Laporan Individu Pendampingan Keluarga KKN PPM UNUD Periode XIII Tahun 2016 Desa Undisan - Kecamatan Tembuku - Kabupaten Bndisan.

(1)

i

PENDAMPINGAN KELUARGA KKN RM UNUD

PERIODE XIII TAHUN 2016

DESA/KELURAHAN : DESA UNDISAN

KECAMATAN : TEMBUKU

KABUPATEN/KOTA : BANGLI

NAMA MAHASISWA : NI MADE SISWAN DEWI

FAK/PS : ILMU SOSIAL DAN ILMU

POLITIK/ ILMU KOMUNIKASI

NIM : 1321405039

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN

KEPADA MASYARAKAT (LPPM)

UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Dengan selesainya kegiatan KKN RM yang telah saya laksanakan, maka saya :

Nama Mahasiswa : Ni Made Siswan Dewi

NIM : 1321405039

Tanda Tangan :

Telah menyelesaikan laporan kegiatan saya selama di lokasi KKN RM

Undisan, 28 Agustus 2016

Mengetahui/ Menyetujui Mengetahui/ Menyetujui

DPL Desa Undisan, Kecamatan Tembuku KK Dampingan

Kabupaten Bangli

Dr. dr. Desak Made Wihandani, M.Kes Desak Nyoman Lilit

NIP. 196609151996012001

Menyetujui

Kepala Desa Undisan, Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya, laporan pendampingan keluarga dapat diselesaikan. Laporan ini disusun dalam rangka mengikuti KKN- RM ke XIII Universitas Udayana yang dilaksanakan dari tanggal 23 Juli hingga 28 Agustus 2016 bertempat di Desa Undisan, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli.

Atas terselesaikannya laporan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, diantaranya:

1. Bapak Kepala Desa Undisan, I Ketut Suardikayasa beserta aparat desa lainnya atas bantuan berupa informasi dan fasilitas yang telah diberikan.

2. Keluarga pendampingan Desak Nyoman Lilit atas bantuan selama

program KKN ini dilaksanakan.

3. Pihak Rektorat Universitas Udayana atas bantuan dan fasilitas yang telah diberikan baik secara moral maupun material.

4. Dosen Pendamping Lapangan kami, Dr. dr. Desak Made Wihandani,

M.Kes yang telah membimbing dan banyak memberikan saran.

5. Orang tua, rekan-rekan seperjuangan KKN di Universitas Udayana, serta berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Diharapkan hasil laporan ini dapat memberikan manfaat kepada keluarga binaan secara komprehensif dengan pendekatan holistik.s

Bangli, 28 Agustus 2016


(4)

iv

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ``ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN ... 1

BAB II. IDENTIFIKASI MASALAH ... 4

BAB III. USULAN PENSOLUSIAN MASALAH ... . 7

BAB IV. PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA ...11


(5)

BAB I

GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1Program Keluarga Dampingan KKN RM Universitas Udayana

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan program dalam perguruan tinggi yang mempertemukan mahasiswa dengan basis kehidupan di pedesaan. Mahasiswa dilatih untuk memahami potensi sekaligus masalah yang terdapat di sebuah desa, yang akan menjadi rumusan program kerja. Salah satu bagian dari program kerja yang wajib dijalankan oleh mahasiswa KKN ialah program KK Dampingan.

KK Dampingan merupakan salah satu program dalam KKN RM Universitas Udayana yang dijalankan oleh mahasiswa secara individu. Sebuah keluarga dengan kondisi sosial ekonomi yang belum mapan akan menjadi prioritas dalam program ini. Mahasiswa akan mendampingi satu keluarga untuk membantu memecahkan masalah dan memberdayakan anggota keluarga dampingan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

1.2 Profil Keluarga Dampingan

1.2.1 Tabel Profil Keluarga Dampingan

Pada laporan ini, saya akan menyampaikan keadaan keluarga dari Desak Nyoman Lilit (>90th). Untuk penjelasan lebih lanjut, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

No Nama Status Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan

1 Sang Tut

Kenjir (Alm)

Suami & Kepala Keluarga

Tidak sekolah

Petani Meninggal

karena sakit.

2 Desak

Nyoman Lilit

Istri >90 tahun Tidak

sekolah

Petani, buruh

Saat ini sudah tidak mampu

bekerja lagi

karena sudah tua. Menderita

sakit pada

kepala hingga

bahu dan


(6)

3 Sang Ade Wisnu

Anak >50 tahun Tidak tamat

SD

Petani, buruh

Saat ini masih

bekerja dan

menderita

asma dan

maag.

4 Sang Tut

Dharma

Anak >45 tahun Tidak

sekolah

Buruh Saat ini masih

bekerja

sebagai buruh. Menderita

tuna rungu

sejak kecil dan berkomunikasi menggnakan bahasa isyarat.

5 Ni Made

Parni

>45 tahun Tidak sekolah

Petani Tidak bekerja

dan menderita

sakit pada

ulun hati,

pusing dan

penglihatan

kabur sejak

setahun lalu.

6 Sang Ayu

Endra

SMA Penjual

Tamas Saat ini menetap di Kabupaten Badung, dan telah berkeluarga.

7 Sang

Made Tinus

SMA Buruh

pembuat jam. Saat ini menetap di Kota Bangli, dan telah berkeluarga.


(7)

Desak Nyoman Lilit merupakan warga Banjar Tabunan, Desa Undisan, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli. Desak Nyoman Lilit saat ini merupakan lansia yang usianya telah lebih dari 90 tahun. Beliau kini hidup bersama dengan kedua putranya dan salah seorang menantunya. Desak Nyoman Lilit menikah dengan Sang Tut Kenjir (Alm) dan melahirkan dua orang anak yakni Sang Ade Wisnu (>50 th) dan Sang Tut Dharma (>45 th). Putra beliau yang bernama Sang Ade Wisnu menikah dengan Ni Made Parni dan dikaruniai dua orang anak yakni Sang Ayu Endra dan Sang Made Tinus. Dalam silsilah tersebut Desak Nyoman Lilit pun juga telah dikaruniai tiga orang cicit yakni Ayu Lina (6th), Agus (5th), dan Sang Ompyang Aditya (2.5 th).

Di usianya yang kian lanjut, Desak Nyoman Lilit hanya mengisi hari dengan berdiam diri atau mengitari tegal (kebun) di pekarangan rumahnya sendiri. Beliau tampak kesepian dengan kesibukan kedua putranya yang bekerja sebagai buruh dan petani. Ia pun kerap hanya ditemani oleh menantunya, Ibu Made Parni yang saat ini berhenti bekerja akibat menderita katarak yang cukup parah pada penglihatannya, sehingga banyak pihak yang menolak menerima Ibu Made Parni sebagai pekerja.


(8)

BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH

2.1Kondisi Rumah

Nenek Nyoman Lilit beserta dengan ketiga anggota keluarganya saat ini tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana. Sebagian besar dinding kediaman Nenek Lilit hanya sampai pada proses penyusunan batu bata, sehingga tidak diplester maupun diberi cat. Begitu pula dengan pijakan di sekitar rumah beliau sama sekali tidak berubin, sehingga kerap kotor oleh debu dan saat menerima kedatangan tamu hanya mampu menawarkan alas terpal sederhana. Berbicara soal atap rumah, banyak bagian atap yang mengalami kebocoran sehingga akan menjadi sangat mengganggu apabila musim hujan datang.

Kediaman Nenek Nyoman Lilit terdiri dari tiga kamar tidur, satu dapur, satu kamar mandi, dan satu gudang. Terdapat satu kamar tidur yang tidak memiliki lampu, begitu pula dengan kamar mandi yang tampak sangat mungil tanpa penerangan. Dapur keluarga ini sehari-harinya hanya akan diwarnai asap kayu bakar sebagai alat utama memasak dengan prabotan panci yang telah hangus dihampir seluruh bagian.

Keluarga Nenek Nyoman Lilit biasa beribadah di sebuah Padmasana yang masih tampak kokoh dan posisinya berada sebelum memasuki kawasan tegal. Kebun atau tegal Nenek Lilit tampak cukup rimbun dengan bertumbuhnya pohon pisang, durian, dan nangka, yang apabila berbuah akan menjadi padanan sehari-hari keluarga ini. Di sekitar tegal tersebut juga nampak dua buah kandang yang masing-masing hanya mampu menampung satu ekor anak babi dan satu ekor anak sapi. Kedua hewan tersebut menjadi peliharaan keluarga Nenek Lilit dengan harapan dapat diternakan untuk kemudian dapat dijual.


(9)

Gmb.1 Kondisi Salah Satu Ruangan Rumah Keluarga Nenek Nyoman Lilit

Gmb.2 Kondisi Dapur


(10)

2.2Pendapatan Dan Pengeluaran Keluarga

Dengan pekerjaan mayoritas anggota keluarga sebagai petani dan buruh, keluarga Nenek Nyoman Lilit harus tertatih-tatih memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keluarga ini harus berhemat dengan pendapatan oleh Bapak Sang Ade Wisnu yang dibayarkan setahun sekali sebesar Rp 1.000.000 atas pekerjaan beliau mengurus ladang dan hewan ternak orang lain.

Menu makanan keluarga ini biasanya bergantung pada hasil macam-macam tanaman yang dirawat di tegal, seperti labu siam, bayam dan singkong. Apabila tidak ada yang bisa dipanen di tegal sendiri, keluarga ini biasanya menerima pemberian bahan makanan dari tetangga sekitar yang masih memiliki hubungan darah, seperti berupa umbi-umbian bahkan beras.

Sementara kebutuhan lainnya seperti listrik dan air, keluarga Nenek Nyoman Lilit membayar pajak layaknya keluarga lainnya. Ibu Made Parni mengaku rata-rata pemakaian listrik untuk penerangan keluarga ini sebesar Rp 20.000 per bulan, sedangkan untuk kebutuhan air (PDAM) rata-rata sebesar Rp 50.000 per bulan. Kebutuhan sandang keluarga ini biasanya tertutupi oleh bantuan pemberian beberapa pakaian oleh ipar dari putra Nenek Nyoman Lilit yang menetap di Kabupaten Badung.

2.3Kesehatan

Keluarga Nenek Nyoman Lilit mengalami masalah kesehatan yang cukup memprihatinkan. Nenek Nyoman Lilit sendiri sering menderita sakit pada kepala hingga bahu dan rematik pada tulang belulang beliau yang kian menua. Bapak Sang Ade Wisnu menderita asma yang kerap kambuh apabila beliau tengah bekerja mengangkat benda-benda berat sebagai buruh. Sedangkan sang istri yakni Ibu Made Parni menderita penyakit mata katarak yang parah, juga sering mengeluh sakit pada ulun hati dan sakit pada kepala. Sementara putra kedua Nenek Nyoman Lilit, yakni Sang Tut Dharma merupakan tuna rungu sejak lahir. Keluarga ini telah terdaftar dalam program JKBN berupa Kartu Indonesia Sehat. Jaminan tersebut pun menjadi bantuan pendanaan apabila anggota keluarga ini perlu ditangani intensif secara medis.


(11)

BAB III

PROGRAM USULAN SOLUSI MASALAH

3.1Screening Kesehatan (Minggu, 14 Agustus 2016, Balai Banjar Undisan Kaja)

Saya sempat mengundang Nenek Nyoman Lilit beserta keluarga untuk hadir ke Balai Banjar Undisan Kaja pada Minggu, 14 Agustus 2016 dalam program kerja Screening Kesehatan Gratis. Program pemeriksaan gratis tersebut ditangani langsung oleh para mahasiswa Fakultas Kedokteran KKN RM Unud Desa Undisan, dengan bantuan mahasiswa fakultas lainnya secara mandiri.

Dalam kesempatan tersebut, Ibu Made Parni beserta suami hadir untuk mengetahui kesehatan mereka. Salah satu keluhan Ibu Made Parni ialah bahwa beliau tidak bisa melihat secara jelas terlebih saat terdapat sinar yang cukup benderang. Bila diperhatikan kedua bola mata Ibu Made Parni tampak seperti telah ditutupi oleh selaput putih. Berdasarkan Kartu Rekam Medis Ibu Made Parni saat itu, diketahui bahwa kedua mata beliau mengalami katarak mature, sehingga disarankan untuk operasi katarak. Sedangkan Kartu Rekam Medis Bapak Sang Ade Wisnu menunjukkan bahwa beliau menderita PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) yaitu paru-paru beliau gagal mendorong udara keluar.


(12)

3.2Pemeriksaan Katarak Gratis (Sabtu, 20 Agustus 2016, Desa Demulih, Bangli)

Menindaklanjuti saran saat screening kesehatan terhadap penglihatan Ibu Made Parni untuk operasi katarak, saya mencari informasi terkait program pemeriksaan katarak gratis di Desa Demulih, Bangli. Program tersebut merupakan rangkaian dari program kerja tim KKN RM Unud Desa Demulih. Diwacanakan bahwa program pemeriksaan katarak tersebut juga akan memberikan pelayanan berupa pemberian kacamata hingga eksekusi operasi katarak secara gratis.

Awalnya Ibu Made Parni tidak begitu antusias menyambut informasi tersebut, karena beliau sangat khawatir akan rasa sakit dan risiko akan operasi katarak itu sendiri. Setelah saya tekankan bahwa selama operasi katarak dijalankan, beliau akan diberikan anastesi (bius) sehingga tidak akan merasakan sakit dan kemungkinan keberhasilan operasi yang cukup tinggi, beliau akhirnya memutuskan untuk turut berangkat menuju Desa Demulih pada Sabtu, 20 Agustus 2016.

Pada Minggu pagi kala itu, Ibu Made Parni ditemani oleh sang suami dan menantu untuk ikut serta dalam program pemeriksaan katarak di Desa Demulih. Dengan berbekal fotocopi Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan BPJS, Ibu Made Parni mendaftarkan dirinya. Dengan harap-harap cemas, Ibu Made Parni beserta 8 warga Desa Undisan yang menderita katarak lainnya mengantri selama sekitar 2 jam. Saat tiba waktunya kedua mata Ibu Made Parni diperiksa oleh tim medis, didapatkan bahwa kedua bola mata beliau mengalami glaukoma, atau tekanan cairan yang tinggi pada bola mata. Sehingga disarankan untuk belum diambil tindakan operasi katarak akibat risiko komplikasi yang tinggi. Maka tim medis hanya menyarankan Ibu Made Parni untuk datang ke Puskesmas Tembuku untuk mendapatkan rekomendasi ke RSUD Bangli, agar glaukoma yang diderita beliau dapat segera diatasi. Ibu Made Parni hanya pulang membawa obat tetes mata yang wajib beliau teteskan sebanyak 3 kali tiap harinya.


(13)

Gmb. 5 Suasana Pemeriksaan Katarak Gratis di Desa Demulih, Bangli

Setelah beliau meneteskan obat mata dari tim medis di Desa Demulih tersebut, Ibu Made Parni mengaku cukup nyaman dengan penglihatannya karena beliau dapat melihat berbagai macam warna di sekitar lebih jelas dibanding sebelumnya. Selama ini beiau hanya menggunakan obat tetes mata hasi rekomendasi seorang bidan gigi yang kebetulan buka praktek tepat di sebeah kediaman Ibu Made Parni. Obat tersebut telah beliau konsumsi selama beberapa bulan, namun tidak menunjukkan perubahan. Selain itu, Ibu Made Parni juga secara teratur menetaskan obat mata yang dijajakan oleh pedagang obat keliling. Namun berdasarkan hasil pengamatan teman Fakultas Kedokteran, obat tersebut tidak tepat digunakan oleh Ibu Parni sebab kedua obat tetes mata merupakan infeksi pada mata, sedangkan katarak bukan merupakan infeksi. Saat ini Ibu Made Parni telah berhenti menggunakan kedua obat tetes mata tersebut.

3.3Pemberian Tanaman Obat

Beberapa keluarga Nenek Lilit kerap mengeluh sakit kepala, gatal-gatal pada kulit, serta mengalami tekanan darah tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, saya memberikan bibit pohon belimbing untuk dapat ditanam secara mandiri di pekarangan rumah Nenek Lilit. Pohon belimbing dikenal dapat mengobati ketiga penyakit tersebut. Misalnya air rebusan daun belimbing dapat diminum untuk dapat mengobati sakit kepala dan mengurangi tekanan darah tinggi. Sedangkan untuk mengobati gatal pada kulit , daun belimbing dapat dihaluskan kemudian dioleskan rata pada bagian kulit yang terasa gatal.


(14)

Gmb. 6 Pemberian Tanaman Obat

3.4. Tabel Rencana Program Keluarga Dampingan

No. Kegiatan Volume JKEM

1. Survey kediaman KK Dampingan 2

2. Pendataan profil KK Dampingan 5

3. Mengidentifikasi permasalahan KK Dampingan 9

4. Merumuskan program KK Dampingan 6

5 Menghubungi pihak terkait dalam mengatasi masalah 5

6. Melakukan program KK Dampingan 11

7 Perpisahan dengan KK Dampingan 3

8. Menyusun laporan KK Dampingan 15


(15)

(16)

BAB IV

PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA

4.1Waktu

Pelaksanaan kegiatan program pendampingan ini mulai dilaksanakan sejak tanggal 9 Agustus 2016 sampai dengan 20 Agustus 2016. Pertemuan yang telah berlangsung terdiri dari kunjungan ke rumah keluarga dampingan serta pertemuan dalam beberapa kesempatan pemeriksaan kesehatan.

4.2Lokasi

Lokasi kegiatan KK Dampingan KKN RM UNUD ini dilakukan di lingkungan rumah keluarga Desak Nyoman Lilit di Banjar Dinas Tabunan, Desa Undisan, serta di Balai Banjar Dinas Undisan Kaja dan Desa Demulih, Bangli.

4.3Pelaksanaan

Pelaksanaan program KK Dampingan secara garis besar terdiri dari pertemuan untuk proses pengenalan antara anggota keluarga dampingan dengan mahasiswa, identifikasi masalah keluarga dampingan, serta upaya pemeriksaan kesehatan keluarga dampingan. Secara lebih lengkap, dapat disimak dalam tabel berikut.

No. Hari/ Tanggal Waktu Kegiatan

1. Selasa, 9 Agustus 2016

15.00– 16.30 -Survey kediaman keluarga Desak

Nyoman Lilit.

-Berkenalan dengan anggota keluarga dampingan.

-Mencatat profil keluarga dampingan. -Mencatat riwayat kesehatan anggota keluarga dampingan.

2. Sabtu, 13 Agustus 2016

16.00-18.00 -Melihat kondisi setiap bangunan

rumah keluarga dampingan.

-Mencatat informasi pekerjaan

anggota keluarga dampingan.

-Mencatat informasi pendapatan dan pengeluaran keluarga dampingan.

-Mencatat pemenuhan kebutuhan


(17)

dampingan.

-Menginformasikan program kerja KKN RM Screening Kesehatan 3. Minggu, 14

Agustus 2016

10.00-11.30 -Pemeriksaan kesehatan Bpk. Sang

Ade Wisnu dan Ibu Made Parni di Banjar Dinas Undisan Kaja. (Foto Kartu Rekam Medis terlampir)

4. Selasa, 16 Agustus 2016

16.00-17.00 -Menginformasikan program

pemeriksaan katarak gratis di Desa Demulih, Bangli.

-Mencatat informasi pekerjaan Ibu Made Parni sebelum menderita mata katarak.

-Mencatat informasi obat-obatan yang dikonsumsi Ibu Made Parni untuk katarak selama ini.

5. Jumat, 19 Agustus 2016

16.30 - 17.30 -Menginformasikan perubahan jadwal

program pemeriksaan katarak gratis. -Menginformasikan syarat surat-surat pemeriksaan katarak.

-Berkoordinasi terkait transportasi keberangkatan ke Desa Demulih. -Memberikan tanaman obat. 6. Sabtu, 20 Agustus

2016

08.00 – 12.00 -Menemani Ibu Made Parni untuk pemeriksaan katarak gratis di Desa Demulih, Bangli.

7 Sabtu, 20 Agustus

2016

16.30- 18.00 -Mengecek tensi anggota keluarga

dampingan.

-Memantau penggunaan obat tetes hasil pemeriksaan katarak di Desa Demulih.


(18)

4.4Hasil Program Dampingan

Dari beberapa solusi yang saya tawarkan terkait masalah kesehatan kepada keluarga dampingan Desak Nyoman Lilit, terdapat hasil yang dapat dikemukakan sebagai berikut.

4.4.1. Edukasi Kesehatan

Edukasi kesehatan secara berkala diberikan kepada anggota keluarga Nenek Desak Nyoman Lilit, dengan bantuan rekan dari Fakultas Kedokteran. Pada suatu kali kunjungan diketahui bahwa Nenek Desak Nyoman Lilit mengalami hipertensi hingga 200mm/Hg. Maka atas dasar tersebut diberikan edukasi bahwa sebaiknya beliau mengurangi konsumsi daging babi, kopi, dan sebagainya. Begitu pula kami mengingatkan Ibu Made Parni untuk mengobati kedua mata beliau dengan obat tetes mata yang diberikan oleh tim medis di Desa Demulih, untuk memberikan efek yang lebih baik atas katarak yang beliau derita. Sedangkan untuk Bapak Sang Ade Wisnu, kami sarankan untuk mengurangi kebiasaan merokok untuk mengurangi asma dan PPOK.

4.4.2 Pemberhentian Konsumsi Obat Infeksi Mata

Diketahui bahwa untuk mengobati katarak yang diderita, selama ini Ibu Made Parni menggunakan dua jenis obat tetes mata. Pertama ialah obat tetes Erlamycetin yang sebenarnya digunakan untuk mengobati sejenis penyakit infeksi mata akut, sedangkan katarak tidak termasuk infeksi mata.

Kedua ialah obat tetes mata bernama Baineting yang dibeli dari penjual obat keliling. Berdasarkan pengamatan teman-teman Fakultas Kedokteran KKN RM Universitas Udayana di Desa Undisan, sebaiknya Ibu Made Parni tidak menggunakan kedua obat tetes mata tersebut, karena tidak sesuai dengan penyakit katarak mature yang telah diderita oleh Ibu Made Parni.

Berdasarkan pengakuan Ibu Made Parni juga selama ini kedua obat tersebut tidak signifikan membantu penglihatan beliau yang sudah cukup kesulitan untuk melihat secara jelas. Kedua obat tersebut hanya memberikan efek kenyamanan pada mata setelah beberapa menit diteteskan ke bola mata.


(19)

4.4.3 Penggunaan Obat Tetes Mata C.Lynteer

Hasil dari pemeriksaan katarak Ibu Made Parni di Desa Demulih pada Sabtu, 20 Agustus 2016 bahwa Ibu Made Parni juga glaukoma atau tekanan cairan yang tinggi pada bola mata. Hal tersebut menyebabkan Ibu Made Parni tidak bisa langsung dioperasi karena bisa dapat menyebabkan komplikasi. Maka dari itu, tim medis hanya menyarankan Ibu Made Parni untuk ke Puskesmas Tembuku dan memberikan obat tetes mata. Obat tersebut berupa C. Lyteer yang harus diteteskan ke mata sebanyak tiga kali sehari. Sepulang dari pemeriksaan hari itu, Ibu Made Parni langsung meneteskan obat tetes tersebut dan mengaku cukup bisa melihat warna-warna dengan lebih jelas.

4.5Kendala

Selama pelaksanaan program keluarga dampingan terhadap keluarga Nenek Desak Nyoman Lilit, kendala yang saya temukan ialah hanya kesulitan mengatur waktu untuk berkunjung ke rumah Nenek Desak Nyoman Lilit karena program kerja tim KKN RM Desa Undisan yang cukup padat.


(20)

BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan

Dari program keluarga dampingan terhadap keluarga Nenek Desak Nyoman Lilit di Banjar Tabunan, Desa Undisan, Bangli, dapat saya simpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Kesehatan

Keluarga Nenek Desak Nyoman Lilit lebih banyak mengalami masalah pada kesehatan. Paling memprihatinkan ialah kondisi penglihatan sang menantu yakni Ibu Made Parni yang menderita katarak mature yang disertai dengan kondisi glaukoma. Kondisi kedua mata tersebut, menyebabkan Ibu Made Parni tidak diterima kerja oleh beberapa pihak, dan kesulitan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari.

2. Kondisi Rumah

Keadaan bangunan rumah keluarga Nenek Desak Nyoman Lilit cukup memprihatinkan dengan kondisi tanpa ubin, sebagian atap bocor, dan pada kamar mandi tanpa lampu penerangan. Keluarga ini telah dua kali mendapat kunjungan dari tim bedah rumah, namun hingga saat ini belum pernah mendapatkan pelayanan rumah bedah.

5.2. Saran

Sebagai mahasiswa yang berkesempatan mendampingi keluarga Nenek Desak Nyoman Lilit, saran yang dapat saya sampaikan ialah sebagai berikut. Terkait masalah kesehatan penglihatan Ibu Made Parni yang menderita katarak mature dan glaukoma, sebaiknya Ibu Made Parni segera diperiksa kembali di Puskesmas Tembuku untuk mendapat rekomendasi pengobatan glukoma di RSUD Bangli, sehingga bila Ibu Made Parni telah siap lahir bathin untuk menjalani operasi katarak, beliau bisa dengan segera dapat ditangani dengan operasi tanpa harus mengalami komplikasi yang berakibat fatal.

Sedangkan untuk kondisi rumah, sebaiknya pemerintah daerah menggalakkan kembali termasuk mengawasi proses dijalankannya program bedah rumah, sehingga kategori rumah yang layak dibedah dapat diklasifikasikan dengan jelas dan tepat.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

LPPM.2016.Buku Pedoman Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM). Badung : LPPM


(1)

BAB IV

PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA 4.1Waktu

Pelaksanaan kegiatan program pendampingan ini mulai dilaksanakan sejak tanggal 9 Agustus 2016 sampai dengan 20 Agustus 2016. Pertemuan yang telah berlangsung terdiri dari kunjungan ke rumah keluarga dampingan serta pertemuan dalam beberapa kesempatan pemeriksaan kesehatan.

4.2Lokasi

Lokasi kegiatan KK Dampingan KKN RM UNUD ini dilakukan di lingkungan rumah keluarga Desak Nyoman Lilit di Banjar Dinas Tabunan, Desa Undisan, serta di Balai Banjar Dinas Undisan Kaja dan Desa Demulih, Bangli.

4.3Pelaksanaan

Pelaksanaan program KK Dampingan secara garis besar terdiri dari pertemuan untuk proses pengenalan antara anggota keluarga dampingan dengan mahasiswa, identifikasi masalah keluarga dampingan, serta upaya pemeriksaan kesehatan keluarga dampingan. Secara lebih lengkap, dapat disimak dalam tabel berikut.

No. Hari/ Tanggal Waktu Kegiatan

1. Selasa, 9 Agustus 2016

15.00– 16.30 -Survey kediaman keluarga Desak

Nyoman Lilit.

-Berkenalan dengan anggota keluarga dampingan.

-Mencatat profil keluarga dampingan. -Mencatat riwayat kesehatan anggota keluarga dampingan.

2. Sabtu, 13 Agustus 2016

16.00-18.00 -Melihat kondisi setiap bangunan

rumah keluarga dampingan.

-Mencatat informasi pekerjaan

anggota keluarga dampingan.

-Mencatat informasi pendapatan dan pengeluaran keluarga dampingan.

-Mencatat pemenuhan kebutuhan


(2)

dampingan.

-Menginformasikan program kerja KKN RM Screening Kesehatan 3. Minggu, 14

Agustus 2016

10.00-11.30 -Pemeriksaan kesehatan Bpk. Sang

Ade Wisnu dan Ibu Made Parni di Banjar Dinas Undisan Kaja. (Foto Kartu Rekam Medis terlampir)

4. Selasa, 16 Agustus 2016

16.00-17.00 -Menginformasikan program

pemeriksaan katarak gratis di Desa Demulih, Bangli.

-Mencatat informasi pekerjaan Ibu Made Parni sebelum menderita mata katarak.

-Mencatat informasi obat-obatan yang dikonsumsi Ibu Made Parni untuk katarak selama ini.

5. Jumat, 19 Agustus 2016

16.30 - 17.30 -Menginformasikan perubahan jadwal

program pemeriksaan katarak gratis. -Menginformasikan syarat surat-surat pemeriksaan katarak.

-Berkoordinasi terkait transportasi keberangkatan ke Desa Demulih. -Memberikan tanaman obat. 6. Sabtu, 20 Agustus

2016

08.00 – 12.00 -Menemani Ibu Made Parni untuk pemeriksaan katarak gratis di Desa Demulih, Bangli.

7 Sabtu, 20 Agustus

2016

16.30- 18.00 -Mengecek tensi anggota keluarga

dampingan.

-Memantau penggunaan obat tetes hasil pemeriksaan katarak di Desa Demulih.


(3)

4.4Hasil Program Dampingan

Dari beberapa solusi yang saya tawarkan terkait masalah kesehatan kepada keluarga dampingan Desak Nyoman Lilit, terdapat hasil yang dapat dikemukakan sebagai berikut.

4.4.1. Edukasi Kesehatan

Edukasi kesehatan secara berkala diberikan kepada anggota keluarga Nenek Desak Nyoman Lilit, dengan bantuan rekan dari Fakultas Kedokteran. Pada suatu kali kunjungan diketahui bahwa Nenek Desak Nyoman Lilit mengalami hipertensi hingga 200mm/Hg. Maka atas dasar tersebut diberikan edukasi bahwa sebaiknya beliau mengurangi konsumsi daging babi, kopi, dan sebagainya. Begitu pula kami mengingatkan Ibu Made Parni untuk mengobati kedua mata beliau dengan obat tetes mata yang diberikan oleh tim medis di Desa Demulih, untuk memberikan efek yang lebih baik atas katarak yang beliau derita. Sedangkan untuk Bapak Sang Ade Wisnu, kami sarankan untuk mengurangi kebiasaan merokok untuk mengurangi asma dan PPOK.

4.4.2 Pemberhentian Konsumsi Obat Infeksi Mata

Diketahui bahwa untuk mengobati katarak yang diderita, selama ini Ibu Made Parni menggunakan dua jenis obat tetes mata. Pertama ialah obat tetes Erlamycetin yang sebenarnya digunakan untuk mengobati sejenis penyakit infeksi mata akut, sedangkan katarak tidak termasuk infeksi mata.

Kedua ialah obat tetes mata bernama Baineting yang dibeli dari penjual obat keliling. Berdasarkan pengamatan teman-teman Fakultas Kedokteran KKN RM Universitas Udayana di Desa Undisan, sebaiknya Ibu Made Parni tidak menggunakan kedua obat tetes mata tersebut, karena tidak sesuai dengan penyakit katarak mature yang telah diderita oleh Ibu Made Parni.

Berdasarkan pengakuan Ibu Made Parni juga selama ini kedua obat tersebut tidak signifikan membantu penglihatan beliau yang sudah cukup kesulitan untuk melihat secara jelas. Kedua obat tersebut hanya memberikan efek kenyamanan pada mata setelah beberapa menit diteteskan ke bola mata.


(4)

4.4.3 Penggunaan Obat Tetes Mata C.Lynteer

Hasil dari pemeriksaan katarak Ibu Made Parni di Desa Demulih pada Sabtu, 20 Agustus 2016 bahwa Ibu Made Parni juga glaukoma atau tekanan cairan yang tinggi pada bola mata. Hal tersebut menyebabkan Ibu Made Parni tidak bisa langsung dioperasi karena bisa dapat menyebabkan komplikasi. Maka dari itu, tim medis hanya menyarankan Ibu Made Parni untuk ke Puskesmas Tembuku dan memberikan obat tetes mata. Obat tersebut berupa C. Lyteer yang harus diteteskan ke mata sebanyak tiga kali sehari. Sepulang dari pemeriksaan hari itu, Ibu Made Parni langsung meneteskan obat tetes tersebut dan mengaku cukup bisa melihat warna-warna dengan lebih jelas.

4.5Kendala

Selama pelaksanaan program keluarga dampingan terhadap keluarga Nenek Desak Nyoman Lilit, kendala yang saya temukan ialah hanya kesulitan mengatur waktu untuk berkunjung ke rumah Nenek Desak Nyoman Lilit karena program kerja tim KKN RM Desa Undisan yang cukup padat.


(5)

BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan

Dari program keluarga dampingan terhadap keluarga Nenek Desak Nyoman Lilit di Banjar Tabunan, Desa Undisan, Bangli, dapat saya simpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Kesehatan

Keluarga Nenek Desak Nyoman Lilit lebih banyak mengalami masalah pada kesehatan. Paling memprihatinkan ialah kondisi penglihatan sang menantu yakni Ibu Made Parni yang menderita katarak mature yang disertai dengan kondisi glaukoma. Kondisi kedua mata tersebut, menyebabkan Ibu Made Parni tidak diterima kerja oleh beberapa pihak, dan kesulitan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari.

2. Kondisi Rumah

Keadaan bangunan rumah keluarga Nenek Desak Nyoman Lilit cukup memprihatinkan dengan kondisi tanpa ubin, sebagian atap bocor, dan pada kamar mandi tanpa lampu penerangan. Keluarga ini telah dua kali mendapat kunjungan dari tim bedah rumah, namun hingga saat ini belum pernah mendapatkan pelayanan rumah bedah.

5.2. Saran

Sebagai mahasiswa yang berkesempatan mendampingi keluarga Nenek Desak Nyoman Lilit, saran yang dapat saya sampaikan ialah sebagai berikut. Terkait masalah kesehatan penglihatan Ibu Made Parni yang menderita katarak mature dan glaukoma, sebaiknya Ibu Made Parni segera diperiksa kembali di Puskesmas Tembuku untuk mendapat rekomendasi pengobatan glukoma di RSUD Bangli, sehingga bila Ibu Made Parni telah siap lahir bathin untuk menjalani operasi katarak, beliau bisa dengan segera dapat ditangani dengan operasi tanpa harus mengalami komplikasi yang berakibat fatal.

Sedangkan untuk kondisi rumah, sebaiknya pemerintah daerah menggalakkan kembali termasuk mengawasi proses dijalankannya program bedah rumah, sehingga kategori rumah yang layak dibedah dapat diklasifikasikan dengan jelas dan tepat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

LPPM.2016.Buku Pedoman Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM). Badung : LPPM