PENERAPAN MODEL “PIPA PAKO” MELALUI MEDIA FOTO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN PENGALAMAN PADA SISWA KELAS V SDN SIRNASARI.

(1)

PENERAPAN MODEL “PIPA PAKO” MELALUI MEDIA FOTO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN

PENGALAMAN

(Penelitian Tindakan kelas V SD Negeri Sirnasari Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

MIA KUSMIATI

0902785

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL “PIPA PAKO” MELALUI MEDIA FOTO UNTUK MENINGKATKAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN PENGALAMAN (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Sirnasari Kecamatan Pamulihan

Kabupaten Sumedang)

Oleh MIA KUSMIATI

0902785

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I

Drs. H. DedeTatang Sunarya,M.Pd NIP. 195703251985031005

Pembimbing II

Drs. H. Ali Sudin, M.Pd. NIP. 195703021980031006

Mengetahui,

Ketua Program Studi S-I Kelas PGSD UPI Kampus Sumedang

Riana Irawati, M.Si.


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penerapan Model “Pipa Pako” untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri SirnasariKecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang)” ini beserta seluruh isinya adalahn benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko atau pun sanksi yang dijatuh kan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya tulis ini, atau dari pihak lain terhadap keabsahan karya saya.

Sumedang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan,

MIA KUSMIATI 0902785


(4)

BAB I PENDAHLUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi yang digunakan bangsa Indonesia.Pengenalan dan pengajaran bahasa serta mengembangkan kemampuan berbahasa harus dimulai sejak dini. Kegiatan berbahasa pada dasarnya adalah kegiatan berkomunukasi. Oleh karena itu, belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar komunikasi.Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar tidak hanya diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan saja, melainkan sebagai suatu upaya untuk meningkatkan keterampilan berbahasa.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar pada hakikatnya pembelajaran lebih ditekankan pada keterampilan reseptif (mendengar dan membaca) dan keterampilan produktif (menulis dan berbicara).

Sesuai dengan kompetensi dasar kelas V (lima) yang tercantum dalam KTSP 2006. Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan.

Pengembangan aspek kemampuan berbahasa di sekolah dasar sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain “Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.”(Depdiknas,2008:107). Berkomunikasi secara lisan ataupun tulis , tidak terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan, keterampilan menulis, dan keterampilan membaca.

Di Sekolah dasar pembelajaran bahasa dan sastra lebih diarahkan pada kompetensi siswa untuk berbahasa dan berapersepsi sastra. Pelaksanaan pembelajaran sastra dan bahasa dilaksanakan secara terintegrasi. Diungkapkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi bahwa dalam kegiatan pembelajaran di kelas, siswa harus dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, bukan dituntut lebih banyak untuk menguasai tentang bahasa saja. Sedangkan pengajaran sastra, ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra.

Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi untuk menulis namun tidak setiap orang dapat menyampaikan pesan melalui tulisan. Siswa di SD memiliki potensi yang sama untuk menulis, namun tidak setiap siswa memiliki keterampilan yang sama. Guru senantiasa harus berupaya meningkatkan keterampilan siswanya.


(5)

Melalui kegiatan menulis dapat terjadi komunikasi antar penulis dan pembaca. Dengan adanya keterkaitan antara empat komponen keterampilan berbahasa Indonesia di sekolah dasar, maka siswa SD diharapkan memiliki unsur keterampilan berbahasa secara lengkap. Tidak dapat dikaitakan mampu berbahasa Indonesia secara baik dan benar, apabila hanya terampil menyimak, berbicara, dan membaca, tetapi tidak terampil menulis. Jadi jelas bahwa keterampilan menulis harus diperhatiakan di sekolah dasar.

Pengajaran menulis merupakan pengajaran yang sangat penting. Jika dilaksanakan dengan baik, pengajaran ini akan memberikan dampak positif terhadap keberhasilan siswa yang akan datang. Melalui pengajaran menulis yang dirancang dengan baik, siswa tidak saja memperoleh peningkatan kemampuan berbahasa tetapi juga peningkatan berpikir dan kreativitas.

Akan tetapi, kenyataan pada saat ini pembelajaran menulis termasuk di sekolah dasar belum cukup baik. Banyak yang mengungkapkan bahwa kemampuan menulis pada siswa masih rendah karena metode pembelajaran menulis yang digunakan oleh guru kurang efektif. Selain itu banyak kalangan yang menilai bahwa pengajaran menulis pada saat ini kurang diperhatikan.

Keterampilan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah. Tetapi meliputi proses belajar. Menulis merupakan suatu kegiatan yang sifatnya berkelanjutan sehingga pembelajarannya pun perlu dilakukan secara berkesinambungan sejak sekolah dasar, Oleh karena itu, pembelajaran menulis di sekolah dasar perlu mendapat perhatian yang optimal sehingga dapat memenuhi target kemampuan yang diharapkan. Agar siswa memiliki pemahaman dan keterampilan menulis, diperlukan suatu perencanaan pembelajaran menulis yang tepat, dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif. Pada dasarnya menulis itu adalah menyimpulkan pesan melalui tulisan.

Kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman siswa dengan menggunakan pilihan kata, penggunaan ejaan masih rendah. Hal tersebut sangat berdampak terhadap keberhasilan proses belajar yang dicapai oleh siswa.

Menurut Tarigan (dalam Djuanda, 2008: 180) pengertian menulis adalah:

Menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambing-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa gambar grafik itu. Sedangkan menurut Suriamiharja ( Djuanda, 2008: 180) menulis adalah :

Kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.


(6)

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu proses yang dapat menghasilkan pikiran, perasaan, gagasan maupun ide yang berupa lambang-lambang grafis yang dapat dipahami oleh orang lain atau dirinya.

Melihat dari kenyataan, nampaknya ada sejumlah kesalahan dalam sistem pendidikan nasional selama ini, seperti diungkapkan oleh Alwasilah dan Senny

( 2005: 47-48) bahwa.

1. Siswa lebih banyak diajari tata bahasa atau teori menulis dan sedikit Berlatih menulis.

2. Siswa tidak memiliki keberanian untuk menulis karangan karena takut Berbuat salah dan ditertawakan.

3. Guru cenderung menilai hasil akhir karangan sehingga focus siswa lebih Kepada kualitas dan ketetapan gramatikal. Para siswa pun menganggap Bahwa tugas mereka hanyalah memproduksi karangan dan tugas guru adalah memberi nilai.

4. Bagi kebanyakan orang menulis dianggap sebagai kegiatan menyendiri dan hanya dibaca oleh guru saja.

5. Siswa tidak menagtahui benar salahnya tulisan mereka karena tidak ada yang memberi tahu.

Salah satu ragam menulis adalah menulis karangan. Pengertian karangan itu sendiri adalah menulis dan menyusun sebuah cerita yang berasal dari gagasan seseorang dalam bentuk bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh diri sendiri dan juga orang lain. Dalam menulis karangan, harus memperhatikan pemilihan kata dan penggunaan ejaan yang tepat, agar dapat menggambarkan informasi yang jelas.

Dari hasil penelitian awal di lapangan, pada siswa kelas V SDN Sirnasari Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang dalam pembelajaran mengarang ditemukan kesulitan. Kesulitan tersebut ini muncul dari keterbatasan siswa dalam mengembangkan gagasannya kedalam bentuk karangan serta pemilihan kata dan penggunaan ejaan yang tepat. Seperti huruf capital, tanda titik, dan tanda koma.

Dari 30 orang siswa,sekitar 70% siswa mengalami kesulitan dalam penulisan huruf kapital, tanda titik, dan tanda koma dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Masalah tersebut disebabkan oleh guru yang tidak dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa kurang antusias untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru.


(7)

a. Guru kurang menggali gagasaan siswa, sehingga kemampuam siswa dalam menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siswa kelas V SDN Sirnasari masih banyak mengalami kesulitan terutama dalam pemilihan kata dan penggunaan ejaan yang tepat. b. Pada pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman di kelas V SDN Sirnasari

dipengaruhi oleh guru yang tidak dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, selain itu juga pembelajaran yang cenderung ceramah.

c. Guru tidak memberi tahu kesalahan-kesalahan yang terdapat pada karangan dalam menentukan pilihan kata serta ejaan yang tepat.

d. Guru hanya memberikan teori saja.

e. Sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru.

f. Ketika ditugaskan membuat karangan, siswa malah ribut dan kesulitan dalam mengembangkan gagasannya.

g. Siswa kurang memperhatikan apa yang guru sampaikan, perhatian mereka tidak terfokus mereka cendrung ribut.

h. Tidak adanya kerjasama antarsiswa dalam mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam karangannya. Penyebabnya karena guru langsung menilai hasil karangan siswa tanpa memberitahukan kesalahan-kesalahan mereka dalam karangannya.

i. Dalam menuangkan gagasannya siswa tidak memperhatikan ejaan.

j. Siswa kurang yakin dengan hasil karangan yang telah mereka buat menarik atau tidak. k. Ketika suruh membacakan karangannya siswa selalu ditertawan oleh teman sekelasnya.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas V SDN Sirnasari Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang maka peneliti akan mengadakan tindakan kelas sebagai jalan alternative untuk memecahkan masalah yang terjadi dengan menggunakan media foto dan Model Pipa Pako

Kata media berasal dari bahasa Latin medium yang berarti perantara maksudnya segala sesuatu yang membawa pesan dari suatu sumber untuk disampaikan kepada penerima pesan.Heinich,dkk(1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantarkan informasi antara sumber dan penerima.

Melalui model Pipa Pako siswa dapat mampu mengembangkan gagasan menjadi sebuah karangan, dengan model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain dalam memecahkan masalah dan mereka juga bisa mengoreksi dan membari penilaian terhadap kesalahan dalam menulis karangan.


(8)

a. Guru membagi kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok

b. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut

c. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya

d. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk memabagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.

e. Guru mencontohkan cara mengoreksi karangan yaitu dengan menuliskan beberapa kalimat dari salah satu karangan kelompok di papan tulis dan menggarisbawahi kesalahan yang terdapat pada karangan tersebut.

f. Setiap kelompok membaca hasil karangan kelompok lain, kemudian menggarisbawahi penggunaan ejaan seperti penggunaan huruf kapital dan tanda titik yang tidak tepat.

g. Tanyakan langsung kepada pengarangnya manakala siswa yang mengoreksi menemukan hal-hal yang tidak jelas atau tidak dapat dibaca.

h. Dalam kelompok siswa berdiskusi mengenai kesalahan-kesalahan pada karangan yang telah koreksi untuk diperbaiki.

i. Karangan dikembalikan lagi kepada pengarangnya untuk diperbaiki. j. Siswa mengumpulkan karangan kepada guru.

Berdasarkan hasil tes awal yang dilakukan terhadap 30 orang siswa pada siswa kelas V SDN Sirnasari, yang mendapat skor 3 pada pilihan kata menghindari bahasa daerah (A) sebanyak 3 orang, atau 10%, skor 2 sebanyak 14 orang atau 46 %, dan skor 1 sebanyak 13 orang atau 43%, pilihan kata kelengkapan imbuhan (B) mendapat skor 3 sebanyak 3 orang atau 10%, skor 2 sebanyak 13 orang atau 43%, dan skor 1 sebanyak 14 orang atau 46%.Pilihan kata penggunaan konjungsi (C) mendapat skor 3 sebanyak 3 orang atau sebanyak 10%, mendapat skor 2 sebanyak 13 0rang atau sebanyak 43%, dan mendapat skor 1 sebanyak 14 orang atau sebanyak 46 %.

Untuk aspek penggunaan huruf capital mendapat skor 3 sebanyak 3 orang atau sebanyak 30%, mendapat skor 2 sebanyak 66 %. Untuk aspek penggunaan tanda baca titi yang mendapat skor 3 tidak ada siswa yang memperoleh skor 3, yang mendapat skor 2 sebanyak 10 atau sebanyak 33%. Dan mendapat skor 1 sebanyak 20 orang atau sebanyak 66 %.


(9)

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang mendapat skor 2 dan mendapat skor 1 dari semua aspek,dari jumlah 30 orang siswa yang tuntas dan mendapat nilai di atas KKM sebanyak 10 orang atau sebanyak 30 % sebanyak 20 orang siswa mendapat nilai di bawah KKM dan dinyatakan tidak tuntas.

Untuk mengatasi permasalahan dalam menulis karangan berdasarkan pengalamanan dengan model Pipa Pako dengan menggunakan media foto. Melalui penerapa model Pipa Pako melalui media foto diharapkan siswa dapat menulis karanagan dengan pilihan kata dan penggunaan ejaan dengan tepat.

Hal ini dikarenakan dengan menggunakan model Pipa Pako siswa dapat bekerja sama dengan kelompoknya untuk saling mengoreksi karangan Sesuia dengan pendapat Alwasilah dan Senny (2005:20)” Metode Kolaborasi adalah suatu teknik pengajaran menulis dengan melibatkan teman sejawat untuk saling mengoreksi”. Dengan model Pipa Pako siswa terlibat langsung melalui diskusi kelompok, penukaran ide, saling mengoreksi dan memberi komentar. Sehingga mendorong siswa memberikan penilaian atau pendapat kepada orang lain dan menyadari kesalahan dalam menulis karangan.

Sedangkan melalaui media foto, untuk mempermudah siswa dalam menulis karangan dan menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik serta memotivasi siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan model Pipa Pako melalui media foto untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siswa kelas V SDN Sirnasari Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang.


(10)

B. PERUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH 1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana perencanaan model Pipa Pako dan media foto untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman siswa pada kelas V SDN Sirnasari?

b. Bagaimana pelaksanaan model Pipa Pako dan media foto untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siswa kelas V SDN Sirnasari?

1) Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SDN Sirnasari dengan menggunakan model Pipa Pako untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman ?

2) Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN Sirnasari dengan menggunakan model Pipa Pako untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman?

c. Bagaimana peningkatan kemampuan menulis karangan dengan menggunakan model Pipa Pako dan media foto pada siswa kelas V SDN Sirnasari?

2. Pemecahan Masalah

Dalam mengatasi masalah menulis karangan berdasarkan pengalaman yang telah di rumuskan di atas, maka perlu diterapkan model pembelajaran yang dapat menyelesaikan masalah melalui Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Alternatif pembelajaran yang akan diterapkan adalah penerapan model Pipa Pako (berpikir-berapasangan-berempat dan kolaborasi) dengan menggunakan media foto.

Sesuai dengan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu siswa kelas V SDN Sirnasari mengalami kesulitan dalam menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan menggunakan pilihan kata dan penggunaan ejaan yang tepat.

Dalam penerapan pemebelajarannya guru memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa, yaitu guru memberikan sebuah foto kepada siswa. Dengan foto tersebut siswa dapat mengamati. Siswa menyiapkan foto yang mereka bawa, lalu siswa menulis karangan sesuai dengan foto tersebut. Siswa berkelompok dengan kelompok yang telah dibentuk, untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.Setelah karangan yang mereka selesai maka karangan tersebut ditukar dengan kelompok lain.


(11)

Dengan menggunakan media foto, siswa dapat menuangkan gagasannya kedalam bentuk karangan, sehingga mereka tidak akan mengalami kesulitan lagi dalam menuangkan gagasannya, sedangakan dengan menggunakan model Pipa Pako memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah,mereka bisa mengoreksi dan memberi penilaian terhadap kesalahan mereka dalam menulis karangan. Dengan model ini guru membagi siswa dalam berkelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari empat orang.

Dengan media foto dan model Pipa Pako (berpikir berpasangan berempat dan kolaborasi) dalam pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siswa kelas V SDN Sirnasari Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis, terutama menulis karangan berdasarkan pengalaman, dengan menggunakan media foto siswa dapat menuangkan gagasannya dengan baik dengan menggunakan pilihan kata dan penggunaan ejaan yang tepat.

Model pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan berempat merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain/teman untuk memecahkan masalah. Dalam tipe berpikir berpasangan berempat guru membagi siswa dalam berkelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang, selain itu kegiatan kerja sama dalam tipe berpikir-berpasangan-berempat dilaksanakan secara berpasangan dalam menyelesaikan masalah sehingga setiap siswa mempunyai tanggung jawab terhadap kelompok dalam menyelesaikan masalah

Adapun langkah-langkah dalam model Pipa Pako adalah sebagai berikut

a. Guru membagi kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok

b. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut

c. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya

d. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk memabagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.

e. Guru mencontohkan cara mengoreksi karangan yaitu dengan menuliskan beberapa kalimat dari salah satu karangan kelompok di papan tulis dan menggarisbawahi kesalahan yang terdapat pada karangan tersebut.


(12)

f. Setiap kelompok membaca hasil karangan kelompok lain, kemudian menggarisbawahi penggunaan ejaan seperti penggunaan huruf kapital dan tanda titik yang tidak tepat.

g. Tanyakan langsung kepada pengarangnya manakala siswa yang mengoreksi menemukan hal-hal yang tidak jelas atau tidak dapat dibaca.

h. Dalam kelompok siswa berdiskusi mengenai kesalahan-kesalahan pada karangan yang telah koreksi untuk diperbaiki.

i. Karangan dikembalikan lagi kepada pengarangnya untuk diperbaiki. j. Siswa mengumpulkan karangan kepada guru.

Dengan menggunakan model Pipa Pako dengan menggunakan media foto untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siswa kelas V SDN Sirnasari Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang.

a. Target Proses

Dalam pembelajaran mengarang berdasarkan pengalaman dengan menggunakan model Pipa Pakomelalui media foto diharapkan 85 % siswa aktif, bekerja sama dan teliti dalam proses pembelajaran.

b. Target Hasil

Dalam menentukan keberhasilan menyusun karangan berdasarkan pengalaman dengan model Pipa Pako melalui media foto diharapkan 85% siswa dapat mencapai KKM, yaitu 60.

C.TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki praktek pembelajaran di SD pada umumnya dan khususnya bagi bahasa Indonesia dalam aspek keterampilan menulis karangan.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui perencanaan model Pipa Pako dan media foto untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman siswa pada kelas V SDN Sirnasari.

2) Untuk mengetahui pelaksanaan model Pipa Pako dan media foto untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siswa kelas V SDN Sirnasari.

3) Untuk mengetahui hasil pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan model Pipa Pako media foto pada siswa kelas V SDN Sirnasari.


(13)

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi siswa

a. Membantu siswa dalam meningkatkan kretifitasnya.

b. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan

c. Memberikan motivasi bagi siswa untuk lebih menguasai keterampilan mengarang khususnya dalam mengarang.

d. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran

e. Siswa mau bekerja sama dengan temannya dalam menyusun kalimat sesuai dengan foto dan dapat memberikan saran maupun pendapat dalam menulis karangan

f. Memperluas wawasan siswa tentang pembelajaran melalui media foto.

2. Manfaat bagi guru

a. Meningkatkan kretifitas guru dalam menyampaikan pembelajaran dalam menulis karangan .

b. Meningkatakan motovasi untuk melakukan penelitian yang serupa dalam mengambangkan profesinya.

c. Meningkatkan wawasan guru dalam melaksanakan pembelajaran

d. Dapat memberikan masukana alternative yang bersifat inovasi bagi teknik pembelajaran bahasa Indonesia khususnya, umumnya untuk semua bidang studi yang berpusat pada kegiatan siswa

3.Manfaat bagi sekolah

a. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang mampu b. Menghasilkan lulusan yang menguasai kompetensi yang baik. c. Sebagai masukan alternative untuk mencapai visi dan misi sekolah.

E. BATASAN ISTILAH

Untuk menghaindari kesalah pahamanan dan penegrtian dari istilah-istilah yang terdapat dalam penulisan ini menjadi jelas, maka daftar istilah yang dipandang perlu dipelajari yaitu :

1. “Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapakan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami”( Gie, 1994: 3).


(14)

2. “Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca”( Gie, 2002: 3).

3. Media foto adalah “pengantar pesan antara pengirim dan penerima pesan yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dimensi sebagai hasil dari pikiran dan perasaan “ ( Rahadi, 2003: 2007).

4. Model Pipa Pako merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain/teman untuk memecahkan masalah.

5. Kolaborasi adalah salah satu metode pembelajaran mengarang. Teknik mengarang dengan kolaborasi sangat sesuai dari tingkat SD sampai dengan PT.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Sirnasri. Terletak di jalan Rancakalong Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang. Sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian karena sekolah ini karena di sekolah ini terdapat kelas yang mempunyai permasalahan mengenai menulis, terutama menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. Sehingga perlu diadakan penelitian.

Denah Lokasi SDN Sirnasari

Jalan raya

Lapangan upacara

Kelas VA Kelas VB Kelas VI A

Kelas IIIB

Kelas VIB

Kelas IVA

kantor

Kelas I

Perpus Kelas IIIA

Kelas IVB

WC Kelas II


(16)

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian diadakan dalam waktu sekitar 7 bulan, terhitung dari bulan Desember 20012 hingga mei 2013.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dilaksanakan pada siswa kelas V SDN Sirnasari Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang. Tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 30 orang, yang terdiri dari 18 orang laki-laki, dan 13 orang perempuan. Pemilihan siswa kelasV menjadi subjek penelitian didasarkan pada beberapa pertimbangan yakni, berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas diketahui bahwa kemampuan menulis karanganpada siswa kelas V mengalami banyak kesulitan, selain itu dengan melakukan wawancara dengan guru dan observasi secara langsung, ternyata banyak ditemukan banyak kendala.

Tabel 3.1

Data-data Guru SDN Sirnasari

No Nama,tempat tanggal lahir NIP Mengajar

1 IIP Saripudin,S.Pd Sumedang,01-01-1960

196001011981091003 Kepala Sekolah

2 Nani Mulyani, A.Ma.Pd Sumedang,29-05-1956

195605291976012001 Kelas III A

3 Diding Sodikin, S.Ag Sumedang, 26-11-1958

195811261981091001 PAI Kelas IV-VI.AB 4 Tosin, S.Pd

Sumedang, 08-12-1961

196112081982041003 Kelas VA

5 Dede Sulastri, S.Pd Majalengka, 21-05-1962

196205211981092001 Kelas VI A

6 Cacih Sunarsih, S.Pd Sumedang, 30-10-1961

196110301982042004 Kelas III B

7 Entin Surtiningsih Bandung, 01-11-1960

196011011982042004 Kelas II A

8 Suhartikah, S.Pd Sumedang, 24-10-1963

196310241983052005 Kelas VI B

9 Nunung Supriyatin,S.Pd Sumedang,16-07-1964

196407161983052002 Kelas V B


(17)

Sumedang,28-05-1962 11 Nana Juana, S.Pd

Sumedang, 23-02-1962

196202231984101001 PJOK Kls III-VI AB 12 Ukaesih, S.Pd.I

Sumedang, 15-06-1956

195606151984122002 PAI Kls I-III AB 13 Yati Parliani Dewi,S.Pd

Sumedang, 13-07-1965

196507131988032005 Kelas IV A

14 Heni Suwarni Cianjur, 03-05-1969

Kelas I A

15 Sulastri Siti P, S.Pd Sumedang, 24-07-1980

Bahasa Inggris Kls III-VI AB

16 Muhamad Sutisna, A.Ma Kelas II A

17 Haris Budaya, S.Pd PJOK

Kls I-II AB

18 Lidia Oktamia Suci Kelas IA

Tabel 3.2 Data Kelas

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 IA 19 Orang 13 Orang 32 Orang

2 IB 17 Orang 12 Orang 29 Orang

3 II A 17 Orang 13 Orang 30 Orang

4 II B 20 Orang 9 Orang 29 Orang

5 III A 18 Orang 15 Orang 33 Orang

6 III B 17 Orang 14 Orang 31 Orang

7 IV A 10 Orang 15 Orang 25 Orang

8 IV B 12 Orang 17 Orang 29 Orang

9 V A 18 Orang 14 Orang 32 Orang

10 V B 18 Orang 13 Orang 31 Orang

11 VI A 17 Orang 10 Orang 27 Orang


(18)

Tabel 3.3

Nama Siswa Kelas V B

No Nama Jenis Kelamin

1 Ikhsan L

2 Rizky N. L

3 Yandi L

4 Naldi L

5 M.Baidari L

6 Rangga L

7 Adi R. L

8 Sinta P

9 Yudi L

10 Pajar L

11 Rizky P. L

12 Kiki L

13 Nabila P

14 Raihan L

15 Lufhfi L

16 Resi N P

17 Siti Nur Asiyah P

18 Resti R. P

19 Sintia P

20 Siti Nur Aisah P

21 Dwika L

22 Dzakiya L

23 Fakih Teguh L

24 Vian L

25 Rina P

26 Ahmad L

27 Ahdi L

28 Novia P


(19)

30 Tiara P

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitia Tindakan Kelas,karena penelitiannya dilakukan secara alamiah. Pemilihan metode tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa, sehingga tidak bisa diukur secara numeral. Melainkan segala aktivitas yang dilakukan atau dideskripsikan. Hal ini sejalan dengan yang diutarakan oleh Bogdan dan Taylor (Moleong, 2002:3) yaitu “metodologi kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Selain itu, Maleong (2002: 5) juga mengemukakan bahwa :

Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dapat menyesuaikan diri dengan banyak penjamaan pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

2. Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dalam bentuk siklus. Dalam setiap siklus meliputi rancangan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Desain yang digunakan mengacu pada model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya.


(20)

Gambar Model Kemmis dan Mc Taggart

Sebelum peneliti melakukan tindakan. Dalam gambar sudah jelas langkah pertama, membuat rencana yang akan dilakukan. Kedua, setelah membuat rencana tersusun burulah tindakan rencana dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan dilakukannya tindakan peneliti mengamati pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkan melalui observasi. Keempat, melakukan refleksi atas tindakan yang dilakukan.

Apabila refleksi yang ditunjukkan perlu perbaikan, maka rencana tindakan berikutnya tidak sekedar mengulang melainkan ada upaya perbaikan agar dapat memaksimumkan siswa.

D. Prosedur penelitian

Prosedur tindakan yang dilakukan dalam PTK ini adalah dalam bentuk siklus . Pada akhir pembelajaran diharapkan dapat tercapainya tujuan yang diinginkan, yaitu mampu meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siswa kelas V SDN Sirnasari.


(21)

1. Tahap Perencanaan

Perencanaan tindakan dilakukan berdasarkan hasil observasi dan identifikasi masalah kesulitan menulis karangan berdasarkan pengalamn pada siswa kelas V SDN Sirnasari. Dalam perencanaan ini, peneliti menerapkan model berpipapatkol dengan media foto..

2. Tahap Pelaksanaan

Peneliti membuat rencana pembelajaran. Dalam melaksanakan kegitan pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan media foto dan kolaborasi peneliti menggunakan alat pengumpul data, diantarnya lembar observasi berisi catatan lapangan yaitu hasil pengamatan langsung pada saat KBM berlangsung didalam kelas.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman,Peneliti dan guru kelas berdiskusi untuk menganalisis, menginterpretaskan, menandai dan membuat kesimpulan terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.

Tahapan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut.

1) Tahap Persiapan 1) Tahap Persiapan

a) Membuat rencana pembelajaran\ b) Menyiapkan sumber belajar c) Menyiapkan materi pelajaran d) Menyiapkan media pembelajaran e) Menyiapkan alat pengumpul data 1. Kegiatan Awal ( 10 menit ) a. Mengkondisikan kelas

b. Berdoa bersama

c. Mengabsen kehadiran siswa

d. Tanya jawab seputar pengalaman yang mengensankan 2. Kegiatan Inti ( 60 menit )

a. Guru terlebih dahulu menyampaikan kompetensi

b. Guru menyampaikan materi pembelajaran mengarang dengan memperlihatkan foto c. Guru mengelompokkan siswa, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang

d. Setiap kelompok diberi tugas untuk membuat sebuah karangan yang dilihat dari foto yang diperlihatkan oleh guru


(22)

f. Guru menjelaskan tugas yang diberikan kepada siswa g. Siswa mulai mengerjakan LKS yang diberikan kepada guru h. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan LKS tersebut

i. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya

j. Setelah mengerjakan LKS, kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat

k. Setelah karangan dibuat, karangan ditukar dengan kelompok yang lain untuk dikoreksi kesalahannya

l. Guru mencontohkan cara mengoreksi karangan yaitu dengan menuliskan beberapa kalimat dari salah satu karangan kelompok di papan tulis dan menggaris bawahi kesalahan yang terdapat pada karangan tersebut

m.Setiap kelompok berdiskusi terhadap hasil karangan kelompok lain dan menggaris bawahi kesalahan-kesalahan

n. Setiap kelompok membaca hasil karangan kelompok lain, kemudian menggaris bawahi penggunaan ejaan seperti penggunaan huruf capital, tanda baca titik, tanda baca koma yang tidak tepat

o. Tanyakan langsung kepada pengarangnya manakala siswa yang mengoreksi menemukan hal-hal yang tidak jelas atau tidak dapat dibaca

p. Dalam kelompok siswa berdiskusi mengenai kesalahan-kesalahan pada karangan yang telah koreksi untuk diperbaiki

q. Karangan dikembalikan lagi kepada pengarangnya untuk diperbaiki kesalahannya 3. Kegiatan Akhir ( 10 Menit)

a. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dibahas selama proses pembelajaran.

b. Guru memotivasi siswa agar siswa dapat menulis dialog sederhana dengan baik. c. Guru menutup pembelajaran

3.Tahap observasi

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, bahwa observasi dilaksanakan bersamaan dengan tindakan pembelajaran. Observasi terhadap semua kegiatan dalam proses pembelajaran ditujukan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai


(23)

Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung yang pada dasarnya merupakan kegiatan mengamati seluruh aktivitas selama proses KBM berlangsung fokus yang diamati seperti kinerja guru dan aktivitas siswa.

Observasi merupakan teknik yang paling tepat untuk mengumpulkan data pada proses kegiatan dan akhir kegiatan maupun untuk mengamati kenerja guru maupun aktivitas siswa.

4. Tahap Analisis dan Refleksi

Pada tahap refleksi, dilakukan analisis, interprestasi, dan evaluasi terhadap data hasil observasi. Tahap analisis dilakukan setelah rencana perbaikan pembelajaran selesai diimplementasikan secara keseluruhan. Hal ini bertujuan agar guru mendapat data untuk dapat memperkirakan dampak perbaikan yang akan dilakukan.

Tahap refleksi dilakukan penilaian dan timbale balik terhadap semua kegiatan yang dilakukan, baik pada tindakan pertama maupun pada tindakan selanjutnya.Dari hasil analisis dan refleksi dijadikan dasar dalam melakukan perbaiakn-perbaikan untuk siklus berikutnya. E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Lembar Observasi

Sudjana (2006:84) mengungkapkan bahwa ”observasi atau pengamatan banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya kegiatan yang diamati”.

Observasi dilakukan untuk mengetahui dan mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa dalam menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siswa kelas V SDN Sirnasari Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang.

Observasi terhadap kinerja guru difokuskan pada tahapan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan, mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti sampai kegiatan akhir pembelajaran. Sedangkan observasi terhadap aktivitas siswa difokuskan pada tiga aspek yang diamati yaitu keaktifan, kerjasama, dan ketelitian.

b. Wawancara

Wawancara Menurut Goetz dan LeCompte (dalam Wiriaatmadja, Rochiati. 2005:117) wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang diangggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dapandang perlu.


(24)

Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara berstruktur dan wawancara bebas (tidak berstruktur). Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga siswa tinggal mengategorikannya kepada alternatif jawaban yang telah dibuat. Keuntungannya adalah mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan. Sedangkan pada wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya.

Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman. Materi wawancara yang diberikan kepada guru berkaitan dengan ketepatan penggunaan model dengan materi pembelajaran, kesan-kesan yang timbul, kelebihan dan kekurangandalam proses pembelajaran menulis karangan dengan menerapkan model Pipa Pako. Sedangkan wawancara yang dilakukan terhadap siswa berkaitan dengan manfaat, kesan dan tanggapan siswa (senang atau tidak, sulit atau tidak, dan mampu atau tidak) selama pelaksanaan pembelajaran menulis karangan dengan model Pipa Pako.

c. Catatan Lapangan

Bogdan dan Biklen (dalam Maleong, 2002:153) mengemukan bahwa “catatan lapangan adalah catatan tertulis apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian”.

Intrumen yang digunakan dalam catatan lapangan yaitu buku catatan. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal penting di lapangan ketika berlangsungnya kegiatan pembelajaran dari siklus yang pertama sampai siklus yang terakhir. Sehingga dengan ini akan terlihat peningkatan dari setiap tahap pembelajaran.

d. Lembar Tes Hasil Belajar

Intrumen yang digunakan dalam lembar tes yaitu berupa soal. Tes digunakan untuk mengukur pemahaman siswa dalam membuat karangan berdasarkan pengalaman.

Tes dilakukan untuk mengukur dan mengetahui kemampuan dan keberhasilan siswa setelah dilakukannya tindakan melalui alat pengumpul data yang digunakan.Alat instrumen tes berupa format penilaian yang berisi sejumlah aspek-aspek penilaian meliputi aspek isi karangan dan ejaan.

F. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 1. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam setiap data yang terkumpul baik dari hasil tes maupun observasi, wawancara, dan catatan lapangan diolah menjadi data-data yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari permasalahan awal yang dihadapi siswa.


(25)

Lembar tes digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran siswa dalam kegitan proses belajar. Observasi digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan dan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman, wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang kesulitan-kesulitan, kesan dan pengalaman siswa saat mengikuti pembelajaran, sedangkan catatan lapangan digunakan untuk mencatat setiap kejadian yang muncul dalam kegiatan pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman.

a. Pengolahan Data Proses

Data proses terdiri dari dua, yaitu penilaian proses aktivitas siswa dan kinerja guru. Pengolahan data aktivitas siswa dilAakukan dengan menginterpretasikan nilai akhir yang diperoleh siswa. Nilai tersebut diperoleh dari penskoran terhadap 3 aspek yang dinilai. Rentang skala skor yang digunakan yaitu 1-3. Skor ideal yang diperoleh siswa adalah 9. Skor pada setiap aspek dijumlahkan sehingga diperoleh skor akhir yang kemudian diinterpretasikan berdasarkan tiga kriteria yaitu Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Keterangan Baik (B) diperoleh jika skor akhir siswa berkisar 7-9, keterangan Cukup (C) diperoleh jika skor akhir siswa berkisar 4-6 dan keterangan Kurang (K) diperoleh jika nilai akhir siswa berkisar 1-3.

Untuk menilai kinerja guru dalam mengajar, aspek yang dinilai yaitu dari kegiatan-kegiatan inti,kegiatan-kegiatan akhir,serta evaluasi. Nilai tersebut diperoleh dari penskoran 3 aspek yang dinilai. Rentang skor yang digunakan yaitu 1-3. Kriteria skor 3 jika guru melaksanakan 3 indikator pada setiap aspek, skor 2 jika melaksanakan 2 indikator pada setiap aspek, dan skor 1 jika melaksanakan 1 indikator pada setiap aspek. diperoleh dari tes kerja siswa yang diberikan oleh guru mengenai menulis karangan berdasarkan pengalaman.

b. Teknik Pengolahan Data Hasil

Data hasil belajar siswa berupa hasil penilian pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Data hasil belajar ini diperlukan guru untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penerapan model Pipa Pako melalui media foto dapat meningkatkan menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan menggunakan tes hasil belajar yang intrumennya berbentuk lembar tes individu dan lembar kerja siswa kelompok.

Teknik pengolahan data hasil belajar menggunakan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebagai kriteria “ Tuntas”atau “Tidak Tuntaas” dalam pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman

Aspek yang dinilai dalam penilaian hasil menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siswa kelas V SDN Sirnasari Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang terdiri dari


(26)

aspek pilihan kata, penggunaan huruf kapital,tanda baca titik, dan tanda baca koma. Masing-masing aspek memiliki skor 1 sampai 3.

Nilai = Skor Perolehan x 100 Skor Ideal

Nilai KKM = 60 Kriteria Penafsiran T = Tuntas

BT = Belum Tuntas Cara perhitungan KKM: Kompetensi

Dasar

Kriteria ketuntasan Minimal

Jumlah Kompleksitas Daya dukung Intake

Siswa Menulis

karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhati kan pilihan kata dan penggunaan ejaan.

60 60 60 180

KKM 60

Kriteria Penetapan KKM: 1. Kompleksitas

Tingkat kompleksitas adalah tingkat kesulitan atau kerumitan setiap indikator yang akan dicapai oleh siswa, termasuk juga tingkat kesulitan bagi guru dalam menyampaikannya. Adapun kriteria kompleksitas dalam kompetensi dasar ini yaitu:

a. Membutuhkan alokasi waktu yang cukup lama

b. Memerlukan ketelitian, kesabaran, dan kecermatan yang tinggi dalam menyampaikan materi pembelajaran


(27)

Dalam kompetensi dasar ini, ketiga kriteria di atas memang sesuai. Jadi, kompleksitasnya tinggi, sehingga peneliti menetapkan nilai 60.

2. Daya Dukung

Kemampuan sumber daya pendukung dapat dilihat dari keberadaan tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan, biaya pengelolaan/manajemen sekolah, peran komite sekolah serta lingkungan sekolah dalam pendukung pencapaian pembelajaran. Adapun kriteria daya dukung dalam kompetensi dasar ini yaitu:

a. Media foto tersedia

b. Ruangan kelas mendukung dalam pelaksanaan diskusi kelompok c. Peralatan untuk mengoreksi karangan tersedia.

Dalam kompetensi dasar ini, dari ketiga kriteria di atas, hanya dua kriteria yang sesuai. Jadi, daya dukungnya sedang, sehingga peneliti menetapkan nilai 60.

3. Intake siswa

Intake siswa adalah tingkat kemampuan rata-rata siswa secara keseluruhan pada tahun sebelumnya. Intake siswa dapat diperoleh melalui:

a. Hasil seleksi penerimaan siswa baru.

b. Raport kelas terakhir dari tahun sebelumnya. c. Tes seleksi masuk atau psikotes

d. Nilai Ujian Nasional (UAS/UASBN)

e. Bagi kelas 1 intake siswa dipertimbangkan dari hasil tes awal atau hasil UTS atau UAS semester tahun 1 berjalan.

Adapun kriteria intake siswa dalam kompetensi dasar ini yaitu: a. Sebagian besar siswa mempunyai kemampuan penalaran tinggi b. Sebagian besar siswa cakap atau terampil menerapkan konsep

c. Sebagian besar siswa cermat, kreatif, dan inovatif dalam penyelesaian tugas atau pekerjaan.

Dalam kompetensi dasar ini, dari ketiga kriteria di atas, hanya satu yang memang sesuai. Jadi, intake siswa rendah, sehingga peneliti menetapkan nilai 60.

KKM (KriteriaKetuntasan Minimum) diperolehdarihasilpenjumlahankompleksitas, dayadukungdan intake dibagi 3, denganrumus :

Nilai = (Kompleksitas + Daya Dukung + Intake) 3

Menafsirkan kriteriamenjadinilaiyaitudenganmemberikanrentangnilaipadasetiap kriteriaditetapkan.


(28)

Kompleksitas (kerumitan) = Tinggi= 50-64 Sedang= 65-80 Rendah= 81-100

Dayadukung = Tinggi= 81-100

Sedang= 65-80 Rendah= 50-64 Intake (keterampilansiswa) = Tinggi= 81-100 Sedang= 65-80 Rendah = 50-64

1. Kompetensi dasar tersebut memiliki kriteria: kompleksitas sedang, daya dukung sedang, dan intake siswa rendah.

Kompleksitas sedang = 60 Daya dukung sedang = 60 Intake rendah = 60

Nilai = (Kompleksitas + Daya Dukung + Intake) 3

Nilai = (60+ 60 + 60) = 180 3

Jadi KKM = 60 (siswadikatakantuntasjikatelahmemperolehnilai ≥ 60).

KKM yang digunakan dalam menulis karangan adalah 60, artinya apabila siswa telah mencapai 60 maka kemampuan siswa dalam menulis karangan berdasarkan pengalamanan dikatakan tuntas. Target yang ingin dicapai yaitu 90%, artinya apabila jumlah siswa yang tuntas dengan KKM 60 ke atas dari keseluruhan siswa 30 orang maka kemampuan siswa dalam menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan pilihan kata dan penggunaan ejaan pada siswa kelas V SDN Sirnasari Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang dianggap sudah tuntas.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan oleh seorang guru yang berperan selaku peneliti untuk dapat merangkum secara lebih akurat terhadap data yang telah dikumpulkan selama proses penelitian dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar dan tidak diragukan lagi. Data yang telah diperoleh harus sesuai dengan objek/subjek yang diteliti, tidak boleh dimodifikasi.

Analisis data dilakukan sehubungan dengan cara memilih, memilah,mengelompokkan, data yang telah ada, serta merangkumnya, lalu menyajikannya


(29)

dalam bentuk yang mudah dipahami. Data yang telah diperoleh dapat dibuat dalam bentuk uraian, bagan, ataupun tabel. Melakukan analisis merupakan pekerjaan yang tidak mudah, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Seorang peneliti harus mencari sendiri metode yang kiranya cocok dengan sifat penelitinya.

Analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang telah terkumpul dari berbagai sumber. Selanjutnya data tersebut dikategorikan, disajikan, dimaknai kemudian disimpulkan dan diperiksa kebanarannya.

G. VALIDASI DATA

Validasi data adalah alat untuk menguji derajat keterpercayaan atau derajat kebenaran penelitian. Validasi adalah mengecek ulang (mengabsahkan data) antara data yang satu dengan data yang lainnya.Validasi dilakukan untuk menjaga keabsahan data. Data yang telah terkumpul diuji kebanrannya anatara data yang ditulis dalam laporan penelitiaan dengan data yang sebenarnya pada objek penelitian.

Validasi y‟ang dipilih peneliti dalam penelitian ini merujuk pada Hopkins (dalam Wiriaatmaja, 2005:168-171), yaitu.

1.Member Check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara dilakukan dengan cara mengkonfirmasi dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir pertemuan.

2.Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara kolaboratif. 3. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikan dengan teman sejawat.

4.Expert Opinion, yaitu pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan peneliti kepada pakar profesional, dalam hal ini penulis mengkonfirmasikan temuan kepada pembimbing atau dosen.

Berdasarkan validasi diatas, maka validasi data yang digunakan oleh peneliti yaitu member check, triangulasi, audit trail, dan expert opinion. Untuk validasi data member check, setelah wawancara dengan guru dan siswa, observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menulis karangan deskripsi, peneliti memeriksa hasil wawancara dengan observasi, apakah sudah tercatat sesuai dengan yang terjadi atau ada yang belum tercatat.


(30)

Dalam melakukan triangulasi, setelah observasi dan wawancara terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa peneliti akan membandingkan serta mendiskusikan hasil observasi tersebut dengan guru kelasV dengan melakukan observasi pada saat pembelajaran berlangsung dan membandingkan dengan mitra peneliti yang lain yang hadir dalam situasi yang sama. Menurut Elliot (dalam Wiriaatmadja, 2005: 169) „triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yakni sudut pandang guru, sudut pandang siswa, dan sudut pandang yang melakukan pengamatan atau observer‟. Tujuannya untuk memperoleh derajat kepercayaan data yang maksimal.

Exspert opinion, yaitu dilakukan dengan meminta nasihat kepada para pakar, dalam hal ini dosen pembimbing penelitian. Pembimbing akan memeriksa semua tahap kegiatan penelitian dan memberikan arahan terhadap masalah-masalah penelitian yang peneliti kemukakan. Dalam penelitian ini, peneliti meminta nasihat atau saran kepada dosen pembimbing untuk penelitian lebih lanjut. Dengan masukan dan saran dari dosen pembimbing, peneliti merasa lebih mudah dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian.

Audit trail, yaitu dilakukan dengan meminta masukan atau saran kepada rekan/teman sejawat. Dalam penelitian ini, peneliti selalu melakukan diskusi dengan rekan-rekan seperjuangan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses penelitian. Jadi, selain melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing, peneliti juga melakukan diskusi/sharing dengan rekan/teman sejawat


(31)

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penerapan model Pipa Pako melalui media foto untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siswa kelas V SDN Sirnasari Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang pada prosesnya meliputi perencanaan, kinerja guru, aktivitas siswa dan evaluasi sebagai berikut.

1. Perencanaan yang dilakukan diantaranya membuat RPP dengan menggunakan model Pipa Pako, menyiapkan intsrumen pengumpulan data, menyiapkan materi pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran, menyiapkan ruang kelas dan sarana pendukung lainnya,serta menyiapkan siswa kearah pembelajaran.

2. Pelaksanaannya meliputi kegitan menulis karangan terkait dengan foto, membaca karangan, dan memberi komentar terhadap hasil karangan.

a. Kinerja guru

Pada proses pembelajaran dari mulai perencanaan, kegiatan awal pembelajaran,dari tiap siklusnya mengalami peningkatan yang Mengkondisikan kelas Berdoa bersama,mengisi daftar hadir sisws, serta tanya jawab seputar pengalaman yang mengesankan.

Kegiatan inti pembelajaran kinerja guru mengalami peningkatan yang signifikan dari setiap siklusnya. Kinerja guru pada kegiatan inti meliputi guru menyampaikan materi karangan dengan memperlihatkan foto, guru mengelompokkan siswa, masing-masing kelompok terdiri dari 4/5orang,setiap kelompok diberi tugas untuk membuat sebuah karangan yang dilihat dari foto yang diperlihatkan guru, guru menjelaskan LKS yang diberikan kepada siswa, siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya, setelah karangan dibuat,karangan ditukar dengan kelompok lain untuk dikoreksi kelalahannya, setiap kelompok berdiskusi terhadap hasil karangan kelompok lain dan menggaris bawahi kesalahan-kesalahan, tanyakan langsung kepada pengarangnya manakal siswa yang mengoreksi menemukan hal-hal yang tidak jelas atau tidak dapat dibaca, karangan dikembalikan lagi kepada pengarangnya untuk diperbaiki kesalahannya.

Pada kegiatan akhir pembelajaran dari setiap siklusnya mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I sampai dengan siklus III,dalam kegiatan akhir pembelajaran meliputi Siswa dengan dibimbing guru menyimpulkan materi yang telah dibahas selama proses pembelajaran, guru memotivasi siswa agar siswa dapat menulis karangan dengan baik,,guru menutup pelajaran


(33)

b. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa lebih menekankan pada kegiatan kelompok untuk saling berdiskusi dengan temanya agar dapat menulis karangan. Setelah menulis karangan siswa membaca, dan memberi komentar terhadap kesalahan pilihan kata dan penggunaan ejaan terhadap karangan yang telah dibaca.

Untuk mengukur keberhasilan aktivitas guru dan siswa menggunakan instrumen pengamatan,catatan lapangan, instrument penilaian. Alat untuk mengukur hasil belajar siswa adalah soal tes tertulis.

Berdasarkan hasil belajar siswa,jumlah siswa yang tuntas kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman sebelum diberi tindakan yaitu 10 orang siswa. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas menjadi 16 orang siswa, pada siklus II menjadi 23 orang siswa bertambah sebanyak 7 orang siswa, dan pada siklus III yang tuntas sebanyak 27 orang siswa bertambah 4 orang siswa.

3. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang dipetoleh dalam penelitian ini, peneliti mengajukan saran-sarn sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan mengelola kelas dan menciptakan pembelajaran yang aktif,kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam setiap pembelajaran khusunya dengan menggunakan model Pipa Pako melalui media foto. Dengan model Pipa Pako diaplikasikan di SD sampai dengan perguruan tinggi,mellui aktivitas diskusi, menulis, membaca dan mengomentari karangan temannya sehingga siswa dapat memberikan


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny. (2005). Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi . Bandung: Kiblat Buku Utama.

Arikunto,Suharsimi,dkk.(2009). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar. (1996). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persana.

Asma, N.(2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.

Cahyani, Isah dan Hodijah.(2007). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah dasar. Bandung: UPI Press.

Depdikbud. (1987). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas.(2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP).Jakarta: BP.DHARMA BHAKTI.

Djuanda, Dadan. (2008). Pembelajaran Keterampilan Bahasa Indonesia di SD.Bandung: Pustaka Latifah.

Djuanda, Dadan.(2008). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indoseai yang Komunikatif dan Menyenangkan. Jakarta: Depdikbud.

Gie, The Liang. (2002). Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.

Kasbolah, Kasihani. 1998. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Depdikbud.

Lie, Anita.(2005). Cooperative Learning.Jakarta: Grasindo.


(35)

Moleong, Lexy. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Remini, Novi, dkk. (2006). Pembinaan dan pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Cerita Indonesia. Bandung: UPI PRESS.

Soeparno. (1988). Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sudjana, Nana, dkk.(2007). Media Pengajaran.Bandung : Sinar baru algensindo.

Suriamiharja, Agus, dkk. (1997). Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Angkasa.

Tarigan, H. G. (1982). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.


(1)

Dalam melakukan triangulasi, setelah observasi dan wawancara terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa peneliti akan membandingkan serta mendiskusikan hasil observasi tersebut dengan guru kelasV dengan melakukan observasi pada saat pembelajaran berlangsung dan membandingkan dengan mitra peneliti yang lain yang hadir dalam situasi yang sama. Menurut Elliot (dalam Wiriaatmadja, 2005: 169) „triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yakni sudut pandang guru, sudut pandang siswa, dan sudut pandang yang melakukan pengamatan atau observer‟. Tujuannya untuk memperoleh derajat kepercayaan data yang maksimal.

Exspert opinion, yaitu dilakukan dengan meminta nasihat kepada para pakar, dalam hal ini dosen pembimbing penelitian. Pembimbing akan memeriksa semua tahap kegiatan penelitian dan memberikan arahan terhadap masalah-masalah penelitian yang peneliti kemukakan. Dalam penelitian ini, peneliti meminta nasihat atau saran kepada dosen pembimbing untuk penelitian lebih lanjut. Dengan masukan dan saran dari dosen pembimbing, peneliti merasa lebih mudah dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian.

Audit trail, yaitu dilakukan dengan meminta masukan atau saran kepada rekan/teman sejawat. Dalam penelitian ini, peneliti selalu melakukan diskusi dengan rekan-rekan seperjuangan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses penelitian. Jadi, selain melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing, peneliti juga melakukan diskusi/sharing dengan rekan/teman sejawat


(2)

(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penerapan model Pipa Pako melalui media foto untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siswa kelas V SDN Sirnasari Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang pada prosesnya meliputi perencanaan, kinerja guru, aktivitas siswa dan evaluasi sebagai berikut.

1. Perencanaan yang dilakukan diantaranya membuat RPP dengan menggunakan model Pipa Pako, menyiapkan intsrumen pengumpulan data, menyiapkan materi pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran, menyiapkan ruang kelas dan sarana pendukung lainnya,serta menyiapkan siswa kearah pembelajaran.

2. Pelaksanaannya meliputi kegitan menulis karangan terkait dengan foto, membaca karangan, dan memberi komentar terhadap hasil karangan.

a. Kinerja guru

Pada proses pembelajaran dari mulai perencanaan, kegiatan awal pembelajaran,dari tiap siklusnya mengalami peningkatan yang Mengkondisikan kelas Berdoa bersama,mengisi daftar hadir sisws, serta tanya jawab seputar pengalaman yang mengesankan.

Kegiatan inti pembelajaran kinerja guru mengalami peningkatan yang signifikan dari setiap siklusnya. Kinerja guru pada kegiatan inti meliputi guru menyampaikan materi karangan dengan memperlihatkan foto, guru mengelompokkan siswa, masing-masing kelompok terdiri dari 4/5orang,setiap kelompok diberi tugas untuk membuat sebuah karangan yang dilihat dari foto yang diperlihatkan guru, guru menjelaskan LKS yang diberikan kepada siswa, siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya, setelah karangan dibuat,karangan ditukar dengan kelompok lain untuk dikoreksi kelalahannya, setiap kelompok berdiskusi terhadap hasil karangan kelompok lain dan menggaris bawahi kesalahan-kesalahan, tanyakan langsung kepada pengarangnya manakal siswa yang mengoreksi menemukan hal-hal yang tidak jelas atau tidak dapat dibaca, karangan dikembalikan lagi kepada pengarangnya untuk diperbaiki kesalahannya.

Pada kegiatan akhir pembelajaran dari setiap siklusnya mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I sampai dengan siklus III,dalam kegiatan akhir pembelajaran meliputi Siswa dengan dibimbing guru menyimpulkan materi yang telah dibahas selama proses pembelajaran, guru memotivasi siswa agar siswa dapat menulis karangan dengan baik,,guru menutup pelajaran


(4)

b. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa lebih menekankan pada kegiatan kelompok untuk saling berdiskusi dengan temanya agar dapat menulis karangan. Setelah menulis karangan siswa membaca, dan memberi komentar terhadap kesalahan pilihan kata dan penggunaan ejaan terhadap karangan yang telah dibaca.

Untuk mengukur keberhasilan aktivitas guru dan siswa menggunakan instrumen pengamatan,catatan lapangan, instrument penilaian. Alat untuk mengukur hasil belajar siswa adalah soal tes tertulis.

Berdasarkan hasil belajar siswa,jumlah siswa yang tuntas kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman sebelum diberi tindakan yaitu 10 orang siswa. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas menjadi 16 orang siswa, pada siklus II menjadi 23 orang siswa bertambah sebanyak 7 orang siswa, dan pada siklus III yang tuntas sebanyak 27 orang siswa bertambah 4 orang siswa.

3. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang dipetoleh dalam penelitian ini, peneliti mengajukan saran-sarn sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan mengelola kelas dan menciptakan pembelajaran yang aktif,kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam setiap pembelajaran khusunya dengan menggunakan model Pipa Pako melalui media foto. Dengan model Pipa Pako diaplikasikan di SD sampai dengan perguruan tinggi,mellui aktivitas diskusi, menulis, membaca dan mengomentari karangan temannya sehingga siswa dapat memberikan


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny. (2005). Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi . Bandung: Kiblat Buku Utama.

Arikunto,Suharsimi,dkk.(2009). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar. (1996). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persana.

Asma, N.(2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.

Cahyani, Isah dan Hodijah.(2007). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah dasar. Bandung: UPI Press.

Depdikbud. (1987). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas.(2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP).Jakarta: BP.DHARMA BHAKTI.

Djuanda, Dadan. (2008). Pembelajaran Keterampilan Bahasa Indonesia di SD.Bandung: Pustaka Latifah.

Djuanda, Dadan.(2008). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indoseai yang Komunikatif dan Menyenangkan. Jakarta: Depdikbud.

Gie, The Liang. (2002). Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.

Kasbolah, Kasihani. 1998. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Depdikbud.

Lie, Anita.(2005). Cooperative Learning.Jakarta: Grasindo.


(6)

Moleong, Lexy. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Remini, Novi, dkk. (2006). Pembinaan dan pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Cerita Indonesia. Bandung: UPI PRESS.

Soeparno. (1988). Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sudjana, Nana, dkk.(2007). Media Pengajaran.Bandung : Sinar baru algensindo.

Suriamiharja, Agus, dkk. (1997). Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Angkasa.

Tarigan, H. G. (1982). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN PENGALAMAN MELALUI PEMODELAN PADA SISWA KELAS VB SEMESTER GANJIL SDN 2 NATAR TAHUN PELAJARAN 2012 - 2013

0 7 19

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN PENGALAMAN MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN 2 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 20

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA SEKOLAH DASAR (Penelitian Tindakan Kelas Tentang Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 8 Ciseureuh Kabupa

0 1 39

PENERAPAN MODEL CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SD.

0 1 9

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPTIF PADA SISWA KELAS IV SDN CIPETE 3.

1 4 34

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT MELALUI PENERAPAN MENULIS KOLABORASI DENGAN FOTO PENGALAMAN SISWA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 DARMA KECAMATAN DARMA KABUPATEN KUNINGAN.

0 0 32

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN PENGALAMAN PRIBADI MELALUI MEDIA FOTO DENGAN MODEL ARCS PADA SISWA KELAS V MI ALISLAM MANGUNSARI 02 SEMARANG TAHUN AJARAN 2008/2009.

0 0 3

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman Pribadi Melalui Media Foto Dengan Model Pembelajaran ARCS Pada Siswa Kelas V MI AL-Islam Mangunsari 02 Semarang.

0 6 251

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS V MELALUI PENERAPAN MODEL CTL MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN DI SD NEGERI 2 SOKARAJA TENGAH

0 0 12

JURNAL PENERAPAN MEDIA KOMIK TANPA TEKS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS IV SDN 44 CAKRANEGARA TAHUN AJARAN 20132014

0 0 13