STUDI DESKRIPTIF TERHADAP PENERIMAAN DIRI PADA PRIA HOMOSEKSUAL (GAY)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN JUDUL

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP PENERIMAAN DIRI PADA
PRIA HOMOSEKSUAL (GAY)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :
Ruth Intan Hutauruk
119114161

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019


i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN JUDUL

DESCRIPTIVE STUDY OF SELF-ACCEPTANCE IN
HOMOSEXUAL MALE (GAY)
A Final Thesis
Presented as Partial Fulfillment of The Requirements
To Obtain Sarjana Psikologi Degree
In Psychology Study Program

By:
Ruth Intan Hutauruk
119114161

PSYCHOLOGY STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF PSYCHOLOGY
FACULTY OF PSYCHOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA
2019

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO &
PERSEMBAHAN
“Karena

Masa


Depan

Sungguh

Ada,

dan

Harapanmu Tidak Akan Hilang”
Amsal 23 Ayat 18

"Parents can only give good advice or put them on the right paths, but the final
forming of a person's character lies in their own hands."
- Anne Frank

Tulisan ini kupersembahkan untuk
Setiap orang yang menungguku menyelesaikan skripsi

v


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TRAK

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP PENERIMAAN DIRI PADA PRIA
HOMOSEKSUAL (GAY)
Ruth Intan Hutauruk
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerimaan diri pada homoseksual
atau disebut sebagai gay. Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang
menggunakan metode wawancara semiterstruktur yang termasuk dalam kategori
in-depth interview agar peneliti mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
mengenai pengalaman atau proses yang dialami oleh informan. Informan
penelitian terdiri dari dua orang laki-laki masing-masing berumur 22 tahun. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kedua informan menyadari orientasi
homoseksualnya karena adanya pengalaman saat memiliki ketertarikan dengan
sesama jenis. informan 1 berada pada usia remaja, sedangkan informan 2 saat
dewasa awal. Kesamaan proses penerimaan diri yang dialami oleh kedua informan
adalah penolakan, seperti rasa bimbang dan ragu-ragu. Namun, kedua informan
mulai dapat menerima orientasi homoseksualnya sebagai suatu jalan hidup bagi
informan 1, sedangkan informan 2 menganggapnya sebagai pilihan hidup yang
sesuai dengan keinginannya. Kedua informan juga memberitahu orientasi seksual
tersebut ke orang lain (coming out), yaitu pada teman-teman terdekat. Penerimaan
diri yang baik tampak pada harapan dan rencana masa depan yang dimiliki kedua
informan.
Kata kunci : Gay, penerimaan diri, pria homoseksual

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

DESCRIPTIVE STUDY OF SELF-ACCEPTANCE IN

HOMOSEXUAL MALE (GAY)
Ruth Intan Hutauruk
ABSTRACT

This study aims to describe self-acceptance in homosexual or referred to as gay.
This study is a descriptive study using semiterstruktur interview method which
included in in-depth interview category so that researcher know more about the
experience or process experienced by informant. The research informant
consisted of two men each aged 22 years. The results showed that both informants
were aware of their homosexual orientation because of the experience of having
same-sex attraction. informant 1 was in the age of adolescence, while the
informant 2 during early adulthood. The similarity of the process of selfacceptance experienced by the two informants is rejection, such as a sense of
doubt and hesitation. However, both informants began to accept their homosexual
orientation as a way of life for informant 1, while the informant 2 regarded it as a
life choice in accordance with his wishes. Both informants also informed the
sexual orientation to others (coming out), ie to the closest friends. Good selfacceptance looks at the expectations and future plans of both informants.
Key Words: Gay, Homosexual male, Self-acceptance.

viii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat, rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Studi Deskriptif Terhadap Penerimaan Diri Pada Pria
Homoseksual (Gay)”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi

sebagian syarat

memperoleh gelar sarjana psikologi program studi S1 jurusan Psikologi
Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari peran penting berbagai pihak,
sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati serta rasa
hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. Pada proses
penulisan tugas akhir ini, saya ucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapa yang di sorga, Tuhan Yesus dan Roh Kudus atas segala berkat
dan kasih karunia-Nya yang diberikan kepada penulis dalam proses
penulisan skripsi.
2. Dr. Titik Kristiyani, M.Si., Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
3. Monica Eviandaru Madyaningrum, M. App. Psych selaku Ketua
Program Studi Universitas Sanata Dharma.
4. Monica Eviandaru Madyaningrum, M. App. Psych selaku Dosen
Pembimbing Akademik Fakultas Psikologi.
5. Y. B. Cahya Widiyanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah membimbing penulis dalam proses pengerjaan skripsi ini.
6. Kak Dicky dan Mas Tatung yang telah direpotkan oleh penulis untuk

skripsi. Makasih banyak buat jurnalnya, Kak Dicky 

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Komunitas PLU SATU HATI, Kak R untuk diskusi dan masukannya.
8. Kedua informan, O dan A, yang telah membagi kisah hidupnya. Aku
belajar banyak dari kalian, terima kasih 
9. Bapak dan Mama yang tercinta, buat abang-abangku, Bang Alek, Bang
Beni, dan Bang Mikha, serta Kak Wita dan Kak Eva, keponakanku
yang tella Bitha dan Charlotte. Seluruh keluarga yang selalu
mendoakan penulis.
10. Mba Herlina, Tuti, Icha yang telah menjadi teman dalam salah satu
perjalanan hidupku. Terima kasih buat setiap kegilaan dan konseling
dirinya 
11. Library-Squad; Winda (Windol), Rhisty (listy), dan Yoan yang pernah
berjuang bersama untuk skripsi dan selalu saling menyemangati satu
sama lain. Thanks guys 
12. Thea dan Reza, teman satu kelompok bimbingan yang selalu
membantu dan mendengarkan curhat penulis selama bimbingan
skripsi.

13. Viktor, teman yang saling memberikan dukungan kepada penulis.
You’re my true best friend 
14. Teman-teman di Kost Majus yang mengajariku bahwa manusia itu
sangat beragam.
15. Seluruh dosen di Jurusan Psikologi Universitas Sanata Dharma yang
telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis duduk di bangku
kuliah dan seluruh karyawan Jurusan Psikologi Universitas Sanata
Dharma (Mas Gandung, Bu Nanik, Mas Muji, Mas Doni, serta Pak Gik
yang telah habis masa kerjanya disela-sela penulis mengerjakan
skripsi) atas pelayanan yang diberikan, sehingga penulis dapat kuliah
dengan nyaman dan pada akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan
baik.
16. Seluruh teman Psikologi USD Angkatan 2011 atas pengalaman selama
berkuliah. Kalian luar biasa!!!
17. Semua pihak, baik langsung maupun tidak, yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
skripsi ini. Saran dan kritik diharapkan untuk perbaikan-perbaikan pada masa
yang akan datang. Semoga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Yogyakarta, 21 Januari 2019
Penulis

Ruth Intan Hutauruk

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN .......................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian......................................................................................... 6
1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 6
2. Manfaat Praktis ........................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 7
A. Penerimaan Diri.............................................................................................. 7
1. Pengertian .................................................................................................. 7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pennerimaan Diri .............................. 8
3. Aspek-aspek Penerimaan Diri................................................................. 10
4. Ciri-ciri Individu dengan Penerimaan Diri ............................................. 12
5. Dampak Penerimaan Diri ........................................................................ 13
B. Homoseksual................................................................................................ 15
1. Pengertian ............................................................................................... 15
2. Faktor-faktor Penyebab Homoseksualitas .............................................. 18
xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Perkembangan Identitas Homoseksual .................................................... 20
C. Penerimaan Diri pada Homoseksual ............................................................ 24
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 27
A. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 27
B. Informan Penelitian ..................................................................................... 27
C. Kajian Penelitian .......................................................................................... 28
D. Metode Pengumpulan Data.......................................................................... 28
E. Metode Analisis Data .................................................................................. 32
1. Pengumpulan Data .................................................................................. 32
2. Analisis Data ........................................................................................... 33
F. Kredibilitas Penelitian ................................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 35
A. Proses Pengumpulan Data ............................................................................ 35
B. Profil dan Gambaran Informan .................................................................... 36
1. Profil Informan........................................................................................ 36
2. Gambaran Informan ................................................................................. 37
C. Tahap Pengambilan Data ............................................................................. 44
D. Hasil Penelitian ............................................................................................ 44
1. Informan 1 ............................................................................................... 44
2. Informan 2 ............................................................................................... 57
E. Pembahasan .................................................................................................. 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 89
A. Kesimpulan .................................................................................................. 89
B. Saran ............................................................................................................ 90
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 91
LAMPIRAN I Informed Consent .......................................................................... 96
LAMPIRAN II Verbatim Informan ...................................................................... 98
LAMPIRAN III Member Checking .................................................................... 161

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Penerimaan Diri Informan 1 .................................................... 56
Gambar 2. Skema Penerimaan Diri Informan 2 .................................................... 74

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pedoman Guideline Wawancara .............................................................. 30
Tabel 2 Profil Informan ......................................................................................... 36
Tabel 3 Pengambilan Data .................................................................................... 44

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

“... Malam di mana perasaan jujur itu menjadi kenyataan bahwa ternyata
ia-lah alasan kenapa selama ini sensasi-sensasi aneh itu muncul setiap
kali aku dekat dengannya.... Kenapa aku bisa mencintai sesama lelaki?
Apakah aku gila? Mungkin iya. Tetapi, aku merasa damai dan terlindungi
didekatnya. Salahkah aku?....”
(Kutipan novel „The Sweet Sins‟, 2012, Rangga Wirianto Putra)
Prolog diatas adalah salah satu kutipan novel yang berjudul ‗ The
Sweet Sins‘ karangan penulis Rangga Wirianto Putra. Prolog tersebut
menggambarkan perasaan Rei, tokoh utama dalam novel tersebut yang
mempertanyakan perasaannya kepada seorang laki-laki bernama Ardo. Rei
merasakan suatu emosi yang janggal terhadap Ardo. Kisah dalam novel
tersebut berlanjut dalam dinamika kehidupan Rei sebagai seorang gay
pada pencarian jati diri dan cinta bersama para sahabatnya dan kekasih
hatinya, Ardo.
Kegundahan yang dirasakan oleh tokoh Rei adalah salah satu
proses dari pengenalan diri Rei terhadap dirinya sendiri. Pengenalan diri
tersebut terlepas dari suatu penerimaan diri (self-acceptance) yang
dilakukan. Pribadi yang memiliki penerimaan diri yang baik memiliki
keseimbangan emosional dan menjadi pribadi yang matang (Allport dalam

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

Feist & Feist, 2009). Pannes (dalam Hurlock, 1974) menyatakan
penerimaan diri adalah sejauh mana individu, setelah mempertimbangkan
karakteristik pribadinya, dapat diterima dan bersedia untuk hidup dengan
karakteristik tersebut. Seseorang dapat menerima segala karakteristik yang
ada dalam dirinya, tanpa harus mengikuti pendapat orang lain. Orang yang
dapat mengakui kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan yang
dimiliki, tanpa mengeluh atau merasa malu, serta merasa bersalah
(Maslow dalam schultz, 1991).
Proses penerimaan diri pada homoseksual tidak terlepas dari
penyingkapan jati diri mereka sebagai homoseksual (Vincke & Bolton,
1994). Penyingkapan jati diri sering disebut dengan istilah coming out.
Coming out adalah suatu bentuk pengakuan pada diri sendiri dan orang
lain bahwa dirinya adalah seorang homoseksual, tidak ada lagi perasaan
ragu dan malu untuk membuka orientasi seksualnya yang berbeda dengan
individu pada umumnya (Kelly dalam Dewanti, Yuliadi & Karyanta,
2015). Penerimaan diri individu sebagai seorang gay, lesbian atau
biseksual merupakan proses awal dari coming out (Galink, 2010).
Hubungan antara penerimaan diri dan proses coming out pada gay bersifat
kuat dan positif bahwa semakin seorang gay memiliki penerimaan yang
tinggi, maka semakin tinggi pula proses coming out (Constanti, 2012).
Penerimaan diri yang dialami oleh seorang gay terkait dengan
penerimaan orientasi seksualnya akan mengalami kesulitan dalam
prosesnya, bahwa pada awal pencarian jati diri sebagai seorang gay,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

banyak konflik batin yang terjadi pada diri individu yang bersangkutan.
Individu gay merasakan dilema yang berat ketika dihadapkan kepada
lingkungan mengenai keberadaan mereka di dalam masyarakat (Rahardjo,
2007). Hal ini dikarenakan adanya stigma negatif dan diskriminasi yang
ada di lingkungan sosial, khususnya masyarakat di Indonesia.
Dharmawan (2013) menyatakan diskriminasi terhadap gay terjadi
karena budaya patriarki masih kuat di Indonesia, dimana laki-laki
disatukan kedudukannya dan adanya harapan sosial bahwa laki-laki harus
dominan dengan makulinitasnya. Selain itu, kultur heteronormatif yang
dianut di Indonesia juga mempersulit penerimaan diri yang dilalui oleh
individu gay. Hal ini disebabkan heteronormatif memandang bahwa
heteroseksual merupakan satu- satunya seksualitas yang alamiah, normal
dan umum (Kitzinger dalam Veritasia, 2015).
Davy (dalam Dharmawan, 2013) turut menjelaskan dalam aturan
heteronormatif, laki-laki diharuskan macho dan menikah dengan
perempuan. Hal inilah yang membuat anggapan bahwa ketika ada laki-laki
yang menyukai sesama jenis, hal itu dianggap menyimpang. Hal senada
dinyatakan oleh Suherman (1996) bahwa bila gay harus berperan sebagai
laki-laki untuk mengikuti tuntutan lingkungan sosialnya, berarti mereka
harus menekan dorongan-dorongan yang ada dalam dirinya, antara lain
dorongan seksualnya. Sebaliknya,saat individu mengikuti dorongan yang
muncul dari dalam dirinya, berarti mereka harus berhadapan langsung dan
terbuka dengan tekanan dari lingkungannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

Pernyataan Suherman (1996) senada pada hasil penelitian, seperti
pada Informan 1 yang meyakini bahwa ia yang seorang homoseksual tidak
akan diterima oleh keluarga dikarenakan latar belakang agama yang kuat
(I1; W2; 15/9/15; 941-943). Lalu, Informan 2 juga mengalami hal tersebut,
saat menyadari orientasi homoseksualnya. Ia memiliki penyangkalan
terkait masalah moral dan nilai-nilai di masyarakat yang heteroseksual,
dimana mengajarkan untuk mencintai dan menikah dengan lawan jenis.
sehingga, ada perang batin mana yang lebih berpengaruh antara nilai di
masyarakat atau pilihan diri sendiri (I2;W3;16/9/16;1381-1406).
Padahal, pada umumnya penerimaan dari orang lain tidak terpisah
dengan penerimaan diri sendiri, kedua hal tersebut berjalan seiring.
Individu yang diterima oleh orang lain akan mudah menyukai dan
menerima diri sendiri (Hurlock, 1978). Adanya penerimaan diri pada
Lesbian, Gay, dan Biseksual juga memerlukan dukungan sosial atau
penerimaan dari orang lain, terutama keluarga (Hu, et al, 2013 & Costa, et
al, 2013).
Hal tersebut disebabkan LGB (Lesbian, Gay & Biseksual)
seringkali merasakan takut dihakimi, ditolak, dan didiskriminasi oleh
lingkungan sosial yang menolak orientasi seksual mereka karena dianggap
minoritas oleh heteroseksual (Meyer, 2003 dalam Hu, et al 2013).
Penolakan, diskriminasi, dan perlakuan tidak menyenangkan yang
diterima LGB (Lesbian, Gay & Biseksual) disebabkan adanya stigma dan
stereotip negatif yang muncul dari lingkungan yang heteroseksualitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

Dari

penjelasan

sebelumnya,

peneliti

beramsumsi

bahwa

penerimaan diri yang dialami oleh seorang gay terkait dengan penerimaan
orientasi seksualnya akan mengalami kesulitan dengan adanya stigmastigma dan stereotip-stereotip negatif yang ada di lingkungan sosial,
khususnya masyarakat. Sehingga, peneliti ingin memperdalam proses
penerimaan diri yang dialami oleh individu homoseksual, khususnya gay
dalam bentuk metode studi deskriptif.
Adanya penerimaan diri pada informan penelitian menandakan
bahwa menerima diri dapat tercapai seutuhnya, tanpa merasa terbebani
oleh pandangan masyarakat sekitar dan tanpa merasa diri tercela (Jersild,
1965). Selanjutnya, informan dalam penelitian ini berada di rentang usia
19-30 tahun. Pada usia tersebut, individu berada dalam tahap
perkembangan dewasa awal yang memiliki pola pikir matang dan mampu
membentuk identitas diri sesuai dengan pilihan dirinya (Agustin, 2012).
Selanjutnya, peneliti memilih informan yang telah membuka diri pada
orang lain atau yang disebut coming out, sebagai tahap setelah informan
menerima diri sebagai homoseksual (Dewanti, Yuliadi & Karyanta, 2015;
Galink, 2013).

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses
penerimaan diri pada pria homoseksual?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

C.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerimaan diri
pada pria homoseksual atau gay.

D.
1.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang terkait
dengan penerimaan diri pada pria homoseksual dalam khasanah
bidang psikologi, terutama yang terkait dengan bidang orientasi
seksual dan identitas seksual (LGB).

2.

Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pria dengan orientasi
homoseksual sebagai pembelajaran, melalui gambaran pengalaman
orang lain. Hal ini dapat meningkatkan penerimaan diri sendiri, serta
dapat memberikan pemahaman terkait perbedaan orientasi seksual
bagi orang lain. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai referensi konselor dalam menangani individu yang mengalami
kebingungan orientasi seksual.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.
1.

Penerimaan Diri

Pengertian
Jersild (1965) menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan
derajat seseorang untuk dapat menyatakan ‗diri aktual‘-nya sesuai
dengan ‗diri ideal‘ yang diharapkan. Seseorang dapat menerima segala
karakteristik yang ada dalam dirinya, tanpa harus mengikuti pendapat
orang lain. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Esthy & Sugoto
(1998), bahwa penerimaan diri adalah seseorang yang dapat menerima
keadaan dirinya dengan segala keterbatasan, tanpa dibebani oleh
pandangan masyarakat dan merasa dirinya tercela.
Maslow (dalam Schultz, 1991) juga mengemukakan hal yang
sama bahwa orang yang dapat menerima dirinya sendiri adalah
seseorang yang dapat menerima kelemahan-kelemahan dan kelebihankelebihan yang dimiliki, tanpa mengeluh atau merasa malu, serta
merasa

bersalah.

Seseorang

dapat

menerima

kodrat

mereka

sebagaimana adanya. Senada dengan Maslow, Handayani, dkk (1998)
mengemukakan bahwa penerimaan diri adalah saat seseorang dapat
menyadari dan mengakui karakteristik dirinya dalam menjalani
kehidupan. Sikap penerimaan diri tersebut ditunjukkan dengan
keinginan untuk mengembangkan diri secara lebih baik, serta

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

mengakui kelebihan dan kekurangan yang ada dalam dirinya, tanpa
menyalahkan orang lain. Kemudian, Pannes (dalam Hurlock, 1974)
menyatakan penerimaan diri adalah sejauh mana individu, setelah
mempertimbangkan karakteristik pribadinya, dapat diterima dan
bersedia untuk hidup dengan karakteristik tersebut.

2.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri
Hurlock (1974) mengemukakan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan diri yang positif, antara lain:
a.

Adanya pemahaman tentang diri sendiri
Hal ini timbul karena adanya kesempatan seseorang untuk
mengenali kemampuan dan ketidakmampuannya. Individu yang
dapat memahami dirinya tidak akan hanya tergantung pada
intelektualnya, tetapi juga pada untuk penemuan diri sendiri, yaitu
semakin orang dapat memahami dirinya, maka ia semakin dapat
menerima dirinya.

b.

Adanya hal yang realistik
Hal ini timbul jika individu menentukan sendiri harapannya yang
sesuai dengan pemahaman dan kemampuannya, serta bukan
diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuannya. Hal ini akan
menimbulkan kepuasan tersendiri bagi individu dan merupakan
hal penting dalam penerimaan diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

c.

Tidak adanya hambatan dalam lingkungan
Walaupun seseorang sudah memiliki harapan yang realistik, tetapi
jika lingkungan tidak mendukung dan tidak memberi kesempatan
bahkan menghalangi individu tersebut, maka harapan individu
tersebut akan sulit tercapai.

d.

Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan
Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan tidak akan
menimbulkan

prasangka

dan

kecemasan,

karena

adanya

penghargaan terhadap kemampuan sosial orang lain dan
kesediaan individu mengikuti kebiasaan lingkungan.
e.

Tidak adanya gangguan emosional yang berat
Dengan tidak adanya emosi yang berat, akan tercipta individu
yang dapat bekerja dengan baik dan merasa bahagia dengan apa
yang dikerjakan.

f. Pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif dan
kuantitatif
Keberhasilan yang dialami dapat menimbulkan penerimaan diri
dan sebaliknya kegagalan yang dialami dapat mengakibatkan
adanya penolakan diri.
g.

Identifikasi orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik
Individu yang mengindentifikasikan dirinya dengan individu lain
yang mempunyai penyesuaian diri yang baik akan memiliki
tingkah laku yang sesuai dengan individu yang dicontohnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

h.

Adanya perspektif diri yang luas
Yaitu memperhatikan juga pandangan orang lain tentang diri.
Perspektif diri yang luas ini diperoleh melalui pengalaman dan
belajar. Dalam hal ini usia dan tingkat pendidikan memiliki
peranan penting bagi seseorang untuk mengembangkan perspektif
diri yang luas.

i. Pola asuh masa kecil yang baik
Seorang anak dengan pola asuh demokratis akan cenderung
berkembang sebagai individu yang dapat menghargai dirinya
sendiri.
j. Konsep diri yang stabil
Individu yang tidak memiliki konsep diri yang stabil akan sulit
menunjukkan dirinya pada orang lain. Hal ini disebabkan individu
tersebut memiliki konsep diri yang ambivalen.

3.

Aspek-aspek Penerimaan Diri
Sheerer (dalam Hall & Lindzey, 1993) menjelaskan mengenai
aspek-aspek dalam penerimaan diri:
a)

Perasaan sederajat. Individu merasa dirinya berharga sebagai
manusia yang sederajat dengan orang lain, sehingga ia tidak
merasa sebagai orang yang istimewa atau menyimpang dari orang
lain. Individu merasa dirinya mempunyai kelemahan dan
kelebihan seperti halnya orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

b) Percaya kemampuan diri. Individu yang empunya kemampuan
untuk menghadapi kehidupan. Hal ini tampak dari sikap individu
yang percaya diri, lebih suka mengembangkan sikap baiknya dan
mengeliminasi keburukannya daripada ingin menjadi orang lain,
oleh karena itu ia puas menjadi dirinya sendiri.
c)

Bertanggung jawab. Individu yang berani memikul tanggung
jawab terhadap perilakunya. Sifat ini tampak dari perilakunya
yang mau menerima kritik dan menjadikannya sebagai masukan
yang berharga untuk mengembangkan diri.

d) Orientasi keluar diri. Individu mempunyai orientasi diri keluar
daripada ke dalam diri, maka ia merasa tidak malu yang
menyebabkannya lebih suka memperhatikan dan toleran terhadap
orang lain, sehingga akan mendapatkan penerimaan sosial dari
lingkungannya.
e)

Berpendirian. Individu lebih suka mengikuti standarnya sendiri
daripada bersikap menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial.
Individu yang mampu menerima diri mempunyai sikap dan
percaya diri yang menurut pada tindakannya sendiri dari pada
mengikuti konvensi dan standar dari orang lain, serta mempunyai
aspirasi dan pengharapan sendiri.

f)

Menyadari keterbatasan. Individu tidak menyalahkan diri akan
keterbatasannya

dan

mengingkari

kelebihannya.

Individu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

cenderung mempunyai penilaian yang realistik tentang kelebihan
dan kekurangannya.
g) Menerima sifat kemanusiaan. Individu tidak menyangkal impuls
dan emosinya atau merasa bersalah karenanya. Individu yang
mengenali

perasaan

marah,

takut,

dan

cemas

tanpa

menganggapnya sebagai sesuatu yang harus diingkari atau
ditutupi.
Selain itu, faktor lain yang dapat menghambat penerimaan diri,
yaitu: konsep diri yang negatif, kurang terbuka dan kurang menyadari
perasaan-perasaan yang sesungguhnya, kurang adanya keyakinan
terhadap diri sendiri, dan merasa rendah diri.

4. Ciri-ciri Individu dengan Penerimaan diri
Jersild (dalam Sari & Nuryoto, 2002) menjelaskan ciri-ciri
individu yang memiliki penerimaan diri yang baik, yaitu :
a.

Individu memiliki penghargaan yang realistis terhadap kelebihankelebihan dalam dirinya.

b.

Individu memiliki keyakinan terhadap standar-standar dan
prinsip-prinsip dalam dirinya tanpa harus dipengaruhi oleh opini
orang lain.

c.

Individu memiliki kemampuan dalam memandang dirinya secara
realistis tanpa harus menjadi malu akan keadaan dirinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

d.

Individu mengenal kelebihan-kelebihan dalam dirinya dan
bertindak

bebas

dalam

memanfaatkan

kelebihan-kelebihan

tersebut.
e.

Individu mengenali kelemahan-kelemahan dalam dirinya tanpa
menyalahkan atau merasa bersalah terhadap diri sendiri.

f.

Individu memiliki spontanitas dan rasa tanggung jawab dalam
diri.

g.

Individu menerima potensi dalam diri tanpa menyalahkan diri
sendiri atas kondisi-kondisi yang berada di luar kontrol dirinya.

h.

Individu tidak melihat diri mereka sebagai orang yang harus
dikuasai rasa marah atau takut atau menjadi tidak berarti karena
keinginan-keinginan diri, melainkan bebas dari ketakutan untuk
melakukan kesalahan.

i.

Individu merasa memiliki hak untuk memiliki ide-ide dan
keinginan-keinginan, serta harapan-harapan tertentu.

j.

Individu tidak merasa iri akan kepuasan-kepuasan yang belum
mereka raih.

5.

Dampak Penerimaan Diri
Menurut Allport (dalam Feist & Feist, 2009), pribadi yang

memiliki penerimaan diri yang baik dapat menerima diri apa adanya,
sehingga memiliki keseimbangan emosional dan menjadi pribadi yang
matang. Di sisi lain, Maslow (dalam Schultz, 1991) mengemukakan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

orang yang dapat menerima diri merupakan orang yang sehat karena tidak
mengalami kecemasan-kecemasan akan perasaan malu atau perasaan
bersalah terhadap diri mereka sendiri.
Hjelle & Ziegler (dalam Sari & Nuryoto, 2002) juga menyatakan
bahwa penerimaan diri akan membuat pribadi menjadi lebih toleran
terhadap rasa frustasi atau kejadian-kejadian yang menjengkelkan.
Kemudian,

Hurlock

menambahkan

bahwa

(dalam

Satyaningtyas

apabila

terjadi

&

Abdullah,

peristiwa

yang

2010)
kurang

menyenangkan, maka individu akan mampu berpikir logis tentang baik
buruknya masalah yang telah terjadi tanpa menimbulkan perasaan
permusuhan, perasaan rendah diri, malu, dan rasa tidak aman.
Selain manfaat psikologis, individu yang memiliki penerimaan diri
yang baik juga akan memiliki kualitas hidup yang berhubungan dengan
kesehatan fisiologis. Individu yang memiliki penerimaan diri yang baik
menunjukkan selera makan yang baik, tidur dengan nyenyak, dan dapat
menikmati kehidupan seks dengan pasangan. Selain itu, saat menjalani
suatu proses biologis dasar; seperti kehamilan atau menstruasi (bagi
wanita), dan proses menua; sebagai bagian dari perkembangan yang dapat
diterima dengan perasaan bahagia (Hjelle & Ziegler, 1992; Munandar,
2001 dalam Sari & Nuryoto, 2002).
Sebaliknya, saat individu gagal dalam penerimaan diri akan muncul
rasa rendah diri, tidak berharga, rasa malu, dan sensitif terhadap celaan
oleh lingkungan. Kegagalan dalam penerimaan diri membuat individu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

tidak

bisa

mengembangkan

potensi

dan

kemampuan

dirinya

(Purnaningtyas, 2013).

B.
1.

HOMOSEKSUAL

Pengertian
Homoseksual merupakan salah satu orientasi seksual. Galliano (dalam

Galink, 2013) menyatakan orientasi seksual sebagai pola yang kurang
lebih stabil dari ketertarikan erotis terhadap individu dan perilaku seksual
dengan individu dari jenis kelamin yang sama atau berbeda. Galink (2013)
menjelaskan identitas seksual dan perilaku seksual terkait dengan orientasi
seksual, namun ketiga istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan
fenomena seksual yang berbeda-beda. Secara singkat, Reiter (dalam
Galink, 2013) menjelaskan bahwa identitas seksual mengacu pada konsep
individu itu sendiri, perilaku seksual merujuk pada tindakan yang
dilakukan oleh seseorang, sementara orientasi merujuk pada fantasi,
kedekatan, dan ketertarikan.
Orientasi seksual terdiri dari tiga, yaitu biseksual, heteroseksual, dan
homoseksual. Orientasi biseksual mengacu pada orang yang memiliki
ketertarikan secara fisik, emosi dan seksual terhadap lawan dan sesama
jenisnya (Galink, 2013). Orientasi heteroseksual mengacu pada suatu daya
tarik erotik, dan ketertarikan dalam bentuk hubungan romantis dengan
jenis kelamin yang berbeda. Lalu, orientasi homoseksual mengacu pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

suatu daya tarik erotik, dan ketertarikan dalam bentuk hubungan romantis
dengan sesama jenis kelamin (Rathus, Nevid & Fichner-Rathus, 2008).
Pada awalnya homoseksualitas dianggap sebagai suatu tipe
gangguan kejiwaan. Hal ini berdasarkan The American Mental Health
pada tahun 1952 dalam rangka menyusun Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Health yang pertama (Weiner & Craighead, 2010).
Namun, homoseksualitas saat ini tidak lagi dianggap sebagai suatu
gangguan seksual. Hal ini dikarenakan pada Diagnostic and Statistical
Manual of Mental (DSM) III mengakui homoseksualitas sebagai „a
possible nonpathological, altenative lifestyle‟ (p.266; Wilson, O‘leary,
Nathan & Clark, 1996). Homoseksualitas kemudian dihapuskan sebagai
gangguan pada diagnosis kejiwaan dalam Diagnostic and Statistical
Manual of Mental (DSM) V, serta Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ) III.
Weiner dan Craghead (2010) mengatakan bahwa homoseksualitas
mengacu pada perilaku seksual, keinginan, ketertarikan, dan hubungan
pada orang-orang dari jenis kelamin yang sama, serta berdasarkan pada
budaya, identitas, komunitas

yang berhubungan dengan mereka.

Kemudian, Raulin (2003) menyatakan homoseksualitas sebagai suatu
pilihan untuk melakukan perilaku seksual dengan seseorang yang memiliki
jenis kelamin yang sama berdasarkan kesadaran personal. Sebagian besar
individu sadar akan orientasi homoseksualnya saat masa pubertas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

Homoseksualitas terbagi dalam tiga kategori, yaitu lesbi, gay, dan
bisexual. Ketiga kategori tersebut, yaitu lesbi (atau juga disebut lesbian)
sebagai perempuan yang tertarik secara emosional dan/atau seksual kepada
sesama perempuan, gay sebagai laki-laki yang tertarik secara emosional
dan/atau seksual kepada sesama laki-laki, serta biseksual sebagai
seseorang yang secara emosional dan/atau seksual tertarik kepada laki-laki
dan perempuan, bisa dalam waktu bersamaan atau tidak (dalam booklet
terbitan Ardhanary Institute, 2013; tidak diterbitkan).
Nardi & Schneider (1998) menjelaskan bahwa gay merupakan
bentuk ketiga yang paling sering digunakan. Gay berasal dari kata
prancis—gaie, yang berarti laki-laki homoseksual. Dalam penggunaannya,
gay juga digunakan untuk menyebut wanita yang menyukai sesama wanita
(lesbian), sehingga penyebutan gay memiliki konteks yang sama dengan
istilah homoseksual. Dalam beberapa area tertentu, gay dan lesbian secara
kolektif disebut sebagai gays atau orang-orang gay (gay people).
Saat memiliki suatu relasi romantis, gay memiliki dua istilah yang
digunakan untuk mengidentifikasi posisi pasangan dalam hubungan
mereka, yaitu top dan bottom. Penggunaan istilah ‗top‟ mengacu pada
pasangan yang lebih dominan dalam relasi atau pihak yang insertif dalam
suatu hubungan seksual. Selanjutnya, istilah „bottom‟ mengacu pada
pasangan yang kurang dominan atau pihak yang reseptif dalam hubungan
seksual (Clarke, Ellis, Peel, & Riggs, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

2. Faktor-faktor Penyebab Homoseksualitas
Sebagian besar ahli dalam hal homoseksualitas percaya bahwa
tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan homoseksualitas (Santrock,
1983).

Ada

beberapa

faktor-faktor

yang

menjelaskan

penyebab

homoseksualitas dari berbagai sudut pandang, antara lain biologis,
psikologis, dan lingkungan sosial.
Secara biologis, faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi seksual
seseorang antara lain:
a. Susunan kromosom, adanya susunan kromosom yang berbeda antara
homoseksual dan heteroseksual. Pada sindrom Klinefelter yang
memiliki tiga kromosom seks, yaitu xxy. Hal ini dapat terjadi pada 1
diantara 700 kelahiran bayi. Misalnya, pada pria yang mempunyai
kromosom 48xxy (Rathus, Nevid & Fichner-Rathus, 2008).
b. Hormonal, laki-laki memiliki hormon testoteron, tetapi juga
mempunyai hormon yang dimiliki oleh wanita yaitu esterogen dan
progesteron dengan kadar yang sedikit. Testoterone sangat penting
pada diferensiasi seksual laki-laki. Dengan demikian, tingkat
testoterone dan hasil hormon dalam darah dan urine telah dipelajari
kemungkinan berpengaruh pada orientasi seksual (Rathus, Nevid &
Fichner-Rathus, 2008).
c. Struktur otak, Levay (1991) menemukan sekumpulan syaraf dalam
hypothalamus laki-laki heteroseksual ukurannya tiga kali lebih besar
dibandingkan dengan yang dimiliki oleh laki-laki homoseksual dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

perempuan heteroseksual, bagian dari hypothalamus-interstitial ketiga
dari inti anterior hypothalamus- pada otak gay kurang dari setengah
ukuran pada bagian yang sama pada laki-laki heteroseksual.
d. Kelainan

susunan

syaraf,

kelainan

susunan

syaraf

dapat

mempengaruhi perilaku seks heteroseksual maupun homoseksual.
kelainan susunan syaraf otak ini disebabkan oleh radang atau patah
tulang dasar tulang tengkorak (Levay, 1991).
Selanjutnya, Azizah (2013) menjabarkan faktor penyebab individu
menjadi homoseksual terbagi dalam tiga kategori, yaitu :
a.

Precipating event, yaitu faktor awal individu untuk menjadi
homoseksual. Faktor tersebut berupa pengalaman traumatis, yang
dapat berupa pengalaman atau peristiwa disodomi saat masa kecil,
pernah ditolak cinta atau disakiti oleh seorang wanita. Peristiwa
tersebut menjadi traumatis bagi individu, sehingga ia memutuskan
untuk memilih kehidupan homoseksual.

b.

Conditioning event, yaitu faktor penguat yang menyebabkan
individu mempunyai kecenderungan homoseksual dan menjadi lebih
merasa didukung dan terkondisikan dengan keadaan homoseksual.
Faktor penguat ini dapat berasal dari lingkungan yang terdiri dari
orang tua yang memperlakukan anaknya seperti wanita atau
memperbolehkan anak laki-lakinya melakukan hal-hal yang identik
dengan identitas wanita. Selain itu, lingkungan pertemanan juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

dapat menjadi penguat yang menyebabkan individu terpengaruh dan
memilih menjadi homoseksual.
c.

Consequensy event, yaitu faktor pada diri individu yang dapat dilihat
dari faktor kenyamanan pada kondisi homoseksual. Individu merasa
bahwa homoseksual adalah pilihan hidup.

3. Perkembangan Identitas Homoseksual
Menurut Garnets & D‘Augelli (dalam Galink, 2013), orientasi
seksual memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan
identitas

seseorang.

Saat

individu

mulai

menyadari

orientasi

homoseksualnya, maka perkembangan identitas homoseksual akan
muncul.
Perkembangan identitas homoseksual pertama kali dipublikasikan
oleh Vivienne Cass (1979, dalam Clarke, Ellis, Peel, & Riggs, 2010).
Enam tahap model ‗formasi identitas homoseksual‘ Vivienne Cass
tersebut tergantung keadaan lingkungan interpersonal individu (Stevens,
2004) dan menjadi landasan pada model-model selanjutnya. Penjabaran
dari enam tahap model tersebut, yaitu :
a.

Tahap 1, Identitiy Confusion
Suatu kesadaran bahwa homoseksualitas relevan terhadap diri sendiri
dan/atau perilaku yang dimiliki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

b. Tahap 2, Identity Comparison
Adanya inkongruensi antara persepsi diri sebagai homoseksual dan
persepsi orang lain terhadap hasil homoseksualitas diri terhadap
perasaan keterasingan dari teman sebaya dan perasaan diri bahwa
tidak sama atau menjadi berbeda dari teman sebaya.
c.

Tahap 3, Identity Tolerance
Komitmen pada tingkat yang lebih tinggi pada citra diri sebagai
homoseksual dan adanya pengakuan sosial, emosional, dan
kebutuhan seksual, hasil dari rasa keterangsingan terhadap dunia
heteroseksual dan aktif mencari tahu tentang subkultur mengenai
homoseksualitas dan orang-orang homoseksual lainnya.

d.

Tahap 4, Identity Acceptance
Kontak dengan individu homoseksual lainnya menjadi lebih sering
dan regular. Preferensi pada konteks sosial homoseksual dan
membangun hubungan pertemanan dengan mereka.

e.

Tahap 5, Identity Pride
Komitmen pada komunitas gay yang menghasilkan perasaan
identitas kelompok. Pemilihan kepada identitas homoseksual
dibandingkan identitas heteroseksual.

f.

Tahap 6, Identity synthesis
Identitas homoseksual diintegrasikan ke dalam aspek-aspek lain di
dalam diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

Secara mendalam, Troiden (1979) menjabarkan proses-proses
seseorang membentuk identitas homoseksual pada gay (A model of Gay
Identity Acquisition) yang terdiri dari empat tahap selama rentang
pengalaman hidupnya, yaitu: Sensitization, Dissociation & signification,
Coming

out,

dan

Comittment.

Proses

perkembangan

identitas

homoseksual tersebut akhirnya berkembang sebagai suatu proses spiral
horizontal yang dapat ke atas, ke bawah, dan bolak-balik (Troiden, 1988;
Stevens 2004) berupa;
a.

Tahap I, Sensitization
Tahap ini terjadi saat awal menginjak masa pubertas yang dipisahkan
pada tahap awal (> 13 tahun) dan tahap akhir (13-17 tahun)
(Troiden, 1979). Individu tidak menganggap homoseksual sebagai
hal yang relevan secara personal. Namun, terdapat pengalaman awal
individu pada masa anak-anak yang mengacu pada rasa keterasingan
saat bersama sesama jenis dalam suatu kelompok. Adanya indikasi
perasaan ‗berbeda‘ saat menginjak usia remaja

b.

Tahap 2, Identity Confusion
Dalam

tahap

ini,

individu

mulai

mempersonalisasikan

homoseksualitas selama masa remaja. Mulai berefleksi atas ide
bahwa adanya perasaan seksual dan/atau aktivitas dari identitas
seksual yang merasa dirinya ‗mungkin‘ homoseksual. Adanya
pemikiran bahwa individu berpotensi menjadi homoseksual akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23

bertolak belakang dengan citra diri sebelumnya dan menciptakan
kebingungan identitas, kebimbangan batin dan kecemasan.
c.

Tahap 3, Identity Assumption
Dalam tahap ini, identitas homoseksual yang dimiliki individu
dibangun dan dibagikan dengan orang lain. Individu mengakui
dirinya sebagai homoseksual atau sering disebut „coming out‟,
sehingga individu mendefinisikan dirinya sebagai homoseksual,
mentoleransi dan menerima identitas tersebut, berhubungan dengan
homoseksual

lainnya,

dan

mulai

terlibat

dalam

subkultur

homoseksual dan menganggap homoseksualitas sebagai hal positif
dan melihat homoseksualitas sebagai alternatif gaya hidup (Troiden,
1979).
d.

Tahap 4, Commitment
Individu memutuskan homoseksual sebagai suatu jalan hidup. Dalam
tahap ini, individu memilih hidup sebagai homoseksual tanpa
memiliki alasan untuk mengubah orientasi seksualnya atau memiliki
keyakinan bahwa tidak ada keuntungan untuk memilih suatu
orientasi seksual (Troiden, 1979). Komitmen tersebut memiliki dua
dimensi, yaitu internal dan eksternal. Secara internal, individu
berintegrasi pada seksualitas dan emosionalitas pada sesama jenis
menjadi kesatuan yang bermakna, pergeseran makna terhadap
identitas homoseksual, pandangan bahwa identitas homoseksual
adalah identitas dirinya yang valid, dan memiliki kepuasan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24

identitas homoseksual. Kemudian, secara eksternal berkaitan dengan
hubungan peran cinta dengan sesama jenis, menyatakan identitas
homoseksual ke orang-orang nonhomoseksual, dan perubahan
strategi dalam menghadapi stigma.

C.

Penerimaan Diri Pada Homoseksual

Hurlock (1974) menyatakan bahwa pada umumnya penerimaan
oleh orang lain tidak terpisah dengan penerimaan diri sendiri karena kedua
hal tersebut berjalan seiring. Individu yang diterima oleh orang lain akan
merasa mudah menyukai dan menerima diri sendiri. Oleh karena itu,
penerimaan diri pada individu homoseksual lebih sulit daripada individu
heteroseksual. Hal ini dikarenakan tidak adanya dukungan dari masyarakat
membuat individu dengan orientasi homoseksual lebih sulit untuk
diterima.
Proses penerimaan diri pada homoseksual tidak terlepas dari
penyingkapan jati diri mereka sebagai homoseksual (Vincke & Bolton,
1994). Penyingkapan jati diri tersebut sering disebut dengan istilah
„coming out‟. Schipper (dalam Vincke & Bolton, 1994) memandang
„coming out‟ sebagai proses penerimaan dan apresiasi dari pribadi yang
mengaku

sebagai

gay.

Selanjutnya,

Morh

&

Fassinger

(2003)

mengemukakan bahwa proses coming out memiliki relevansi terhadap dua
variabel, yaitu penerimaan diri (self-acceptance) dan penyingkapan diri
(self-disclosure) yang dialami selama rentang kehidupan oleh Lesbian,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25

Gay,

dan

didefinisikan

Biseksual.
sebagai

Penyingkapan
tindakan

diri

(self-disclosure)

mengungkapkan

informasi

sendiri
pribadi

mengenai diri sendiri kepada orang lain (Collins & Miller, 1994; dalam
Griffith & Hebl, 2002).
Melalui komunikasi interpersonal (R, tanggal 26 Agustus 2015)
menyatakan bahwa penerimaan diri pada gay, terdapat dua istilah yang
umumnya disebut sebagai „coming in‟ dan „coming out‟. „Coming in‟
dijelaskan sebagai menerima orientasi seksual ke dalam diri dan „coming
out‟ dijelaskan sebagai menyatakan orientasi seksual diri kepada orang
lain. „Coming in‟ tidak sama dengan sama dengan „coming out‟. Gay yang
„coming in‟ belum tentu akan „coming out‟, tetapi gay yang telah „coming
out‟ tentu telah dapat „coming in‟.
Bohan (dalam Morh & Fassinger, 2003) menjelaskan bahwa
coming out adalah proses seumur hidup terhadap “menerima untuk satu
diri‖ dan ―mengungkapkan ke orang lain suatu orientasi seksual‖. Dalam
Rathus, Nevid, & Fichner-Ratus (2008) juga menjelaskan bahwa kaum
homoseksual biasanya berbicara tentang proses menerima orientasi
seksual mereka sebagai 'coming out' atau 'coming out of the closet'.
Coming out adalah proses dua arah : coming out to one-self (mengenali
orientasi seksual seseorang) & coming out to others (menyatakan orientasi
seseorang kepada dunia).
Penerimaan diri dijelaskan sebagai coming out to self/coming out
to one-self (coming in). Penerimaan diri individu sebagai seorang gay,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26

lesbian atau biseksual merupakan proses awal dari coming out (Galink,
2013). Dari hasil studi dalam Dewanti, Yuliadi & Karyanta, (2015) terlihat
bahwa penerimaan diri memiliki peranan paling besar dalam proses
coming out, yaitu penerimaan dalam orientasi homoseksual. langkah
pertama seorang individu untuk menjalani proses coming out adalah
menerima orientasi seksualnya, lalu hubungan yang positif dengan orang
lain, kepada siapa nantinya individu tersebut akan memberitahukan
identitas homoseksualnya.
Selanjutnya, Constanti (2012) menemukan hubungan yang bersifat
kuat dan positif antara penerimaan diri dan proses coming out, yaitu
semakin seorang gay memiliki penerimaan yang tinggi semakin tinggi pula
proses coming out. Selain itu, penelitian tersebut menemukan prediktor
terpenting dalam proses coming out adalah acceptance.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
METODE PENELITIAN

A.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, berupa studi
deskriptif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh informan penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, dan sebagainya, pada suatu konteks khusus yang
alamiah

(Moleong,

2006).

Penelitian

tersebut

bertujuan

untuk

mendeskripsikan data hasil penelitian, seperti transkrip wawancara,
cacatan lapangan (observasi), dan sebagainya (Creswell, 2009).

B.

Informan Penelitian

Peneliti menggunakan teknik sampling, yaitu teknik purposive
sampling. Purposive sampling merupakan teknik sampling berdasarkan
ciri/kriteria yang dimiliki informan penelitian karena ciri-ciri tersebut
sesuai dengan tujuan penelitian (Herdiansyah, 2010). Informan