PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF MENURUT SYAIKH ABDULLAH BIN HUSAIN BA’ALAWI (TELAAH KITAB SULLAM TAUFIQ) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

  

PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF MENURUT

SYAIKH ABDULLAH BIN HUSAIN BA’ALAWI

(TELAAH KITAB SULLAM TAUFIQ)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

MUHAMMAD IMAM HANIF

  

NIM 11111150

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2015

KEMENTERIAN AGAMA RI

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721

  Wibsi Drs. H. Ahmad Sulthoni, M.Pd.

  Dosen IAIN Salatiga

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah skripsi

  : Saudara Muhammad Imam Hanif Kepada Yth. Rektor IAIN Salatiga Di Salatiga Assalamualaikum. Wr. Wb .

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Muhammad Imam Hanif Nim : 111 11 150 Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul : Pendidikan Akhlak Tasawuf Menurut Syaikh

  Abdullah Bin Husain Ba‟alawi (Telaah Kitab Sullam Taufiq)

  Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamualaikum. Wr. Wb.

  Salatiga, 9 Agustus 2015 Drs. H. Ahmad Sultoni, M.Pd.

  NIP. 19681104 200003 1001

KEMENTERIAN AGAMA RI

  

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jl. Tentara Pelajar 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721

  Wibsi

  

SKRIPSI

PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF MENURUT SYAIKH ABDULLAH

BIN HUSAIN (TELAAH KITAB SULLAM TAUFIQ)

DISUSUN OLEH:

  

MUHAMMAD IMAM HANIF

NIM : 111 11 150

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

  Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag., M.Phil. __________________ Sekretaris Penguji : Drs. H. Ahmad Sultoni, M.Pd. __________________ Penguji I : Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag. __________________ Penguji II : Drs. A. Bahrudin, MA. __________________

  Salatiga, 29 Agustus 2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga Suwardi, M.Pd.

  NIP: 19670121 199903 1 002

  DEKLARASI

  Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : MUHAMMAD IMAM HANIF NIM : 111 11 150 Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan : Tarbiyah

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 9 Agustus 2015 Penulis

  Muhammad Imam Hanif NIM: 111 11 150

  

MOTTO

BBM

(Belajar, Berjuang dan Manfaat)

  

PERSEMBAHAN

  Dengan penuh ketulusan hati, saya persembahkan skripsi ini untuk: 1.

  Allah SWT, semoga menjadi amal jariyah di sisi-Nya.

  2. Nabi Muhammad SAW, semoga menjadi bukti kecil tanda kecintaanku kepada Baginda Nabi SAW.

  3. Keluarga yang aku cintai. Bapak K.H. Abdul Choliq (Alm) telah banyak menunjukkan jalan rahasia ma‟rifat. Ibu Nyai Hj. Siddiqoh (Almh) yang telah menunjukkan jalan perjuangan. Kakak tercinta Fauzi Al Hidayat yang selalu menjaga penuh kasih sayang. Ibu Hj. Ninik Lestari yang berkenan mendampingi.

  4. Simbah K.H. Munawir Munajat Al Hafidz dan simbah K.H. Maslikhudin Yazid, beliau-beliau mursyid Thoriqoh Qadariyyah wa Naqsyabandiyah yang telah membimbing ruhaniyahku dalam pengajian lapanan Su‟biyah Jam‟iyyah Ah lith Thoriqoh Al Mu‟tabaroh An Nahdliyyah Kota Salatiga. Beserta seluruh jama‟ahnya.

  5. Sahabat-sahabatku alumni SMA N 1 Salatiga yang menjadi motivatorku untuk selalu maju saat kemalasan datang melanda.

  6. Sahabat-sahabatku IAIN Salatiga dari berbagai angkatan.

  7. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di kampus yaitu kelas PAI D angkatan tahun 2011, kelompok PPL, kelompok KKN.

  8. Seluruh orang Islam yang senantiasa mendo‟akanku.

KATA PENGANTAR

  Asslamu‟alaikum Wr. Wb Bismillahir rohmanir rohim.

  Alhamdulillah , Allahumma sholli „ala sayyidina Muhammad. Segala puji syukur harus penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa membanjiri penulis dengan kasih sayang, melimpahkan rahmat, memberikan petunjuk, dan memberikan kemudahan dalam penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga penulis dan pembaca diridloi Allah mendapatkan syafa‟at beliau terutama di hari kiamat nanti.

  Penulisan skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Disamping tujuan mulia tersebut, penulisan ini dimaksudkan untuk amal jariyah kepada pendidikan Islam di Indonesia dengan harapan dapat membantu mencetak generasi bangsa yang selalu dekat dengan Sang Pencipta. Skripsi ini dapat selesai berkat limpahan hidayah Allah melalui dukungan, bantuan dan bimbingan hamba-hamba yang dekat dengan Allah oleh karena itu perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga 3.

  Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

  4. Bapak Drs. H. Ahmad Sultoni, M.Pd. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah ikhlas memberikan bimbingan spritual sehingga penulisan skripsi ini semakin memiliki ruh dalam setiap kata yang dicantumkan.

  5. Dra. Ulfah Susilawati, M.Si. selaku pembimbing akademik.

  6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  7. Bapak, ibu dan kakakku tercinta. Tak lupa kepada saudara-saudara yang senantiasa memberikan dukungan dalam berbagai hal.

  8. Semua pihak yang selalu mendo‟akan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Dengan segala kekurangan diri, penulis mendo‟akan beliau-beliau supaya Allah SWT senantiasa memberikan keridloan di dunia hingga akhirat kelak.

  Semoga tulisan sederhana ini diterima Allah sebagai amal jariyah. Akhirnya dengan tulisan ini semoga dapat memberi manfaat bagi penulis dan para pembaca sekalian.

  Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

  Salatiga, 9 Agustus 2015 Penulis

  Muhammad Imam Hanif NIM: 111 11 150

  

ABSTRAK

  Hanif, Muhammad Imam. 2015. Pendidikan Akhlak Tasawuf

  Menurut Syaikh Abdullah Bin Husain Ba‟alawi (Telaah Kitab Sullam Taufiq). Skripsi.

  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Drs. H. Ahmad Sultoni, M.Pd. Kata kunci: Pendidikan Akhlak Tasawuf dan Kitab Sullam Taufiq

  Akhlak yang ditunjukkan oleh para pelajar semakin lama semakin merosot. Hal tersebut menjadi perhatian khusus bagi pemerhati pendidikan di Indonesia. Demi terwujudnya pelajar yang berakhlakul karimah maka diadakan penelitian terhadap kitab Sullam Taufiq karya Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi. Disusun tiga rumusan masalah untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang pendidikan akhlak tasawuf buah pikiran Syaikh Abdullah bin Husain, yaitu: (1) Bagaimana konsep pendidikan akhlak tasawuf menurut Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi? (2) Bagaimana implikasi pendidikan akhlak tasawuf menurut Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi di masyarakat Indonesia?

  Dalam rangka menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research). Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yakni metode deduktif untuk menemukan ilmu baru dengan cara mengulas ilmu pengetahuan secara umum ke arah yang lebih spesifik lagi. Metode kedua menggunakan metode induktif. Metode yang menjelaskan berbagai permasalahan khusus dengan diakhiri dengan kesimpulan yang umum.

  Berdasarkan hasil penelitan ini, maka dapat kami simpulkan bahwa: (1) Konsep pendidikan akhlak tasawuf tersebut adalah adanya hubungan antara ilmu tauhid, fiqh, dan tasawuf. (2) Pendidikan akhlak tasawuf yang diajarkan oleh Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi relevan diterapkan di Indonesia. Dengan penerapan pemikiran Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi tentang pendidikan akhlak tasawuf diharapkan terwujudnya manusia Indonesia yang berakhlak mulia.

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................ i

LEMBAR BERLOGO ..................................................................... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING .............................................. iii

PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................... Iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................

  V MOTTO ............................................................................................ Vi

PERSEMBAHAN.............................................................................. Vii

KATA PENGANTAR ...................................................................... Viii

ABSTRAK ........................................................................................

  X DAFTAR ISI ..................................................................................... Xi

DAFTAR BAGAN DAN TABEL.................................................... Xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... Xiv

BAB I PENDAHULUAN

  1 A. Latar Belakang Masalah..........................................................

  10 B. Rumusan Masalah...................................................................

  10 C. Tujuan Penelitian....................................................................

  10 D. Kegunaan Penelitian ...............................................................

  10 E. Penegasan Istilah ....................................................................

  13 F. Metode Penelitian....................................................................

  15 G. Sistematika Penulisan Skripsi ...............................................

  BAB II BIOGRAFI A. Biografi Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi......................

  17 B. Biografi Pendidikan Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi...

  19 C. Latar Belakang Penulisan Kitab Sullam Taufiq .....................

  20 D. Karya-Karya Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi..............

  22 BAB III SISTEMATIKA KITAB DAN DISKRIPSI

  PEMIKIRAN SYAIKH ABDULLAH BIN HUSAIN BA’ALAWI TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF A.

  Sistematika Penulisan Kitab Sullam Taufiq............................

  23 B. Konsep Pendidikan Akhlak Tasawuf Menurut Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi................................................

  27 C. Penerapan Pendidikan Akhlak Tasawuf Menurut Syeikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi................................................

  29 BAB IV ANALISIS DAN RELEVANSI PEMIKIRAN SYAIKH

  ABDULLAH BIN HUSAIN BA’ALAWI TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF DALAM KITAB SULLAM TAUFIQ A.

  Analisis Pemikiran Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi Tentang Pendidikan Akhlak Tasawuf.....................................

  45

  B.

  Relevansi Pendidikan Akhlak Tasawuf Menurut Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi................................................

  78 BAB V PENUTUP A.

  Kesimpulan.............................................................................

  100 B. Saran........................................................................................

  102 C. Penutup....................................................................................

  103

  

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 104

LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR BAGAN DAN TABEL

BAGAN 3.1 Hubungan ilmu tauhid, ilmu fiqh, dan ilmu tasawuf.....................................................................

  29 TABEL 4.1 Unsur-unsur dalam akhlak tasawuf.........................

  60 DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN 1 PEDOMAN TRANSLITERASI LAMPIRAN 2 DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 3 LEMBAR KONSULTASI LAMPIRAN 4 SKK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara yang besar

  dan dikaruniai dengan berbagai kenikmatan oleh Allah SWT. Kesadaran tersebut telah mengantarkan para leluhur Bangsa untuk membangun Indonesia dengan fondasi yang kokoh. Fondasi atau dasar Negara tersebut tertuang dalam lima sila yang disebut Pancasila. Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia bersifat final dan mengikat bagi seluruh penyelenggara Negara dan seluruh warga Negara Indonesia (MPR, 2013: 88).

  Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan sila pertama dan utama yang menerangi keempat sila lainnya (MPR, 2013:91). Sila pertama tersebut sebagai tanda yang jelas bahwa Indonesia merupakan Negara yang berasas Ketuhanan. Indonesia dibangun dengan nilai-nilai Agama

  . Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” mencakup suasana batiniah dari Negara Indonesia. Dengan demikian, setiap warga Negara Indonesia harus menanamkan, menghayati, dan melaksanakan Pancasila terutama sila pertama.

  Nilai sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” ditanamkan dalam hati setiap warga Negara Indonesia secara mendalam. Di dalam Islam nilai tersebut terdapat dalam ketauhidan. Tertuang dengan jelas dalam kalimat syahadat tauhid, bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Kalimat syahadat tauhid bukan hanya terucap di lisan namun juga tertanam dalam hati setiap muslim.

  Sebuah keyakinan mendasar yang harus tertanam dengan kuat dalam hati setiap muslim. Allah SWT telah menerangkan dengan sangat jelas di dalam Al-

  Qur‟an:

            

  Artinya: “dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada

  Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemu rah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]: 163).

         

  Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan

  Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk- Nya.” (QS. Ali-Imran [3]: 2).

  Penanaman Tauhid sangat mempengaruhi keimanan seseorang. Menjadi tugas setiap individu Umat Islam untuk menjaga dan meningkatkan kualitas iman.

  Peningkatan kualitas iman sangat berpengaruh terhadap bertambahnya ilmu pengetahuan yang dimiliki. Ilmu dan iman memiliki hubungan yang erat. Ilmu yang diamalkan akan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani mengatakan,

  “Ilmu yang diamalkan akan mendekatkan dirimu kepada Allah, Dzat Yang Menurunkan ilmu.” (Al- Jailani, 2013:27). Tanpa iman manusia tak punya arah tujuan, dan tanpa ilmu manusia tak punya alat meraih tujuan. Rasulullah SAW menuntun setiap umatnya untuk bersemangat menuntun ilmu. Sebagai pembakar semangat jiwa, Rasulullah SAW mewajibkan setiap muslimin dan muslimat untuk mencari ilmu. Pencarian tersebut tidak hanya terbatas dalam satu kurun waktu, namun selama hidup di dunia. Maka menjadi sebuah kewajaran bila ilmu sangat mempengaruhi kualitas iman seseorang hingga Rasulullah SAW mewajibkannya. Sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagaimana yang telah dikatakan oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani tersebut.

  Penguasaan ilmu menjadi sasaran utama bagi Bangsa Indonesia. Sasaran utama sebagai pembangkit SDM (Sumber Daya Manusia) demi mencapai kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan; sosial, politik, ekonomi, teknologi, dan lain-lain. Para pejabat Negara Indonesia memahami bahwa ujung tombak untuk mencapai kemajuan adalah dengan ilmu melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan sebagai wadah yang strategis untuk mewujudkan SDM yang berkualitas. Negara menempuh berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya adalah pendidikan berkarakter. Sebagai wujud pelaksanaan Pembukaan UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

  Pendidikan berkarakter telah menjadi kajian utama diberbagai forum pendidikan Indonesia. Mencapai kualitas SDM meliputi kualitas badaniah dan kualitas rohaniah. Kemajuan dalam ranah akal dan spiritual. Pendidikan di Indonesia dengan berbagai bentuk kurikulum tidak akan bisa lepas dari nilai-nilai luhur spiritual. Mengingat bahwa ideologi Bangsa adalah Pancasila. Pendidikan karakter ditempuh dalam rangka mewujudkan Indonesia yang maju serta bermoral tinggi.

  Pendidikan karakter berpengaruh secara langsung bagi Pendidikan Agama Islam (PAI). PAI menjadi jalan strategis untuk menanamkan karakter kepada setiap individu warga Indonesia. Pelajaran akhlak menjadi bahan pembelajaran yang diutamakan. Akhlak ditanamkan agar setiap warga memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Mewujudkan SDM Indonesia yang berakhlak karimah bukanlah hal yang mudah. Terdapat delapan belas (18) nilai karakter yang ingin ditanamkan dari pendidikan karakter, yakni religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggungjawab.

  Pendidikan karakter diharapkan dapat menjawab tantangan zaman. Indonesia sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih telah kehilangan berbagai nilai-nilai luhur Bangsa. Pendidikan karakter diharapkan dapat mengembalikan nilai-nilai luhur tersebut. Namun terdapat satu fokus yang kemudian hilang dari pendidikan. Fokus tersebut adalah ruh pendidikan. Dengan berbagai tuntutan pencapaian dalam pendidikan karakter menyebabkan pendidikan Indonesia secara tidak sadar pelan tapi pasti semakin kehilangan ruh pendidikan. Delapan belas (18) nilai karakter yang menjadi tujuan pencapaian pendidikan karakter merupakan akhlak karimah. Namun akhlak yang tampak seakan hanya wujud dari formalitas pelaksanaan pendidikan brebasis karakter.

  Islam menjunjung tinggi akhlak. Bukan hanya sekedar akhlak secara perbuatan (lahiriah) namun akhlak yang bertauhid. Akhlak yang bertauhid merupakan suatu hal yang lebih menukik daripada akhlak. Semua ini tertuang dalam ilmu Tasawuf. Sebagaimana telah diutarakan oleh K.H. Said Aqil Siroj (2012: 65),

  “Bertasawuf merupakan upaya penyempurnaan wujud keruhanian manusia. Dalam bahasa Agama disebut itmamul akhlaq (penyempurnaan akhlak).”

  Indonesia telah mengalami degradasi moral yang sangat mengkhawatirkan. Korupsi, perzinahan, perjudian, pembunuhan, dan tindak kriminal lainnya telah meraja lela diberbagai pelosok Indonesia. Kenyataan yang terjadi tersebut, menyadarkan untuk kembali menanamkan moralitas kepada setiap warga Indonesia. Penanaman mulai dini diharapkan dapat efektif memperbaiki moral anak Bangsa. Peran pendidikan menjadi sangat penting. Pendidikan menjadi fokus utama bagi kesuksesan penanam moralitas Bangsa. Tasawuf memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung kesuksesan tersebut. Hati yang bersih akan mewujudkan manusia berperilaku mulia, begitu pula sebaliknya. Tasawuf ialah ilmu qulub, ilmu mengolah hati (Siroj, 2012: 69). Dengan demikian, tasawuf sangat tepat untuk mewujudkan Indonesia yang berakhlak mulia.

  Dalam perkembangannya ilmu tasawuf dispesifikkan dalam akhlak- tasawuf. Akhlak-tasawuf dimaksudkan agar ilmu tasawuf dikerucutkan pada persoalan akhlak secara lebih mendalam. Akhlak yang timbul dari pancaran hati yang bersih. Akhlak bukan hanya sebagai penghias perilaku lahiriah, namun akhlak yang benar-benar timbul sebagai pancaran hati yang bersih (akhlak-tasawuf). Akhlak-tasawuf sangat diperlukan oleh Indonesia, terutama bagi dunia pendidikan.

  Pendidik dan peserta didik memiliki peran yang penting dalam pendidikan. Peserta didik sebagai obyek dan pendidik sebagai subyek pendidikan. Keduanya haruslah memiliki akhlak yang bersumber dari hati nurani. Akhlak-tasawuf membantu pendidik dan peserta didik untuk memunculkan akhlak yang bersumber dari hati. Pendidik menjadi pentransfer ilmu yang ikhlas dari hati yang jernih. Peserta didik sebagai penerima ilmu dengan hati yang jernih pula. Hati yang jernih menimbulkan akhlak yang murni, di sinilah akhlak-tasawuf berperan.

  Hati manusia memiliki dua pintu. Pintu yang pertama terbuka untuk makhluk dan pintu yang kedua terbuka untuk Allah. Dalam hal ini, manusia terbagi ke dalam empat kondisi, yaitu: 1.

  Manusia yang kedua pintu hatinya ditutup oleh Allah. Ia adalah orang gila.

  2. Manusia yang pintu hatinya menuju Allah tertutup, namun pintu untuk makhluk terbuka lebar. Ia akan tenggelam di dalam dunianya dan melupakan Tuhannya. Jika ia ingat Tuhannya, ia hanya ingat dengan lidahnya saja.

  3. Manusia yang pintu hatinya tertutup ke arah makhluk, namun terbuka untuk Allah. Hatinya akan dipenuhi dengan cahaya-cahaya. Ia akan menjadi hamba yang tertarik menuju Allah. Namun ia belum mencapai sempurna.

4. Manusia yang pintu hatinya untuk Allah dan untuk makhluk terbuka lebar.

  Inilah hati orang- orang arif. (Jum‟ah, 2013:105) Akhlak-tasawuf mewujudkan manusia berkategori nomer empat. Membuka pintu hati untuk Allah dan pintu hati untuk makhluk. Terpancar akhlak dari hati yang jernih, bukan sekedar formalitas. Pendidik dan peserta didik diharapkan menjadi manusia berkategori nomer empat, dan menuju Indonesia yang bermartabat tinggi di sisi dunia terlebih di sisi Allah SWT.

  Pendidikan menjadi ujung tombak kesuksesan pembentukan karakter Bangsa. Akhlak-tasawuf mewujudkan akhlak yang murni sebagai cerminan karakter Bangsa. Apabila setiap pendidik dan peserta didik mengamalkan akhlak-tasawuf, pendidikan akan mewujudkan Indonesia yang berakhlak mulia dan bermartabat tinggi di sisi dunia terlebih di sisi Allah SWT.

  Indonesia akan dipenuhi berkah dari Allah SWT, karena Indonesia penuh dengan orang-orang yang berakhlak murni sebagai ciri dari taqwa. Allah SWT telah menegaskan di dalam Al-

  Qur‟an:

             

  Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A‟raaf [7]: 96). Pembentukan karakter menjadi problematika bagi dunia pendidikan secara lebih khusus dan bagi Indonesia secara luas. Akhlak-tasawuf membentuk karakter yang tumbuh dan mengakar di pusat ruhani (hati) bukan hanya sekedar formalitas.

  Orang yang bahagia adalah yang hatinya bersinar dan larut dalam ketaatan kepada Tuhannya (Al-Sakandari, 2013:71). Hati yang bersinar akan memancarkan akhlak yang ikhlas. Imam Al-Hakim al-Tirmidzi (2011: 228) telah mengatakan,

  “Ketika anda menjalani pekerjaan sehari-hari, bayangkanlah bahwa hati anda adalah bunga matahari yang memancarkan cahaya kepada setiap orang dan kepada apapun yang anda temui.”

  Salah satu karya yang sangat bermanfaat demi memperbaiki moralitas Bangsa terutama dunia pendidikan Indonesia adalah kitab Sullam Taufiq ila

  

Mahabbatillahi „alat Tahqiq. Kitab ini merupakan karya dari Syaikh

  Abdullah bin Husein Ba‟alawi. Kitab yang sangat familiar di kalangan pesantren ini lebih akrab disebut kitab Sullam Taufiq. Syaikh Abdullah bin Husa in Ba‟alawi menulis kitab ini dengan susunan yang indah dan terstruktur. Kitab ini terdiri dari tiga (3) struktur disiplin ilmu Islam, secara berurutan diawali dengan ilmu tauhid, ilmu fiqh, dan diakhiri dengan ilmu akhlak-tasawuf.

  Secara khusus pembahasan akan dikerucutkan pada akhlak-tasawuf. Syaikh Abdullah bin Husa in Ba‟alawi membahas akhlak-tasawuf dalam sebelas (11) bab terakhir. Pembasahan dimulai dari bab “Kewajiban Hati” dan ditutup dengan bab “Cara Bertaubat”. Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi secara detail memperhatikan penanaman akhlak-tasawuf bagi setiap orang. Beliau menjelaskan dengan bahasa yang sederhana dan singkat sehingga mudah untuk dipelajari para pelaku dunia pendidikan. Syaikh Abdullah bin Husa in Ba‟alawi memfokuskan penanam akhlak-tasawuf pada hati, dimana hati sebagai pusat dari ruhani manusia. Hati sebagai pusat menjadi garapan yang pertama kali. Sebagaimana penjelasan sebelumnya, akhlak yang murni bersumber dari hati yang bersih. Bukan hanya sekedar akhlak sebagai formalitas, namun akhlak yang benar-benar berlandaskan ketauhidan.

  Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis akan menyusun sebuah karya skripsi yang berjudul: PENDIDIKAN AKHLAK-TASAWUF MENURUT SYAIKH ABDULLAH BIN HUSAIN

BA‟ALAWI (TELAAH

  KITAB SULLAM TAUFIQ). Penulis akan mengulas tentang pendidikan akhlak-tasawuf dalam kitab Su

  llam Taufiq ila Mahabbatillahi „alat Tahqiq

  hasil pemikiran dari Syaikh Abdullah bin Husa in Ba‟alawi. Semoga bermanfaat dan barokah bagi penulis, dunia pendidikan secara khusus dan Bangsa Indonesia secara umum.

B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.

  Bagaimana konsep pendidikan akhlak-tasawuf menurut Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi? 2. Bagaimana implikasi pendidikan akhlak-tasawuf menurut Syaikh

  Abdullah bin Husain Ba‟alawi di masyarakat Indonesia? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Mengetahui konsep pendidikan akhlak-tasawuf menurut Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi.

2. Mengetahui implikasi pendidikan akhlak-tasawuf menurut Syaikh

  Abdullah bin Husain Ba‟alawi di masyarakat Indonesia.

D. Kegunaan Penelitian 1.

  Sebagai kontribusi bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan mencapai keseimbangan antara dunia dan akhirat.

  2. Sebagai kontribusi agar menimbulkan kesadaran masyarakat betapa pentingnya mendekatkan diri kepada Allah SWT.

  3. Sebagai kontribusi bagi masyarakat Indonesia agar menjunjung tinggi dan mengahayati akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari penafsiran dan kesalah pahaman, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul proposal ini sebagai berikut:

1. Pendidikan akhlak-tasawuf

  Pendidikan adalah upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran dan latihan (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004: 365). Pendidikan dalam arti luas adalah meliputi perbuatan atau usaha generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta ketrampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah (Mansur, 2011:84). Pendidikan dipandang sebagai suatu keseluruhan daya budaya yang dapat mempengaruhi kehidupan perseorangan aupun kelompok dalam masyarakat (As Said, 2011: 11).

  Akhlak adalah sesuatu dalam jiwa yang mendorong seseorang mempunyai potensi-potensi yang sudah ada sejak lahir (Mansur, 2011:222). Akhlak menyangkut sikap dan tingkah laku seorang muslim terhadap Tuhan, sesama manusia, dan alam (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004: 207). Sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu pengetahuan yang menjelaskan makna baik dan buruk, serta menjelaskan bagaimana seharusnya berinteraksi antar sesama manusia dan menjelaskan tentang tujuan yang akan didapatkan dalam segala aktivitas (Amin, 2012: 2)

  Tasawuf adalah merupakan pengetahuan yang membahas keadaan hati nurani ketika manusia ingin membersihkannya dari segala keterpautan dengan sesuatu selain Allah dan meningkatkan jiwa ke alam kesucian dengan beribadah kepada Allah semata (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004: 122). Ada pula yang mendefinisikan tasawuf sebagai upaya agar ruhani kita mendapatkan status di hadapan Allah (Siroj, 2012:48).

  Berdasarkan dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak-tasawuf adalah upaya yang dilakukan secara sadar melalui pengajaran dan latihan untuk mendatangkan perubahan perilaku dan sikap sebagai upaya mendorong potensi-potensi diri secara optimal agar ruhani mendapatkan status kesucian di hadapan Allah semata.

2. Sullam Taufiq

  Kitab Sullam Taufiq merupakan karya dari Syaikh Abdullah bin Husain bin Thohir bin Muhammad bin Hasyim Ba‟alawi. Kitab ini judul aslinya ialah Sullam

  Taufiq ila Mahabbatillahi „alat Tahqiq, namun lebih

  familiar disebut Sullam Taufiq. Berdasarkan judul yang asli, kitab ini membahas tentang tangga pertolongan menuju mencintai Allah secara nyata. Terdiri dari tiga puluh tujuh (37) bab (fashlun) yang diawali dengan mukadimah dari Syaikh Abdullah bin Husain

  Ba‟alawi. Tiga puluh tujuh bab tersebut dibagi dalam tiga tema besar. Tiga bab awal bertemakan tauhid, bab keempat hingga kedua puluh enam bertemakan fiqh, diakhiri dengan tema akhlak-tasawuf dalam sebelas bab terakhir. Pada bagian akhir terdapat daftar isi kitab (farasul kitab). Selanjutnya tema akhlak-tasawuf akan menjadi fokus dari skripsi ini.

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan obyek kitab klasik. Penelitian didukung dengan literatur dari beberapa kitab klasik serta berbagai sumber tertulis lainnya yang relevan.

  2. Sumber Data Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Adapun referensi yang menjadi data primer adalah kitab Sullam Taufiq ila Mahabbatillahi „alat Tahqiq karya Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi.

  Literatur yang lain sebagai sumber data sekunder adalah buku-buku tentang pendidikan, akhlak-tasawuf serta informasi dari media internet yang relevan dengan obyek pembahasan penulis.

  3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari, menghimpun, dan memahami kitab yang menjadi sumber data primer yakni kitab Sullam Taufiq ila Mahabbatillahi

  „alat Tahqiq, kitab-kitab, buku-buku pendidikan, akhlak-tasawuf, serta informasi dari media internet yang relevan lainnya.

  Selanjutnya dilakukan penelaahan terhadap berbagai kitab dan buku yang bersangkutan untuk disusun secara sistematis. Data-data yang diperoleh kemudian dihubungkan dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

4. Teknik Analisis Data

  Yaitu penanganan terhadap suatu obyek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah antara pengertian satu dengan pengertian yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai halnya.

  Macam-macam metode yang digunakan dalam menganalisis masalah adalah sebagai berikut: a.

  Metode Deduktif Yaitu cara berpikir untuk mencari dan menguasai ilmu pengetahuan yang berawal dari alasan umum menuju ke arah yang lebih spesifik (Sukardi, 2009:12). Metode deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus . Merupakan proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari suatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk kesimpulan . Metode ini bertujuan untuk mengetahui perpindahan pola pemikiran yang bersifat umum kepada pemikiran yang bersifat khusus. Metode ini digunakan untuk menganalisis data tentang Pendidikan Agama Islam di Indonesia sehubungan dengan akhlak-tasawuf. b.

  Metode Induktif Yaitu proses berpikir yang diawali dari fakta-fakta pendukung yang spesifik menuju arah yang lebih umum guna mencapai suatu kesimpulan (Sukardi, 2009:12). Metode induktif adalah metode yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum Metode ini merupakan proses berpikir yang bertolak dari sejumlah fenomena individual yang menurunkan suatu kesimpulan dari khusus menjadi umum. Metode bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa yang khusus kemudian disimpulkan menjadi umum. Metode ini digunakan untuk menganalisis data tentang konsep pendidikan akhlak-tasawuf menurut Syaikh Abdullah bin Husain

  Ba‟alawi yang terdapat dalam kitab Sullam Taufiq.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan yang penulis maksud disini adalah sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.

  Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

  Bab I : Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini. Bab II : Biografi, menguraikan tentang : Biografi Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi yang meliputi riwayat kelahiran, kehidupan intelektual, dan perjalanan karir beliau. Dalam bab ini juga memaparkan guru-guru beserta murid-murid, dan karya-karya beliau.

  Bab III : Sistematika Kitab dan Deskripsi Pemikiran, meliputi : Sistematika Penulisan kitab Sullam Taufiq ila Mahabbatillahi

  „alat Tahqiq, pemikiran Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi

  tentang Pendidikan Akhlak-tasawuf dalam kitab Sullam Taufiq ila Mahabbatillahi „alat Tahqiq.

  Bab IV : Pembahasan meliputi uraian pemikiran dan implikasinya. Bab V : Penutup, berisi kesimpulan, saran, dan penutup.

BAB II BIOGRAFI A. Biografi Syaikh Abdullah bin Husain Ba’alawi Sayyid Abdullah bin Al-Husain bin Thohir Al-

  „Alawi Al-Hadhromi atau lebih dikenal Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi adalah seorang ulama‟ yang dikenal sebagai ahli ilmu fiqih yang bermadzhab Syafi‟i dan sekaligus ahli ilmu nahwu. Beliau dilahirkan di Tarim, Hadhromaut, Yaman pada tahun 1191 H atau bertepatan pada tahun 1778 M tepatnya pada bulan Dzulhijjah . Beliau pernah mukim beberapa tahun di Mekah dan Madinah untuk belajar kepada beberapa ulama yang masyhur .

  Setelah beberapa tahun di Mekah dan Madinah beliau kembali ke negaranya dan bermukim di Masilah, satu daerah yang terletak disebelah selatan kota Tarim. Setelah kembali ke negaranya, beliau mengabdikan dirinya untuk memberikan ceramah, mengajarkan ilmu-ilmu agama dan mengisi waktunya untuk beribadah Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi menguasai beberapa cabang ilmu yakni fiqih, ilmu hadits, lebih-lebih dalam bidang tasawuf

  Di samping sebagai seorang intelektual yang pakar dan pandai dalam bidang keilmuan, ternyata beliau juga seorang organisatoris yang mampu menggerakkan masa. Hal itu bisa di lihat saat beliau mampu menjadi salah satu pemimpin dari Tsaurah atau pemberontakan di Yaman dalam rangka melawan kekuasaan Yafi‟iyyin pada tahun 1265 H. Sehingga beliau dan beberapa pemimpin pemberontakan itu diasingkan dari Tarim, Sewun dan Taris. Beliau juga ikut andil dalam upaya mendirikan kekuasaan Al-Katsiri yang di pimpin oleh sultan Ghalib bin Muhsin di Tarim

  Dalam sebuah buku, Habib Luthfi bin Yahya telah memberikan keterangan sebagai berikut: Al-Qutbil Ghauts Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir ini maqamnya, kedudukan ruhaninya kalau tidak karena

  haya‟,

  adab yang tinggi kepada kakek moyangnya Faqih Al-Muqadam, Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir melebihi maqamnya Al-Faqih Al-Muqadam.

  Maka Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir berkata diantaranya,

  “Saya

tidak rela kalau ada orang yang mempunyai maqam (kedudukan) melebihi

maqamnya Al-Faqih Al- Muqadam.” Itu merupakan adab para wali terhadap

  sesamanya sebagai tarbiyyah (pendidikan) untuk murid-muridnya. Itu

  

tawadhu‟nya Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir. Sehingga fatwa-

  fatwanya sangat masyhur dalam bidang fiqh, dalam ilmu hadits, dalam bidang tasawuf lebih-lebih (bin Yahya, 2012: 119).

  Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi memiliki nasab hingga Nabi Muhammad SAW. Berikut nasab dari Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi:

  Abdullah bin Husain bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin Maghfun bin Abdurrahman bin Ahmad bin 'Alawi bin Ahmad bin

  bin 'Alawi bin Ubaidullah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa

  Abdurrahman ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Ja'far ash- Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali dan Siti Fatimah binti Nabi Muhammad SAW. bin Abi Thalib

B. Biografi Pendidikan Syaikh Abdullah bin Husain Ba’alawi

  Adapun beberapa guru yang menjadi tempat menuntut ilmu bagi Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi diantaranya: 1.

  As-Sayyid Hamid bin Umar al-Munfir Ba'alawi.

  2. Al-'Allamah as-Sayyid Umar bin as-Sayyid Ahmad bin Hasan bin Abdullah al-Haddad.

  3. Al-'Allamah as-Sayyid 'Alawi bin as-Sayyid Ahmad bin Hasan bin Abdullah al-Haddad.

  4. Al-'Allamah Abdurrahman bin 'Alawi bin Syaikh Maula al-Bathaiha.

  5. Al-'Allamah as-Sayyid 'Aqil bin 'Umar bin 'Aqil bin Yahya.

  

  Sedangkan para murid yang belajar dari Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi adalah sebagai berikut: 1.

  Al-'Allamah Sayyid Abdullah bin 'Umar bin Yahya.

  2. Al-'Allamah Sayyid Abdurrahman bin 'Ali bin 'Umar as-Saqqaf.

  3. Al-'Allamah Muhammad bin Husain al-Habsyi, Mufti Mekkah.

  4. Al-Imam 'Ali bin Muhammad al-Habsyi.

  Ketika usia beliau menginjak 68 tahun, beliau mengarang sebuah kitab maulid yang diberi nama Simtud Durar. Sebuah kitab maulid yang masyhur dan penuh barokah, yang sehingga kini dibaca di Hadramaut, Nusantara dan Afrika. Beliau mula mengarang pada Khamis, 26 Shafar 1327 H dan menyempurnakannya pada 10 Rabiul Awwal 1327 H (

  

  5. Al-'Allamah Sayyid Muhsin bin 'Alawi bin Saqqaf as-Saqqaf.

  6.

   Al-'Allamah Syaikh Abdullah bin Ahmad.

  7. Al-Habib Idrus bin Umar bin Idrus al-Habsyi

  8. Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah bin Tholib bin Abdullah bin Tholib al-

  Atthas C.

   Latar Belakang Penulisan Kitab Sullam Taufiq Umat Islam adalah umat yang kelak akan menjadi saksi di hari kiamat.

  Umat Islam adalah orang-orang yang memikul tanggung jawab penuh atas kedamaian, ketentraman, serta memikul beban berat untuk mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari keburukan (Jum‟ah, 2014: 48). Tanggung jawab yang besar ini mendorong agar Pendidikan Agama Islam memberikan kontribusi yang sangat besar. Melalui pendidikan penanaman

  Aqidah, ilmu syariat dan akhlak menjadi begitu penting. Membentuk kebribadian yang berkarakter baik terlihat dari tampilan fisik maupun dari batin seseorang.

  Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi kemudian menulis sebauh kitab kecil yang berisi tentang hal-hal pokok dari Agama Islam. Beliau dalam mukadimah telah menuliskan,

  “Selanjutnya, ini adalah sebuah karya kecil

yang telah diberi kemudahan oleh Allah SWT. untuk menghimpunnya

mengenai hal-hal yang wajib dipelajari, diajarkan dan dipraktekkan, baik

untuk kalangan awam maupun kalangan khusus. Wajib adalah sesuatu yang

Allah menjadikan pelakunya dengan pahala dan mengancam orang yang

tidak mengajarkannya de ngan siksaan.” (Sunarto, 2012: 8). Besar harapan

  beliau kitab ini dapat menjadi pegangan setiap muslim untuk dipelajari, diajarkan bahkan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mampu untuk memahami dan melakukan hal-hal yang wajib, dengan senang hati akan melakukan hal-hal yang bersifat sunnah, akhirnya mampu benar-benar menggapai cinta Allah dan mendapatkan pertolongan-Nya.

  Sesuai dengan maksud Syaikh Abdullah bin Husain Ba‟alawi menyusun kitab yang berisi hal-hal pokok dari Islam, maka beliau menyusun kitab Sullam Taufiq dengan tiga cabang ilmu Islam yang wajib diketahui oleh setiap orang Islam. Tiga cabang ilmu tersebut terdiri dari ilmu tauhid, fiqh, tasawuf. Syaikh Abdullah bin Husian Ba‟alawi menyadari bahwa ketiga cabang ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, maka disiplin ilmu tauhid, fiqh, dan tasawuf ditulis dalam satu kitab yang ringkas yakni . Dalam hadits yang menceritakan tentang kedatangan Malaikat

  Sullam Taufiq Jibril saat para sahabat sedang berkumpul bersama Nabi Muhammad SAW.

  mencakup seluruh aspek amal zhahir dan yang batin („Ied, tt: 35). Poin paling penting yang harus diingat dalam hadits ini adalah penjelasan tentang Islam, iman, dan ihsan serta wajibnya mengimani kekuasaan Allah Ta‟ala („Ied, tt: 40). Jika ilmu fiqh menjaga Islam, ilmu aqidah menjaga iman, maka ilmu

  tazkiyyah dan suluk menjaga ihsan. Maka, muncullah sebuah ilmu yang dinamakan tasawuf (Jum‟ah, 2013: 1).

D. Karya-Karya Syaikh Abdullah bin Husain Ba’alawi

  Adapun beberapa buku karya Syaikh Abdullah bin H usain Ba‟alawi diantaranya: 1.

  Al-Majmu 2. Sullam Taufiq ila Mahabbatillahi „alat Tahqiq

  3. Miftahu al-I'rab fi an-Nahwi 4.

  Diwan al-Asy'ari (bin Yahya, 2012: 119)

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK DI SMA LUQMAN AL- HAKIM SURABAYA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Agama Islam

0 0 23

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 14

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

Realitas Sosial dan Nilai-Nilai Pendidikan Islam (Studi Analisis Deskriptif Pada Film Peekay) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

1 23 119

PESAN GURUTTA PADA NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE MENURUT PERSPEKTIF PENDIDIKAN AKHLAK SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 153

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 99

PERSEPSI HIJABERS TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER DI KOMUNITAS HIJABERS KOTA SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 132

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK IMAM AL GHAZALI (Studi Analisis Kitab Ihya’ Ulumuddin) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

1 1 90

STUDI ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB RISALATUL MU’AWANAH KARYA AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI BIN MUHAMMAD AL-HADDAD (1634 - 1720 H 1044 - 1132 H) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 116