PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TUNAI TERHADAP REAKSI PASAR PERIODE 2009-2010 DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

i

KATA PENGANTAR

Sejalan dengan alunan do’a dan sanjungan syukur yang selalu dipanjatkan ke haribaan Tuhan Seru Sekalian Alam, Allah Subhanahu Wata’ala dan semoga salam serta kesejahteraan selalu tercurah pada junjunan alam, yaitu Nabi Muhammad SAW, penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis dengan judul “Pengaruh Pengumuman Dividen Tunai terhadap Reaksi Pasar Periode 2009-2010 Di Bursa Efek Indonesia”. Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I, yang menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian. Bab II menguraikan tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian. Bab III menguraikan metodologi penelitian. Bab IV menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan. Bab V tentang pengambilan kesimpulan dan rekomendasi.

Penulis menyadari masih banyak penyempurnaan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini. Namun penulis percaya dengan dukungan berbagai pihak dan para pendidik kami di Program Studi Magister Manajemen Bisnis, penelitian ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Harapan penulis adalah semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa tesis ini tidaklah terlepas dari kekurangan yang ada, sehingga saran konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Bandung, Januari 2012


(2)

ii

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penyelesaian perkuliahan dan tesis di Program Studi Magister Manajemen Bisnis Sekolah Pascasarjana UPI, penulis benyak dibantu oleh berbagai pihak. Untuk itu, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan segala hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1) Bapak Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd., selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia.

2) Bapak Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan Program Pascasarjana Prodi Magister Manajemen Bisnis.

3) Bapak Dr. M. Solehuddin, M.Pd., MA., selaku Asisten Direktur I Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

4) Bapak Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.P., selaku Asisten Direkur II Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, yang tiada hentinya memberikan motivasi kepada penulis.

5) Ibu Dr. Hj. Ratih Hurriyati, M.P., selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Bisnis, yang selalu memberikan motivasi dan mengingatkan untuk segera menyelesaikan penyusunan tesis ini.

6) Bapak Prof. Dr. H. Disman, M.S., selaku pembimbing I yang telah meluangkan tenaga, waktu dan pikiran untuk membimbing penulis di tengah kesibukan beliau, serta mendorong penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini.


(3)

iii

segala kemudahan dan keikhlasan beliau dalam membimbing. Bimbingan dari Bapak Dr. H. Memen Kustiawan, SE., M.Si., Ak., telah memberikan penulis keluasan dan kedalaman ilmu, khususnya tentang manajemen keuangan.

8) Segenap dosen di Program Studi Magister Manajemen Bisnis yang telah memberikan ilmu yang tidak bernilai harganya kepada penulis.

9) Kepada Bapak Yedi Rudiawan, S.Sos dan Bapak Rukman, S.Pd., selaku Kasi Akademik dan Kasi Keuangan dan SDM Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, yang selalu memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini.

10) Kepada seluruh staff pegawai sekaligus rekan kerja di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

11) Kepada keluarga tercinta, ayah, ibu, dan kedua adiku (Seni dan Serra), yang penuh kasih sayang memberikan dorongan dan doa untuk mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini.

12) Kepada calon istriku Risna Ayu yang tiada hentinya mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini.

13) Kepada teman-teman seperjuangan di Prodi Magister Manajemen Bisnis UPI yang selalu membantu dan memberi motivasi kepada penulis.

Juga kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu baik moril maupun materil dalam penyelesaian tesis ini.


(4)

iv

Akhirnya, penulis mendoakan semoga kebaikan yang telah diberikan dicatat sebagai amal kebaikan disisi Allah SWT, amin.


(5)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 14

2.1 Kajian Pustaka ... 14

2.1.1 Pasar Modal dan Bursa Efek ... 14

2.1.2 Pengertian Dividen ... 16

2.1.3 Kebijakan Dividen ... 18

2.1.4 Teori Sinyal (Signal Theory) ... 21

2.1.5 Kandungan Informasi ... 23

2.1.6 Kandungan Informasi Dividen ... 23

2.1.7 Studi Peristiwa (event study) ... 24

2.1.8 Jenis Studi Pristiwa ... 26

2.1.9 Tujuan Studi Peristiwa ... 28

2.2 Metode Studi Peristiwa ... 30

2.2.1 Prosedur Studi Peristiwa ... 30

2.2.2 Abnormal Return ... 32

2.3 Penelitian Terdahulu ... 33

2.4 Kerangka Pemikiran ... 39

2.5 Hipotesis ... 40

BAB III SUBJEK METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Subjek Penelitian ... 42

3.2 Metode Penelitian ... 43

3.2.1 Desain dan Jenis Penelitian ... 43

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 45

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 47

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 48

3.4.1 Populasi ... 48

3.4.2 Sampel ... 49


(6)

vi

3.5 Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 54

3.5.1 Metode Dokumentasi ... 54

3.5.2 Observasi Tidak Langsung ... 55

3.6 Teknik Analisis Data ... 55

3.6.1 Event Study ... 55

3.6.2 Pengujian Hipotesis 1 (Uji Beda rata dari rata-rata abnormal return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Dividen) ... 60

3.6.3 Pengujian Hipotesis 2 (Uji Beda Reaksi Pasar antara Perusahaan yang Mengumumkan Dividen Naik dengan Perusahaan yang Mengumumkan Dividen Turun) ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1 Pengujian Hipotesis 1: Terdapat Perbedaan antara Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Dividen Tunai Naik dan Turun ... 63

4.2 Pengujian Hipotesis 2: Terdapat Perbedaan Reaksi Pasar antara Perusahaan yang Mengumumkan Dividen Naik dengan Dividen Turun... 71

4.3 Pembahasan ... 72

4.3.1 Deskripsi Kandungan Informasi Pengumuman Dividen Tunai Naik dan Turun terhadap Keputusan Investasi ... 72

4.3.2 Analisis Perbedaan antara Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Dividen Tunai Naik dan Turun ... 75

4.3.3 Analisis Perbedaan Reaksi Pasar terhadap Perusahaan yang Mengumumkan Dividen Tunai Naik dan Dividen Tunai Turun ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

5.1 Kesimpulam ... 79

5.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN- LAMPIRAN


(7)

vii

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 35

Tabel 3.1 Operasional Variabel ... 46

Tabel 3.2 Jenis dan Sumber Data ... 48

Tabel 3.3 Perusahaan yang Melakukan Dividen Tunai Naik ... 49

Tabel 3.4 Perusahaan yang Melakukan Dividen Tunai Turun ... 52

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kondisi Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Dividen Tunai Naik ... 63

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Penyebaran Skor Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Dividen Tunai Naik ... 64

Tabel 4.3 Hasil Perbedaan Dua Rata-Rata Skor Sebelum dan Sesuadah Dividen Tunai Naik ... 66

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Kondisi Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Dividen Tunai Turun ... 67

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Penyebaran Skor Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Dividen Tunai Turun ... 68

Tabel 4.6 Hasil Perbedaan Dua Rata-Rata Skor Sebelum dan Sesudah Dividen Tunai Turun ... 70

Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Kondisi Perusahaan yang Mengumumkan Dividen Naij dan yang Mengumumkan Dividen Turun ... 71

Tabel 4.8 Hasil Perbedaan Dua Rata-Rata Reaksi Pasar antara Perusahaan yang Mengumumkan Dividen Naik dan yang Mengumumkan Dividen Turun ... 72


(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Prosedur Pembayaran Dividen ... 18 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 40 Gambar 4.1 Diagram Batang Skor Rata-Rata Penyebaran Skor

Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Dividen Tunai Naik ... 64 Gambar 4.2 Diagram Batang Skor Rata-Rata Penyebaran Skor

Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Dividen Tunai Naik ... 68


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya dana yang dimiliki setiap orang dapat ditanamkan ke dalam berbagai investasi, seperti investasi pada proyek, investasi pada perdagangan valuta asing, obligasi maupun investasi saham. Investasi pada saham merupakan suatu alternatif investasi yang cukup menarik karena seorang investor dapat berspekulasi dan berharap bahwa saham yang dimilikinya saat itu akan mendatangkan keuntungan. Keuntungan yang didapat melalui investasi ini antara lain berasal dari capital gain ataupun dividen. Capital gain dapat diperoleh jika harga saham saat ini lebih besar dibandingkan harga saham pada saat pembelian. Sedangkan dividen pada prinsipnya adalah keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.

Dividen dianggap memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan capital gain. Hal ini dikarenakan dividen diterima menurut dasar periode berjalan sementara prospek realisasi keuntungan modal diperoleh di masa depan, artinya untuk memperoleh capital gain investor harus berani untuk berspekulasi bahwa harga saham yang akan datang lebih besar daripada saat pembelian, sehingga dividen dianggap lebih menguntungkan dibandingkan capital gain. Kelebihan inilah yang menyebabkan dividen menjadi salah satu faktor mengapa banyak investor menginginkan keuntungan dalam bentuk dividen dan mungkin mendapatkan dividen dalam nilai yang tinggi.


(10)

2

Pernyataan tersebut berdasar Bird In Hand Theory yang menyatakan bahwa,

Dalam hal ini investor lebih menyukai untuk menerima dividen daripada menerima capital gain (Gordon & Lintner, 1961). Dividen mempunyai risiko lebih rendah dibandingkan capital gain, sehingga para pemegang saham cenderung menilai harga saham suatu perusahaan berdasarkan laba ditahan.

Menurut Saleh Basir dan Hendy M. Fakhruddin (Aksi Korporasi: 98) yang menyatakan mengenai jenis-jenis dividen, yaitu:

1) Dividen Tunai, dividen yang dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk kas (tunai).

2) Dividen Saham, dividen yang dibagi bukan dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.

3) Dividen Properti, dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan surat-surat berharga.

4) Dividen Likuidasi, dividen yang diberikan kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan.

Dari beberapa jenis dividen tersebut, jenis dividen yang sering dibagikan adalah dividen tunai dan dividen saham. Dari keduanya dividen tunai merupakan yang lebih sering dibagikan perusahaan, dan merupakan jenis dividen yang disukai oleh pemegang saham/investor.

Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang sangat penting, sebab akan melibatkan dua pihak yaitu pemegang saham dan manajemen yang dapat mempunyai kepentingan yang berbeda. Dividen diartikan sebagai pembayaran kepada pemegang saham oleh perusahaan atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berkaitan dengan pembayaran dividen oleh perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan.

Kebijakan dividen adalah bagian dari keputusan keuangan yang harus diambil oleh perusahaan selain keputusan investasi dan pendanaan. Perusahaan


(11)

sebagai pihak yang memiliki informasi juga memiliki kepentingan untuk memanfaatkan informasi dividen sebagai salah satu alat signaling untuk menyampaikan prospek perusahaan kepada investor. Kebijakan dividen merupakan keputusan mengenai apakah laba yang dihasilkan akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan kembali pada perusahaan.

Saleh Basir dan Hendy M. Fakhruddin (Aksi Korporasi: 97) mengemukakan bahwa:

Kebijakan dividen memang berdampak terhadap persepsi pasar atau harga saham emiten di pasar. Emiten yang secara teratur membagi dividen, dapat dipersepsi pasar secara negatif jika kemudian mengumumkan tidak membagi dividen atau membagi dividen dalam jumlah kecil, sebaliknya harga saham meningkat ketika ketika emiten yang tidak pernah membagi dividen tiba-tiba mengumumkan untuk membagi dividen.

Brigham dan Ehrhardt (2003), mengemukakan bahwa, “Pembayaran dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham yang kemudian akan meningkatkan nilai perusahaan”. Tetapi, apabila dividen yang dibayarkan secara tunai makin meningkat, maka akan mengurangi sumber dana internal yang dapat digunakan untuk investasi pada proyek yang lebih menguntungkan, sehingga akan mengakibatkan turunnya tingkat pertumbuhan perusahaan yang selanjutnya akan menurunkan harga saham. Brigham & Gapenski (2004), menyatakan bahwa, “Keputusan untuk membagi earning dalam bentuk dividen tunai atau menahannya sebagai laba ditahan merupakan suatu trade-off”.


(12)

4

Bagi perusahaan keputusan pembagian dividen merupakan masalah yang sering dihadapi. Manajemen sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah akan membagi dividennya atau akan menahan laba untuk diinvestasikan kembali pada proyek-proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan.

Permasalahan tersebut menjadi suatu dilema bagi perusahaan, seperti dilansir dalam berita yang diambil dari www.detik.com.

Jakarta - Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) menyatakan dengan tegas menolak rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) menerapkan kewajiban bagi dividen sedikitnya sekali dalam 3 tahun. “Kami dengan tegas menolak itu,” ujar Ketua AEI, Airlangga Hertanto di Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (1/7/2009). Beberapa waktu lalu, BEI telah mengajukan draft peraturan pasar modal yang baru kepada Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Salah satu klausul yang diajukan BEI adalah kewajiban emiten membagikan dividen sedikitnya sekali dalam 3 tahun kepada pemegang saham, dengan catatan perusahaan membukukan laba dan tidak menggunakan saldo laba untuk ekspansi. Tujuan BEI adalah agar dapat meminimalisir emiten-emiten yang mangkir dari kewajiban dividen. “Pandangan kami (emiten), keputusan membagikan dividen merupakan suatu hal yang sifatnya fleksibel, dalam arti semuanya ditentukan oleh pemegang saham. Jadi tidak bisa kewajiban membagikan dividen ditetapkan dalam regulasi,” ujar Airlangga. Menurut Airlangga, hal tersebut sudah berjalan dalam mekanisme pasar modal di mana pun. Oleh sebab itu, ia menyatakan janggal jika ada regulasi yang mewajibkan pembagian dividen. Sebenarnya, jika dikaji lebih lanjut, alasan yang diungkapkan Airlangga tidak bertentangan dengan alasan BEI menerapkan kewajiban dividen tersebut. Menurut BEI, kewajiban membagikan dividen sedikitnya sekali dalam 3 tahun menjadi wajib jika emiten membukukan laba dan tidak menggunakan laba tersebut untuk ekspansi. Kendati demikian, Airlangga selaku wakil emiten BEI mengaku sudah mengirimkan surat pernyataan keberatan kepada BEI atas rencana penerapan peraturan tersebut. “Beberapa waktu lalu sudah kami ajukan keberatan ke manajemen BEI. Namun belum ada respon,” ujarnya.

Permasalahan di atas menyatakan bahwa perusahaan atau emiten menolak kebijakan atau aturan yang dikeluarkan BEI mengenai pembayaran atau pembagian dividen kepada para pemegang saham atau investor, perusahaan disini


(13)

lebih mementingkan pertumbuhan perusahaan (growth) daripada distribusi dividen dengan keyakinan bahwa menginvestasikan kembali laba yang diperoleh akan meningkatkan nilai perusahaan dan pemegang saham.

Namun menurut penulis, sebagai pemegang saham perseroan (sekaligus pemilik perusahaan), investor pasti mengharapkan adanya dividen dari perusahaannya. Terlebih yang dibagi dividen tunai, karena sebagian investor tertarik pada saham yang secara teratur membagikan dividen. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Saleh Basir dan Hendy M. Fakhruddin (Aksi Korporasi: 93) yang menyatakan bahwa: “Ibarat memelihara ayam, dividen dapat dianalogikan telur yang ditunggu-tunggu oleh pemiliknya”. Atau menurut John D. Rockefeller menyatakan, “The only thing that give me pleasure is too see my dividend coming in”.

Keputusan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada investor disebut dengan kebijakan dividen. Kebijakan ini bermula dari bagaimana perlakuan manajemen terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan. Pada umumnya, sebagian dari penghasilan bersih sesudah pajak (EAT) dibagikan kepada para investor dalam bentuk dividen, dan sebagian lagi diinvestasikan kembali dalam bentuk laba ditahan. Kebijakan pembagian dividen tergantung pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividen yang dibagikan oleh perusahaan bisa tetap (tidak mengalami perubahan) dan bisa juga mengalami perubahan (ada kenaikan atau penurunan) dari dividen yang dibagikan sebelumnya.


(14)

6

Berdasarkan permasalahan yang telah penulis kemukakan di atas, maka permasalahan dividen tunai dibatasi mengenai. “Pengumuman dividen tunai naik dan turun dan melihat bagaimana reaksi dari pasar”.

Informasi tentang naik turunnya dividen tunai yang dibagikan perusahaan merupakan salah satu informasi yang dipandang cukup penting bagi para investor, karena dalam informasi tersebut mengandung muatan informasi (information content) yang berkenaan dengan prospek keuntungan yang akan diperoleh suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Hal ini disebabkan, dalam kondisi investor dihadapkan pada ketidakpastian yang tinggi terhadap hasil kegiatan investasinya, maka informasi naik turunnya dividen tunai dapat dijadikan indikator untuk memperkirakan prospek keuntungan perusahaan dimasa yang akan datang, hal ini disebabkan karena manajemen (perusahaan) pada umumnya tidak akan mengambil risiko dengan membayar dividen yang tinggi pada suatu waktu tertentu bila menurut perkiraan mereka perusahaan tidak mampu mempertahankannya di masa yang akan datang. Oleh karena itu, adanya kenaikan dividen dapat diperkirakan sebagai tanda optimis pihak manajemen (perusahaan) sehubungan dengan keuntungan perusahaan di masa yang akan datang. Demikian pula, “Penurunan dividen dapat diperkirakan sebagai penurunan keuntungan di masa yang akan datang” (Prasetiono, 2000).

Lintner (1956) dalam Setiawan & Hartono (2003) Menyatakan bahwa, “Kenaikan dividen merupakan sinyal dari manajemen mengenai kepercayaan mereka bahwa laba akan mengalami peningkatan secara permanen di masa depan”. Pemberian sinyal ini membutuhkan biaya, maka hanya perusahaan yang


(15)

berprospek yang mampu menanggungnya. Apabila sinyal tersebut diberikan oleh perusahaan yang tidak berprospek, maka perusahaan tersebut tidak akan mampu menanggung biaya signalling, dan akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada akhirnya akan merugikan investor. Oleh karena itu, investor harus mampu membedakan antara perusahaan yang berprospek dan tidak supaya tidak dibodohi oleh emiten. Apabila kenaikan dividen tersebut berasal dari perusahaan yang berprospek ekonomis, maka pasar akan bereaksi positif. Akan tetapi, apabila perusahaan yang mengumumkan kenaikan dividen tersebut perusahaan yang tidak berprospek, maka pasar akan bereaksi secara negatif. Apabila investor hanya memperhitungkan kenaikan dividen saja tanpa memperhatikan apakah sinyal tersebut valid atau tidak, sehingga merespon secara positif pengumuman dividen yang diberikan oleh perusahaan yang berprospek atau tidak, maka investor tersebut merupakan investor yang bodoh (naive).

Perubahan pembayaran mencakup dua hal yaitu pengumuman dividen meningkat dan dividen menurun. Biasanya kenaikan dividen disebabkan oleh meningkatnya laba yang diperoleh perusahaan atau juga karena perusahaan ingin mempertahankan kepercayaan kepada investor bahwa perusahaan memiliki ekspektasi yang baik di masa mendatang. Karena kenaikan dividen ini memberikan sinyal positif kepada investor mengenai prospek perusahaan maka investor akan tetap menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut. Sedangkan penurunan dividen biasanya disebabkan oleh dua hal yaitu karena perusahaan sedang mengalami masalah keuangan atau karena adanya pengalokasian investasi yang lebih menguntungkan. Walaupun pengumuman


(16)

8

penurunan dividen bukanlah suatu pertanda mengenai memburuknya prospek perusahaan, namun biasanya investor cenderung memberikan reaksi negatif. Meskipun mungkin dalam kenyataannya perusahaan ingin melakukan investasi kembali bukan karena sedang mengalami masalah keuangan.

Dividend signaling theory menjelaskan bahwa informasi pengumuman dividen dapat digunakan oleh investor sebagai signal prospek perusahaan di masa mendatang. Signal perubahan dividen dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Pengumuman perubahan dividen dikatakan mempunyai kandungan informasi jika memberikan abnormal return yang signifikan terhadap pasar. Sebaliknya pengumuman perubahan dividen dikatakan tidak memiliki kandungan informasi jika tidak memberikan abnormal return terhadap pasar. Peningkatan dividen akan membuat pasar bereaksi positif dan hal tersebut dikatakan mendukung dividend signaling theory, apabila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan dividen dianggap sebagai signal bahwa prospek perusahaan di masa yang akan datang akan membaik, sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan dividen, yang dianggap sebagai signal bahwa prospek perusahaan di masa yang akan datang kurang bagus.

Hal ini disebabkan adanya asymmetric information yang merupakan suatu kondisi dimana satu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Megginson (1997) menyatakan bahwa, “Dividen dapat membantu dalam mengurangi kendala asymmetric information pada pasar modal modern terutama


(17)

untuk investor yang poor informed”. Asymmetric information terjadi antara kepemilikan institusional dan investor individu, sehingga para investor menggunakan kebijakan dividen sebagai signal perusahaan. Dengan adanya Asymmetric information akan mengarah pada timbulnya agency conflict, misalnya bisa terjadi antara manajer dengan investor maupun antara pemegang saham mayoritas (controlling shareholder) dan pemegang saham minoritas (minority shareholder).

Studi mengenai kandungan informasi merupakan bagian dari studi peristiwa (event study). Studi peristiwa adalah studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event).

“Studi Peristiwa (Event study)merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat”. (Jogiyanto Hartono, 2009: 536).

Penelitian tentang pengumuman dividen terhadap reaksi pasar itu sendiri menunjukan hasil yang belum konsisten, baik di luar negeri maupun di dalam negri. Beberapa penelitian yang dilakukan di luar negeri antara lain oleh Petit (1972), Aharony dan Swary (1980) serta Asquith dan Mullins (1983) mengungkapkan bahwa dividen memiliki kandungan informasi. Sementara itu penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Sujoko (1999), Fatmawati (1999), Wahyu (2002) dan Pramastuti (2007) menunjukkan bahwa terdapat reaksi positif terhadap peningkatan dividen dan terdapat reaksi negatif terhadap penurunan dividen. Penelitian di luar negeri yang mengungkapkan hasil berbeda di lakukan


(18)

10

oleh Watts (1973) dan Gonedes (1978), menemukan bahwa pengumuman dividen tidak mengandung informasi. Sedangkan untuk di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Amsari (1993), Soetjipto (1995), dan Bukit (2000), menyatakan bahwa perubahan dividen tidak mempengaruhi return saham.

Sujoko (1999) melakukan pengujian terhadap pengumuman dividen meningkat selama periode 1994 – 1996 dengan menggunakan model market adjusted, mean adjusted dan market model untuk menghitung abnormal return. Hasil yang didapat adalah menunjukkan selama 3 hari sehari sebelum pengumuman, hari pengumuman dan sehari setelah pengumuman dividen meningkat terdapat reaksi pasar yang positif signifikan. Artinya bahwa pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan karena terdapat beberapa research gap dari penelitian terdahulu dan juga permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, yang berkaitan dengan kandungan informasi dari pengumuman dividen.

Gonedes (1978) dan Brooks (1996) hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa pengumuman dividen tidak mempunyai kandungan informasi. Sedangkan Petit (1972), Aharony dan Swary (1980), Firth (1994), Benartzi, et al (1997), Mikhail, et al (1999) hasil dari penelitian mereka ternyata menunjukkan bahwa pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor untuk mengambil keputusan investasi.


(19)

Beberapa peneliti di Indonesia juga menunjukkan hasil yang tidak konsisten berkaitan dengan kandungan informasi dari pengumuman dividen. Amsari (1993), Soetjipto (1997), dan Rahardjo (2000) mereka tidak berhasil membuktikan kandungan informasi pengumuman dividen. Sedangkan yang dapat berhasil membuktikan kandungan informasi pengumuman dividen adalah penelitian yang dilakukan oleh Sujoko (1999), Suparmono (2000), Setiawan & Hartono (2003) dan Yusnitasari (2003).

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah:

1. Apakah pengumuman dividen tunai naik dan turun mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor untuk mengambil keputusan investasi atau tidak pada Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2010?

2. Apakah rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman dividen tunai naik dan turun mempunyai perbedaan yang signifikan?

3. Apakah reaksi pasar terhadap perusahaan yang mengumumkan dividen tunai naik dan dividen tunai turun mempunyai perbedaan yang signifikan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Analisis pengumuman dividen tunai naik dan turun mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor untuk mengambil keputusan investasi atau tidak pada Bursa Efek Indonesia tahun pengamatan 2009-2010.

2. Analisis perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman dividen tunai naik dan dividen tunai turun.


(20)

12

3. Analisis perbedaan reaksi pasar antara perusahaan yang mengumumkan dividen naik dengan perusahaan yang mengumumkan dividen turun.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Kegunaan Akademik (Teoritik)

Sebagai bahan masukan bagi pengembangan pengetahuan khususnya dalam bidang pasar modal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan teoritis terutama yang berkaitan dengan kebijakan dividen tunai. Dan diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi praktisi profesional yang berkaitan dengan pengumuman dividen tunai dalam hubungannya dengan reaksi pasar.

2. Kegunaan Praktis (Empirik) a. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh investor sebagai dasar pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal serta dapat menyesuaikan dengan cepat terhadap informasi baru, khususnya harga saham dengan melihat fundamental perusahaan dengan adanya sebelum dan sesudah pengumuman dividen tunai naik dan turun.


(21)

b. Bagi Perusahaan/Manajemen

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh manajer sebagai masukan berharga yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dengan adanya sebelum dan sesudah pengumuman dividen tunai naik dan turun.


(22)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pasar Modal dan Bursa Efek

Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat dimana terjadinya jual-beli sekuritas disebut bursa efek. (Eduardus Tandelilin 2010: 26)

Sedangkan menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasar modal secara khusus yaitu kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, Perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Dalam pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995.

Dari kedua pengertian pasar modal di atas menjelaskan bahwa pasar modal adalah suatu aktivitas jual–beli antara pihak (perusahaan) yang membutuhkan dana dan pihak atau perusahaan yang memiliki kelebihan dana dengan memperjualbelikan sekuritas di bursa efek. Secara umum pengertian pasar modal bisa dikatakan pasar abstrak, sekaligus pasar konkret dengan barang yang diperjualbelikan adalah dana yang bersifat abstrak, dan bentuk konkretnya adalah lembar surat-surat berharga di bursa efek.

Pengertian bursa efek menurut J. Bogen dalam Saleh Basir dan Hendy M. Fakhruddin (Aksi Korporasi: 18) bahwa: “Bursa efek adalah suatu sistem yang terorganisasi dengan mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek secara langsung atau melalui wakil-wakilnya”.


(23)

“Setelah melakukan penawaran umum, emiten dapat mencatatkan saham atau obligasinya di bursa efek. Di bursa efek, saham dan obligasi serta sekuritas jangka panjang lainnya diperdagangkan antar investor”. (Eduardus Tandelilin 2010: 67)

Pengertian tersebut menjelaskan, bursa efek merupakan pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.

Selanjutnya, efek diartikan sebagai surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Dengan kata lain, jika suatu sekuritas diperjual-belikan dan sekuritas tersebut merupakan instrumen keuangan jangka panjang, maka penerbitannya dilakukan di pasar modal. Sedangkan kegiatan perdagangan sekuritas tersebut dilakukan di bursa efek (perusahaan yang jasa utamanya adalah menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas di pasar sekunder). Di Indonesia terdapat satu bursa efek yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) yang merupakan hasil merger antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Untuk menarik pembeli dan penjual berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat berharga dengan cepat. Pasar Modal dikatakan efisien jika harga dari sekuritas yang bersangkutan mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat. Pada pasar yang efisien, harga


(24)

16

juga mencerminkan penilaian pelaku pasar (investor) terhadap prospek perusahaan di masa datang serta kualitas dari manajemennya. Jika calon investor meragukan kualitas dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin dari turunnya harga surat berharga dari perusahaan yang bersangkutan.

Pasar modal dapat berfungsi sebagai sarana alokasi dana yang produktif untuk pemindahan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang produktif terjadi ketika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu lain yang lebih produktif yang sedang membutuhkan dana segar. Sebagai akibatnya, peminjam dan pemberi pinjaman akan lebih diuntungkan. Namun perlu diingat bahwa semakin pentingnya peran bursa saham dalam kegiatan ekonomi, membuat bursa saham makin sensitif terhadap berbagai peristiwa di sekitarnya yang berkaitan secara langsung dengan isu ekonomi.

2.1.2 Pengertian Dividen

“Dividen adalah nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earning) yang disimpan sebagai cadangan bagi perusahaan”. (Ang, 1997).

Perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat akan menerbitkan laporan keuangan. Dalam laporan keuangan, tertulis beberapa keuntungan perusahaan pada tahun bersangkutan, kemudian dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) akan diputuskan besarnya dividen yang akan diterima oleh para pemegang saham.


(25)

Kebijakan dividen menentukan pembagian laba antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali perusahaan. “Kebijakan dividen melibatkan keputusan apakah akan membagikan laba atau menahannya untuk diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan”, (Copeland, 1997). Dalam pembagian dividen perusahaan mempertimbangkan proporsi pembagian antara pembayaran kepada pemegang saham dan diinvestasikan dalam perusahaan. Di satu sisi, laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu sumber pendanaan yang sangat signifikan bagi pertumbuhan perusahaan, tetapi di sisi lain dividen merupakan aliran kas (asset) yang dibagikan pada pemegang saham.

Berdasarkan bentuk dividen yang dibayarkan, dividen dapat dibedakan atas empat jenis. Menurut Saleh Basir dan Hendy M. Fakhruddin (Aksi Korporasi: 98) yang menyatakan mengenai jenis-jenis dividen, yaitu:

1) Dividen Tunai, dividen yang dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk kas (tunai).

2) Dividen Saham, dividen yang dibagi bukan dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.

3) Dividen Properti, dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan surat-surat berharga. 4) Dividen Likuidasi, dividen yang diberikan kepada pemegang saham

sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan.

Dari beberapa jenis dividen tersebut, jenis dividen yang sering dibagikan adalah dividen tunai dan dividen saham. Dari keduanya dividen tunai merupakan yang lebih sering dibagikan perusahaan, dan merupakan jenis dividen yang disukai oleh pemegang saham/investor.

Pada waktu pengumuman dividen, ada beberapa jenis tanggal yang perlu diperhatikan ataupun prosedur standar pembayaran dividen tunai, (Suad Husnan, 1996: 382-383) yaitu,


(26)

18

RUPS memutuskan untuk membagikan dividen, maka tanggal keputusan tersebut merupakan declaration date. Dalam keputusan tersebut disebutkan bahwa para pemegang saham yang namanya tercantum dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada tanggal tertentu dinyatakan berhak mendapatkan dividen. Tanggal tersebut disebut sebagai date of record.

Lima hari kerja sebelum date of record tersebut ditentukan tanggal ex-. Pada tanggal ini atau sesudahnya pembeli saham tidak berhak untuk memperoleh dividen yang akan dibagikan. Karena itu pada hari tersebut atau sesudahnya, dikatakan saham diperdagangkan ex-div, sedangkan sebelumnya dikatakan sebagai cum-div. Dengan demikian maka apabila suatu saham diperdagangkan pada periode cum-div dengan harga Rp.3.000, sedangkan RUPS telah memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp.200, maka mungkin sekali pada saat ex-div saham tersebut akan diperdagangkan dengan harga Rp.2.800.

Akhirnya, pada RUPS tersebut harus disebutkan kapan dividen akan dibayarkan, dan bagaimana cara pembayarannya. Tanggal pembayaran tersebut disebut sebagai payment date.

Awal Januari 10 24 Januari 10 31 Januari 10 15 Februari 10

Declaration date Ex-dividen date Record date Payment date

Gambar 2.1

Prosedur pembayaran dividen

2.1.3 Kebijakan Dividen

“Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali”, (Suad Husnan 1996: 381).

Adapun pengertian kebijakan dividen menurut Kamarrudin Ahmad (2004: 191) bahwa:


(27)

Kebijakan dividen diartikan secara umum sebagai pembayaran laba perusahaan kepada pemegang sahamnya. Kebijakan dividen adalah keputusan keuangan, yaitu dengan mempertimbangkan apakah pembayaran dividen akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Setelah mendapatkan penjelasan dari teori mengenai kebijakan dividen di atas, dengan demikian pertanyaannya seharusnya adalah kapan (artinya,dalam keadaan seperti apa) laba akan dibagikan dan kapan akan ditahan, dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen berkaitan dengan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang.

(Agus Sartono; 281). Aharony dan Swary (1980) mengemukakan bahwa, “Perusahaan sebagai pihak yang memiliki kepentingan untuk memanfaatkan informasi pengumuman dividen, karena bagi investor dividen dapat digunakan sebagai signal informasi yang memiliki reaksi positif terhadap harga saham”.

Brigham dan Ehrhardt (2003), mengemukakan bahwa, Model harga saham dengan tingkat pertumbuhan konstan, pembayaran dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham sehingga dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Tetapi, apabila dividen yang dibayarkan secara tunai makin meningkat, maka akan mengurangi sumber dana internal yang dapat digunakan untuk investasi pada proyek yang lebih menjanjikan, sehingga akan mengakibatkan turunnya tingkat pertumbuhan perusahaan yang selanjutnya akan menurunkan harga saham.


(28)

20

Menurut Suad Husnan (1996: 395), dalam prakteknya ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam menentukan kebijakan dividen yang akan diambil perusahaan, diantaranya adalah:

a. Tidak benar bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sebesar-besarnya. Apabila dana yang diperoleh dari operasi perusahaan bisa dipergunakan dengan menguntungkan, dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar (bahkan secara teoritis tidak perlu membagikan dividen).

b. Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham, ada baiknya kalau perusahaan menentukan dividen dalam jumlah (dan rasio payout) yang tidak terlalu besar. Dengan demikian memudahkan perusahaan untuk meningkatkan pembayaran dividen kalau laba perusahaan meningkat, dan tidak perlu segera menurunkan pembayaran dividen kalau laba menurun.

c. Apabila perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan, lebih baik perusahaan mengurangi pembayaran dividen daripada menerbitkan saham baru. Penurunan pembayaran dividen mungkin akan diikuti dengan penurunan harga saham, tetapi apabila pasar modal efisien harga akan menyesuaikan kembali dengan informasi yang sebenarnya (yaitu adanya investasi yang menguntungkan).

d. Dalam keadaan tidak terdapat biaya transaksi, tambahan kekayaan karena kenaikan harga saham sama menariknya dengan tambahan kekayaan karena pembayaran dividen. Masalahnya adalah bahwa untuk merealisir uang kas, pemegang saham perlu menjual (sebagian) saham, sedangkan pembayaran pembayaran dividen berarti menerima kas (yang tidak perlu menjual saham). Sayangnya kalau pemodal menjual saham, mereka akan terkena biaya transaksi. Dengan demikian, kalau tidak ada faktor pajak, menerima dividen akan lebih menguntungkan daripada memperoleh capital gains. Karena itulah sekelompok pemodal mungkin memilih saham yang membagikan dividen secara teratur. e. Karena pemodal juga membayar pajak penghasilan (personal tax),

maka bagi pemodal yang sudah berada dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax bracket tertinggi adalah 30%), mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen (karena harus segera membayar pajak dan memilih menikmati capital gains. Kalau sebagian besar pemegang saham merupakan pemodal yang mempunyai tax bracket tinggi, pembagian dividen akan cenderung tidak terlalu besar. f. Apabila terdapat bias in favour of capital gains, maka pemodal akan


(29)

Kebijakan dividen masih merupakan hal yang kontroversial yang ditandai dengan adanya teori kebijakan dividen yang lebih dari satu. Ada 3 teori mengenai kebijakan dividen (Brealy & Myers, 1996 dalam Prasetio & Susilastuti, 2004):

1. Bird In Hand Theory

Dalam hal ini investor lebih menyukai untuk menerima dividen daripada menerima capital gain (Gordon & Lintner, 1961). Dividen mempunyai risiko lebih rendah dibandingkan capital gain, sehingga para pemegang saham cenderung menilai harga saham suatu perusahaan berdasarkan laba ditahan.

2. Tax Preference Theory

Teori ini beranggapan bahwa jika dividen dibebankan pajak lebih besar dari capital gain maka pemegang saham akan memilih saham yang mempunyai dividend yield yang rendah agar diperoleh penghematan pajak. 3. Dividend Irrelevance Theory

Miller & Modigliany (1961) berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan risiko bisnis perusahaan. Hal ini berarti nilai suatu perusahaan tergantung pada pendapatan yang diperoleh dari aset-asetnya bukan proporsi pembagian dividen dan laba ditahan.

2.1.4 Teori Sinyal (Signal Theory)

“Teori sinyal merupakan teori yang menyatakan bahwa pengumuman dividen merupakan sinyal yang diberikan oleh manajer mengenai keyakinan mereka tentang perkembangan perusahaan di masa depan”, (Miller dan Rock 1985).

Menurut Morse (1981) asumsi utama dalam teori sinyal adalah bahwa manajemen mempunyai informasi yang akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar, dan manajemen adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan insentif yang diharapkan, artinya manajemen umumnya mempunyai informasi yang lebih lengkap dan akurat dibanding dengan pihak diluar perusahaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan.

Asimetri informasi yang akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi yang diketahuinya tentang semua hal yang dapat


(30)

22

mempengaruhi nilai perusahaan ke pasar modal, sehingga jika manajemen menyampaikan suatu informasi ke pasar, maka umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal terhadap adanya peristiwa (event) tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga saham dan perubahan volume perdagangan saham yang terjadi. Sebagai implikasinya, pengumuman dividen akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal yang menyampaikan adanya informasi baru yang dikeluarkan oleh pihak manajemen yang selanjutnya akan mempengaruhi harga dan aktivitas perdagangan saham.

Miller dan Rorke (1985) dalam Doddy Setiawan & Sitti Subekti (2005) menyatakan bahwa, “Dividend signaling theory merupakan teori yang menyatakan bahwa pengumuman dividen merupakan sinyal yang diberikan oleh manajer mengenai keyakinan mereka tentang perkembangan perusahaan di masa depan”.

Manajer sebagai pihak dalam tentu mempunyai akses yang lebih baik mengenai kemampuan perusahaan dan mereka dapat menyampaikan keyakinannya mengenai perkembangan perusahaan kepada investor melalui pengumuman dividen. Gelb (1999) membuktikan bahwa, “Dividen merupakan suatu sinyal yang baik untuk menyampaikan maksud perusahaan kepada investor”.

Pengumuman dividen dapat digunakan investor untuk memperkecil asimetri informasi dengan manajer, sehingga pengumuman dividen merupakan


(31)

informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang berguna.

2.1.5 Kandungan Informasi

Studi mengenai kandungan informasi bertujuan untuk melihat kandungan dari suatu peristiwa yang terjadi. Jika peristiwa yang terjadi membawa (convey) informasi, maka dikatakan bahwa peristiwa tersebut mempunyai kandungan informasi (information content). Sebaliknya, jika suatu peristiwa tidak membawa informasi, maka dikatakan bahwa peristiwa tersebut tidak mempunyai kandungan informasi. (Hartono, 2005)

Studi mengenai kandungan informasi merupakan bagian dari studi peristiwa (event study). Studi peristiwa adalah studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event). Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) suatu pengumuman dan dapat dilanjutkan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat, (Jogiyanto Hartono, 2009: 536).

Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.

Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mengandung kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar.

2.1.6 Kandungan Informasi Dividen

Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan


(32)

24

dividen. Dividen dipakai sebagai suatu signal oleh perusahaan. Jika perusahaan merasa bahwa prospek di masa mendatang baik, pendapatan, aliran kas diharapkan meningkat atau diperoleh pada tingkat di mana dividen yang meningkat tersebut bisa dibayarkan, maka perusahaan akan meningkatkan dividen. Pasar akan merespon positif pengumuman kenaikan dividen tersebut. Hal sebaliknya akan terjadi jika perusahaan merasa prospek di masa mendatang menurun, perusahaan akan menurunkan pembayaran dividennya. Pasar akan merespon negatif pengumuman tersebut.

2.1.7 Studi Peristiwa (event study)

“Studi Peristiwa (Event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat”. (Jogiyanto Hartono, 2009: 536).

Sedangkan menurut Eduardus Tandelilin (2010: 239), Penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi terhadap harga sekuritas sering disebut dengan event studies. Penelitian event studies umumnya berkaitan dengan seberapa cepat suatu informasi yang masuk ke pasar dapat tercermin pada harga saham.

Dari kedua pengertian di atas menjelaskan, studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman”. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga untuk menguji efisien pasar bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi (information content),


(33)

maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar.

“Studi peristiwa merupakan bagian dalam konsep hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis)”, yang dikemukakan oleh Fama (1991). Studi peristiwa merupakan bentuk studi untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong form).

Secara lebih spesifik studi peristiwa menyelidiki respons pasar terhadap kandungan informasi dari suatu pengumuman atau publikasi peristiwa tertentu. Kandungan informasi dapat berupa berita baik (good news) atau berita buruk (bad news). Hipotesis pasar efisien memprediksikan bahwa pasar akan memberi respons pasar positif untuk berita baik, dan respons negatif untuk berita buruk. Respons pasar tersebut tercermin dari return tak normal positif (berita baik) dan return tak normal negatif (berita buruk).

Bentuk peristiwa yang diinformasikan beragam baik informasi dari perusahaan maupun dari luar perusahaan yang mungkin akan mempengaruhi prospek pertumbuhan perusahaan di masa datang, antara lain pengumuman dividen, pembelanjaan modal, perubahan komposisi kepemilikan, merger dan


(34)

26

akuisisi, perubahan peraturan pada industri atau bentuk usaha tertentu, kondisi politik, dan bentuk-bentuk peristiwa lainnya.

Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi dari pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika pengujian melibatkan kecepatan reaksi dari pasar untuk menyerap informasi yang diumumkan, maka pengujian ini merupakan pengujian efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market) bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika tidak ada investor yang memperoleh abnormal return dari informasi yang diumumkan atau jika memang ada abnormal return, pasar harus bereaksi dengan cepat untuk menyerap abnormal return untuk menuju ke harga keseimbangan yang baru. Dengan demikian pengujian pasar secara informasi bentuk setengah kuat seharusnya dilakukan setelah pengujian kandungan informasi.

2.1.8 Jenis Studi Peristiwa

Peristiwa yang menjadi fokus penelitian dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, antara lain yang paling sering dijumpai dalam studi peristiwa adalah: (i) peristiwa konvensional; (ii) peristiwa kluster; (iii) peristiwa yang tak terduga; (iv) peristiwa yang terjadi bersifat relevan dan berurutan. Literatur keuangan menunjukkan bahwa respon pasar terhadap jenis peristiwa yang berbeda mungkin berbeda dan seringkali juga membutuhkan metode penelitian yang berbeda. Eduardus Tandelilin (2010: 566)

2.1.8.1 Studi Peristiwa Konvensional.

Studi ini mempelajari respons pasar terhadap peristiwa-peristiwa yang seringkali terjadi dan diumumkan secara terbuka oleh emiten di pasar modal. Karakteristik studi peristiwa konvensional adalah sebagai berikut.


(35)

a. Pemicu peristiwa yang sama dapat terjadi (dilakukan) pada perusahaan lainnya namun pada umumnya tidak dilakukan pada waktu yang sama (walaupun hal tersebut dimungkinkan terjadi).

b. Peristiwa bersifat umum (lazim) dan seringkali merupakan peristiwa rutin yang terjadi dalam suatu perusahaan.

c. Untuk peristiwa rutin, interval waktu peristiwa bervariasi dari rentang terpendek (kuartalan) hingga tahunan per peristiwa.

d. Dampak peristiwa hanya terjadi pada perusahaan yang mengumumkan peristiwa.

e. Tidak terdapat peristiwa lain yang berdekatan (dalam periode peristiwa) untuk menghindari ambiguitas respons pasar terhadap informasi ganda atau confounding effect.

Studi peristiwa konvensional telah banyak dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Beberapa contoh studi peristiwa konvensional, antara lain: pengumuman laba, pembayaran dividen, penawaran hak atas saham (right issue), merger dan akuisisi, pengumuman pembelanjaan capital, stock split, dan bentuk sejenis lainnya. Eduardus Tandelilin (2010: 566-567)

2.1.8.2 Studi Peristiwa Kluster

Studi peristiwa kluster atau kelompok mempelajari respons pasar terhadap peristiwa yang diumumkan secara terbuka yang terjadi pada waktu yang sama dan berdampak pada sekelompok perusahaan (kluster perusahaan) tertentu.

Karakteristik studi peristiwa kluster adalah sebagai berikut: a. Pemicu peristiwa bersifat tunggal

b. Peristiwa yang terjadi berdampak (berita baik atau buruk) pada sekelompok perusahaan. Dalam beberapa kasus, efek peristiwa lebih kuat pada sekelompok perusahaan daripada kelompok perusahaan lainnya.

Peristiwa kluster memiliki bentuk yang beragam. Kluster dapat bersifat relatif sempit hingga luas. Contoh peristiwa kluster adalah pengumuman pemerintah yang membuat regulasi pada industry tertentu sehingga diperkirakan berdampak pada aliran kas perusahaan dalam industry yang bersangkutan. Respons pasar dalam studi peristiwa kluster cenderung lebih sulit diprediksi. Hal ini disebabkan peristiwa kluster bukan peristiwa yang sering terjadi sehingga investor mungkin belum memahami kandungan informasi dari suatu peristiwa apakah berdampak positif atau negatif terhadap aliran kas perusahaan. Eduardus Tandelilin (2010: 567-568)


(36)

28

2.1.8.3 Studi Peristiwa Tak Terduga

Studi peristiwa tak terduga (unanticipated event) merupakan varian dari studi peristiwa kluster. Studi ini mempelajari respons pasar terhadap suatu peristiwa yang tidak terduga (unanticipated event). Sesuai dengan namanya, karakteristik utama dari studi ini adalah peristiwa yang terjadi bersifat tak terduga. Penelitian tentang peristiwa tak terduga relative belum banyak dilakukan, selain karena sifat peristiwa sangat jarang terjadi, tidak semua peristiwa tak terduga relevan dengan studi peristiwa yang terkait dengan pasar modal. Namun studi peristiwa tak terduga relevan untuk menguji hipotesis efisien secara informasi dan efisien secara keputusan. Mansor menguji kedua hipotesis dengan membedakan sampel menjadi dua kluster, yakni kluster perusahaan menggunakan energi nuklir dan kluster yang menggunakan energi non nuklir. Ia menemukan bahwa investor bereaksi secara cepat (efisiensi informasi) dan tepat (efisiensi keputusan). Eduardus Tandelilin (2010: 568-569)

2.1.8.4 Studi Peristiwa Berurutan

Studi peristiwa berurutan juga merupakan varian dari studi peristiwa kluster. Studi ini mempelajari respons pasar terhadap serangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi secara berurutan dalam situasi ketidakpastian yang tinggi. Dalam hal ini kecepatan dan ketepatan informasi menjadi kunci dari respons pasar.

Contoh studi tipe ini adalah studi yang dilakukan oleh Mansur, Cochran, dan Philips (1991) yang meneliti kecelakaan kapal tanker Exon Valdes yang berdampak pada ditutupnya lalu lintas kapal minyak di perairan Alaska. Persoalan peristiwa berurutan terjadi karena pasar belum memperoleh informasi tingkat kebocoran kapal dan dampak luberan minyak yang menghalangi kapal-kapal tanker lainnya. Eduardus Tandelilin (2010: 569)

Dari berbagai jenis studi peristiwa di atas yang dikemukakan Eduardus Tandelilin (2010: 566), maka hal yang berkaitan dengan pengumuman dividen jenis studi peristiwa yang dipakai adalah jenis studi peristiwa konvensional.

2.1.9 Tujuan Studi Peristiwa

Studi peristiwa berusaha mendeteksi respons pasar terhadap suatu peristiwa yang dipublikasikan. Respons pasar tergantung dari kandungan


(37)

informasi yang melekat dalam suatu peristiwa yang diduga berdampak pada aliran kas perusahaan di masa datang. Secara lebih spesifik tujuan studi peristiwa mencakup pengujian teori, pengujian respons pasar, dan pengujian return tidak normal. Eduardus Tandelilin (2010: 570)

2.1.9.1 Pengujian Teoritis

Studi peristiwa pada dasarnya merupakan metodologi untuk pengujian teori atau hipotesis efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Peneliti harus melakukan interpretasi hasil analisis secara hati-hati, terutama bila hipotesis tersebut tidak terbukti dalam suatu pembuktian secara empiris. Selain teori (hipotesis) pasar efisien, peristiwa-peristiwa tertentu seringkali terkait dengan landasan teori relevan lainnya, misalnya sebagai berikut. Eduardus Tandelilin (2010: 570)

a. Studi peristiwa tentang pengumuman dividen seringkali dikaitkan dengan teori signaling. Peningkatan dividen mengandung informasi sinyal atau berita baik (good news), dan penurunan dividen mengandung informasi sinyal atau berita buruk (bad news).

b. Studi peristiwa tentang pengumuman pemecahan saham (stock split) dapat dikaitkan dengan teori signaling dan teori likuiditas (Copeland, 1977). Teori signaling berargumen bahwa pemecahan saham menunjukkan sinyal oprimisme manajemen akan mampu meningkatkan kembali harga saham di masa datang.

2.1.9.2 Pengujian Reaksi Pasar

Terkait dengan aspek pengujian teoritis, reaksi pasar terhadap suatu peristiwa mungkin tidak sejalan dengan teori. Oleh karena itu tujuan penelitian tidak sekedar mencari ada atau tidak ada return tak normal di seputar peristiwa melainkan apakah pasar bereaksi dengan cepat dan benar. Pengujian reaksi pasar terkait dengan hipotesis efisiensi informasi (kecepatan reaksi pasar) dan hipotesis efisiensi keputusan (ketepatan reaksi pasar).

Efisiensi informasi (kecepatan respons pasar) relevan dengan pengujian teori atau hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat, sedangkan efisiensi keputusan (ketepatan respons pasar) relevan dengan pengujian teori yang


(38)

terkait dengan pengujian teor

2.1.9.3 Pengujian Re Secara empiri peristiwa adal normal di se adalah selisih pengumuman dalam rumus s RTNi = Ri – E

Bila tidak te dengan return

2.2 Metode Studi Per 2.2.1 Prosedur Studi

Menurut Ed metodologi penelitian berikut, yaitu:

a.) Mengidentifik memiliki nilai efek negatif a dan (ii) bilama b.) Menentukan re Periode estima meramalkan re hingga T+n) ad

menguji perub

c.) Menentukan menghitung re

Terdapat studi peris

gan studi peristiwa seperti telah disinggun oretis. Eduardus Tandelilin (2010: 571)

Return Tak Normal

iris bentuk pengujian yang umum digunaka dalah bertujuan untuk menguji ada atau tidak seputar pengumuman peristiwa. Return tak isih (positif atau negatif) dari return aktu an (Ri) dengan return harapan E(Ri), atau d

s sebagai berikut: E(Ri)

terdapat peristiwa, return aktual cenderung rn harapan. Eduardus Tandelilin (2010: 572)

Peristiwa di Peristiwa

Eduardus Tandelilin (2010: 572-578), ian studi peristiwa konvensional mengikuti p

fikasi bentuk, efek, dan waktu peristiwa (i) per ilai informasi; (ii) apakah nilai informasi per f atau positif terhadap return tak normal peru

mana peristiwa terjadi atau dipublikasi. n rentang waktu studi peristiwa:

imasi (T-n-e hingga T-n) adalah periode yang d

return harapan pada periode peristiwa. Period adalah periode di seputar peristiwa (T0) yang d

ubahan return tak normal.

n metoda penyesuaian return yang dig return tak normal.

at tiga metode yang secara luas digunakan d ristiwa:

30

ung pada tujuan

akan dalam studi ak ada return tak k normal (RTNi) ktual di seputar dapat dituliskan

ng tidak berbeda

mengemukakan i prosedur sebagai

peristiwa apa yang eristiwa memiliki rusahaan tertentu;

digunakan untuk iode peristiwa (T-n

g digunakan untuk

digunakan untuk


(39)

Model-model statististika, yaitu: model disesuaikan rata-rata (mean adjusted model) dan model pasar (market model).

Model disesuaikan dengan pasar (market adjusted model).

Model-model ekonomika, yaitu: capital asset pricing model (CAPM) dan arbitrage pricing theory (APT).

d.) Menghitung return tak normal di sekitar perioda peristiwa (beberapa waktu sebelum dan sesudah pengumuman peristiwa terjadi).

RTNit = Rit – E(Rit)

Dalam hal ini:

RTNit = return tak normal saham i pada perioda t

Rit = return aktual saham i pada perioda t

E(Rit) = return harapan atau return prediksian

Return harapan dapat diestimasi dengan: Model statistika:

Model disesuaikan rata-rata

Model ini memprediksi E(Rit) berdasarkan rata-rata return

selama periode estimasi: E (Rit) = µi + eit

Model tersebut dapat diproksi dengan dengan cara sebagai berikut (rata-rata aritmatik):

Model pasar.

Model ini memprediksi E(Rit) berdasarkan hasil estimasi

model pasar selama perioda estimasi dengan cara: E(Rit) = αi + βiRMt + εit

Model disesuaikan pasar

Model ini memprediksi E(Rit) berdasarkan return indeks

pasar pada hari pengumuman peristiwa. Model-model ekonomika:

Capital asset pricing model: E(Rit) = RFt + (RMt – RFt) βiRMt

Arbitrage pricing model:

E(Rit) = d0 + di1F1t + di2F2t + ... + dinFnt + eit

e.) Menghitung rata-rata return tak normal dan return tak normal kumulatif dalam perioda peristiwa.

1. Return tak normal rata-rata aritmatik: T R R E n t e n t it it

=− − − = = ) (

k

RTN

RTN

n i it t

=

=

1


(40)

32

= return tak normal rata-rata pada waktu ke t. k = jumlah sekuritas

2. Return tak normal kumulatif (cumulative abnormal return):

f.) Merumuskan hipotesis statistis Untuk rata-rata return tak normal: Ho: = 0

Ha: # 0

Untuk rata-rata return tak normal kumulatif: Ho: = 0

Ha: # 0

g.) Menguji apakah return tak normal rata-rata atau return tak normal kumulatif berbeda dari 0.

Pengujian dapat dilakukan dengan uji parametrik atau non-parametrik.

㌱=

Untuk pengujian hipotesis, nilai t hitung dapat diperoleh: t hitung = ____ Σ __ ___ S ______

√ k h.) Interpretasi dan kesimpulan.

Kesimpulan hasil studi didasarkan pada probabilitas signifikansi kurang dari probabilitas yang disyaratkan (misalnya 0,01, 0,05, atau 0,10)

2.2.2 Abnormal Return

t

RTN

=+

− =

=

t n

n t

it

i

RTN

RTNK

RTN RTN

RTNK RTNK


(41)

Studi peristiwa menganalisis abnormal return dari sekuritas yang mungkin terjadi sekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi.

Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relative terhadap harga sebelumnya. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Brown & Warner (1985), “Mengestimasikan return ekspektasi menggunakan model mean adjusted model, market model dan market adjusted model.” (Hartono, 2005).

2.3 Penelitian Terdahulu

Amsari (1993), melakukan pengujian terhadap 47 perusahaan yang mengumumkan pembayaran dividen periode 1990-1992. “Hasil yang didapatkan adalah abnormal return pada periode jendela secara statistik tidak berbeda dengan nol, artinya bahwa pengumuman dividen tidak mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor”.

Dengan menggunakan model ekspektasi, Gonnedes (1978) membentuk 12 portofolio yang didasarkan pada kombinasi kesalahan peramalan standarisasi (standardized forecast errors) rendah dan tinggi dari perubahan laba, perubahan dividen kas (cash dividend), dan item-item luar biasa (extraordinary items) dari 285 perusahaan selama periode 1964 -1972. Gonnedes menemukan bahwa dividen tidak mengandung informasi.


(42)

34

Brooks (1996) meneliti pengumuman dividen tahun 1988 serta menguji perubahan asimetri informasi, relative spread dan volume perdagangan untuk melihat perubahan antara periode sebelum dan sesudah pengumuman dividen. Hasil menunjukkan asimetri informasi yang terjadi tidak mengalami perubahan yang signifikan begitu juga relative spread dan volume perdagangan. Jadi pengumuman dividen tidak mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor.

Aharony & Swary (1980) menggunakan model ekspektasi dividen sederhana (naïve model) dan model ekspektasi Lintner yang sudah dikembangkan. Sampel yang diambil adalah dividen kuartalan yang meliputi 149 perusahaan industri yang tercatat di NYSE periode 1963-1976. Dengan menggunakan indeks pasar S & P, mereka menghitung abnormal return selama 10 hari disekitar tanggal pengumuman dividen, hasilnya adalah pasar bereaksi dalam interval waktu 2 hari saja, yaitu sehari sebelum pengumuman dan sehari pada waktu pengumuman dividen. Hasil ini menunjukkan bahwa pengumuman dividen mengandung informasi.

Sujoko (1999) menguji terhadap pengumuman dividen meningkat selama periode 1994-1996 dengan menggunakan model market adjusted, mean adjusted dan market model untuk menghitung abnormal return. Hasil menunjukkan selama tiga hari sebelum pengumuman, hari pengumuman, dan sehari setelah pengumuman dividen meningkat terdapat reaksi pasar yang positif signifikan, artinya bahwa pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor.


(43)

Suparmono (2000) Menguji pengumuman dividen selama periode 1991-1998 dengan sampel 182 perusahaan yang mengumumkan pengumuman dividen meningkat dan 158 perusahaan yang mengumumkan pembayaran dividen menurun. Hasil menunjukkan bahwa ada reaksi pasar yang signifikan pada t-5 dan t-0 untuk dividen meningkat dan pada t-0 untuk dividen menurun, artinya harga saham bereaksi positif terhadap kenaikan dividend dan bereaksi negatif terhadap penurunan dividen.

Doddy & Hartono (2003) melakukan pengujian terhadap pengumuman dividen meningkat periode 1992-1996 dengan menggunakan sampel 132 perusahaan. Hasil menunjukkan bahwa pasar bereaksi terhadap pengumuman dividen meningkat pada saat pengumuman, artinya pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor.

Untuk lebih jelasnya hasil-hasil penelitian terdahulu dapat diringkas seperti pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Tahun Peneliti Pengujian Hasil

1 1972 Petit Meneliti sampel yang terdiri dari 625 perusahaan selama periode Januari 1964 – Juni 1968.

Ada reaksi pasar yang signifikan terutama pada bulan pengumuman dividen artinya pengumuman

mempunyai kandungan informasi yang

substansial bagi investor.


(44)

36

2 1978 Gonedes Melakukan pengujian terhadap

dividen, laba dan extraordinary

item yang berasal dari 258 perusahaan periode april 1952 -

maret 1972

Menunjukkan bahwa pengumuman

dividen tidak

mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor.

3 1980 Aharony & Swary

Meneliti sampel yang terdiri dari

149 perusahaan selama periode 1

januari 1963 - 31 desember 1976 yang terdaftar di NYSE.

Ada reaksi pasar yang signifikan pada

sehari sebelum dan hari pengumuman

dividen, baik untuk perubahan dividen meningkat maupun menurun, artinya bahwa pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang

berguna bagi investor. 4 1993 Amsari Melakukan pengujian

terhadap 47 perusahaan yang mengumumkan pembayaran dividen periode 1990-1992

Abnormal return pada periode jendela secara statistik tidak berbeda dengan nol, artinya bahwa pengumuman dividen tidak mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi


(45)

investor. 5 1983,

1992, 1999 Brickley, Howe et al, Gombola & Liu Melakukan pengujian terhadap kandungan informasi specially disignated dividend yang diumumkan di NYSE dan AMEX periode 1969-1979 dan terdapat

165 pengumuman.

Ada reaksi pasar yang positif signifikan sehingga menunjukkan specially

designated dividend mengandung

informasi yang berguna bagi investor.

6 1996 Brooks Meneliti pengumuman dividen tahun 1988 serta menguji perubahan asimetris informasi, relatif spread dan volume

perdagangan untuk melihat perubahan antara periode sebelum dan sesudah pengumuman dividen.

Menunjukkan asimetri informasi yang

terjadi tidak mengalami perubahan yang

signifikan begitu juga relative spread dan volume perdagangan, jadi pengumuman dividen tidak mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor.

7 1999 Sujoko Menguji terhadap pengumuman dividen meningkat selama periode 1994-1996 dengan

menggunakan model market adjusted, mean

Menunjukkan selama tiga hari sebelum pengumuman dividen, hari

pengumuman dan sehari setelah


(46)

38

adjusted dan market model untuk

menghitung abnormal return.

meningkat

terdapat reaksi pasar yang positif

signifikan artinya bahwa pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor.

8 2000 Suparmono Menguji pengumuman dividen

selama periode 1991-1998

dengan sampel 182 perusahaan

yang mengumumkan pengumuman dividen meningkat

& 158 perusahaan yang mengumumkan

pembayaran

pengumuman dividen.

Menunjukkan ada reaksi pasar yang

signifikan pada t-5 dan t-0 untuk dividen meningkat dan pada t-0 untuk dividen

menurun. Artinya harga saham bereaksi

positif terhadap kenaikan dividen dan bereaksi negatif terhadap penurunan dividen.

9 2003 Setiawan & Hartono Pengujian terhadap pengumuman dividen meningkat periode 1992-1996 dengan

sampel 132 perusahaan.

Menunjukkan pasar bereaksi terhadap pengumuman dividen meningkat pada

saat pengumuman. Jadi pengumuman

dividen mempunyai kandungan


(47)

bagi investor.

2.4 Kerangka Pemikiran

Untuk menguji pengaruh dividen tunai terhadap reaksi pasar dan menganalisis kandungan informasi dari suatu pengumuman, maka peneliti menggunakan event study.

Penelitian ini dilakukan atas dasar ketidak konsistenan hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai kandungan informasi pada pengumuman dividen baik yang dilakukan oleh peneliti di luar negeri maupun peneliti di Indonesia.

Apabila pengumuman dividen tunai mengandung informasi, pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. Apabila abnormal return digunakan, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar. (Hartono, 2005).

Penelitian ini akan melihat abnormal return yang terjadi selama periode pengamatan 21 hari dengan menggunakan alat statistik untuk melihat signifikansi abnormal return yang terjadi dan perbedaan rata - rata abnormal return yang terjadi sebelum dan sesudah pengumuman peristiwa dengan tingkat signifikansi 5%. Jika pengumuman tersebut mengandung informasi maka diharapkan pasar


(48)

40

akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima pasar. Reaksi pasar akan tercermin dari adanya perubahan harga saham perusahaan yang tercatat di BEI. Reaksi ini akan diukur dengan menggunakan return sebagai perubahan harga saham dan abnormal return sebagai tolak ukurnya. Berdasarkan hal tersebut maka suatu pengumuman yang memiliki kandungan informasi akan memberikan keuntungan di atas normal terhadap harga saham.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan: Menunjukkan hubungan searah Menunjukkan hubungan timbal balik

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran Teoritis

2.5 Hipotesis

Berdasarkan uraian permasalahan dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian dapat dirumuskan. Menurut Suharsimi Arikunto (1996: 76) bahwa:

Dividen Tunai (X)

Dividen TunaiTurun

Dividen Tunai Naik

Reaksi Pasar (Y) Abnormal

Return

Abnormal Return

Sebelum pengumuman

Sesudah pengumuman

Sebelum pengumuman

Sesudah pengumuman


(49)

“Hipotesis hanya dibuat jika permasalahan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Sehingga, mungkin sekali di dalam sebuah penelitian, banyaknya hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian”.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H1: Adanya perbedaan antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah

pengumuman dividen tunai naik dan turun.

H2: Adanya perbedaan reaksi antara perusahaan yang melakukan pengumuman dividen tunai naik dan perusahaan yang melakukan pengumuman dividen tunai turun.


(50)

42 BAB III

SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian juga membahas karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian, termasuk penjelasan mengenai populasi, sampel dan teknik sampling (acak/non-acak) yang digunakan. (Nanang Martono, 2010: 112).

Subjek penelitian dapat terdiri dari tiga level, yaitu:

1) Mikro merupakan level terkecil dari subjek penelitian, dan hanya berupa individu.

2) Meso merupakan level subjek penelitian dengan jumlah anggota lebih banyak, misal keluarga dan kelompok.

3) Makro merupakan level subjek penelitian dengan anggota yang sangat banyak, seperti masyarakat atau komunitas luas.

Peran subjek penelitian adalah memberikan tanggapan dan informasi terkait data yang dibutuhkan oleh peneliti, serta memberikan masukan kepada peneliti, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Level yang digunakan dalam penelitian ini yaitu level makro, karena subjek penelitian yang dilakukan mencakup anggota atau komunitas yang luas.

Subjek penelitian pada tesis ini yaitu perusahaan-perusahaan yang terdaftar (listing) dan aktif melakukan transaksi dan mengeluarkan dividen tunai pada periode 2009-2010 di Bursa Efek Indonesia.


(1)

79 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah pengumuman dividen memiliki kandungan informasi atau tidak untuk perusahaan yang mengumumkan dividen tunai naik dan turun yang listed dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2010, menganalisis perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman dividen tunai naik dan turun, serta menganalisis perbedaan reaksi pasar antara perusahaan yang mengumumkan dividen tunai naik dengan perusahaan yang mengumumkan dividen tunai turun.

Dari hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Pengumuman dividen tunai naik dan turun mempunyai kandungan informasi yang digunakan investor untuk mengambil keputusan investasi pada Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2010. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman dividen tunai naik dan dividen tunai turun.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman dividen tunai naik. Demikian pula terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman dividen tunai turun. Hal ini berarti rata-rata abnormal return tersebut dapat digunakan investor untuk mengambil keputusan investasi.


(2)

80

3. Terdapat perbedaan yang signifikan mengenai reaksi pasar antara perusahaan yang mengumumkan dividen naik dengan perusahaan yang mengumumkan dividen turun. Hal ini berarti bahwa sebagian besar investor memang bertindak sesuai dengan nalurinya, yaitu bereaksi positif terhadap pengumuman dividen naik dan bereaksi negatif terhadap pengumuman dividen turun.

5.2Saran

Beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: A. Bagi Investor

1. Kandungan informasi berdasarkan perbedaan rata-rata abnormal return memang dapat digunakan investor untuk mengambil keputusan investasi. Namun demikian, faktor-faktor lain terutama sentimen pasar juga harus diperhitungkan. Maka dari itu investor harus berhati-hati sebelum melakukan investasi karena hal-hal yang tidak terduga bisa menyebabkan kerugian bagi investor.

2. Rata-rata abnormal return dapat digunakan investor untuk mengambil keputusan investasi, investor bisa melihat abnormal return perusahaan yang positif, namun investor hendaknya tidak begitu saja menanggapi pengumuman dividen tunai naik secara berlebihan karena ada kemungkinan bahwa perusahaan hanya ingin memberikan kesan menguntungkan. Oleh karenannya seorang investor harus bisa melihat perusahaan mana yang benar-benar mempunyai prospek yang cerah di masa datang.


(3)

3. Sebagian besar investor memang bertindak sesuai dengan nalurinya, yaitu bereaksi positif terhadap pengumuman dividen tunai naik dan bereaksi negatif terhadap pengumuman dividen tunai turun. Namun investor harus senantiasa menyadari bahwa tidak seluruh perusahaan yang mengumumkan dividen naik/turun ini kondisinya sesuai/tidak sesuai harapan investor di beberapa hari ke depan atau periode sesudah pengumuman tersebut. Solusinya investor harus benar-benar jeli melihat pergerakan harga saham perusahaan tersebut dan juga melihat faktor fundamental perusahaan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian bagi investor.

B. Bagi Perusahaan/Manajemen

1. Dalam perspektif keuangan atau keuangan perusahaan (corporate finance) menurut Saleh Basir dan Hendy M. Fakhruddin (Aksi Korporasi : 75) menyatakan bahwa, nilai pemegang saham atau nilai perusahaan dapat dimaksimalkan melalui tiga keputusan strategis yaitu: keputusan investasi

(investment decision), keputusan pendanaan (financing decision), dan

kebijakan dividen (dividen policy). Kebijakan dividen mencakup berbagai kebijakan yang diputuskan perusahaan untuk memberikan imbalan terhadap para pemegang saham yang telah mengalokasikan modalnya ke perusahaan. 2. Bagi perusahaan/emiten, kebijakan membagikan dividen (tunai) harus

betul-betul jeli. Dengan kata lain kapan (artinya, dalam keadaan seperti apa) laba akan dibagikan dan kapan akan ditahan, dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan dan juga reaksi dari pasar, karena dividen mencerminkan kualitas kinerja keuangan perusahaan. Dengan kata lain dividen merupakan sinyal atas


(4)

82

kualitas fundamental perusahaan, sehingga nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham tetap terjaga.


(5)

82

DAFTAR PUSTAKA

Aharony, Joseph dan Itzhak Swary. 1980. “Quarterly Dividends and Earnings Announcement and Stocholders’Return: An Empirical Analysis”, The Journal of Finance 35 (Maret): 1-12.

Amsari, M. Ishak. 1993. Pengaruh Pengumuman Dividen terhadap Harga Saham di Pasar Modal Indonesia. Tesis S-2. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio Pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Jurnal Bisnis dan Ekonomi STIE Stikubank Semarang. http://id-jurnal.blogspot.com/2008/04/analisis-faktor-faktor-yang_974.html.

Apriani, L. (2005) Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Kenaikan/Penurunan Dividen (Studi Empiris Pada Perusahaan Utilitas Publik dan Perusahaan Dalam Industri Tidak Diregulasi). Jurnal Universitas Sanata Dharma

http://images.geknana.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R1qvX goKCDsAABdVGJo1/

Budianto, E. (2006). Uji Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Dividen Tunai Periode 2003-2004 (Studi Komparasi Antara Perusahaan yang mengumumkan Dividen Naik dan Perusahaan yang mengumumkan Dividen Turun di Bursa Efek Jakarta) Tesis Magister pada Universitas Diponegoro Semarang.

Fama, Eugene F. 1970. “Efficient Capital Market: A Review of Theory and Empirical Work”, The Journal of Finance 25: 383-417.

Gelb, David S. 1999. “Corporate Signalling with Dividend, StockRepurchase, and Accounting Disclosure: An Empirical Study”. Journal of Accounting, Auditing & Finance: 99-120.

Hartono, Jogiyanto. 1998. "Teori Portofolio dan Analisis Investasi”.Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada.

Husnan, S. 2000. “Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Panjang”. Yogyakarta.

_______________. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada.

_______________. 2005. Pasar Efisiensi Secara Keputusan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


(6)

83

Marfuah. Pengaruh Kecanggihan Investor Terhadap Ketepatan Reaksi Pasar Dalam Merespon Pengumuman Dividen Meningkat. JAAI VOLUME 10 NO. 2, DESEMBER 2006: 137 – 154 Fakultas Ekonomi Universitas Islam

Indonesia E-mail: marfuah@fe.uii.ac.id

http://www.journal.uii.ac.id/index.php/JAAI/article/viewFile/395/310

Prasetio, Januar. E & Susilastuti E, 2004. “Analisis Pengaruh Pengumuman Dividen yang Meningkat dan Menurun terhadap Harga Saham”. Wahana 7, No. 1 Februari.

Raharjo, Sugeng. 2000. “Reaksi Pasar Pada Pengumuman Dividen Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta”. Tesis S2. UGM, Yogyakarta.

Sartono, Agus R, 1994. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada.

Sudjana (2003). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sularso, A. Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham (Return) Sebelum dan Sesudah Ex –Dividend Date Di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Jurnal Staf Pengajar Fakultas Ekonomi - Universitas Jember

http://typecat.com/PENGARUH-PENGUMUMAN-DIVIDEN-

TERHADAP-PERUBAHAN-HARGA-SAHAM-Sugiyono (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Tandelilin, Eduardus, 2010. “Portofolio dan Investasi”. Yogyakarta: Kanisius. Yusnitasari, Emilia F. 2003. “Transfer Intra Industri di Sekitar Pengumuman