Subsidi Listrik Lebih Efektif.
Pikiran Rakyat
.
o Senin
123
17
8Jan
o Selasa 0 Rabu
4
18
19
OPeb
5
20
o Mar
6
21
OApr
7
22
OMei
0
Kamis
8
23
9
OJun
Jumat
10
24
OJul
12
11
25
26
0
o Sabtu 0 Minggu
Ags
13
27
OSep
~
OOkt
14
15
29
ONov
16
30
Subsidi Listrik Lebih Efektif
BANDUNG, (PR).Pemberlakuan subsidi listrik
bagi
pelanggan
golongan
rumab tangga keeil 450 va
(Rl), dinilai lebih efektif
dibandingkan dengan pemberian Bantuan Langsung Tunai
(BLT). Dengan demikian, sub.
sidi listrik bisa sampai tepat
sasaran dan bisa menekan
pemborosan pemakaian listrik
yang biasa teIjadi pada golongan pelanggan besar.
"Konsep diskriminasi harga
bagi pelanggan tertentu lebih
baik daripada pemberian BLT.
Selain dikhawatirkan
digunakan untuk tujuan lain, pemberian
BLT juga
riskan
keboeoran,ยป ujar pengamat
ekonomi, Prof. Dr. Rina Indiastuti, S.E., M.S.I.E di Bandung,
Rabu (27/1):
Selain untuk romab tangga
kecil, menurut Rina, subsidi juga seharusnya diberlakukan pada golongan industri keeil
menengab yang bersifat responsif. ~terianya, kenaikan
tarif dasar listrik (TDL) akan
memaksa
mereka
beralih
menggunakan energi altematif
lain.
"Kalau untuk industri yang
tidak responsif jangan disubsidi. Industri-industri besar sudab selayaknya menggunakan
listrik dengan tarifkeekonomian. Saya kira itu wajar-wajar
saja dan bagus, keeuali bagi
UKM yang untuk menjalankan
usaha saja masih kesulitan," tutumya.
Sementara itu, menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat
Deddy Wijaya, pada dasamya
reneana TDL sesuai dengan
tarif keekonomian tidak sepenuhnya merugikan industri.
Bagi sebagian industri, kebijakan ini justru akan memangkas
ongkos produksi. "Bagi sebagian industri yang baru memasang dan atau menambab
daya listrik pada 2007, dikenakan tarif Rp 1.300 per kwh.
Sementara industri yang sudah
lama berlangganan
listrik
masih menikmati tarif subsidi
dari pemerintah," tutumya.
Menurut Deddy, di Jawa
Kliping Humas Unpad 2010
31
ODes
Barat, jumlah industri yang
membayar listrik Rp 1.300 per
kwh meneapai empat puluh
persen. Rata-rata, biaya listrik
industri memberikan kontribusi 20 persen-50 persen bagi total biaya produksi, tergantung jenis dan teknologi yang
diadopsi.
Kendati demikian, Deddy
tidak menampik,kenaikanTDL
hingga
meneapai
angka
keekonomian akan memukul
sektor industri.lokal. Apalagi,
jika kenaikan dilakukan tabun
ini, di saat sektor industri lokal
sedang beradaptasi dengan
pemberlakukan pasar bebas
ASEAN-Cina(ACFfA).
"Bagi industri, dampak kenaikanTDLitu qua macam.Secara langsung tentu berimbas
pada kenaikan ohgkosprod~si. Sementara dampak tidak
langsung karena daya beli
masyarakat akan menurun.
Kalau diberlakukan tabun ini,
imbasnya pasti. sangat besar
karena menurunkan dayasaing
produk lokal," tutumya. (A150)***
.
o Senin
123
17
8Jan
o Selasa 0 Rabu
4
18
19
OPeb
5
20
o Mar
6
21
OApr
7
22
OMei
0
Kamis
8
23
9
OJun
Jumat
10
24
OJul
12
11
25
26
0
o Sabtu 0 Minggu
Ags
13
27
OSep
~
OOkt
14
15
29
ONov
16
30
Subsidi Listrik Lebih Efektif
BANDUNG, (PR).Pemberlakuan subsidi listrik
bagi
pelanggan
golongan
rumab tangga keeil 450 va
(Rl), dinilai lebih efektif
dibandingkan dengan pemberian Bantuan Langsung Tunai
(BLT). Dengan demikian, sub.
sidi listrik bisa sampai tepat
sasaran dan bisa menekan
pemborosan pemakaian listrik
yang biasa teIjadi pada golongan pelanggan besar.
"Konsep diskriminasi harga
bagi pelanggan tertentu lebih
baik daripada pemberian BLT.
Selain dikhawatirkan
digunakan untuk tujuan lain, pemberian
BLT juga
riskan
keboeoran,ยป ujar pengamat
ekonomi, Prof. Dr. Rina Indiastuti, S.E., M.S.I.E di Bandung,
Rabu (27/1):
Selain untuk romab tangga
kecil, menurut Rina, subsidi juga seharusnya diberlakukan pada golongan industri keeil
menengab yang bersifat responsif. ~terianya, kenaikan
tarif dasar listrik (TDL) akan
memaksa
mereka
beralih
menggunakan energi altematif
lain.
"Kalau untuk industri yang
tidak responsif jangan disubsidi. Industri-industri besar sudab selayaknya menggunakan
listrik dengan tarifkeekonomian. Saya kira itu wajar-wajar
saja dan bagus, keeuali bagi
UKM yang untuk menjalankan
usaha saja masih kesulitan," tutumya.
Sementara itu, menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat
Deddy Wijaya, pada dasamya
reneana TDL sesuai dengan
tarif keekonomian tidak sepenuhnya merugikan industri.
Bagi sebagian industri, kebijakan ini justru akan memangkas
ongkos produksi. "Bagi sebagian industri yang baru memasang dan atau menambab
daya listrik pada 2007, dikenakan tarif Rp 1.300 per kwh.
Sementara industri yang sudah
lama berlangganan
listrik
masih menikmati tarif subsidi
dari pemerintah," tutumya.
Menurut Deddy, di Jawa
Kliping Humas Unpad 2010
31
ODes
Barat, jumlah industri yang
membayar listrik Rp 1.300 per
kwh meneapai empat puluh
persen. Rata-rata, biaya listrik
industri memberikan kontribusi 20 persen-50 persen bagi total biaya produksi, tergantung jenis dan teknologi yang
diadopsi.
Kendati demikian, Deddy
tidak menampik,kenaikanTDL
hingga
meneapai
angka
keekonomian akan memukul
sektor industri.lokal. Apalagi,
jika kenaikan dilakukan tabun
ini, di saat sektor industri lokal
sedang beradaptasi dengan
pemberlakukan pasar bebas
ASEAN-Cina(ACFfA).
"Bagi industri, dampak kenaikanTDLitu qua macam.Secara langsung tentu berimbas
pada kenaikan ohgkosprod~si. Sementara dampak tidak
langsung karena daya beli
masyarakat akan menurun.
Kalau diberlakukan tabun ini,
imbasnya pasti. sangat besar
karena menurunkan dayasaing
produk lokal," tutumya. (A150)***