Heru Wibowo BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Pendapatan

  1. Pengertian pendapatan Pendapatan adalah suatu hasil yang di dapatkan oleh seseorang setelah melakukan pekerjaan walaupun hasil yang dicapainya masih rendah ataupun sudah cukup tinggi yang nantinya digunakan untuk mencukupi suatu kebutuhan ataupun mengkonsumsi suatu barang dan jasa. Pada umumnya keluarga yang berpenghasilan rendah, proporsi yang besar dari pendapatanya akan digunakan sebagai kebutuhan makan. proporsi dari pendapatanya akan digunakan untuk konsumsi kebutuhan makan, dan kebutuhan pokok lainya: diantaranya pakaian, perumahan, pendidikan dan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan lain yang bisa mensejahterakan keluarga itu sendiri (anonym, 2012).

  2. Sumber Pendapatan Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers ( 1982:28) dalam Meliana

  Kurniawati (2005:4) Menyatakan pendapatan menurut asal sumber pendapatan ada tiga yaitu: a. Pendapatan yang berasal dari sektor formal yaitu gaji yang diperoleh secara tetap, biasanya berupa gaji bulanan maupun gaji mingguan.

  b. Pendapatan yang berasal dari sektor informal yaitu berupa pendapatan tambahan yang berasal dari tukang buruh dan pedagang c. Pendapatan berasal dari sektor subsistem yaitu pendapatan yang diperoleh dari usaha sendiriberupa tanaman, ternak dan pemberian orang lain

  9

B. Budidaya Salak Pondoh

  1. Salak Pondoh Tanaman salak pondoh (Salacca edulis reinw) termasuk dalam suku palme (Arecaceae) yang tumbuh beruntun dan termasuk dalam golongan tanaman berumah dua artinya dalam satu pohon hanya terdapat satu jenis buangan dengan kata lain bunga jantan dan bunga betinanya terpisah tidak dalam satu tanaman.

  Keadaan ini mengakibatkan dalam budidaya tanaman salak pondoh pada suatu areal harus menanam tanaman jantan dan tanaman betina. Secara umum tanaman jantan ditanam dalam jumlah 10% dari tanaman betina (Santoso, 1993 dalam Noto Rahardjo 2009).

  2. Daerah Asal dan Penyebaran Menurut Ivanovich Vavilov dalam Rukhmana (1999:18), memastikan

  • – senitrum primer asal tanaman salak adalah kawasan Indo-malaya. Wilayah Indo Malaya, kini disebut Asia Tenggara, meliputi Indo – cina, Malaysia, Filipina, dan

  Indonesia. Plasma nutfah salak yang pernah ditemukan di dunia lebih dari 20 spesies. Sebagian plasma nutfah salak ditemukan tumbuh alami di wilayah nusantara, sehingga banyak keluarga pakar botani dan pertanian menyebutkan bahwa tanaman salak adalah tumbuhan asli Indonesia. Di hutan Kalimantan terdapat spesies Salacca magnifica, S. Affanisis, dan S. Dransfiel acehensis. Dan S palembanica. Di Jawa terdapat spesies S. Zalacca. Dari pusat setrum asli asal indonesia aneka spesies salak, kemudian meluas ditanam hampir disemua provinsi di Indonesia.

  Kapan manusia mengenal dan membudidayakan tanaman salak belum ditemukan data pasti. Sebagian leteratur menggungkapkan bahwa pertanaman salak yang ada di berbagai daerah di Indonesia telah ditanam pada zaman Belanda. Setrum produksi salak terdapat di provinsi Jawa Barat, Jawa tengah, Bali, DI Yogyakarta, Sulawesi selatan dan Sulawesi Utara, serta kini mulai meluas ditanam diberbagai provinsi lain di Indonesia. Data Biro pusat statistik ( 1985

  • – 1994 ) menunjukan tiga wilayah utama setrum produksi salak yang kontribusinya cukup besar terhadap produksi buah
  • – buahan nasional, yakni Provinsi Jawa tengah, Sumatra utara dan Jawa barat 3. Syarat Tumbuh dan Konservasi Lahan Pada Pertanian Salak Pondoh.

  Menurut Rukmana 1999, syarat tumbuh tanaman salak dipengaruhi oleh 3 faktor, diantaranya adalah: a. Zonasi Agroklimat

  Menurut hendro sunarjono (1996), pendirian kebun buah

  • – buahan harus berpedoman pada zonasi agroekologi ( agroklimak )yang akan memperkecil pengaruh lingkungan terhadap penyimpangan hasil buah. Prinsip pengewilayahan (zona) yang disesuaikan dengan sifat agroklimaknyabertujuan untuk memperkecil pengaruh lingkungan dan interaksi antara varietas dengan lingkungan. Zonasi agroklimak di Indonesia, khususnya di Jawa, dapat dibagi menjadi beberapa wilayah yang mempunyai tipe curah hujan, rasio kedalaman air tanah, ketinggian tempat (suhu), dan lain-lain.

  b. Keadaan Tanah Tanaman salak mempunyai toleransi yang tinggi terhadap berbagai jenis atau tipe tanah. Tanah yang paling baik adalah tanah gembur, subur, banyak mengandung humus, aerasi dan draainasinya baik, air tanahnya dangkal, serta ber- pH 6,0

  • – 7,0.

  Keadaan tanah diindonesia umumnya ber-pH rendah (masam), sehingga membutuhkan pengelolaan tanah yang memadai, terutama pengapuran (limming) untuk menaikan pH tanah. Bahan kapur untuk pertanian dapat berupa kalsium karbonat, kalsium magnesium karbonat, dan lain

  • – lain. Produk kapur yang siap pakai banyak dijual di kios-kios sarana produksi pertanian. Misalnya, Zeagro, Dolomit, kalsit, dan lain-lain. Kebutuhan kapur untuk menaikan pH tergantung pada jenis kapur dan jenis tanah. Pedoman dosis (takaran) kapur berupa kalsit pada tanah podsolit merah kuning (PMK).

  c. Konservasi Tanah dan Air Lahan kering dalam keadaan alamiah yang digunakan untuk kebun salak mempunyai kondisi peka terhadap erosi, miskin unsur hara, lapisan olah (top soil) yang tipis atau dangkal dan air terbatas. Tanag yang berfungsi sebagai tempat perakaran tanaman dan tempat air tanah tersimpan, akan mengalami kerusakan

  • – akibat erosi atau pengikisan apabila tidak dikelola dengan menerapkan kaidah kaida konservasi. Tanah kering yang rusak atau kritis tidak dapat menjamin kepastian produksi secara maksimal dalam waktu yang lama.

  Usaha konserfasi tanah dan air bertujuan mencegah kerusakan lahan, memperbaiki tanah yang rusak, dan menjaga kelestarian kesuburan tanah. Prinsip konserfasi tanah dan air merancang pendaya gunaan tanah dan air untuk kebutuhan jangka pendek, serta melindungi tanah agar dapat didaya gunakan dalam waktu yang lama ( tidak terbatas). Melalui konservasi tanah dan air, maka bahaya erosi air dan tanah atas dapat dicegah ( dikurangi ) dan air yang jatuh ketanah dapat dikelola dengan baik untuk kelestarian usaha tani tanaman salak.

  Kegiatan konserfasi dibedakan menjadi dua cara, yaitu cara vegetatif dan mekanik. Konserfasi secara vegetatif meliputi, penanaman lahan dengan vegetasi atau tanaman dan penggunaan sisa

  • – sisa tanaman sebagai mulsa. Sedangkan konservasi secara mekanik atau disebut sipil teknis adalah melakukan berubahan onpermukaan pada tingkat yang aman dan menampung serta menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak.

  Konservasi yang paling baik dipraktekan pada pengelolaan lahan kebun salak adalah kombinasi secara vegetatif dan mekanik.

C. Perbedaan Ketinggian Tempat Terhadap Hasil Pertanian

  a. Ketinggian Tempat Ketinggian tempat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kondisi iklim, baik dari segi suhu, kelembaban udara maupun curah hujan, yang selanjutnya mempengaruhi vegetasi yang ada. Masing-masing zona ketinggian tempat memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik dari segi floristik, komposisi maupun struktur, klasifikasi tempat berdasarkan ketinggianya (anonim).

  1. Dataran Rendah (0

  • – kurang dari 800 m dpl.)

  2. Tinggi/ Pegunungan (800-1.500 m dpl.)

  3. Pegunungan Tinggi (lebih dari 1.500 m dpl.)

  b. Relief Menurut Suharyono ( 2013 : 48 ) Relief berpengaruh besar terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan. Seperti di Pulau Jawa yang memiliki banyak gunung api menjulang tinggi dengan tanah abu volkanis yang subur oleh f junghuhn dikembangkan zona

  • – zona tumbuhan yang dikaitan dengan ketinggian tempat. Zonifikasi itu meluputi zona I hingga ketinggian 250 meter yang merupakan daerah panas, zona II sebagai daerah sedang hingga ketinggian 1.500 meter, zona III hingga ketinggian 2.500 meter sebagai daerah sejuk, dan zona paling atas yang merupakan daerah hutan alpina dengan padang rerumputan dan pohon/semak makin berkurang. Pembagian zona ini merupakan dasar pengembangan daerah-daerah perkebunan tanaman perdagangan yang jenisnya disesuaikan dengan kondisi iklim dan jenis tanah setempat.

  c. Iklim Tanaman salak dapat beradaptasi luas di dataran rendah sampai ketinggian tempat 700 m di atas permukaan laut (dpl). Keadaan lingkungan tumbuh yang paling optimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman salak adalah daerah rendah sampai menegah (medium) dengan ketinggian tempat 50 m

  • – 300m dpl. Bersuhu antara 20 drajad C – 30 drajad C, curah hujanya antara 200 mm
  • – 400 mm perbulan, kelembapan udara (rH) 40% - 70%, dan tempatnya terbuka sampai agak ternaungi dengan intensitas sinar matahari 40% - 50%. Dilapangan juga dijumpai pertanaman salak tumbuh subur dida
  • – daerah berketinggian 450 m
  • – 650 m dpl. Hal ini berati tanaman salak mempunyai toleransi yang tinggi terhadap keadaan iklim, terutama pada tipe iklim atau tipe curah hujan (Rukhmana, 1999).

  d. Suhu Udara Secara fisik suhu udara dapat didefinisikan sebagai tingkat gerak molekul benda, makin cepat gerak molekul, makin tinggi suhunya. Suhu juga dapat didefinisikan sebagai tingkat panas suatu benda. Panas bergerak dari sebuah benda atau suatu tempat yang mempunyai suhu tinggi ke benda dengan suhu rendah (Bayong Tjasyono 2004 : 12). e. Kelembapan udara Kelembapan udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Jumlah uap air dalam udara ini sebetulnya hanya sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer. Yaitu hanya kira-kira 2% dari jumlah masa. Akan tetapi uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca, iklim serta ketinggian suatu tempat. Sebagian gas

  • – gas yang menyusun atmosfir yang dekat permukaan laut relatif konstan dari tempat yang satu ketempat yang lain. Sedangkan uap air merupakan bagian yang tidak konstan, bervariasi dari 0% sampai 5% (Soekardi Wisnubroto, 1981 : 49).

  f. Curah hujan Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau milimeter (1 inci = 25,4 mm).

  Jumlah curah hujan 1 mm, menunjukan tinggi air hujan yang menutupi permukaan 1 mm, jika air tersebut tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer (Bayong Tjasyono, 2004 : 17).

D. Sumbangan Budidaya Salak Pondoh Terhadap Pendapatan Petani

  Menurut I ketut Sudiarta dalam Rahmat Rukmana, ( 1999 : 16 ), Budidaya salak pondoh di Desa Sibetan memberikan keuntungan yang memadai terhadap pendapatan petani. Tiap hektar lahan yang ditanami sekitar 2.500 pohon salak dengan jarak tanam 2,5 m X 2,5 m dapat menghasilkan 10 ton buah salak/tahun. Harga jual terendah Rp. 2.000/Kg masih diperoleh pendapatan (hasil penjualan) Rp 20 juta. Apabila biaya produksi rata-rata mencapai Rp 7,5 juta/hektar/tahun, maka keuntungan bersih Rp 12,5 juta/hektar/tahun (Rahmat rukhmana, 1999:16).

  Usaha tani salak secara intensif berpola komersial memberikan keuntungan yang memadai dari hasil penjualan buah dan bibit. Hasil analisis usaha tani salak swaru di jawa timur padatahun 1994 menunjukan bahwa setiap 100 batang ( jarak tanam 2m X 3 m) selama 5 tahun diperlukan biaya sebesar Rp.

  1.028.846 panen perdana mulai umur 3 tahun diperlukan duksi buah pada tahun ke-3 sampai tahun ke-5 sebanyak 1.008 Kg senilai Rp. 3.441.395. sementara produksi bibit mencapai 963 batang senilai Rp. 2.179alam.886. jumlah penerimaan usaha tani salak swaru selama 5 tahun sebesar Rp. 5.621.281, sehingga memberikan keuntungan bersih senilai Rp. 4.592.435, sehingga memberikan keuntungan bersih setiap tahun sebesar Rp. 918.487/100 pohon.

  Menurut Rahmat Rukhmana, 1999:16, dalam skala luas dilaporkan bahwa usaha tani salak pondoh secara intensif di jawa tengah pada tahun 1997 menunjukan keuntungan ganda dari hasil penjualan buah dan bibit. Setiap 1 hektar dengan jumlah populasi 1.750 tanaman salak pondoh selama 5 tahun menghabiskan biaya produksi Rp 53.322.000. pada tahun ke-3 mulai panen perdana, baik panen buah maupun bibit. Produksi buah selama tahun ke-3 sampai tahun ke-5 mencapai 37.500 Kg senilai Rp 86.750.000. sementara nilai hasil penjualan bibit mencapai Rp 32.900.000. hasil analisis usaha tani salak pondoh menunjukan besarnya penerimaan Rp. 119.650.000 dengan jumlah biaya produksi Rp.53.332.000 sehingga memberikan keuntungan bersih senilai Rp.66.328.000/hektar/5 tahun rata-rata Rp 13.265.600/hektar/tahun.

  Berdasarkan uraian diatas, penulis berasumsi bahwa budidaya salak pondoh di Desa Plumbungan Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara juga akan memberikan sumbangan yang signifikan terhadap pendapat Keluarga petani salak pondoh.

E. Penelitian Yang Relevan

  Perbandingan penelitian dengan penelitian sejenis yang pernah dilaksanakan, dilakukan untuk membuktikan keaslian penelitian ini. Keaslian penelitian dapat dilihat dari materi yang dibahas, lokasi penelitian maupun metode yang digunakan oleh peneliti terdahulu, dalam penelitian Meliana Kurniawati, (2005

  ). Judul “Kontribusi pendapatan salak pondoh terhadap pendapatan keluarga ”, lokasi penelitian ada di Desa Sawal, Kecamatan Sigaluh, Kabupaten

  Banjarnegara, Metode yang digunakan oleh peneliti ialah menggunakan metode survei, Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kontribusi pendapatan salak pondoh di Desa Sawal masih sangat rendah, Sedangkan dalam penelitian Sokhidin (2008

  ). Judul “Proses perubahan sosial ekonomi yang terjadi pada petani salak pondoh di Desa Petuguran Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara ”

  Untuk penjelasan lebih ringkasnya terlihat pada Tabel 2.1 :

  Tabel. 2.1. Perbandingan Penelitian Nama dan Metode No Tujuan Penelitian Hasil Penelitian

  Tahun penelitian

  1 Penelitian: Untuk mengetahui Menggunakan Kontribusi pendapatan Meliana kontribusi pendapatan metode survei salak pondoh terhadap Kurniawati tanaman salak pondoh pendapatan keluarga di (2005) terhadap pendapatan Desa Sawal masih lebih keluarga di Desa Sawal kecil dibanding kontribusi Kecamatan Sigaluh pendapatan dari selain Kabupaten Banjarnegara tanaman salak pondoh terhadap pendapatan keluarga di Desa Sawal

  2 Peneliti:

  1. Untuk mengungkap Menggunakan Penghasilan yang Sokhidin perkembangan petani metode meningkat masyarakat (2008) salak pondoh di Desa penelitian mampu menyisihkan Petuguran Kecamatan historis, penghasilannya kedalam Punggelan Kabupaten dengan tabungan. Dengan Banjarnegara langkah penghasilan yang besar

  2. Untuk mengungkap heuristik perubahan kebutuhan juga proses perubahan meningkat. Sementara itu sosial ekonomi yang kehidupan sosial terjadi pada petani masyarakat desa salak pondoh di Desa petuguran juga berjalan Petuguran dengan baik antara Kecamataan interaksi dan aktivitas Punggelan Kabupaten sosialnya. Di bidang Banjarnegara pendidikan petani salak pondoh dapat menyekolahkan anaknya sampai ke tingkat perguruan tinggi.

  3 Peneliti: Sumbangan Pertanian Menggunakan Heru Wibowo Salak Pondoh Terhadap metode survei ( 2014 ) Pendapatan Petani

  Berdasarkan Ketinggian Tempat yang Berbeda di Desa Plumbungan dan Desa Kaliurip Kabupaten Banjarnegara

F. Kerangka Pikir

  Pertanian Salak Pondoh Ketinggian tempat

  Iklim Suhu Curah hujan Produksi Salak

  Pendapatan Petani Desa Plumbungan Desa Kaliurip

  Sumbangan Salak Pondoh

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

G. Rumusan Hipotesis

  Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut di atas yang digunakan sebagai kerangka pikir maka diajukan hipotesis sebagai berikut “ Budidaya Salak pondoh di Desa kaliurip lebih besar sumbanganya terhadap pendapatan keluarga dibandinglkan dengan di Desa Plumbungan

  ”