IMPLEMENTASI STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN DI UPT PUSAT PROMOSI DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN DAN HASIL HUTAN JAKARTA BARAT - FISIP Untirta Repository

IMPLEMENTASI STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN DI UPT PUSAT PROMOSI DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN DAN HASIL HUTAN JAKARTA BARAT SKRIPSI

  Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Strata 1 Pada Program Studi Ilmu Admnistrasi Negara

RINA ANDRIANA NIM. 072737 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG

  

K A T A P E N G A N T A R

  Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas ridho dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Implementasi Strategi Peningkatan Pendapatan Di UPT Pusat Promosi Dan Pemasaran Hasil Pertanian Dan Hasil Hutan Jakarta Barat ”.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena masih ada kekurangan yang semata-mata muncul karena keterbatasan wawasan penulis. Untuk itu, demi kesempurnaan proposal penelitian ini, segala kritik dan saran pembaca sepenuhnya akan penulis perhatikan.

  Penyusunan skripsi ini tidak terlepas oleh dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkannya sehingga dapat tersusun skripsi ini. Kedua Orang tua serta keluarga yang selalu memberikan semangat, pembelajaran, nasihat, kasih sayang, serta bantuan yang tidak ternilai. Ucapan terima kasih pun saya haturkan juga kepada :

  1. Dr. H. Soleh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Prof. Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Untirta.

  3. Dr. Agus Sjafari, M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Untirta.

  4. Rahmi Winangsih, S.Sos, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu

  5. Idi Dimyati, S.Ikom, M.Ikom. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Untirta.

  6. Kandung Sapto Nugroho. S.Sos, M.Si selaku Ketua Prodi Administrasi Negara FISIP Untirta.

  7. Rina Yulianti, S.Sos, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untirta.

  8. Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi I.

  9. Deden M. Haris, S.Sos., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.

  10. Arenawati, S.Sos, M.Si., selaku Dosen Penguji Skripsi.

  11. Gandung Ismanto, S.Sos., MM., selaku Dosen Penguji Skripsi.

  12. Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

  13. Para Dosen dan Staf TU Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atas segala sumbangsihnya.

  14. Teman-teman dekat: Iput, Anda, Sari, Tri, dan Eri.

  15. Rekan-rekan yang sedikit banyaknya memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

  16. Teman-teman jurusan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2007 kelas C yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

  17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

  Akhirnya penulis menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan Skripsi ini dan penulis juga menerima saran yang membangun demi untuk perbaikan Skripsi ini dan sebagai referensi untuk penelitian yang selanjutnya. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi mereka yang membacanya.

  Serang, Oktober 2011 Rina Andriana

  NIM. 072737

  

ABSTRAK

RINA ANDRIANA, 072737. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas

  Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, 2011 “Implementasi Strategi Peningkatan Pendapatan di UPT Pusat Promosi dan

  Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat ”.

  Kata kunci : Implementasi, Strategi Peningkatan Pendapatan UPT Pusat promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan (P3HPHH) Jakarta Barat merupakan organisasi pemerintah yang mengelola objek retribusi pemakaian kekayaan daerah. Permasalahan yang ada karena: 1) Wajib retribusi sering melakukan penunggakan pembayaran retribusi, 2) Penarikan retribusi dilakukan oleh pihak luar bukan dilakukan oleh pegawai UPT, 3) Kesulitan menambah fasilitas baru yang dapat menambah pendapatan UPT, dan 4) UPT tidak melakukan pengenaan sanksi terhadap wajib retribusi yang tidak memenuhi kewajibannya. Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah seberapa besar implementasi strategi peningkatan pendapatan di UPT P3HPHH Jakarta Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar implementasi strategi peningkatan pendapatan di UPT P3HPHH Jakarta Barat. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai UPT P3HPHH Jakarta Barat dan teknik pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh. Untuk menganalisa data penulis menggunakan uji hipotesis t-test satu sample. Sedangkan untuk teknik pengumpulan data penulis menggunakan observasi, dokumentasi, dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan implementasi strategi peningkatan pendapatan di UPT P3HPHH Jakarta Barat dinilai baik karena sesuai dengan hasil perhitungan yang diperoleh angka > (37,30 > 1,711) dan implementasi strategi

  ℎ

  peningkatan pendapatan di UPT P3HPHH Jakarta Barat mencapai angka 72% dari angka 55% yang diharapkan. Saran yang diberikan oleh penulis adalah: 1) Melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan, 2) Meningkatkan produktivitas, 3) Meningkatkan pengawasan, dan 4) Memberikan sanksi yang tegas pada setiap wajib retribusi yang melanggar peraturan.

  

ABSTRACT

RINA ANDRIANA, 072737. Major of Public Administration, Faculty of Social

Science and Politic Science, University of Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, 2011

The Implementation of The Increase Income Strategy in UPT Pusat Promosi

dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan West Jakarta ”.

  Key word: The Implementation, The Increase Income Strategy

UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan (P3HPHH)

West Jakarta is a public organization which manage the user charge of local

property levie. Problems was found by the writer are: 1) The user charge man

often do postponment to pay the user charge, 2) The retraction of user charge

done by third p arty, employee of UPT don’t do the retraction, 3) Hard to add new facilitation that can increase

  UPT’s income, and 4) UPT don’t enforce the

punishment to compulsory levy who illicit the regulation. The formulation of

problem is how many the implementation of the increase income strategy in UPT

P3HPHH West Jakarta. The aim of this research is to know how many the

implementation of the increase income strategy in UPT P3HPHH West Jakarta.

The writer used description quantitative method in this research. The population

in this research are all of employee in UPT P3HPHH West Jakarta and the writer

used census in technic sampling. The writer used one sample t-test to analyze

datas. Observation, documentation, and quetionare are the way of writer

collected the data. The result of this research showed that the implementation of

the increase income strategy in UPT P3HPHH West Jakarta assessed good by the

writer because its in accordance with the calculation of >

(37,30 > 1,711) and the implementation of the increase income strategy in UPT

P3HPHH West Jakarta reached 72% of 55% from the wr iter’s expectation.

Suggestions given by the writer are: 1) Do the regulation that have determined, 2)

Increase the productivity of the employees, 3) Increase the supervision, and 4)

Give punishment to compulsory levy who illicit the regulation.

  

B A B I

P E N D A H U L U A N

1.1 Latar Belakang Masalah

  Indonesia merupakan negara berkembang yang secara terus - menerus melakukan pembangunan diberbagai bidang. Dalam melakukan pembangunan tersebut tidak begitu saja berjalan mulus, akan tetapi banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi. Berbagai masalah yang begitu kompleks ada di negeri Indonesia ini. Mulai dari kemiskinan, pengangguran, rendahnya pendidikan dan tingginya tingkat kematian, serta musibah dan bencana sering kali menghiasi wajah Ibu Pertiwi. Pemerintah sebagai pelopor penggerak pembangunan memegang peranan yang sangat penting dalam menjalankan roda pemerintahan, bagaimana strategi dan rencana yang digunakan agar pembangunan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, tepat sasaran, adil dan merata sehingga masalah

  • –masalah yang dihadapi dapat diatasi, oleh karena itu dibentuklah desentralisasi.

  Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari pemerintah pusat, baik kepada para pejabat pusat di daerah yang disebut dekonsentrasi, maupun kepada badan-badan otonomi daerah yang disebut devolusi (Yuwono, 2008: 14). Pada saat ini Indonesia telah memasuki paradigma baru penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa, kreatifitas, dan peran aktif masyarakat dalam mengembangkan dan memajukan daerahnya.

  Dalam desentralisasi, kewenangan pemerintah daerah meliputi prakarsa, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi maupun segi- segi pembiayaan dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Dengan demikian pemerintah daerah tidak saja hanya dituntut untuk mampu menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat akan tetapi secara financial mampu pula membiayai segala kebutuhannya untuk menggali, mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Karena faktor yang terpenting adalah dukungan kemampuan keuangan daerah itu sendiri.

  Keuangan daerah menjadi sangat penting karena hampir tidak ada kegiatan pemerintahan yang tidak membutuhkan biaya. Tujuannya adalah agar suatu daerah dapat melaksanakan pembangunan dan mengurus rumah tangganya sendiri maka daerah harus memiliki sumber-sumber keuangan sendiri yang cukup (Kaho, 2007: 138). Hal ini untuk menghindari ketergantungan yang semakin besar bagi daerah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya sendiri. Oleh karena itu pemerintah daerah dituntut wajib menggali dan mengelola sumber-sumber yang dapat menjadi sumber pendapatan keuangan daerah dengan baik. Dengan pengelolaan yang baik maka akan semakin berdaya guna dan berhasil guna sumber-sumber yang didapat.

  Pendapatan daerah dapat berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah dan pendapatan lain-lain (Mahmudi, 2010: 16).

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari beberapa hasil penerimaan daerah dan salah satunya diperoleh dari penerimaan retribusi daerah yang diatur dalam UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Salah satu sumber terbesar keuangan daerah adalah retribusi daerah, maka hasil retribusi daerah perlu diusahakan agar menjadi pemasukan yang potensial terhadap PAD. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Suparmoko, 2002:85).

  Adapun yang menjadi tujuan dari pemungutan retribusi daerah antara lain adalah untuk mendapatkan keuntungan yang layak guna membiayai daerah otonom yang diberi hak untuk memungut retribusi daerah sebagai sumber pendapatan bagi daerahnya sendiri. Dengan adanya pemunggutan ini diharapkan dapat mendukung sumber pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan daerah, sehingga akan meningkatkan dan memeratakan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat di daerahnya.

  Terdapat beberapa jenis retribusi, tetapi dapat dikelompokkan menjadi tiga macam sesuai dengan obyeknya. Jenis-jenis retribusi adalah retribusi yang dikenakan pada jasa umum, retribusi yang dikenakan pada jasa usaha, dan retribusi yang dikenakan pada perijinan tertentu.

  Retribusi merupakan salah satu PAD bagi pemerintah daerah berdasarkan Undang-Undang No. 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

  Salah satu cara untuk meningkatkan PAD adalah dengan meningkatkan pendapatan dari retribusi yang dalam hal ini termasuk retribusi yang dipungut dari pengunaan fasilitas pemerintah, yaitu retribusi pemakaian kekayaan daerah.

  Retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah retribusi pemakaian kekayaan daerah dikenakan atas pemakaian kekayaan daerah seperti pemakaian tanah dan bangunan, pemakaian ruangan untuk pesta, pemakaian kendaraan atau alat-alat berat milik Pemerintah Daerah. Dengan kata lain retribusi ini adalah dimana masyarakat diberikan fasilitas dalam berbagai bentuk baik alat maupun gedung secara fisik sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya, yang dikelola oleh suatu UPT (Unit Pelayanan Teknis) yang berhak memunggut retribusi tersebut dan selanjutnya retribusi tersebut di serahkan pada dinas yang telah ditetapkan untuk mengelola pendapatan tersebut.

  Dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 87 Tahun 2009, Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta mempunyai salah satu fungsi dan tugas pokok berupaya mendorong dan membenahi berbagai kebijakan yang berkaitan dengan perkembangan sektor kelautan dan pertanian mulai dari praproduksi, produksi, pasca panen serta pemasarannya. Berkenaan dengan itu, maka Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan berupaya untuk mengembangkan fasilitas sarana dan prasarana yang telah ada, sehingga UPT tersebut dapat lebih efektif dan efisien dalam mendorong bisnis bunga dan tanaman hias khususnya di Provinsi DKI Jakarta.

  Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya telah diyakinkan bahwa untuk menyelenggarakan otonomi daerah harus didukung oleh keuangan daerah yang memadai. Untuk mewujudkan hal ini UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat mempunyai hak mengelola golongan retribusi jasa usaha yang jenisnya termasuk ke dalam retribusi pemakaian kekayaan daerah berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Daerah. Dengan demikian maka diharapkan UPT ini dapat menjadi salah satu sumber keuangan untuk Provinsi DKI Jakarta.

  Tingkat penggunaan jasa pemakaian kekayaan daerah diukur berdasarkan penggunaan, luas, jumlah, dan waktu pemakaian. Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah dengan memperhatikan biaya investasi, biaya perawatan atau pemeliharaan, biaya penyusutan, biaya asuransi, biaya rutin atau periodik yang berkaitan langsung dengan penyediaan jasa, dan biaya administrasi umum yang mendukung penyediaan jasa. Sedangkan sistem pengelolaan retribusinya adalah Bendahara Pembantu Penerima Retribusi setelah menerima pembayaran retribusi disetorkan ke Kas Daerah DKI Jakarta. Retribusi yang diterima oleh Kas Daerah DKI Jakarta dari unit atau dinas merupakan sebagian PAD DKI Jakarta yang selanjutnya dikelola untuk penyelenggaraan pembagunan fasilitas atau sarana umum dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat yang dituangkan dalam bentuk Dokumen Pelaksanaan Anggaran melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA - SKPD).

  Obyek retribusi adalah berbagai jenis pelayanan atau jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah (Darwin, 2010: 166). Besaran pokok retribusi pemakaian kekayaan daerah diukur berdasarkan penggunaan, luas, jumlah, dan waktu pemakaian. Terdapat beberapa objek pendapatan yang berupa retribusi Sumber: UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat,

  yang dikelola oleh UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat, diantaranya sebagai berikut:

Tabel 1.1 Objek Retribusi UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan

  

Hasil Hutan Jakarta Barat

No.

  Objek Retribusi UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan

  Jakarta Barat Besar Tarif Retribusi

  1. Pemakaian Kios Promosi Bunga Rp 7.500,00/m²/bulan

  2. Pemakaian Los Promosi Bunga Rp 500,00/m²/hari

  3. Pemakaian Kios Terbuka Promosi Bunga Rp 75.000,00/kios/bulan

  4. Pamakaian Lahan Usaha Promosi Penangkar Bibit

  Rp 1.000,00/m²/bulan

  5. Pemakaian Lahan Taman Anggrek Ragunan: a.

  Pemakaian Lahan Taman Anggrek Ragunan b. Masuk Kawasan Taman Anggrek

  Ragunan:

  • Mobil -

  Motor

  • Orang Rp. 185.000,00/kav/bulan Rp 1000,00/mobil/skl msk Rp 500,00/mobil/skl msk Rp 1000,00/mobil/skl msk

Tabel 1.2 Pendapatan UPT Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil

  

Hutan Jakarta Barat Tahun 2009 dan 2010

Uraian No Kode 2009 2010 Rekening Target Realiasi Target Realisasi

  1. Pemakaian Kios 335.500.000,00 221.469.818,00 391.982.000,00 247.289.608,00 Promosi

  2. Pemakaian Los 63.500.000,00 30.599.500,00 64.496.000,00 32.605.000,00 Promosi

  3. Pemakaian Kios 155.150.000,00 79.300.900,00 117.776.000,00 41.466.311,00 Terbuka

  4. Pemakaian Lahan Usaha

  49.243.000,00 23.525.334,00 50.446.000,00 23.080.000,00 Promosi Penangkar Bibit

  5. Pemakaian Lahan 192.570.000,00 95.261.000,00 195.805.000,00 97.264.000,00

  Taman Anggrek Jumlah 795.963.000,00 450.563.552,00 820.505.000,00 441.704.919,00 Sumber: BPKD Provinsi DKI Jakarta, 2011.

  Berdasarkan data di atas penerimaan pendapatan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat yang berupa retribusi pemakaian kekayaan daerah mengalami penurunan dari tahun 2009 ke tahun 2010. Pada tahun 2009 keseluruhan pendapatan yang diterima adalah sebesar Rp 450.536.552,00 sedangkan pada tahun 2010 keseluruhan pendapatan yang diterima adalah Rp 441.704.919,00. Terdapat selisih pendapatan yang diterima oleh UPT yaitu sebesar Rp 8.831.633,00 dari pendapatan tahun 2009 ke oleh wajib retribusi menurun dan berakibat pula pada penurunan pendapatan yang diterima oleh UPT. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan tersebut. Pertama, pembeli bunga hanya pada waktu atau musim tertentu. Dari beberapa pernyataan pedagang, pembeli bunga tidak selalu ada setiap harinya. Mereka hanya membeli bunga pada waktu atau musim tertentu. Kedua, harga yang terlalu mahal. Hal ini dikarenakan harga bibit yang terlalu mahal yang dapat menyebabkan tingginya harga bunga di pasar. Ketiga, banyaknya pedagang. Terdapat 286 pedagang di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat, banyaknya pedagang yang ada tidak diimbangi dengan pembeli sehingga pendapatan para pedagang mengalami penurunan. Keempat, gagal panen. Untuk pemakaian Lahan Taman Anggrek Ragunan, pemakaina lahan ini akan menghasilkan berbagai macam bunga anggrek. Para petani menanam sendiri tanamannya, mulai dari menanam bibit sampai masa panen. Namun para petani sering mengalami gagal panen. Hal ini dikarenakan oleh faktor cuaca yang tidak menentu dan penggunaan bibit yang kurang bagus. Karena faktor-faktor di atas maka pendapatan para pedagang dapat menurun yang pada akhirnya mempengaruhi pendapatan UPT.

  Usaha pengembangan penerimaan pendapatan UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat yang berupa retribusi pemakaian kekayaan daerah pada tiap tahunnya mengalami kendala dan hambatan. Hambatan dan kendala tersebut menyebabkan tidak lancarnya pengelolaan retribusi itu dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data wajib retribusi yang telah melaksanakan kewajibannya untuk membayar retribusi dari bulan Januari 2011 sampai bulan April 2011. Jumlah wajib retribusi secara keseluruhan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat adalah sebanyak 286 orang. Pada bulan Januari 2011 wajib retribusi yang sudah melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu sebanyak 190 orang, sedangkan 96 orang tidak melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu untuk bulan Januari. Pada bulan Februari 2011 wajib retribusi yang sudah melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu sebanyak 175 orang, sedangkan 111 orang tidak melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu untuk bulan Februari. Pada bulan Maret 2011 wajib retribusi yang sudah melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu sebanyak 151 orang, sedangkan 135 orang tidak melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu untuk bulan Maret. Pada bulan April 2011 wajib retribusi yang sudah melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu sebanyak 111 orang, sedangkan 175 orang tidak melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu untuk bulan April. Dapat dilihat dari data tersebut, dalam setiap bulannya jumlah wajib retribusi yang melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu mengalami penurunan.

  Setelah penulis melakukan observasi awal pada lokasi penelitian, ada beberapa permasalahan yang terjadi di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat. Pertama, hal yang berkaitan dengan perilaku wajib retribusi dalam melakukan pembayaran retribusi. Para wajib retribusi pasar yang seringkali mengabaikan kewajibannya untuk membayar retribusi dengan berbagai alasan sehingga terjadi penunggakan pembayaran retribusi. Dapat diketahui kesadaran wajib retribusi memiliki kesadaran yang rendah untuk melaksanakan kewajibannya untuk membayar retribusi. Dari penunggakan inilah kemudian penerimaan yang didapatkan tidak dapat optimal setiap bulannya.

  Kedua, penarikan retribusi dilakukan oleh pihak luar. Untuk penarikan retribusi berobjek lapak atau los para petugas yang berhak mengelola untuk menarik uang retribusi tidak turun langsung dalam penarikan retribusi tersebut. Dengan alas an para pegawai UPT tidak mengetahui seluruh wajib retribusi yang berada disana. Oleh karena itu penarikan tersebut dilakukan oleh pihak pasar atau orang pasar yang bukan merupakan pegawai UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat.

  Ketiga, sulitnya menambah fasilitas baru. Dengan adanya fasilitas baru maka pendapatan retribusi dapat meningkat. Namun sayangnya penambahan fasilitas tersebut sulit untuk dilakukan, karena hal ini menyangkut peraturan daerah. Apabila UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan ingin menambah fasilitas baru, maka UPT tersebut harus mengajukan pembuatan fasilitas baru dengan peraturan daerah yang baru, hal ini akan memakan waktu yang cukup lama untuk menambah fasilitas baru.

  Kempat, tidak adanya sanksi yang diberlakukan apabila wajib retribusi telat membayar retribusi yang telah dibebankan. Terdapat pengenaan sanksi berdasarkan Peraturan Gubernur No. 126 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Daerah yaitu sebesar 2%. Wajib retribusi yang melakukan penunggakan pembayaran retribusi akan dikenakan denda atau sanksi sebesar 2% dari beban yang seharusnya mereka bayar. Namun peraturan tersebut tidak dilakukan oleh UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan. Hal ini dikarenakan atas dasar manusiawi, selain itu apabila wajib retribusi yang mendapat denda tetap harus membayar denda yang telah dibebankan, terdapat kekhawatiran jika mereka tidak akan menggunakan fasilitas lagi, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pendapatan UPT.

  Dengan permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik meneliti

  “Implementasi Strategi Peningkatan

Pendapatan Di UPT Pusat Promosi Dan Pemasaran Hasil Pertanian Dan

Hasil Hutan Jakarta Barat

  ”.

1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan hasil observasi di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat, diketahui terdapat beberapa masalah, yaitu sebagai berikut:

  1. Kurangnya kesadaran wajib retribusi dalam melaksanakan kewajibannya dalam membayar retribusi.

  2. Penarikan retribusi dilakukan oleh pihak luar bukan dilakukan oleh UPT.

  3. Kesulitan menambah fasilitas baru yang dapat menambah pendapatan UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan.

  4. UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan tidak melakukan pengenaan sanksi terhadap wajib retribusi yang tidak memenuhi kewajibannya.

1.3 Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

  1.3.1 Batasan Masalah

  Mengingat adanya keterbatasan waktu, dana, dan pikiran, maka penulis hanya membatasi penelitian ini pada implementasi strategi peningkatan pendapatan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat.

  1.3.2 Rumusan Masalah

  Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti menyadari bahwa ada banyak faktor yang saling berkaitan yang juga mempengaruhi munculnya masalah diatas. Oleh karena itu penulis akan membatasi ruang lingkup kajian dengan memfokuskan perhatian pada Implementasi Strategi UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat dalam meningkatkan pendapatannya. Dengan demikian perumusan masalah yang berkaitan dengan fokus tersebut adalah: Seberapa besar implementasi strategi peningkatan pendapatan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat?

1.4 Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar implementasi strategi peningkatan pendapatan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat.

1.5 Manfaat Penelitian

  Dengan adanya hasil yang dapat diperoleh dari penelitian ini, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

  1. Manfaat Secara Teoritis, antara lain: Diharapkan dapat memngembangkan teori yang ada, atau yang diperoleh selama perkuliahan serta dapat dijadikan pemahaman untuk penelitian selanjutnya. Juga untuk meningkatkan kualitas belajar, memberikan pengetahuan dan pengantar wawasan yang luas bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa FISIP Ilmu Administrasi Negara.

  2. Manfaat Secara Praktis, antara lain: Sebagai bahan masukan atau sumbangan pemikiran kepada UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat dalam memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan strategi peningkatan penerimaan pendapatan daerah.

1.6 Sistematika Penulisan

  Penulisan ini dikelompokkan dalam 5 (lima) bab. Masing-masing bab terdiri dari sub bab dan sub-sub bab, penjelasan secara umum dari bab-bab tersebut diuraikan sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan digambarkan latar belakang masalah, identifikasi

  masalah dan batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

  BAB II DESKRIPSI TEORI Pada bab ini akan menguraikan teori-teori yang berhubungan

  dengan otonomi daerah, organisasi publik, manajemen sektor publik, strategi, manajemen strategi, PAD, retribusi pemakaian kekayaan daerah, kerangka berpikir, dan hipotesis.

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini memberikan uraian mengenai rancangan penelitian

  yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini, termasuk di dalamnya teknik pengumpulan data.

  BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai pembahasan tentang penelitian yang telah dilakukan. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dari uraian sebelumnya

  mengenai implementasi strategi di UPT Pusat Promosi dan

  Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat serta beberapa saran dan manfaat bagi UPT tersebut.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

B A B I I

D E S K R I P S I T E O R I

2.1 Otonomi Daerah

  Saat ini desentralisasi telah menjadi perhatian pokok dan menjadi fenomena bagi negara-negara dunia, baik di negara-negara berkembang maupun negara maju. Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah atau kepala wilayah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya sendiri (Widjaja, 1998: 5). Desentralisasi mengandung dua unsur pokok. Pertama, terbentuknya daerah otonom dan otonomi daerah. Kedua, penyerahan sejumlah fungsi pemerintahan kepada daerah otonom. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahanannya dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah bedasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2002.

  Pengertian otonomi daerah menurut Franseen dalam Yuwono (2008: 14) adalah hak untuk mengatur urusan-urusan daerah sekaligus menyesuaikan peraturan-peraturan yang sudah dibuat dengannya. Adapun konsep dasar otonomi derah adalah pemerintah pusat memberikan kewenangan yang luas kepada daerah untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan daerah masing-masing yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui produk hukum dan perudang- undangan yang berlaku. Dengan kewenanggannya, daerah akan menjadi kreatif untuk menciptakan kelebihan dan insentif kegiatan ekonomi pembangunan daerah. Dengan demikian tuntutan masyarakat dapat diwujudkan secara nyata dengan penerapan otonomi daerah luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak terabaikan, serta memelihara kesinambungan fiskal secara nasional (Widjaja, 2007: 2).

  Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, prinsip-prinsip pemberian otonomi pada daerah lebih dipertegas, yaitu:

  1. Harus menunjang aspirasi perjuangan rakyat, yakni memperkokoh Negara Kesatuan dan mempertinggi tingkat kesejahteraan rakyat.

  2. Harus merupakan otonomi nyata dan bertanggung jawab.

  3. Asas desentralisasi dilaksanakan bersama-sama dengan dekonsentrasi dengan memberi kemungkinan pula bagi pelaksanaan asas pembauran.

  4. Pemberian otonomi pada daerah mengutamakan aspek keserasian dengan tujuan di samping aspek pendemokrasian.

  5. Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk meningkatkan dayaguna dan hasilguna penyelengaraan pemerintah daerah, terutama dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan tehadap masyarakat serta untuk meningkatkan pembinaan kesatuan politik dan kesatuan bangsa.

  Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuananya dalam bidang keuangannya. Pamudji dalam Kaho (2007: 138) menegaskan bahwa:

  Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Dan keuangan inilah yang merupakan salah-satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Dari pendapat diatas terlihat bahwa untuk mengatur dan mengurus urusan yang cukup, maka bukan saja tidak mungkin bagi daerah untuk dapat menyelenggarakan tugas kewajiban serta kewenangan dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya (Kaho, 2007: 139). Dengan desentralisasi maka suatu daerah otonom dapat mengatur seluruh kegiatan yang mencakup dalam batas- batas otonomi yang diserahkan kepadanya.

  Dengan adanya otonomi daerah, diharapkan daerah akan lebih mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan tidak terlalu aktif mengatur daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu memainkan peranannya dalam membuka peluang memajukan daerah dengan melakukan identifikasi potensi sumber-sumber pendapatannya dan mampu menetapkan belanja daerah secara ekonomi yang wajar, efisien, efektif, termasuk kemampuan perangkat daerah meningkatkan kinerja, mempertanggungjawabkan kepada pemerintah atasannya maupun kepada publik atau masyarakat.

  Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa otonomi daerah adalah hak yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan dan mengatur urusan rumah tangganya sendiri melalui asas desentralisasi dengan batas-batas tertentu dan berpedoman pada peraturan perudang-undangan yang telah ditentukan.

2.2 Manajemen Publik

  Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan, waktu, dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab. Dengan adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab ini maka terbentuklah kerja sama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dengan adanya manajemen dalam suatu organisasi maka pekerjaan berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang diinginkan akan tercapai.

  Menurut G.R. Terry dalam Hasibuan (2007: 2), Management is a distinct

  

processn consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performed

to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and

others resources.

  Maksudnya adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan- tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Sedangkan pengertian manajemen menurut H. Koontz

  & O’Donnel dalam buku Handayaningrat (1994: 19) adalah Management involves getting

  

things done through and with people . Dalam definisi ini manajemen

  dititikberatkan pada usaha memanfaatkan orang-orang lain dalam mencapai tujuan.

  Berdasarkan beberapa pengertian manajemen diatas, maka manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan dengan mengatur sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi, agar lebih berdaya guna, berhasil guna, terintegrasi, dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang optimal.

  Manajemen diterapkan dalam setiap organisasi baik itu organisasi publik maupun organisasi swasta. Bozeman dalam buku Handoko (2003: 8) berpendapat, hanya beberapa organisasi yang bersifat kepemerintahan, tetapi seluruh organisasi bersifat publik (kerakyatan). Studi manajemen publik umumnya mengarah pada masalah-masalah kebijakan yang nyata dan diaplikasikan untuk meningkatkan pelayanan publik.

  Menurut Syafiie (1999: 51) membedakan manajemen publik dengan manajemen swasta masih menjadi polemik dalam literatur organisasi dan manajemen. Walaupun manajemen publik mempunyai warna pengabdian masyarakat yang menonjol, namun manajemen juga memiliki warna pelayanan.

  Jadi, kepublikan dipandang sebagai kunci dalam memahami perilaku organisasi dan manajemen di semua organisasi, tidak hanya organisasi kepemerintahan.

  Dari pengertian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa manajemen sektor publik adalah proses bagaimana sebuah organisasi bersifat publik mengelola sumber daya yang dimilikinya dalam mencapai tujuan yaitu memberikan pelayanan dan pemenuhan barang publik untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat.

2.3 Strategi Kesuksesan sebuah organisasi tergantung dari strategi yang diterapkan.

  Strategi berasal dari Yunani, yaitu stratogos atau strategis yang berarti jendral. Strategi berarti seni para jendral. Jika diartikan dari sudut pandang militer, strategi adalah cara menempatkan pasukan atau menyusun kekuatan tentara di medan perang agar musuh dapat dikalahkan. Menurut William F. Glueck dan Lawarence Jauch dalam Saladin (2003: 1) yang diartikan dengan strategi adalah sebuah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi, yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengn tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat diacapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.

  Stretegi adalah cara mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Ia merupakan sebuah rencana permanen untuk sebuah kegiatan. Di dalamnya biasanya termasuk formulasi tujuan dan kumpulan rencana kegiatan. Hal itu mengindikasikan adanya upaya memperkuat daya saing pekerjaan bisnis dalam mengelola organisasi dan mencegah pengaruh luar yang negatif pada kegiatan organisasi dengan cara menganalisis kekuatan dan kelemahan dari lingkungan eksternal maupun internal.

  Strategi dapat disebut juga sebagai pernyataan apa yang harus dilakukan organisasi untuk mencapai keberhasilan. Strategi ini didapatkan dari misi dan hasil penilaian fondasi organisasi. Strategi ini menyatakan tindakan apa saja yang harus dilakukan oleh organisasi untuk mencapai misi organisasi yang sesuai dengan kekuatan dan kelemahan organisasi.

  Strategi merupakan hal menetapkan arah kepada “manajemen” dalam arti orang tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persaingan di dalam pasar. Dengan kata lain, definisi

  1. Future Intentions atau tujuan jangka panjang. Hal ini diartikan sebagai pengembangan wawasan jangka panjang dan menetapkan komitmen untuk mencapainya.

  2. Competitive Advantage atau keunggulan bersaing. Hal ini diartikan sebagai pengembangan pemahaman yang dalam tentang pemilihan pasar dan pelanggan atau customer oleh perusahaan yang juga menunjukan kepada cara terbaik untuk mencapai tujuan akhir.

  Sementara itu Michael Porter dalam buku David (2004: 62) mengemukakan bahwa dengan strategi suatu organisasi memperoleh keunggulan bersaing dari tiga macam dasar yang berbeda, yaitu:

  1. Strategi keunggulan biaya. Strategi ini merupakan strategi mengefisienkan seluruh biaya produksi sehingga menghasilkan produk atau jasa yang bisa dijual lebih murah dibandingkan pesaing. Strategi keunggulan yang sukses biasanya merasuk keseluruh perusahaan atau orgaisasi, seperti efisiensi yang tinggi, biaya administrasi yang rendah dan partisipasi pegawai dalam pengendalian biaya.

  2. Strategi diferensiasi. Strategi ini menawarkan beberapa tingkat pembedaan artinya dengan memberikan penawaran yang berbeda dibandingkan penawaran yang diberikan oleh kompetitor. Strategi differensiasi mengisyaratkan perusahaan mempunyai jasa atau produk yang mempunyai kualitas ataupun fungsi yang bisa membedakan dirinya dengan pesaing sehingga dapat mempromosikan reputasi yang baik.

  3. Strategi fokus. Fokus berarti membuat produk dan menyediakan jasa yang memenuhi keperluan kelompok kecil konsumen. Strategi fokus biasanya dilakukan untuk produk ataupun jasa yang memang mempunyai karakteristik khusus.

  Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan, maka penulis menarik kesimpulan bahwa strategi merupakan suatu rencana tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan bukan hanya tujuan untuk jangka pendek, akan tetapi jangka menengah dan jangka panjang. Dalam menyusun strategi, diperlukan analisis terhadap lingkungan, baik lingkungan eksternal maupun internal dan disertai keputusan dan pelaksanaan yang tepat agar tujuan dapat dicapai melalui langkah-langkah yang tepat.

2.3.1 Tipe-Tipe Strategi

  Terdapat empat tipe-tipe strategi yang dikemukakan oleh Salusu (1996: 104), yaitu sebagai berikut:

  1. Corpoorate Strategy (Strategi Organisasi). Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif stratejik yang baru. Pemabatasan-pembatasan diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.

  2. Program Strategy (Strategi Program). Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi stratejik dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi.

  3. Resource Support Strategy (Strategi Pendukung Sumber Data).

  Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi, dan sebagainya.

  4. Institutional Strategy (Strategi Kelembagaan). Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif stratejik.

  Sementara itu Gregory G. Dess dan Alex Miller dalam Saladin (2003: 2), membagi strategi dalam dua bentuk, yaitu sebagai berikut:

  1. Strategi yang dikehendaki (intendded strategic) yang terdiri dari tiga elemen, diantaranya: a.

  Sasaran-sasaran (goals), yaitu apa yang ingin dicapai organisasi.

  b.

  Kebijakan (policies), merupakan garis pedoman untuk bertindak, bagaimana sebuah organisasi mencapai sasaran-sasaran tersebut.

  c.

  Rencana-rencana (plans), merupakan suatu pernyataan dari tindakan seseorang manajer organisasi terhadap apa yang diharapkan akan terjadi.

2. Strategi yang direalisasikan (realized strategic) merupakan apa yang dicapai atau apa yang telah terwujud.

  Dengan tipe-tipe strategi maka akan mempermudah suatu organisasi untuk menentukan cara mereka agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menganalisa lingkungan baik itu lingkungan eksternal maupun internal.

2.4 Manajemen Strategi

  Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya (David, 2004: 5). Seperti yang tersirat dalam definisi, fokus manajemen strategis terletak pada memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi.

  Manajemen strategi mengintegrasikan antara perencanaan strategik dengan upaya yang bersifat selalu meningkatkan kualitas organisasi, efisiensi anggaran, optimalisasi penggunaan sumberdaya organisasi, evaluasi program, pemantauan dan penilaian kinerja serta pelaporan kinerja. Dengan menerapkan manajemen strategi maka manajemen suatu organisasi akan lebih peka terhadap ancaman yang datang dari luar organisasi. Manajemen strategi memiliki peran yang signifikan dalam membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Manajemen strategi berfungsi sebagai sarana untuk mengkomunikasikan tujuan perusahaan dan jalan yang hendak ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut kepada pemilik, eksekutif, karyawan, dan pihak lain yang berkepentingan.

  Manajemen strategis adalah sekelompok keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang organisasi (Robbin, 2002: 196). Manajemen strategis mencakup semua dasar fungsi manajemen yaitu strategi organisasi harus direncanakan, diorganisasi, dilaksanakan, dan dikendalikan.

  Pengertian manajemen strategi menurut William F. Glueck dan Lawarence R. Jauch dalam Saladin (2003: 4) adalah, strategic management is a stream of

  

decisions and actions which leads to development of an affective strategy or

strategies to help achieve objectives, the strategy management process is the way

in which strategic determine objectives and make strategic decisions .