BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembahasan Teori 1. Model Pembelajaran Nature Of Science (NOS) - PENGARUH NATURE OF SCIENCE (NOS) TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI STRUKTUR BUMI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD N 2 SOKARAJA KULON - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembahasan Teori 1. Model Pembelajaran Nature Of Science (NOS) Menurut Jasin (2000: 32) IPA adalah ilmu pengetahuan yang

  membahas tentang alam semesta dengan semua isinya. Ilmu-ilmu alam dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Fisika (physics), suatu ilmu pengetahuan yang memperlajari benda tidak hidup/mati dari aspek wujud dengan perubahan-perubahan yang bersifat sementara.

  b. Kimia (chemistry), suatu ilmu pengetahuan yang memperlajari benda hidup dan tidak hidup dari aspek susunan materi dan penebari- penebari yang bersifat tetap.

  c. Biologi (Biological Science), ilmu yang memperlajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya. Biologi dibagi atas cabang-cabang, antara lain adalah botani, zoologi, morfologi, anatomi, fisiologi, sitologi, histologi dan palaentologi.

  Menurut Ningsih dan Wasis (dalam Anggrawati dan Rasana, 2013: 3) Pembelajaran berorientasi Nature of Science (NOS) didefinisikan sebagai hakekat pengetahuan yang merupakan konsep yang kompleks melibatkan filosofi, sosiologi, dan historis suatu pengetahuan . Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa mencakup tiga hal, yaitu: 1. Ontology yaitu pengetahuan sebagai bidang ilmu yang mengkaji artikulasi, sosiologi, dan historisnya; 2. Epistemology, yaitu pengetahuan sebagai cara untuk meraih pemahaman (understanding), wawasan (insight), dan kearifan (wisdom); 3. Aksiologi, yaitu pengetahuan yang lebih menitik beratkan pada manfaat pengetahuan

  8 tersebut bagi masyarakat dan lingkungannya. Jadi NOS merupakan jembatan bagi siswa untuk mengungkap dan memahami realitas alam.

  Pemahaman realitas alam sangat dibutuhkan bagi siswa dalam rangka memahami jati diri dan membangkitkan kesadaran untuk mencintai alam beserta isinya.

  The development of adequate student conceptions of the nature of

science has been a perennial objective of science instruction regardlessof

the currently advocated pedagogical or curricular emphases. The

research on students’ and teachers’ conceptions of the nature of science

can and should inform research on pedagogical content knowledge.

More specifically, the re search on teachers’ conceptions has clearly

indicated that teachers, as a group, possess a wide variety of conceptions

of varying levels of complexity and logical consistency (Lederman, 1992:

  1) Pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pengembangan pemikiran siswa terkait Nature of Science (NOS) dapat menjadi dasar dalam memahami materi yang dipelajarai. Guru dalam sebuah kelompok pembelajaran tentunya memiliki masalah yang kompleks dan menuntut guru untuk berpikir logis. Penelitian yang berkaitan dengan konsepsi siswa dan guru terkait Nature of Science (NOS) dapat menginformasikan penelitian tentang pengetahuan pedagogi, sehingga mampu menjadi obat bagi masalah dalam pembelajaran.

  Model Nature of Science (NOS) mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: Kelebihan model Nature of Science (NOS) : a. Siswa menjadi lebih aktif dan percaya diri.

  b. Pembelajaran menyenangkan dan bersifat kontekstual.

  c. Siswa dapat mengembangkan ketrampilan proses sains. d. Membantu siswa menemukan sendiri melalui kegiatan praktikum dan mendapatkan pengalaman nyata.

  e. Siswa mampu mengomunikasikan sendiri ilmu yang dipelajarinya menjadi pengetahuan yang akan bermakna dan tersimpan dalam ingatannya untuk periode waktu yang lama. Kekurangan model Nature of Science (NOS): a. Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi.

  b. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.

  c. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

  Menurut Santyasa (Anggrawati dan Rasana, 2013: 3), pembelajaran berorientasi Nature of Science (NOS) memiliki enam langkah utama yaitu:

  1. Background Readings Pada langkah background readings, siswa diajak membaca buku atau artikel yang berkaitan dengan materi, sehingga dengan membaca diharapkan akan menimbulkan rasa ingin tahu terhadap materi yang ditunjukan dengan beberapa pertanyaan. Kegiatan background

  readings

  dari buku yang berkaitan dengan materi pelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemahaman siswa mengenai materi dan meningkatkan penghargaan terhadap Sains dengan sendirinya.

  2. Case Study Discussions Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dirumuskan, guru membuka ruang diskusi untuk melayani pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan oleh siswa dari kegiatan background readings.

  

Case study discussions adalah forum yang baik untuk membantu

  siswa mengembangkan pemahaman, secara khas menghadirkan sebuah persoalan, kemudian siswa berdiskusi untuk memecahkan masalah tersebut. Aktivitas siswa yang perlu diperhatikan adalah kualitas dan kuantitas pertanyaan dan penjelasan yang diberikan.

  3. Inquiry Lessons Pada langkah Inquiry lessons, guru membimbing siswa dalam berpikir dan memfokuskan pertanyaan yang telah diskusikan.

  Aktivitas yang perlu dilihat adalah kesesuaian pertanyaan pembelajaran yang diajukan, ketepatan prosedur pembelajaran yang diajukan, kecermatan memprediksi masalah hambatan dan upaya pemecahan yang diajukan.

  4. Inquiry Labs Aktivitas Inquiry labs adalah kegiatan siswa melaksanakan praktikum dengan mengembangkan keterampilan proses sains, merancang suatu praktikum (planning) berdasarkan pedoman lembar kerja siswa (LKS), melakukan pengamatan kemudian menginterpretasi data yang didapat melalui praktikum. Tahapan ini membantu siswa belajar dan memahami proses dan keterampilan berpikir layaknya ilmuan, walaupun kegiatan praktikum yang dilakukan merupakan praktikum sederhana.

  5. Historical Studies Pada tahap Historical studies, siswa diarahkan untuk menyampaikan jawaban oleh siswa setelah melakukan praktikum dan diskusi, dan guru menilai keterampilan siswa dalam mengomunikasikan jawaban dari setiap kelompok. Kemampuan yang perlu dicapai adalah kemampuan mendiskripsikan pengetahuan yang telah didapat dari proses praktikum.

  6. Multiple Assesments

  

Multiple assessments yaitu guru melakukan penilaian selama kegiatan

  pembelajaran. Teknik-teknik assessment yang dapat dilakukan adalah assessment kinerja, portofolio, dan tes (tes pilihan ganda diperluas, tes uraian terbuka, tes uraian). Aktivitas yang perlu dicapai adalah kemampuan merencanakan, melaksanakan, presentasi, melaporkan secara tertulis, dan melaporkan secara lisan.

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka pelaksanan pembelajaran kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Nature of Science (NOS), mata pelajaran IPA dapat digambarkan sebagai berikut :

  1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan sedikit materi.

  2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa.

  3. Setiap kelompok diberi artikel atau buku sesuai dengan materi pembelajaran.

  4. Guru membuka kesempatan siswa untuk bertanya mengenai artikel atau buku yang telah dibaca.

  5. Guru membimbing siswa dalam berpikir dan memfokuskan pertanyaan yang sesuai dengan materi pembelajaran.

  6. Guru membagikan LKS bagi setiap kelompok.

  7. Siswa melakukan praktikum berdasarkan pedoman LKS, setelah itu siswa melakukan pengamatan terhadap kegiatan praktikum yang telah dilakukan.

  8. Siswa menyampaikan hasil diskusinya yang diwakili oleh perwakilan masing-masing kelompok.

  9. Guru melakukan penilaian dengan melakukan tes tertulis berupa tes uraian dan penilaian keterampilan proses sains.

2. Hasil Belajar

  a. Pengertian Hasil Belajar Menurut Sudjana (2010:22) hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris (Sudjana, 2010: 22).

  b. Tipe Hasil Belajar Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang psikomotor (kemampuan/keterampilan, bertindak/berperilaku). Hasil belajar yang meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

  1) Ranah Kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi (Sudjana, 2010:22). Pada penelitian, aspek ini akan lebih difokuskan pada pengetahuan, pemahaman, penerapan materi gaya. 2) Ranah Afektif

  Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdari dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman kelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial (Sudjana, 2010:30). Tipe hasil belajar ranah afektif berkenaan dengan perasaan, minat dan perhatian, keinginan, penghargaan dan lain-lain.

  Toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Kemendiknas, 2010). Toleransi mempunyai empat indikator untuk jenjang kelas 4-6, sebagai berikut:

  a) Menjaga hak teman yang berbeda agama untuk melaksanakan ajaran agamanya, b) Menghargai pendapat yang berbeda sebagai sesuatu yang alami dan insani, c) Bekerja sama dengan teman yang berbeda agama, suku, dan etnis dalam kegiatan-kegiatan kelas dan sekolah, d) Bersahabat dengan teman yang berbeda pendapat. 3) Ranah Psikomotor

  Menurut Sudjana (2010:23) ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek psikomotor yaitu:

  a) gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar); b) keterampilan gerakan-gerakan dasar;

  c) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, dan lain-lain; d) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan; e) gerakan keterampilan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; f) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non- decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

  (Sudjana, 2010:30-31).

  The basic science process skills are the skills we use when we do science. Children use these skills to actively explore the natural world. They use their senses to observe objects and events and they look for patterns in those observations. Often they predict possible outcomes before they actually occur (Rezba, J. Richard, 2007: 4)

  Pendapat di atas menjelaskan bahwa keterampilan yang dilakukan pada usia sekolah dasar merupakan keterampilan tingkat dasar.

  Keterampilan proses ini membantu siswa untuk menemukan suatu hal yang baru dalam hidupnya, melalui pengamatan yang memanfaatkan panca indranya untuk membuktikan kebenaran. Kegiatan ini diharapkan akan mampu melatih keterampilan siswa dalam mencarai tahu hal-hal yang ada disekelilingnya.

  Hasil belajar dalam penelitian ini adalah variabel terikat yang berupa hasil belajar aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor yang ingin diketahui dan diteliti untuk melihat pengaruh yang lebih baik dari penggunaan model NOS dari pada metode pembelajaran langsung.

3. Pembelajaran Langsung

  Pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas kontrol yaitu pembelajaran langsung. Menurut Suprijono (2012: 46) Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dikenal dengan sebutan active teaching. Pembelajaran langsung juga dinamakan whole-class teaching . Penyebutan ini mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada siswa dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas.

  Pembelajaran langsung menurut Kardi (1997: 3) dalam Hamzah dan Nurdin (2011: 117) dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau menyampaikan pelajaran yang dit ransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat, waktu yang akan digunakan.

  Kesimpulannya bahwa pembelajaran langsung membutuhkan lingkungan belajar. Pembelajaran ini berpusat pada guru sebagai penyampai materi, sedangkan siswa menjadi pengamat, pendengar dan partisipan yang tekun. Berikut ini akan disajikantahapan model pembelajaran langsung dalam tabel 2.1:

Tabel 2.1 Tahapan pembelajaran langsung

  Tahap Bentuk Kegiatan

  1. Kegiatan pendahuluan

  2. Menginformasikan tujuan pelajaran Orientasi

  3. Arahan mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan

  4. Menginformasikan materi pelajaran

  5. Menginformasikan kerangka pembelajaran Guru menyajikan materi pelajaran berupa konsep maupun keterampilan. Selain itu pemberian contoh-contoh konsep, Presentasi pemodelan keterampilan dengan cara demokrasi, dan menjelaskan hal-hal yang sulit juga termasuk dalam langkah ini. Latihan terstruktur Guru memandu siswa untuk mengadakan latihan. Peran guru sangat penting dalam memberi umpan balik terhadap respon siswa yang benar, dan mengoreksi tanggapan siswa yang salah.

  Latihan terbimbing Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing oleh guru untuk menilai kemampuan siswa dalam melaksanakan tugasnya.

  Dalam tahap ini, peran guru yaitu memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan. Latihan mandiri

  Siswa melakukan latihan secara mandiri. Tahapan ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam tahap latihan.

4. Ilmu Pengetahuan Alam

  Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khusus yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya saling terkait antara yang satu dengan yang lain (Aly dan Rahma, 2010: 18). IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi, dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu (Trianto, 2010: 136). Metode ilmiah pada dasarnya merupakan suatu cara yang logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Metode ilmiah merupakan dasar metode yang digunakan dalam IPA.

  Menurut Purnama (1997: 4), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas manusia.

  Sifat manusia yang memiliki rasa ingin tahu terhadap benda-benda yang ada di alam sekitarnya, seperti bulan, bintang, matahari, dan bahkan ingin mengetahui tentang dirinya sendiri.

  Menurut Samatowa (2010: 6), menyatakan “IPA membahas mengenai gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis dan didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang didukung oleh manusia”. Pendidikan IPA diharapkan akan menjadi sarana bagi siswa untuk mempelajari diri dan alam sekitar, serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dilakukan secara langsung untuk mengembangkan ketrampilan, kompetensi agar dapat memahami alam sekitar secara ilmiah.

  Berdasarkan pengertian IPA dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa IPA yaitu sebuah cabang ilmu pengetahuan yang berasal dari alam dan didasari oleh metode alamiah. IPA mengkaji mengenai pengetahuan yang berkaitan dengan alam dan menjawab semua yang berkaitan dengan alam. Manusia dan mahluk hidup yang lain yang ada dialam semesta akan dibahas dalam pembelajaran IPA, oleh karena itu keberadaan IPA penting dalam dunia pendidikan. Mata pelajaran IPA dalam penelitian ini digunakan sebagai mata pelajaran yang akan diteliti karena sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dijelaskan pada bab I.

a. Materi Pelajaran IPA

  Materi pembelajaran IPA dalam penelitian ini mengambil materi struktur bumi dikelas V semester 2. Standar kompetensi dan Kompetensi dasar yang sesuai dengan materi yang diajukan bahan penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

  Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  7.Memahami perubahan yang 7.3 mendeskripsikan struktur bumi terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam

  Sumber : Panduan KTSP

  Berdasarkan data di atas dapat diketahui materi yang akan dipakai untuk penelitian yaitu struktur bumi.

b. Struktur Bumi

  Bumi tempat kita tinggal saat ini merupakan salah satu anggota tata surya dengan matahari sebagai pusatnya. Menurut Sulistyanto (2008: 152-153) struktur bumi adalah susunan lapisan yang membentuk bumi dari berbagai unsur didalamnya. Struktur bumi dari dalam ke luar adalah lapisan inti bumi dalam, inti bumi luar, selimut bumi, dan kerak bumi.

  Lapisan inti bumi dalam merupakan pusat bumi. Lapisan inti dalam memiliki diameter sebesar 2600 km. Lapisan ini terbentuk dari besi dan nikel padat dan merupakan lapisan yang paling panas. Lapisan inti bumi luar merupakan lapisan tersusun atas cairan yang sangat kental, ketebalannya lapisan ini adalah 2200 km. Lapisan inti bumi luar berbatasan dengan lapisan selimut bumi.

  Lapisan selimut bumi memiliki ketebalan 2900 km dan terdiri atas cairan silikat kental. Pada bagian atas lapisan selimut ini berbatasan dengan kerak bumi. Pada bagian inilah sering terjadi pergerakan yang diakibatkan karena melelehnya kerak bumi bagian bawah dan menerobosnya cairan silikat kental panas melalui celah- celah kerak bumi. Cairan ini dikenal dengan sebutan magma. Pergerakan magma inilah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi.

  Lapisan kerak bumi merupakan lapisan dimana makhluk hidup tinggal. Pada lapisan ini banyak terdapat batuan. Selain itu juga terdapat mineral dan tanah. Dalam penelitian ini, struktur bumi digunakan sebagai materi dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Nature Of Science (NOS).

B. Hasil Penelitian yang Relevan

  Keberhasilan pembelajaran yang dicapai dengan menggunakan model pembelajaran Nature Of Science ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Peneliti tidak menemukan penelitian yang sama persis dengan permasalahan yang peneliti teliti, namun ada yang dilakukan oleh:

  1. Dwi, Kusuma., dkk (2013) dalam jurnal artikel yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaan Berorientasi Nature Of Science (NOS) terhadap Hasil Belajar IPA siswa kelas IV di SD Gugus V Kabupaten Buleleng.

  Hasil penelitiannya menunjukan bahwa hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen tergolong sangat tinggi (rata-rata = 22,87), kelompok kontrol tergolong tinggi (rata-rata = 19,00). Hal ini membuktikan bahwa kelas yang diterapkan pembelajaran berorientasi Nature Of Science (NOS) menunjukan hasil belajar yang lebih baik dibandinkan dengan kelas yang melakukan pembelajaran langsung.

2. Anggrawati, Juni., dkk (2013) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

  Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran NOS Berorientasi Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD N Gugus XIII Kecamatan Buleleng. Hasil penelitiannya menunjukan perbedaan yang segnifikan, antara kelompok belajar yang menggunakan model pembelajaran NOS berorientasi keterampilan sains dan kelompok belajar menggunakan model konvensional. Perbandingan hasil belajar

  IPA siswa kelompok eksperimen rata-rata = 28,11 lebih tinggi dari kelompok kontrol rata-rata = 22,33.

C. Kerangka Berpikir

  Pestasi belajar yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling mendukung, salah satunya adalah ketepatan mengorganisir siswa.

  Guru sebagai pengendali kelas dituntut untuk mencari model pembelajaran yang dapat membawa pengaruh besar dalam meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas

  5 SD N 2 Sokaraja Kulon, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Nature Of Science (NOS).

  Proses pembelajaran yang melibatkan siswa, diharapkan akan memberikan pemahaman konsep materi pelajaran. Siswa akan dituntut aktif dalam menemukan atau mengamati suatu fenomen yang ada disekitarnya sehingga mampu menanamkan suatu konsep. Hal ini dapat dirumuskan dengan skema gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir D.

   Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir diatas dirumuskan hipotesis penelitian, sebagai berikut :

  1. Terdapat pengaruh model pembelajaran Nature Of Science (NOS) terhadap hasil belajar siswa aspek kognitif pada mata pelajaran IPA materi struktur bumi di kelas V SD Negeri 2 Sokaraja Kulon.

  2. Terdapat pengaruh model pembelajaran Nature Of Science (NOS) terhadap hasil belajar siswa aspek afektif pada mata pelajaran IPA materi struktur bumi di kelas V SD Negeri 2 Sokaraja Kulon.

  3. Terdapat pengaruh model pembelajaran Nature Of Science (NOS) terhadap hasil belajar siswa aspek psikomotor pada mata pelajaran IPA materi struktur bumi di kelas V SD Negeri 2 Sokaraja Kulon.

  Hasil Belajar (Y)

  Model Pembelajaran

  Nature Of Science (NOS) (X)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS 5 SEMESTER II SD N TEMPURSARI TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 17

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kerangka Teori - PENERAPAN PENILAIAN HASIL BELAJAR SIKAP SOSIAL DALAM KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI DI KELAS V SD NEGRI 298 BATU LOTING - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 35

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Media Pembelajaran - BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 28 23

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pembahasan 1. Pengelolaan Pembelajaran IPA Terpadu Model Keterhubungan (Connected) - Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Model Keterhubungan(Connected) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Klasifikasi B

0 0 18

BAB II KAJIAN LITERATUR A. KerangkaTeori 1. Hakikat Belajar - PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V DI MIN SINEMBAH DESA MEDAN SENEMBAH KECAMATAN TANJUNG MORAWA DELI SERDANG - Repository UIN Su

0 1 26

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kerangka Teori 1. Pengertian belajar - PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MATERI GAYA SISWA KELAS IV MIS KARISMA KECAMATAN SAWIT SEBERANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Repository UIN Sumater

0 0 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran - BAB II RANI

0 3 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Biologi - PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN MEDIA TIGA DIMENSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI VIRUS KELAS X SMA MUHAMMDIYAH 2 PALEMBANG -

0 0 73

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Perpustakaan 1. Pengertian Perpustakaan Sekolah - PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DALAM MENDORONG MINAT BACA SISWA DI SD N 2 KEDUNGMENJANGAN - repository perpustakaan

1 6 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku 1. Definisi Perilaku - STUDI FENOMENOLOGI PEMANFAATAN SUNGAI SEBAGAI MEDIA MCK DI DESA SOKARAJA KULON KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 25