BAB II KAJIAN PUSTAKA - PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEMATIK BERBASIS SCIENTIFIC UNTUK SISWA KELAS IV SD TEMA TEMPAT TINGGALKU SUB TEMA KEUNIKAN DAERAH TEMPAT TINGGALKU PEMBELAJARAN 1 - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik Salah satu ciri dari Kurikulum 2013 yakni menggunakan pembelajaran

  tematik. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan BPSDMP dan KPMP (2013)

  “pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Sesuai dengan karakteristik peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya

  ”. Prastowo (2013: 117) “model pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga dapat memberi pengalaman bermakna pada siswa ”.

  Nuansa pembelajaran tematik selaras dengan tahap perkembangan siswa sehingga memudahkan siswa untuk mencapai kompetensi secara utuh.

  Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sutari (2012) yang menyimpulkan bahwa “penggunaan model pembelajaran terpadu berbasis tematik dapat membantu meningkatkan hasil belajar membaca, menulis dan berhitung

  ”.

  8

B. Pembelajaran Kurikulum 2013

  Kurikulum 2013 terdiri dari dua proses pembelajaran yakni pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung. Menurut Permendikbud No.81 A (

  2013: 4) “proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan ketrampilan psikomotorik melalui interaksi langsung...”. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4.

  Menurut Permendikbud No 81 A (2013: 4) “pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus

  ”. Pembelajaran tidak langsung berkaitan dengan nilai dan sikap yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2. Penentuan kompetensi ini mengacu pada teori tentang taksonomi yang dikelompokan dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Penjelasan ini secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Taksonomi pengetahuan, sikap dan ketrampilan

  

Pada kurikulum 2013

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN Menerima Mengingat Mengamati

  Menjalankan Memahami Menanya Menghargai Menerapkan Mencoba Menghayati Menganalisis Menalar Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji

  Mencipta (Fadlillah, 2014: 178)

C. Pendekatan Saintifik

  Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, ketrampilan dan pengetahuan peserta didik. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) memaparkan kriteria pembelajaran berbasis ilmiah :

  1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda atau dongeng semata.

  2. Penjelasan guru, respon siswa dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

  3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir kritis, analitis, dan tepat mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

  4. Mendorong dan mengispirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

  5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

  6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

  7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

  8. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah.

  Langkah-langkah pembelajaran Scientific menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2013) didasarkan pada penekanan proses pembelajaran me nyentuh tiga ranah yaitu sikap „peserta didik tahu mengapa‟, pengetahuan

  „peserta didik tahu apa‟, dan ketrampilan „peserta didik tahu bagaimana‟ sehingga, menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

  

Sikap (Tahu

Mengapa)

Produktif

Inovatif

  

Kreatif

Afektif

Ketrampilan Pengetahuan (Tahu (Tahu Apa) Bagaimana)

Bagan 2.1 Langkah-langkah pembelajaran Scientific

  Pendekatan Scientific mencakup tiga ranah yakni sikap, keterampilan dan pengetahuan. Ranah sikap memuat materi ajar agar peserta didik tahu mengapa sesuatu yang ia pelajari dapat terjadi, ranah keterampilan memuat materi ajar agar peserta didik tahu bagaimana, sedangkan ranah pengetahuan memuat materi ajar agar peserta didik tahu apa. Hasil akhirnya berupa peserta didik yang memiliki kemampuan pada aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan, sehingga diharapkan mampu meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan untuk menjadi manusia yang baik, cakap dan memiliki pengetahuan yang baik. Sejalan dengan eksperimen yang dilakukan oleh Permata (2014) bahwa

  “pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis ”.

  Marjan, Arnyana, dan Setiawan (2014) menyatakan “berdasarkan hasil penelitan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan saintifik lebih baik dari pada model pembelajaran langsung dalam meningkatkan hasil belajar biologi dan keterampilan proses sains

  ”. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Mahzum (111: 2014) hasil penelitian menyatakan bahwa “aplikasi pendekatan pembelajaran saintifik metode inquiry based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.

  “Pendekatan Scientific dalam pembelajaran dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran” (Kementrian Pendidikan Nasional, 2013)

  Mengasisiasia

Observing Questioning Mengumpulka Mengkomunik

n/ mengolah (Mengamati) (Menanya) n Informasi asikan informasi

Bagan 2.2 Pendekatan Scientific dalam Proses Pembelajaran

  Bagan di atas merupakan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Scientific, dimana unsur tersebut tidak harus dilakukan secara runtut. A bdullah (2014: 53) menyatakan “tahapan aktivitas belajar yang dilakukan dengan pembelajaran saintifik tidak harus dilakukan melalui prosedur yang kaku, namun dapat disesuaikan dengan pengetahuan yang hendak dipelajari”.

  Berikut ini uraian kegiatan pembelajaran serta kompetensi yang harus dikembangkan pada setiap unsur pembelajaran scientific :

1. Melakukan Pengamatan atau Observasi

  Abdullah (2014: 54) “observasi adalah menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi. Sebuah benda dapat diobservasi untuk mengetahui karakteristiknya, misalnya : warna, bentuk, suhu, volume, berat, bau, suara, dan teksturnya

  ”. Menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2013) “kegiatan belajarnya berupa melihat, membaca, mendengar, menyimak baik menggunakan alat maupun tidak. Kompetensi yang dikembangkan pada kegiatan ini berupa melatih kesungguhan, ketelitian, serta mencari informasi

  ”. Berdasarkan pendapat di atas maka pengamatan dapat dilakukan secara maksimal jika guru memfasilitasi peserta didik dalam menggunakan panca indranya, sehingga menitikberatkan pada kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning). Ketika guru menyajikan media sebagai objek nyata, maka peserta didik senang, tertantang, dan mudah melakukan kegiatan pengamatan.

  “tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran ”. (Kemendikbud, 2013)

  Pengamatan sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik untuk menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

  Menurut Kemendikbud (2013) Pengamatan dibagi dalam beberapa jenis sebagai berikut : a. Observasi biasa (Common Observation).

  Peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi

  

(complete observer) dan sama sekali tidak melibatkan diri dengan

pelaku, objek, atau situasi yang diamati.

  b. Observasi terkendali (Controlled Observation).

  Peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Pada observasi terkendali pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan.

  c. Observasi partisipatif (Participant observation).

  Peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati.

  Setiap pengamatan tentu harus melibatkan peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung. Jenis pengamatan/observasi yang digunakan tergantung pada materi dan kompetensi yang akan dikuasai.

  “Pengamatan yang cermat sangat dibutuhkan untuk dapat menganalisis suatu permasalahan atau fenomena”. (Abdullah, 2014: 57)

2. Menanya

  Kegiatan mena nya menurut Kemendikbud (2013) “mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik

  ”. Kegiatan menanya dapat dilakukan baik oleh guru maupun siswa. Guru dapat mengajukan pertanyaan untuk meningkatkan keingintahuan siswa. Abdullah (2014: 57) mengungkapkan

  “siswa perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan dipelajari”.

  “Siswa pada pendidikan dasar perlu dibimbing dalam menganalisis permasalahan yang dihadapi dengan melatih mereka mengajukan pertanyaan yang bersifat konvergen. Proses ini dilakukan dalam diskusi kelompok kecil dengan menerapkan metode curah pendapat

  

(brainstorming) dalam mengumpulkan ide yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan permasalahan” (Abdullah,2014: 60).

  Menurut Abdullah (2014: 62) “kegiatan bertanya dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Pada pembelajaran di sekolah dasar, siswa perlu diminta unt uk bertanya pada orang tua dirumah atau kerabatnya”. Kegiatan mengajukan pertanyaan dapat mengembangkan kompetensi peserta didik kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan dengan kritis.

  Saat guru bertanya, pada saat itu pula secara tidak langsung guru membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, maka ketika itu pula dia mendorong peserta didiknya untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

  3. Melakukan Eksperimen/ Mengumpulkan Informasi

  Menurut Ab dullah (2014: 62) “belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan”.

  Kemendikbud (2013) “kegiatan belajarnya berupa melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, aktivita s, wawancara dengan narasumber”.

  Kegiatan mengumpulkan data dengan menggunakan berbagai aktivitas ilmiah dapat mengembangkan kompetensi berupa sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar sepanjang hayat.

  4. Menalar/ Mengasosiasikan/ Mengolah

  Kemendikbud (2013) “kegiatan belajarnya berupa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/ eksperimen maupun hasil mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi”. Menurut Abdullah (2014: 66) “kemampuan mengolah informasi melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan”.

  Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengolah informasi diperoleh dari kegiatan mengamati dan mengumpulkan data. Mengolah informasi membutuhkan penalaran dan berpikir rasional yang secara langsung mampu mengembangkan kompetensi berupa pengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

5. Mengembangkan Jaringan dan Mengkomunikasikan

  Kemendikbud (2013) “kegiatan belajarnya berupa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

  ”. Abdullah (2014: 71) “kemampuan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman”.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengkomunikasikan dan mengembangkan hubungan antar konsep dapat mengembangkan kompetensi berupa sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengumngkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Tabel 2.2 Skenario Pembelajaran Menggunakan Elemen Pendekatan Saintifik Elemen Pembelajaran Kegiatan Belajar Saintifik

  Observasi/ Mengamati  Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)  Mengumpulkan data melalui berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, wawancara atau kegiatan mengamati.

  Menanya  Mengajukan pertanyaan atau masalah yang terkait dengan

data dan informasi yang dikumpulkan.

   Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan bersifat hipotetik) Mencoba/  Melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku mengumpulkan teks, mengamati kejadian. informasi/ eksperimen  Membuat hipotesis dan merancang eksperimen untuk menguji hipotesis. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah : merumuskan hipotesis, membuat rancangan percobaan, melakukan percobaan sesuai rancangan, mengumpulkan data dengan pengamatan atau melakukan pengukuran parameter atau variabel yang ditetapkan dalam hipotesis.

  Menalar  Data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dan percobaan harus dianalisis dengan melakukan penalaran.

  Peserta didik perlu menalar dengan proses sebagai berikut :

 Melihat hubungan antar variabel

 Mengamati pola  Melakukan analisis, sintesis atas hubungan dan pola yang diamati  Melakukan pengujian hipotesis berdasarkan analisis data hasil percobaan.

  Networking /  Jaringan dikembangkan oleh peserta didik ketika melakukan Komunikasi investigasi. Kemampuan komunikasi dan keterampilan interpersonal sangat dibutuhkan dalam membangun jaringan.

  Peserta didik juga dapat melatih kemampuan komunikasi ketika menyampaikan informasi yang ditemukan baik melalui tulisan atau yang disampaikan secara lisan di depan kelas.

  Sumber : Abdullah (2014: 77) dan Permendikbud No. 81 A

D. Definisi Bahan Ajar

  Daryan to dan Dwicahyono (2014: 171) “bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas”. Menurut Pusat Kurikulum (2008: 7)

  “bahan ajar dapat dimaknai sebagai bentuk pengemasan, pemaparan, penjelasan tentang pengetahuan, pengalaman dan ilustrasi fakta secara sistematis dan logis yang dipergunakan dalam kegiatan pemb elajaran”.

  National Center for Vocational Education Research Ltd/ National

Center for Competency Based Training (Departemen Pendidikan

  Nasional,2008: 8) “bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis

  ”. Hernawan, dkk (www.file.upi.edu) mengemukakan “bahan Pembelajaran (learning materials) merupakan seperangkat materi atau substansi pelajaran yang disusun secara runtut dan sistematis serta menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran

  ”. Sungkono dkk. dalam Hermawan, dkk

  bahan

  pembelajaran adalah seperangkat bahan yang memuat materi atau isi pembelajaran yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran ”. Menurut

  Akbar (2013: 33) “buku ajar adalah buku teks yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata pelajaran tertentu. Ciri-ciri buku ajar adalah :

  1) sumber materi ajar; 2) menjadi referensi buku untuk mata pelajaran tertentu; 3) disusun sistematis dan sederhana; dan 4) disertai petunjuk pembelajaran ”.

  Berdasarkan uraian definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar (learning materials) adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, sehingga memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara utuh dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Bahan ajar tersebut memuat materi, pesan atau isi mata pelajaran yang berupa ide, fakta, konsep, prinsip, kaidah atau teori yang tercakup dalam mata pelatihan sesuai disiplin ilmu serta informasi lain dalam pembelajaran.

E. Tujuan Penyusunan Bahan Ajar

  Menurut Depdiknas (2008: 11), Daryanto dan Dwicahyono (2014: 171) dan Prastowo (2013: 302) terdapat empat poin yang menjadi tujuan penyusunan bahan ajar, diantaranya sebagai berikut :

  1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkann kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik;

  2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku teks yang terkadang sulit diperoleh;

  3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

  4. Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.

F. Macam-macam Bahan Ajar

  Trianto dalam Prastowo (2014: 145) berdasarkan bentuk kegiatan pembelajarannya, maka bahan ajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis : “pertama, bahan ajar untuk pengajar sebagai fasilitator dan siswa belajar sendiri; kedua, bahan ajar untuk pengajar sebagai sumber tunggal dan siswa belajar darinya; ketiga, bahan ajar untuk pengajar sebagai penyaji bahan aj ar yang dipilihnya atau dikembangkannya”. Pengembangan bahan ajar yang disusun termasuk dalam kategori bahan ajar yang dapat digunakan oleh pengajar sebagai penyaji. Daryanto dan

  Dwicahyono (2014:173) macam-macam bahan ajar adalah sebagai berikut :

  1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed) seperti model/market.

  2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.

  3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.

4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti

  CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning

  materials).

G. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

  Pusat Kurikulum (2008: 6) terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip tersebut meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.

  1. Prinsip relevansi artinya keterkaitan Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai contoh, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.

  2. Prinsip konsistensi artinya keajegan Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

  Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoprasian bilangan yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

  3. Prinsip kecukupan Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai materi kompetensi dasar yang diajarkan.

  Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga.

  Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008: 12) dan Prastowo (2013: 314) pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Diantara prinsip pembelajaran tersebut adalah :

  1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak.

  Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.

  2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman.

  Pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang- ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.

  3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.

  Seringkali kita menganggap remeh dengan memberikan respon yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respon yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ‟ya benar‟ atau ‚‟ya kamu pintar‟ atau,‟itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...‟ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respon negatif akan mematahkan semangat siswa. Oleh karena itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.

  4. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.

  Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Oleh karena itu, salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelaskan tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dan lain sebagainya.

  5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.

  Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai suatu kompetensi inti yang tinggi. Oleh karena itu, guru perlu menyusun tujuan pembelajaran dengan tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa. Tahapan yang harus dilalui siswa tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.

  6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan.

  Guru harus memberitahukan kepada peserta didik tujuan akhir pembelajaran yang hendak dicapai, bagaimana cara mencapainya dan memberitahukan pula kemampuan yang sudah dikuasai, sehingga setiap peserta didik akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.

  Menurut Akbar (2013: 34) terdapat delapan ciri-ciri buku ajar yang baik adalah sebagai berikut :

  1. Akurat (Akurasi) Keakuratan antara lain dapat dilihat dari aspek kecermatan penyajian, benar memaparkan hasil penelitian, dan tidak salah mengutip pendapat pakar. Akurasi dapat pula dilihat dari dan teori dengan perkembangan mutakhir dan pendekatan keilmuan yang bersangkutan.

  2. Sesuai (Relevansi) Buku ajar yang baik memiliki kesesuaian antara kompetensi yang harus dikuasai dengan cakupan isi, kedalaman pembahasan, dan kompetensi pembaca. Relevansi hendaknya juga menggambarkan adanya relevansi materi, tugas, contoh penjelasan, latihan dan soal, kelengkapan uraian, dan ilustrasi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh pembaca sesuai tingkat perkembangan pembacanya.

  3. Komunikatif Komunikatif artinya isi buku mudah dicerna pembaca, sistematis, jelas, dan tidak mengandung kesalahan bahasa. Agar komunikatif, menurut Degeng angaplah anda sedang mengajar melalui tulisan. Bahasa yang anda gunakan tidak sangat formal, melainkan setengah lisan.

  4. Lengkap dan Sistematis Buku ajar yang baik menyebutkan kompetensi yang harus dikuasai pembaca, memberikan manfaat pentingnya penguasaan kompetensi bagi kehidupan pembaca, menyajikan daftar isi dan menyajikan daftar pustaka. Uraian materinya sistematis, mengikuti alur pikir dari sederhana ke kompleks, dari lokal ke global.

  5. Berorientasi pada Student Centered Pendidikan dengan kurikulum yang cenderung konstruktivis membutuhkan buku ajar yang dapat mendorong rasa ingin tahu siswa, terjadinya interaksi antara siswa dengan sumber belajar, merangsang siswa membangun pengetahuan sendiri, menyemangati siswa belajar secara berkelompok dan menggantikan siswa mengamalkan isi bacaan.

  6. Berpihak pada Ideologi Bangsa dan Negara Keperluan pendidikan Indonesia, buku ajar yang baik adalah buku ajar harus mendukung ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa; mendukung nilai kemanusiaan; mendukung kesadaran akan kemajemukan masyarakat; mendukung tumbuhnya rasa nasionalisme; mendukung tumbuhnya kesadaran hukum dan mendukung cara berpikir logis.

  7. Kaidah Bahasa Benar Buku ajar ditulis menggunakan ejaan, istilah dan struktur kalimat yang tepat.

  8. Terbaca Buku ajar yang keterbacaannya tinggi mengandung panjang kalimat dan struktur kalimat sesuai pemahaman pembaca, panjang alineanya sesuai pemahaman pembaca.

H. Bahan Ajar Tematik

  Prastowo (2013: 297) “bahan ajar tematik adalah bahan ajar yang mengandung karakteristik pembelajaran tematik, sehingga mampu mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran tematik

  ”. Secara lengkap Prastowo (2014: 139) menjelaskan bahwa

  “bahan ajar tematik merupakan segala bahan (baik informasi, alat maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa melalui proses pembelajaran yang mendorong keterlibatan siswa secara aktif dan menyenangkan, yakni tidak semata-mata mendorong siswa untuk mengetahui (learning to know), tetapi juga melakukan (learning to do), menjadi (learning to be) dan hidup bersama (learning to live together) serta holistik dan autentik, dengan tujuan sekaligus perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran ”.

I. Fungsi Bahan Ajar Dalam Pembelajaran Tematik

  Bahan ajar dapat dijadikan pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa. Prastowo (2013: 299-300) dalam Pengembangan Bahan Ajar Tematik memaparkan fungsi bahan ajar dalam pembelajaran tematik, yakni :

  1. Fungsi bahan ajar bagi guru adalah : (a) Menghemat waktu dalam mengajar; (b) mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi fasilitator; (c) meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif; (d) pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang semestinya diajarkan kepada siswa; 5) alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.

  2. Fungsi bahan ajar bagi siswa adalah : (a) Siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau teman siswa yang lain; (b) Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki; (c) Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing; (d) Siswa dapat belajar berdasarkan urutan yang dipilihnya sendiri; (e) Membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri; (f) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya.

  J. Karakteristik Bahan Ajar Tematik

  Prastowo (2013: 313) Bahan Ajar Tematik harus memunculkan berbagai karakteristik dasar pembelajaran tematik yaitu 1) menstimulasi siswa agar aktif; 2) menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan

  ; 3) menyuguhkan pengetahuan yang holistik (tematik); dan

  (joyful learning) 4) memberikan pengalaman langsung (direct experiences) kepada siswa.

  Aktif, artinya bahan ajar memuat materi yang menekankan pada pengalaman belajar, mendorong keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional, guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa, sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar.

  Menarik atau menyenangkan, artinya bahan ajar memiliki sifat mempesona, merangsang, nyaman dilihat, dan banyak kemanfaatannya sehingga siswa senantiasa terdorong untuk terus belajar dan belajar darinya.

  Holistik, artinya bahan ajar memuat kajian suatu fenomena dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak- kotak. Keberadaan bahan ajar tersebut memungkinkan siswa dapat memahami suatu fenomena dari segala sisi, menjadi lebih arif dan bijaksana.

  Autentik, artinya karakteristik dari bahan ajar tematik yang menekankan pada sisi autentik atau pengalaman langsung yang diberikan oleh suatu bahan ajar. Bahan ajar memberikan sebuah pengalaman dan pengetahuan yang dapat diperoleh oleh siswa sendiri. Selain itu, bahan ajar tersebut memberikan informasi yang kontekstual dengan kenyataan empiris atau fenomena sosial budaya di sekitar siswa. Hal ini berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

  K. Pengembangan Bahan Ajar Tematik

  Pusat Kurikulum (2008: 12) langkah-langkah yang dapat menjadi pertimbangan dalam mengembangkan bahan ajar adalah :

  1. Memetakan dan menganalisis silabus secara lengkap. Langkah ini berguna untuk memberikan dasar dan tujuan pembelajaran. Selain itu, silabus juga memberikan gambaran umum tentang identitas tema, kompetensi dan materi pokok yang akan dicapai dan dibahas serta proses pembelajaran untuk mencapai hal tersebut. Silabus akan membantu proses penataan struktur bahan yang akan disajikan dalam bahan ajar.

  2. Merencanakan materi pokok atau substansi yang disusun dalam silabus kajian tambahan untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang diinginkan.

  Struktur ini memberikan gambaran tentang arah dan konten serta proses pembelajaran yang diinginkan. Sekaligus memberikan gambaran utuh tentang kompetensi dan substansi kajian yang harus dikuasai.

  3. Menulis gagasan pokok dari setiap materi pokok atau substansi kajian.

  Berdasarkan struktur kompetensi dan substansi kajian yang terdapat dalam silabus, pendidik dapat menuliskan garis besar uraian materi inti dari setiap substansi kajian inti sebagai penjelas dari substansi kajian menjadi awal pengembangan bahan ajar dari suatu proses pembelajaran yang dilakukan pendidik.

  4. Menelaah gagasan pokok dari setiap materi pokok atau substansi kajian.

  Berdasarkan uraian pada langkah ketiga, pengembangan bahan ajar dapat dilanjutkan dengan menyusun dan menelaah berbagai ilustrasi penjelasan pada uraian pokok terdahulu. Ilustrasi penjelasan dapat memberikan pemahaman yang lebih kongkrit, jelas dan mendalam pada pembaca tentang berbagai konsep, hukum, prinsip atau prosedur tertentu.

  5. Menulis dan mengembangkan bahan ajar secara lengkap. Setiap gagasan pokok yang telah ditulis kemudian diuraikan secara terperinci dan jelas.

  Penulisannya dapat dilakukan dalam bentuk tekstual, naratif, eksplanatory, deskriptif, argumentatif dan perintah.

  6. Menguji coba dan mengevaluasi keterbacaan, kecermatan isi dan perwajahan. Tahap uji coba ini merupakan proses untuk mengetahui efektifitas bahan ajar yang telah dikembangkan melalui beragam reaksi dari berbagai pihak terhadap bahan ajar tersebut.

  7. Melakukan revisi. Proses evaluasi di atas diperlukan untuk memperbaiki bahan ajar, sehingga menjadi bahan ajar yang baik.

  Pusat Kurikulum (2008: 13) dalam memilih dan mengembangkan bahan ajar pada suatu mata pelajaran perlu diperhaikan beberapa persyaratan pokok, antara lain :

  1. Kecermatan isi Suatu bahan ajar harus menujukkan kecermatan isi dalam struktur dan pemaparan yang memiliki landasan keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Kecermatan isi merujuk pada validitas (ketepatan) bahan ajar dalam memberikan bahan secara logis, runtut dan dapat dipertanggung jawabkan secara konseptual (keilmuan) maupun fakta secara empiris.

  2. Ketepatan cakupan Ketepatan cakupan berhubungan dengan keluasan dan kedalaman materi yang dipaparkan sesuai dengan struktur materi pokok atau substansi kajian yang dikehendaki dari suatu materi perkuliahan secara utuh.

  3. Keterencanaan bahan (pemaparan, penyajian materi, ilustrasi, alat bantu, formating, penjelasan relevansi) Pemaparan bahan ajar seharusnya menyajikan materi dan berbagai ilustrasinya yang mudah dicerna dan dipahami oleh para pembaca.

  4. Penggunaan Bahasa Bahan ajar yang baik seharusnya menggunakan gaya bahasa yang komunikatif, ringan dan mudah dipahami orang lain. Namun demikian, bahasa yang dipergunakan tetap menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.

  5. Perwajahan atau Pengemasan Bagian yang tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan bahan ajar adalah perwajahan atau pengemasan bentuk dan isi. Pada bagian ini perlu diperhatikan penataan margins, pemaparan ilustrasi contoh serta penempatan data (seperti tabel, grafik dan sebagainya).

  Pusat Kurikulum (2008: 14) dalam pengembangan bahan ajar tetap mengacu pada tujuan untuk :

  1. Memberikan panduan utama bagi pendidik tentang gagasan, pengetahuan atau konsep kunci yang harus dikuasai dalam proses pembelajaran.

  2. Menuntun pendidik untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran secara kreatif sesuai dengan lingkungan sekitar dan kebutuhan.

  3. Memberikan kesempatan pada pendidik untuk melakukan elaborasi bahan pembelajaran secara lebih dalam dan luas serta aplikatif dengan menggunakan berbagai buku referensi atau bahan ajar lainnya yang melengkapi atau lebih lengkap.

  4. Memberikan pemahaman tentang penyusunan dan pengembangan bahan ajar yang appropriate.

  5. Membantu anak didik untuk menguasai kompetensi dasar dan menambah wawasan, keterampilan, dan sikap.

  L. Pengembangan Bahan Ajar Cetak : Handout

  Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk, namun fokus penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar cetak dalam bentuk

  handout .

  Depdiknas (2008: 14) “handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik ”. Menurut kamus oxford (Depdiknas, 2008: 14)

  “handout is prepared statement given”.

  

Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara. Mohammad

  (Prastowo, 2014: 78) memaknai “handout sebagai selembar (atau beberapa lembar) kertas yang berisi tugas atau tes yang diberikan pendidik membuat ringkasan suatu topik, makalah suatu topik, lembar kerja siswa, petunjuk praktikum, tugas, atau tes, dan diberikan kepada peserta didik secara terpisah- pisah, maka pengemasan materi pembelajaran tersebut termasuk dalam kategori handout”.

  Prastowo (2014: 79) dalam Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif mengemukakan bahwa “handout adalah bahan pembelajaran yang sangat ringkas. Bahan ajar ini bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada peserta didik. Bahan ajar ini diberikan kepada peserta didik guna memudahkan mereka saat mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, bahan ajar ini tentunya bukanlah suatu bahan ajar yang mahal, melainkan ekonomis dan praktis”.

  Steffen dan Peter Ballstaedt (Prastowo, 2014: 80), fungsi handout antara lain :

  1. Membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat

  2. Sebagai pendamping penjelasan pendidik

  3. Sebagai bahan rujukan peserta didik

  4. Memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar

  5. Pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan

  6. Memberi umpan balik, dan

  7. Menilai hasil belajar Prastowo (2014: 80) menambahkan dalam fungsi pembelajaran, pembuatan handout memiliki beberapa tujuan, yaitu:

  1. untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi peserta didik 2. untuk memperkaya pengetahuan peserta didik 3. untuk mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan pendidik

  “Handout sebagai salah satu bentuk bahan ajar memiliki struktur yang terdiri atas dua unsur yaitu judul dan informasi pendukung. Unsur pertama identitas handout yang meliputi nama sekolah, kelas, identitas pembelajaran, pertemuan ke-, jumlah halaman dan mulai berlakunya handout. Unsur kedua, materi pokok atau materi pendukung pembelajaran yang akan disampaikan”. (Prastowo: 2014).

  Jenis handout dibedakan menjadi dua, untuk lebih jelasnya perhatikan bagan berikut ini :

  

Jenis Handout

Menurut

Menurut Mata Ketergantungann

Pelajaran ya denga Bahan

  Ajar lain Bagian tak Terlepas dengan

  

Handout Praktik Handout Teori terpisahkan dari

Bahan ajar lain Bahan Ajar lain

Bagan 2.3 Jenis-jenis Handout

  Prastowo (2014: 198) “susunan handout mata pelajaran nonpraktik, \ dapat dibuat dengan ketentuan, sebagai berikut : sebagai acuan handout adalah SAP (Satuan Acara Pembelajaran) ; format handout terdiri dari bebas (slide, transparansi, paper based) dan dapat berbentuk narasi kalimat tetapi singkat atau skema atau flowchart dan gambar; tidak perlu menggunakan maupun footer untuk setiap slide. Adapun berkaitan dengan kontent

  header (isi) handout, meliputi overview materi dan perincian materi.

  Prastowo (2014: 198- 199) memaparkan bahwa “berdasarkan ketergantungannya dengan bahan ajar lain, maka handout dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu handout yang terlepas sama sekali dari buku utamanya dan handout yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari buku atau modul yang digunakan untuk materi tertentu. Handout akan berisi materi baru jika dalam perkembangan pembelajaran ditemukan konsep atau pemikiran atau masalah baru yang belum dibahas dalam modul atau buku sumber yang digunakan. Sementara itu, handout akan berisi penjelasan yang lebih lengkap dari materi yang sudah dibahas dalam modul atau buku atau diberikan dalam pembelajaran secara lisan.” M.

   Langkah-langkah Pembuatan Handout Handout dapat dibuat berdasarkan kompetensi dasar yang harus dicapai

  oleh siswa. Oleh karena itu, penyusunan handout harus diturunkan dari kurikulum. Prastowo (2014: 199) adapun langkah-langkah penyusunannya, sebagai berikut :

  1. Lakukan analisis kurikulum dengan menggunakan matrik analisis kurikulum.

  2. Menentukan judul handout dan sesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi pokok yang akan dicapai. Pada tahap ini, lakukanlah dengan berdasarkan penyusunan peta bahan ajar yang telah kita buat dengan mengidentifikasi materi pokok.

  3. Mengumpulkan reverensi sebagai bahan penulisan. Upayakan referensi terkini dan relevan dengan materi pokoknya.

  4. Dalam menulis usahakanlah agar kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang. Bagi siswa di MI/SD, upayakan dengan kalimat yang sederhana dan diperkirakan jumlah kalimat per paragrafnya hanya antara 3-4 kalimat. Perlu diingat bahwa semakin efektif dan efisien itu justru lebih baik dan disarankan. Jadi ukurannya bukan banyaknya kalimat dalam satu paragraf, tetapi bobot dari kalimat yang lebih diutamakan. Sehingga, penyajian paragraf bisa singkat namun mampu menjelaskan secara lengkap informasi yang ingin disampaikan kepada siswa.

  5. Memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan yang ditemukan.

  6. Gunakanlah berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi

handout , misalnya : buku, majalah, internet dan jurnal hasil penelitian.

  Handout sebagai bahan ajar haruslah menampilkan sebuah isi dan

  tampilan yang menarik dan menyenangkan sehingga siswa memiliki rasa ingin tahu ketika belajar. Prastowo (2014: 201) terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pengembangan handout tematik : 1) peta atau diagram konsep yang menghubungkan antartopik atau bagian dalam topik; 2)

  

annotated bibliography , ini merupakan kumpulan abstrak dari sumber yang

  relevan dengan materi yang sedang dipelajari. Handout yang memiliki kandungan annotated bibliography ini akan membantu peserta didik yang membutuhkan informasi lebih lanjut tentang materi ajar tertentu; 3) informasi tambahan untuk meluruskan kesalahan dan bias yang ada dalam bahan ajar; 4) memberikan contoh baru dan contoh tambahan untuk konsep yang sulit dipahami oleh peserta didik; 5) memberikan kasus untuk dipelajari dan diselesaikan, baik secara individual maupun kelompok.

  N. Kerangka Berpikir

  Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk memiliki kemampuan konseptual dan faktual melalui pembelajaran tematik berbasis saintifik.

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBICARA TINGKAT LANJUT PADA TEMA TEMPAT TINGGALKU BERBASIS MASALAH BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR

1 28 37

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA TEMPAT TINGGALKU MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT DAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUMUKMAS PAGELARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 67

PENINGKATAN KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA KELAS IV MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING DENGAN TEMA TEMPAT TINGGALKU DI SD NEGERI 1 PALAPA BANDAR LAMPUNG

4 39 121

PENGEMBANGAN BUKU PINTAR ELEKTRONIK (BPE) PADA TEMA TEMPAT TINGGALKU UNTUK KELAS 4 SDN SRONDOL WETAN 04 SEMARANG

14 103 294

PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARD DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA TEMA TEMPAT TINGGALKU MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD N 02 DUKUH SALATIGA

0 0 16

PENERPAN MODEL PEMBELAJARAN TAKE AND GIVE BERBANTUAN MEDIA BAGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA DAERAH TEMPAT TINGGALKU DI KELAS IV SD 1 DERSALAM

0 3 24

PENERAPAN MODEL SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALY UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TEMA DAERAH TEMPAT TINGGALKU KELAS IV B SD 1 MAYONG LOR

0 0 22

PENGEMBANGAN MODUL TEMATIK TEMA DAERAH TEMPAT TINGGALKU BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER PADA KELAS IV SEKOLAH DASAR - UNS Institutional Repository

0 3 18

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEMATIK BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA TEMA "DAERAH TEMPAT TINGGALKU" UNTUK PESERTA DIDIK KELAS IV SEKOLAH DASAR - UNS Institutional Repository

1 6 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA TEMA 8 DAERAH TEMPAT TINGGALKU UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL SISWA. ( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD N 1 Tegalgondo Tahun Ajaran 2017/2018) - UNS Institutional Repository

0 1 18