RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

RENCANA PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR
4.1. Rencana Pengembangan Permukiman
4.1.1.Petunjuk Umum
A.

Umum

Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada
hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak
huni (livable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib
memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang
layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial.
Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar
perkotaan,

pengembangan

permukiman


yang

terjangkau,

khususnya

bagi

masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan
ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.
Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial
budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi
masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain,
pola, dan struktur, serta bahan material yang digunakan.
Beberapa

hal

yang


perlu

diperhatikan

dalam

pembangunan

permukiman,

diantaranya adalah
1.

Peran Kabupaten/Kota dalam pengembangan wilayah

2

Rencana pembangunan Kabupaten/Kota

3.


Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan,
seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dan sebagainya

1

4.

Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.

5.

Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan)
Pengembangan Permukiman.

6.

Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi dalam
Pengembangan Permukiman.


7.

Keterpaduan Pengembangan Permukiman dengan sektor lainnya dilaksanakan
pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya
dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk
maupun dalam perencanaan teknik.

8.

Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang
tersedia.

9.

Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi dalam Pengembangan
Perkotaan pada kota bersangkutan.

10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan
masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan.

11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun
swasta.
12. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman
13. Investasi PS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal
pemulihan biaya.
14. Jika

ada

indikasi

keterlibatan

swasta

dalam

pembangunan

dan/atau


pengelolaan sarana dan prasarana dalam Pengembangan Permukiman, perlu
dilakukan identifikasi lebih lanjut.
15. Safeguard Sosial dan Lingkungan.
16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung
analisis disertakan dalam bentuk lampiran
B.

Kebijakan, Program dan Kegiatan Pembangunan Permukiman

Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan
wilayah perkotaan dan perdesaan. Tujuan Pengembangan Permukiman:

2

1. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana dasar
permukiman)
2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi, dan
teratur

3. Mengarahkan pertumbuhan wilayah
4. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman
Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah:
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman
2. Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA
3. Terarahnya pertumbuhan wilayah
4. Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman
Keluaran dari Sub Bidang Pengembangan Permukiman adalah:
1. Lahan siap bangun
2. Tersedianya prasarana dan sarana (jalan, drainase, jaringan air bersih) kawasan
3. Tersedianya kawasan permukiman yang sehat
4. Tersedianya RSH, RUSUNAWA siap huni
5. Tersedianya perumahan untuk mendukung terselenggaranya gerak perekonomian
yang dinamis
6. Tersedianya
menyeluruh

kawasan
dan


permukiman

terpadu

dengan

skala

besar

yang

terencana

secara

pelaksanaan

yang


bertahap

dengan

menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan
permukiman

dan

mengintegrasikan

secara

terpadu

dengan

lingkungan

permukiman yang telah ada di sekitarnya

Asumsi dari Pengembangan Permukiman adalah:
1. Kelompok sasaran masyarakat untuk RSH, RUSUNAWA diutamakan masyarakat
berpenghasilan rendah
2.

Mengacu pada UU no. 4/1992 tentang perumahan dan peraturan perundangan
terkait

Melalui penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta
Karya diharapkan dapat diwujudkan permukiman yang layak huni dan mendukung
pengembangan

perkotaan. Selain

itu,

mampu

mendorong


kerjasama

antar

stakehoder dalam mendanai dan menyelenggarakan Program Pengembangan

3

Permukiman oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Dinas PU/Cipta Karya yang
diwujudkan dalam Program Pengembangan Permukiman Perkotaan dan Program
Pengembangan Permukiman Perdesaan.
C.

Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

1. Penyediaan PSD Bagi Kawasan RSH
Target:
 Perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah,
khususnya PNS/TNI/Polri.


Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah.



Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS

 Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, Pekerja
masyarakat berpenghasilan rendah
 Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera
mendorong perkembangan wilayah


Sudah mendatangani MoU antara Pemerintah Daerah dengan Bapertarum.

Penanganan:
 Identifikasi
(Kasiba/Lisiba

lokasi-lokasi
BS),

pengembangan

diprioritaskan

bagi

kawasan

permukiman

kawasan

yang

baru

mewujudkan

keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI dan
POLRI
 Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros yang menghubungkan
kawasan baru
Kontribusi Pemerintah Daerah:


Menyediakan dana pendamping.



Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati



Review minimal setahun sekali

2. Penataan dan Peremajaan Kawasan
Target :
 Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur sehingga menurunkan
kualitas lingkungan permukiman perkotaan.


Lingkungan permukiman sebagai trip distributions (distribusi pergerakan) tidak
accessible terhadap infrastruktur perkotaan.
4

 Pengembangan

kawasan

permukiman

yang

tidak

terkendali

sehingga

berdampak pada lingkungan perkotaan.


Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif.

Penanganan:
 Pengembangan

Program

dan

Kebijakan

Pengendalian

Kota

Besar

dan

Metropolitan.
 Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan.
 Penanganan kawasan permukiman perkotaan melalui peremajaan kawasan
perkotaan.
Kontribusi Pemerintah Daerah:
 Menyediakan dana pendamping.
 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati
 Review minimal setahun sekali
3. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa
Target:


Untuk

Rusunawa

yang diperuntukkan bagi masyarakat berpendapatan

rendah.


Sebagai salah satu solusi penanganan kawasan kumuh perkotaan
(peremajaan kawasan permukiman perkotaan/urban renewal).



Tidak bisa diharapkan sebagai sumber pendapatan daerah.

 Hanya dibangun pada lokasi yang memenuhi syarat administratif, fisik,
ekologik, dan tidak berdampak sosial yang negatif.


Untuk Rusunawa yang diperuntukkan bagi buruh
 Diusulkan apabila sudah menjadi permasalahan bagi pemerintah daerah
setempat.


Bukan merupakan bantuan bagi salah satu perusahaan/pabrik.



Dibangun di atas tanah Pemerintah Daerah.



Dengan persyaratan-persyaratan yang disepakati bersama.

Penanganan:


Penetapan

Pedoman

Perencanaan,

Pengembangan,

Pengawasan

dan

Pengendalian Pembangunan.

5



Penetapan Pedoman tentang Standar Pelayanan Minimal oleh pemerintah
kabupaten/kota dalam penyelenggaraan Rusunawa.



Bantuan teknis pembangunan, penghunian dan pengelolaan Rusunawa.

Kontribusi Pemerintah Daerah:


Menyusun

renstra

pembangunan

permukiman

termasuk

pembangunan

Rusunawa.


Menyiapkan rencana pembangunan Rusunawa (dalam kawasan sesuai RUTR
berkelanjutan dan mandiri).



Penyiapan lahan dan alokasi dana APBD dalam penunjangan Rusunawa.



Penyiapan

manajemen

penghunian

dan

pengelolaan

Rusunawa

pasca

konstruksi.


Mengalokasikan subsidi pengelolaan Rusunawa per tahun melalui APBD

4. Peningkatan Kualitas Permukiman
Target:


Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat kemiskinan perkotaan yang tinggi.



Kabupaten/Kota yang memiliki komitmen untuk melaksanakan program
penanggulangan kemiskinan dan membentuk lembaga permukiman serta
melaksanakan proses secara partisipatif.



Kabupaten/Kota yang mengalokasikan dana pendamping NUSSP pada setiap
tahun pelaksanaan yang dinyatakan dalam konfirmasi dengan surat resmi oleh
Walikota/Bupati dan disetujui oleh DPRD, sesuai dengan Naskah Perjanjian
Hibah dengan Departemen Keuangan menurut kapasitas fiskal yang dimiliki.

Penanganan:


Penyiapan Rencana Penataan Lingkungan/RP4D dalam bidang Perumahan dan
Permukiman.



Fasilitasi Kredit Mikro Perumahan kepada KBR.



Pembangunan Infrastruktur Permukiman bagi KBR.



Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dan Masyarakat melalui kegiatan
Pelatihan dan Pendampingan.

Kontribusi Pemerintah Daerah:


Menyediakan dana pendamping.



Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

6



Review minimal setahun sekali

D. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
1. Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D)
Target :


Lokasi sasaran adalah Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk miskin lebih
dari 35%



Kawasan-kawasan di perdesaan yang potensial berkembang, dan punya nilai
lebih dari kawasan lainnya



Mempunyai Desa Pusat dan desa-desa hinterland yang punya kaitan erat
terutama di bidang ekonomi, (hinterland sebagai pemasok, desa pusat sebagai
pengumpul atau pusat pelayanan )



Kecamatan urban/perkotaan yang jumlah kelurahan lebih besar dari Desa sesuai
data PODES/BPS.



Kecamatan yang diusulkan bukan merupakan sasaran Program Pengembangan
Kecamatan (PPK)



Kondisi fisik lingkungan yang memungkinkan; tidak rawan bencana, strategis



Kondisi sosial dan budaya masyarakat yang kondusif.



Sesuai dengan RUTR dan Renstra Kabupaten.

Penanganan :


Bantuan Teknis berupa:


Identifikasi lokasi KTP2D (DPP beserta desa-desa hinterlandnya).

 Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal untuk dapat menyusun
perencanaan pengembangan kawasan perdesaan secara mandiri
 Penyusunan PJM yang berbasis pada pengembangan potensi ekonomi lokal,
bertumpu pada kebutuhan nyata dengan melibatkan masyarakat.


Bantuan Fisik berupa bantuan PS kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam
matriks program pada PJM. Diutamakan pada akses dari DPP ke desa-desa
hinterland, dan akses pada kawasan lain.



Peningkatan PS desa pusat pertumbuhan diarahkan pada Penyediaan PSD
Perdesaan yang dapat menstimulasi ”Kegiatan Ekonomi Perdesaan”.

Kontribusi Pemerintah Daerah:


Menyediakan dana pendamping.

7



Mencantumkan rencana penanganan KTP2D pada Renstrada



Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati



Review minimal setahun sekali

2. Pengembangan Kawasan Agropolitan
Target :


Kawasan pertanian yang terdiri dari kota Pertanian, desa-desa sentra produksi
pertanian dan desa penyangga yang ada di sekitarnya, yang memiliki fasilitas
untuk berkembangnya pertanian industri.

Penanganan :


Pembangunan prasarana dan sarana untuk mendukung kawasan agropolitan.

Kontribusi Pemerintah Daerah :


Menyediakan dana pendamping.



Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati



Review minimal setahun sekali

3. Pengembangan PS Kawasan Eks Transmigrasi
Target :


Lokasi sasaran pada kawasan eks Transmigrai dalam upaya mengembangkan
Kota Terpadu Mandiri (KTM) dan meningkatkan PS di kawasan transmigrasi yang
telah berumur di atas 5 th (UPT Bina)

Penanganan:


Bantuan teknis berupa identifikasi kawasan eks transmigrasi dan identifikasi
kebutuhan

prasarana

dan

sarana

dasar

permukiman

di

kawasan

eks

transmigrasi.


Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman,
dilaksanakan dalam rangka mendukung program Departemen Transmigrasi

Kontribusi Pemerintah Daerah:


Menyediakan dana pendamping.



Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati.



Review minimal setahun sekali.

8

4. Penyediaan PS Permukiman di Pulau Kecil dan Terpencil
Target :


Kawasan yang secara fisik terisolasi, kesulitan dalam akses menuju kawasan
lainnya.



Sebagian besar penduduknya adalah tertinggal baik dalam hal sosial budaya
maupun ekonomi.



Kondisi pelayanan kepada masyarakat masih sangat terbatas (belum banyak
tersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah)

Penanganan :


Bantuan teknis berupa:


Pedoman Pengembangan PS di Pulau Kecil dan Terpencil

 Identifikasi lokasi kawasan tertinggal dan pulau-pulau kecil yang ada dalam
pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
 Penyusunan PJM berbasis pada upaya penanggulangan kemiskinan dan
meningkatkan kwalitas hidup dan penghidupan masyarakat yang tinggal
didalamnya, bertumpu pada kebutuhan riil dengan melibatkan masyarakat


Bantuan

fisik

berupa

bantuan

prasarana

dan

sarana

dalam

rangka

pengembangan kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam perencanaan
program/PJM dan Rencana Tindak
Kontribusi Pemerintah Daerah :


Menyediakan dana pendamping.



Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati



Review minimal setahun sekali

5. Pengembangan PS Kawasan Perbatasan
Target:


Kawasan yang berbatasan dengan Negara lain (kepulauan dan daratan) sesuai
Jakstra Pengembangan Kawasan Perbatasan



Rawan isu hankamnas, ekonomi, politik, sosial dan budaya

Penanganan :


Bantuan Teknis berupa:


Pedoman Pengembangan PS Kawasan Perbatasan

9

 Identifikasi lokasi-lokasi pada kawasan perbatasan dengan negara lain serta
pulau terluar.
 Penyusunan PJM yang berbasis pada kebutuhan nyata sesuai dengan kriteria
kawasan perbatasan dan pulau terluar.


Bantuan fisik berupa bantuan PS dalam rangka pengembangan kawasan sesuai
dengan apa yang tertera dalam matriks program pada PJM.

Kontribusi Pemerintah Daerah:


Menyediakan dana pendamping.



Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati



Review minimal setahun sekali.

6. Penyediaan PS dalam rangka Penanganan Bencana
Target:


Lokasi pada daerah bencana yang mengalami kerusakan prasarana dan sarana
dasar permukimannya.



Sudah ada laporan dari Pemerintah Daerah atau media massa mengenai
kejadian bencana, jenis kerusakan prasarana dan sarana dasar permukiman
serta jumlah korban yang ditimbulkan

Penanganan:


Mengembalikan kondisi prasarana dan sarana dasar permukiman untuk bisa
memberikan fungsi pelayanannya seperti sebelum terjadi bencana



Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman untuk
mengembalikan kondisi yang rusak akibat bencana.

Kontribusi Pemerintah Daerah:


Menyediakan dana pendamping.



Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati



Review minimal setahun sekali

4.1.2.

Profil Pembangunan Permukiman

4.1.2.1

Kondisi Umum

4.1.2.1.1 Gambaran Umum
Kawasan permukiman merupakan salah satu komponen penting dalam
penataan ruang wilayah Kabupaten Buru yang pengembangannya akan

10

sangat mempengaruhi pengembangan pusat-pusat kegiatan. Hasil
proyeksi jumlah penduduk sampai tahun 2028 adalah sekitar 143.383
jiwa. Dengan mengasumsikan satu rumah untuk satu keluarga (5 jiwa
setiap keluarga) maka di tahun 2028 diperkirakan dibutuhkan rumah
sebanyak 28677 rumah. Dengan asumsi setiap rumah membutuhkan
luas lahan rata-rata 100 m2 maka di tahun 2028 tersebut dibutuhkan
lahan untuk permukiman yang luasnya sekitar 286 Ha. Dengan
mengasumsikan bahwa 40% dari luas kawasan permukiman adalah
sebagai prasarana pendukung, maka diperkirakan luas lahan untuk
kawasan permukiman pada tahun 2028 adalah sekitar 550 Ha.
Permukiman adalah merupakan salah satu komponen penting dalam
penataan ruang wilayah Kabupaten Buru yang perlu dikembangkan
untuk memberikan layanan berupa hunian yang nyaman bagi
masyarakat yang memerlukan sebagai akibat pengembangan pusatpusat kegiatan.
(a).

Kawasan

Permukiman

Perkotaan,

adalah

kawasan

permukiman yang keberadaannya dimanfaatkan oleh penduduk
yang terlibat

dalam

kegiatan/aktivitas

perkotaan.

Lokasi

kawasan permukiman perkotaan ini berada di dalam wilayah
kota atau di sekitarnya. Berdasarkan karakter tersebut, maka
kawasan permukiman perkotaan ini umumnya merupakan satu
kesatuan kawasan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
pelayanan lingkungan serta terpisah dari fungsi-fungsi non
perkotaan seperti sawah, kebun, ladang dan sejenisnya.
Dengan demikian dibandingkan dengan kawasan permukiman
perdesaan, kawasan permukiman perkotaan memiliki tingkat
kepadatan bangunan yang relatif lebih tinggi.
(b). Kawasan

Permukiman

permukiman yang

Perdesaan,

keberadaannya

adalah

merupakan

kawasan

bagian

dari

komunitas perdesaan dan aktivitasnya. Kawasan permukiman
ini umummnya dimanfaatkan oleh penduduk yang terlibat
dalam aktivitas/kegiatan

perdesaan.

Keberadaan

kawasan

permukiman ini tidak terlepas dari kegiatan kawasan perdesaan

11

lainnya seperti sawah, kebun, ladang dan sejenisnya, sehingga
dibandingkan dengan kawasan permukiman perkotaan, kawasan
permukiman

perdesaan

ini

memiliki

tingkat

kepadatan

bangunan yang relatif lebih rendah.
Penggunaan lahan untuk permukiman meliputi perumahan dan
fasilitas pendukungnya, perkantoran, perdagangan, rekreasi,
taman dan ruang terbuka hijau lainnya yang berada di
perkotaan maupun perdesaan, demikian juga permukiman
transmigrasi.
Kawasan pemukiman tersebar dengan pemusatan pada kotakota kecamatan

dengan pemanfaatan ruang yang cukup luas.

Hasil identifikasi lapangan menunjukkan bahwa kawasan sekitar
Namlea merupakan wilayah yang memiliki luas penggunaan
lahan pemukiman yang paling tinggi. Kondisi ini didukung oleh
berkembangnya

kegiatan

industri

dan

kegiatan

ekonomi

produktif lainnya di kawasan tersebut.
Kabupaten Buru sebagai salah satu kabupaten di Maluku yang
termasuk kategori daerah topografi berbukit-bukit. Berdasarkan
kondisi fisik alam yang berupa daerah perbukitan, maka sistem
pemukiman penduduk di dataran Kabupaten buru diupayakan
agar tidak dikembangkan ke arah utara ke daerah perbukitan,
khususnya pada areal dengan lereng > 40%, karena areal ini
harus dijadikan pelindung (buffer) untuk kelestarian lingkungan,
selain juga mengantisipasi rawannya gerakan tanah (longsor).
Areal ini sebaiknya tetap dijadikan sebagai Kawasan Lindung,
untuk basis sumberdaya air dan daerah resapan air di wilayah
hulu sungai.
Demikian pula halnya dengan daerah sepanjang aliran beberapa
sungai yang cukup besar yang terdapat di wilayah kabupaten ini.
Hal ini diarahkan untuk menghindari perkembangan kawasan
permukiman di sepanjang kiri-kanan sungai dan atau didaerah
konservasi/lindung, dan untuk disepanjang sisi kiri-kanan sungai
yang cukup besar.

12

Mengingat Kabupaten Buru merupakan kepulauan namun
mempunyai potensi terjadinya bencana alam, yang pada
akhirnya mengakibatkan terjadinya tsunami, maka sistem
permukiman penduduk diupayakan berada di dataran yang tidak
terlalu rendah, yaitu sekitar 10 meter di atas permukaan laut.
Beberapa kawasan yang terdapat di masing-masing wilayah
kecamatan, yang kondisi morfologinya relatif lebih datar dan
lebih luas, disarankan untuk menjadi daerah permukiman
dengan KDB rendah (