ASPEK TEKNIS RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

ASPEK TEKNIS RENCANA PROGRAM

6.1 Rencana Investasi Sektor Pengembangan Permukiman

  Pengembangan Permukiman adalah rangkaian kegiatan yang bersifat multisektor meliputi kegiatan pengembangan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman lama baik di perkotaan (kecil, sedang, besar dan metropolitan), di perdesaan (termasuk daerah-daerah tertinggal dan terpencil) maupun kawasan-kawasan tertentu (perbatasan, pulau-pulau kecil/ terluar).

  Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (liveable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.

  Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi Kabupaten, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.

  Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola, dan struktur, serta bahan material yang digunakan.

  Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan permukiman diantaranya adalah :

  1. Peran Kabupaten dalam pengembangan wilayah

  2. Rencana pembangunan Kabupaten

  3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten bersangkutan seperti struktur dan morfologi tanah, topografi dan sebagainya

  4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

  5. Dalam penyusunan RPI2JM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Permukiman.

LAPORAN AKHIR

  6. Logical Framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi dalam pengembangan permukiman.

  7. Keterpaduan Pengembangan Permukiman dengan sektor lainnya dilaksanakan pada setiap tahapan penyelanggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

  16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran.

  15. Safeguard Sosial dan Lingkungan.

  14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan sarana dan prasarana dalam Pengembangan Permukiman, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut.

  13. Investasi PS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya.

  12. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman.

  11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat mupun swasta.

  10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan.

  9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efesiensi dalam Pengembangan Perkotaan pada Kabupaten bersangkutan.

  8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia.

6.1.1 Arahan Kebijakan Sektor Pengembangan Permukiman

LAPORAN AKHIR

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No.15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

  Kemiskinan

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan

  Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014. Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknikdan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah: a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b. Pembinaan teknik,pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatankualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

  d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatankualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

  e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman; f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

  

6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Sektor

Pengembangan Permukiman

6.1.2.1 Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman

A. Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Nasional

  Isu Strategis Pengembangan Permukiman Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:

LAPORAN AKHIR

  1. Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

  2. Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan.

  3. Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.

  4. Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.

  5. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

  6. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.

  7. Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun. Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.

  8. Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman.

  Ditopang oleh belum optimalnya apasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

B. Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Paser

Tabel 6.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Paser

  No I su Strategis Keterangan

  

1 Aspek Penggunaan Lahan Lahan di Kabupaten Paser, khususnya di wilayah

  pengembangan baru merupakan lahan yang masih mentah, dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit guna proses pematangannya. Apalagi dibeberapa lokasi, kondisi tanah kurang menunjang karena cenderung berlempung akibat rembesan drainase alami dari arah teluk/laut, serta masih banyak dipenuhi alang-alang, rawa, dan topografi yang tidak beraturan.

  2 Aspek Demografi Penduduk

  Dinamika Penduduk Kabupaten Paser dan Ketergantungan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Terhadap Sektor Potensial.

  

3 Aspek Lingkungan Seiring perkembangan perekonomian Kabupaten,

  Beberapa isu yang dapat diidentifikasi dan mempengaruhi perkembangan permukiman di Kabupaten Paser adalah sebagai berikut :

LAPORAN AKHIR

  No I su Strategis Keterangan

  sektor produksi perikanan laut pun tengah digalakan oleh Pemerintah Kabupaten Paser. Bersamaan dengan itu, kondisi permukiman pesisir, khususnya perkampungan nelayan, mengalami degradasi lingkungan akibat semakin padatnya perumahan, bercampurnya kegiatan produksi hasil perikanan laut, serta buruknya pemahaman akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

  

4 Aspek Infrastruktur Minimnya dukungan penyediaan infrastruktur pada

kawasan-kawasan pengembangan.

  Aspek Informasi/ Data Pendataan terhadap perumahan dan permukiman di

  5 Perumahan dan Kabupaten Paser dirasakan belum maksimal, Permukiman mengingat berbagai kendala seperti kurangnya

  koordinasi/keterpaduan antar instansi, khususnya yang bertugas dan berwenang dalam pengelolaan perumahan dan permukiman Kabupaten Paser. Untuk itu, diperlukan upaya sinkronisasi basisdata perumahan dan permukiman, termasuk utnuk memperoleh kesamaan komponen/variabel dan satuan data yang seragam, sehingga memudahkan upaya analisa data, pemanfaatannya, maupun pemabaharuan data untuk keperluan perencanaan dan pemograman selanjutnya.

6.1.2.2 Kondisi Eksisting Sektor Pengembangan Permukiman

A. Peraturan Pengembangan Permukiman di Daerah

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/ kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman. Berikut ini adalah peraturan daerah mengenai pengembangan permukiman di Kabupaten Paser.

LAPORAN AKHIR

  Tabel 8.2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait

  Pengembangan Permukiman

  Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan lainnya No Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk No./ Perihal Pengaturan Tahun 1 Perda RTRW No.

9 Ketentuan umum

  1. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman eksisting, meliputi:

  Kab. Paser Tahun peraturan zonasi 2015 kawasan a. permukiman yang sudah menetap atau peruntukan berpindah yang masih terdapat di dalam permukiman kawasan hutan lindung dan cagar alam dihentikan pertumbuhannya; b. permukiman nelayan di daerah pesisir dan sepanjang aliran sungai yang tumbuh cenderung tidak teratur dibatasi pertumbuhannya;

  c. permukiman tengah kota yang tidak teratur dan tidak mengikuti perencanaan kota cenderung menimbulkan kekumuhan dalam kota diatur atau dibatasi pertumbuhannya; d. permukiman di kawasan perdagangan, di tepi jalan yang peruntukannya tidak saling menunjang dan tidak sesuai dengan fungsi kawasan diatur atau dibatasi pertumbuhannya; e. permukiman kawasan industri perlu dikembangkan dengan meningkatkan infrastruktur di sekitar kawasan yang terkait dengan jaringan infrastruktur kota.

  f. permukiman instansional dan permukiman developer memperhatikan kondisi alam dan tidak merusak lingkungan;

  g. permukiman swadaya di dalam kota dikembangkan dengan memperhatikan koefisien penggunaan ruang.

  2. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman baru, meliputi:

  a. permukiman kepadatan rendah mempunyai tingkat kepadatan 5-10 jiwa/ha.

  b. permukiman kepadatan rendah diarahkan di bagian utara dan tengah kabupaten dengan memperhatikan potensi bentang alam.

  c. permukiman kepadatan sedang diarahkan pada kawasan dengan faktor kendala fisik lahan yang rendah.

  d. pembangunan hunian dan kegiatan lainnya harus memperhatikan tingkat pemanfaatan ruang yang diukur dari daerah perencanaan, kepadatan bangunan, koefisien dasar bangunan (KDB) blok peruntukan, koefisien lantai bangunan (KLB) blok peruntukan, dan koefisien dasar hijau (KDH);

  e. diperbolehkan melakukan pengembangaan perdagangan dan jasa dengan syarat sesuai skalanya;

  f. diperbolehkan pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial sesuai skalanya; g. diperbolehkan pembangunan prasarana dan sarana yang mendukung aktifitas permukiman; h. diperbolehkan adanya kegiatan industri skala rumah tangga; dan i. tidak diperbolehkan mengembangkan kegiatan

LAPORAN AKHIR

  Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan lainnya No Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk No./ Perihal Pengaturan Tahun yang mengganggu fungsi permukiman dan kelangsungan kehidupan sosial masyarakat.

  B. Kawasan Kumuh

  Data eksisting mengenai kawasan kumuh di perkotaan di Kabupaten Paser digunakan sebagai acuan untuk penurunan prosentasi kumuh sampai pada tahun 2019. Berdasarkan SK Bupati Kabupaten Paser No. 653/KEP-392/2015 Tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Perkotaa, terdapat 7 lokasi kawasan kumuh dengan total luasan 10,68 Ha . untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  Tabel 6. Data Kawasan Kumuh Kabupaten Paser Tahun 2015

  Luas Jumlah Jumlah Rumah Jumlah No Lokasi Kumuh Kawasan Rumah Semi Permanen Penduduk (Ha) Permanen

  1 Jl. Ahmad Dahlan 1,7 (Desa Tanah Grogot)

  2 Jl. Ahmad Yani Gg. 2,0 Kartika (Desa Tanah Grogot)

  3 Jl. Ahmad Yani Gg. 1,8 Padat Karya (Desa Tanah Grogot)

  4 Jl. Gajah Mada (Desa 0,58 Tanah Grogot)

  5 Jl. Modang Gg. Pada 1,2 Idi (Desa Tanah Grogot)

  6 Jl. Tanah Priuk Gg. 0,6 Bersama(Desa Tanah Grogot)

  7 Jl. Senaken Gg. 2,8 Teratai (Desa Tanah Grogot)

  

Sumber : Keputusan Bupati Paser No. 653/KEP-392/2015 Tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh Perkotaan Tana Paser C. Progam Pembangunan Infrastruktur Permukiman

  Dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan di Kabupaten Paser pada tahun 2014 dan 2015 ada program PPIP (Program Pembangunan Infrastruktur Permukiman).

LAPORAN AKHIR

  LAPORAN AKHIR Tabel 6.

  5 Bak penampung air dan box culvert Desa Muara Adang

  Pada tahun 2031, kepadatan tertinggi diproyeksikan tetap berada pada Kecamatan Tanah Grogot dengan kepadatan 275,32 jiwa/km². Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

  Penduduk Kabupaten Paser berkembang sejalan dengan perkembangan daerah akan tetapi penyebaran penduduknya belum merata, dimana pada tahun 2008 hampir 25% penduduknya masih terkonsentrasi pada Kecamatan Tanah Grogot dengan kepadatan penduduk mencapai 149,18 jiwa/km².

  6 Desa DL

  Desa Satu

  7 Pembangunan infrastruktur permukiman

  1 Desa DL

  6 Peningkatan jalan Desa Long Kali Kec. Long Kali

  1 Desa DL

  II Kec. Long Kali

  1 Desa DL

  Data Program Perdesaan di Kabupaten Paser No Progam/ Kegiatan Lokasi

  4 Semenisasi jalan Desa Sebakung Makmur Kec. Long Kali

  1 Desa DL

  3 Peningkatan jalan lingkungan/ semenisasi Desa Libur Dinding Kec. Muara Samu

  1 Desa DL

  Desa Rantau Atas Kec. Muara Samu

  2 Peningkatan jalan lingkungan/ semenisasi & pembangunan jembatan kayu

  1 Desa DL

  1 Peningkatan jalan lingkungan/ semenisasi desa Tanjung Pinang Kec. Muara Samu

  Status Kondisi infrastruktur

  Vol/ Satuan

D. Tingkat Kepadatan Permukiman

  Tabel 4.2 Proyeksi Kepadatan Jumlah Penduduk Kabupaten Paser Tahun 2016-2031

  Kecamatan Kepadatan Eksisting Proyeksi Kepadatan 2008 2016 2021 2026 2031 (Jiwa/Km 2 ) (Jiwa/Km 2 ) (Jiwa/Km 2 ) (Jiwa/Km 2 ) (Jiwa/Km 2 )

Pasir Belengkong 22,52 27,87 31,84 36,38 41,56

Tanah Grogot 149,18 184,62 210,92 240,98 275,32

Batu Engau 6,33 7,84 8,95 10,23 11,69

Tanjung Harapan 9,62 11,91 13,61 15,54 17,76

Muara Samu 4,41 5,46 6,23 7,12 8,14

Kuaro 29,84 36,93 42,19 48,20 55,07

Batu Sopang 11,15 13,80 15,77 18,01 20,58

Muara Komam 6,38 7,89 9,02 10,30 11,77

Long Ikis 28,36 35,10 40,10 45,81 52,34

Long Kali 9,88 8,04 13,97 15,96 18,24

  

Kabupaten Paser 16,90 20,92 23,90 27,30 31,19

Sumber : RTRW Kabupaten Paser 2011-2031

6.1.2.3 Permasalahan danTantangan Sektor Pengembangan Permukiman

  Permasalahan pengembangan permukiman tingkat nasional anata lain:

  

1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat

menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

  

2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah

terpencil, dan kawasan perbatasan.

  3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

  Sedangkan untuk tantangan pengembangan permukiman skala nasional yaitu: 1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

  2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.

  3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden).

  4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah

LAPORAN AKHIR

  5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman dimasing-masing Kabupten/

kota tentunya berbeda-beda, untuk itu perlu penjabaran sendiri untuk permasalahan dan

tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Paser yaitu pada tabel berikut ini.

  No Permasalahan Tantangan Alternatif Solusi

  1 Aspek Teknis Sesuai dengan tujuan 1) Pendistribusian 1) Hampir 25% penduduknya pembanguann permukiman dan persebaran penduduk masih terkonsentrasi pada infrastruktur Perkotaan di sesuai dengan daya Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser maka tantangan dukung lahan yang dengan kepadatan tinggi yang harus dipenuhi yaitu tersedia. 2) Dilihat dari aspek kualitas “Terwujudnya kawasan 2) Pembangunan rumah, rumah penduduk di permukiman yang infrastruktur dengan perdesaan dan sebagian di mempertimbangkan sistem terpusat atau perkotaan belum memadai, keseimbangan daya dukung & secara komunal dan baik dari sisi daya tampung serta secara terintegrasi agar kenyamanannya maupun pemerataan pelayanan agar menjadi kesatuan keamanannya. Rumah semi infrastruktur yang sesuai yang utuh dan mudah permanen dan sederhana dengan standar pelayanan dalam pelaksanaan masih mencapai 22,96 minimum menuju masyarakat maupun

persen Paser yang Agamais, Mandiri, pengawasannya.

3) Perkembangan permukiman Maju dan Sejahtera 3) Pengembangan baru yang bersifat sporadic permukiman yang tidak 4) Kurangnya ketersediaan melampaui daya prasarana permukiman yang dukung dan daya memadai tampung lingkungan 4) Pembangunan prasarana sarana dasar (PSD) permukiman

  2 Aspek Kelembagaan 1) Perlu peningkatan 1) Masih kurangnya keterpaduan kapasitas kelembagaan yang memiliki kelembagaan dalam peran penting dalam penyelenggaraan perencanaan permukiman dan permukiman dan infrastruktur infrastrukturnya 2) Belum sejalannya regulasi 2) Perlu peningkatan pembangunan permukiman penyusunan regulasi dengan pelaksanaan kebijakan

  3 Aspek Pembiayaan 1) Perlu peningkatan 1) Belum banyak perusahaan sumber pembiayaan pengembang yang tertarik pembangunan berinvestasi di Kabupaten infrastruktur perkotaan Paser bidang keciptakaryaan 2) Terbatasnya sumber

  2) Perlu menggandeng pembiayaan pembangunan stakeholder seperti bidang keciptakaryaan masyarakat maupun 3) Harga beli tanah diperkotaan swasta untuk masih tinggi sehingga pembangunan penduduk lebih infrastruktur memanfaatkan lahan pada

LAPORAN AKHIR

  No Permasalahan Tantangan Alternatif Solusi kawasan sempadan sungai

  

4 Aspek Lingkungan Permukiman 1) Perlu peningkatan

1) Luasan kawasan kumuh kualitas dan kuantitas meningkat, terutama di infrastruktur yang perkotaan dan desa-desa sesuai dengan kawasan pantai yang padat karakteristik wilayah penduduk

  2) Perlu pengembangan 2) Banyak hal yang terkait permukiman dan dengan keberadaan kantong infrastruktur yang

  • – kantong kawasan kumuh terpadu di Kabupaten Paser

  3) Perlu adanya regulasi 3) Penurunan Kualitas peraturan mengenai Lingkungan Permukiman di kawasan industri kawasan Nelayan rumahan 4) Terdapat beberapa kegiatan industri rumah tangga polutif (misal industri tahu tempe) yang keberadaannya tidak sesuai dengan fungsi perumahan

6.1.3 Analisa Kebutuhan Pengembangan Permukiman

6.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

6.2.1 Arahan Kebijakan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

  Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain:

1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman LAPORAN AKHIR

  UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

  a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung.

  Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

  

3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung

  Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk

LAPORAN AKHIR

  menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

  

4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan

dan Lingkungan

  Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari. Jenis - jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

  

5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

  Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

  Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL (Permen PU No. 8 tahun 2010)

  Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara. Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

  

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan

lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan

gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan

bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan

LAPORAN AKHIR

  bangunan bersejarah/ tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan

penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

  Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Lingkup Tugas PBL

  Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012

  Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

  a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

  • Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
  • Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman
  • kumuh dan nelayan; Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
  • b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan
  • ingkungan;

LAPORAN AKHIR

  Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;

  • Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
  • Pelatihan teknis.
  • c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
  • Paket dan Replikasi.
  • Penataan bangunan dan lingkungan mempunyai dua tujuan penting yang tercantum dalam standar kriteria yaitu:

  1. Peningkatan sistem keamanan dan keselamatan Gedung Pemerintah dan swasta

  2. Peningkatan sistem keamanan dan keselamatan Bangunan di kawasan permukiman Dari kedua point tujuan di atas hal yang terpenting untuk peningkatkan sistem keamanan dan keselamatan yaitu evaluasi informasi dimana dengan mendapat evaluasi informasi yang baik sangat diperlukan untuk memodelkan keperluan pemeliharaan dan rehabilitasi terhadap keamanan dan keselamatan bangunan. Pengembangan dan aplikasi teknologi yang sudah ada atau pun yang baru diperlukan untuk peningkatan efisiensi manajemen peningkatan sistem keamanan dan keselamatan bangunan dimana evaluasi manajemen meliputi fungsi dan kondisi bangunan aset yang dikelola baik bangunan pemerintah dan swasta juga terhadap pembangunan di kawasan permukiman.

  Konsepsi pengembangan tata ruang Kabupaten merupakan arah garis besar struktur kegiatan perkotaan yang diinginkan di masa datang sebagai pengejawantahan fungsi Kabupaten yang akan dikembangkan. Konsepsi pengembangan tata ruang Kabupaten ini untuk Kabupaten Paser dirumuskan baik dalam lingkup eksternal maupun internal.

  Secara umum pengembangan kawasan terbangun di Kabupaten Paser di masa yang akan datang terutama diarahkan untuk menarik perkembangan fisik Kabupaten ke bagian selatan yang selama ini relatif belum terbangun. Ditinjau dari kondisi fisik dasar (topografi, geologi-daya dukung lahan), bagian selatan ini secara umum mempunyai potensi/kesesuaian untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, meskipun sebagian merupakan kawasan kendala (kawasan manfaat bersyarat).

  Dengan pengembangan kawasan terbangun (terutama untuk perumahan dan pusat pemerintahan dan jasa) ke bagian selatan, maka pengembangan Kabupaten diharapkan tidak lagi hanya berpola linier sepanjang jalan arteri Kabupaten yang pada masa yang akan datang diperkirakan akan semakin berat beban lalulintas regionalnya. Untuk itu perlu dikembangkan jaringan jalan yang dapat meningkatkan aksesibilitas antar bagian wilayah Kabupaten serta terintegrasi dengan jalan regional yang telah ada, baik yang berfungsi sebagai jalan lingkar maupun jalan di sepanjang pantai (coastal road).

LAPORAN AKHIR

6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

6.2.2.1 Isu Strategis Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Berdasarkan Agenda Nasional dan Agenda Internasional maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

  1. Penataan Lingkungan Permukiman

  a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

  b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;

  c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan; d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;

  e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;

  f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

  2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan); b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota; c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan; d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;

  e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

  3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia; b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET; c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.

LAPORAN AKHIR

  Sementara itu, untuk isu strategis dari sektor penataan bangunan dan lingkungan yang mendapat perhatian dalam penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya Kabupaten Paser adalah sebagai berikut.

Tabel 6.6 Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Paser

  Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten No. Kegiatan Sektor PBL Paser (1) (2)

  (3)

  

1 Penataan Lingkungan Permukiman Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka

publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan Kawasan yang dinilai rawan kebakaran di Kabupaten Paser terdapat di Kecamatan Kabupaten Paser khususnya Kelurahan Loktuan. Untuk lembaga yang menangani kejadian kebakaran adalah Dinas Pemadam Kebakaran dan Kebersihan. Untuk skala Kabupaten Paser sendiri sampai saat ini belum ada produk Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

  

2 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Kondisi penataan bangunan dan lingkungan di

Rumah Negara Kabupaten Paser pada saat ini memang mengacu pada UU No. 82 Tahun 2002 tentang bangunan gedung dan PP No. 36 Tahun 2005 tentang Pengaturan Pelaksanaan UU Bangunan Gedung. akan tetapi untuk perda belum ada pelaksanaan untuk pengaturan tata bangunan dan lingkungan, masih dalam bentuk draft ranperda Pada saat ini Kabupaten Paser belum memiliki data secara keseluruhan mengenai jumlah bangunan gedung. untuk data base jumlah bangunan hanya bangunan yang ber IMB saja dan data ini terdapata di Dinas Tata Kabupaten

  

3 Pemberdayaan Komunitas dalam Luasan kawasan kumuh meningkat, terutama

Penanggulangan Kemiskinan di perkotaan dan desa-desa kawasan pantai yang padat penduduk. Peningkatan ini selain didorong oleh pertumbuhan penduduk karena arus migrasi, juga disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan ketidakpedulian masyarakat untuk melakukan perbaikan rumah.

  • 6.2.2.2 Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Bangunan-bangunan di wilayah Kabupaten Paser secara umum saat ini diarahkan kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan yaitu perdagangan dan jasa, pemukiman, perkantoran dan pendidikan. Dari sisi tata letak Kabupaten, bangunan-bangunan memiliki fungsi sebagaimana disebutkan di atas. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel berikut :

LAPORAN AKHIR

  Tabel 6 Fungsi Bangunan di Kabupaten Paser Fungsi Bangunan Uraian/ Lokasi Pemukiman Jenis permukiman di Kabupaten Paser meliputi permukiman nelayan, permukiman secara umum, dan permukiman berupa kompleks. Permukiman nelayan berada di kawasan pesisr Kabupaten Paser. Pada umumnya permukiman ini muncul secara spontan terkait dengan adanya kegiatan masyarakat sebagai nelayan.

  Perumahan secara umum pada umumnya terdapat dua macam yakni perumahan tidak terencana akan tetapi teratur dan perumahan terencana dan teratur. Perumahan ini tersebar dihampir seluruh wilayah kecamatan Kabupaten Paser. perumahan ini bersifat permanen, semi permanen dan non permanen. Luas kawasan pemukiman dan industri yang terdapat di Kabupaten Paser adalah ± 470.139,99 Ha. Dari luasan tersebut sekitar 73 persen dari total luas kawasan permukiman adalah kawasan yang sangat sesuai untuk dibangun dan dikembangkan sebagai lokasi tempat tinggal.

  Adapun jumlah rumah di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Paser sebesar 42.560 unit, terdiri atas rumah permanen sebanyak 32.788 unit sedangkan rumah non- permanen sebanyak 9.772 unit. Pendidikan Bangunan fasilitas pendidikan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Paser baik itu sekolah swasta maupun sekolah negeri dengan jenjang TK, SD, SMP, SMA dan PT. Perkantoran Fasilitas perkantoran tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Paser baik ditingkat Kecamatan maupun di tingkat Kelurahan. Untuk pusat pemerintahan (Kantor Bupati) terdapat di Kecamatan Tanah Gogot. Untuk arahan pengembangan kawasan pemerintahan yakni ke arah Selatan Kabupaten Paser di Kelurahan Kabupaten

LAPORAN AKHIR

  Fungsi Bangunan Uraian/ Lokasi Paser. Perkantoran ini meliputi kantor pos, kantor dinas- dinas pemerintahan termasuk Dinas Bina Marga Pengairan dan Tata Ruang, Dinas BAWASDA, BAPPEDA, Badan LH, DPPKD, BPS, DPRD, Dinas Cipta Karya Kebersihan dan Perumahan.

Kesehatan Bangunan fasilitas kesehatan ini tersebar di wilayah

Kecamatan Kabupaten Paser yakni berupa fasilitas

  Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan dan Puskesmas Pembantu.

  Sumber: Hasil Kajian RPIJMD Kabupaten Paser, 2013

  Bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas umum adalah sebagian dari bangunan yang memiliki fungsi jasa, misalnya rumah sakit, kantor pos, kantor dinas pemadam kebakaran dan lain-lain. Secara umum bangunan-bangunan fasilitas umum ini seharusnya dijadikan fasilitas pendukung dari fungsi-fungsi bangunan lainnya sehingga lokasi dan keberadaannya tidak berjauhan dari bangunan lainnya terurama kawasan pemukiman. Namun hal ini sering tidak bisa tertata secara baik karena perkembangan pembangunan Kabupaten yang kurang terkendali dan cenderung tidak terencana. Dari sisi historis banyak bangunan – bangunan dan kawasan di Kabupaten Paser yang memiliki nilai historis tinggi karena merupakan bangunan dan kawasan peninggalan sejarah baik itu kerajaan maupun perjuangan kemerdekaan.

  Bangunan-bangunan tersebut di atas berdasarkan fungsinya baik bangunan perdagangan dan jasa, perkantoran dan pendidikan, bangunan tradisional tentu saja memiliki nilai ekonomi yang berbeda-beda. Nilai perbedaan ini bisa didasarkan pada lokasi bangunan, fungsi bangunan, umur atau usia bangunan dan nilai historis bangunan. Bangunan yang berada di kawasan perkotaan tentu saja mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi dari pada yang berada di pinggiran Kabupaten Paser. Begitupula bangunan fungsi perdagangan biasanya memilki nilai ekonomi yang kebih tinggi dari pada bangunan perkantoran, pendidikan ataupun pemukiman. Bangunan yang memiliki nilai historis sejarah dan berumur tua lebih tinggi nilai ekonominya dari bangunan biasa dan berumur muda. Berkaitan dengan pendapatan atau penerimaan bangunan-bangunan tersebut sangat dipengaruhi oleh fungsi bangunan tersebut serta nilai sejarah/ historis bangunan.

  Kawasan tepian Sungai Kabupaten Paser sebagian besar merupakan perkampungan penduduk yang telah lama terbentuk dan kondisi fisik bangunannya sudah sangat tidak layak, meski ada beberapa hunian telah direnovasi. Oleh karena itu, direncanakan perbaikan

LAPORAN AKHIR

  hunian-hunian yang telah rusak dengan tetap mempertahankan bentuk dan fasade aslinya yang merupakan ciri khas arsitektur vernakular kawasan tepi Sungai Kabupaten Paser ini.

  Tipologi bangunan yang terdapat di Kabupaten Paser pada umumnya berbentuk panggung (non permanen) yang menjadi ciri khas permukiman di pinggir sungai. Bangunan yang bersifat non permanen berlokasi di kawasan tepian sungai. Adapun bangunan yang berbentuk permanen rata-rata berlokasi di sepanjang jalan utama. Bangunan permanen sudah menunjukkan ciri perkotaan modern yang sedang berkembang.

  Kondisi dan kelayakan bangunan di Kabupaten Paser terbagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut :

  1. Bangunan tembok Dilihat dari kondisi bangunan, khususnya bangunan tembok rata-rata telah dapat dikatakan layak dikarenakan jika dilihat dari segi :

   Kesehatan, bangunan ini telah memiliki kamar mandi di dalam rumah sehingga jika masyarakat ingin buang air ataupun mandi tidak perlu pergi ke sungai. Rumah-rumah tersebut bersih dari sampah dan terbebas dari genangan air yang terdapat di halaman depan ataupun halaman belakang sehingga kecil kemungkinan nyamuk demam berdarah berkembang biak. Rumah dengan bangunan tembok juga telah memiliki fentilasi untuk sirkulasi udara.

   Kenyamanan, atap rumah menggunakan genteng ataupun seng sehingga terlindungi dari sengatan panas mentari dan hujan. Selain itu, dinding yang terbuat dari tembok mengurangi dinginnya angin malam yang masuk ke dalam rumah. Namun, ada beberapa rumah yang terkesan “kering” karena tidak memiliki pekarangan di halaman rumah mereka (ruang terbuka hijau nya maíz kurang)  Keamanan, rumah yang terbuat dari tembok dindingnya lebih kokoh, mencegah masuknya hewan ke dalam rumah. Selain itu, tingkat keamanan rumah tembok jauh dari tindakan kriminalitas.

  2. Bangunan bilik layak (tipe rumah panggung)  Kesehatan, bangunan ini telah memiliki kamar mandi di dalam rumah sehingga jika masyarakat ingin buang air ataupun mandi tidak perlu pergi ke sungai. Rumah-rumah tersebut belum sepenuhnya bersih dari sampah dan belum terbebas dari genangan air yang terdapat di halaman depan. Telah memiliki fentilasi untuk sirkulasi udara.

   Kenyamanan, atap rumah menggunakan genteng sehingga terlindungi dari sengatan panas mentari dan hujan. Keamanan, dinding kokoh kokoh walaupun terbuat dari bilik kayu, mencegah masuknya hewan ke dalam rumah.

  3. Bangunan Bilik Tidak Layak  Kesehatan, bangunan rumah terlihat kotor selain itu kurangnya fentilasi untuk sirkulasi udara.

LAPORAN AKHIR

   Kenyamanan, genteng rumah sudah terlihat kurang layak sehingga ketika turun hujan sering terjadi kebocoran.  Keamanan, dilihat dari kondisi bangunannya memiliki dinding yang kurang kokoh sehingga bangunan rumah cepat atau lambat akan hancur.

  Bahan bangunan yang ada dipergunakan di Kabupaten Paser pun cukup bervariasi mulai dari bangunan yang menggunakan bahan tembok, kayu bahkan menggunakan bilik. Penggunaan bahan-bahan tersebut berfungsi untuk menjaga suhu termal yang ada di Kabupaten Paser, dan bahan bilik ini merupakan bahan yang cukup murah sehingga terjangkau oleh penghasilan masyarakat setempat. Tetapi rumah yang menggunakan bahan bilik mempunyai kesan bangunan kumuh dan tidak terawat. Pada kenyataannya, pemilik bangunan tersebut tidak mampu merawat atau mengganti dengan yang baru. Bangunan yang menggunakan bahan bilik maupun kayu mempunyai ciri khas sebagai bangunan untuk iklim tropis. Letak bangunan yang menggunakan bahan ini berada di bagian yang lebih dekat dengan sungai.