RELEVANSI ANTARA KONSEP PENDIDIKAN SPIRITUAL SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANI DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar
RELEVANSI ANTARA KONSEP PENDIDIKAN
SPIRITUAL SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANI
DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM
DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
Tri Miftakhul Janah
NIM 11112213
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
(Syaikh Abdul Qadir Al Jailani)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Menjalankan perintah Allah, menjauhi segala larangan-Nya, dan ridho
terhadap ketetapan-Nya
- Suamiku Nur Arifin tercinta, yang selalu memberiku motivasi dalam
menjalani kehidupan ini dengan penuh kasih sayang, yang selalu membimbing dan mengarahkanku dengan penuh kesabaran
- Anakku tercinta Ahmad Hikam Asyauqi, yang selalu ceria untuk
menghiburku di sepanjang waktu
- Orang tuaku yang telah membesarkan dan mendidikku serta selalu
mendoakanku di setiap langkahku untuk kesuksesanku
- Mertuaku yang selalu mendoakanku
- Kakak-kakakku, keponakanku dan segenap keluargaku yang selalu
mendukungku
- Sahabat-sahabatku seperjuangan yang selalu memberiku semangat
dalam menimba ilmu
KATA PENGANTAR
الله الرحمن الرحيم مسب
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telahmemberikan rahmat dan Hidayah-Nya. Sholawat serta salam penulis
sanjungkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. Sehingga
penyusunan skripsi yang mengambil judul “Konsep Pendidikan Spiritual
Syaikh Abdul Qadir al Jailani” dapat diselesaikan.Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak
bantuan dari berbagai pihak, baik berupa material maupun spiritual.
Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada yang terhormat:1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga 3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Drs. Ahmad Sulthoni,M.Pd selaku dosen pembimbing akademik 6. Bapak / Ibu dosen beserta karyawan IAIN Salatiga 7. Bapak dan Ibu tercinta
8. Dan seluruh teman yang membantu dalam penulisan skripsi ini
ABSTRAK
Konsep Pendidikan Spiritual Syaikh Miftakhul janah, Tri. 2016. 11112213. Abdul Qadir al Jailani. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag.
Kata kunci: Konsep Pendidikan Spiritual, Konsep Pendidikan di Indonesia
dan Syaikh Abdul Qadir al Jailani Penulisan skripsi ini sebuah upaya untuk mengupas lebih dalamtentang sosok waliyullah yang sangat terkenal, yakni Syaikh Abdul Qadir al
Jailani. Penulisan ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan dari
permasalahan: 1. Bagaimana biografi syaikh Abdul Qadir al Jailani? 2.
Bagaimana konsep pendidikan spiritual Syaikh Abdul Qadir al Jailani? 3.
Bagaimana relevansi antara konsep pendidikan spiritual Syaikh Abdul
Qadir al Jailani terhadap Pendidikan Islam di Indonesia?Data penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyan tersebut
penulis peroleh dari membaca buku-buku, artikel, kitab karya Syaikh Abdul
Qadir al Jailani, dan mencari di internet hal-hal yang berkaitan dengan
Syaikh Abdul Qadir al Jailani. Sehingga dapat dipastikan bahwa penelitian
ini termasuk penelitian library research.Hasil dari penelitian dalam skripsi ini dapat diketahui bahwa Syaikh
Abdul Qadir Al Jailani adalah seseorang yang sangat terkenal kekeramatan
spiritualnya pada masa itu. Sehingga beliau diberi gelarShulthanul Auliya‟,
sebuah gelar yang sangat mulia karena menjadi rajanya para wali. Adapun
konsep pendidikan spiritualnya yaitu konsep tauhid (kitab al fath ar rabbani
wal faidhu rahmani), konsep akhlaq atau adab (kitab al ghunyyah li thalib
thariqi al haq azza wa jalla), konsep thariqat (kitab sirr al asar), konsep
muamalah (kitab al ghunyah li thalibi thariqi al haq azza wa jalla). Relevansi
antara konsep pendidikan spiritual Syaikh Abdul Qadir Al Jaiani terhadap
konsep pendidikan Islam di Indonesia dapat ditemukan bahwa konsep
tauhid pada zaman Syaikh sangat ditekankan dalam mewujudkan
pembelajaran yang sempurna. Dan kini konsep tauhid juga digunakan
dalam konsep pendidikan Islam di Indonesia dalam mewujudkan
pembelajaran yang ideal. Jadi, Syaikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai waliyullah yang sangatterkenal di masanya itu, dalam mengelola madrasahnya beliau sangat
menekankan konsep ketauhidan menjadi dasar sebuah proses pembelajaran
yang diampunya. Sehingga mampu, menciptakan generasi yang berakhlaq
mulia berdasarkan dengan spiritual. Sangatlah relevan dengan konsep
pendidikan di Indonesia yang juga menekankan konsep tauhid sebagai dasar
dalam proses pembelajaran yang islami.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii
PENGESAHAN ........................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1 A.
1 Latar Belakang ......................................................................................
B.
4 Rumusan Masalah ................................................................................
C.
4 Tujuan Penelitian ..................................................................................
D.
5 Manfaat Penelitian ...............................................................................
E.
6 Penegasan Istilah ..................................................................................
F.
8 Metode Penelitian ..................................................................................
G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 10 BAB II BIOGRAFI SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANI ...............
11 A. Riwayat Hidup Syaikh Abdul Qadir al Jailani .................................. 11 B. Guru-guru Syaikh Abdul Qadir al Jailani ......................................... 16 C. Murid-murid Syaikh Abdul Qadir al Jailani ..................................... 18 D. Karya-karya Syaikh Abdul Qadir al Jailani ...................................... 19
BAB III KONSEP PENDIDIKAN SPIRITUAL SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANI .................................................................................
23 A. Konsep Pendidikan Spiritual dalam Kitab Tafsir al Jailani dan kitab Jalaaul khathir .......................................................................................
23 B.
Konsep Pendidikan Spiritual Al Fath al Rabbani wal Faidhu al Rahmani
............................................................................................................. 27C.
Konsep Pendidikan Spiritual dalam Kitab Futuh al Ghoib .............. 38
D. Konsep Pendidikan Spiritual dalam Kitab Al Ghunnyah li Thalibi
Thariqi al Haq „Azza wa Jalla ............................................................... 41
E.
Konsep Pendidikan Spiritual dalam kitab Sirr al Asrar.................... 45
F.Klasifikasi Konsep Pendidikan Spiritual Syaikh Abdul Qadir Al Jailani 57
BAB IV PEMBAHASAN ...........................................................................58 A.
Konsep Pendidikan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani .......................... 58
B.
Konsep Pendidikan Islam di Indonesia ............................................... 59
C. Relevansi antara Konsep Pendidikan Spiritual Syaikh Abdul Qadir al Jailani terhadap Pendidikan Islam di Indonesia ...........................65 BAB V PENUTUP .......................................................................................
66 A.
Kesimpulan ............................................................................................ 66
B.Saran ...................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................70 LAMPIRAN-LAMPIRAN .........................................................................
74
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I : Daftar Riwayat Hidup Lampiran II : Lembar Konsultasi Lampiran III : Daftar Nilai SKK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan berkembangnya segala sesuatu di alam semesta ini, dari
segi teknologi ataupun kecanggihan lainnya. Manusia memikirkan hal dunia atau bisa dikatakan dengan hubbudunya, yang dapat diartikan sebagai orang yang terlalu senang dengan dunia atau orang yang terlalu cinta dengan dunia. Sehingga fikiran mereka terfokus untuk selalu bekerja, bekerja dan bekerja. Padahal ada sosok sufi pada zaman dahulu yang sangat terkenal akan kezuhudannya, terkenal akan
kewira‟ianya. Wira‟i
yang dapat diartikan orang yang berhati-hati dalam urusan dunia. Beliau ini sangatlah tidak tertarik dengan dunia sedikitpun, sehingga beliau dapat menggapai ma‟rifat cinta kepada Allah.
Dengan pernyataan tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui seseorang
Sulthanul Auliya‟ (Rajanya para wali) yakni Syeikh Abdul
Qadir al Jailani. Baliau ini adalah seorang sufi yang sangat terkenal. Beliau juga pendiri sebuah thariqat yang diberi nama thariqat qodiriyah. Menurut penulis, jika mengetahui cara beribadah seseorang yang sudah sangat berhati-hati dalam hidup di dunia ini, maka makhluk di dunia akan berfikir bagaimana cara dekat dengan Allah dengan meneladani orang-orang mulia yang terdahulu. Karena, jaman modern seperti sekarang ini jika kita tidak membuka mata hati untuk mengikuti ajaran-ajaran umat terdahulu yang sudah pasti dijamin keselamatannya mungkin kekacauan di dunia ini semakin merajalela. Sekarang sudah menjadi jaman kemrosotan etika, moral, dan segala yang berhubungan dengan ilmu. Manusia di dunia ini diciptakan tidak hanya untuk memikirkan dirinya sendiri saja, akan tetapi juga harus memikirkan yang lain juga. Apalagi sudah tertera dalam al- qur‟an surah at tahrim: 6, yang berbunyi:
ٌةَكِئلاَم اَهْيَلَع ُةَساَج ِحْلاَو ُساَّنلا اَهُدىُق َو اًساَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْنَأ اىُق اىُنَمآ َنيِزَّلا اَهُّيَأ اَي َوو ُشَمْ ُي اَم َوىُلَ ْفَي َو ْمُهَشَمَأ اَم َ َّاا َوىُ ْ َي ٌداَذِ ٌلالاِ Allah berfirman: ”Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahab bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”(Depag,
Al Qur‟an Terjemah: 560) Dan surah anisa:9
اًذيِذَس ً ْىَق اىُلىُقَيْل َو َ َّاا اىُقَّتَيْلَف ْمِهْيَلَع اىُفاَخ اًفاَ ِض ًةَّي ِّسُر ْمِهِفْلَخ ْنِم اىُكَشَت ْىَل َنيِزَّلا َشْخَيْلَو
Allah berfirman: “Hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar” (Depag, Al Qur‟an Terjemah:78) Ayat ini melarang kita meninggalkan orang yang lemah, jika kita khawatir akan kesejahteraan mereka.Dalam Islam manusia diciptakan sebagai khalifah di dunia. Maka kita harus selalu belajar untuk taat kepada Allah dan rasulnya. Setidaknya kita mampu melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim yakni yang berhubungan dengan rukun Islam kemudian rukun iman serta hubungan antar makhluk.
Dalam buku yang berjudul Jalan Menuju Cinta Ilahi di petik dari kitab Al Fathur Rabbani Wal Faidhurrahmani karangan Syaikh Abdul Qadir al Jailani beliau menuliskan nasihat yang berbunyi: Wahai orang yang sedikit ilmunya, belajarlah, kemudian pisahkan diri dari manusia
(Syaikh Abdul Qadir al Jailani,2007:16). Maksud dari perkataan beliau adalah memisahkan hati kita dengan manusia-manusia,walau kita dalam kebersamaan mereka. Karena menurut beliau secara lahir kita diciptakan untuk memperbaiki manusia tetapi hati atau batin mereka tetap bersama Alloh. Sungguh mulia ajaran sufi ini, beliau tidak pernah bakhil, apa yang beliau terima maka akan diberikan kepada orang lain.
Sangat berbeda sekali dengan pendidikan pada masa sekarang ini sudah banyak yang terlepas dari peneladanan tokoh yang ada di masa dahulu. Banyak orang yang pandai tapi untuk dirinya sendiri, tak seperti di zamannya Syaikh Abdul Qadir. Beliau setelah menerima ilmu dari gurunya langsung diberikan kepada yang lainnya.
Sehingga pendidikan era modern ini mengalami kemerosotan moral yang sangat drastis. Dengan berpegang dengan tokoh ulama yang terdahulu, kemungkinan besar pendidikan di masa sekarang akan lebih membaik lagi dalam persoalan akhlaq, tauhid, dan muamalah. Maka dari itu, pemaparan biografi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dan penelaahan kitab-kitab karangan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani ini dapat menambah wawasan sehingga pendidikan di masa sekarang mempunyai dasar islam yang mendalam dengan meneladani seorang tokoh sufi.
Dari kata-kata mutiara yang indah tersebut sehingga penulis ingin mengakat judul Konsep Pendidikan Spiritual Syaikh Abdul Qadir al
Jailani.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas. Maka perlu adanya rumusan masalah, yang akan dikaji dalam penelitian ini.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah 1.
Bagaimana biografi Syaikh Abdul Qodir al Jailani? 2. Bagaimana konsep pendidikan spiritualnya Syaikh Abdul Qadir al Jailani?
3. Bagaimana relevansi antara konsep pendidikan spiritual Syaikh Abdul Qadir al Jailani terhadap pendidikan Islam di Indonesia? C.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Biografi Syaikh Abdul Qadir al Jailani.
2. Untuk memahami dan menghayati konsep pendidikan spiritual Syaikh Abdul Qadir al Jailani.
3. Untuk mengetahui relevansi antara konsep pendidikan spiritual Syaikh Abdul Qadir Al Jailani terhadap pendidikan Islam di Indonesia D.
Manfaat Penelitian
Segala perbuatan yang dilakukan diharapkan mengandung manfaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Oleh sebab itu, berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan penulis, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, sebagai berikut:
1. Manfaat bagi Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Sebagai bahan dokumentasi bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam, dan menjadi masukan untuk lembaga agar mempunyai pandangan yang luas terhadap ilmu ketasawufan.
2. Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan Sebagai sarana yang bisa dibaca dan bisa menjadi sumber rujukan untuk memperoleh informasi yang terkait dengn ilmu ketasawufan para
auliya‟illah. Sehinggadapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang sebelumnya sudah ada.
3. Manfaat bagi peneliti Menambah wawasan keilmuan tentang ketasawufan para
auliya‟, sehingga mampu menerapkan dalam kehidupan sehari- hari.
E. Penegasan Istilah
Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas dalam skripsi ini, perlu penulis batasi ruang lingkup istilah yang berkaitan dengan skripsi ini.
Terutama yang berkaitan dengan istilah konsep, pendidikan, spiritual, dan Syaikh Abdul Qadir al jailani. Yang mana ketiga istilah tersebut akan sering di gunakan dalam tulisan skripsi ini.
1. Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata (Soedjadi, 2000:14).
2. Pendidikan Pendidikan dalam UU NO 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat.
Sedangkan kata pendidikan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik yang berarti memelihara, materi latihan mengenai ahlak dan kecerdasan pikiran, sehingga pendidikan berarti proses mengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dengan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan proses, cara, perbuatan, mendidik (W. J. S. Poerwadaminta,1999:250).
3. Spiritual Spiritual adalah memiliki arah tujuan, yang secara terus menerus meningkatkan kebijaksanaan dan kekuatan berkehendak dari seseorang, mencapai hubungan yang lebih dekat dengan ketuhanan dan alam semesta, dan menghilangkan ilusi dari gagasan salah yang berasal dari indra, perasaan, dan pikiran. Spiritualitas memiliki dua proses, pertama, proses ke atas, yang merupakan tumbuhnya kekuatan internal yang mengubah hubungan seseorang dengan Tuhan. Kedua, proses ke bawah yang ditandai dengan peningkatan realitas fisik seseorang akibat perubahan internal (Hasan, 2006:289-290).
4. Syaikh Abdul Qadir al Jailani
Syaikh Abdul Qadir al Jailani adalah seorang sufi yang sangat terkenal. Beliau seorang pencetus adanya tariqat, dimana tariqat itu sendiri adalah jalan untuk menuju Alloh dengan mengamalkan dan menghayati ajaran yang diterimanya. Biasanya tarekat ini diadakan di sebuah pondok-pondok kemudian dilaksanakan secara bersama-sama.
Syaikh Abdul Qadir al Jailani ini adalah sosok wali Allah paling dimuliakan, karena riyadhoh beliau sangatlah kuat dan hanya mempunyai satu tujuan yaitu menggapai cinta Allah (Asrifin, tt. : 195).
F. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode, diantaranya:
1. Sumber Data
Sumber data yang di peroleh dari buku-buku yang berhubungan langsung dengan topik pembahasan. Sumber data di bagi menjadi dua, yaitu a.
Sumber data primer yaitu data yang di ambil dari sumber utamanya. Di sini penulis cantumkan beberapa sumber primernya antara lain: i. Qadir al jailani, Abdul. Tafsir al Jailani juz
1,
Pakistan :Maktabah Ma‟rufiyah ,2010 ii. Qadir al Jailani, Abdul. Al-Fath al-Rabbani Wal-
Faidhu al-Rahmani .Kairo:Dar ar-Rayyan,tt
iii. Qadir al Jailani, Abdul. Futuh al Ghoib. Damaskus: Khuquq at Thiba‟ Mahfudhoh li Nasyir, 1973 iv. Qadir al Jailani, Abdul. Jalaaul Khathir. Damaskus: Dar Ibnu Qayyim, 1994 b. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang di ambil dari sumber data yang kedua. Yang berfungsi untuk penguat dari sumber data yang utama. Antara lain: i. Asrifin, Tokoh-Tokoh Shufi (Surabaya: Karya
Utama) ii. Syaikh Muhammad Bin Yahya At-Tadafi,
Qala‟id Al- Jawahir, diterjemahkan ke dalam bahasa
indonesia menjadi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani:
Mahkota Para Aulia (Jakarta: Prenada,2005)
iii. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, terjemah kitab Al-
Ghunyah Mencari Jalan Kebenaran (Yogyakarta:
Citra Risalah, 2010) iv. Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, Kutipan dari kitab
Al Fathur Rabbani wal Faidhur Rahmani,
diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia menjadi
Jalan Menuju Cinta Ilahi, oleh Masrahan Ahmad
(Yogyakarta: Citra Media,2007) 2. Pengumpulan Data Dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan data dengan membaca buku-buku, majalah atau artikel, makalah, dan mencari di website yang berkaitan dengan pembahasan tentang Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani kemudian hasil membaca tersebut diolah menjadi pembahasan yang dapat mudah dipahami.
3. Analisis data
Melihat dari sumber-sumber yang ada hanyalah berupa buku- buku maka penulisan skripsi ini termasuk penelitian library
research.
G. Sistematika Penulisan
Guna memperoleh gambaran yang jelas, dan mudah dalam memahami isi pembahasan dari skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II Berisi tentang biografi dan sejarah kehidupannya Syaikh Abdul Qadir al Jailani BAB III Menguraikan pembahasan tentang konsep spiritualnya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dari beberapa kitab BAB IV Menguraikan relevansi antara konsep pendidikan spiritual Syaikh Abdul Qadir Al Jailanidengan pendidikan Islam di Indonesia
BAB V Penutup BAB II BIOGRAFI SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANI A. Riwayat Hidup Syaikh Abdul Qadir Al Jailani Syaikh Abdul Qadir Al Jailani lahir pada hari Senin pada bulan Ramadhan pada tahun 470 H/ 1077 M di Jailan Thabaristan
(Asrifin,tt:193). Nama desa ini kemudian dinisbatkan kepada nama akhir beliau yakni Al Jilani atau al jili (Muchsin Nur Hadi, 1993:16). Sedangkan tahun kelahiran beliau yakni pada tahun 470 H ini berdasarkan atas ucapan beliau kepada putranya (Abdurrazaq) bahwa beliau berusia 18 tahun ketika memasuki Baghdad dan bertepatan dengan wafatnya At-Tamimi dan Umari pada tahun 488 H (Syaikh Muhammad bin Yahya At Tadafi, 2005:339).
Syaikh Abdul Qadir Al- Jailani termasuk sayyid, keturunan Nabi Muhammad SAW atau di Indonesia sering disebut habib. Marga beliau al Hasani wal-husaini. Maksudnya al hasani adalah nasab dari jalur ayah, sedangkan al husaini nasab dari jalur ibu. Ayahnya bernama Abu Shalih Musa “Janki Daust.” (Samsul Ma‟arif, 2014:16-17).
Adapun nasab beliau dari garis keturunan ayah adalah Syaikh Abdul Qadir Al Jailani bin Musa bin Janki Dusat bin Abi Abdillah bin Yahya Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdillah al Mahdi bin Hasan al Mutsanna bin Hasan as Sibthi bin Ali bin Abi Thalib wabni Fatimah az Zahro al bathul binti Sayyidina Muhammad SAW. (Abu Muhammad Shalih Mustamir Al Hajaini, tt: 11)
Sedangkan ibunya bernama Ummul Khoir Ummatul Jabbar Fathimah adalah putri Sayyid Muhammad putra Abdulloh as- Shauma‟i, putra Abi Jamaluddin as-Sayyid Muhammad, putra al-Iman Sayid Mahmud bin Thahir, putra al-
Imam Abi Atha‟, putra Sayyid Abdullah al- Iman Sayid Kamaludin Isa, putra Imam Abi Alaudin Muhammad al- Jawad, putra Ali Rido Imam bi Musa al Qadim, putra Ja‟far Shadiq, putra Imam Muhammad al Baqir, putra Zaenal Abidin, putra Abi Abdillah al Husain, putra Ali bin Abi Tha lib (Samsul Ma‟arif, 2014:18).
Beliau sejak lahir sudah menunjukkan keistimewaan yang luar biasa dibandingkan dengan bayi umumnya. Saat beliau lahir yaitu pada bulan ramadhan, beliau tidak mau menyusu di saat siang hari dan menyusu pada saat berbuka, bahkan beliau sampai di jadikan pertanda datangnya bulan Ramadhan (Samsul Ma‟arif, 2014: 21). Ibu beliau Fatimah binti Syaikh Abdullah Ash-
Shaum‟i. Diriwayatkan darinya,” Setelah lahir anakku Abdul Qadir tidak mau menyusu pada saat bula Ramadhan. Oleh karena itu, jika orang-orang tidak dapat melihat hilal penentuan bulan Ramadhan, mereka mendatangiku dan menanyakan hal tersebut padaku.
Jika aku menjawab, “Hari ini anakku tidak menyusu” maka orang-orang pun mengerti bahwa bulan Ramadhan telah tiba. Bahwa beliau bayi yang tidak menyusu pada bulan Ramadhan adalah sesuatu yang masyhur di Jilan.
Diriwayatkan bahwa saat mengandung beliau, usia ibunya 60 tahun. Ada yang menyatakan bahwa tidak ada perempuan hamil pada usia 60 tahun kecuali wanita Quraish dan tidak ada wanita yang dapat hamil pada usia 50 tahun kecuali wanita Quraish (Syaikh Muhammad bin Yahya At-Tadafi, 2005: 2).
Beliau tergolong pemuda yang cerdas, pendiam, berbudi pekerti luhur, penurut nasehat orang tua, dan sering bermenung diri ambil manfaat nalarnya, cinta akan ilmu pengetahuan dan senang melakukan riyadlah dan mujahadah melawan hawa nafsu, mencintai faqir miskin, dan gemar beramar ma‟ruf dengan sesama manusia (Asrifin, tt: 194). Diriwayatkan bahwa Syaikh Abdul Qadir sedikit bicara dan selalu menjaga apa yang diucapkannya. Beliau selalu menerima tamu dan tidak pernah keluar dari madrasahnya kecuali pada hari Jum‟at. Pada hari itu beliau pergi ke masjid atau kamar kecil di masjid (Syaikh Muhammad bin Yahya At- Tadafi,2005:11). Beliau sangat mudah meneteskan air mata, rendah hati, menolong karena Alloh, tidak pernah menolak pengemis, dan masih banyak lagi. Beliau menjadi pertolongan taufiq Allah sebagai dasar hidupnya, kekuatan dari Allah sebagai jalannya, ilmunya sebagai pembersih dosa, taqarrub kepada Allah sebagai penguat maqam kewalianya, ma‟rifat kepada Allah sebagai bentengnya, firman berupa perintah Allah menjadi perilakunya, bermesraan dengan Allah sebagai kawan berbincangnya, lapang dda sebagai kecintaannya, kebenaran sebagai lambang hidupnya, sifat penyantun sebagai wataknya, dan zikir kepada Allah sebagai kata-katanya (Muchsin Nur Hadi, 1993: 17).
Ketika usia remaja, Syaikh Abdul Qadir mengetahui bahwa menuntut ilmu wajib hukumnya dan merupakan obat bagi jiwa yang sakit, kemudian beliau bertekad untuk menguasainya. Maka beliau pergi ke imam-imam dan para syaikh sufi untuk mempelajari ushul dan
furu‟
sampai beliau menguasai semua itu (Syaikh Muhammad bin Yahya At- Tadafi, 2005:5). Beliau menuntut ilmu di Baghdad, sebelum memasuki Baghdad beliau bertemu dengan nabi Khidir as. yang menghalanginya masuk da n berkata,”aku tidak memiliki perintah yang membolehkanmu memasuki Baghdad hingga 7 tahun ke depan.” Dan akhirnya beliau bermukim di tepian Baghdad dan hidup dari sisa-sisa makanan selama 7 tahun sampai akhirnya ada perintah masuk ke Baghdad (Syaikh Muhammad bin Yahya At-Tadafi, 2005:3).
Sesampainya di Baghdad, Syaikh Abdul Qadir al Jailani tak henti- hentinya belajar dan terus belajar. sebagai seorang yang tergolong cerdas, Abdul Qadir al Jailani sangat cepat dalam menguasai materi-materi yang diajarkan oleh para gurunya. Selama belajar di Baghdad, karena sedemikian jujur dan murah hati, ia kerap lapar. Hal ini bukan karena kejujuran dan kemurahan hati Abdul Qadir al Jailani dapat menimbulkan penderitaan, akan tetapi uang syaikh Abdul Qadir al Jailani banyak digunakan untuk membantu teman-temannya yang lebih membutuhkan.
Meskipun demikian, ia tetap tegar dalam menjalani proses kehidupan dalam mencari ilmu di Baghdad (Nur Kholis Anwar, 2015: 18), maka dapatlah beliau menguasai segala pelajaran beliau.Beliau menjadi pelajar yang paling baik di masa itu. Beliau telah membuktikan bahawa beliau adalahmufti yang paling besar di zamannya. Tetapi hatinya yang cenderung kepada kerohanian itu makinmemberontak hendak keluar. Beliau selalu bermujahadah untuk menguasai nafsu amarah yang adapada beliau itu. Beliau selalu berpuasa dan tidak mahu meminta makanan dari sesiapa pun walaupun tidak makan beberapa hari lamanya. Beliau mencari orang-orang sufi di Baghdad dan bergaul denganmereka. Dalam mencari-cari itu bertemulah beliau dengan seorang sufi bernama Hamad, seorang penjual syarabah (minuman) tetapi adalah seorang wali Allah yang besar di zamannnya. Berangsur-angsurlah wali ini membimbing Abdul Qadir dalam Thariqah Sufiah. Hamad ialah seorang yang garangdan kasar dan layanan beliau terhadap Abdul Qadir ini sangatlah teruk. Tetapi Abdul Qadirmemandang semua itu sebagai cara membetulkan kerusakkan-kerusakkan yang ada pada dirinya (Syaikh Abdul Qadir al Jailani, 2006: 2).
Suatu ketika saat beliau sedang ceramah, beliau melihat cahaya terang benderang mendatangainya. Beliau bertanya,”Apa ini dan ada apa?”, kemudian sebuah suara menjawab,”Rasulullah akan datang m enemuimu untuk memberikan selamat”.
Sinar tersebut semakin membesar dan beliau mulai masuk dalam kondisi spiritual yang membuat setengah sadar. Lalu beliau melihat Rasulullah di depan mimbar, mengambang di udara dan memanggil beliau,” Wahai Abdul Qadir”. Begitu gembiranya beliau atas kedatangan Rasulullah, kemudian beliau melangkah naik ke udara menghampiri Rasulullah. Rasulullah meniup ke dalam mulutnya 7 kali. Kemudian Sayyidina Ali datang meniup 3 kali. Rasulullah kemudian memakaikan sebuah jubah kehormatan kepada beliau. Jubah yang dikhususkan kepada orang-orang yang mendapat derajat Qutb dalam jenjang kewalian (Syaikh Muhammad bin Yahya At Tadafi, 2005:33).
B. Guru-guru Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
Beliau belajar dari banyak ulama‟ besar pada zamannya, diantaranya:
1. Guru di bidang Tasawuf , Syaikh Abu Ya‟qub Yusuf bin Ayyub bin Yusuf bin Husain Al-Wahrah Al-Hamdani (Syaikh Muhammad Yahya At- Tadafi,2005:6) 2. Guru di bidang Fiqih, Abi Wafa‟ Ali bin „Aqil 3. Guru di bidang Adab,Abi Zakaria At Tibrizi 4. Guru di bidang Tariqat: Syaikh Abi Khoer Hammad bin Muslim bin
Darowatid Dibbas (Abdul Mufti bin Shalih, 2014: 1) 5. Guru di bidang Hadits antara lain: Sayyid Abul Barakat Thalhah al- Aquli,
Abul Ana‟im Muhammad ibn „Ali ibn Maimun al-Farsi, Abu „Utsman Isma‟il ibn Muhammad al-Ishbihani, Abu Ghalib Muhammad ibn Hasan al-
Baqillani, Abu Muhammad Ja‟faribn Ahmad ibn al-Husaini, Sayyid Muhammad Mukhtar al-
Hasyimi, Sayyid Abu Manshur „Abdur Rahman al- Qaz‟az dan Abul Qasim „Ali ibn Ahmad Ban‟an al-Karghi
6. Guru di bidang ilmu Qira‟at, Tafsir dan Syari‟at antara lain: Abu Zakaria
Yahya ibn Ali at- Tabrizi, Abu Sa‟id ibn Abdul Karim, Abul Ana‟im
Muhammad ibn Ali ibn Muhammad, Abu Sa‟id ibn Mubark al-Makhzumi 7. Guru di bidang Fiqih dan Ushul Fiqh antara lain: Syekh Abu al-Wafa „ibn
„aqil al- Hanbali, Abul Hasan Muhammad ibn Qadhi Abul Ula, Syekh Abul Khatab Mahfuzh al- Hanbali, dan Qadhi Abu Sa‟id al-Mubrak ibn Ali al-Makhzumi al-Hanbali.
Setelah menempuh pendidikan dengan tekun, Syaikh Abdul Qadir al Jailani lulus dari Jami‟ah Nizhamiyah. Pada masa itu tidak ada satupun alim di muka bumi yang lebih faqih dan saleh dibandingkan dengan Syaikh Abdul Qadir al Jailani.
Abu Sa‟ad al-Mukharrimi yang membangun sekolah kecil-kecilan di daerah Bab al-Azaj, memberikan kepercayaan, menyerahkan pengelolaan sekolah itu sepenuhnya kepada Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Beliau mengelola sekolah tersebut dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memberikan nasihat kepada orang-orang di sekitar. Banyak orang yang bertaubat setelah mendengar nasihat beliau, banyak pula orang yang bersimpati kepada beliau lalu datang menimba ilmu di sekolah al azaj hingga sekolahan itu tidak mampu menampung jama‟ahnya lagi (Samsul Ma‟arif, 2014:31-32).
C. Murid-murid Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
Adapun murid-murid Syekh Abdul Qadir al-Jilani yang menonjol, terkenal, dan punya pengaruh, antara lain:
1. Al-Qadhi Abu Mahasin Umar bin Ali bin Hadhar al-Quraisyi (w. 575 H.).
Beliau hafidz Alqur‟an, fakih, dan ahli hadis. Beliau pernah menjabat sebagai qadhi pada masa hidupnya. Wafat pada tahun 575 H.
2. Taqiyuddin Abu Muhammad Abdul Ghani bin Abdul Wahid bin Ali bin Surur al-Maqdisi (w. 600 H.). Beliau hafidz Alquran, jujur, ahli ibadah, ahli atsar, dan selalu ber- amar ma‟ruf nahi munkar. Beliau tinggal di Baghdad sekaligus berguru kepada Syekh Abdul Qadir selama 50 malam.
3. Muwaffiquddin Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qadamah al-Maqdusi. Beliau ahli fiqih dan tokoh mazhab Hanbali di Damaskus. Dia pernah tinggal bersama Syekh Abdul Qadir selama 50 malam.
Dalam buku Mahkota Para Aulia diriwayatkan bahwa syaikh Abdul Qadir al Jailani mempunyai 4 istri pada usia 51 tahun dan mempunyai keturunan sebanyak 49 anak, laki-laki 27 dan perempuannya ada 22 anak (Yahya at Tadafi,2003:103). Adapun anak laki-laki beliau yang mempunyai pengaruh dalam pendidikan antara lain:
1. Abdul Wahab bin Abdul Qadir Al-Jilani (522-593 H.) beliau ahli dalam bidang fiqih, menguasai perbandingan mazhab, orator, humoris, dan berwibawa. Abdul Wahab diberi amanah oleh sang ayah untuk mengajar fiqih di Madrasahnya
2. Abdul Razaq bin Abdul Qadir Al-Jilani. (528-593 H.). Beliau seorang yang faqih dan ahli hadis ( Said, 2003:24-26)
3. Ibnu Rajab bin Abdul Qadir Al-Jilani. (521-593 H.) beliau adalah seorang yang ahli fiqih.
4. Ibrahim bin Abdul Qadir Al-Jilani (508-600 H.) beliau adalah seorang perawi hadis.
5. Musa bin Abdul Qadir Al-Jilani (530-618 H.). Bisa dikata beliau adalah pelaku hidup sufistik.
6. Yahya bin Abdul Qadir Al-Jilani (550-600 H.). Beliau adalah anak bungsu dari Syekh Abdul Qadir (Syaikh Muhammad bin Yahya At Tadafi, 2005:105-111).
D. Karya-karya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
Melihat proses belajar Syekh Abdul Qadir dan banyaknya guru- guru beliau, tidak diragukan lagibhwa beliau ahli dalam berbagai keilmuan. Disebutkan dalam Manaqib, bahwa setiap hari beliau mengajarkan tiga belas bidang keilmuan Islam, yaitu Tafsir al-
Qur‟an, Hadits, Ilmu Khilaf, Ushul yakni Ushul kalam ( ushul fiqih), Ilmu Nahwu, Ilmu Qira‟ah (tajwid), Ilmu Huruf, Ilmu Arudl wal Qawafi ,Ma‟ani, Ilmu Badi‟, Ilmu Bayan, Ilmu Mantiq, dan Tasawuf (Thariqah).
Ada sebanyak empatpuluh sekretaris mencatat uraian yang dipaparkan dan dikumpulkan menjadi satu hingga jadi sebuah buku dan kitab,diantaranya sebagai berikut: 1.
Tafsir al-Jailani
Kitab tafsir al jilani ini belum lama ditemukan oleh keturunan beliau, setelah 30 tahun mengunjungi berbagai perpustakaan di dunia. Manuskrip ini ditemukan di perpustakaan Vatikan Italia, perpustakaan Qadiriyah, dan India.
Tafsir ini telah diterbitkan dalam bahasa Arab oleh Markaz al-Jailani Turki. Beberapa kelebihan dari tafsir ini, diantaranya adalah corak afektif syar‟i dan ilmiah yang begitu kental dalam tafsir tersebut.
2. Al-Fath al-Rabbani Wa al-Faidhu al-Rahmani
Karya ini ditulis sekitar tahun 630 H/ 1145 M. Merupakan bentuk tertulis (transkripsi) dari kumpulan tausiah yang pernah di sampaikan beliau. Tiap satu pertemuan yang dibukukan ada 62 pertemuan. Format buku ini mirip dengan format pengajian Syekh dalam berbagai majlisnya.
3. Futuh al Ghoib
Karya ini merupakan magnum opus(karya monumental) Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Karya ini adalah kompilasi dari 78 artikel yang di tulis Syekh berkaitan dengan suluk, akhlaq, dan yang lain. Tema dan gaya bahasanya sama dengan al-Fath al Rabbani.
4. Al Ghunyah li-Thalibi Thoriqi al-Haq‟Aza wa Jalla
Karya ini di pengaruhi, baik tema maupun bahasanya, dengan krya al Ghazali
Ihya‟ „Ulumuddin. Terlihat penggabungan
fikih, akhlaq dan prinsip suluk. Ia memulai dengan membicarakan aspek ibadah, dilanjutkn dengan etika Islam, etik do‟a, keistimewaan hari dan bulan tertentu, kemudian anjuran beribadah sunah, etika seorang pelajar, tawakal, dan akhlaq yang baik (Samsul Ma‟arif, 2014:52-56) 5.
Al Auwradul Qadiriyah
Kitab ini merupakan wirid-wirid harian dan dzikir Syaikh Abdul Qadir al Jailani. Dalam beberapa riwayat, beliau mempunyai amalan wirid dan dzikir yang diamalkan pada waktu-waktu tertentu, dan barangsiapa yang mengamalkannya maka akan mendapat doa langsung dari hadratus syaikh.
6. Jalaaul Khathir
Kitab Jila‟ al-Khatir ini merupakan buah karya Syekh Abdul Qadir yang sebagian besar membicarakan tentang pemikiran sufistik beliau. Kitab ini dirangkai dalam bentuk khutbah.
7. Sirr al Asrar
Kitab ini menjelaskan tentang bagaimana menempuh jalan kesufian, mulai dari taubat, wirid dan berkhalwat. Karya ini sudah di terjemahkan dalam bahasa Indonesia. Kitab ini sangat istimewa sekali. Karena membahas tentang kehidupannya seorang sufi secara mendalam.
Riwayat hidupnya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani sungguh istimewa, karena dari lahir beliau sudah kelihatan kelebihannya.
Sehingga mampu menjadi sosok syaikh yang sangat terkenal akan kekeramatan dari ilmunya. Untuk menggapai tingkat kema‟rifatan Illahi beliau menempuh jalan sufi, dengan berguru memperdalam ilmu tasawuf, fiqih, hadits, tafsir, dan balaghohnya melalui banyak gugu diantaranya Syaikh Abu Hammad. Ketika beliau sudah matang ilmunya, beliau mampu menggetarkan hati jama‟ahnya yang berbondong- bondong datang ke majlisnya, sehingga masyakatnya mampu dikendalikan olehnya.
Sedangkan kitab-kitab karya Syaikh Abdul Qadir al Jailani masih banyak lagi, hanya saja sumber pencarian yang sangat terbatas sehingga penulis memperoleh kitabnya juga sangat terbatas. Kitab-kitab tersebut isinya hampir sama, semua membahas tentang jalan kesufian untuk meraih kemakrifatan. Seperti dalam kitab sirr al asrar yang mengupas pembahasan dari asal usulnya manusia hingga meraih ma‟rifat dengan sempurna.
BAB III KONSEP PENDIDIKAN SPIRITUAL PERSPEKTIF SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANI DALAM BEBERAPA KITAB A. Konsep Pendidikan Spiritual dalam Kitab Tafsir al Jailani dan Kitab Jalaaul Khathir Kitab Tafsir al Jailani ini belum lama ditemukan oleh keturunan
beliau, setelah 30 tahun mengunjungi berbagai perpustakaan di dunia.Manuskrip ini ditemukan di perpustakaan Vatikan Italia, perpustakaan Qadiriyah dan India.Adapun konsep spiritual yang ada di dalam kitab ini sebagai berikut, Syaikh Abdul Qadir al Jailani menafsirkan al quran dengan jelas serta menggiring yang membaca untuk memahami al qur‟an menggunakan pemahaman yang mendalam sehingga dapat tercapainya peringkat ma‟rifat. Isi dari kitab ini penafsiran dari ayat-ayat al qur‟an, sang Syaikh menjelaskan hal yang berhubungan spiritual sangatlah jelas. Seperti halnya menjelaskan tentang taubat, zuhud, ma‟rifat dan lain sebagainya.Intinya konsep spiritual dalam kitab ini setiap ayatnya menggiring umat yang membaca masuk ke dalam pemahaman spiritual tasawuf yang nantinya tercapai pada puncaknya, yaitu ma‟rifatullah.
Sedangkan kitab jalaaul khathir ini berbentuk khutbah seperti kitab
fathurrabbani wal faidhu al Rahmani, konsep spiritual dalam kitab Jalaaul Khathir , yaitu sebagai berikut:
1. Taubat, taubat adalah pokok utama dalam kesufian. Sebab pada hakikatnya manusia tidak pernah luput dari yang namanya dosa. Anjuran Syekh Abdul Qadir dalam kitab Jalaaul Khatir, bertobatlah dari dosa-dosa dan berpalinglah dari menyekutukan Allah. Agar Tuhan memberkahi kita baik di dunia maupun di akhirat (Syaikh Abdul Qadir al Jailani, 2009: 27- 29).
2. Cinta, segala sesuatu bisa nampak indah dan membawa kebahagiaan jika dilandasi dengan cinta. Adapun syarat dari cinta adalah ikhlas, tanpa mengharap imbalan, sabar, dan setia. Kaum sufi dalam beribadah tidak mengharap surga ataupun takut pada neraka, melainkan karena cinta kepada Sang Pemilik Cinta yakni Allah, sehingga mereka ikhlas dalam menjalankan ibadah karena ingin selalu memadu kasih dengan-Nya (Syaikh Abdul Qadir al Jailani,2009:33) 3. Zuhud, zuhud dalam kitab jalaaul khathir, di jelaskan bahwa zuhud yaitu meninggalakan yang haram, yang syubhat, dunia dan akhirat, dan syahwat
(Syaikh Abdul Qadir al Jailani,1994:33)