PEMIKIRAN PENDIDIKAN MENURUT SYAIKH AZ ZARNUJI (Studi Analisis Kitab Ta’limul Muta’alim) SKRIPSI

  

PEMIKIRAN PENDIDIKAN MENURUT

SYAIKH AZ ZARNUJI

(Studi Analisis Kitab

  Ta’limul Muta’alim)

SKRIPSI

  

Disusun Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

FENNY RISKYA

  

NIM: 11111112

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTTO

Dengan Ilmu, Hidup Menjadi Mudah,

Dengan Seni, Hidup Menjadi Indah,

  

Dengan Agama, Hidup Menjadi Terarah &

Bermakna.

  

PERSEMBAHAN

  Dengan segala puji bagi Allah Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan untuk: 1.

  Bapak-ibu tercinta yang telah mencurahkan pengorbanannya dan yang ak pernah berhenti memberikan semangat serta do’anya, sehingga skripsi ini bisa selesai.

  2. Ibu Hj. Siti Fatimah Di Kebumen, Banyubiru beserta keluarganya.

  3. Terimah kasih yang tak terhingga buat dosen-dosen, terutama pembimbingku Bapak. Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag. yang tak pernah lelah dan senantiasa sabar memberikan bimbingan dan arahan kepadaku 4. Suami tercita yang selalu mendo’akan, memberikan motivasi, menemaniku mencari buku-buku referensi dan selalu ada waktu untuk mengantarkan aku kekampus, tanpa beliau skripsi ini tidak akan selesai secepat ini.

  5. Seluruh keluarga besar di Bringin dan di Magelang yang selalau memberikan do’a, motivasi dan mendukungku, sehingga skripsi ini bisa selesai dengan lancar.

  6. Sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan yang tidak pernah berhenti memberikan suport dan keceriaannya, sehingga aku selalu bahagia bersama kalian dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

  7. Semua yang telah mendo’akan aku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  KATA PENGANTAR بسم الله الرحمن الرحيم

لهأ هباحصأو هلأ ىلعو ىفطصلما اندّيس ىلع ملا ّسلاو ةلا ّصلا ّمث ىفكو ى ّذلا الله دمحلا

  . دعب مأ ىفولاو قد ّصلا

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana. Salam sejahtera semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW. yang telah menuntun umatnya dari zaman kejahilan menuju zaman keislaman.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, S.Pd, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

  5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan , sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini 6. Bapak, ibu tercinta dan seluruh keluargaku yang telah memberikan do’a restu bagi keberhasilan penulis Suami tercinta yang selalu memberikan motivasi dan dorongan dalam skripsi ini.

  8. Semua pihak, terutama sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.

  Atas jasa-jasa d an kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga Allah SWT. Menerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik.

  Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena katerbatasan penulis.

  Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat Al- hamdulillahi Robbil Alamin. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat. Amiin Ya Rabbal ‘Alamin.

  Salatiga, 10 Februari 2016 Penulis,

  Fenny Riskya

  

ABSTRAK

  Riskya, Fenny. 2016. Pemikiran Pendidikan Menurut Syaikh Az-Zarnuji Studi

   Analisis Kitab Ta’limul Muta’alim. Skripsi. Jurusan Terbiyah Program

  Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Slatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag.

  Kata kunci : Pemikiran, Pendidikan, Kitab

  Ta’limul Muta’alim

  Sebagaimana telah penulis ketahui sangat pentingnya sebuah pendidikan dalam rangka untuk mencapai interaksi belajar-mengajar, sudah tentu perlu kedua kegiatan yang berguna dalam mencapai tujuan pengajaran. Untuk itu, peneliti ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana pemikiran pendidikan menurut Syaikh Az-Zarnuji analisis kitab Ta’limul Muta’alim. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana konsep dasar tentang pendidikan Islam?, (2) Bagaimana pemikiran Syaikh Az- Zarnuji tentang pendidikan dalam kitab

  Ta’lim Muta’allim?, dan (3) Bagaimana

  analisis pemikiran Syaikh Az-Zarnuji tentang pendidikan dalam kitab

  Ta’lim

Muta’allim?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian menggunakan

  pendekatan kepustakaan. Metode penelitian yang digunakan dengan jenis penelitian kepustakaan (library research), sumber data primer adalah kitab

  

Ta’limul Muta’alim dan sumber sekundernya adalah terjemah Ta’limul

Muta’alim, serta buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan.

  Adapun teknis analisis data menggunakan metode Deskriptif Analisis dan Metode content analisis, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Pemikiran Pendidikan Kitab

  Ta’limul Muta’alim menurut Syaikh Az-Zarnuji ini sangat

  dibutuhkan dalam dunia pendidikan, yang nantinya dapat dibiasakan juga dalam keluarga, sekolah, pergaulan, maupun sosial kemasyarakatan. Karakteristik pemikiran beliau dapat digolongkan dalam corak praktis yang tetap berpegang teguh pada al-

  Qur’an dan hadits. Kecenderungan lain dalam pemikiran beliau adalah mengetengahkan nilai-nilai etis yang bernafaskan sufistik. Pendidikan akhlak yang ditekankan beliau dapat diklarifikasikan menjadi tiga, yakni:

  

Pertama , akhlak kepada Allah, guru dan murid dalam proses belajar mengajar

  diniatkan hanya kepada Allah, Kedua, akhlak kepada sesama manusia, terutama antara murid dan guru tetapi paling tidak terhadap sesama teman harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Ketiga, akhlak kepada ilmu itu sendiri, bahwasanya ilmu itu adalah cahaya bagi kita dan kedudukan yang paling tinggi adalah orang yang berilmu.

  Dengan hal ini dititik beratkan pada pengertian bahwa belajar merupakan ibadah untuk mencari ridha Allah yang mengantarkan seseorang memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena belajar harus diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai Islam. Karena itu pemikiran beliau disini berusaha membuat dasar pembangunan masyarakat yang berakhlak religius melalui pembinaan individu. Dari sini diharapkan akan terwujud sebuah tatanan masyarakat yang berakhlak tinggi dan mulia.

  DAFTAR ISI 1. JUDUL................................................................................................... i 2. LOGO IAIN........................................................................................... ii 3. PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... iii 4. PENGESAHAN KELULUSAN........................................................... iv 5. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................ v 6. MOTTO.................................................................................................. vi 7. PERSEMBAHAN................................................................................. vii 8. KATA PENGANTAR.......................................................................... viii 9. ABSTRAK............................................................................................. x 10. DAFTAR ISI.......................................................................................... xi

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakan Masalah................................................................ 1 B. Rumusan Masalah........................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian......................................................................... 7 D. Kegunaan Penelitian.................................................................... 7 E. Metode Penelitian........................................................................ 8 F. Penegasan Istilah......................................................................... 10 G. Sistematika Penulisan.................................................................. 11 BAB II. KONSEP DASAR TENTANG PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pendidikan................................................................. 14 B. Sumber-Sumber Pendidikan Islam ............................................. 18 C. Unsur-Unsur Pendidikan Islam ................................................... 22 1. Tujuan Pendidikan Islam ...................................................... 22

  2. Ruang Lingkup Pendidikan Islam ........................................ 31 3.

  Peserta Didik .......................................................................... 37 4. Orang yang Membimbing (Pendidik)..................................... 37 5. Lingkungan Pendidikan ......................................................... 38 6. Materi Pendidikan Islam ....................................................... 38 Interaksi Edukatif ................................................................. 42 8. Metode Pendidikan Islam ..................................................... 42 9. Evaluasi …………………………………………………… 49

  BAB III. PEMIKIRAN SYAIKH AZ-ZARNUJI TENTANG PENDIDIKAN DALAM KITAB TA’LIMUL MUTA’ALIM A. Biografi Syaikh Az-Zarnuji ...................................................... 50 1. Riwayat Hidup Syaikh Az-Zarnuji...................................... 50 2. Latar Belakang Pendidikan Syaikh Az-Zarnuji ................. 59 3. Latar Belakang Sosial Politik ............................................. 61 B. Karya-Karya Syaikh Az-Zarnuji .............................................. 63 C. Isi Kitab Ta’limul Muta’alim ................................................... 66 D. Pemikiran Pendidikan Syaikh Az-Zarnuji ................................ 70 1. Pembagian Ilmu .................................................................. 72 2. Unsur-Unsur Pendidikan Syaikh Az-Zarnuji …………….. 74 E. Pemikiran Syaikh Az-Zarnuji Tentang Pola Hubungan Guru dan Murid.......................................................................................... 80 F. Persyaratan Mencari Ilmu .......................................................... 74

  BAB IV. ANALISIS PEMIKIRAN SYAIKH AZ-ZARNUJI TENTANG PENDIDIKAN DALAM KITAB TA’LIMUL MUTA’ALIM A. Aplikasi Pemikiran Syaikh Az-Zarnuji Dalam Pendidikan ...... 88 B. Kelebihan dan Kelemahan Syaikh Az-Zarnuji Tentang Pendidikan................................................................................ 93 C. Inti Pemikiran Syaikh Az-Zarnuji Tentang Pendidikan ……... 95 D. Relevansi Pemikiran Syaikh Az-Zarnuji Terhadap Pemikiran Modern....................................................................................... 96 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 101 B. Saran ......................................................................................... 104 C. Penutup ..................................................................................... 105 11. DAFTAR PUSTAKA 12. LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama rahmatan lil’alamin yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Islam sangat memperhatikan segala aspek yang

  dikerjakan manusia, mulai dari hal-hal yang terkecil sampai pada hal-hal yang terbesar. Baik yang berhubungan dengan Allah maupun dengan manusia. Dalam hal ini Islam memberikan pendidikan kepada manusia dan sebagai pedoman hidup untuk manusia seluruh alam. Sebagai makhluk sosial, manusia dalam kehidupannya membutuhkan hubungan dengan sesama ketika sesuatu yang dilakukan tidak dapat dikerjakan seorang diri.

  Kebutuhan yang berbeda-beda dan karena saling membutuhkan, membuat manusia cenderung untuk melayani kebutuhan manusia lainnya, selain demi kepentingan pribadi. Allah S.W.T berfirman:

  • Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kep ada Allah agar kamu mendapat rahmat”.(Q.S. Al-Hujurat:

  َنْوَُحَْرُ ت ْمُكملَعَل َهللّا اْوُقم تاَو ْمُكْيَوَخَا َْيَْ ب اْوُحِلْص َاَف ٌةَوْخِا َنْوُ نِمْؤُمْلااَمنَِّا

  10) (Depag, 2011: 516) Kecenderungan manusia untuk berhubungan melahirkan komunikasi dua arah malalui bahasa yang mengandung tindakan dan perbuatan. Dengan kata lain, karena ada aksi maka interaksipun terjadi.

  Pendidikan merupakan sebagian dari fenomena interaksi kehidupan sosial manusia. Menurut K. J. Veeger pada hakekatnya kehidupan sosial itu terdiri dari jumlah aksi dan reaksi yang tidak terbilang banyaknya, baik antara perorangan maupun antar kelompok. Pihak-pihak yang terlibat menyesuaikan diri dengan salah satu pola perilaku yang kolektif. (Huda, 2008: 1) Menurut Djaramah interaksi pendidikan (edukatif) ini terjadi dengan sadar yang didasari atas tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Dengan demikian, memunculkan istilah guru di satu pihak dan murid di lain pihak. Keduanya berada berbeda, namun bersama-sama mencapai tujuan. (Huda, 2008: 38) Dalam proses belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi anak didik untuk mencapai tujuan. Dan guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi untuk membantu proses perkembangan anak didik.(Slameto, 1991: 99)

  Interaksi akan selalu terkait dengan istilah komunikasi atau hubungan. Dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikasi dan komunikator. Hubungan antara komunikator dengan komunikasi terjadi karena menginteraksikan sesuatu yang dikenal dengan istilah “pesan” (massage). Kemudian untuk menyampikan atau menginteraksikan pesan itu diperlukan adanya media atau saluran. Maka dari itu, unsut-unsur yang terlibat dalam komunikasi itu adalah komunikator, komunikan, dan pesan. (Sardiman, 2001: 7)

  Lingkungan pendidikan, anak didik merupakan suatu subyek dan obyek pendidikan yang memerlukan bimbingan dari orang lain untuk membantu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimiliki serta membimbingnya menuju kedewasaan. Seorang pendidik dalam dunia pendidikan adalah seorang yang wajib dihormati oleh para anak didik, karena pendidik yang membimbing jiwa anak didik agar menjadi manusia sejati, yang mengerti bahwa dirinya adalah hamba Allah SWT. Oleh karena itu anak didik sebagai pihak yang diajar, dibina dan dilatih untuk dipersiapkan menjadi manusia yang kokoh iman dan selamanya harus maupun dengan yang lainnya.

  Anak didik yang mempunyai etika mulia juga akan mampu mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai positif yang akan dipengaruhi keberhasilan di dalam proses pendidikan dan pengajaran. Dengan mempunyai etika atau akhlak yang mulia dan menuntut ilmu dengan baik dan benar akan mampu mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Dalam dunia pelajar zaman sekarang banyak pelajar yang menyimpang etika, sehingga tidak sedikit pelajar yang berpotensi akhirnya gagal hanya karena salah pergaulan dan salah memahami cara belajar yang baik dan benar.

  Ahmad Tafsir (1994: 77)menyatakan bahwa interaksi dan relasi antara guru dan murid sangatlah erat sekali sehingga guru dianggap sebagai bapak spiritual (spiritual father), karena berjasa dalammemberikan santapan jiwa dengan ilmu. Akan tetapi dalam sejarahnya hubungan guru dan murid dalam dunia Islam ternyata sedikit demi sedikit mulai berubah, nilai-nilai norma sedikit demi sedikit mulai berkurang. Semua itu dikarenakan antara lain sebagai berikut:

  1. Kedudukan guru dalam Islam semakin merosot 2.

  Hubungan murid dan guru yang bernilai penghormatan semakin menurun.

  3. Kepatuhan murid terhadap guru mengalami erosi.

  4. Harga karya semakin menurun mengabdi kepada guru merupakan syarat pokok untuk meraih keberhasilan menempuh pendidikan. (Tafsir, 1994: 77)

  Pembahasan mengenai interaksi guru dan murid, Syaikh Az- Zarnuji menulis kitabnya

  Ta’limul Muta’alim: ِمْيِظْعَ تِب ملاِا هِب ُعَفَ تْ نَ يَلاَو َمْلِعْلا ُلاَنَ ي َلا ِمْلِعْلا َبِلَط منَِبِ ْمَلْعِا هِلْهَاَو ِمْلِعْلا

  ِْيِقْوَ تَو ِذاَتْسُلاامْيِظْعَ تَو ِه

  “Ketahuilah sesungguhnya orang yang mencari ilmu itu tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya tanpa mau menghormati ilmu dan gurunya. (Az-Zarnuji, 2009:27) Kedudukan akhlak, murid dalam lingkungan pendidikan menempati tempat yang paling penting sekali. Sebab apabila murid mempunyai etika yang baik, maka akan sejahtera lahir dan batinnya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk maka rusaklah lahirnya atau batinnya.

  Murid ketika berhadapan dengan guru, sang murid harus senantiasa menghormati. Sekali ia menjadi murid dari seorang guru, selamanya status itu tidak akan bisa lepas. Dalam kamus kehidupan, tidak ada istilah “mantan murid” dan “mantan guru”. (Salamullah, 2008: 115)

  Salah satu kitab yang membahas tentang pendidikan Islam adalah

  

Ta’limul Muta’alim. Salah satu keistimewaan dari kitab Ta’limul

  

Muta’alim ini terletak pada materi yang dikandungnya. Meskipun kecil

  dan dengan judul yang seakan-akan hanya membahas metode belajar, sebenarnya esensi kitab ini juga mencangkup tujuan, prinsip-prinsip dan strategi belajar yang didasarkan pada moral religius. Kitab ini tersebar hampir keseluruh penjuru dunia. Kitab ini juga telah tercetak dan maupun di Barat.

  Di Indonesia, kitab

  Ta’limul Muta’alimyang dikarang oleh Syaikh

  Az-Zarnuji yang dikaji dan dipelajari di setiap lembaga pendidikan klasik tradisional seperti pesantren, bahkan di pondok pesantren modern. Dari pembahasan kitab ini, dapat diketahui tentang konsep pendidikan Islam yang dikemukakan Syaikh Al-Zarnuji yaitu tentang keutamaan ilmu, niat belajar, cara memilih guru, ilmu, teman dan ketabahan dalam belajar, cara menghormati ilmu dan guru, dsb. (Baharuddin, 2015: 75)

  Kitab

  Ta’limul Muta’alim ini secara keseluruhan terdiri dari 1 jilid

  dan terdapat 273 halaman, serta keseluruhannya merupakan suatu nazam- nazam atau syair-syair arab yang diterjemahkan dalam bahasa jawa salaf, bait syair berjumlah 119 bait. Karangan Imam Syaikh Az-Zarnuji yang berisikan pendidikan Islam yaitu akhlak-akhlak yang mulia dalam menuntut ilmu, agar kita bisa mencapai keseimbangan dalam pertumbuhan manusia bisa mendapat ridha Alllah SWT, memperoleh kebahagiaan di akhirat, berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan orang lain, mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam, serta mensyukuri nikmat Allah SWT.

  Dari diskripsi yang telah penulis paparkan di atas, maka penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang pendidikan dalam kitab

  Ta’limul Muta’alim, sehingga melalui kerangka berfikir Syaikh Al-Zarnuji

  inilah, maka penulis mengangkat judul skripsi “PEMIKIRAN PENDIDIKAN SYAIKH AZ- ZARNUJI”(Analisis Kitab Ta’limul Muta’alim).

  B.

  Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.

  Bagaimana konsep dasar tentang pendidikan Islam itu? 2. Bagaimana pemikiran Syaikh Az-Zarnuji tentang pendidikan dalam kitab

  Ta’lim Muta’allim? 3.

  Bagaimana analisis pemikiran Syaikh Az-Zarnuji tentang pendidikan dalam kitab

  Ta’lim Muta’allim? 4.

C. Tujuan Penelitian

  Adapun dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk menjelaskankonsep dasar tentang pendidikan Islam.

  2. Untuk menjelaskan pemikiran Syaikh Az-Zarnuji tentang pendidikan

  dalam kitab Ta’lim Muta’allim.

  3. Untuk mengetahui analisis pemikiran Syaikh Az-Zarnuji tentang pendidikan dalam kitab

  Ta’lim Muta’allim.

D. Kegunaan Penelitian

  Adapun kegunaan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dalam 1.

  Untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

  2. Sebagai sumbangan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan pengetahuan sesuai dengan bidangnya yaitu ajaran Islam.

  3. Sebagai sumbangan yang dimaksud agar hasil penelitian dapat memberikan dan membantu wawasan masyarakat di bidang ajaran Islam yang berkaitan dengan masalah pendidikan Islam E.

   Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah intelektual biografis.

  Hal ini dilakukan untuk mengetahui kehidupan Syaikh Az-zarnuji dalam hubungannya dengan masyarakat, sifat watak, pengaruh- pengaruh internal dan eksternal yang membentuk pemikirannya. (Nazir, 1998: 62) Serta mengetahui sejauh mana posisi dan kontribusinya dalam perkembangan pendidikan.

  2. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis menempuh langkah-langkah melalui riset kepustakaan (library research), yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian murni. (Hadi, 1987: 9) Dan metode ini mengkaji sumber-sumber tertulis yang telah diplublikasikan. ada kaitannya dengan yang diteliti penulis.

  Adapun mengenai sumber data primer adalah “Kitab Ta’limul

  Muta’alim” dan tanpa menafikan buku-buku lain yang ada hubungannya dengan sumber data primer.

  3. Metode Analisis Data Dalam analisis data, penulis berusaha untuk mencoba memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian. (Moleong, 2001: 103)

  Adapaun metode-mtode yang diapakai dalam menganalisis data sebagai berikut : a.

  Metode Deskriptif Analisis Sanapiah Faisal mendefisinikan metode deskriptif adalah berusaha mendeskripsikan dan menginterprestasikan apa yang ada, baik kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung dan tel ah berkembang”.

  (Faisal, th. h: 19) Sedangkan menurut Ibnu Hajar metode deskriptif adalah memberika gambaran yang jelas dan akurat tentang fenomena yang diselidiki.(Hajar, 1996: 274) Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan dan sekaligus menganalisis pemikiran- pemikiran Syaikh Az-Zarnuji tentang pendidikan.

  b.

  Metode Content Analysis mengungkapkan isi pemikiran tokoh yang diteliti. (Nawawi, 1995: 68) Seodjono memberikan definisi content analisis adalah usaha untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu itu ditulis.(Soedjono, 1999: 14) Metode ini sangat urgen sekali untuk mengetahui kerangka berfikir Syaikh Az-zarnuji yang tertuang dalam kitab

  Ta’lim Muta’allim tentang pendidikan.

F. Penegasan Istilah

  Untuk memperjelas penelitian skripsi ini dan menghindari salah faham, maka akan dijelaskan istilah-istilah dalam judul di atas sebagai berikut: 1.

  Pemikiran Pendidikan Secara etimologis

  , pemikiran berasal dari kata dasar “pikir” yang berarti akal budi, ingatan, angan-angan. Dan ketika kata dasar tersebut mendapatkan imbuhan awalan ber-, maka akan mempunyai makna menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu atau menimbang-nimbang dalam ingatan. Adapun kata pemikiran sendiri mempunyai pengertian proses, cara atau perbuatan memikir. (Tim penyusun kamus pembinaan dan pengembangan bahasa, 1990:682-683)

  Sedangkan pendidikan secara etimologi, berasal dari kata “didik”, mendapat imbuhan me- menjadi mendidik, yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Ketika kata dasar tersebut mendapat akhiran

  • –an menjadi didikan, yang berarti hasil mendidik. Ketika mendapat imbuhan pe- menjadi pendidik, yang berarti orang yang mendidik. Dan ketika kata dasar tersebut mendapat awalan pe- dan mendapat akhiran –an maka menjadiPendidikan yang mempunyai pengertian “Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. (Kamus besar Bahasa Indonesia, 1990: 263 )

  Dengan demikian pemikiran pendidikan adalah merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk membimbing dan mengarahkan seseorang untuk mencapai suatu tingkah laku yang baik dan terpuji serta menjadikannya sebagai suatu kebiasaan untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

2. Ta’limul Muta’alim

  Merupakan kitab dari salah satu karangan Syaikh Az-zarnuji, yang berisikan nazam- nazam yangberjumlah 119 sya’ir, 13 pokok pembahasan atau pasal, yang bermakna tentang cara, tata krama dan akhlak-akhlak mulia terutama bagi para pencari ilmu agar terutama dalam memuliakan guru dan ilmu.

G. Sintematika Penulisan Skripsi

  Sistematika penulisan yang dimaksud oleh penulis di sini adalah gambaran singkat tentang subtansi pembahasan secara garis besar. Agar dapat memberi gambaran yang lebih jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi, maka penulis membagi sistematika ke dalam lima bab yang diawali dengan halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak dan daftar isi yang selanjutnya diikuti oleh bab ke bab.

  Bab I: Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metodologi penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab

  II: Konsep dasar tentang pendidikan yang menjelaskanpengertian pendidikan, sumber-sumber pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, ruang lingkup pendidikan Islam, materi pendidikan Islam dan metode pendidikan Islam. Bab III: Pemikiran Syaikh Az-Zarnuji tentang pendidikan dalam kitab

  Ta’limul Muta’alim, dalam bab ini memuat beberapa pembahasan

  seperti halnya tentangriwayat hidup Syaikh Az-zarnuji, latar belakang pendidikan Syaikh Az-Zarnuji dan guru-guruya, latar belakang sosial politik, karya-karya Syaikh Az-zarnuji, isi kitab

  Ta’limul Muta’alimdan Ta’limul Muta’alim

  Bab IV: Merupakan bab analisis yang meliputi, aplikasi pemikiran Syaikh az-Zarnuji dalam pendidikan, kelebihan dan kelemahan pemikiran Syaikh az-Zarrnuji tentang pendidikan, inti pemikiran Syaikh az-Zarnuji tentang pendidikan dalam Kitab

  Ta’limul Muta’alim dan relevansi pemikiran Syaikh az-Zarnuji terhadap pendidikan modern.

  Bab V merupakan bab yang terakhir yang mensajikan kesimpulan, saran-saran dan penutup.

BAB II KONSEP DASAR TENTANG PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pendidikan Banyak sekali definisi pendidikan yang diperkenalkan dengan

  publik. Sehingga terkadang pendidikan mengalami reduksi yang cukup Karenanya perlu memahami apa itu pendidikan (education).

  Pendidikan secara etimologi, berasal dari kata “didik”, mendapat imbuhan me- menjadi mendidik, yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Ketika kata dasar tersebut mendapat akhiran

  • –an menjadi didikan, yang berarti hasil mendidik. Ketika mendapat imbuhan pe- menjadi pendidik, yang berarti orang yang mendidik. Dan ketika kata dasar tersebut mendapat awalan pe- dan mendapat akhiran
  • –an maka menjadi Pendidikan yang mempunyai pengertian “Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. (Kamus besar Bahasa Indonesia, 1990: 263 )

  Sesungguhnya nilai hidup seseorang sangat tergantung pada keberhasilan atau tertundanya keberhasilan dalam sistem pendidikan yang mengarahkannya. Karena pendidikan adalah sarana penting yang terarah dan terencana untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan yang tidak akan pernah terlepas dari pendidik dan peserta didik.

  Menurut Hasan Langgulungdalam bukunya Asas-Asas Pendidikan, istilah pendidikan dalam bahasa Inggris education, yang berasal dari bahasa latin educare yang berarti memasukkan sesuatu, barangkali bermaksud memasukkan ilmu ke kepala seseorang. Jadi di sini ada tiga hal yang terlibat: ilmu, proses memasukkan dan kepala seseorang. dari dua segi. Pertama dari sudut pandang masyarakat, dan kedua dari pandangan individu. Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewarisan kebudayaan individu generasi tua ke generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan. Atau masyarakat punya nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara.

  Dalam pengertian tersebut kata yang merujuk pada “agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan”. Bisa mengandung (Hifdzul nafs, hifdzul

  al din, hifdzul mal, hifdzul aql, hifdzul Nasl )

  Bila dilihat dari kaca mata individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Individu itu laksana lautan dalam yang penuh mutiara dan bermacam-macam ikan, tetapi belum tampak. Ia masih berada didasar laut. Ia perlu dipancing dan digali supaya dapat menjadi makanan dan perhiasan bagi manusia. Manusia mempunyai berbagai bakat dan kemampuan yang kalau pandai kita mempergunakannya bisa berubah menjadi emas dan intan, bisa menjadi kekayaan yang berlimpah-limpah. (Langgulung, 1988: 3-4) Sementara Imam Al-Ghazali memberikan definisi tentang pendidikan adalah menghilangkan akhlak yang buruk dan menanamkan akhlak yang baik. Dengan demikian pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk melahirkan perubahan-perubahan yang

  prograssive pada tingkah laku manusia. (Iqbal, 2015: 90)

  sekarang belum terdapat di zaman Nabi. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih ketrampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencangkup arti pendidikan dalam pengertian sekarang.

  Dengan kaitannya yang akan dibahas penulis adalah pendidikan Islam. Kembali Zakiyah Daradjad memberikan definisi, pendidikan Islam adalah: membentuk kepribadian Muslim, membentuk sikap dan perilaku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. (Daradjad, 2011: 27)

  Secara tersirat Muhammad Athiyah Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna akhlaknya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan maupun dengan tulisan. (Iqbal, 2015: 566)

  KH. MA Sahal Mahfudh juga memberikan definisi pendidikan agama Islam melalui pengertian pendidikan pesantren adalah, “mendalami ilmu agama dan berakhlak yang mulia”. Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang hidup dan ingin hidup sepanjang masa harus selalu mengembangkan dan meningkatkan peran dirinya demi kepentingan

  Menurut rumusan Azyumardi Azra, pesantren telah memainkan tiga peranan: transmission of islamic knowledge (penyampaian ilmu-ilmu keislaman), maintenance of islamic tradition (pemeliharaan tradisi Islam) dan reproduction of ulama (pembinaan calon-calon ulama). (Zubaedi, 2007: 16)

  Dengan demikian bahwasanya pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk membentuk, mengembangkan karakter dan jiwa-jiwa muslim, sesuai dengan ajaran Islam. Bahwa setiap warisan budaya Islam tidak hanya berupa seperangkat aturan dan tata tehnis, akan tetapi juga berupa nilai-nilai ajaran Islam.

  Sesungguhnya nilai hidup seseorang sangat tergantung pada keberhasilan atau kegagalan sistem pendidikan yang mengarahkannya.

  Dengan memahami bahwa setiap orang adalah bagian masyarakat yang sedikit banyak akan memberikan sumbangsih (negatif maupun positif) bagi kehidupan bersama, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan satu-satunya sarana terpenting dalam membentuk masyarakat yang ideal.

B. Sumber-Sumber Pendidikan Islam

  Abdurrahman an-Nahlawi dalam bukunya Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam berpendapat bahwa pendidikan Islam merupakan kebutuhan mutlak untuk dapat melaksanakan Islam sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Berdasarkan makna ini, maka yang dipikulnya kepada-Nya. Menurut Abdurrahman an-Nahlawi ini berarti, sumber-sumber Islam dan pendidikan Islam itu sama, yakni yang terpenting, Al-

  Qur’an dan Sunnah Rasul. Tidak diragukan lagi, al-Qur’an telah meninggalkan dampaknya terhadap pribadi Rasulullah saw. Dan para shabahatnya. Aisyah istri beliau, telah memberikan kesaksiannya tentang hal itu,. Dikatakannya:

  َناَك ُهُقُلُخ

  • َنآْرُقْلا

  "Akhlak beliau adalah al- Qur’an”.

  Secara sistematik, kata as-sunnah berarti: perjalanan hidup, metode dan jalan. Secara ilmiah berarti: kumpulan sabda Rasulullah saw., perbuatan, peninggalan, sifat, ikrar, larangan, apa yang disukai dan tidak disukai, bela negara, ihwal dan kehidupannya.

  Pribadi Rasulullah saw. juga merupakan contoh edukatif yang sempurna bagi manusia. Orang yang mengkaji kepribadian Rasulullah saw. akan mengetahui, bahwa beliau benar-benar seorang pendidik yang agung, mempunyai metode pendidikan yang luar biasa dan memperhatikan segala kebutuhan dan tabiat anak-anak. (An-Nahlawi, 1992: 41, 46-47)

  Sedangkan, sumber-sumber pendidikan Islam menurut Hasan Al- Banna dapat diformulasikan sebagai berikut: Pertama,Al-

  Qur’an. Alqur’an

  sebagai pendidikan Islam yang pertama dan utama. Dalam keyakinan Al- Banna bahwasanya Al-

  Qur’an mesti menjadi dasar moralitas individu, dan menekankan penerapan syari’ah dalam seluruh permasalahan termasuk Qur’an menduduki tempat paling depan dalam pengambilan sumber-sumber pendidikan lainnya. Segala kegiatan dan proses pendidikan Islam haruslah senantiasa berorientasi kepada prinsip-prinsip dan nilai-nilai Al-

  Qur’an. Al-Qur’an diturunkan Allah untuk menunjukkan manusia ke arah yang lebih baik. Allah menjelaskan ini dalam firman-Nya;

  • “Dan kami tidak menurunkan kepadamu al-kitab (Al-Qur’an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi manusia beriman. (QS. An-Nahl/16: 64) (Depag, 2011: 267) Karenanya wajar bila segala kegiatan dan proses pendidikan Islam senantiasa berorientasi kepada prinsip-prinsip Al- Qur’an. Alqur’an memberikan prinsip yang sangat penting bagi pendidikan, yaitu penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia, serta memelihara kebutuhan sosial.

  َنْوُ نِم ْؤُّ ي ٍمْوَقِهل ًةَْحََرمو ىًدُهَو ِهْيِف اْوُفَلَ تْخا ىِذملا ُمَُلَ َِهيَْ بُ تِل ملاِا َبَتِكْلا َكْيَلَع اَنْلَزْ نَا آَمَو

  Kedua, Al-Sunnah. Sumber pendidikan Islam kedua adalah Sunnah Nabi. Menurut Al-Banna sunnah Nabi merupakan cerminan prinsip, manifestasi wahyu dalam segala perbuatan, perkataan dan taqrir Nabi.

  Sebagai mana Al- Qur’an, Sunnah Nabi mesti menjadi dasar moralitas individu dan menjadi tuntutan yang harus di ikuti. Dalam sunnah Nabi terkandung unsur-unsur pendidikan yang sangat berarti.

  Sehubungan dengan persoalan di atas, Hasbi Ash-Shiddieqy mengatakan, bahwa sunnah menurut istilah muhaaditsin, ialah segala yang dinukilkan dari Nabi Saw, baik berupa perkataan, perbuatan maupun demikian itu sebelum Nabi Saw, diangkat menjadi rasul, maupun sesudahnya.

  Dalam kaitannya dengan lapangan pendidikan, menurut an- Nahlawi Sunnah Nabi mempunyai dua faedah yang sangat besar yaitu: 1.

  Menjalankan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menerangkan hal-hal kecil yang terdapat di dalamnya.

  2. Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah Saw, bersama para sahabatnya, perlakuannya terhadap anak-anak dan penanaman keimanan ke dalam jiwa yang dilakukannya.

  Ketiga, Kata-kata Sahabat. Sumber ketiga pendidikan Islam adalah kata-kata sahabat. Hal ini disebabkan bahwa para sahabat bergaul dekat dengan Nabi SAW, akhirnya banyak mengetahui Sunnah Nabi yang menjadi sumber kedua pendidikan Islam. Karenanya sudah tentu kata-kata dan perbuatannya sahabat pun dapat dimasukkan sebagai sumber pendidikan Islam.

  Keempat, Nilai-nilai Sosial Masyarakat. Sumber pendidikan Islam yang keempat adalah nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran Al- Qur’an dan Sunnah Nabi di atasprinsip mendatangkan kemaslahatan bagi manusia. Dengan sumber ini, maka pendidikan Islam dapat diletakkan di dalam kerangka sosiologis, selain menjadi sarana transmisi pewaris kekayaan sosial budaya yang positif bagi kehidupan manusia. kelima pendidikan Islam adalah warisan pemikiran-pemikiran dalam Islam. Dalam hali ini hasil pemikiran para ulama, filosof, cendikiawan muslim, khususnya dalam bidang pendidikan dapat menjadi referensi (sumber) pengembangan pendidikan Islam. (Iqbal, 2015: 413-414) C.

   Unsur-Unsur Pendidikan 1.

  Tujuan Pendidikan Islam Amirah, S.Pd., M.Si. dalam bukunya Mendidik Anak di Era

  Digital berpendapat bahwa pendidikan merupakan pilar utama dalam membangun bangsa. Tinggi rendahnya derajat suatu bangsa ditentukan kualitas pendidikan masyarakatnya. Karenanya dengan pendidikan yang tepat akan melahirkan anak-anak didik bangsa yang bermoral, cerdas, memiliki etos kerja dan inovasi yang tinggi. Oleh sebab itu yang terpenting dalam sebuah tujuan pendidikan adalah menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki manusia sehingga berakhlak mulia, berfikir cerdas, kuat dan kreatif, inisiatif dan responsitif.

  (Amirah, 2010: 3) Karena tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau kegiatan selesai. (Daradjad, 2011: 29) Menurut KH. MA Sahal Muhfudh Tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang terangkum dalam (pendidikan pesantren), ialah membentuk manusia yang akrom (lebih bertakwa kepada Allah SWT.) dan memanfaatkan, menyeimbangkan dan melestarikan) dengan tujuan akhir untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. (Zubaedi, 2007: 206)

  KH. MA Sahal Mahfudh menegaskan bahwa “akrom” merupakan mencapai kelebihan dalam kaitan manusia sebagai makhluk terhadap Kholik-nya, untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, seperti firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:

  • Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah SWT. Ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu”.

  , ٌرْ يِبَخ ٌمْيِلَع َهللّا منِإ ْمُكَقْ تَأ ِهللّا َدْنِع ْمُكَم َرْكَأ منِإ

  (Depag, 2011: 515) Dalam hal ini, pesantren secara institusional telah menekankan pandangan terhadap ilmu pengetahuan keagamaan (tafaqquh fiddin).

  Sedangkan shaleh berarti manusia yang secara potensial mampu berperan aktif, berguna dan terampil dalam kaitannya dengan kehidupan sesama makhluk. (Zubaedi, 2007: 207)

  Filosofis sholeh diambil dari surat ke 21 Al-

  Anbiya’ ayat 105:

  • َنْوُحِلمصلا َيِداَبِع اَهُ ثِرَي َضْرَْلاا منَا ِرْكِهذلا ِدَعَ ب ْنِم ِرْوُ بمزلا ِفِ اَنْ بَ تَك ْدَقَلَو

  “Dan sungguh, telah kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuz), Bahwasanya bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-

  Ku yang sholeh”. (Depag, 2011: 331) Berdasarkanpada ayat ini Pendidikan Islam (pesantren) mencoba memberikan bekal ilmu pengetahuan, yang punya implikasi sosial menyeluruh dan mendasar. Seperti: ilmu pertanian, ilmu politik teknologi, perindustrian, ilmu kebudayaan dan lain sebagainya. Menurut kalangan pesantren, pengkajian ilmu-ilmu semacam itu bersifat kolegial (fardlu

  Baik lembaga pesantren maupun pendidikan yang dikelola pemerintah (madrasah), merupakan proyek besar dari tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang tercantum dalam BAB II pasal 3 UUSPN disebutkan bahwa; pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UUD no. 20 th 2003, 2003: 12)

  Pada BAB I pasal 4, tujuan pendidikan agama dalam segala tingkat pengajaran umum adalah sebagai berikut:

  1. Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati kanak-kanak yaitu dengan mengingatkan hikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.

  2. Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam kanak-kanak.

  3. Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya mengikut suruhan Allah dan meninggalkan segala laranganNya, baik kepada Allah maupun kepada masyarakat, yaitu dengan mengisi hati mereka, supaya takut kepada Allah dan ingin akan pahalaNya.

  4. Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya membiasakan akhlak yang mulia dan adat kebiasaan yang baik.

  5. Mengajar peajaran-pelajaran, supaya mengetahui macam- macam ibadah yang wajib dikerjakan dan cara melakukannya, serta mengetahui hikmah-hikmahnya dan pengaruhnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

  6. Memberi petunjuk mereka untuk hidup di dunia dan menuju akhirat.

  7. Memberi contoh dan suri teladan yang baik, serta pengajaran dan nasihat-nasihat.