PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL BAGI PEKERJA DI KANTOR BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN CABANG GIANYAR SETELAH TRANSFORMASI KELEMBAGAAN PT JAMSOSTEK (PERSERO).

SKRIPSI

PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL BAGI PEKERJA
DI KANTOR BADAN PENYELENGGARA JAMINAN
SOSIALKETENAGAKERJAAN CABANG GIANYAR
SETELAH TRANSFORMASI KELEMBAGAAN PT
JAMSOSTEK (PERSERO)

I GST NGR BAGUS TIRTA A
1203005242

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL BAGI PEKERJA DI
KANTOR BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
KETENAGAKERJAAN CABANG GIANYAR SETELAH
TRANSFORMASI KELEMBAGAAN PT JAMSOSTEK
(PERSERO)


Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

I GST NGR BAGUS TIRTA A
NIM. 1203005242

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

\

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nyalah penulis dapa tmenyelesaikan Skipsi yang
berjudul “Pelaksanaan Jaminan Sosial Bagi Pekerja Di Kantor Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan Cabang Gianyar Setelah Transformasi Kelembagaan PT Jamsostek

(Persero)”
Penulis menyadari bahwa materi yang penulis sajikan dalam skripsi ini adalah jauh dari kata
sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman
yang penulis miliki. Maka dari itu kritik, saran dan bimbingan serta petunjuk-petunjuk dari
semua pihak sangat penulis harapkan guna kelengkapan dan penyempurnaan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dan dukungan moral dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana SH.,MH, Dekan Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
2. Bapak I Ketut Sudiartha, SH.,MH, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas
Udayana.
3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH.,MH, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
4. Bapak I Wayan Suardana, SH.,MH, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas
Udayana.
5. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,MH, Ketua Bagian Program Kekhususan Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

6. Bapak Cokorda Dalem Dahana, SH.,M.Kn, Pembimbing Akademik yang

membimbing dan menuntun penulis sejak awal kuliah di Fakultas Hukum Universitas
Udayana.
7. Bapak I Ketut Markeling, SH.,MH, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan arahan yang berarti selama penyusunan skripsi ini.
8. Bapak I Made Dedy Priyanto, SH.,M.Kn, Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan yang berarti selama penyusunan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana yang selama ini telah
mendidik dan membimbing penulis selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas
Hukum Universitas Udayana.
10. Bapak dan Ibu Staf Pegawai Administrasi di lingkungan Fakultas Hukum Universitas
Udayana.
11. Bapak Ir. Anak Agung Karma Krisnadi, Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan Cabang Gianyar
12. Ibu dr. Dahlia Libriana, Kepala Bidang Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan Cabang Gianyar
13. I Gst Bagus Hadipta Sukarna, SH, MBA, MM, Dra. I Gst Ayu Trisna Wahyuni,
kedua orang tua penulis. I Gst Ayu Anom Swari,dan I Gst Ayu Triana Kamila Putri,
kedua adik yang tidak pernah berhenti untuk selalu mendoakan, menyemangati dan
memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan penulis.
14. Kepada A A Ayu Tri Bhuana Komala S, Kekasih yang telah membantu dan memberi

semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Para sahabat selama kuliah yang selalu memberikan senyum dan tawa serta selalu
saling mendukung dalam pembuatan skripsi, Gardita Sardana, Wah Aik, Alex,
Wanda, Yoga Pratama, Dewa Angga, Dode Purnama, Pebri, Wisnu Diatmika, Andy
Diatmika, Reza Aditya, Shincan, Erick, Gung Say, Ardi Rasti, Dewa Ari, Catur,
Dewa Adhy, Agung Wedanta, Gus Katos, Deno, Ade Krisna, Mang Ucil, Arik King,
Aris, Molenk, Topan, Yan Bejo, Arly, Gung Andik, Gus DG, Yudik, Gung Manu,
Dobi, Joddy Ben, Teguh Black, Jodi Artawan, Sari, Anggik, Dyah Nanda, Gek Linda,
Teman-Teman KKN Tista 2015 serta seluruh teman-teman lainnya yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak mendukung selama proses
penyelesaian skripsi ini.
16. Teman-teman DPC Permahi Bali, Jaya Nugraha, Cahya Widiangga, Rolas Palindo,
Surya Bacul, Made, Roni Siagian, Koko, Gekta, Yugek, Tyara Rajendra, Endra Yuda,
Yosef, Reno Maratur Munthe, Adi Satria, Wira Adnyana, Ega Dinanda yang sangat
membantu member penulis bantuan secara langsung dalam hal bahan-bahan
pendukung penyusunan skripsi ini, rekan diskusi dan menjadi semangat serta energi
positif penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
17. Serta pihak-pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah
mendukung penulis baik secara materi, moril dan doa, sehingga segala kelancaran

selalu menyertai penulis dalam mengerjakan skripsi ini hingga terselesaikan.
Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak
pada umumnya, dan bagi perkembangan ilmu hukum pada khusunya.
Denpasar, 20 Januari 2016

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR………………………………………………….. i
HALAMAN SAMPUL DALAM……………………………………………….. ii
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM………………..… iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………….… iv
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI………………………..… v
KATA PENGANTAR……………………………………………………..……. vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..… x
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN………………………………………...

xiii

ABSTRAKSI………………………………………………………………..…… xiv
ABSTRACT………………………………………………………………………. xv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………........1

1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………. 8
1.3 Ruang Lingkup Masalah ……………………………………………

8

1.4 Orisinalitas Penelitian ……………………………………………….

9

1.5 Tujuan Penelitian…………………………………………………. ..

11

1.5.1 Tujuan umum ……………………………………………….

11

1.5.2 Tujuan khusus……………………………………………….


11

1.6 Manfaat Penelitian………………………………………………... .

11

1.6.1 Manfaat teoritis……………………………………………..

11

1.6.2 Manfaat praktis………………………………………………

12

1.7 Landasan Teoritis……………………………………………………

12

1.8 Metode Penelitian…………………………………………………....
1.8.1 Jenis penelitian…………………………………………………


15
15

1.8.2 Jenis pendekatan………………………………………….……

16

1.8.3 Sifat penelitian……………………………………………….… 17
1.8.4 Sumber data……………………………………………….…...

19

1.8.5 Teknik pengumpulan data…………………………………..….

20

1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian………………………..….

21


1.8.7 Teknik pengolahan dan analisis data…………………………... 22
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA, JAMINAN SOSIAL DAN BPJS
KETENAGAKERJAAN ………………………………...
23
2.1 Tinjauan Umum Tentang Pekerja…………………………………...

23

2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Tenaga Kerja…………………… 23
2.1.2 Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja…………………………….... 25
2.2 Tinjauan Umum Tentang Jaminan Sosial………………………… 28
2.2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial…………………. 28
2.2.2 Jenis-Jenis Jaminan Sosial………………………………….. 29
2.3 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan…………….. 31
2.3.1 Dasar Hukum dan Kewenangan BPJS Ketenagakerjaan………. 31
2.3.2 Hubungan Hukum Antara Peserta dan Penyelenggara Jaminan
Sosial BPJS Ketenagakerjaan serta Hak dan Kewajibannya….. 33
BAB III PELAKSANAAN PROSES PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL BAGI PEKERJA
PADA KANTOR BPJS KETENAGAKERJAAN CABANG GIANYAR

SETELAH TRANSFORMASI KELEMBAGAAN PT JAMSOSTEK
(PERSERO)…………………
37
3.1 Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja pada PT Jamsostek
(Persero)……………………………………………………………. 37
3.2 Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja pada BPJS
Ketenagakerjaan…………………………………………………….

38

3.3 Pelaksanaan Proses Pemberian Jaminan Sosial Bagi Pekerja pada Kantor BPJS
Ketenagakerjaan Cabang Gianyar Setelah Transformasi PT Jamsostek
(Persero)……………………………....
42
BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PEMBERIAN JAMINAN
SOSIAL BAGI PEKERJA PADA KANTOR BPJS
KETENAGAKERJAAN……………………………………………... 52
4.1 Faktor Penghambat/Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Pemberian
Jaminan Sosial Bagi Pekerja pada Kantor BPJS Ketenagakerjaan CabangGianyar
……………………………………………………..

52
4.2 Upaya Menangani Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Terkait PesertaBPJS
Ketenagakerjaan……………………………………...
55
BAB V PENUTUP………………………………………………………………

59

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………..

59

5.2 Saran-Saran……………………………………………………….….

60

DAFTAR PUSTAKA
RINGKASAN SKRIPSI
DAFTAR RESPONDEN
STRUKTUR ORGANISASI
BROSUR PROGRAM JAMINAN SOSIAL BPJS KETENAGAKERJAAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Implementasi merupakan sebuah arti yang sangat jelas dan singkat dikarenakan
mengandung makna penerapan dan pelaksanaan. Jadi kata implementasi sangat tepat digunakan
apabila akan melakukan suatu penelitian yang berdasarkan keadaan yang benar-benar nyata
terjadi di masyarakat.
Kata transformasi menjadi sebuah kosa kata penting di Indonesia, dimana kata
transformasi itu mengarah pada suatu perubahan. Tepatnya sejak diundangkannya Sistem
Jaminan Sosial Nasional ( selanjutnya disebut dengan UU SJSN ) pada tanggal 19 Oktober 2014.
Dimana transformasi akan menghadirkan suatu identitas baru dalam penyelenggaraan program
jaminan sosial di Indonesia.
Dengan

hadirnya

Undang-undang

Nomor

24

Tahun

2011

mengenai

Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut BPJS), telah membentuk dua Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial yaitu : BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. Yang dimana
BPJS Ketenagakerjaan merupakan suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang
menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan
jaminan kematian bagi seluruh pekerja yang ada di Negara Indonesia, termasuk orang asing yang
bekerja di Negara Indonesia paling singkat 6 ( enam ) bulan di Negara Indonesia. Sedangkan
BPJS Kesehatan merupakan suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang menyelenggarakan

program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk di Negara Indonesia, termasuk orang asing
yang bekerja di Negara Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan di Negara Indonesia.
Adanya 4 (empat) Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) Persero
penyelenggara jaminan sosial antara lain : PT ASKES (Persero), PT JAMSOSTEK (Persero), PT
ASABRI (Persero) dan PT TASPEN ( Persero ) akan bertransformasi menjadi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang-undang mengenai Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Nomor 24 Tahun 2011 telah menetapkan PT ASKES (Persero) untuk
bertransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS)

Kesehatan dan PT

JAMSOSTEK (Persero) akan bertransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Ketenagakerjaan. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 TentangBPJS belum mengatur
mekanisme transformasi PT ASABRI (Persero) dan PT TASPEN (Persero) dan pengaturannya
lebih ke Peraturan Pemerintah.
Dengan adanya perintah proses transformasi kelembagaan BPJS telah diatur di dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya
disebut SJSN). Pada penjelasan umum yang terdapat di alinea sepuluh dari Undang-undang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) ini, menjelaskan bahwa BPJS yang dibentuk oleh
Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional atau sering disebut UU SJSN ini adalah suatu
transformasi dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang tengah berjalan dan dimungkinkan
membentuk badan penyelenggara baru.
Transformasi BPJS diatur lebih rinci dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
tentang BPJS. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 mengenai BPJS ini merupakan
pelaksanaan dari Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No. 007/PUU-III/2005.

Penjelasan secara umum mengenai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang
BPJS ini sebagaimana yang tertera pada alinea keempat yang mengemukakan bahwa UndangUndang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan
Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasionalpasca
Putusan Mahkamah Konstitusi. Kedua pasal ini mengamanatkan pembentukan BPJS dan
transformasi dari kelembagaan PT ASKES (Persero), PT ASABRI (Persero), PT JAMSOSTEK
(Persero), dan PT TASPEN (Persero) menjadi (BPJS). Transformasi kelembagaan ini diikuti
dengan adanya pengalihan peserta, program, aset, dan liabilitas, disertai juga dengan hak dan
kewajiban.
Program

Jaminan

Sosial

Tenaga

Kerja

(selanjutnya

disebut

JAMSOSTEK)

diselenggarakan dengan pertimbangan selain untuk memberikan keterangan kerja, juga karena
dianggap mempunyai suatu dampak yang positif terhadap usaha-usaha peningkatan disiplin dan
produktifitas terhadap seorang tenaga kerja.1
Program JAMSOSTEK diselenggarakan untuk memberikan perlindungan dasar dalam
memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, serta merupakan suatu
bentuk penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya
kepada perusahaan dimana tempat mereka bekerja2
Di era Sistem Jaminan Sosial

Nasional

(selanjutnya disebut

SJSN), BPJS

merepresentasikan Negara dalam mewujudkan hak konstitusional Warga Negara atas jaminan
sosial dan hak atas penghidupan yang layak. Dimana penyelenggaraan jaminan sosial tersebut
berbasis kepada hak konstitusional setiap orang dan sebagai wujud tanggung jawab Negara
1

H.M.N.Purwosutjipto, 2003, Pengertian Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (3 Hukum
Pengangkutan), Penerbit Dijembatan, Jakarta, hlm. 12.
2
Toto T. Suriaatmadja, 2005, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, hlm. 17.

sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam Pasal 28 H ayat (3) dan di dalam Pasal 34 ayat (2). Penyelenggaraan sistem
jaminan sosial berdasarkan pada asas yaitu : asas kemanusiaan yang berkaitan dengan martabat
manusia.3
BPJS selaku pengemban misi perlindungan finansial untuk terpenuhinya kehidupan dasar
seluruh Warga Negara dengan layak. Sebagaimana yang dimaksud dengan kebutuhan dasar
hidup adalah kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup dengan layak dan demi
terwujudnya suatu kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Transformasi dari BUMN
Persero menjadi BPJS bertujuan untuk memenuhi prinsip dana amanat dan prinsip nir laba dari
SJSN. Dimana dana yang dikumpulkan oleh BPJS adalah dana amanat peserta yang dikelola oleh
BPJS untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi peserta.
Pendirian BPJS oleh Penguasa Negara dengan Undang-undang yaitu : Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 Tentang SJSN, dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang
BPJS, yang dimana pendirian BPJS ini tidak didaftarkan pada notaris dan tidak perlu
pengabsahan dari lembaga pemerintah.4
Organ BPJS terdiri dari Dewan Pengawas dan Direksi Dewan Pengawas yang berfungsi
untuk melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas terhadap BPJS. Sedangkan Direksi
berfungsi untuk melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional BPJS. Anggota Direksi
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden Republik Indonesia selaku penguasa Negara.
3

Rustian Kamaluddin, 2003, Karekteristik, Teori Dan Kebijakan Tenaga Kerja di Indonesia, Ghalia
Indonesia, Jakarta, hlm.12.
4

Nasir WSetyanto, 2012, Peningkatan Kualitas Pelayanan Nasabah BPJS Ketenagakerjaan Dengan
Metode Fuzzy-Servqual dan Indeks PGCV (Studi Kasus BPJS Ketenagakerjaan Cabang Malang), Jurnal Hukum
Bisnis Vol 26, Malang

Berbeda dengan Dewan Pengawas BUMN Persero, Dewan Pengawas BPJS ditetapkan
oleh Presiden. Pemilihan Dewan Pengawas BPJS dilakukan oleh Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat (selanjutnya disebut DPR). Presiden memilih anggota Dewan Pengawas dari
unsur Pemerintah, sedangkan DPR memilih anggota Dewan Pengawas dari unsur pekerja, unsur
pemberi kerja, dan unsur tokoh masyarakat.
BPJS sebagai badan hukum publik memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk mengatur
publik melalui kewenangan membuat peraturan-peraturan yang mengikat publik. Selain itu,
BPJS wajib menyampaikan pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugasnya kepada pejabat
publik yang diwakili oleh Presiden. BPJS menyampaikan kinerjanya dalam bentuk laporan
pengelolaan program dari laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik
kepada Presiden, dengan tembusan kepada Dewan Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut
DJSN).
Perubahan terakhir dari serangkaian proses transformasi Badan BPJS adalah perubahan
budaya organisasi. Reposisi kedudukan peserta dan kepemilikan dana dalam tatanan
penyelenggaraan jaminan sosial mengubah perilaku dan kinerja badan penyelenggara.
Dimana pada Pasal 40 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS
mewajibkan BPJS memisahkan aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial. Pada Pasal 40 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJSmenegaskan bahwa aset Dana Jaminan
Sosial bukan merupakan aset BPJS. Dengan adanya penegasan dari Pasal 40 ayat (3) Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJSini memastikan bahwa Dana Jaminan Sosial
merupakan dana amanat milik seluruh peserta yang tidak merupakan aset (BPJS).5
Skripsi ini mengangkat masalah tentang pelaksanaanjaminan sosial bagi pekerja di kantor
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan cabang Gianyar setelah transformasi
kelembagaan JAMSOSTEK menjadi Badan BPJS Ketenagakerjaanditinjau dari Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS, serta penelitian ini dilaksanakan di Kantor BPJS
Ketenagakerjaan cabang Gianyar. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang
BPJS, bahwa pengertian BPJS Ketenagakerjaan adalah badan hukum publik yang
bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan hari tua,
jaminan pensiun, jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja bagi seluruh pekerja Indonesia
termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia.
Di Indonesia pengaturan tentang ketenagakerjaan diatur dalam Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Disebutkan dalam undang-undang itu bahwa hukum
ketenagakerjaan ialah himpunan peraturan mengenai segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa kurang adilnya pelaksanaan
pemberian jaminan sosial terhadap pekerja di Perusahaan-perusahaan yang ada di Negara
Republik Indonesia seperti : jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan
jaminan kematian bagi seluruh pekerja yang ada di Negara Indonesia, maka untuk itu saya
sebagai penulis membuat skripsi saya yang berjudul “Pelaksanaan Jaminan Sosial Bagi

5

Ridwan Khairandy, 2008, Tanggung Jawab BPJS Ketenagakerjaan dan Asuransi Tanggung Jawab
Sebagai Instrumen Perlindungan Hukum Kepada Pekerja, Jurnal Hukum Bisnis Vol 26, Jakarta, hlm. 20-21

Pekerja Di Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Cabang
Gianyar Setelah Transformasi Kelembagaan PT JAMSOSTEK (Persero).”
1.2 Rumusan Masalah
Fokus penelitian ini adalah menyangkut implementasi jaminan sosial terhadap pekerja di
seluruh perusahaan-perusahaan yang ada di Negara Republik Indonesia. Sehubungan dengan itu
maka permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan proses pemberian jaminan sosial bagi pekerja pada kantor
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan cabang Gianyar
setelah transformasikelembagaan PT JAMSOSTEK (Persero) ?
2. Apakah faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan proses pemberian
jaminan sosial bagi pekerja di kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan cabang Gianyar ?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Batasan permasalahan merupakan suatu hal yang sangat penting karena tanpa adanya
batasan permasalahan sangat mungkin terjadinya pembahasan yang tidak relevan sehingga
menyebabkan terciptanya suatu penyimpangan yang terlalu jauh mengenai objek yang akan
dibahas
1. Adapun ruang lingkup yang pertama yaitu : terbatas pada pelaksanaan proses pemberian
jaminan sosial bagi pekerja di kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan cabang Gianyar setelah transformasi PT JAMSOSTEK (Persero).

2. Dalam permasalahan kedua, ruang lingkup permasalahan dibatasi pada cara mengetahui
faktor-faktor yang menjadi penghambat dari proses pelaksanaan pemberian jaminan
sosial bagi pekerja di kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan cabang Gianyar.

1.4 Orisinalitas Penelitian
Dari hasil penelusuran yang dilakukan terhadap tulisan maupun hasil penelitian tentang
“Pelaksanaan Jaminan Sosial Bagi Pekerja Di Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan Cabang Gianyar Setelah Transformasi Kelembagaan JAMSOSTEK Menjadi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan”. Belum pernah ada yang melakukan
penelitian sebelumnya. Tetapi terdapat tulisan maupun hasil penelitian yang mengangkat
mengenai pelaksanaan perlindungan kerja, yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh I Gst Ngurah Gede Nityananda, dengan judul Pelaksanaan
Perlindungan Kerja Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan di Kota
Denpasar.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No
1

Peneliti

Judul

I Gst Ngurah Gede Pelaksanaan
Nityananda

Perlindungan

Rumusan Masalah
1.Bagaimanakah
Kerja pelaksanaan

Badan Penyelenggara program

jaminan

Jaminan Sosial (BPJS) sosial tenaga kerja
Ketenagakerjaan
Kota Denpasar

di BPJS
Ketenagakerjaan ?

2.Faktor
penghambat

serta

permasalahan
terhadap

peserta

BPJS
Ketenagakerjaan ?

Sedangkan judul penelitian ini adalah Pelaksanaan Jaminan Sosial Bagi Pekerja Di Kantor
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan Cabang Gianyar Setelah

Transformasi Kelembagaan JAMSOSTEK Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan dan rumusan masalah yang diangkat adalah :
1 Bagaimanakah pelaksanaan jaminan sosial bagi pekerja pada kantor Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan cabang Gianyar setelah
transformasi PT JAMSOSTEK (Persero) ?
2 Apakah faktor-faktor yang menjadi penghambat proses pelaksanaan pemberian jaminan
sosial bagi pekerja di Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan Cabang Gianyar ?
1.5

Tujuan Penelitian
Ada beberapa tujuan penelitian yaitu sebagai berikut :

1.5.1 Tujuan umum
-

Untuk mengetahui proses pelaksanaan

pemberian jaminan sosial bagi pekerja pada

kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan cabang Gianyar
setelah transformasi PT JAMSOSTEK (Persero).

-

Untuk mengetahui faktor-faktor upaya yang menjadi penghambat proses pelaksanaan
pemberian jaminan sosial bagi pekerja dikantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan cabang Gianyar.

1.5.2 Tujuan khusus
-

Untuk memahami pertanggungjawaban dari kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan cabang Gianyar dalam hal pelaksanaan pemberian jaminan sosial bagi
pekerja di kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan cabang Gianyar
tersebut.

-

Untuk memahami faktor-faktor yang menjadi penghambat dari proses pelaksanaan
pemberian jaminan sosial bagi pekerja di kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Ketenagakerjaan cabang Gianyar.

1.6

Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis
-

Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman secara teoritis
mengenai tanggung jawab hukum dan prinsip-prinsip mengenai tanggung jawab hukum
dalam hal pelaksanaan

pemberian jaminan sosial bagi pekerja di kantor BPJS

Ketenagakerjaan cabang Gianyar tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011 Tentang BPJS. Penelitian ini dalam rangka pengembangan ilmu hukum
khususnya hukum ketenagakerjaan.
-

Sebagai bahan referensi untuk mengembangkan ilmu hukum agar dapat dimanfaatkan
secara tepat sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu : kaitan dengan bentuk pemberian
jaminan sosial bagi pekerja di suatu perusahaan dengan menggunakan lembaga BPJS
Ketenagakerjaan.

-

Sebagai suatu sumbangan kepustakaan untuk dapat dipakai sebagai acuan bagi para
praktisi hukum terkait dengan pemberian jaminan sosial bagi pekerja sehingga dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat dan peminat karya ilmiah dalam hal hukum
ketenagakerjaan.

1.6.2 Manfaat praktis

Dapat dipakai sebagai pedoman baik oleh pemerintah, praktisi, mahasiswa maupun
khalayak umum dalam menyelesaikan permasalahan yang sejenis.

1.7 Landasan Teoritis
Dalamsetiap penelitian selalu harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, karena ada
hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data,
analisa serta kontruksi data.Dengan mengedepankan teori-teori dalam suatu penelitian dapat
dijelaskan fenomena yang dihadapi.Perlu disadari bahwa penerapan peraturan ketenagakerjaan
sangatlah penting karena pekerja merupakan faktor yang menentukan kehidupan bangsa dalam
menghasilkan hal-hal yang berkaitan dengan produktivitas kerja.
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 1
merumuskan bahwa pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
Unsur-unsur dari makna perlindungan pekerja atau tenaga kerja ini yaitu unsur tindakan
melindungi, unsur adanya pihak-pihak yang melindungi dan unsur caramelindungi. Adalah fakta
bahwa terdapat ketentuan-ketentuan yang baik berasal dari legal culture bangsa lainataupun

konvensi-konvensi internasional yang dapat dimanfaatkan dalam rangka modernsasi hukum
nasional.6
Unsur-unsur dari makna implementasi jaminan sosial kepada pekerja atau tenaga kerja
yaitu unsur tindakan melindungi pekerja, unsur adanya pihak-pihak BPJS Ketenagakerjaan yang
melindungi dan unsur cara untuk melindungi pekerja tersebut. Berdasarkan unsur-unsur ini
berarti implementasi mengandung makna suatu tindakan pelaksanaan nyata perlindungan atau
tindakan melindungi dari pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak tertentu dengan
menggunakan cara-cara tertentu.7 Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adanya
implementasi jaminan sosial bagi pekerja dapat dilakukan melalui berbagai bentuk diantaranya
mendapatkan jaminan ketenagakerjaan yang meliputi : jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari
tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian bagi seluruh pekerja yang mendaftar di Lembaga
BPJS Ketenagakerjaan.
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) diselenggarakan dengan
pertimbangan selain untuk memberikan keterangan kerja, juga karena dianggap mempunyai
suatu dampak yang positif terhadap usaha-usaha peningkatan disiplin dan produktifitas terhadap
seorang tenaga kerja..8
Untuk menunjang kelancaran dalam implementasi jaminan sosial bagi pekerja maka
diperlukan suatu peraturan hukum yang mengatur mengenai perlindungan terhadap tenaga
kerja.Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan asas-asas yang terdapat dalam hukum
6

Abdul Khakim, 2009, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT. Citra Aditya, Semarang.

hlm. 13.
7

Lalu, Husni, 2009, PengantarHukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta,
(Selanjutya disebut Lalu Husni I),hlm. 26.
8

Abdul Kadir Muhammad, 2008, Hukum Perburuhan, PT Citra Aditya Bakti,Bandung, hlm.32.

ketenagakerjaan.Asas-Asas dalam Hukum ketenagakerjaan merupakan landasan filosofis yang
digunakan dalam membentuk suatu peraturan hukum.9
Di era Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merepresentasikan Negara dalam
mewujudkan hak konstitusional Warga Negara atas jaminan sosial dan hak atas penghidupan
yang layak. Dimana penyelenggaraan jaminan sosial tersebut berbasis kepada hak konstitusional
setiap orang dan sebagai wujud tanggung jawab Negara sebagaimana yang telah diamanatkan
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 28 H ayat (3)
dan di dalam Pasal 34 ayat (2). Penyelenggaraan sistem jaminan sosial berdasarkan pada asas
yaitu : asas kemanusiaan yang berkaitan dengan martabat manusia.
Asas-asas yang bersifat perdata merupakan landasan hukum ketenagakerjaan yang hanya
berlaku dan berguna bagi kedua pihak dalam implementasi pemberian jaminan sosial bagi
pekerja, yaitu pihakdepartemen tenaga kerja berperan sebagai pengawas perburuhan.Pengawasan
perburuhan dimaksudkan agar perusahaan yang merupakan alat perekonomian tersebut dapat
berjalan dengan lancar, tidak mengalami hambatan-hambatan yang disebabkan oleh pelanggaran
terhadap suatu peraturan perundang-undangan yangberlaku.10

1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi
yang ditentukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.Penelitian hukum merupakan
upaya untuk mencari dan menemukan pengetahuan yang benar mengenaihukum, yaitu
9

G. Kartasapoetra, R.G. Kartasapoetra, A.G. Kartasapoetra, 1986, Hukum Perburuhan di Indonesia , PT. Bina
Aksara, Jakarta, hlm 41
10
Anonim, 2014, Pengertian Asas Kepastian Hukum, URL :http://www.tesishukum.com/pengertian-asaskepastian-hukum-menurut-para-ahli/, diakses tanggal 28 September 2015.

pengetahuan yang dapat dipakai untuk menjawab atau memecahkan secara benar suatu masalah
tentang hukum.Mencari dan menemukan itu tentu saja ada caranya, yaitu melalui
metode.11Metodologi berarti sesuai dengan metode atau caratertentu, sistematis adalah
berdasarkan sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam
kerangka tertentu.12
Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris. Adapun penelitian yang menggunakan
fakta-fakta empiris yang melakukan kajian terhadap permasalahan implementasi jaminan sosial
bagi pekerja di kantor BPJS Ketenagakerjaan cabang Gianyar merupakan penelitian hukum yang
memakai sumber data primer.Penelitian ini dilakukan dengan menghubungkan permasalahan
dengan ketentuan yang mengatur permasalahan ini dan pemecahannya dalam kehidupan
masyarakat.13
1.8.2 Jenis pendekatan
Pada penelitian ini yang dijadikan obyek penelitian adalah implementasi pemberian
jaminan sosial bagi pekerja yang dimana dalam permasalahan ini pekerja memperoleh
perlindungan hukum dari Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
yang dimana berupa jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja, jaminan pensiun, dan jaminan
kematian bagi seluruh pekerja.
Sehubungan dengan obyek penelitian tersebut, maka dalam upaya untuk memperoleh
gambaran yang jelas, terinci, maka digunakan antara lain :
1 Pendekatan fakta (The Fact Approach)

11

M. Syamsudin, 2007, Operasionilasasi Penelitian Hukum, Rajawali Pers ,Jakarta, hlm. 21.
Soerjono Soekamto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 42.
13
Rahayu Hartini, 2007, Hukum Perburuhan Indonesia, UMM Press, Malang, hlm. 48.
12

Pendekatan faktayaitu merupakan pendekatan yang dilakukan dengan melihat kenyataan
yang ada dalam praktek dilapangan yang dalam penelitian ini melakukan pendekatan di
Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Gianyar.
2 Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach).
Pendekatan Perundang-undangan merupakan jenis pendekatan yang dilakukan dengan
menelaah semua peraturan Perundang-undangan yang memiliki sangkut paut dengan
penelitian yang dilakukan.Pendekatan Perundang-undangan ini dilakukan dengan
mempelajari konsistensi atau kesesuaian antara Undang-undang dasar Negara Republik
Indonesia dengan Undang-undang, atau Undang-undang yang satu dengan Undangundang yang lainnya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang ketentuanketentuan yang mengatur yang dapat digunakan dalam rangka implementasi jaminan
sosial yang diberikan kepada pekerja serta selalu memberikan perlindungan hukum
terhadap pekerja.14
1.8.3 Sifat penelitian
Penelitian hukum empiris menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga ,yaitu :
1. Penelitian yang sifatnya eksploratif ( penjajakan atau penjajahan )
Penelitian eksploratif umumnya dilakukan terhadap pengetahuan yang masih baru,
masih belum ada teori-teori, atau belum adanya informasi tentang norma-norma atau
ketentuan yang mengatur tentang haltersebut, atau kalaupun sudah ada masih relatif

14

Ismayanti, 2010, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, PT. Grasindo, Jakarta, hlm. 12

sedikit, begitu juga masih belum adanya dan atau sedikitnya literatur atau karya ilmiah
lainnya yang menulis tentang hal tersebut.
2 Penelitian yang sifatnya deskriptif
Penelitian deskriptif ada pada penelitian secara umum, termasuk pula di dalamnya
penelitian ilmu hukum, bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu
individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran
suatu gejala dengan gejala lain di dalam masyarakat.
3

Penelitian yang sifatnya eksplanatoris
Penelitian eksplanatoris sifatnya menguji hipotesis yaitu penelitian yang ingin
mengetahui pengaruh atau dampak suatu variable lainnya atau penelitian tentang
hubungan atau korelasi suatu variabel.15
Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah sifat penelitian deskriptif, karena penelitian ini

termasuk pula di dalamnya penelitian hukum, yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat
sifat-sifat suatu individu keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan ada atau
tidaknya hubungan antara teori-teori maupun asas-asas yang terdapat dalam perlindungan hukum
bidang jaminan sosial bagi pekerja dengan menggunakan lembaga BPJS Ketenagakerjaan.
1.8.4 Sumber data
Dalam penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung
dari masyarakat dan bahan pustaka.Data yang diperoleh langsung dari masyarakat biasanya
disebut data primer (data dasar), sedangkan data yang diperoleh dari bahan pustaka lazimnya
disebut data sekunder. Dalam memperoleh data didapatkan dari sumber data sebagai berikut :
1. Data Primer
15

Ibid, hlm. 21

Data primer adalah suatu data yang bersumber dari penelitian lapangan (Field Research)
yaitu, penelitian yang dilakukan secara langsung pada obyek yang akan diteliti untuk
memperoleh data yang dipelukan. Dalam penelitian ini data diperoleh dari kantorBPJS
Ketenagakerjaan cabang Gianyar.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah suatu data yang bersumber dari penelitian kepustakaan (Library
Research) yaitu, penelitian yang dilakukan terhadap dokumen-dokumen resmi, bukubuku, literatur dan hasil-hasil karya yang ada kaitannya dengan materi dalam penelitian
ini serta untuk menyempurnakan data lapangan. Bahan hukum ini terdiri dari bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.
-

Bahan hukum primer (primary law material)
Adalah bahan hukum yang mengikat yaitu, bahan hukum yang mempunyai kekuatan
mengikat secara umum (perundang-undangan) atau mempunyai kekuatan mengikat
bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan.

-

Bahan hukum sekunder (secondary law material)
Yaitu, bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer (buku
ilmu hukum, jurnal hukum, laporan hukum dan media cetak atau elektonik). Bahan
hukum sekunde berguna untuk memberikan petunjuk kearah mana peneliti akan
melangkah.

-

Bahan hukum tersier (tertiary law material)
Yaitu, bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder (kamus hukum dan ensiklopedia).

1.8.5 Teknik pengumpulan data

Menurut Soejono Soekanto, dalam penelitian lazimnya dikenal terdapat 3 jenis
pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi,
wawancara atau interview.16 Metode pengumpulan data yang digunakan dalam karya tulis ini
adalah teknik kepustakaan dan teknik wawancara (interview). Teknik kepustakaan dengan
menggunakan beberapa bahan hukum primer (buku ilmu hukum, jurnal hukum, kamus hukum),
dan teknik wawancara dilakukan bukan sekedar bertanya kepada seseorang, melainkan juga
dibarengi dengan pertanyaan-pertanyaan yang diperuntukkan kepada narasumber, pertanyaan itu
dirancang untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian ini, hal
tersebut dilakukan agar hasil wawancara nantinya memiliki nilai validitas. Dalam penelitian ini
wawancara dilakukan kepada narasumber yang terkait di dalam pelaksanaan proses pemberian
jaminan sosial.
1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian
Teknik yang digunakan dalam skripsi ini adalah Teknik Non Probability Sampling yaitu
dengan menggunakan teknik ini akan memberikan peran yang sangat besar pada penelitian untuk
menentukan pengambilan sampelnya. Dalam hal ini tidak ada ketentuan yang pasti berapa
sampel yang harus diambil agar dapat dianggap mewakili populasi sebagaimana halnya dalam
teknik random sampling. Hasil penelitian yang menggunakan teknik pengambilan sampel seperti
ini tidak dapat digunakan untuk membuat generalisasi tentang populasinya, karena sesuai dengan
cirri umum dari non probability sampling tidak semua elemen dalam populasi mendapatkan
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Teknik non probability sampling digunakan dalam
hal :

16

Soejono Soekamto, 1990, Ringkasan Metodelogi Penelitian Hukum Empiris, Cet. Ke-1, IND-HILL-CO,
Jakarta, (Selanjutnya disebut Soejono Soekamto I), hlm. 114

-

Data tentang populasi sangat langka atau tidak diketahui secara pasti jumlah populasinya.

-

Penelitian bersifat studi eksploratif atau deskriptif.

-

Tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi tentang populasinya.
Adapun bentuk dari teknik non probability sampling yang digunakanadalah purposive

sampling, dimana penarikan sampel dilakukan berdasarkan tujuan tertentu, yang mana
penunjukan dam pemilihan sampel didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi
criteria dan sifat-sifat atau karakteristik yang merupakan cirri utama dari populasinya.
1.8.7 Teknikpengolahan dan analisis data
Setelah data ini dikumpulkan dan dicari kebenarannya dalam hubungannya dengan
masalah yang dibahas dalam penelitian ini, kemudian data ini dianalisis dengan menggunakan
analisis kualitatif. Pada penelitian dengan teknik pengolahan kualitatif kemudian di analisis
deskriptif kualitatif , maka keseluruhan data yang terkumpul dari data primer maupun sekunder
akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis, digolongkan ke dalam
pola dan tema, dikategorikan dan diklasifikasikan, dihubungkan antara satu dengan yang lainnya,
dilakukan interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan
penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami keseluruhan kualitas data dan proses
analisis tersebut dilakukan secara terus menerus sejak pencarian data di lapangan dan berlanjut
terus hingga pada tahap analisis, kemudian dilakukan analisis secara kualitatif, kemudian data
akan disajikan secara deskriptif, kualitatif, dan sistematis guna memperoleh suatu simpulan.

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA, JAMINAN SOSIAL, DAN BPJS
KETENAGAKERJAAN
2.1 Tinjauan Umum Tentang Pekerja
2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Tenaga Kerja
Dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan
disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun masyarakat.Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan
dari pembangunan masyarakat pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan masyarakat
tersebut adalah kesejahteraan rakyat termasuk tenaga kerja. Tenaga kerja sebagai pelaksana
pembangunan harus di jamin haknya, diatur kewajibannya dan dikembangkan daya gunanya.
Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-04/MEN/1994 pengertian tenaga kerja
adalah setiap orang yang bekerja pada perusahaan yang belum wajib mengikuti program jaminan
sosial tenaga kerja karena adanya pentahapan kepesertaan. 1
Pengertian tenaga kerja menurut para ahli dan Definisi tenaga kerja menurut para ahli,
berikut ini adalah beberapa pendapat pengertian ketenagakerjaan menurut para ahli antara lain :

1 A. Hamzah

1

Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta : Citra Aditya Bakti 2003), hlm.

61- 62.

Tenaga kerja meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam maupun diluar hubungan kerja
dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi tenaga kerja itu sendiri, baik tenaga
fisik maupun pikiran.2

2 Payaman

Tenaga kerja (man power) adalah produk yang sudah atau sedang bekerja. Atau sedang
mencari pekerjaan, serta yang sedang melaksanakan pekerjaan lain. Seperti bersekolah, ibu
rumah tangga.Namun secara praktis tenaga kerja, tenaga kerja terdiri atas angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja.3

Angkatan kerja ( labour force) terditi atas:

-

Golongan yang bekerja dan

-

Golongan penganggur atau sedang mencari kerja.

Kelompok yang bukan angkatan kerja terdiri atas:

-

Golongan yang bersekolah

-

Golongan yang mengurus rumah tangga

-

Golongan lain lain atau menerima penghasilan dari pihak lain, seperti pensiunan dan
sebagainya.4

3

Suparmoko dan Icuk Ranggabawano

2

Manulang, Sendjun, 1990, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, hlm. 23
Ibid.
4
Ibid.

3

Tenaga kerja adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja dan memiliki pekerjaan,
yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti sekolah, kuliah
dan mengurus rumah tangga.5

4

Payaman Simanjuntak

Tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang sudah atausedang bekerja, sedang
mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain, seperti bersekolahdan mengurus
rumah tangga.Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnyaditentukan oleh
umur/usia.6

2.1.2 Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja
Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan diatur mengenai
hak tenaga kerja/pekerja dalam tiap-tiap pasalnya, antara lain terdapat pada :
-

Pasal 5 :Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk
memperoleh pekerjaan.

-

Pasal 6 :Setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari
pengusaha.

-

Pasal 11 :Setiap tenaga kerja berhakuntuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau
mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya
melalui pelatihan kerja.

-

Pasal 12 ayat (3) :Setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti
pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya.
5

Ibid.
Ibid.

6

-

Pasal 18 ayat (1) : Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah
mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah,
lembaga pelatihan kerja swasta atau pelatihan ditempat kerja.

-

Pasal 31 :Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih,
mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak didalam atau
diluar negeri.

-

Pasal 86 ayat (1) : Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan dan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama

-

Pasal 88 : Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.

-

Pasal 99 ayat (1) :Setiap pekerja dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan
sosial tenaga kerja.
Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan diatur mengenai

kewajiban tenaga kerja/pekerja dalam tiap-tiap pasalnya, antara lain terdapat pada :
-

Pasal 102 ayat (2) : Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja
mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga
ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokrasi,
mengembangkan keterampilan dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan
memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.

-

Pasal 126 ayat (1) :Pengusaha, serikat pekerja dan pekerja wajibmelaksanakan ketentuan
yang ada dalam perjanjian kerja bersama.

-

Pasal 126 ayat (2):Pengusaha dan serikat pekerja wajib memberitahukan isi perjanjian
kerja bersama atau perubahannya kepada seluruh pekerja.

-

Pasal 136 ayat (1) :Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajibdilaksanakan oleh
pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja secara musyawarah untuk mufakat.

-

Pasal 140 ayat (1) :Sekurang kurangnya dalam waktu 7 (Tujuh) hari kerja sebelum mogok
kerja dilaksanakan, pekerja dan serikat pekerja wajibmemberitahukan secara tertulis
kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan
setempat.7

2.2Tinjauan Umum Tentang Jaminan Sosial
2.2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial
Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh
negara guna menjamin warganegaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak,
sebagaimana dalam deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (yang selanjutnya disebut PBB)
tentang Hak Asasi Manusia (yang selanjutnya disebut HAM) tahun 1948 dan konvensi
International Labour Organisation(yang selanjutnya disebut ILO) Nomor.102 tahun 1952.
Utamanya adalah sebuah bidang dari kesejahteraan sosial yang memperhatikan perlindungan
sosial, atau perlindungan terhadap kondisi yang diketahui sosial, termasuk kemiskinan, usia
lanjut, kecacatan, pengangguran, keluarga dan anak-anak, dan lain-lain.Jaminan sosial adalah
salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak.8

7

G Kartasapoetra dan Rience Indraningsih, 1982, Pokok-Pokok Hukum Perburuhan, Armico Bandung,
Bandung, hlm. 43-44.
8
Wiwiho Soedjono, 2000, Hukum Perjanjian Kerja, Bina Aksara, Jakarta, hlm. 41

Sistem jaminan sosial yang diberlakukan di Indonesia adalah Sistem Jaminan Sosial
Nasional. Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas
manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sistem Jaminan Sosial Nasional
bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap
peserta dan/atau anggota keluarganya.9
Dasar hukum jaminan sosial antara lain :
-

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5, Pasal 20, Pasal 28,
dan Pasal 34.

-

Deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Universal Declaration of
Human Rights Tahun 1948 dan Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952.

-

TAP MPR RI No X/MPR/2001 yang menegaskan kepada Presiden Republik Indonesia untuk
membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional.

-

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.10

2.2.2 Jenis-Jenis Jaminan Sosial
Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,
menyebutkan bahwa terdapat adanya 5 jenis jaminan sosial yaitu :
-

Jaminan Sosial Kesehatan

Dalam hukum asuransi, evenemen adalah peristiwa tidak pasti yang menjadi beban
penanggungan.Dalam jaminan sosial kesehatan yang dimaksud dengan peristiwa tidak pasti

9

Zainal Asikin et.al, 2012, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Rajawali Pers, Jakarta, hlm.97.
Neil Gilbert, 2002, Transformation of the Welfare State : The Silent Surrender of Public Responsibility,
Oxford University Press, New York, hlm. 61-67.
10

adalah keadaan sakit yang mengancam kesehatan peserta. Apabila keadaan ini terjadi akan
mengakibatkan hilang atau berkurangnya penghasilan karena pengeluaran biaya perawatan dan
pengobatan. Resiko atas keadaan inilah yang menjadi beban jaminan Badan Penyelenggara
sebagai penanggung.

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya kesehatan yang meliputi peningkatan, pencegahan,
penyembuhan, dan pemulihan kesehatan.Biaya pemeliharaan kesehatan sesuai dengan standart
pelayanan, dibayar berdasarkan tarif yang telah ditetapkan oleh menteri kesehatan.Namun untuk
semua biaya yang melebihi standar pelayanan dan tarif menjadi beban dan tanggungan jawab
peserta.

-

Jaminan Sosial Pensiun dan Tabungan Hari Tua

Pensiun adalah penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun setiap bulan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.Tabungan hari tua adalah suatu program Jaminan
sosial pegawai negeri sipil, terdiri dari asuransi dwiguna yang dikaitkan dengan usia pensiun
ditambah dengan asuransi kematian.

-

Jaminan Sosial Kecelakaan Kerja

Jaminan sosial ini memberikan kompensasi/santunan dan pengantian biaya perawatan bagi
tenaga kerja yang mengalami kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun
mental, dimulai dari berangkat kerja sampai kembali ke rumah atau menderita sakit akibat
hubungan kerja.

-

Jaminan Sosial Kematian

Jaminan sosial ini merupakan jaminan yang memberikan manfaat yaitu santunan kematian,
biaya pemakaman, dan santunan berkala selama 24 Bulan.dan jaminansosial ini memberikan
pembayaran tunai kepada ahli waris dari seseorang yang meninggal dunia. 11

2.3 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.
2.3.1 Dasar Hukum dan Kewenangan BPJS Ketenagakerjaan
Dasar Hukum dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan yaitu

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)

1 50 107

Kedudukan PT. Jamsostek Sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja Setelah Adanya UU No.40 Tahun 2004

5 74 101

Peran Pengawas Ketenagakerjaan Dalam Mengawasi Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

9 75 86

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Pekerja Di Luar Hubungan Kerja (Jamsos TK-LHK) oleh PT.Jamsostek cabang Tanjung Morawa Medan, Tahun 2010

0 60 94

Reformasi Sitem Jaminan Sosial Sebagai Upaya Mewujudkan Negara Kesejahteraan (Studi Kasus: Implementasi Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional)

4 61 133

Pengaruh Program Jaminan Sosial Terhadap Manfaat Yang Diterima Tenaga Kerja Sebagai Peserta PT. Jamsostek (Persero) Medan

0 46 121

Analisa Yuridis Mengenai Perubahan Sistem Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)

1 55 89

Tinjauan Yuridis Pembubaran PT. Askes (Persero) Dan PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

0 18 97

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TRANSFORMASI PT ASKES (PERSERO) DAN PT JAMSOSTEK (PERSERO) MENJADI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL.

0 0 13

ANALISIS KEBIJAKAN TRANSFORMASI PT. JAMSOSTEK (PERSERO) MENJADI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KANTOR WILAYAH BANTEN - FISIP Untirta Repository

0 0 281