12 .749 0,444 Valid

13 .588 0,444 Valid

14 .277 0,444 Tidak Valid

15 .686 0,444 Valid

16 .820 0,444 Valid

17 .760 0,444 Valid

18 .044 0,444 Tidak Valid

19 .670 0,444 Valid

20 .272 0,444 Tidak Valid

21 .304 0,444 Tidak Valid

22 .354 0,444 Tidak Valid

23 .317 0,444 Tidak Valid

24 .594 0,444 Valid

25 .590 0,444 Valid

26 .633 0,444 Valid

27 .332 0,444 Tidak Valid

28 .383 0,444 Tidak Valid

29 .640 0,444 Valid

30 .709 0,444 Valid

31 .823 0,444 Valid


(41)

Untuk item yang tidak valid, yaitu nomor 3, 9, 14, 18, 20, 21, 22, 23, 27, dan 28, perlakuan yang dikenakan adalah mengubah tata bahasa atau redaksional dari pernyataan dalam nomor tersebut.

3. Hasil Uji Coba Variabel Iklim Sekolah (X2)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen untuk variabel Iklim Sekolah (X2), diperoleh kesimpulan bahwa ke-77 item tersebut tidak semuanya valid. Item yang tidak valid adalah nomor3, 4, 8, 9, 18, 24, 29, 32, 40, 43, 44, 56, 59, 69, dan 70. Keputusannya dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut:

Tabel 3.10

Uji Validitas Item Variabel Iklim Sekolah (X2)

ITEM r hitung

R table

= 0,05; n = 20 Keputusan

1 .756 0,444 Valid

2 .762 0,444 Valid

3 -.106 0,444 Tidak Valid

4 .394 0,444 Tidak Valid

5 .686 0,444 Valid

6 .536 0,444 Valid

7 .772 0,444 Valid

8 .295 0,444 Tidak Valid

9 .334 0,444 Tidak Valid

10 .821 0,444 Valid

11 .819 0,444 Valid

12 .881 0,444 Valid

13 .658 0,444 Valid

14 .718 0,444 Valid

15 .489 0,444 Valid

16 .588 0,444 Valid

17 .564 0,444 Valid

18 -.295 0,444 Tidak Valid

19 .525 0,444 Valid

20 .776 0,444 Valid

21 .593 0,444 Valid

22 .921 0,444 Valid

23 .681 0,444 Valid

24 .236 0,444 Tidak Valid

25 .547 0,444 Valid

26 .726 0,444 Valid

27 .727 0,444 Valid

28 .798 0,444 Valid


(42)

ITEM r hitung

R table

= 0,05; n = 20 Keputusan

30 .690 0,444 Valid

31 .703 0,444 Valid

32 .424 0,444 Tidak Valid

33 .649 0,444 Valid

34 .649 0,444 Valid

35 .812 0,444 Valid

36 .891 0,444 Valid

37 .710 0,444 Valid

38 .490 0,444 Valid

39 .535 0,444 Valid

40 .430 0,444 Tidak Valid

41 .595 0,444 Valid

42 .521 0,444 Valid

43 .429 0,444 Tidak Valid

44 .330 0,444 Tidak Valid

45 .782 0,444 Valid

46 .675 0,444 Valid

47 .698 0,444 Valid

48 .886 0,444 Valid

49 .894 0,444 Valid

50 .814 0,444 Valid

51 .471 0,444 Valid

52 .632 0,444 Valid

53 .852 0,444 Valid

54 .837 0,444 Valid

55 .757 0,444 Valid

56 .383 0,444 Tidak Valid

57 .800 0,444 Valid

58 .642 0,444 Valid

59 -.058 0,444 Tidak Valid

60 .831 0,444 Valid

61 .802 0,444 Valid

62 .590 0,444 Valid

63 .684 0,444 Valid

64 .754 0,444 Valid

65 .467 0,444 Valid

66 .721 0,444 Valid

67 .725 0,444 Valid

68 .593 0,444 Valid

69 .148 0,444 Tidak Valid

70 .380 0,444 Tidak Valid

71 .657 0,444 Valid

72 .644 0,444 Valid


(43)

ITEM r hitung

R table

= 0,05; n = 20 Keputusan

74 .712 0,444 Valid

75 .686 0,444 Valid

76 .633 0,444 Valid

77 .685 0,444 Valid

Untuk item yang tidak valid, yaitu nomor 4, 8, 9, 29, 40, 43, 44; perlakuan yang dikenakan adalah mengubah redaksional dari pernyataan pada nomor-nomor tersebut.Sedangkan untuk nomor 3, 18, 24, 32, 59, 69, 70; perlakuan yang dikenakan adalah menghapus pernyataan tersebut, karena telah terwakili di nomor lainnya.

b. Hasil Uji Coba Reliabilitas (1) Sekolah Efektif (Y)

Uji reliabilitas dilakukan setelah semua item dalam kuesioner dinyatakan valid dalam uji validitas.

Kaidah keputusan:

 Jika rAlpha positif dan lebih besar dari batas minimal (0,700) maka reliabel  Jika rAlpha negatif atau rAlpha lebih kecil batas minimal (0,700) maka tidak

reliabel

Bila dibandingkan dengan rAlpha dapat dilihat pada uji reliabilitas yang dilakukan,

yaitu bernilai 0,890 sedangkan batas minimal = 0,700

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item Sekolah Efektif (Y) tersebut adalah reliabel. Seperti Tabel 3.11 sebagai berikut:

Tabel 3.11

Uji Reliabilitas Item Sekolah Efektif (Y)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

.890 .893 30

Kesimpulan:

rAlpha>batas minimal (0,700) sehingga kuesioner tersebut bersifat


(44)

Oleh karena kuesioner telah dinyatakan valid dan reliabel, kuesioner tersebut sudah layak digunakan untuk pengumpulan data penelitian.

(2) Kepemimpinan Koordinatif (X1)

Hasil pengujian reliabilitas pada item kepemimpinan koordinatif (X1) adalah 0,928. Dengan demikian, merujuk pada kaidah keputusan, maka item kepemimpinan koordinatif pada penelitian ini dinyatakan reliable. Tabel 3.12 berikut menampilkan hasil perhitungan reliabilitas kepemimpinan koordinatif :

Tabel 3.12

Uji Reliabilitas Item Kepemimpinan Koordinatif (X1) Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.928 .937 32

Kesimpulan:

rAlpha>batas minimal (0,700) sehingga kuesioner tersebut bersifat

reliabel.

Oleh karena kuesioner telah dinyatakan valid dan reliabel, kuesioner tersebut sudah layak digunakan untuk pengumpulan data penelitian.

(3) Iklim Sekolah (X2)

Hasil pengujian reliabilitas pada item iklim sekolah (X2) adalah 0,976. Dengan demikian, merujuk pada kaidah keputusan, maka item iklim sekolah pada penelitian ini dinyatakan reliable. Tabel 3.9 berikut menampilkan hasil perhitungan reliabilitas iklim sekolah :

Tabel 3.9

Uji Reliabilitas Item Iklim Sekolah (X2) Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

.976 .979 77

Kesimpulan:

rAlpha>batas minimal (0,700) sehingga kuesioner tersebut bersifat


(45)

Oleh karena kuesioner telah dinyatakan valid dan reliabel, kuesioner tersebut sudah layak digunakan untuk pengumpulan data penelitian.

F. Tehnik Analisis Data dan Uji Hipotesis 1. Uji Homogenitas

Statistik parameter merupakan statistik untuk pengujian dua rata-rata memiliki distribusi tertentu. Selain sampel acak berasal dari distribusi populasi berbentuk kurva normal, variansinya kedua populasi perlu homogen atau sama besarnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian variansi pada kedua populasi. (Susetyo, 2010: 160)

Adapun rumus yang digunakan adalah: F = varian besar

varian kecil

Apabila kedua data dari sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, rumus menguji homogenitas menjadi:

F = S12 / S22

Dimana : S12 = varians besar

S22 = varians kecil

Kriteria pengujian:

H0 diterima jika F hitung< F tabel

H1 ditolak jika F hitung ≥ F 1/2α (v1,v2)

Dengan dk pembilang = n dan dk penyebut = n

2. Analisis Kecenderungan Distribusi Data

Kegiatan penting yang dilakukan dalam proses penelitian adalah pengolahan data. Langkah ini dilakukan untuk memberikan arti pada data yang telah terkumpul,sehingga dapat menarik suatu kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang diteliti. Langkah-langkah yang ditempuh untuk melakukan pengolahan data adalaha sebagai berikut :

a. Memberi bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban yang dipilih. b. Menghitung frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang dipilih.


(46)

c. Mencari jumlah nilai jawaban yang dipilih responden pada tiap pernyataan, yaitu dengan cara menghitung frekuensi responden yang memilih jawaban tersebut. Kemudian dikaitkan dengan bobot jawaban itu sendiri.

d. Menghitung nilai rata-rata/ mean (X ) untuk setiap butir pernyataan dalam angket dengan menggunakan rumus:

X =

N X

Keterangan:

X= Skor rata-rata yang dicari

X = Jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban)

N = Jumlah responden

e. Menghitung rata-rata keseluruhan untuk mendapatkan kesimpulan dengan menentukan kriteria untuk variabel X1, X2 dan Y, sebagai

berikut:

Tabel 3.13

Tabel Konsultasi Hasil Perhitungan WMS

Rentang Nilai Jawaban

Penafsiran

Variabel X1

Variabel X2

Variabel Y

4,01 – 5,00 Selalu/Sangat Setuju Sangat Tinggi

Sangat Tinggi

Sangat Tinggi

3,01 – 4,00 Sering/ Setuju Tinggi Tinggi Tinggi

2,01 – 3,00 Kadang-kadang/Cukup Setuju Cukup Cukup Cukup 1,01 – 2,00 Jarang/ Tidak Setuju Rendah Rendah Rendah 0,01 – 1,00 Tidak Pernah/ Sangat Tidak

Setuju

Sangat Rendah

Sangat Rendah

Sangat Rendah

3. Pengujian Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas Distribusi Data

Pengujian normalitas pada masing-masing variabel dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah sebaran data tiap variabel tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 18 Uji skewnees.Distribusi


(1)

Widayati, 2013

1. Berdasarkan hasil temuan penelitian untuk variabel kepemimpinan koordinatif menunjukkan kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kepala sekolah pada sekolah dasar yang mengalami merger telah dapat melaksanakan tugas dengan baik. Namun demikian perlu adanya pembinaan bagi para kepala sekolah agar dapat lebih meningkatkan kualitasnya sebagai pemimpin. Adapun pembinaan yang perlu dilakukan untuk para kepala sekolah diantaranya :

a. Mengikutsertakan para kepala pada diklat atau seminar tentang ESQ, yang bukan hanya berguna bagi dirinya pribadi tapi juga berguna bagi dirinya sebgai pemimpin, karena kematangan emosi seorang pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap kualitas keputusan dan kebijakan yang diambil.

b. Memberikan fasilitas dan kesempatan kepada para kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensinya melalui pendidikan formal tentang kekepala sekolahan, misalnya dengan mengikuti pendidikan jenjang S2. c. Mengikutsertakan para kepala sekolah pada diklat-diklat tentang kekepala

sekolahan atau diklat kepemimpinan.

2. Kenyamanan dan kepuasan personel sekolah sangat diperlukan dalam membentuk sekolah efektif, karena itu iklim sekolah harus diciptakan senyaman mungkin, melalui interaksi dan komunikasi yang tepat, pembagian dan deskripsi tugas yang jelas, penghargaan serta loyalitas terhadap lembaga. Memberikan penghargaan kepada personel sekolah dalam berbagai bentuk, bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi dalam bentuk penghargaan sikap seperti memuji, berterima kasih, bersikap ramah, atau memberikan tugas dengan cara yang sopan. Bisa juga berbentuk kegiatan yang rekreatif dan menyenangkan seperti family gathering (berwisata), melakukan kegiatan sosial bersama kepada masyarakat di sekitar sekolah. Membiasakan mengucap salam, menggunakan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti untuk menghindari kesalahpahaman akan membantu menciptakan kenyamanan dan kepuasan personel sekolah.Selain itu memenuhi kebutuhan personel sekolah, baik itu kebutuhan pembelajaran seperti alat tulis, buku


(2)

sumber, buku penunjang lain, alat peraga atau media pendidikan lainnya; memenuhi kebutuhan lainnya seperti kebutuhan akan toilet, mushola, air bersih, listrik, perabotan seperti kursi, meja, lemari, papantulis atau alat-alat kebersihan sekolah. Adapun kegiatan yang dapat meningkatkan iklim sekolah diantaranya :

a. Mengadakan pertemuan rutin antara kepala sekolah dengan guru, juga antara sekolah dengan komite atau pihak terkait untuk membahas kesulitan yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan. Yang menjadi pembahasan pokok dalam pertemuan selain tentang lembaga (kepuasan dan ketidakpuasan terhadap lembaga) juga terutama tentang kesulitan yang dialami dalam kelas (pembelajaran).

b. Membiasakan seluruh personel sekolah untuk selalu mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam sekolah tersebut.

c. Secara berkala memberikan laporan tentang keuangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan di lembaga tersebut.

d. Menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga semua personel dalam lembaga menjadi keluarga bukan hanya sekedar rekan kerja. 3. Dalam variabel sekolah efektif, dimensi kinerja guru sebaiknya menjadi

perhatian, agar dapat lebih ditingkatkan. Kinerja disini meliputi kemampuan guru dalam membuat persiapan pembelajaran yang tepat, melakukan kegiatan pembelajaran yang bermakna, aktif, kreatif, dan menyenangkan; keterampilan dalam menggunakan media dan alat peraga yang dibutuhkan dalam pembelajaran, serta menguasai berbagai bentuk penilaian yang objektif, sehingga dapat menumbuhkan rasa adil pada diri peserta didik. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya :

a. Meningkatkan kualifikasi guru pada jenjang pendidikan S1 dalam program studi yang relevan, dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk melanjutkan pendidikan.

b. Mengikutsertakan guru pada kegiatan yang akan meningkatkan kinerja seperti workshop, KKG, atau seminar.


(3)

Widayati, 2013

c. Menyediakan kebutuhan guru, baik itu kebutuhan untuk pembelajaran (alat peraga, media pembelajaran, buku pegangan, alat tulis); maupun kebutuhan lainnya, misalnya menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk pembelajaran, seperti ruang kelas, ruang laboratorium ataupun toilet yang representative.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Appelbaum, Steven H et al. (2007). “Mergers 101 (part one): training managers for communications and leadership challenges”. Industrial and Commercial Training Journal.39 (3), 128-136

Appelbaum, Steven H et al. (2007). “Mergers 101 (part two): training managers for culture, stress, and change challenges”. Industrial and Commercial Training Journal.39, (4), 191-200

Center for Social and Emotional Education. (2010). “School Climate Research Summary -

January 2010”. [Online] Tersedia

:http://www.schoolclimate.org/climate/documents/SCBrief_v1n1_Jan2010.pdf [29 Januari 2013)

Densten, Iain L. (2008). “How Climate and Leadership Can Be Used To Create Actionable Knowledge

During Stages Of Mergers And Acquisition”. Advances in Mergers and Acquisitions, 7, 93

117

EngkoswaradanKomariah.(2010).AdministrasiPendidikan. Bandung: Alfabeta.

Everard, K.B., Moris, Geoffrey, and Wilson, Ian.(2004). Effective School Management 4th edition. London: Paul Chapman Publishing Ltd.

Gorton, R., Alston, J.A., and Snowden, P. (2007). School Leadership &Admimistration 7th edition. New York: McGraw-Hill

Hardjana, Andre. (2006). “IklimOrganisasi: LingkunganKerjaManusiawi”. JurnalIlmuKomunikasi. 3,(1), 1-36

Harjana, Andre A. (2007). “IklimKomunikasiKeorganisasian”. JurnalIlmuKomunikasi. 4, (2), 179-231 Holloway, Joseph B., (2012). “Leadership Behavior and Organizational Climate: An Empirical

Study in a Non-profit Organization”Emerging Leadership Journeys. 5.(1), 9- 35

Hoy, Wayne K., and Miskel, Cecil G. (2008). Educational Administration. New York: McGraw-Hill

Ikatan Alumni Universitas Jambi (2008). “EFEKTIVITAS SEKOLAH”. [Online] Tersedia

:http://pintania.wordpress.com/efektivitas-sekolah/ [23 Januari 2013]

Iyer, Mohan Gopala. (2008) “Current Views of the Characteristics of School Effectiveness in the context of National secondary Schools From the Perception of Principals, Heads of

Department and Teachers” [Online] Tersedia :

http://www.icsei.net/icsei2011/Full%20Papers/0048.pdf [23Januari 2013]


(5)

Widayati, 2013

Kirk, David J. and Jones, Terry L. (2004). “Effective Schools” dalamAssesment Report [Online] Tersedia

: http://www.pearsonassessments.com/NR/rdonlyres/AE0CB466-32E1-4CDD-8B64-11A595251F7A/0/EffectiveSchools_Final.pdf [23 Januari 2013]

Komariah, Aan. danTriatna, Cepi. (2004). Visionary Leadership MenujuSekolahEfektif.Bandung :BumiAksara

Luthan, Fred. (2006). Organizational Behavior 11th Edition. New York: McGraw-Hill Inc.

McMillan, J. and Scumacher, S. (2001). Reseach in Education 5th Edition. New York: Addison Wesley Longman Inc.

Moerdiyanto. (2007). “ManajemenSekolah Indonesia Yang

EfektifMelaluiPenerapanTotalQualityManagement” Makalahdalam IMEC 2007 Proceeding, Penang, Malaysia

Mohan, N., and Ashok, J. (2011).“Organizational Climate and Attitude of Teachers a Co-Relational Study”.European Journal of Social Sciences.22, (4), 599-610

Mulyasa, E. (2012). Manajemen&KepemimpinanKepalaSekolah. Bandung: BumiAksara Riduwan.(2010). SkalaPengukuranVariabel-VariabelPenelitian. Bandung: Alfabeta. Robbins, S.P. (2008). PerilakuOrganisasiEdisi 12 Buku 1 (Penterjemah : Diana Angelica,

RiaCahyani, dan Abdul Rosyid). Jakarta: SalembaEmpat

Robbins, S.P. (2008). PerilakuOrganisasiEdisi 12 Buku 2 (Penterjemah : Diana Angelica, RiaCahyani, dan Abdul Rosyid). Jakarta: SalembaEmpat

Sadker,David Miller andZittleman, Karen R. (2010). “What Makes a School Effective?” [Online] Tersedia :http://www.education.com/reference/article/Ref_What_Makes_School/ [23 Mei 2013]

School Mergers – The role of School Councils Guidelines [Online] Tersedia :http://www.education.vic.gov.au/Documents/school/principals/governance/schcouncilmer gg.pdf[23 Mei 2013]

Stone,J. E., Bruce,Guy S., and Hursh, Dan.(2007). “Effective Schools, Common Practices Twelve Ingredients of Success from Tennessee’s Most Effective Schools”. [Online] Tersedia

:http://www.educationconsumers.org/tnproject/effectiveschools_commonpractices_ecf.pdf [23Januari 2013]

Sudrajat, Akhmad. (2008). “SekolahSehatdanSekolahSakit”. [Online] Tersedia :http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/28/sekolah-sehat-dan-sekolah-sakit/ [27 Mei 2013]


(6)

Sugiyono.(2008). MetodePenelitianPendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono.(2013). StatistikauntukPenelitian. Bandung: Alfabeta

Suharsaputra, Uhar. (2012). MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatif, danTindakan. Bandung: PT. RefikaAditama

Suharsaputra, Uhar. (2013). AdministrasiPendidikan. Bandung: PT. RefikaAditama

Sule, E.T., Saefullah, K. (2005). PengantarManajemen. Jakarta: KencanaPrenada Media Grup Suryana, A danJalaludin. (2013). Value Based Leadership. Bandung: Nurani Press

Susetyo, B. (2010). StatistikaUntukAnalisis Data Penelitian. Bandung: PT. RefikaAditama.

Tubbs, J Eric and Garner, Mary. (2008). “The Impact Of School Climate On School Outcomes”

Journal of College Teaching & Learning. 5, (9), 17-26 Wirawan.(2007). BudayaIklimOrganisasi. Jakarta: SalembaEmpat


Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, PENDIDIKAN DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA SEKOLAH DASAR NEGERI KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, PENDIDIKAN DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN KEBONAGUNG PACITAN.

0 1 15

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

1 10 56

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kemampuan Profesional Guru Dan Iklim Sekolah Terhadap Prestasi Sekolah Dasar Di Ekskawedanan Ambarawa Kabupaten Semarang

0 2 14

PENDAHULUAN Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kemampuan Profesional Guru Dan Iklim Sekolah Terhadap Prestasi Sekolah Dasar Di Ekskawedanan Ambarawa Kabupaten Semarang.

0 1 16

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA.

0 0 97

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF PADA SEKOLAH DASAR NEGERI TERAKREDITASI A DI KABUPATEN MAJALENGKA.

0 5 60

PENGARUH KEPEMIMPINAN AUTENTIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DI KOTA CILEGON.

4 13 68

KONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA TASIKMALAYA.

1 3 88

SEKOLAH DASAR EFEKTIF : Studi Analisis Kontribusi Kepemimpinan Koordinatif dan Iklim sekolah Terhadap Sekolah Efektif pada Sekolah Dasar Merger di Kota Bandung.

0 1 58

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP MUTU SEKOLAH DI SMPN KOTA BANDUNG.

0 0 62