Rulita Indi Rahmayudyah BAB II

  67 BAB II KAJIAN PUSTAKA A.

   Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif a.

  Pengertian model pembelajaran Menurut Arends (Suprijono, 2013: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

  Model pembelajaran menurut Joyce (Trianto, 2009: 22) adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran adalah suatu kerangka atau gambaran pembelajaran yang akan dilaksanakan yang di dalamnya memuat prosedur pelaksanaan yang digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

  6 b.

  Model Pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar dalam kelompok. Asmani (2016: 38) berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada kepentingan bersama sehingga siswa yang pintar bias berbagi dengan temannya yang tergolong biasa.

  Suprijono (2013: 54) menyatakan bahwa, pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

  Rusman (2013: 202) menyatakan bahwa, pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran kooperatif yaitu membentuk kelompok kecil dengan dipimpin oleh guru. Siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompoknya. c.

  Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Langkah

  • –langkah model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

  Tahap Tingkah Laku Guru Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

  Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa. Tahap 2 Menyajikan informasi.

  Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan. Tahap 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

  Guru menjelaskan kepada siswa bagaiman caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

  Tahap 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

  Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Tahap 5 Evaluasi.

  Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap 6 Memberikan penghargaan.

  Guru mencari cara-cara untuk menghargai baikupaya maupun hasil belajar indivisu dan kelompok.

  (Rusman, 2013: 211) 2.

   Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence a.

  Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence Huda (2016: 316) menjelaskan bahwa, Concept sentence merupakan model pembelajaran yang diawali dengan penyampaian kompetensi, sajian materi, pembentukan kelompok heterogen, penyajian kata kunci sesuai materi bahan ajar, dan penugasan kelompok. Prosedur selanjutnya dalam pembelajaran ini adalah mempresentasikan hasil belajar secara bergantian di depan kelas.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran concept sentence dapat mempermudah guru dalam pembelajaran dengan memberikan kata kunci.Model pembelajaran concept sentence yaitu menkonsep kalimat menjadi sebuah kata-kata.

  Siswa dapat mempresentasikan hasil belajar di depan kelas.

  b.

  Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence Suprijono (2013: 132) menjelaskan langkah-langkah dalam menggunakan model pembelajaran concept sentenceyaitu:

  1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2) Guru menyajikan materi secukupnya. 3)

  Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen.

  4) Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan. 5) Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.

  6) Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh guru.

  7) Kesimpulan. c.

  Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence Huda (2016: 317) menjelaskan kelebihan model pembelajaran

  concept sentence sebagai berikut:

  1) Meningkatkan semangat belajar siswa. 2) Membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif. 3) Memunculkan kegembiraan dalam belajar. 4) Mendorong dan mengembangkan proses berfikir kreatif. 5)

  Mendorong siswa untuk memandang sesuatu dalam pandangan yang berbeda.

  6) Memunculkan kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik. 7) Memperkuat kesadaran diri. 8) Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran. 9) Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.

  d.

  Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence Huda (2016: 317) menjelaskan kekurangan model pembelajaran

  concept sentence yaitu: 1) Hanya untuk mata pelajaran tertentu.

  2) Kecenderungan siswa-siswa yang pasif untuk mengambil jawaban dari temannya

3. Media

  a. Pengertian Media Menurut Arsyad (2011: 3) kata mediaberasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar.

  Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

  Bretz (Anitah, 2009: 1) media adalah sesuatu yang terletak di tengah-tengah, jadi suatu perantara yang menghubungkan semua pihak yang membutuhkan terjadinya suatu hubungan, dan membedakan antara media komunikasi dan alat bantu komunikasi. Perbedaannya adalah bahwa yang pertama merupakan sesuatu yang berkemampuan untuk menyajikan keseluruhan informasi dan menggerakkan saling tindak antara pebelajar dengan subjek yang dipelajari, sedangkan yang kedua semata-mata adalah penunjang pada penyajian yang dilakukan oleh guru.

  Gagne‟ dan Briggs (Arsyad, 2011: 4) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pelajaran. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

  Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu pembelajaran untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi. Media sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan membangkitkan motivasi siswa.

  b.

  Macam-macam Media Hernawan, dkk (2008: 22-34) menjelaskan media pembelajaran pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu:

  1) Media Visual

  Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh guru-guru sekolah dasar untuk membantu menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Media visual ini terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visuals).

  2) Media Audio

  Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Jenis media audio terdiri atas program kaset suara (audio

  cassette ), CD audio, dan program radio. Penggunaan media audio

  dalam kegiatan pembelajaran pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan.

  3) Media Audio-Visual

  Media ini merupakan kombinasi audio dan visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Menggunakan media ini akan semakin lengkap dan optimal penyajian bahan ajar kepada para siswa. Selain dari itu media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru.

  4. Media Gambar a.

  Jenis Media Gambar Media gambar termasuk jenis media visual. Hernawan, dkk

  (2008: 22) menjelaskan media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh guru-guru sekolah dasar untuk membantu menyampaikan isi atau materi pembelajaran.

  b.

  Manfaat Media Gambar Media gambar banyak digunakan dalam pembelajaran karena diyakini dengan menggunakan gambar siswa lebih mudah dalam memahami informasi atau materi yang disampaikan oleh guru. Anitah (2009: 9) menjelaskan manfaat gambar yang baik sebagai berikut: 1)

  Menimbulkkan daya tarik bagi pebelajar. Gambar dengan berbagi warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatian pebelajar.

  2) Mempermudah pengertian pebelajar. Suatu penjelasan yang sifatnya abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga pebelajar lebih mudah memahami apa yang dimaksud.

  3) Memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar, dapat diperbesar bagian-bagian yang penting atau yang kecil sehingga dapat diamati lebih jelas.

  4) Menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja.

  c.

  Kelebihan Gambar Anitah (2009: 8) menjelaskan kelebihan gambar sebagai berikut:

  1) Dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata.

  2) Banyak tersedia dalam buku-buku. 3) Sangat mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan. 4) Relatif tidak mahal. 5) Dapat dipakai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang studi.

  d. Kekurangan Gambar Anitah (2009: 8-9) menjelaskan kekurangan gambar sebagai berikut :

  1) Kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukkan di kelas yang besar.

  2) Gambar mati adalah gambar dua dimensi . Untuk menunjukkan demensi yang ketiga (kedalaman benda), harus digunakan satu seri gambar dari objek yang sama tetapi dari sisi yang berbeda.

3) Tidak dapat menunjukkan gerak.

  4) selalu mengetahui bagaimana membaca Pembelajartidak (menginterpretasi) gambar.

  Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, gambar sebagai media visual. Gambar dapat mempermudah guru dalam proses pembelajaran. Gambar mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka gambar dapat dibuat yang semenarik mungkin.

5. Bahasa Indonesia Sekolah Dasar

  a. Tinjauan Kompetensi Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Zulela (2012: 4-5) menjelaskan bahwa Pembelajaran Bahasa

  Indonesia SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan.

  Standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia di SD merupakan kualifikasi minimal peserta didik, yang menggambarkan penguasaan keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Atas dasar standar kompetensi tersebut, maka tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia agar peserta didik dapat: 1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.

  2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

  3) Memahami bahasa Indonesia dan dapat menggunakan dengan tepat dan efektif dalam berbagai tujuan.

  4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

  5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, menghaluskan budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 6)

  Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

  b. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Zulela (2012: 5) menyebutkan bahwa sesuai dengan Kurikulum

  Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) saat ini, pembelajaran bahasaIndonesia pada jenjang SD/MI, mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra meliputi 4 aspek, yaitu: 1) Mendengarkan (menyimak) 2)

  Berbicara 3)

  Membaca 4)

  Menulis Tarigan (2013: 3) menjelaskan bahwa, menulis merupakan suatu ketrampilan berbahasa yang dipergunakan untukberkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain, dan merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

  Suparno dan Yunus (2009:1.3)mengemukakan bahwa, pengertian menulis adalah sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.

  Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian menulis adalah kemampuan seseorang dalam menuangkan pikiran atau gagasannya dengan menggunakan lambang-lambang bahasa yang menggambarkan suatu bahasa untuk dapat dipahami oleh orang lain dan memiliki makna, menulis juga dapat menyampaikan pesan dan informasi.

6. Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar

  Zulela (2012: 61) menjelaskan pembelajaran sastra di sekolah dasar dapat diklasifikasikan dalam tiga macam, yakni; 1) pembelajaran fiksi, 2) pembelajaran puisi, 3) pembelajaran drama.Ketiga bentuk sastra ini harus disajikan guru secara apresiasi.Oleh karena itu, guru harus mampu mencari materi yang tepat, menyusun, menyajikan kegiatan yang bersifat kreatif positif dengan materi sastra yang telah dipilih. Pembelajaran sastra di SD, pada dasarnya bertujuan membina apresiasi anak dapat mengembangkan kearifan, kejelian, dan ketelitian untuk menangkap isyarat-isyarat dalam kehidupan yang tercermin dalam karya sastra. Jika apresiasi telah tumbuh pada diri anak, maka akan memberikan dampak positif terhadap anak.

  Resmini, dkk (2006: 91) menjelaskan bahwa, pembelajaran sastra di SD harus memberi pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi pada 4 tujuan, yakni; 1) mencari kesenangan pada buku, 2) menginterpretasi bacaan sastra, 3) mengembangkan kesadaran bersastra, dan 4) mengembangkan apresiasi. Di sekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan karya sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan lingkungan hidup. Pengembangan kemampuan bersastra di sekolah dasar dilakukan dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis

  Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra di sekolah dasar adalah memberikan pengalaman siswa dalam kemampuan bersastra secara imajinatif. Melalui pembelajaran sastra dapat menghasilkan karya sastra dari siswa.

7. Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar Menulis merupakan keterampilan yang diajarkan di Sekolah Dasar.

  Resmini dkk, (2008: 234) menyebutkan bahwa menulis sebagai suatu proses mengandung makna bahwa menulis terdiri dari tahapan-tahapan. Dengan demikian, pembelajaran menulis di sekolah dasar yang bertujuan mengarahkan siswa agar memiliki kemampuan menulis dilaksanakan guru dalam bentuk pembelajaran yang menekankan kegiatan menulis pada proses.

8. Puisi

  a. Pengertian Puisi Baribin (1990: 1) menjelaskan bahwa, puisi berasal dari bahasa

  Yunani poleo atau polo atau poetes yang berarti membangun, menyebabkan, menimbulkan, dan membuat puisi. Puisi berarti ucapan yang dibuat/dibangun, maksudnya ucapan yang tidak langsung.

  Waluyo (1995: 29) mengatakan bahwa, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.

  Zulela (2012: 34) mengatakan bahwa, puisi sama dengan penjelasan pada sastra genre umum. Yang berbeda adalah bahasa/ pilihan kata yang digunakan lebih sederhana, tidak mengandung makna kias yang tinggi. Puisi anak disampaikan dalam bahasa sederhana dan pada umumnya belum menggunakan bahasa kias.

  Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah suatu bentuk karya sastra yang disusun dari hasil pemikiran imajinatif seseorang yang berupa kata-kata dan disusun menjadi beberapa kalimat yang memiliki makna.

  b.

  Unsur-unsur yang Membangun Puisi Puisi dibangun oleh beberapa unsur yang terstruktur dan setiap unsur tersebut tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Waluyo (1995: 71-

  101) menjelaskan unsur-unsur pembangun puisi, antara lain:

  1) Diksi (Pemilihan Kata)

  Pemilihan kata-kata dalam menulis puisi sangatlah penting sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu ditengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.

  Oleh sebab itu, disamping memilih kata yang tepat, urutan katanya dan kekuatan atau daya magis dari kata-kata tersebut juga harus dipertimbangkan.

  Kata-kata dalam puisi sangat penting untuk itu bunyi kata juga dipertimbangkan secara cermat dalam pemilihannya. Karena pemilihan kata-kata mempertimbangkan berbagai aspek estetis, maka kata-kata yang sudah dipilih untuk puisi harus bersifat absolute dan tidak bisa diganti dengan padan katanya, sekalipun maknanya tidak berbeda. Perbendaharaan kata, ungkapan urutan kata-kata, dan daya sugesti dari kata-kata dalam puisi yang disusun juga harus diperhatikan. Sehingga pembaca akan lebih mudah dalam memaknai puisi tersebut. 2)

  Citraan (Pengimajian) Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran, atau cita rasa. Pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian: kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.

  Pengimajian ditandai dengan penggunaan kata yang konkret dan khas. Imaji yang ditimbulkan ada tiga macam, yaitu, imaji visual, imaji audif, dan imaji taktil (cita rasa). Ketiganya digambarkan atas bayangan konkret apa yang dapat kita hayati secara nyata.

  3) Kata Konkret Untuk membangkitkan imajinasi pembaca, maka kata-kata harus diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang. Cara yang digunakan oleh penyair yang satu berbeda dari cara yang digunakan oleh penyair lainnya.

  Pengkonkretan kata ini erat berhubungan dengan pengimajian, pelambangan, dan pengiasan. Ketiga hal itu juga memanfaatkan gaya bahasa untuk memperjelas apa yang ingin dikemukakan. 4) Bahasa Figuratif (Majas)

  Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berpigura sehingga disebut bahasa figuratif. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang.

  Bahasa figuratif terdiri atas pengiasan yang menimbulkan makna kias dan pelambangan yang menimbulkan makna lambang.

  Pengiasan disebut juga simile atau persamaan, karena membandingkan/menyamakan sesuatu hal dengan hal lain. Dalam pelambangan sesuatu diganti atau dilambangkan dengan hal lain. Lambang dan kiasan, bersama-sama bertujuan untuk membentuk bahasa figuratif, yakni bahasa yang seolah mempunyai pigura. Bahasa figuratif tidak langsung dapat kita tangkap maknanya. Dengan bahasa figuratif, sebuah puisi menjadi kaya akan makna.

  5) Versifikasi (rima, ritme, dan metrum) Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah bunyi dalam puisi. Digunakan kata rima untuk mengganti istilah persajakan pada sistem lama karena diharapkan penempatan bunyi dan pengulangannya tidak hanya pada akhir setiap baris, namun juga untuk keseluruhan baris dan bait. Dalam ritma pemotongan- pemotongan baris menjadi frasa yang berulang-ulang, merupakan unsur yang memperindah puisi itu.

  Rima merupakan pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika di baca. Untuk mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana hati.

  Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat.

  Ritma juga dapat dibayangkan seperti tembang mocopat dalam tembang jawa. Ritma puisi berbeda dari metrum (mantra). Metrum berupa pengulangan tekanan kata yang tetap. Metrum sifatnya statis. Ritma berasal dari bahasa Yunani rheo yang berarti gerakan-gerakan air yang teratur, terus-menerus, dan tidak putus-putus (mengalir terus).

  6) Tata Wajah (Tipografi)

  Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal mana tidak berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensi sebuah puisi.

  Kata-kata yang disusun mewujudkan larik-larik yang panjang dan pendek, yang membentuk suatu kesatuan padu. Pergantian larik panjang dan pendek sedemikian bervariasi secara harmonis sehingga menimbulkan ritma yang padu.

  Berdasarkan penjelasan diatas, dalam menulis puisi harus memperhatikan unsur-unsur yang membangun dalam sebuah puisi. Keterampilan menulis puisi bebas perlu memperhatikan unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah puisi. Siswa perlu memahami unsur- unsur tersebut sehingga dapat menulis puisi bebas dengan baik.

  c.

  Langkah Menulis Puisi Zulela (2012: 75) menjelaskan langkah-langkah menulis puisi antara lain:

  1. Menentukan tema.

  2. Merenung/menghayati tentang pesan yang akan disampaikan.

  3. Memilih kata kunci yang pas untuk menggambarkan pesan.

  4. Mengimplementasikan pesan dalam pilihan kata yang pas.

  5. Perhatikan tone/nada/permainan bunyi bahasa.

  6. Baca dengan cermat, ungkapkan.

  9. Media Gambar dalam Pembelajaran Menulis Puisi di Sekolah Dasar a.

  Gambar sebagai Media Pembelajaran Resmini dan Juanda (2007: 215) menjelaskan bahwa, pengalaman siswa terhadap dunia nyata pada umumnya dapat dibentuk melalui media pengajaran.Salah satu jenis media pembelajaran yang digunakan untuk memperjelas pesan, untuk keterbatasan ruang karena obyek terlalu besar, kejadian di masa lalu atau jauh, sering digunakan gambar.Selain dapat menjelaskan berbagai hal, gambar juga mudah diperoleh.Melalui gambar siswa dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk lebih realistis. b.

  Ciri-Ciri Gambar yang Baik Resmini dan Juanda (2007: 215) menyebutkan bahwa gambar/foto yang baik dan dapat digunakan sebagai media belajar yang memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai berikut: 1) Gambar yang bagus, menarik, jelas, dan mudah dimengerti. 2)

  Apa yang digambar harus cukup penting dan cocok untuk hal yang sedang dipelajari.

3) Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu.

  4) Memberi kesan yang kuat dan menarik perhatian kesederhanaan, yaitu sederhana dalam warna, tetapi memiliki kesan tertentu.

  5) Merangsang orang yang melihat untuk ingin mengungkap tentang objek-objek dalam gambar.

  6) Berani dan dinamis, pembuatan gambar hendaknya menunjukkan gerak atau perbuatan.

  7) Gambar disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya.

  c. Penggunaan Media Gambar dalam Pembelajaran Bahasa di SD Resmini dan Juanda (2007: 215) menjelaskan bahwa, salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh seorang guru bahasa dan sastra Indonesia khususnya sekolah dasar, adalah penguasaan materi pengajaran dan teknik penyampaian materi pelajaran, melalui media pembelajaran yang tepat dan relevan, agar materi pelajaran dapat disampaikan dengan baik, sehingga siswa pun dapat menerima pelajaran dengan baik pula.

  Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran cukup banyak dan beragam.Masing-masing media pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemilihan penggunaan media pembelajaran yang tepat dan relevan pada suatu kondisi tertentu meliputi keadaan siswa dan materi yang akan disampaikan, sangat diperlukan agar suasana pembelajaran dapat dilaksanakan dengan menarik dan menimbulkan gairah belajar yang tinggi pada siswa, sehingga pada akhirnya akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula.

  d.

  Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Media Gambar Resmini dan Juanda (2007: 221) menyatakan bahwa media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama sangat potensial untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan menulis. Keterampilan produktif ini dapat dirangsang melalui gambar, baik gambar ilustrasi maupun gambar nyata (poto).Gambar menjadi kerangka karangan pada waktu siswa harus menulis. Gambar juga akan menjadi sumber gagasan pada waktu harus berbicara.

B. Penelitian yang relevan

  Beberapa penelitian tentang pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence berbantu media gambar terhadap kemampuan menulis puisi di kelas V yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Sumerti, I Ketut Adnyana Putra,dan I

  Wayan Rinda Suardika pada tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence Berbantuan Gambar Berseri Terhadap Keterampilan Menulis Siswa Kelas V SDN 22 Dauh Puri

  ” terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan menulis pada pelajaran bahasa Indonesia antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence berbantuan gambar berseri dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas V SDN 22 Dauh Puri Denpasar tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen. Nilai rata-rata keterampilan menulis kelompok eksperimen lebih dari siswa kelompok kontrol yaitu 64,66>54,93. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence berbantuan gambar berseri berpengaruh terhadap keterampilan menulis pada pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V.

  2. Penelitian yang dilakukan oleh Asterios Tsiaras pada tahun 2016dengan judul “Teaching Poetry through Dramatic Play in Greek Primary School:

  Surveying Teachers and Pupils Views

  ”bertujuan untuk mengetahui pandangan guru sekolah dasar mengajar puisi melalui bermain dramatis.

  Penelitian ini memperoleh hasil bahwa menulis puisi menggunakan bermain drama terdapat peningkatan.

  3. Penelitian yang dilakukan oleh Nancy Andrzejczak, Guy Trainin, dan Monique Poldbergpada tahun 2005dengan judul “From Image to Text:

  Using Images in the Writing Process

  ” menunjukkan bahwa menggunakan gambar dapat meningkatkan ketertarikan siswa dalam menulis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan wawancara dan observasi.

  Berdasarkan beberapa penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan menggunakan model concept sentence dan media gambar, sehingga peneliti ingin melakukan penelitian menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipeconcept sentence berbantu media gambar dalam pembelajaran menulis puisi. Peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence berbantu media gambar dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi bebas di kelas V SD Negeri 2 Pliken.

C. Kerangka Pikir

  Kemampuan menulis puisi diperlukan inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran. Guru perlu menggunakan model pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan lancar. Model pembelajaran yang sesuai, menjadikan kegiatan menulis di kelas lebih menyenangkan.

  Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan berbantu media gambar merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan dalam kemampuan menulis puisi. Model pembelajaran kooperatif tipe concept sentencediharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi, serta dapat membantu proses pembelajaran yang menyenangkan. Kerangka pikir penelitian ini dapat di gambarkan pada gambar 2.1.

  Kemampuan menulis Penggunaan model pembelajaran puisi kurang baik kooperatif tipe concept sentence berbantu media gambar dalam pembelajaran

  Menjadikan kegiatan menulis Kemampuan puisi lebih menyenangkan menulis puisi meningkat

Gambar 2.1 Kerangka Pikir D. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah“Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentenceberbantu media gambar terhadap kemampuan menulis puisi kelas V di SD Negeri 2 Pliken.