PREVALENSI INFEKSI CACING NEMATODA PADA ULAR PYTHON RETICULATUS YANG DIPELIHARA PECINTA ULAR DI DENPASAR.

PREVALENSI INFEKSI CACING NEMATODA PADA ULAR PYTHON
RETICULATUS YANG DIPELIHARA PECINTA ULAR DI DENPASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan dalam rangka
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Oleh :
Febriyani R R Telnoni
0809005021

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013

PREVALENSI INFEKSI CACING NEMATODA PADA ULAR PYTHON
RETICULATUSYANG DIPELIHARA PECINTA ULAR DI DENPASAR

SKRIPSI


Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan dalam rangka
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Oleh :
Febriyani R R Telnoni
0809005021

Menyetujui/Mengesahkan

Pembimbing 1

Pembimbing II

Drh. Ida Bagus Made Oka, M.Kes

Drh. Sri Kayati Widyastuti, M.Si

NIP. 19601231 198903 1 014


NIP. 19620809 199003 2002

DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA

Prof.Dr.Drh. I Made Damriyasa, MS
NIP. 19621231 198803 1 017

ii

Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami
berpendapat bawa tulisan ini baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat
diajukan sebagai skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Ditetapkan di………………, tanggal………………

Panitia Penguji
Ketua

Drh. Ida Bagus Made Oka, M.Kes

NIP. 19601231 198903 1 014

Sekretaris

Anggota

Drh. Sri Kayati Widyastuti, M.Si

Drh. I Made Dwinata,M.Kes

NIP. 19620809 199003 2002

NIP. 19620606 198903 1 003

Anggota

Anggota

Drh. A. A. Gde Arjana. M.Kes


Dr.drh. Ida Ayu Pasti Apsari, MP

NIP. 19561226 198603 1 002

NIP. 19600504 198702 2 001

iii

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Febriyani R R Telnoni, dilahirkan di Kota Waingapu,
Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Penulis merupakan
anak pertama dari ayah yang bernama Jonker H.A.Telnoni, SKM dan ibu yang
bernama Merita Robu Suatu. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD
Inpres Waingapu 4 pada tahun 2002, SLTP N 2 Waingapu pada tahun 2005 dan
SMA Negeri 2 Waingapu pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis diterima menjadi mahasiswi di Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana Denpasar Bali, melalui jalur
Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK).
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Denpasar-Bali,

penulis menyusun skripsi dengan judul “ PREVALENSI INFEKSI CACING
NEMATODA PADA ULAR PYTHON RETICULATUS YANG DIPELIHARA
PECINTA ULAR DI DENPASAR“ dibawah bimbingan Drh. Ida Bagus Made
Oka, M.Kes dan Drh. Sri Kayati Widyastuti, Msi.

iv

RINGKASAN

Ular yang dipelihara tidak terlepas dari berbagai ancaman kesehatan yang
disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, jamur, kekurangan nutrisi, dan gangguan
fisiologis. Masalah kesehatan ular disebabkan oleh parasit, salah satunya yaitu
masalah kecacingan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar
prevalensi infeksi dan jenis cacing apa saja yang yang menginfeksi ular Python
reticulatus asal Bali. Penelitian dilakukan terhadap sampel feses dari 30 ular
Python reticulatus yang dipelihara pecinta ular di Denpasar melalui pemeriksaan
koproskopi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disampaikan
secara sistematis dalam narasi tertulis.
Hasil penelitian didapatkan dari 30 sampel feses yang di periksa 22
sampel positif terinfeksi cacing nematoda dengan prevalensi sebesar 73,32%..

Dari penelitian ini diketahui bahwa pada satu ekor ular Python reticulatus tidak
hanya terinfeksi oleh satu jenis cacing saja, melainkan dapat juga terinfeksi oleh
dua atau tiga jenis cacing. Jenis cacing yang menginfeksi tunggal antara lain
Oxyuris sp,Rhabdias sp, Kalicephalus sp, dan Ophidascaris sp masing masing
dengan prevalensi sebesar 36.67%, 6.67%, 3.33%, 3.33%. Infeksi campuran
antara lain Rhabdias sp dan Oxyuris sp(6.67 %), Rhabdias sp, Kalicephalus,
Oxyuris sp dan Ophidascaris sp (3.33%), Rhabdias sp, Strongyloides sp, dan
Oxyuris sp (3.33%), Oxyuris sp dan Ophidascaris (3.33%), Rhabdias sp,
Kalicephalus,dan Oxyuris sp (3.33%), Rhabdias sp, Kalicephalus, Strongyloides
sp dan Ophidascaris sp (3.33%).

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang
senantiasa memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi
dengan judul “ PREVALENSI INFEKSI CACING NEMATODA PADA ULAR
PYTHON RETICULATUS YANG DIPELIHARA PECINTA ULAR DI
DENPASAR “ dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas Kedoktern Hewan
Universitas Udayana.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya
dorongan semangat dari berbagai pihak dan atas ijin Tuhan Yesus Kristus. Pada
kesempatan ini penulis ingin menucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Prof. Dr. Drh. I Made Damriyasa, MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana.
2. Drh. Ida Bagus Made Oka, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I, atas
segala kesabaran membimbing, memotivasi dan memberikan penulis
arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Drh. Sri Kayati Widyastuti, Msi selaku Dosen Pembimbing II atas segala
kesabaran membimbing, memotivasi dan memberikan penulis arahan
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Prof. Dr. Drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes selaku Dosen Pembimbing
Akademik. Terima kasih atas motivasi dan bimbingannya selama
perkuliahan.
5. Drh. I Made Dwinata, M.Kes selaku dosen pembahas I dalam skripsi
penulis. Terimakasih atas masukan-masukan yang membangun demi
kesempurnaan tulisan ini.

6. Drh. A.A.Gde Arjana, M.Kes selaku dosen pembahas II dalam skripsi
penulis. Terimakasih atas masukan-masukan yang membangun demi
kesempurnaan tulisan ini.

vi

7. Dr.drh. Ida Ayu Pasti Apsari, MP selaku dosen pembahas III dalam
skripsi penulis. Terimakasih atas masukan-masukan yang membangun
demi kesempurnaan tulisan ini.
8. Semua dosen dan staf Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
yang telah membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
9. Kedua orang tua Bapak Jonker H.A.Telnoni, SKM dan Ibu Merita Robu
Suatu; Adik tercinta Tini Telnoni, Samuel Telnoni dan Juardi Telnoni;
serta keluarga Besar Telnoni-Raisy Suruk yang telah memberikan
motivasi, doa dan kasih sayang.
10. Drh. Andita Septiandini, Puveanthan, Gilang, Gustaf, Krisna, Adhy, Ayu
Sismami, Hery, Sasa, Waya, Tyan dan semua teman-teman Minpro Satwa
Liar Rothschildi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang
telah memberikan motivasi sehingga segala hambatan dalam penelitian

ini bisa teratasi.
11. Sahabat-sahabat tersayang kakak Drh. Eva Siahaan, Agung Bili Bora,
SKH, Shinta Manuama, SKH, Sartika Sonda, dan Ayu Malelak atas
dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ini dengan
baik.
12. Keluarga besar FKH Udayana angkatan 2008.
13. Selain itu rasa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan untuk
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas
sumbangsi yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini.
Menyadari akan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, penulis
mengharapkan segala kritik dan saran guna kesempurnaan skripsi ini sehingga
bisa bermanfaat untuk bidang ilmu Kedokteran Hewan dan bagi kalangan
lainnya yang membutuhkan.
Denpasar,

September 2013

Penulis

vii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1 Latar Belakang .......................................................................................
1.2 RumusanMasalah ...................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................
1.5 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................................

1
1
4
4

4
4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
2.1 Taksonomi ular Pyhton reticulatus .........................................................
2.2 Infeksi cacing pada ular ..........................................................................
2.3 Jenis Cacing Nematoda Yang Menginfeksi Ular ....................................
2.3.1 Genus Rhabdias sp......................................................................
2.3.2 Genus Strongyloides sp ...............................................................
2.3.3 Genus Capillaria sp ....................................................................
2.3.4 Genus Kalicephalus sp................................................................
2.3.5 Genus Oxyuris sp ........................................................................
2.3.6 Genus Ophidascaris sp ...............................................................

6
6
12
12
12
13
14
15
16
17

BAB III MATERI DAN METODE....................................................................
3.1 Materi Penelitian ....................................................................................
3.1.1 Sampel Penelitian ......................................................................
3.1.2 Bahan Penelitian .........................................................................
3.1.3 Alat Penelitian.............................................................................
3.2 Metode Penelitian .................................................................................
3.2.1 Teknik Pengambilan Sampel ......................................................
3.2.2 Metode Pemeriksaan ...................................................................
3.2.3 Analisa Data ................................................................................
3.2.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................

19
19
19
19
19
19
19
20
20
21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................
4.1.1 Prevalensi ...................................................................................
4.1.2 Jenis-jenis cacing yang menginfeksi ular Python reticulatus ........
4.2 Pembahasan ............................................................................................

22
22
22
22
24

viii

BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 28
5.1 Simpulan ................................................................................................ 28
5.2 Saran ....................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 29
LAMPIRAN........................................................................................................ 31

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Teks

Halaman

1

Ular Python reticulatus asal Sumatera ...................................................... 10

2

Ular Python reticulatus asal Jawa ............................................................. 10

3

Ular Python reticulatus asal Sulawesi ....................................................... 10

4

Ular Python reticulatus asal Maluku ......................................................... 10

5

Ular Python reticulatus asal NTB ............................................................. 10

6

Ular Python reticulatus asal NTT.............................................................. 10

7

Ular Python reticulatus asal Bali ............................................................... 10

8

Telur cacing Rhabdias sp ........................................................................... 12

9

Telur cacing Strongyloides sp .................................................................... 12

10

Telur cacing Capilaria sp ........................................................................... 13

11

Telur cacing Kalicephalus sp ..................................................................... 14

12

Telur cacing Oxyuris sp .............................................................................. 14

13

Telur cacing Ophiascaris sp ....................................................................... 15

x

DAFTAR TABEL

No
1.

Teks

Halaman

Total prevalensi Infeksi Cacing Nematoda pada 30 ular
Python reticulatus .................................................................................

2.

Prevalensi

Infeksi

Cacing

Nematoda

pada

30

Ular

Python reticulatus .................................................................................

xi

22

25

12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang beriklim tropis terluas di dunia dan
merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna.
Fauna Indonesia terkenal sangat eksotik dan tentu saja endemik. Dapat dikatakan disetiap
wilayah Indonesia memiliki satwa endemik yang sangat khas (Astirin, 2000). Indonesia
menempati peringkat ketiga tertinggi di dunia sebagai negara yang memiliki kekayaan jenis
reptil, karena memiliki lebih dari 600 jenis (Bappenas, 1993). Jenis reptil yang dimiliki berasal
dari ordo Testudinata, Squamata, dan Crocodylia (Halliday dan Adler, 2000). Keberadaan reptil
pada suatu ekosistem memberikan peranan dalam suatu mata rantai untuk menjaga
keseimbangan ekosistem, karena reptil merupakan karnivora pada rantai makanan (Tajalli, et al.
2012).
Seiring dengan perkembangan zaman, keanekaragaman hewan yang ada di alam
Indonesia mulai terganggu dengan adanya kerusakan hutan, danau dan perburuan yang menekan
populasi hewan tersebut (Astirin, 2000). Saat ini reptil mengalami penurunan dalam skala global,
disebabkan enam macam yang signifikan dalam mempengaruhi kepunahan reptil yaitu
kehilangan habitat, degradasi, introduksi, polusi lingkungan, penyakit, penggunaan yang tidak
terduga dan perubahan iklim global (Tajalli, et al. 2012). Salah satu reptil yang terancam punah
adalah ular. Ular adalah satu dari beberapa jenis reptil yang keberadaannya dilindungi oleh
pemerintah, karena sebagian besar dari beberapa spesies ular ini telah terancam hidupnya. Ular
termasuk satwa eksotis yang belakangan ini banyak diburu untuk diperjual-belikan maupun
sekedar untuk dijadikan hewan peliharaan. Ular juga merupakan hewan penting dalam menjaga
stabilitas biota (Wikipedia, 2013).
Ular digolongkan menjadi dua jenis, yaitu venomous (memiliki racun) dan nonvenomous
(tidak memiliki racun). Salah satu ular yang tidak memiliki racun yaitu ular Python reticulatus.
Ular Python reticulatus mendiami hutan hujan tropis lembab (Mattison 1999). Ular ini sangat
bergantung pada air dan dapat ditemukan di areal sungai kecil atau kolam. Ular membutuhkan
1
lingkungan tropis dengan suhu berkisar < 37,8oC. Makanan utama dari ular Python reticulatus
adalah mamalia kecil, burung dan reptil lainnya seperti biawak. Ular Python reticulatus yang

masih kecil bisa memangsa mencit (tikus putih), kodok dan kadal, sedangkan yang berukuran
besar sering memangsa ayam, anjing, monyet, babi hutan, rusa, dan bahkan manusia yang berada
dekat dengan ular tersebut (Murphy dan Henderson, 1997; Mattison, 1999; Shine, et al. 1999).
Menurut Rahardjo (2006), dewasa ini pemanfaatan ular tidak hanya terbatas sebagai hewan
pertunjukan, pengobatan, makanan dan bahan baku pabrik tetapi juga sebagai hewan kesayangan
(pet animal). Dalam pemeliharaan inilah terkadang muncul beberapa kendala seperti masalah
kesehatan, perilaku, pakan, reproduksi dan obat-obatan.
Menurut Klingenberg (2007), cacing yang menginfeksi ular berasal dari filum
nematelminthes kelas nematoda, genus: Rhabdias sp, Strongyloides sp, Capillaria sp,
Kalicephalus sp, Oxyuris sp dan Ophidascaris sp. Hasil penelitian Sismami (2012), dari 15 ekor
ular Naja sputatrix yang diteliti semuanya (100%) terinfeksi cacing, antara lain Rhabdias
60,03%, Oxyuris 53,36%, Strongyloides 60,03 %, Capilaria 6,67 %, Kalicephalus 20,01%.
Sedangkan Davis, et al. (2012), meneliti 34 ular yang terdiri dari 6 spesies yang berasal dari
taman kota “Old-growth” Memphis (USA), didapatkan 64,7% terinfeksi oleh salah satu
ektoparasit (tungau), hemoparasit (Hepatozoon spp) dan parasit saluran cerna (Entamoeba spp,
Trichomonas spp, Strongyloides spp dan cacing yang tidak dapat diidentifikasi).
Bali memiliki ular Python reticulatus yang khas, dapat dilihat dari segi pola warna
sepanjang tubuhnya dan juga ciri khas warna kuning pada kepala yang tidak dimiliki oleh ular
Python reticulatus yang berasal dari daerah lain. Dari segi tingkah laku, ular Python reticulatus
asal Bali yang ditangkap dari habitat asli (alam liar) memiliki perangai yang tidak terlalu agresif
dibandingkan dengan ular lainnya. Ular Python reticulatus asal Bali termasuk spesies ular yang
kini keberadaannya mulai diperhitungkan. Selain berbagai ancaman dari luar yang dapat
menurunkan populasinya, masalah kecacingan juga sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan
ular. Lingkungan sekitar tempat tinggal ular perlu dijaga kebersihannya karena dapat menjadi
sumber penularan dari penyakit parasit. Cacing yang menginfeksi ular memiliki dua cara
penularan yaitu melalui telur infektif dan larva infektif. Penularan melalui telur infektif telur
menetas (diluar tubuh hospes) menghasilkan L1, kemudian melewati dua kali ekdisis (ganti
selubung) menjadi L2 dan L3. Stadium L3 disebut stadium infektif, kalau termakan oleh hospes
akan berkembang menjadi cacing dewasa. Larva L3 menular dengan cara menembus kulit dan
masuk kedalam tubuh hospes atau secara tidak langsung melalui hospes yang terinfeksi larva
infektif atau larva infektif mencemari makanan atau minuman (Klingenberg, 2007).

Di Denpasar terdapat

pecinta ular Python reticulatus. Pada umumnya ular Python

reticulatus dipelihara sebagai hewan kesayangan, karena memiliki pola warna yang menarik,
tidak beracun, serta memiliki kemampuan adaptasi yang baik sehinggacara pemeliharaannya
mudah. Selain sebagai hewan kesayangan, ular Python reticulatus dipelihara dengan tujuan
melestarikannya. Makanan yang diberikan pada ular Python reticulatus ini sangat bervariasi
tergantung dari bobot badan ular tersebut, diantara yaitu pemberian mencit (tikus putih), kadal,
kodok dan ayam. Ada beberapa kendala yang sering dihadapi oleh para pecinta ular Python
reticulatus dalam pemeliharannya, salah satu masalah yang dihadapi yaitu masalah kecacingan
yang menyebabkan menurunnya nafsu makan sehingga lambat laun ular dapat mengalami
kematian.

1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas,dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Berapa besar prevalensi infeksi cacing nematoda pada ular Python reticulatus yang
dipelihara pecinta ular di Denpasar?
2. Jenis-jenis cacing nematoda apa saja yang menginfeksi ular Python reticulatus yang
dipelihara pecinta ular di Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Besarnya prevalensi infeksi cacing nematoda pada ular Python reticulatus yang
dipelihara pecinta ular di Denpasar.
2. Jenis cacing nematoda apa saja yang menginfeksi ular Python reticulatus yang
dipelihara pecinta ular di Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu dengan diketahuinya infeksi cacing nematoda pada ular
Python reticulatus yang dipelihara pecinta ular di Denpasar, sehingga dapat dipakai acuan

untuk meningkatkan status kesehatan ular khususnya terhadap infeksi yang disebabkan oleh
cacing sehingga berguna dalam pengobatan dan pengendaliannya.

1.5 Kerangka Konsep Penelitian
Ular Python reticulatus yang hidup di alam liar sering diburu untuk diambil kulitnya
dan dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat, sehingga populasi dari ular tersebut semakin
berkurang. Untuk mengatasi hal tersebut, para pecinta ular melakukan suatu upaya
pelestarian ular dengan cara dipelihara (Info Konservasi Alam. 2012). Ular yang dipelihara
didapatkan dengan melakukan penangkapan di alam liar atau juga dapat diperoleh disekitar
wilayah pemukiman warga, penangkapan dilakukan dengan menggunakan beberapa alat
diantaranya hook dan karung. Cara penangkapan dilakukan dengan mengikuti jejak ular,
setelah ditemukan maka ular tersebut ditangkap dengan menggunakan hook dan diusahakan
hook tersebut menekan daerah sekitar kepala selanjutnya dimasukkan ke dalam karung yang
sudah disiapkan. Ular yang berasal dari alam liar dapat diinfeksi oleh cacing nematoda jenis
Rhabdias sp, Strongyloides sp, Capilaria sp, Kalicephalus sp, Oxyuris sp dan Ophidascaris
sp yang secara umum menular dengan telur infektif dan larva infektif (Klingenberg, 2007).
Mengingat ular Python reticulatus pada habitat aslinya (lingkungan luar) sudah
semakin menyempit, memungkinkan prevalensi infeksi cacing akan semakin tinggi. Jika ular
tersebut tertangkap dan dipelihara, didukung oleh cara pemeliharaan yang ditempatkan di
dalam kandang soliter memungkinkan infeksi akan terus terjadi (Info Konservasi Alam,
2012).
Kendala yang sering dihadapi oleh para pecinta ular Python reticulatus ini adalah
informasi mengenai status kesehatan. Ular yang dipelihara tidak terlepas dari berbagai
macam masalah kesehatan yang mungkin ada, salah satunya adalah masalah kecacingan pada
ular yang dapat menyebabkan penurunan nafsu makan sehingga lambat laun ular tersebut
akan mati. Untuk mengetahui status kesehatan ular, khususnya yang disebabkan oleh infeksi
cacing melalui pemeriksaan feses maka penelitian ini perlu dilakukan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi ular Python reticulatus
Ular Python reticulatus merupakan jenis ular tidak berbisa / non venomous yang
memiliki penyebaran cukup luas. Berikut merupakan taksonomi dari ular Python reticulatus
menurut (http:retix/python.html, 2013) :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Kordata

Sub-Filum

: Vertebrata

Kelas

: Reptilia

Ordo

: Squamata

Subordo

: Serpentes

Family

: Boidae

Genus

: Python

Spesies

:Python reticulatus, Python sebae, Python regius, Python anchiate,
Python breitensteini, Python brongersmai, Python morulus,
Python timorensis, Python curtus, Python natalensis.

Menurut (http:retix/python.html, 2013) ular Python reticulatus merupakan jenis Python
yang ditemukan di Asia Tenggara. Jenis Python mempunyai 10 spesies yang penyebarannya di
berbagai wilayah antara lain :
 Python sebae yang mempunyai daerah sebaran pada wilayah sekitar Burundia, Benin,
Angola, Chad, Central African Republik, Gambia, Ghana, Guinea, Niger, Nogeria, Rwanda,
Senegal, Sierra Leone, Sudan, Tanzania, Togo, Ethiopia, Gabon dan Eritrea.

 Python regius yang mempunyai daerah sebaran pada wilayah Guinea, Benin, Burkina Faso,
Liberia, Mali, Ghana, Guinea, Guinea-Bissau, Senegal, Gabon, Gambia, Uganda, Togo,
Niger, Nigeria, dan Sierra Leone.

 Python reticulatus yang memilikidaerah
sebaran disekitar Banglades, Kamboja, India,
6
Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Philpina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

 Python anchiate yang mempunyai daerah sebaran di sekitar Angola dan Namibia.

 Python breitensteinimemilik daerah sebaran di sekitar Indonesia, Malaysia dan Singapura.
 Python brongersmaidengan daerah penyebaran di sekitar Indonesia dan Thailand.

 Python curtus dengan daerah distribusi di sekitar Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand,
dan Vietnam.

 Python morulusyang tersebar di sekitar Bangladesh, Camboja, Cina, India, Indonesia, Laos,
Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Thailand dan Vietnam.

 Python natalensis dengan daerah penyebaran di sekitar Angola, Botswana, Burundi, Kongo,
Kenya, Namibia, Afrika Selatan, Tanzania, dan Zambia.

 Python timorensismerupakan satwa endemik Indonesia hanya terdapat di Papua.
Ular Python reticulatus berbentuk langsing dengan lingkar tubuh yang berotot yang
cenderung tetap membulat dari pada memipih seperti ular pembelit lainnya. Ular Python
reticulatus ini sangat bervariasi, dengan motif jaringan atau rantai dengan warna dasar perak
(abu-abu) atau perak coklat. Motif punggungnya merupakan ciri khas warna dasar dari ular ini
dan bergaris tepi warna hitam dan kuning, orange atau coklat. Bintik-bintik di samping badannya
berwarna terang. Seluruh tubuhnya memantulkan warna “hologram” (Murphy and Henderson,
1997).
Ular Python reticulatus asal Bali memiliki pola lingkaran besar berbentuk jala (reticula),
tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih disepanjang sisi dorsal tubuh.
Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis
tengah yang membagi dua kanan kiri kepala secara simetris. Masing-masing satu garis hitam lain
yang lebih tebal berada ditiap sisi kepala , melewati mata kebelakang. Sisik-sisik dorsal
(punggung) tersusun dalam 70-80 deret, sisik-sisik ventral (perut) sebanyak 297-332 buah dari
bawah leher hingga ke anus, sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 75-102 pasang. Perisai rostral
(sisik diujung moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas) terdepan
memiliki lekuk heat sensor pits atau sensor yang peka terhadap suhu (Tweedie, 1983). Ular
Python reticulatus dapat mencapai panjang 8 m hingga 15 m dengan berat 75-150 kg bahkan
lebih (Utah’s Hogle Zoo, 2004).
Ular Python reticulatus hidup di hutan-hutan tropis yang lembab (Mattison, 1999). Ular
ini bergantung pada ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari air seperti sungai,

kolam dan rawa. Ular ini membutuhkan lingkungan dengan suhu kisaran