TINGKAT KENYAMANAN DI HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT

(1)

TINGKAT KENYAMANAN DI HUTAN KOTA SRENGSENG

JAKARTA BARAT

(Skripsi)

Oleh

AGUNG SETIAWAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(2)

Judul Skripsi : TINGKAT KENYAMANAN DI HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT

Nama Mahasiswa : Agung Setiawan No. Pokok Mahasiswa : 0614081020 Jurusan : Kehutanan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. NIP 195908111986031001

2. Ketua Jurusan Kehutanan

Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. NIP 195908111986031001


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. H. Afif Bintoro, M.P.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 1960601711987031007


(4)

TINGKAT KENYAMANAN DI HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT

Oleh Agung Setiawan

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 12 Juni 1988, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Amar dan Sopiah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN Perumnas 1 Tangerang tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Nusantara 1 Tangerang pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas di SMA PGRI 109 Kota Tangerang pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Unila melalui jalur SPMB. Penulis melakukan Praktek Umum di Perum Perhutani unit III, Resot Pemangkuan Hutan (RPH) Tenjo, Jawa Barat dan Banten pada tahun 2009. Selama menjadi mahasiswa pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian, penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva) FP Unila. Pernah menjadi anggota LSM

(Lembaga Swadaya Masyarakat) Garuda Sylva Periode 2010-2012 Bidang Advokasi dan Lingkungan Hidup.


(6)

ABSTRAK

TINGKAT KENYAMANAN DI HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT Oleh

Agung Setiawan

Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup di perkotaan, Pemerintah Jakarta Barat konsisten melakukan berbagai program perbaikan lingkungan. Salah satu program prioritasnya adalah peningkatan kualitas ruang terbuka hijau (RTH). Hutan Kota Srengseng sebagai salah satu bentuk RTH merupakan suatu kawasan di dalam kota yang memiliki berbagai jenis pohon dan fasilitas penunjang. Tujuan dan sasaran dari pembangunan RTH kota adalah memelihara keseimbangan lingkungan alam sekitarnya, mengurangi polusi udara, kebisingan dan polusi air, serta menciptakan kondisi lingkungan perkotaan yang sejuk dan nyaman. Salah satu nilai kuantitatif yang digunakan untuk menyatakan tingkat kenyamanan adalah Indeks Kenyamanan atau Temperature Humidity Index (THI) yang dapat diukur dengan menggunakan data suhu dan kelembaban relatif udara. Penelitian akan dilaksanakan di Hutan Kota Srengseng Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta yang terletak di Jalan H. Kelik Kelurahan Srengseng Kecamatan Kembangan, kota Administrasi Jakarta Barat dengan luas 15 ha. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2011. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mengukur suhu dan

kelembaban udara dengan pendekatan Indeks Kenyamanan atau Temperature Humadity Index (THI). Selain itu mengetahui tingkat kenyamanan pengunjung Hutan Kota

Srengseng dengan menggunakan metode Simpel Random Sampling. Berdasarkan lima titik pengamatan pengambilan sampel terhadap tingkat kenyamanan di tiga areal pada Hutan Kota Srengseng, diperoleh bahwa areal tanaman hias memiliki tingkat kenyamanan yang lebih baik (26,88 - 27,75) daripada tingkat kenyamanan yang terdapat di taman bermain (27,60 - 28,39) dan danau (28,30 – 29,11). Sedangkan dilihat berdasarkan respon pengunjung terhadap tingkat kenyamanan di Hutan Kota Srengseng, baik fasilitas, aksesibilitas, keindahan, keamanan, kelembaban udara dan suhu, dan kondisi pohon, diperoleh bahwa Hutan Kota Srengseng memiliki tingkat kenyamanan yang baik.


(7)

ABSTRACT

THE COMFORT LEVEL IN SRENGSENG’s URBAN FOREST WEST JAKARTA By

Agung Setiawan

In order to improve the environmental quality in the urban city, West Jakarta’s Government consistently perform various recovery environment programs. One program priority is improving Green Open Space’s (RTH) quality. Srengseng’s Urban Forest as one form of RTH is an area in the city that has many kinds of trees and supporting facilities. Goals and objectives of RTH’s development are to maintain the balance of the surrounding natural environment, reduce air pollution, noise and water pollution, as well as creating conditions for the urban environment is cool and comfortable. One of the quantitative value used to express the degree of comfort or convenience is the Temperature Humidity Index (THI) which can be measured using the data of air temperature and relative humidity.

Research will be conducted at the Srengseng’s Urban Forest, West Jakarta DKI Jakarta Province, located at J H. Kelik street, Srengseng Village, District of Kembangan, West Jakarta city administration with an area of 15 ha. The research was conducted in June 2011. Sampling method in this study carried out by measuring the temperature and humidity with comfort index approach or Temperature Humadity Index (THI). Additionally, knowing the comfort level of visitors to Srengseng’s Urban Forest by using Simple Random Sampling method. Based on observations of five sampling points on the comfort level in three areas to Srengseng’s Urban Forest, found that the ornamental plants area have a better comfort level (from 26.88 to 27.75) than comfort level in the playground (27.60 to 28 , 39) and lakes (from 28.30 to 29.11). While seeing from visitor response to the comfort level in facilities, accessibility, beauty, security, air humidity and temperature, and trees conditions,

obtained that Srengseng’s Urban Forest has a good comfort level.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur atas Rahmat Allah SWT, saya persembahkan karya ini kepada:

 Papa dan Mama tercinta yang telah mengasuh, mendidik, dan selalu berdoa untuk keberhasilan dan kebahagiaanku, serta kakak-kakakku dan adikku yang kusayangi.

 Seluruh staf pengajar atas ilmu yang telah diberikan serta seluruh angkatan 2006 atas kebersamaan yang tak terlupakan dan almamater tercinta.


(9)

SANWACANA

Assalamualaikum war. wab.

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “Tingkat Kenyamanan di Hutan Kota Srengseng”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Shalawat dan salam saya sampaikan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW dengan harapan pada hari akhir akan mendapatkan syafaatnya. Ucapan terima kasih saya tujukan kepada berbagai pihak sebagai berikut:

1. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku dosen pembimbing utama dan selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian atas bimbingan, arahan, dan motivasi yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini. 2. Bapak Drs. H. Afif Bintoro, M.P., selaku dosen penguji atas saran dan kritik

yang telah diberikan hingga saya menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S., selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan arahan selama penulis melaksanakan studi.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(10)

5. Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, terutama bidang kehutanan beserta anggotanya yang telah memberikan banyak bantuan kepada saya selama penelitian.

6. Saudara dan Sahabat Angakatan 2006 atas kebersamaannya yang telah diberikan selama ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah

diberikan kepada penulis. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan memperkaya kasanah ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum war. wab.

Bandar Lampung, 10 Mei 2012


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Kerangka Penelitian ... 3

II. TINJAUN PUSTAKA A. Hutan Kota dan Ruang Terbuka Hijau ... 6

B. Tipe-tipe Hutan Kota ... 9

C. Bentuk Tajuk ... 10

D. Ukuran Pohon ... 12

E. Suhu Udara ... 13

F. Kelembaban Relatif Udara ... 13

G. Tingkat Kenyamanan ... 15

H. Penilaian Responden ... 15

III. BAHAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

B. Objek penelitian dan Alat ... 17


(12)

ii

D. Jenis Data ... 17

E. Metode Pegambilan Data ... 18

F. Metode Penentuan Responden ... 20

G. Pengelolaan dan Analisis Data ... 21

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Status Hukum Kawasan ... 23

B. Letak Administratif dan Luas Lokasi Penelitian ... 23

C. Aksebilitas ... 23

D. Kondisi Fisik Kawasan ... 24

E. Geologi dan Tanah ... 24

F. Iklim, Hidrologi dan Drainase ... 25

G. Habitat dan Koponen Penyusun ... 25

H. Satwa Liar ... 26

I. Fungsi dan Manfaat ... 26

J. Fasilitas ... 27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Udara ... 28

B. Kelembapan Relatif Udara ... 31

C. Tingkat Kenyamanan... 33

D. Hasil Pengamatan Pohon di dalam Hutan Kota Srengseng ... 34

E. Karektaristik Pengunjung ... 36

F. Penilaian Pengunjung Terhadap Hutan Kota Srengseng ... 43

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN Tabel ... 26--54


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Strata yang terdapat di Hutan Kota Srengseng ... 26

2. Rata-rata temperatur ( T ) disetiap titik pengukuran pada pagi, siang, sore ... 28

3. Data Rata-rata kelembaban udara di masing-masing lokasi menurut Waktu ... 31

4. Data tingkat kenyaman di masing-masing menurut waktu ... 33

5. Pengamatan pohon ddi dalam Hutan Kota Srengseng ... 34

6. Presentase responden berdasarka zona asal pengunjung Hutan Kota Srengseng ... 37

7. Presentase responden berdasarkan tujuan kunjungan pengunjung Hutan Kota Srengseng... 38

8. Presentase responden berdasarkan cara berkunjung pengunjung Hutan Kota Srengseng... 38

9. Presentase responden berdasarkan motivasi kunjung pengunjung Hutan Kota Srengseng... 39

10. Presentase responden berdasarkan umur pengunjung Hutan Kota Srengseng ... 39

11. Presentase responden berdasarkan jenis kelamin pengunjung Hutan Kota Srengseng... 40

12. Presentase responden berdasarkan tinggkat pendidikan terakhir pengunjung Hutan Kota Srengseng ... 41

13. Presentase responden berdasarkan pekerjaan pengunjung Hutan Kota Srengseng... 42

14. Presentase responden berdasarkan tingkat pendapatan pengunjung Hutan Kota Srengseng... 42

15. Penliaian pengunjung terhadap Hutan Kota Srengseng ... 43

16. Hasil pengamatan temperatur udara di taman bermain ... 51

17. Hasil pengamatan kelembaban udaradi taman bermain ... 51


(14)

iv

19. Hasil pengamatan kelembaban udara di danau ... 52 20. Hasil pengamatan temperatur udara di taman bunga ... 53 21. Hasil pengamatan kelembaban uadara di taman bunga ... 53


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka penelitian ... 5

2. Wawancara pengunjung ... 61

3. Pengambilan data temperatur dan kelembaban udara ... 61

4. Bentuk tajuk irregular ... 61

5. Kondisi tanaman hias ... 62

6. Kondisi tepi danau... 62


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

berkembang sangat pesat dengan ciri utama pembangunan fisik namun di lain sisi, pemerintah Jakarta Barat sangat fokus terhadap upaya-upaya perbaikan kualitas lingkungan hidup demi menopang keberlangsungan pembangunan yang berkelanjutan. Pengembangan wilayah kawasan hijau di kawasan perkotaan melalui kegiatan penghijauan kota, pertamanan, dan pengembangan hutan kota merupakan cara pendekatan dan penerapan salah satu fungsi dan peran vegetasi yang bertujuan untuk mengimbangi kecenderungan penurunan kualitas lingkungan hidup di kawasan perkotaan (Dinas Kelautan dan

Pertanian Provinsi DKI Jakarta, 2011).

Pemerintah Jakarta Barat dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup konsisten melakukan berbagai program pembangunan, Salah satu program prioritas adalah peningkatan kualitas ruang terbuka hijau. Tujuan dan sasaran dari pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) adalah memelihara keseimbangan lingkungan alam sekitarnya, mengurangi polusi udara, kebisingan, dan polusi air, serta menciptakan kondisi lingkungan perkotaan yang sejuk dan nyaman.


(17)

Pembentukan ruang terbuka hijau mutlak memerlukan dukungan dan keterlibatan semua pihak termasuk warga Jakarta Barat. Salah satu hasil program peningkatan kualitas ruang terbuka hijau di Jakarta Barat adalah Hutan Kota Srengseng. Lahan Hutan Kota Srengseng pertama kali

dibebaskan oleh Walikota Jakarta Barat dengan peruntukan awalnya adalah untuk tempat pembuangan sampah (sanitary blandfill) yang dikelola oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Sejak tahun 1995, lahan Hutan Kota

Srengseng dikelola oleh Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Surat Keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta No 202 tahun 1995 tentang penetapan bekas lokasi pembuangan akhir sampah (LPA) Srengseng wilayah Kota Jakarta Barat seluas 15 ha sebagai hutan kota di Provinsi DKI Jakarta (Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, 2008).

Berdasarkan fungsi Hutan Kota Srengseng yang ditetapkan oleh Dinas Kelautan dan Pertanian sebagai kawasan resapan air, namun pada kenyataannya Hutan Kota Srengseng ini memiliki potensi untuk dikembangkan fungsinya. Hutan Kota Srengseng tidak hanya dapat

difungsikan sebagai kawasan resapan air tetapi juga dijadikan sebagai ruang aktivitas publik yang berbasis pelestarian kawasan hijau. Ruang aktivitas publik yang baik harus mempunyai kenyamanan yang baik. Salah satu ukuran/ besaran kuantitatif yang digunakan untuk menyatakan tingkat kenyamanan adalah “Indeks Kenyamanan atau Temperature Humidity Index (THI)” yang dapat diukur dengan menggunakan data suhu dan kelembaban relatif udara. Untuk itu perlu dilakukan penelitian terhadap Hutan Kota


(18)

3

Srengseng Jakarta Barat untuk dapat memberikan gambaran efektivitas fungsi hutan kota dalam memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat kenyamanan Hutan Kota Srengseng berdasarkan temperatur dan kelembaban?

2. Bagaimana bentuk tajuk pohon-pohon penyusun Hutan Kota Srengseng? 3. Bagaimana penilaian pengunjung terhadap kenyamanan Hutan Kota

Srengseng?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat kenyamanan Hutan Kota Srengseng

2. Mengetahui Bentuk tajuk dan jenis pohon Hutan Kota Srengseng 3. Mengetahui penilaian pengunjung terhadap tingkat kenyamanan Hutan

Kota Srengseng

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan :

1. Memberikan informasi kepada instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Jakarta mengenai tingkat kenyaman di sekitar hutan kota. 2. Memberika informasi kepada Dinas Tata Kota sebagai pertimbangan


(19)

E. Kerangka Penelitian

Hutan Kota Srengseng merupakan hutan kota yang penting bagi Kota Jakarta Barat, merupakan suatu kawasan di dalam kota yang memiliki berbagai jenis pohon dan fasilitas penunjang. Hutan Kota Srengseng dapat memberikan aspek kenyamanan dan keindahan, dikarenakan adanya tajuk pohan-pohon yang berpengaruh terhadap lingkungan sekitar. Semakin rapat tajuk pohon intensitas matahari semakin menurun dan temperatur semakin menurun, dengan demikian kerapatan tajuk sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang nyaman. Selain itu fasilitas penunjang seperti taman bermain, shelter, dan sebagainya dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan di Hutan Kota Srengseng, yang didasarkan pada kondisi temperature, kelembapan udara, kondisi kerapatan tajuk pohon, dan fasilitas penunjang kenyamanan di Hutan Kota Srengseng. Penelitian ini dilakukan dengan metode pendekatan terhadap pengunjung di Hutan Kota Srengseng, sehingga dapat diketahui penilaian pengunjung terhadap tingkat kenyamanan Hutan Kota Srengseng. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah Jakarta Barat dalam pengelolaan Hutan Kota Srengseng. Bagan alir mengenai kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.


(20)

5

Gambar 1. Kerangka Penelitian 1. Jenis pohon

2. Tutupan Tajuk Pohon

1. Temperatur 2. Kelembaban

Hutan Kota Srengseng

Pohon Fasilitas

1.Tempat sampah 2. Shelter

3. Jalan utama 4. Toilet

5. Fasilitas ibadah 6. Taman bermain 7. Tempat parkir


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hutan Kota dan Ruang Terbuka Hijau

Hutan Kota menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2003 adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di wilayah perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Luasan 0,25 hektar merupakan hamparan terkecil hutan kota dengan pertimbangan bahwa pohon-pohon di dalam hutan kota tersebut dapat menciptakan iklim mikro.

Kota menurut Dahlan (1992) merupakan tempat bermukimnya warga, tempat bekerja, tempat hidup, tempat belajar, pusat pemerintahan, tempat berkunjung dan menginapnya tamu negara, tempat mengukur prestasi para olahragawan, tempat pentas seniman domestik dan manca negara, tempat rekreasi, dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Dahlan (1991) menyatakan bahwa hutan kota yaitu suatu lahan yang bertumbuhkan pohon di wilayah perkotaan di tanah negara atau hak milik yang berfungsi menyangga lingkungan dalam rangka pengaturan tata air, udara, habitat fauna yang memiliki nilai estetika dan merupakan areal hijau terbuka yang dinyatakan dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagai hutan kota.


(22)

7

Tujuan Ruang Terbuka Hijau adalah meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih, dan menciptakan keserasian lingkungan alam dengan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat. Fungsi Ruang Terbuka Hijau adalah sebagai areal atau wilayah perlindungan dalam proses berlangsungnya fungsi ekosistem dan penyangga kehidupan.

Hutan Kota Srengseng memiliki bentang atau konfigurasi lahan yang

beragam, hingga menarik bagi pengunjung, yaitu danau dan pulau yang berada di kawasan hutan kota. Keanekaragaman flora di Hutan Kota Srengseng adalah Akasia ( Acacia auculiformis ), Damar ( Sorea javanica), Pulai ( Alstonia scholaris ), Kenari ( Canarium vulgare ), Kayu manis ( Cinamomun burmanii ), Dadap merah (Erythrina cristagali ), Jamblang (Eugenia cumini ), Beringin (Ficus benjamina ), Bungur (Lagerstroemia flosreginae ).

Peranan dan manfaat vegetasi dalam hutan kota antara lain sebagai berikut. (Dahlan, 1992).

1. Indentitas kota, jenis tanaman dan hewan yang merupakan simbol atau lambang suatu kota dapat dikoleksi pada areal hutan kota

2. Pelestarian plasma nutfah, merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri.

3. Penahanan dan penyaringan partikel padat dari udara. Keberadaan hutan kota menyebabkan partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer


(23)

bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan.

4. Penyerap dan penjerap partikel timbal, hutan kota dengan jenis-jenis tanaman yang sesuai mempunyai kemampuan untuk menjerap dan penjerap partikel timbal dan debu industri seperti semen.

5. Perlindungan terhadap kondisi fisik alami sekitar (angin kencang, terik matahari, gas dan debu).

6. Mengurangi polusi air, vegetasi dapat membantu membersikan air. 7. Mengurangi polusi suara (kebisingan) karena vegetasi dapat menyerap

suara.

8. Keindahan (estetika), dengan terdapatnya unsur penghijauan yang direncanakan secara baik dan menyeluruh dapat menambah keindahan kota.

9. Kesehatan, warna dan karakter tumbuhan dapat digunakan untuk terapi mata dan jiwa.

10.Ameliorasi iklim, salah satu masalah yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat

meningkatnya temperatur udara di perkotaan.

11.Rekreasi, dengan keindahan hutan kota dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi.

12.Pendidikan, dengan aneka vegetasi sebagai labotarium alam mengandung nilai-nilai ilmiah yang sangat berguna untuk pendidikan.


(24)

9

14.Politik, sebagai contoh tamu negara datang untuk menanam jenis pohon tertentu di tempat yang sudah ditetapkan.

15.Ekonomi, vegetasi memberikan hasil yang mempunyai nilai ekonomi seperti bunga, buah dan kayu.

16.Penghijauan perkotaan sebagai indikator atau petunjuk lingkungan kemungkinan ada hal-hal yang membahayakan yang terjadi atas pertumbuhan dan perkembangan kota.

B. Tipe-Tipe Hutan Kota

Hutan Kota dapat dikelompokan ke dalam tipe-tipenya berdasarkan kepada perlindungan objek atau hasil yang ingin dicapai dari objek berdasarkan lokasi yang dibuat untuk tujuan tertentu (Dahlan, 1992).

1. Hutan Kota Pemukiman

Tipe hutan kota ini bertujuan untuk membantu menciptakan lingkungan yang nyaman dan menambah keindahan. Timbulnya industri di dekat pemukiman di kota-kota besar menimbulkan acaman terhadap kelestarian lingkungan dan penghuninya, sehingga pada lokasi pemukiman perlu dibangun hutan kota. Adanya hutan kota juga dapat menangkal kebisingan dari suara mesin-mesin pabrik dan kendaraan bermotor.

2. Hutan Kota Industri

Hutan kota industri berfungsi sebagai penangkal polusi yang berasal dari limbah industri, baik berbentuk cair maupun padat. Polutan ini biasanya berupa bahan kimia yang tidak hanya mengganggu karyawan pabrik tetapi juga mangganggu penduduk di sekitar melalui aliran sungai maupun


(25)

terbawa angin ke udara. Dengan adanya hutan kota dikawasan industri, sekaligus akan berfungsi juga sebagai tempat istirahat kerja, yaitu merupakan tempat yang terlindung secara alami dari kebisingan, gas dan debu buangan industri serta tempat untuk mendapat oksigen untuk pernapasan.

3. Hutan Kota Wisata (Rekreasi)

Hutan kota wisata (rekreasi) berperan sebagai sarana penduduk untuk memenuhi kebutuhan rekreasi. Tujuan rekreasi adalah untuk menyegarkan kembali kondisi badan supaya kesegaran tumbuh kembali setelah

menghadapi pekerjaan-pekerjaan rutin. Oleh karena itu, hutan kota wisata harus memiliki tempat bermain untuk anak-anak, tempat istirahat orang dewasa, perlindungan dari polutan berupa gas dan debu dari udara serta tempat produksi oksigen.

4. Hutan Kota Konversi

Hutan kota konversi mengandung arti untuk meningkatkan kenyamanan, keindahan, pasar, terminal, perkantoran, pertokoan, dan sebagainya. Disamping itu berperan sebagai merendam kebisingan yang ditimbulkan dari pusat-pusat keramaian tersebut.

C. Bentuk Tajuk

Setiap pohon memiliki bentuk tajuk yamg berbeda-beda yang pada umumnya dibedakan ke dalam tujuh bentuk dasar yaitu tidak beraturan, bentuk jambang, bentuk jorong, bentuk piramid/kolom, bentuk bundar, dan bentuk meliyuk (Grey dan Deneke, 1978 dalam Indrianto. 2005).


(26)

11

1. Bentuk tidak beraturan (irregular) yaitu tajuk pohon yang dibentuk oleh dahan-dahan dan ranting-ranting yang susunan dan panjang dahan/ranting tidak teratur, sehingga secara keseluruhan sistem percabangan

menghasilkan bentuk tajuk yang tampak tidak beratur.

2. Bentuk jambang (vase) yaitu tajuk pohon yang dibentuk oleh dahan-dahan dan ranting-ranting yang sebagian besar condong ke atas dan tegak, tersusun beraturan, sehingga secara keseluruhan sistem percabangan menghasilkan bentuk tajuk yang tampak seperti jambang atau pot bunga. 3. Bentuk jorong (oval) tajuk pohon yang dibentuk oleh dahan-dahan dan

ranting-ranting yang sebagian besar condong ke atas, daun-daunnya lebat, tersusun beraturan, sehingga secara keseluruhan sistem percabangan menghasilkan bentuk tajuk oval (tinggi tajuk lebih kurang 1,5 kali lebarnya).

4. Bentuk piramid/kerucut (piramidal) yaitu tajuk pohon yang dibentuk oleh dahan - dahan dan ranting – ranting yang sebagian besar arah tumbuhnya mendatar, tersusun beraturan, tajuk bagian bawah paling lebar kemudian secara teratur makin menyempit ke arah ujung tajuk, sehingga secara keseluruhan sistem percabangan menghasilkan bentuk tajuk seperti kerucut.

5. Bentuk tiang/kolom (columnar/fastigate) yaitu tajuk pohon yang dibentuk oleh dahan-dahan dan ranting-ranting yang sebagian besar condong ke atas, daun-daunnya lebat, tersusun beraturan, lebar tajuk sama besar atau mendekati sama mulai dari bagian bawah hingga ujung tajuk seperti kolom. Bentuk tajuk tajuk demikian sama juga disebut bentuk silindris.


(27)

6. Bentuk bundar (round) yaitu tajuk pohon yang dibentuk oleh dahan-dahan dan ranting-ranting yang arah tumbuhnya beranekaragaman, daun-daunnya lebat, ataupun jarang, tersusun beraturan, tinggi tajuk kurang sama dengan lebar tajuk, sehingga secara keseluruhan sistem percabangan ini

menghasilkan bentuk tajuk seperti bola.

7. Bentuk meliyuk atau menjuntai (weeping) yaitu tajuk pohon yang dibentuk oleh dahan - dahan dan ranting - ranting yang arah tumbuhnya terkulai tersusun beraturan ataupun tidak beraturan, ranting-ranting lentur dan melengkung ke bawah.

D. Ukuran Pohon

Kategori ukuran pohon ditentukan oleh tingginya pada saat pohon telah mencapai fase atau mencapai pertumbuhan dewasa. Jika semua pohon tumbuh pada kondisi tempat tumbuh yang normal sesuai persyaratan

tumbuhnya, maka pohon pada fase dewasa mencapai tinggi tertentu. Menurut Grey dan Deneke (1978), ukuran pohon dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu pohon kecil, pohon sedang, dan pohon besar.

1. Pohon kecil, yaitu pohon-pohon yang pada fase dewasa mencapai tinggi kurang dari 9,14 meter.

2. Pohon sedang, yaitu pohon-pohon yang pada fase dewasa mencapai tinggi 9.14 meter-18.29 meter.

3. Pohon besar, yaitu pohon-pohon yang pada fase dewasa mencapai tinggi lebih dari 18,29 meter.


(28)

13

E. Temperatur Udara

Temperatur merupakan indikasi jumlah energi (panas) yang terdapat dalam suatu sistem atau masa (Las dan Bey, 1990). Menurut Santosa (1986) temperatur udara akan berfluktuasi dengan nyata selama periode 24 jam. Fluktuasi temperatur udara berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di alam. Serapan energi matahari ini akan menyebabkan temperatur udara meningkat. Temperatur udara harian maksimal tercapai saat intensitas cahaya maksimal tercapai.

Menurut hukum termodinamika temperatur adalah energi rata-rata dari pergerakan molekul yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan berbagai tipe termometer (Manan, 1991). Pengukuran temperatur udara mengunakan termometer (Santosa, 1986). Faktor yang mempengaruhi temperatur udara yaitu intensitas cahaya dan kecepatan angin (Prasetyo, 1997).

F. Kelembaban Relatif Udara

Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1999), kelembaban relatif adalah perbandingan antara massa uap dalam suatu satuan volume dan massa uap yang jenuh dalam satuan volume itu pada temperatur yang sama. Kelembaban relatif ini biasanya disebut kelembaban dan dinyatakan dalam persen (%).

Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1999), variasi harian dari kelembaban adalah bertentangan dangan variasi temperatur. Pada waktu pagi hari sekali dimana temperaturnya paling rendah, kelembaban paling tinggi dan mencapai


(29)

paling rendah pada waktu temperaturnya tertinggi. Dalam arah vertikal baik siang maupun malam kelembaban itu umunya lebih rendah sesuai elevasi. Menurut Manan (1991), kelembaban relatif udara (RH) adalah kelembaban di udara dibandingkan dalam keadaan jenuh pada temperatur dan tekanan udara yang tetap pada saat pengukuran.

Kelembaban udara biasanya diukur dengan termometer bola kering dan termometer bola basah. Bola yang mengandung air raksa dari termometer bola basah dibungkus dengan selapis kain tipis yang dibasahi dengan air yang didestilasi melalui benang-benang yang tercelup pada sebuah mangkuk air yang kecil. Kelembaban (%) dapat dibaca pada tabel dengan menggunakan data temperatur termometer bola kering dan bola basah yang diperoleh (Sosrodarsono dan Takeda, 1999). Kelembaban udara yang lebih tinggi di dekat permukaan pada siang hari, disebabkan penambahan uap air hasil evapotranspirasi.

Proses ini berlangsung karena permukaan tanah menyerap radiasi selama siang hari. Pada malam hari, akan berlangsung proses pengembunan atau

kondensasi yang memanfaatkan uap air yang berasal dari udara. Oleh karena itu, kandungan uap air di udara dekat permukaan tersebut akan berkurang.

Dengan menurunnya temperatur, kapasitas penampungan uap air semakin turun berarti udara akan lebih cepat menjadi jenuh. Penurunan temperatur lebih lanjut akan menyebabkan terjadinya kondensasi (Prasetyo, 1997).


(30)

15

G. Tingkat Kenyamanan

Menurut Nieuwolt (1975) dalam Mudiyarso dan Suharsono (1990),

kenyamanan (comfort) merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan pengaruh keadaan lingkungan fisik atmosfer atau iklim terhadap manusia. Kondisi yang nyaman adalah apabila sebagian energi manusia dibebaskan untuk kerja produktif dan usaha pengaturan temperatur tubuh berada pada tingkat yang minimum. Kenyamanan merupakan kondisi yang sangat

bervariasi antara individu, sehingga bersifat subjektif. Disamping dipengaruhi oleh kondisi iklim, kenyamanan juga sangat ditentukan oleh aktivitas fisik manusia, pakaian dan makanan.

H. Penilaian Responden

Menurut Bahrudin (1999), nilai adalah Persepsi manusia tentang suatu objek bagi orang tertentu, pada tempat dan waktu tertentu pula. Persepsi tersebut berpadu dengan harapan dan norma-norma kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat. Besar kecilnya nilai tergantung pada sistem nilai yang dianut. Nilai fasilitas yang dinyatakan oleh suatu masyarakat di tempat tertentu akan beragam, tergantung pada persepsi masyarakat tersebut,

demikian juga keragaman nilai akan terjadi antar masyarakat yang berbeda. Keragaman nilai ini mencakup besar nilai maupun macam nilai. Kegunaan, kepuasan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan berkonotasi nilai atau harga. Ukuran harga ditentukan oleh waktu, barang, atau uang yang akan dikorbankan seorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang diinginkan.


(31)

Menurut Davis dan Johnson (1987), penilaian (valuasi) adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa. Penilaian peran ekosistem termasuk kawasan konservasi, bagi kesejahteraan manusia merupakan pekerjaan yang sangat kompleks, mencakup berbagai faktor yang berkaitan dengan nilai sosial dan politik.


(32)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Kota Srengseng Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta yang terletak di Jalan H. Kelik Kelurahan Srengseng Kecamatan Kembangan Jakarta Barat dengan luas 15 ha. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2011.

B. Objek dan Alat Penelitian

Objek pengamatan yang diamati adalah pohon dan pengunjung yang berada di Hutan Kota Srengseng, sedangkan alat yang digunakan adalah diameter tape, higrometer, christen hypsometer, alat tulis, kamera, kuesioner, dan komputer.

C. Batasan Penelitian

1. Wilayah yang diteliti adalah Hutan Kota Srengseng

2. Indeks kenyamanan didasarkan pada temperatur dan kelembaban udara

D. Jenis Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.


(33)

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh data dan informasi tentang temperatur kelembapan relatif, jenis pohon, jumlah pohon, dan bentuk tajuk pohon, serta penilaian pengunjung terhadap karakteristik di Hutan Kota

Srengseng.

2. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari studi pustaka dan dari pihak-pihak terkait yaitu Dinas Kelautan dan Pertanian, meliputi data jumlah pengunjung dan gambaran umum lokasi.

E. Metode Pengambilan Data

1. Temperatur dan Kelembaban Udara

Pengukuran temperatur (˚C), kelembaban relatif (%) dilakukan di 3 lokasi berbeda (taman tanaman hias, taman bermain, dan danau ). Setiap lokasi hutan kota dilakukan pengukuran di 5 (lima) titik pengamatan dengan interval jarak 25 meter. Pengukuran pada setiap titik pengamatan

dilakukan pada ketinggian 1,5 meter di atas permukaan tanah. Pengukuran dilakukan selama 9 hari pada waktu pagi hari pukul 07.00-08.00 WIB, siang hari pukul 12.00-13.00 WIB, dan sore hari 16.00-17.00 WIB.

Data temperatur dan kelembaban relatif udara ditabulasi, kemudian dilihat temperatur dan kelembaban relatif rata-rata harian yang diukur setiap


(34)

19

lokasi, serta untuk melihat fluktuasi temperatur dan kelembaban relatif rata-rata harian selama 9 hari waktu pengukuran.

Temperatur udara rata-rata harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

T = ((2 x T

07.00)+ T13.00 + T17.00)/4 (Handoko, 1995)

Keterangan : T07.00 = Temperatur udara yang diukur pada pukul 07.00WIB T13.00 = Temperatur udara yang diukur pada pukul 13.00WIB T17.00 = Temperatur udara yang diukur pada pukul 17.00WIB Kelembaban relatif (RH) rata-rata harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut,

RH = (RH

07.00 + RH13.00 + RH17.00)/3 (Handoko, 1995)

Keterangan : T07.00 = Kelembaban relatif yang diukur pada pukul 07.00WIB

T13.00 = Kelembaban relatif yang diukur pada pukul 13.00WIB T17.00 = Kelembaban relatif yang diukur pada pukul 17.00WIB

2. Tingkat Kenyamanan

Mengukur tingkat kenyamanan Kota Jakarta Barat dengan adanya Hutan Kota Srengseng dilakukan dengan perhitungan menggunakan Temperatur Humidity Index (THI) yang dirumuskan secara empiris antara lain

THI = 0,8 T + ( (RH x T)/500) (Nieuwolt 1975, dalam Hilmanto

2001).

Keterangan : T = Temperatur Udara (0C) ; RH = Kelembaban Relatif (0/0) Kriteria : Nyaman = THI ≤ 27


(35)

3. Bentuk Pohon

Pengamatan dilakukan dengan cara sensus untuk mengetahui jenis pohon, jumlah pohon, dan tajuk pohon penyusun Hutan Kota Srengseng.

Pengamatan jenis pohon dan bentuk tajuk pohon dilakukan dengan metode visual atau pengamatan secara langsung dengan menggunakan mata biasa lalu hasil pengamatan diklasifikasikan ke dalam bentuk tajuk (Indrianto, 2005). Data hasil pengamatan bentuk tajuk pohon diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas yaitu pohon tidak beraturan, jambang, jorong, piramid/kerucut, tiang/kolom, bundar, bentuk meliyuk atau menjuntai. Data hasil pengamatan tinggi pohon diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas yaitu pohon kecil, pohon sedang, pohon besar

4. Metode Penentuan Responden

Penentuan responden terhadap pengunjung Hutan Kota Srengseng, dilakukan secara sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling yaitu sampel yang diambil secara acak sederhana dalam menentukan responden yang akan dipilih. Batas error yang

digunakan adalah 10-15%, hal ini dikarenakan subjek > 100 orang. Pengambilan data yang dilakukan terhadap pengunjung dilakukan dengan wawancara, rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel pengunjung adalah (Arikunto, 2002):

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah 100 responden.

1

)

(

2

e

N

N

n

1

)

1

,

0

(

631

,

28

631

,

28

2

n

31 , 287 631 , 28 


(36)

21

Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah pengunjung e = batas error 10 % 1 = bilangan konstan

5. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh di lapangan ditabulasikan dan kemudian dianalisis secara deskriptif. Data yang diolah merupakan data tentang karakteristrik dan penilaian pengunjung, meliputi :

1. Karakteristik pengunjung

Data karakteristik pengunjung merupakan data primer yang meliputi daerah asal, tujuan berkunjung, cara berkunjung, motivasi kunjungan, lama kunjungan, frekuensi kunjungan, dan kondisi sosial ekonomi yang meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, waktu luang, dan yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner dari responden terpilih.

2. Penilaian Pengunjung

Untuk mengetahui penilaian pengunjung terhadap Hutan Kota Srengseng, pengunjung diwawancarai dan diminta penilaian tentang fasilitas Hutan Kota Srengseng, (Harianto, 1994).

Kriteria pengambilan keputusan untuk mengetahui penilaian

pengunjung terhadap Hutan Kota Srengseng yaitu pertama, skor total dengan cara menghitung hasil kali antara masing-masing responden yang memilih katagori jawaban a, b, c, dan d, dengan masing-masing


(37)

skor yaitu 1, 2, 3, dan 4. Jawaban a dikalikan dengan skor 4, jawaban b dikalikan dengan skor 3, jawaban c dikalikan dengan skor 2, dan

jawaban d dikalikan dengan skor 1, kemudian hasilnya dijumlahkan. Kedua, skor rata-rata diperoleh dengan membagi skor total dengan jumlah seluruh responden. Pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan skor rata-rata dengan kriteria adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Tabel pengskoran penilaian pengunjung terhadap fasilitas Hutan Kota Srengseng

No Skor Kriteria

1 1,00-1,99 Sangat buruk

2 2,00-2,99 Buruk

3 3,00-3,99 Baik


(38)

23

IV. GAMBARAN UMUM

A. Status Hukum Kawasan

Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan tersebut difungsikan sebagai resapan air dan plasma nutfah, lokasi wisata dan pusat aktifitas masyarakat.

B. Letak dan Luas

Secara geografis Hutan Kota Srengseng terletak pada 6°13ʼ12”LS dan

106°49”BT. Secara administrasi Hutan Kota Srengseng berada di wilayah Jakarta Barat. Alamat lengkap Hutan Kota Srengseng terletak dijalan Haji Kelik Kelurahan Srengseng Kecamatan Kembangan Kota Administrasi Jakarta Barat. Adapun luas Hutan Kota Srengseng adalah sekitar ±15 ha.

C. Aksebilitas

Kawasan ini terletak pada akses jalan Srengseng Raya, yang dapat dicapai melalui jalan tol Merak-Jakarta, jalan Kebayoran Lama dan Cileduk Raya. Sisi utara dan selatan hutan tersebut berbatasan langsung dengan jalan raya dan sungai Pesangrahan, dan bagian lainnya dibatasi dengan kawasan


(39)

pemukiman terutama dari kelompok sosial menengah dan penduduk asli kawasan tersebut.

D. Kondisi Fisik Kawasan

Konfigurasi fisik kawasan ini merupakan hamparan dataran dengan

kemiringan lereng 0-3% (7,42 Ha), landai dengan kemiringan 8-25% (2,10 Ha) dan sisanya merupakan hamparan bergelombang agak landai dengan kemiringan lereng 25% (1,20 Ha). Tampak memiliki topografi yang bervariasi yaitu dengan area datar, landai, agak curam dan curam. Pohon-pohon yang tumbuh di area yang cekung diantaranya jenis Akasia (Acacia auriculiformis), Flamboyan (Delo nixregia) dan Jati (Tectona grandis). Jenis yang lebih banyak tumbuh diareal datar dan landai. Areal yang cekung jika dialiri air yang drainasenya kurang baik karena berbentuk memutar didalam kawasan hutan kota dari sungai Pesangrahan akan menuju blok rawa. Pada areal datar terdapat pada areal bekas pembuangan sampah. Jenis yang tumbuh di areal ini adalah Mahoni (Lagerstroemia flosreginae ), dan bintaro (Cerberao dollamgaeertn ).

E. Geologi dan Tanah

Kawasan ini merupakan bagian dari formasi alluvial, endapan pematang pantai dan tuf banten. Tanah berbentuk dari bahan volkan berumur kuarter, berupa tufa endestik sampai basaltik dan bahan aluvuiokolovium dari daerah sekitarnya. Bahan tersebut sebagian besar berupa liat dan debu. Tanah dibagian daratan, umumnya bersolum dalam (90-100 cm) dan telah


(40)

25

mengalami perkembangan profil, bertekstur halus, kompak dan berdrainase baik, dengan kisaran pH (6,0-7,7), dengan kisaran C organik (1,7-7,5%), N total (0,09-0,56%), kisaran kandungan P (1,2-16,8 ppm), dengan kisaran kandungan K (0,23-2,80 me/100 garam). Kondisi air tanahnya dipengaruhi oleh infiltrasi yang baik, karena daya dukung porositas permebilitas tanah yang relatif baik.

F. Iklim Hidrologi dan Drainase

Distribusi curah hujan tahunan di sekitar kawasan ini 1.865,5 mm/tahun, atau rata-rata 155,5 mm/bulan, dengan jumlah air hujan 142/tahun atau

11,83/bulan dengan rataan suhu udara harian ±26,6°, dengan rataan kelembaban udara sekitar 78-90% sistem drainase secara alami, aliran air banyak menuju ke danau yang terdapat di Hutan Kota Srengseng. Sebagian aliran air yang lain menuju sungai Pesanggrahan, ke arah jalan raya dan pemukiman.

G. Habitat dan Komponen Hayati

Habitat kawasan Hutan Kota Srengseng ini, terdiri dari tiga bentuk ekosistem perairan. Pembanguna tata hijau dan bentuk konfigurasi lapangan yang relatif beragam. Jenis yang mendominasi lokasi ini adalah Akasia ( Acacia

auriculiformis). Kondisi hutannya mencerminkan bentuk hutan yang telah kembali hijau dari kondisi sebelumnya dengan terlihat beberapa lapisan tajuk yang terbentuk, baik pada lapisan tajuk teratas, dibawahnya dan tumbuhan bawah. Jenis yang dikembangkan merupakan koleksi dari berbagai jenis


(41)

tetumbuhan yang dinilai dapat berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan kenyamanan serta merupakan kawasan resapan air untuk kepentingan tata air tanah (hidrologis).

Pada lokasi Hutan Kota Srengseng ini terdapat 4 layer dengan kerapatan rata-rata 2.570 spesies/Ha (Tabel 1). Stratifikasi yaitu strata-rata I, strata-rata II, Strata-rata III dan Strata IV. Jenis-jenis vegetasi pada setiap plot terdapat pada Strata IV tersebut dari jenis vegetasi yang lebih banyak dari strata lainya. Vegetasi pada Strata IV terdiri atas jenis vegetasi yang menghasilkan bunga, buah maupun yang dapat mendatangkan serangga sebagai pakan burung.

Tabel 2. Strata yang terdapat di Hutan Kota Srengseng

NO Strata Nama lokal Nama jenis

1 I Rumput

Salak Soka Ophiopogon - - Ixora sp Ophiopogon sp

2 II Alang-alang

Harendong pohon Walisongo

Imperata cyilindrica Melostamaoffine Scheffleraactionophly

3 III Filicium

Bungur Kemlandingan

Filicium desipiens Lagerstroemia Lueucaena glauca

4 IV Jati

Kayu putih Matoa Mangga Tectona grandis Eucalyptus alba Pometia pinnata Mangifera indica Sumber : Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Jakarta. 2011

H. Satwa Liar

Satwa liar yang dijumpai pada lokasi Hutan Kota Srengseng, meliputi burung raja Udang (Alcedoatthis), Kadal (Mabuyamultifasciata), Biawak (varanus salvator), Ular tanah ( Calloselas marhodostoma), Ular air (Acrochordus


(42)

27

granulatus), Tikus sawah (Rattusar gentiventer) dan Katak

(Ranachalconota). Sedangkan beberapa jenis serangga yang ditemukan meliputi Kupu-kupu ( Delias dorylaea), Belalang ( Dissosteira Carolina), Orong-orong (Gryllotalpahirsuta).

I. Fungsi dan Manfaat

Kawasan hutan ini selain berfungsi sebagai kawasan lindung baik flora dan fauna, juga dimanfaakan sebagai kawasan rekreasi, wahana penelitian plasma nutfah, sarana bermain dan pelatihan bagi petugas pengelolaan hutan kota di seluruh DKI Jakarta dan sekitarnya.

J. Fasilitas

Fasilitas yang terdapat di Hutan Kota Srengseng sudah sangat lengkap dibandingkan dengan hutan kota lainnya diantaranya adalah:

1. Taman rekreasi beserta beberapa jenis mainan anak-anak.

2. Gapura hutan kota yang cukup megah yang dibangun tahun 2006. 3. Tempat parkir yang cukup luas dan memadai.


(43)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil pengukuran Temperatur Humidity Index (THI) dengan rata-rata

diatas 27˚C, maka tingkat kenyaman Hutan Kota Srengseng tidak nyaman. 2. Ditemukan 50 jenis pohon dengan bentuk tajuk rata-rata irregular.

3. Hasil dari penilaian pengunjung terhadap fasilitas di Hutan Kota Srengseng adalah baik.

B. Saran

1. Dinas Kelautan dan Pertanian Jakarta selaku pengelola Hutan Kota Serengseng hendaknya menambah koleksi jenis pohon langka, endemis, dan yang dilindungi yang belum ada di Hutan Kota Srengseng sebagai koleksi, serta untuk

meningkatkan kelembaban udaradan menurunkan temperatur.

2. Dengan mempertimbangkan kebutuhan pengunjung terhadap kenyamanan hutan kota, maka Dinas Kelautan dan Pertanian hendaknya lebih meningkatkan

pengelolaannya, yakni mulai dari pemeliharaan infrastuktur bangunan dan vegetasi, inovasi akan kebutuhan pengunjung.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Bahrudin. 1999. Penilaian Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Bogor. Tidak dipublikasikan

Dahlan, E. 1991. Hutan Kota dan Permasalahannya. IPB. Bogor. 15 halaman , E. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas

Lingkungan Hidup. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI). Jakarta. 92 halaman.

Davis, L, B. dan Johson, K, N. 1987. Forest Managemen Mcgrow Hill Book Company. New York.

Departemen Kehutanan. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Ruang Hijau dan Hutan Kota. 24 Februari 2009. http://www.dephut.go.id/

index.php?q=id/node/227. Pada 26 Mei 2011

Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, 2008. Hutan Kota Srengseng. Brosur. Tidak dipublikasikan.

Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, 2011. Hutan Kota Srengseng. Brosur. Tidak dipublikasikan.

Douglas, R.W. 1975. Forest Recreation. Pergamon Press, Oxford, New York, Toronto, Sidney, Braunschweig.

Goldsmith, J.R. and Hexter, A.C. 1967. Respiratory Exposure to Lead:

Epidemiological and Experimental Dose-response Relationship. Science. Vol. 158: 132-134

Grey G. W dan Deneke, F. S. 1978. Urban Forestry. John Wiley dan Sons. New York. 279 halaman.

Handoko, 1995. Klimatologi Dasar. Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-Unsur Iklim, 55 halaman.


(45)

Harianto, S. P. 1994. Unpriced Valuation Approach For Ecotourism In Way Kambas National Park, Lampung Province, Indonesia. Disertasi. University Of The Philippines. Los Banos.

Hilmanto, R. 2001. Respon Mahasiswa Universitas Lampungtentang Lingkungan Hijau Perkotaan. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Pertanian. Unila. Bandar Lampung. 148 halaman.

Indriyanto, 2005. Dendrologi. Buku Ajar. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 138 halaman.

Irwanto, 2006. Model Kawasan Hutan Kabupaten Gunung Kidul. UGM. 19 halaman.

Las dan Bey, A. 1990. Metode Kausal dan Time Series Dalam Analisis Data Iklim. Institut Pertanian Bogor. 45 halaman.

Manan, S. 1991. Perkembangan Hidrologi Hutan dan Pengembangan Kehutanan di Indonesia. Buku Prosiding Simposium Perkembangan Hidrologi

Indonesia. Departemen pertanian. 27 halaman.

Mudiyarso, D dan Suharsono, h. 1990. ”The Role of Urban Forest to Control Urban Climate”. Prosiding Seminar Sehari Iklim Perkotaan. FMIPA IPB. Bogor.

Nieuwolt, S. 1975. Tropical Climatology, AnIntroduction to the Climates of the LowLatitudes. John Wiley & Sons. New York.

Perum Perhutani. 2012. Manfaat Tanaman Mahoni.

http://images.bpas.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SPX-pAoKCCsAAGhxUHA1/WebSite%20Resmi%20Perum%20Perhutani%20 Jember%20%20MANFAAT%20TANAMAN%20MAHONI%20!!!(12090 8).htm?nmid=120363392

Prasetyo, I. 1997. Studi IKlim Mikro Jalur Hijau di Kotamadya Bandung. Skripsi. Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor. 62-69 halaman.

Shassy. 2007. Faktor yang Mempengaruhi Transpirasi. Diakses dari. http://blog.uad.ac.id/sasimei/category/gutasi/

Santosa, M.E 1986. Alat Pengukuran Cuaca. Stadium Klimatologi Jurusan Geometri. FMIPA. IPB. Bogor. 22 halaman.

Sosrodarsono dan Takeda, 1999, “Hutan Kota: Peranan dan Permasalahannya”. Jurusan Manejemen Hutan. Fahutan IPB. Bogor.

Zoer’aini, 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota.


(46)

(47)

(48)

(1)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil pengukuran Temperatur Humidity Index (THI) dengan rata-rata diatas 27˚C, maka tingkat kenyaman Hutan Kota Srengseng tidak nyaman.

2. Ditemukan 50 jenis pohon dengan bentuk tajuk rata-rata irregular.

3. Hasil dari penilaian pengunjung terhadap fasilitas di Hutan Kota Srengseng adalah baik.

B. Saran

1. Dinas Kelautan dan Pertanian Jakarta selaku pengelola Hutan Kota Serengseng hendaknya menambah koleksi jenis pohon langka, endemis, dan yang dilindungi yang belum ada di Hutan Kota Srengseng sebagai koleksi, serta untuk

meningkatkan kelembaban udaradan menurunkan temperatur.

2. Dengan mempertimbangkan kebutuhan pengunjung terhadap kenyamanan hutan kota, maka Dinas Kelautan dan Pertanian hendaknya lebih meningkatkan

pengelolaannya, yakni mulai dari pemeliharaan infrastuktur bangunan dan vegetasi, inovasi akan kebutuhan pengunjung.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Bahrudin. 1999. Penilaian Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Bogor. Tidak dipublikasikan

Dahlan, E. 1991. Hutan Kota dan Permasalahannya. IPB. Bogor. 15 halaman , E. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas

Lingkungan Hidup. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI). Jakarta. 92 halaman.

Davis, L, B. dan Johson, K, N. 1987. Forest Managemen Mcgrow Hill Book Company. New York.

Departemen Kehutanan. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Ruang Hijau dan Hutan Kota. 24 Februari 2009. http://www.dephut.go.id/

index.php?q=id/node/227. Pada 26 Mei 2011

Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, 2008. Hutan Kota Srengseng. Brosur. Tidak dipublikasikan.

Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, 2011. Hutan Kota Srengseng. Brosur. Tidak dipublikasikan.

Douglas, R.W. 1975. Forest Recreation. Pergamon Press, Oxford, New York, Toronto, Sidney, Braunschweig.

Goldsmith, J.R. and Hexter, A.C. 1967. Respiratory Exposure to Lead:

Epidemiological and Experimental Dose-response Relationship. Science. Vol. 158: 132-134

Grey G. W dan Deneke, F. S. 1978. Urban Forestry. John Wiley dan Sons. New York. 279 halaman.

Handoko, 1995. Klimatologi Dasar. Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-Unsur Iklim, 55 halaman.


(3)

48

Harianto, S. P. 1994. Unpriced Valuation Approach For Ecotourism In Way Kambas National Park, Lampung Province, Indonesia. Disertasi. University Of The Philippines. Los Banos.

Hilmanto, R. 2001. Respon Mahasiswa Universitas Lampungtentang Lingkungan Hijau Perkotaan. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Pertanian. Unila. Bandar Lampung. 148 halaman.

Indriyanto, 2005. Dendrologi. Buku Ajar. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 138 halaman.

Irwanto, 2006. Model Kawasan Hutan Kabupaten Gunung Kidul. UGM. 19 halaman.

Las dan Bey, A. 1990. Metode Kausal dan Time Series Dalam Analisis Data Iklim. Institut Pertanian Bogor. 45 halaman.

Manan, S. 1991. Perkembangan Hidrologi Hutan dan Pengembangan Kehutanan di Indonesia. Buku Prosiding Simposium Perkembangan Hidrologi

Indonesia. Departemen pertanian. 27 halaman.

Mudiyarso, D dan Suharsono, h. 1990. ”The Role of Urban Forest to Control Urban Climate”. Prosiding Seminar Sehari Iklim Perkotaan. FMIPA IPB. Bogor.

Nieuwolt, S. 1975. Tropical Climatology, AnIntroduction to the Climates of the LowLatitudes. John Wiley & Sons. New York.

Perum Perhutani. 2012. Manfaat Tanaman Mahoni.

http://images.bpas.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SPX-pAoKCCsAAGhxUHA1/WebSite%20Resmi%20Perum%20Perhutani%20 Jember%20%20MANFAAT%20TANAMAN%20MAHONI%20!!!(12090 8).htm?nmid=120363392

Prasetyo, I. 1997. Studi IKlim Mikro Jalur Hijau di Kotamadya Bandung. Skripsi. Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor. 62-69 halaman.

Shassy. 2007. Faktor yang Mempengaruhi Transpirasi. Diakses dari. http://blog.uad.ac.id/sasimei/category/gutasi/

Santosa, M.E 1986. Alat Pengukuran Cuaca. Stadium Klimatologi Jurusan Geometri. FMIPA. IPB. Bogor. 22 halaman.

Sosrodarsono dan Takeda, 1999, “Hutan Kota: Peranan dan Permasalahannya”. Jurusan Manejemen Hutan. Fahutan IPB. Bogor.

Zoer’aini, 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. BumiAksara, Jakarta.


(4)

(5)

(6)