IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR SISWA SEKOLAH DASAR.

(1)

i

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN . ... i

ABSTRAK .. ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR .. ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI .. ... viii

DAFTAR TABEL .. ... xi

DAFTAR GRAFIK .. ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah ... 10

C. Pertanyaaan Penelitian ... 13

D. Tujuan Penelitian ... 14

E. Manfaat Penelitian ... 14

F. Definisi Operasional ... 16

BAB II IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR A. Model Pembelajaran Tematik 1. Konsep Model Pembelajaran Tematik ... 17

2. Psikologi Gestalt sebagai Landasan Pengembangan Pembelajaran Tematik ... 29

3. Kelebihan Model Pembelajaran Tematik ... 31

B. Implementasi Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Implementasi Pembelajaran ... 32

2. Perencanaan Pembelajaran Tematik ... 35


(2)

ii

4. Mengevaluasi Pembelajaran Tematik ... 40

C. Karakteristik Pembelajaran di Sekolah Dasar 1. Tujuan dan Strategi Pembelajaran di Sekolah Dasar ... 40

2. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Kelas Awal SD ... 44

3. Kemampuan Dasar, Membaca, Menulis dan Berhitung Pada Siswa SD ... 45

D. Hasil Penelitian Terdahulu ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 50

B. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian ... 53

2. Perencanaan Tindakan ... 54

3. Pelaksanaan Tindakan ... 55

4. Pengamatan / Observasi Tindakan ... 55

5. Refleksi Tindakan ... 56

C. Subyek Penelitian ... 57

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 58

E. Analisis dan Interpretasi Data ... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Hasil Studi Awal ... 62

a. Pemahaman Guru Tentang Pembelajaran Tematik ... 63

b. Perencanaan dan Penerapan Pembelajaran yang Saat Ini Berlangsung ... 67

c. Aktivitas Belajar Siswa ... 72

d. Kondisi dan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana yang Ada di Sekolah ... 75

2. Hasil Implementasi Pembelajaran Tematik a. Persiapan Perencanaan Tindakan ... 77 b. Implementasi Pembelajaran Tematik


(3)

iii

Di Sekolah Kategori Baik ... 88

c. Implementasi Pembelajaran Tematik Di Sekolah Kategori Sedang ... 120

d. Implementasi Pembelajaran Tematik Di Sekolah Kategori Kurang ... 150

e. Dampak Penerapan Model Pembelajaran Tematik ... 181

B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Desain Model Pembelajaran Tematik ... 187

2. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 192

3. Dampak Penerapan Pembelajaran Tematik ... 194

4. Bentuk Akhir Model Pembelajaran Tematik ... 197

5. Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 202

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 209

B. Rekomendasi ... 214

DAFTAR PUSTAKA ... 217

RIWAYAT HIDUP ... 221 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Karakteristik Sekolah Lokasi Penelitian ... 58 4.1 Latar Belakang Responden Guru ... 62 4.2 Pendapat Guru Tentang Kegiatan Belajar Mengajar yang Dilakukan Selama

Pembelajaran ... 69 4.3 Jumlah dan Latar Belakang Siswa SD Kelas II ... 72 4.4 Hasil Uji t Perolehan Skor Pretest dan Posttest

di Sekolah Kategori Baik ... 186 4.5 Hasil Uji t Perolehan Skor Pretest dan Posttest

di Sekolah Kategori Sedang ... 186 4.6 Hasil Uji t Perolehan Skor Pretest dan Posttest

di Sekolah Kategori Kurang ... 186 4.7 Model Pembelajaran Tematik Akhir ... 201


(5)

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Aktivitas Belajar Siswa di Sekolah Kategori Baik ... 181

4.2 Aktivitas Belajar Siswa di Sekolah Kategori Sedang ... 182

4.3 Aktivitas Belajar Siswa di Sekolah Kategori Kurang ... 182

4.4 Hasil Belajar Siswa di Setiap Sekolah ... 184

4.5 Kemampuan Guru Mengimplementasikan Pembelajaran Tematik Di Tiap Sekolah... 185


(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Peta Variabel Implementasi Model Pembelajaran Tematik ... 10 2.1 Rentang Penerapan Pendekatan Integratif Menurut Jacob (1989)

Dan Fogarty (1991) ... 21 2.2 Model Pembelajaran Terpadu Dari Fogarty (1991) ... 23 2.3 Pengembangan Tema ... 35 3.1 Model Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Mc Taggart (1988) ... 52 3.2 Tahapan Penelitian Implementasi Model Pembelajaran Tematik .... 57 4.1 Bagan Alur Implementasi Model Pembelajaran Tematik

Di Sekolah Kategori Baik ... 119 4.2 Bagan Alur Implementasi Model Pembelajaran Tematik

Di Sekolah Kategori Sedang ... 149 4.3 Bagan Alur Implementasi Model Pembelajaran Tematik

Di Sekolah Kategori Kurang ... 178 4.4 Bagan Alur Implementasi Model Pembelajaran Tematik


(7)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A

A.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 221 A.2 Angket Untuk Guru ... 226 A.3 Angket Untuk Siswa... 232 A.4 Lembar Observasi Pelaksanaan

Pembelajaran Tematik ... 235 A.5 Desain Model Pembelajaran Tematik ... 236

LAMPIRAN B

B.1 Surat Permohonan Izin Penelitian

Dari Sekolah Pascasarjana UPI ... 238 B.2 Surat Izin Penelitian

Dari Dinas Pendidikan Kab. Belitung Timur ... 239 B.3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Dari Dinas Pendidikan Kab. Belitung Timur ... 240 B.4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Dari SDN 1 Manggar ... 241 B.5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Dari SDN 7 Manggar ... 242 B.6 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan mendasar yang saat ini dialami oleh bangsa kita adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari angka Human Development Index (HDI) tahun 2005 yang menempatkan negara kita pada urutan 110, jauh di bawah negara-negara Asia seperti Thailand, Malaysia, Philipina, Hongkong dan Korea Selatan (Human Development Report, 2005). Padahal angka HDI ini diperoleh dari indikator yang sangat penting, yang salah satunya adalah berhubungan dengan angka partisipasi pendidikan masyarakat suatu negara.

Keterpurukan bangsa ini akan kualitas pendidikan terutama pendidikan dasar juga terlihat dari berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga internasional maupun data statistik nasional. Bank Dunia (1998) melaporkan tentang hasil pengukuran indikator mutu secara kuantitatif pada Sekolah Dasar (SD) di beberapa negara di Asia. Hasilnya menunjukkan bahwa hasil tes membaca murid kelas IV SD, Indonesia berada pada peringkat terendah di Asia Timur, berada di bawah Hongkong 75,5%, Singapura 74%, Thailand 65,1%, Filifina 52,6% dan Indonesia 51,7%. Dari hasil penelitian ini disebutkan pula bahwa para siswa di Indonesia hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan mengalami kesulitan menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Ditambah hasil survei pengukuran dan penilaian pendidikan oleh


(9)

The Thrids International Mathematics and Science Study - Repeat ( TIMSS-R ) 1999 terhadap 38 negara disimpulkan bahwa nilai matematika dan IPA siswa Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) Indonesia juga sangat rendah (Suderajat, 2002). Pada mata pelajaran matematika anak Indonesia menduduki urutan 34, dan IPA urutan ke 32 dari 38 negara yang diteliti. Data hasil pengukuran daya serap kurikulum siswa secara nasional oleh Direktorat Pendidikan TK dan SD tahun 2000/2001 juga menunjukkan bahwa rata-rata daya serap kurikulum secara nasional juga masih rendah, yaitu 5,1 untuk lima mata pelajaran.

Kondisi ini menunjukkan bahwa reformasi dalam sistem pendidikan nasional kita sudah menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditunda lagi, terutama pada jenjang pendidikan dasar yang menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan pada jenjang selanjutnya. Menurut Sujanto, A. (1986:98) kuatnya pendidikan dasar akan menjiwai pendidikan selanjutnya, sebab pendidikan sesudah Sekolah Dasar adalah sekedar pengembangan dari pada apa yang telah dikuasai anak pada tingkat Sekolah Dasar.

Langkah pertama yang telah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional sejak reformasi digulirkan adalah dengan ditetapkannya Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, menggantikan Undang-Undang No 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional yang dianggap sudah tidak relevan lagi dengan tuntutan jaman.

Dalam visi pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai


(10)

pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah. Visi pendidikan nasional ini menyiratkan bahwa pembaharuan dalam bidang pendidikan haruslah dimulai sejak awal. Pendidikan dasar yang menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan di tingkat selanjutnya, haruslah mampu berfungsi mengembangkan potensi diri peserta didik dan juga sikap serta kemampuan dasar yang diperlukan peserta didik untuk hidup dalam masyarakat, terutama untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam masyarakat, baik dari sisi ilmu pengetahuan, teknologi, sosial maupun budaya, di tingkat lokal maupun global.

Penguasaan terhadap kemampuan dasar bagi lulusan Sekolah Dasar juga menjadi keharusan, sebagaimana disyaratkan dalam Peraturan Menteri No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Sekolah Dasar adalah ”Siswa mampu menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung.” Kemampuan dasar yang harus dimiliki peserta didik dan menjadi tujuan utama dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah kemampuan dalam membaca, menulis dan berhitung atau sering kali disebut dengan istilah ”the 3Rs”. Menurut Tilaar (1998:390) membaca dan menulis merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap anggota masyarakat modern, karena masyarakat modern dewasa ini, dikatakan sebagai masyarakat ilmu pengetahuan. Artinya masyarakat tidak akan dapat berkembang tanpa ilmu pengetahuan. Lebih lanjut Jarolimek and Foster (1985:230), menyebutkan bahwa kemampuan membaca, menulis dan berhitung telah disepakati sebagai sesuatu yang fundamental dalam


(11)

literasi. Seseorang yang tidak menguasai cukup baik kemampuan ini akan mengalami ”kelumpuhan” dalam melakukan pekerjaan sekolahnya dan memiliki keterbatasan dalam membuat keputusan dalam kehidupannya di luar sekolah. Di samping itu, penguasaan terhadap kemampuan ini juga akan membuat anak menjadi manusia yang komunikatif.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa penguasaan terhadap kemampuan membaca, menulis dan berhitung pada siswa sekolah dasar, yang menjadi tujuan utama dalam pembelajaran di sekolah dasar menjadi hal yang sangat penting. Upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan penyelenggaraan pendidikan dasar. Karena inti dari peningkatan mutu pendidikan adalah terjadinya peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.

Permasalahannya, proses pembelajaran yang terjadi masih banyak menggunakan pendekatan pembelajaran yang kurang memperhatikan kebutuhan dan pengembangan potensi siswa, serta cenderung bersifat sangat teoritik (Blazely dkk, 1997 dalam Suderajat, 2002:3). Peran guru masih sangat dominan (teacher centered), dan gaya mengajar cenderung bersifat satu arah. Akhirnya, proses pembelajaran yang terjadi hanya sebatas pada penyampaian informasi saja (transfer of knowledge), kurang terkait dengan lingkungan sehingga siswa tidak mampu memanfaatkan konsep kunci keilmuan dalam proses pemecahan masalah kehidupan yang dialami siswa sehari-hari. Misalnya dalam pembelajaran matematika, yang merupakan mata pelajaran untuk pencapaian kemampuan berhitung. Dikatakan oleh Sugiman (2001:165) dan Zulkardi (2000)


(12)

pembelajaran yang terjadi, terkesan seolah-olah mengakibatkan lepasnya anak tersebut dari lingkungannya, mereka belajar sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan lingkungan hidupnya. Pendidikan yang terjadi hanya menekankan pada penguasaan keilmuan berdasarkan disiplin keilmuan dan bersifat mekanistik yang menyebabkan skemata anak menjadi terbelenggu sehingga dapat menurunkan daya kreativitas anak terutama ketika menghadapi masalah matematika yang terkait dengan kehidupan nyata. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Aminarti, N. (2004) tentang cara guru mengajarkan matematika menunjukkan bahwa hanya 31,52% siswa menyatakan bahwa guru matematikanya memiliki banyak metode (variasi kegiatan) dalam pembelajaran, sisanya menyatakan guru mengajar matematika dengan cara terlalu banyak menulis dan menghapal rumus (52,17%,). Kondisi ini sangat memprihatinkan karena studi pendahuluan pada penelitian tersebut dilakukan pada sekolah yang berdasarkan pengakuan guru matematika sekolah tersebut, pembelajaran yang mereka lakukan sudah berorientasi pada student centered. Hal serupa juga terjadi dalam pelajaran Bahasa Indonesia yang merupakan mata pelajaran untuk pencapaian kemampuan membaca dan menulis. Hasil studi pendahuluan penelitian Prihantini (2002) pada siswa kelas II SD tentang pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan interdisipliner yang menggunakan pelajaran bahasa Indonesia sebagai principal organizer menyatakan bahwa aktivitas belajar siswa tidak ada variasi lain kecuali membaca dan menulis. Kegiatan membaca terbatas pada membaca bacaan yang disertai menjawab pertanyaan-pertanyaan ingatan. Bahkan jawaban sudah tersurat dalam bacaan.


(13)

Dalam proses pembelajaran juga, menurut pemerhati pendidikan asal Inggris, Stuart Weston, yang juga konsultan Bank Dunia menangani proyek pendidikan dasar untuk Indonesia, siswa SD lebih banyak mendapat pelajaran menghafal, daripada praktik termasuk mengarang, Kondisi inilah yang menurut pemerhati tersebut yang menyebabkan rendahnya kemampuan membaca, menulis siswa SD di Indonesia (Republika, 2 Maret 1999).

Kondisi ini menurut Pusat Kurikulum (2004) telah berlangsung selama beberapa dekade, sejak diperolehnya hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Depdiknas di Sekolah Dasar pada tahun 1979 yang menunjukkan bahwa gaya guru mengajar adalah berceramah sementara siswa mendengarkan dan sebagian besar waktu digunakan untuk menyampaikan informasi. Keadaan ini yang disinyalir oleh Suderajat (2002 : 3) sebagai salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan kita selain kurikulum yang berlaku terlalu sarat dengan materi.

Berdasarkan kondisi di atas, dapat dipahami bahwa pembaharuan dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar sudah menjadi suatu keharusan, terutama pada kelas rendah Sekolah Dasar yang menjadi landasan dalam pembentukan kemampuan dasar siswa. Permasalahan ini, telah ditangkap oleh pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yang tertuang dalam Peraturan Menteri No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dengan menetapkan pendekatan tematik sebagai pendekatan pembelajaran yang harus dilakukan pada siswa Sekolah Dasar terutama pada siswa kelas rendah (kelas I s.d III). Penetapan ini bukan tanpa alasan, menurut BSNP (2006:35) peserta didik


(14)

pada kelas rendah Sekolah Dasar, pada umumnya berada pada tingkat perkembangan yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta baru mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Karenanya proses pembelajaran masih bergantung kepada objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung. Pembelajaran yang dilakukan dengan mata pelajaran terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik mengaitkan konsep dengan kehidupan nyata mereka sehari-hari. Akibatnya, para siswa tidak mengerti manfaat dari materi yang dipelajarinya untuk kehidupan nyata. Sistem pendidikan seperti ini membuat manusia berpikir secara parsial, terkotak-kotak, yang menurut David Orr dalam (Megawangi, 2005) adalah akar dari permasalahan yang ada :

“Isu-isu terbesar saat ini pasti berakar dari kegagalan kita untuk melihat segala sesuatu secara keseluruhan. Kegagalan tersebut terjadi ketika kita terbiasa berpikir secara terkotak-kotak dan tidak diajarkan bagaimana untuk berpikir secara keseluruhan dalam melihat keterkaitan antar kotak-kotak tersebut, atau untuk mempertanyakan bagaimana suatu kotak (perspektif) dapat terkait dengan kotak-kotak lainnya.” (David Orr)

Penetapan pendekatan tematik dalam proses pembelajaran juga diharapkan dapat menjembatani pendidikan yang telah dialami anak di Taman Kanak-Kanak (TK), sehingga dapat menekan angka mengulang kelas yang masih tinggi terutama pada kelas rendah. Menurut Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional angka mengulang SD/MI tahun 2004, menunjukkan bahwa rata-rata angka mengulang dari kelas 1-6 sebesar 3,82%, dengan perincian dari kelas 1 s/d 6 berturut-turut 7,92%, 4,68%, 4,07%, 2,96%, 1,93%, 0,26%. Makin tinggi tingkat kelas, angka mengulang makin rendah.


(15)

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka pembelajaran pada kelas rendah Sekolah Dasar lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Gavelek, dkk. (2000) menyatakan bahwa pemikiran tentang pendekatan terpadu ditujukan untuk mengatasi tiga kebutuhan pendidikan. Pertama, otensitas artinya kegiatan pembelajaran bersifat otentik, yakni terkait dengan tugas-tugas dalam kehidupan nyata, bukan semata-mata untuk kegiatan persekolahan. Kedua, kebermaknaan artinya kegiatan pembelajaran harus bermakna, yaitu pengetahuan atau informasi yang dipelajari siswa disajikan dalam sebuah konteks, tidak isolatif. Ketiga, efisien artinya pembelajaran menawarkan daya cakup kurikulum yang lebih luas.

Menurut Subroto dan Herawati (2004:1.9) yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan yang memadukan satu atau beberapa mata pelajaran dalam pembelajaran yang diawali dari suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok-pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa pelbagai aktivitas belajar dalam pembelajaran terpadu dihubungkan oleh sebuah tema. Tema merupakan payung keterpaduan dari pelbagai kegiatan belajar sehingga satu sama lain memiliki keterkaitan yang erat. Penggunaan tema yang sangat menonjol dalam pendekatan terpadu ini mengakibatkan pendekatan ini kerap disebut juga sebagai Pendekatan Tematik.


(16)

Strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik (selanjutnya disebut pembelajaran tematik) sebenarnya telah diisyaratkan sejak kurikulum 1994, akan tetapi karena keterbatasan kemampuan guru, baik yang disebabkan oleh proses pendidikan yang dilaluinya maupun kurangnya pelatihan tentang pembelajaran tematik mengakibatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik tidak dapat diwujudkan dengan baik. Terlebih lagi disadari, bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini memerlukan persiapan yang tinggi dari guru, dalam hal waktu, sumber, bahan ajar, serta perangkat pendukung lainnya. Keterbatasan guru dalam pembelajaran tematik ini dapat terlihat dalam sebuah penataran tentang pembelajaran tematik pada guru Sekolah Dasar di Propinsi Bengkulu. Dimana dari 76 peserta penataran yang sebagian besar adalah guru SD kelas rendah, hanya beberapa orang saja yang telah memiliki pemahaman akan pengembangan dan penerapan pembelajaran tematik. Hal ini berarti masih cukup banyak guru yang memerlukan peningkatan kemampuan dalam pembelajaran tematik. Apalagi dengan pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang memberikan kewenangan bagi sekolah untuk melakukan pengembangan kurikulum, membutuhkan kesiapan dari semua pihak, terutama guru kelas rendah untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam implementasi kurikulum dan pembelajaran tematik. Berdasarkan pemikiran ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian implementasi model pembelajaran tematik, dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilannya, terutama untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa SD dalam membaca, menulis dan berhitung.


(17)

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang permasalahan di atas, dapat dipahami bahwa peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar, terutama dalam hal peningkatan kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan cara meningkatkan mutu sistem pembelajaran yang terjadi di kelas. Karena merupakan suatu sistem maka komponen-komponen yang mempengaruhi pembelajaran saling terkait satu sama lain. Sebagaimana diungkapkan oleh Arikunto (2004:5) sistem adalah satu kesatuan dari beberapa bagian satu komponen program yang saling kait mengait dan bekerja satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam sistem. Berikut ini adalah peta variabel-variabel yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas

SYSTEM INPUT

UU No 20 Th 2003 tentang Sisdiknas PerMen No 22 Th 2006 tentang standar isi

PerMen No 23 Th 2006 tentang standar kompetensi lulusan Manajemen sekolah

ENVIROMENTAL INPUT Ketersediaan sarana dan prasarana Partisipasi masyarakat OUTPUT KEMAMPUAN DASAR SISWA PROSES PEMBELAJARAN PERENCANAAN - Tujuan pembelajaran

- Materi

- Media/alat/sumber beljar

- Pengalaman belajar

- Assessment

PELAKSANAAN - Interaksi guru & siswa

berdasarkan rencana

EVALUASI

- Proses dan hasil belajar

RAW INPUT KONDISI SISWA - Kecerdasan

- Latar Belakang Sosial

- Psikologi Perkembangan

- Kesiapan belajar

KONDISI GURU - Pendidikan

- Pengalaman mengajar

- Penguasaan metode pembelajaran


(18)

Dari peta variabel di atas dapat diketahui bahwa proses pembelajaran tergantung dari (1) System Input; merupakan acuan atau pedoman dalam pembuatan perencanaan model pembelajaran tematik. Berdasarkan system input guru membuat pengembangan kurikulum. Dalam KTSP, pengembangan kurikulum yang dibuat oleh guru didasarkan pada standar kompetensi kelulusan dan standar isi yang telah ditetapkan oleh BSNP. Berdasarkan kebijakan inilah kemudian guru mengembangkan desain kurikulum. Pengembangan desain pembelajaran dimulai dengan menganalisis standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa dalam tiap bidang studi yang akan dipadukan, untuk kemudian dipadukan dalam suatu tema sebagai topik sentral yang selanjutnya dapat dijadikan dasar sebagai penentuan sub-sub tema berikutnya, dari bidang studi lain yang terkait. (2) Raw Input; maksudnya dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas dan evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan dipengaruhi oleh pertama, kondisi guru, baik yang berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman guru akan model pembelajaran tematik, maupun keterampilan dan pengalaman mengajar guru. Kedua, kondisi siswa, adanya motivasi dan kemauan siswa dalam memahami materi pembelajaran serta mengikuti proses pembelajaran merupakan faktor pendukung keberhasilan proses pembelajaran. Faktor siswa ini dapat diketahui dari kemampuan, sikap, minat, dan motivasinya dalam mengikuti proses pembelajaran. (3) enviromental input; yang kondusif sangat mempengaruhi proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Masukan lingkungan ini meliputi


(19)

adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan selama proses pembelajaran, serta dukungan dari pihak sekolah maupun masyarakat (komite sekolah) dalam bentuk material maupun moril. (4) Dalam proses pembelajaran, terjadi interaksi antara siswa dan guru yang dipengaruhi oleh masukan dari sistem, kondisi guru dan siswa, serta lingkungan sekolah, masyarakat maupun ketersediaan sarana yang mendukung pembelajaran. Proses pembelajaran dilakukan dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pencapaian terhadap tujuan pembelajaran ini dilakukan melalui pemberian pengalaman belajar terhadap siswa yang dapat diupayakan melalui penggunaan model pembelajaran tematik. Selama proses pembelajaran juga dilakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran itu sendiri dan juga hasil belajar yang dapat diukur dari sikap mapun unjuk kerja yang diberikan oleh siswa. (5) Output; berkenaan dengan perolehan hasil belajar siswa, yang dapat dilihat segera ataupun dalam jangka panjang. Variabel output ini juga dapat dijadikan sebagai indikator bagi efektifitas dan efisiensi suatu kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan dari implementasi model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa SD juga dapat dilihat dari variabel ini.

Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini akan diarahkan pada implementasi model pembelajaran tematik yang dapat memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran serta meningkatkan kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar.


(20)

Implementasi model pembelajaran tematik ini dibatasi oleh :

1. Desain, pelaksanaan dan evaluasi model pembelajaran tematik yang akan digunakan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2. Penerapan model pembelajaran tematik yang dilakukan oleh guru di kelas II SD.

3. Dampak dari penerapan model pembelajaran tematik terhadap kemampuan dasar siswa kelas II SD.

Berdasarkan batasan masalah tersebut di atas maka penelitian ini difokuskan pada Implementasi model pembelajaran tematik yang dapat meningkatkan

kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar

C. Pertanyaan Penelitian

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana implementasi model pembelajaran tematik untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa?”. Untuk lebih mengarahkan penelitian ini, maka permasalahan dalam penelitian ini diuraikan dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut ini :

1. Bagaimana mendesain model pembelajaran tematik yang dapat meningkatkan kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar?

2. Bagaimana desain model pembelajaran tematik diimplementasikan pada siswa kelas II Sekolah Dasar?

3. Bagaimana hasil belajar yang diperoleh siswa selama implementasi model pembelajaran tematik dalam bidang membaca, menulis dan berhitung?


(21)

4. Faktor pendukung dan penghambat apakah yang ditemukan dalam penerapan model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menerapkan model pembelajaran tematik yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta meningkatkan kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar. 2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui langkah-langkah dalam mendesain model pembelajaran tematik yang dapat meningkatkan kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar. b. Mengetahui langkah-langkah yang dilakukan dalam mengimplementasikan

model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar.

c. Mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa selama penerapan model pembelajaran tematik.

d. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan dari model pembelajaran tematik untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan minimal menemukan prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah mengenai implementasi model pembelajaran


(22)

tematik di sekolah dengan segala aspek-aspek yang mempengaruhi proses pengimplementasiannya.

2. Manfaat Secara Praktis a) Bagi Guru

Dari hasil penelitian ini diharapkan guru mendapatkan pengetahuan dan wawasan tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran tematik.

b) Bagi kepala Sekolah

Dari hasil penelitian ini diharapkan kepala sekolah mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran tematik yang dilakukan guru di dalam kelas, beserta aspek-aspek yang mempengaruhi proses pelaksanaan pembelajaran tematik, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.

c) Bagi Dinas Pendidikan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dinas pendidikan mengetahui tentang pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dan aspek-aspek yang mempengaruhi proses pembelajaran tematik, sehingga dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam perencanaan pengimplementasian pembelajaran tematik yang menjadi ketentuan dalam Permen No 23 tahun 2006 tentang standar isi untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah. F. Definisi Operasional

a. Implementasi diartikan sebagai proses pelaksanaan kurikulum di dalam kegiatan belajar mengajar. Keadaan ini terutama berhubungan dengan


(23)

kemampuan guru dalam melakukan proses perencanaan sampai dengan evaluasi pembelajaran

b. Model pembelajaran mengandung dua maksud, yaitu model mengajar oleh guru dan model belajar oleh siswa. Suatu model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pola yang digunakan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Menurut Joice dan Weil (2000: 6), bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur pengorganisasian pengalaman belajar secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

c. Pembelajaran tematik adalah salah satu model dari pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu dengan memadukan beberapa mata pelajaran yang bisa dikaitkan satu sama lain. Apabila tema sudah ditentukan maka selanjutnya tema ini dipakai sebagai dasar semua pelajaran. Model pembelajaran tematik ini juga dikenal dengan model jaring laba-laba (webbed).

d. Kemampuan dasar diartikan sebagai unsur-unsur dasar yang diperlukan oleh seorang siswa untuk menunjang tugasnya sebagai seorang pembelajar. Kemampuan dasar ini mencakup kemampuan dalam hal membaca, menulis dan berhitung.


(24)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN .

A. Desain Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian pendahuluan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan model pembelajaran tematik yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta meningkatkan kemampuan dasar siswa sekolah dasar dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu rumusan praktis tentang penerapan model pembelajaran tematik, mulai dari desain pembelajaran tematik, implementasi pembelajaran sampai dengan evaluasi pelaksanaan pembelajaran tematik. Tujuan tersebut hanya dapat dihasilkan jika metode yang digunakan adalah suatu metode penelitian yang menitikberatkan pada upaya dihasilkannya suatu solusi praktis dan kontekstual tanpa mengabaikan hal-hal yang bersifat teoritik. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas.

Menurut Hopkins (1993 dalam Wiriaatmadja 2005:11) penelitian tindakan merupakan penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam bentuk sebuah proses perbaikan dan perubahan. Sedangkan Wiriaatmadja (2005:13) menyebutkan bahwa penelitian tindakan adalah bagaimana sekelompok


(25)

guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu..

Menurut Kemmis dan Mc Taggart (Kasihani, 1998) penelitian tindakan dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementari, yang terdiri dari empat langkah penting yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Keempat aspek pokok ini merupakan suatu proses siklus yang bergerak dalam spiral dimana peneliti beserta guru bertugas : (1) Mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis bertujuan untuk meningkatkan apa yang telah terjadi; (2) Bertindak untuk melaksanakan rencana tersebut; (3) Mengobservasi efek tindakan tersebut dalam konteks penelitiannya; (4) Merefleksikan efek ini sebagai dasar bagi perencanaan lanjutan, tindakan lanjutan dan seterusnya melalui serangkaian tahap. Berikut ini adalah model penelitian tindakan yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1988).


(26)

Berdasarkan pengertian dari ahli tersebut dapat dipahami bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang diambil oleh guru (pelaksana pendidikan) untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan rangkaian tindakan yang terencana dan bersifat siklikal. Substansi penelitian tindakan kelas lebih mengarah pada kepentingan yang bersifat praktis.

A C T

R E F L E C T

OBSERV

PLAN

A C T

R E F L E C T

OBSERV

REVISED PLAN


(27)

Oleh karena itu dalam pelaksanaan penelitian, peneliti akan berkolaborasi dengan guru kelas II SD. Guru sebagai mitra peneliti, terlibat secara aktif bersama peneliti melakukan penelitian mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran tematik. Penelitian yang akan dilakukan juga merujuk pada model penelitian tindakan spiral yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart di atas (1988) dengan modifikasi sesuai dengan kebutuhan.

B. Prosedur Penelitian

Berangkat dari pemahaman tersebut, prosedur penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini meliputi :

1. Persiapan penelitian

Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Studi literatur dengan mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran tematik dan konsep membaca, menulis dan berhitung, terutama untuk siswa SD kelas rendah. Kajian juga dilakukan terhadap hasil penelitian terdahulu yang hasilnya berkaitan erat dengan pembelajaran tematik.

b. Studi awal tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas II SD yang saat ini berlangsung. Studi awal ditujukan untuk mengetahui pola pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas II SD, terutama ditekankan pada aspek (1) Pemahaman guru tentang pembelajaran tematik; (2) Kemampuan dan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran; (3) Aktivitas siswa di kelas; (4) Kondisi dan pemanfaatan sarana prasarana dan lingkungan.


(28)

Kendala dan hambatan yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran tematik, mulai dari desain pembelajaran, implementasi sampai evaluasi pembelajaran. Pada tahap ini juga dilakukan pengumpulan data berkenaan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran tematik, seperti kondisi guru, siswa, fasilitas atau sumber dan media pembelajaran yang tersedia. Studi awal pada penelitian ini dilakukan di tiga Sekolah Dasar dengan kategori baik, sedang dan kurang. Pengkategorian sekolah ini dilakukan dengan mempertimbangkan prestasi sekolah dan animo masyarakat terhadap sekolah tersebut.

Hasil dari studi literatur dan observasi ini dilakukan analisis terhadap permasalahan yang dihadapi dan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan tindakan model pembelajaran tematik untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung pada siswa Sekolah Dasar yang sesuai dengan kondisi dan lingkungan setempat.

2. Perencanaan tindakan

Pada tahapan ini peneliti bersama guru melakukan penyusunan rencana tindakan, mulai dari analisis standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar. Menentukan tema dan menyusun jaring tema berdasarkan hasil analisis kompetensi dari mata pelajaran yang terkait. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru, termasuk di dalamnya


(29)

penentuan strategi, metode dan pemilihan media yang akan digunakan dalam pembelajaran.

Mata pelajaran yang dikaitkan dengan tema pada penelitian ini adalah mata pelajaran PKnPs, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Kelima mata pelajaran ini dipilih berdasarkan pertimbangan, karena guru di Sekolah Dasar yang menjadi subyek penelitian, sebagian besar hanya mengampu kelima mata pelajaran ini. 3. Pelaksanaan tindakan

Pada tahapan ini, guru mengimplementasikan pembelajaran tematik sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya bersama dengan peneliti. Tindakan ini ditujukan untuk eksperimentasi pola yang telah direncanakan, sehingga diperoleh gambaran empiris validitas rencana tindakan, kelebihan dan kekurangan rencana tindakan yang dikembangkan. 4. Pengamatan/observasi tindakan

Pada tahapan ini peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan rencana tindakan yang dilakukan oleh guru. Pengamatan dilakukan terhadap (1) Kemampuan guru menerapkan pembelajaran tematik; (2) Aktivitas siswa yang mencakup kemampuan siswa dalam bertanya, mengungkapkan pendapat dan bekerjasama; (3) Dampak tindakan terhadap kualitas dan hasil pembelajaran. Data yang diperoleh selanjutnya sangat diperlukan sebagai bahan refleksi untuk melakukan kaji ulang terhadap tindakan yang telah dilakukan.


(30)

5. Refleksi tindakan

Pada tahapan ini dilakukan kaji ulang dan perenungan terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, terutama berhubungan dengan kendala yang dihadapi oleh guru selama pelaksanaan model pembelajaran tematik. Refleksi atau kaji ulang terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik juga dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi terutama yang berhubungan dengan (1) kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik, (2) situasi dan kondisi pembelajaran yang terjadi selama tindakan berlangsung. Refleksi senantiasa dilakukan setelah selesai pelaksanaan tindakan, dengan melalui diskusi antara guru dan peneliti. Hasil dari refleksi ini digunakan sebagai bahan untuk merekontruksi kembali rencana tindakan baru yang akan dilaksanakan oleh guru pada siklus tindakan berikutnya. Tahapan ini dilakukan terus dalam setiap siklus tindakan dengan prosedur yang sama, sampai tujuan dari penerapan model pembelajaran tematik untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa menunjukkan keberhasilan. Menurut Wiriaatmadja (2000:103) siklus penelitian dapat dihentikan apabila yang direncanakan sudah berjalan sebagaimana diharapkan dan data yang ditampilkan di kelas sudah jenuh, dalam arti tidak ada data baru yang ditampilkan dan dapat diamati, serta kondisi kelas dalam pembelajaran sudah stabil. Dalam kondisi ini, guru terlihat sudah mampu dan menguasai keterampilan mengajar yang baru.

Secara garis besar prosedur penelitian ini dapat digambarkan pada bagan berikut ini :


(31)

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas II di tiga Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur. Pemilihan tiga Sekolah Dasar dilakukan berdasarkan kategori baik, sedang dan kurang. Pengkategorian sekolah dilakukan dengan mempertimbangkan prestasi sekolah dan animo masyarakat terhadap sekolah tersebut. Di samping itu, penetapan sekolah juga didasarkan pada kemungkinan dapat dilakukannya ujicoba, artinya tidak ditemui Gambar 3.2. Tahapan Penelitian Implementasi Model Pembelajaran Tematik Kajian empiris

Kondisi KBM di SD Kebutuhan siswa Lingkungan belajar

Study Awal

Identifikasi Masalah dan Refleksi

SIKLUS I

Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan Refleksi

Konsep pendidikan dasar Karakteristik siswa SD Kemapuan membaca, menulis dan berhitung siswa SD Konsep pembelajaran tematik Hasil penelitian terdahulu

SIKLUS II

Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan Refleksi

SIKLUS III


(32)

adanya hambatan dari pihak sekolah dan adanya kemauan dari pihak guru untuk melaksanakan pembelajaran tematik. Tujuan dari penetapan sekolah berdasarkan pengkategorian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan pembelajaran tematik di masing-masing sekolah yang mempunyai karakteristik yang berbeda. Karakteristik ketiga Sekolah Dasar yang dijadikan subyek penelitian ini seperti yang tercantum pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Karakteristik Sekolah Lokasi Penelitian

Nama Sekolah Jumlah Guru Jumlah Siswa Keterangan

SDN 1 Manggar 1 38 Kategori baik

SDN 7 Manggar 1 11 Kategori sedang

SDN 23 Manggar 1 10 Kategori kurang

Jumlah 58 orang

D. Tehnik Pengumpulan Data

Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang diajukan, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :

1. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang berlangsung di SD sasaran 2. Kegiatan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi

model pembelajaran tematik

3. Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran tematik berlangsung

4. Evaluasi hasil belajar yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung

5. Pretest dan posttest terhadap kemampuan membaca, menulis dan berhitung siswa yang dilakukan sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran tematik.


(33)

6. Pendapat guru tentang model pembelajaran tematik

Data yang yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan observasi, wawancara, kuestioner dan studi dokumentasi.

Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung di SD sasaran. Selain itu juga, observasi dilakukan selama proses implementasi model pembelajaran tematik mulai dari siklus atau tahap pertama tindakan sampai siklusatau tahap tindakan terakhir. Observasi dilakukan berkenaan dengan :

a. Kemampuan guru dalam melaksanakan model pembelajaran tematik b. Situasi dan kondisi pembelajaran yang terjadi selama implementasi model

dilakukan, baik yang berkenaan dengan aktifitas belajar siswa, maupun interaksi yang muncul antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru.

Semua data yang diperoleh dicatat dalam lembar observasi atau catatan hasil observasi harian.

Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data:

a. Dari guru mengenai : pendapat guru tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tematik.

b. Dari siswa mengenai : pendapat siswa tentang pelaksanaan pembelajaran tematik.


(34)

c. Dari kepala sekolah mengenai : pendapat kepala sekolah tentang pelaksanaan pembelajaran yang selama ini berlangsung pada kelas rendah dan pelaksanaan model pembelajaran tematik.

Wawancara digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui kuisioner.

Kuestioner

Kuestioner dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner untuk menjaring data yang berhubungan dengan :

a. Pendapat guru tentang model pembelajaran tematik dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya

b. Pendapat siswa tentang pelaksanaan pembelajaran tematik

Studi dokumentasi

Tehnik ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai : a. Hasil belajar siswa sebelum dilakukan model pembelajaran tematik b. Hasil belajar siswa selama pelaksanaan model pembelajaran tematik c. Sumber atau media pembelajaran yang tersedia di lingkungan sekolah

d. Data tentang kondisi lingkungan sekolah, guru, siswa dan organisasi sekolah.

Tes

Instrumen tes digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang dilakukan di akhir setiap ujicoba. Selain itu tes juga dilakukan sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran tematik (pretest dan posttest). Pretest ini dilakukan untuk mengetahui dampak penerapan model pembelajaran tematik terhdapa kemampuan membaca, menulis dan berhitung siswa.


(35)

E. Analisis dan Interpretasi data

Data yang diperoleh, dianalisis sesuai dengan jenis data yang diperoleh. Untuk data kualitatif, dilakukan analisis secara kualitatif. Analisis dilakukan dengan cara data yang diperoleh dikumpulkan dan dideskripsikan dalam matriks data. Dalam menginterpretasikan data, digunakan kategorisasi dengan membubuhkan kode. Hal ini digunakan untuk memudahkan interpretasi data. Kategorisasi data disusun sesuai dengan prosedur pengkodean dalam analisis data kualitatif (Moleong, 1996). Analisis data kualitatif ini dilakukan terhadap data yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung di SD sasaran, pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran tematik, aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung, serta pendapat guru dan siswa tentang model pembelajaran tematik.

Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik non parametrik. Analisis ini digunakan terhadap data hasil belajar siswa selama pelaksanaan model pembelajaran tematik untuk mengetahui tingkat pencapaian dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Langkah pertama yang dilakukan dalam mendesain pembelajaran tematik adalah menentukan tema dan subtema berdasarkan hasil analisis terhadap standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang sudah ditetapkan dalam standar isi. Dalam penentuan tema yang harus diperhatikan adalah kedekatan tema dengan diri dan lingkungan siswa. Selanjutnya tema digunakan sebagai alat pemadu konsep atau materi pelajaran yang terkait dengan tetap memperhatikan aspek perkembangan peserta didik. Langkah terakhir dari desain pembelajaran tematik ini adalah perancangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat tujuan pembelajaran khusus (indikator) yang akan dicapai dalam satu tema atau subtema, dan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran mencakup pemilihan materi, metode, media serta penentuan alat evaluasi pembelajaran. Diharapkan dengan adanya perancangan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik pembelajaran yang dilakukan akan lebih bermakna. Berikut ini adalah desain generik model pembelajaran tematik yang dihasilkan dari hasil uji coba di tiga sekolah.


(37)

Desain model pembelajaran tematik

Pertama adalah menentukan tema dan subtema berdasarkan hasil analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan kedekatan tema dengan diri dan lingkungan siswa.

Menentukan jaringan tema untuk menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Jaringan tema ini dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia untuk setiap tema.

Tujuan pembelajaran dikembangkan berdasarkan indikator pembelajaran yang terkait dengan tema dengan mempertimbangkan jumlah indikator dan kedalaman indikator dengan alokasi waktu yang tersedia.

Materi dan sumber pembelajaran dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai dengan memanfaatkan sumber daya lingkungan yang ada disekitar siswa.

Perencanaan prosedur pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tiga tahap pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir pembelajaran.

Evaluasi dilakukan secara terpadu dalam proses pembelajaran, baik yang bersifat proses maupun produk hasil belajar, dengan mempertimbangkan kemampuan membaca dan menulis siswa.

2. Pembelajaran tematik merupakan salah satu pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa dalam pelaksanaannya. Keaktivan siswa ini sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengorganisasi materi pembelajaran dan kelas selama pembelajaran itu berlangsung. Pemilihan


(38)

tema yang dekat dengan diri dan lingkungan siswa sangat membantu guru dalam menerapkan pembelajaran di kelas dan dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.

Penerapan model pembelajaran tematik dilakukan dengan menggunakan tiga tahap pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir pembelajaran.

Pada kegiatan awal dilakukan kegiatan penginformasian tema, tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa.

Pada kegiatan inti, kegiatan pembelajaran diawali dengan penyampaian pertanyaan pemandu yang dituliskan di papan tulis. Tujuannya untuk membantu siswa yang belum lancar membaca. Setelah itu, kegiatan inti dilakukan dengan metode pembelajaran yang mengacu pada aktivitas belajar siswa dengan tujuan utama mengembangkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung siswa. Kegiatan inti diakhiri dengan penguatan terhadap materi pembelajaran melalui diskusi bersama antara guru dan siswa.

Pada kegiatan akhir, dilakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan yang bersifat terbatas dan terbuka serta memperhatikan kemampuan membaca dan menulis siswa.

3. Perolehan hasil belajar siswa di sekolah kategori baik, sedang maupun kurang selama dilakukannya implementasi model pembelajaran tematik mengalami peningkatan. Peningkatan perolehan hasil belajar ini sejalan dengan terjadinya peningkatan terhadap kemampuan guru dalam


(39)

mengimplementasikan pembelajaran tematik. Selain perolehan hasil belajar yang bersifat instruksional, penerapan model pembelajaran tematik ini juga memberikan peningkatan terhadap dampak pengiring (nurturant effect) pembelajaran seperti meningkatnya kemampuan siswa dalam bertanya, mengungkapkan pendapat dan bekerjasama.

Peningkatan perolehan hasil belajar di tiap sekolah selama implementasi pembelajaran tematik berbeda-berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, seperti kemampuan guru, karakteristik siswa, ketersediaan sarana dan prasarana serta dukungan dari kepemimpinan kepala sekolah.

4. Setelah dilakukan ujicoba di tiga sekolah kategori baik, sedang dan kurang diperoleh model pembelajaran tematik yang bersifat generik. Artinya model ini dimungkinkan untuk dapat diterapkan pada sekolah yang minimal memiliki kemiripan dengan karakteristik sekolah pada kategori kurang. Dalam penerapannya, model pembelajaran tematik yang bersifat generik tersebut dapat dilakukan dengan penyesuaian-penyesuaian, sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh sekolah. Karakteristik sekolah terutama sekali berhubungan dengan faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran tematik. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor guru, siswa, sarana prasarana dan lingkungan. Dukungan dari faktor-faktor inilah yang dapat membuat keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik lebih dapat terlaksana.


(40)

Berdasarkan hasil ujicoba yang telah dilakukan diperoleh beberapa prinsip yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengimplementasikan pembelajaran tematik di kelas rendah Sekolah Dasar.

Pembelajaran tematik yang dilakukan akan lebih bermakna manakala tema yang diangkat adalah tema yang berasal dari lingkungan terdekat siswa karena dapat menimbulkan motivasi siswa dalam belajar.

Proses pembelajaran dilakukan dengan berorientasi pada aktivitas siswa (student oriented) dimana siswa berperan sebagai subyek belajar. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar dan cara penilaian perlu beragam sesuai dengan karakteristik siswa. Artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar dan latar belakang sosial siswa.

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan penekanan pada pemberian perolehan pengalaman langsung (learning by doing) terhadap siswa sehingga siswa terlatih untuk menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.

Kegiatan inti pada implementasi pembelajaran tematik lebih menekankan pada tujuan pengembangan kemampuan membaca, menulis dan berhitung siswa.

Pemilihan media dan sumber belajar dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik dan kedekatan sumber belajar dengan siswa.


(41)

Proses penilaian pembelajaran dilakukan secara terpadu dengan mempertimbangkan kemampuan membaca dan menulis siswa.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh peneliti selama berlangsungnya penelitian dan juga analisis terhadap hasil temuan tersebut, maka diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai rekomendasai terhadap pihak yang terkait, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru sebagai praktisi yang akan menerapkan model pembelajaran tematik secara langsung.

Guru sebagai pengembang dan pelaksana pembelajaran tematik di lapangan dituntut untuk memiliki pemahaman yang utuh tentang pembelajaran tematik, baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Pemahaman dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik akan semakin terasah bila guru senantiasa untuk melakukan refleksi diri terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik yang diterapkan di kelas. Kolaborasi dengan guru kelas lain dalam bentuk team teaching atau diskusi dan simulasi microteaching dalam forum Kelompok Kerja Guru (KKG) dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik. Diharapkan dengan semakin meningkatnya kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik, maka hambatan yang dapat mempengaruhi penerapan pembelajaran tematik seperti faktor siswa, sarana dan prasarana serta lingkungan dapat dieliminir.


(42)

2. Kepala Sekolah

Peranan kepala sekolah dalam menerapkan pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan memberikan fasilitasi terhadap guru dalam mengembangkan kemampuan guru untuk menerapkan pembelajaran tematik. Fasilitasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat bersifat fisik seperti menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan guru dalam proses pembelajaran, dapat pula bersifat non fisik yaitu berupa dukungan moral dalam bentuk motivasi maupun pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan yang dapat meningkatkan kemampuan profesionalime guru.

3. Bagi Dinas Pendidikan Terkait

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keberhasilan penerapan pembelajaran tematik di sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan guru. Faktor-faktor lain seperti siswa, sarana dan prasarana serta lingkungan dapat dikurangi jika guru yang akan menerapkan pembelajaran tematik memiliki kemampuan yang tinggi. Kemampuan guru yang dimaksudkan disini adalah kemampuan dalam hal merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran tematik. Oleh karena itu dinas pendidikan harus meningkatkan kemampuan guru, baik melalui jenjang pendidikan formal maupun informal (pelatihan) mengingat penerapan model pembelajaran tematik membutuhkan pengetahuan dan pelatihan yang cukup memadai bagi guru sehingga upaya untuk menerapkan pembelajaran tematik lebih mudah tercapai.


(43)

Perlu dilakukan kaji ulang terhadap kebijakan-kebijakan yang selama ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran. Tindakan ini perlu dilakukan mengingat pemahaman dan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik di sekolah dasar khususnya kelas rendah masih sangat kurang. Diharapkan dengan adanya evaluasi terhadap program peningkatan mutu guru, pelatihan dan pembinaan yang selama ini dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Daerah maupun cabang dapat mencapai sasaran.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pada penelitian ini telah dihasilkan model pembelajaran tematik yang bersifat generik yang baru teruji di tiga sekolah kategori baik, sedang dan kurang. Model pembelajaran ini belum dapat digeneralisasikan untuk semua Sekolah Dasar di kota Manggar, Kabupaten Belitung Timur dikarenakan belum terujinya model pembelajaran tematik yang dihasilkan pada penelitian ini. Oleh karena itu, bagi peneliti lain dapat dilakukan ujicoba validasi terhadap model pembelajaran tematik ini sehingga memungkinkan bagi model ini untuk diterapkan pada wilayah yang lebih luas yaitu di semua Sekolah Dasar di wilayah Kabupaten Belitung Timur.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah S. Arsjad, M.G., Ridwan, A.H., Zulfahnur, Z.F., Mukti, U.S. (1993). Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi

Alwasilah, A. Ch.dkk. (1998). Bunga Rampai Pengajaran Bahasa. Bandung: IKIP Bandung Press.

Aminarti, N. (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Media Interaktif di Sekolah Dasar. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan)

Arikunto, S. dan Abdul Jabar,C.S. (2004). Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Model Silabus Mata Pelajaran SD/MI. Jakarta: BP. Cipta Jaya.

Beane, J.A. (1997). Curriculum Integrated: Designing the Core of Democratic Education. New York: Teachers College, Columbia University.

Blanck, JA. (1995) Curriculum Integration and Disipliner of Knowledge. Kappan: Phi Delta

Fogarty, R. (1991). How to Integrate the Curriculum. USA: IRI/Sky Publishing Inc.

Gavelek, J.R., dkk. 2000. Integrated Literacy Instruction. Dalam Kamil, L.M., (Ed.), Handbook of Reading Research, Volume III, hlm. 587-607. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher.

Hamalik, O. (2006). Inovasi Pendidikan (Buku ke-1). Bahan kajian Perkuliahan Inovasi Pendidikan. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

... (2006). Inovasi Pendidikan (Perwujudan dalam Sistem Pendidikan Indonesia). Bahan Kajian Perkuliahan Inovasi Kependidikan. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia


(45)

... (2006). ManajemenImplementasi Kurikulum, Bagi Pengembang, Pengelola dan Pengawas. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Hamid, S. (1989). Pendidikan Dasar 9 Tahun. Bandung: Mimbar Pendidikan, No. 2 tahun VIII-Juli 1989.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga

Jacob, H.H., Ed. (1989). Interdisciplinary Curriculum: Design and Implementation. Alexandria, V.A.: ASCD.

Jarolimek, J. And Foster, C.D. (1989). Teaching and Learning in The Elementary School. USA: Macmillan Publishing Company.

Kustiana. (2003). Penerapan Model Pembelajaran Terpadu untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir dan Pemahaman Konsep di Sekolah Dasar. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan)

Lely Halimah. (2000). Pengembangan Model Kurikulum Terpadu dan Implementasinya di Sekolah Dasar (Dengan Menggunakan Bidang Studi Bahasa Indonesia sebagai Unsur Pemadu). Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan)

Maryanto, A. (1994). Kurikulum Lintas Bidang Studi. Jakarta: Gramedia

Meinbach, A.M., Rothlei, L., Fredericks, A.D. (1995). The Complete Guide to Thematic Units : Creating The Integrated Curriculum. Washington Street : Christopher-Gordon Publisher, Inc.

Mikarsa, H.L., Taufik, A., Prianto, P.L. (2005). Pendidikan Anak Di SD. Buku Materi Pokok PGSD. Jakarta: Universitas Terbuka

Miller, J.P. dan Seller, W. (1985). Curriculum: Perspectives and Practices. New York: Longman.

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nasution, S. (2004). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung : Penerbit Bumi Aksara


(46)

Nirva Diana. (1999). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu jaring Laba-laba di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan pada Sekolah dasar di Kotamadya Bandar Lampung). Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan)

Prihantini. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Interdisipliner di Kelas II Sekolah Dasar. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan)

Pusat Kurikulum. (2002). Kurikulum berbasis Kompetensi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Balai Penelitian dan Pengembangan.

Raka, T.J. (1996). Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Rasyidi, W. (2000). Eksistensi Ilmu Pendidikan. (Makalah). Bandung: Tidak Diterbitkan

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Sevilla, C, dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press

Subroto, T.H. dan Herawati, I.S. (2004). Pembelajaran Terpadu. Materi Pokok PGSD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Sujana, N. dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Sujanto, Agus (1986). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Aksara baru Sukmadinata, N.S. (2004). Pengembangan Kurikulum. Teori dan Praktek.

Bandung: PI Remaja Rosdakarya.

... (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Surya, H.M. (2002). Kapita Selekta Pendidikan SD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Tilaar. (1998). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang : Penerbit Tera Indonesia

Tim Pengembang PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. (1996/1997). Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.


(47)

United Nations Development Programme (2005). Human Development Report

.Tersedia [Online]

http://hdr.undp.org/reports/global/2005/pdf/presskit/HDR05_PKE_HDI.pdf [12 Desember 2006}

Vogt, M.E. (2001). Cross-Curricular Thematic Instruction. Tersedia [Online]. http//www.ed.gov/database/Eric.Digest.348200 html. [12 Desember 2006] Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk


(48)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Hesty, dilahirkan di Gantung, sebuah kecamatan di daerah Kabupaten Belitung Timur, pada tanggal 25 Maret 1977. Penulis merupakan putri terakhir dari pasangan Noso Suharman dan Zarmah Syahminan. Masa pendidikan dasar dan menengah penulis seluruhnya diselesaikan di pulau Belitung yaitu di SD UPT Bel X Gantung (1988), SMP UPT Bel II Manggar (1991) dan SMAN 01 Manggar (1994). Pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan ke jenjang Strata-1 di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Semasa kuliah, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan dan tergabung dalam tim peneliti mengenai Isolasi

dan Identifikasi Bacillus spp. dari berbagai wilayah Terlindung di Indonesia.

Setelah berhasil menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-1 pada tahun 2000, penulis langsung mengajar di SDIT 01 Al Irsyad Al Islamiyah (2000-2002). Sambil mengajar, penulis mengambil pendidikan Akta Mengajar (Akta IV) di Universitas Terbuka dan selesai tahun 2002. Pada tahun 2003, penulis diangkat menjadi guru bantu dan bertugas di SMAN 01 Gantung, Belitung. Pada awal tahun 2004, penulis diangkat menjadi CPNS di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Kepulauan Bangka Belitung. Tahun akademik 2005M2006, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Program Studi Pengembangan Kurikulum. Saat ini beralamat di Jln. Teratai no. 8 Gantung, Belitung Timur, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung 33462, email : Hey_hesty@yahoo.co.id


(1)

216

Perlu dilakukan kaji ulang terhadap kebijakan-kebijakan yang selama ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran. Tindakan ini perlu dilakukan mengingat pemahaman dan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik di sekolah dasar khususnya kelas rendah masih sangat kurang. Diharapkan dengan adanya evaluasi terhadap program peningkatan mutu guru, pelatihan dan pembinaan yang selama ini dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Daerah maupun cabang dapat mencapai sasaran.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pada penelitian ini telah dihasilkan model pembelajaran tematik yang bersifat generik yang baru teruji di tiga sekolah kategori baik, sedang dan kurang. Model pembelajaran ini belum dapat digeneralisasikan untuk semua Sekolah Dasar di kota Manggar, Kabupaten Belitung Timur dikarenakan belum terujinya model pembelajaran tematik yang dihasilkan pada penelitian ini. Oleh karena itu, bagi peneliti lain dapat dilakukan ujicoba validasi terhadap model pembelajaran tematik ini sehingga memungkinkan bagi model ini untuk diterapkan pada wilayah yang lebih luas yaitu di semua Sekolah Dasar di wilayah Kabupaten Belitung Timur.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah S. Arsjad, M.G., Ridwan, A.H., Zulfahnur, Z.F., Mukti, U.S. (1993). Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi

Alwasilah, A. Ch.dkk. (1998). Bunga Rampai Pengajaran Bahasa. Bandung: IKIP Bandung Press.

Aminarti, N. (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Media Interaktif di Sekolah Dasar. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan)

Arikunto, S. dan Abdul Jabar,C.S. (2004). Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Model Silabus Mata Pelajaran SD/MI. Jakarta: BP. Cipta Jaya.

Beane, J.A. (1997). Curriculum Integrated: Designing the Core of Democratic Education. New York: Teachers College, Columbia University.

Blanck, JA. (1995) Curriculum Integration and Disipliner of Knowledge. Kappan: Phi Delta

Fogarty, R. (1991). How to Integrate the Curriculum. USA: IRI/Sky Publishing Inc.

Gavelek, J.R., dkk. 2000. Integrated Literacy Instruction. Dalam Kamil, L.M., (Ed.), Handbook of Reading Research, Volume III, hlm. 587-607. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher.

Hamalik, O. (2006). Inovasi Pendidikan (Buku ke-1). Bahan kajian Perkuliahan Inovasi Pendidikan. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

... (2006). Inovasi Pendidikan (Perwujudan dalam Sistem Pendidikan Indonesia). Bahan Kajian Perkuliahan Inovasi Kependidikan. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

218

... (2006). ManajemenImplementasi Kurikulum, Bagi Pengembang, Pengelola dan Pengawas. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Hamid, S. (1989). Pendidikan Dasar 9 Tahun. Bandung: Mimbar Pendidikan, No. 2 tahun VIII-Juli 1989.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga

Jacob, H.H., Ed. (1989). Interdisciplinary Curriculum: Design and Implementation. Alexandria, V.A.: ASCD.

Jarolimek, J. And Foster, C.D. (1989). Teaching and Learning in The Elementary School. USA: Macmillan Publishing Company.

Kustiana. (2003). Penerapan Model Pembelajaran Terpadu untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir dan Pemahaman Konsep di Sekolah Dasar. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan)

Lely Halimah. (2000). Pengembangan Model Kurikulum Terpadu dan Implementasinya di Sekolah Dasar (Dengan Menggunakan Bidang Studi Bahasa Indonesia sebagai Unsur Pemadu). Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan)

Maryanto, A. (1994). Kurikulum Lintas Bidang Studi. Jakarta: Gramedia

Meinbach, A.M., Rothlei, L., Fredericks, A.D. (1995). The Complete Guide to Thematic Units : Creating The Integrated Curriculum. Washington Street : Christopher-Gordon Publisher, Inc.

Mikarsa, H.L., Taufik, A., Prianto, P.L. (2005). Pendidikan Anak Di SD. Buku Materi Pokok PGSD. Jakarta: Universitas Terbuka

Miller, J.P. dan Seller, W. (1985). Curriculum: Perspectives and Practices. New York: Longman.

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nasution, S. (2004). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung : Penerbit Bumi Aksara


(4)

Nirva Diana. (1999). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu jaring Laba-laba di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan pada Sekolah dasar di Kotamadya Bandar Lampung). Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan)

Prihantini. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Interdisipliner di Kelas II Sekolah Dasar. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan)

Pusat Kurikulum. (2002). Kurikulum berbasis Kompetensi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Balai Penelitian dan Pengembangan.

Raka, T.J. (1996). Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Rasyidi, W. (2000). Eksistensi Ilmu Pendidikan. (Makalah). Bandung: Tidak Diterbitkan

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Sevilla, C, dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press

Subroto, T.H. dan Herawati, I.S. (2004). Pembelajaran Terpadu. Materi Pokok PGSD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Sujana, N. dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Sujanto, Agus (1986). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Aksara baru Sukmadinata, N.S. (2004). Pengembangan Kurikulum. Teori dan Praktek.

Bandung: PI Remaja Rosdakarya.

... (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Surya, H.M. (2002). Kapita Selekta Pendidikan SD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Tilaar. (1998). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang : Penerbit Tera Indonesia

Tim Pengembang PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. (1996/1997). Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.


(5)

220

United Nations Development Programme (2005). Human Development Report

.Tersedia [Online]

http://hdr.undp.org/reports/global/2005/pdf/presskit/HDR05_PKE_HDI.pdf [12 Desember 2006}

Vogt, M.E. (2001). Cross-Curricular Thematic Instruction. Tersedia [Online]. http//www.ed.gov/database/Eric.Digest.348200 html. [12 Desember 2006] Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk


(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Hesty, dilahirkan di Gantung, sebuah kecamatan di daerah Kabupaten Belitung Timur, pada tanggal 25 Maret 1977. Penulis merupakan putri terakhir dari pasangan Noso Suharman dan Zarmah Syahminan. Masa pendidikan dasar dan menengah penulis seluruhnya diselesaikan di pulau Belitung yaitu di SD UPT Bel X Gantung (1988), SMP UPT Bel II Manggar (1991) dan SMAN 01 Manggar (1994). Pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan ke jenjang Strata-1 di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Semasa kuliah, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan dan tergabung dalam tim peneliti mengenai Isolasi dan Identifikasi Bacillus spp. dari berbagai wilayah Terlindung di Indonesia. Setelah berhasil menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-1 pada tahun 2000, penulis langsung mengajar di SDIT 01 Al Irsyad Al Islamiyah (2000-2002). Sambil mengajar, penulis mengambil pendidikan Akta Mengajar (Akta IV) di Universitas Terbuka dan selesai tahun 2002. Pada tahun 2003, penulis diangkat menjadi guru bantu dan bertugas di SMAN 01 Gantung, Belitung. Pada awal tahun 2004, penulis diangkat menjadi CPNS di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Kepulauan Bangka Belitung. Tahun akademik 2005M2006, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Program Studi Pengembangan Kurikulum. Saat ini beralamat di Jln. Teratai no. 8 Gantung, Belitung Timur, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung 33462, email : Hey_hesty@yahoo.co.id