ANALISIS SEMIOTIKA HOMOSEKSUAL PRIA PADA FILM ARISAN 2

ANALISIS SEMIOTIKA HOMOSEKSUAL PRIA PADA FILM ARISAN 2

Romys Binekasri Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta

Abstrak Media massa dalam menjalankan fungsinya sebagai agen sosialisasi, terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. sejalan dengan perkembangan media tersebut, masyarakat memperoleh berbagai informasi dan mewarisi nilai-nilai dari generasi terdahulu. Akan tetapi, perkembangan media massa ini juga membawa pengaruh negative yaitu bergesernya nilai-nilai yang dulu kita hormati dan junjung tinggi, seperti nilai-nilai agama, sopan santun, dan susila. Untuk mempersempit permasalahan dan memfokuskan penelitian, maka penulis memutuskan untuk mengkaji salah satu fenomena yang menyiratkan terjadinya pergeseran nilai di masyarakat kita, yaitu bagaimana homoseksual pria di konstruksikan dalam film Arisan 2 dengan menggunakan analisi semiotika Roland Barthes, yaitu dengan melihat beragam tanda, seperti jenis shot, visualisasi, dialog, dan interpretasinya. Pertanyaan penelitian ini adalah, bagaimana konstruksi pemaknaan homoseksual pria pada film Arisan 2. Untuk menjawabnya, penulis mengumpulkan penggalan adegan-adegan yang menggambarkan homoseksual secara positif, baik melalui image maupun kisah percintaan mereka.

Kata-kata kunci: Media massa, Film, Semiotika Abstracts

The mass media in their function as agents of socialization , continues to develop over time . in line with the development of the media , the public obtain a variety of information and values inherited from previous

generations . However , the development of mass media has also brought negative influence is shifting the values that we used to respect and hold in high regard , such as religious values , manners , and morals . To narrow down the problem and focusing the research , the authors decided to examine a phenomenon which implies

a shift of values in our society , that is how gay men in the movie Arisan 2 konstruksikan using semiotic analysis of Roland Barthes , is to look at a variety of signs , such as the type of shot , visualization , dialogue , and interpretation .

This research question is , how the construction of meaning homosexual men in the film Arisan 2 . To answer it , the authors collected fragments scenes depicting homosexuality in a positive way , either through image and story of their romance.

Keywods: Mass Media, Film, Semiotic.

P semakin meningkat. Setiap pengguna informasi dapat mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi”.

ada saat ini informasi telah menjadi suatu Media massa adalah “alat yang digunakan dalam kebutuhan utama bagi masyarakat, dimana penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak arus informasi dapat kita amati semakin lama (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi

memperoleh akses informasi melalui media cetak Menurut Denis McQuail dalam bukunya Teori maupun media elektronik dengan mudah.

Komunikasi Massa bahwa “Film berperan sebagai Dalam era globalisasi yang diwarnai dengan sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan pesatnya teknologi, maka meningkatnya arus informasi hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta komunikasi akan meningkat pula pengetahuan dan menyajikan cerita, peristiwa, drama dan kajian teknis kesadaran masyarakat membanjiri media massa yang lainnya kepada masyarakat umum”. Kehadiran film terdiri dari media cetak maupun media elektronik.

sebagian besar merupakan respon terhadap “penemuan” sebagian besar merupakan respon terhadap “penemuan”

Penggambaran image baru homoseksual juga Film merupakan alat komunikasi yang kedua terungkap dalam novel dan film yang tergolong baru muncul didunia setelah surat kabar dan melalui massa seperti saman, karya Ayu Utami, yang salah satu pertumbuhannya pada akhir abad ke 18, melalui tokohnya: Shakuntala, seorang lesbian, dan novel percobaan kombinasi cahaya lampu dengan kaca lensa Supernova I dari Dewi Lestari. Sebelumnya, tidak padat, tetapi belum dalam bentuk gambar hidup yang ada novel karya penulis Indonesia dan tergolong best bergerak. Artinya untuk pertama kali film muncul seller, memiliki tokoh utama gay, dan media massa didunia pada tahun 1888 yang hanya berdurasi dua sendiri belum pernah image gay digambarkan sebagai detik dan yang dikenal dengan nama Roundhay Garden pria yang macho, pintar dan kompeten di bidang yang Sceneyang disutradarai oleh Louise le prince yang sering digolongkan orang sebagai bidang ‘laki-laki’. berasal dari perancis, satu tahun kemudian tepatnya

Hubungan homoseksual pada dasarnya merupakan

pada tahun 1889, Amerika Serikat memproduksi film sebuah hubungan yang kebanyakan dilakukan secara yang pertama kalinya berjudul Monkey Shines no. 1 sembunyi-sembunyi dikalangan masyarakat dan dengan gambar yang “blur” dan latar hitam yang sedang bercampur dengan budaya masyarakat. Pada masa melakukan gerakan-gerakan tangan dalam beberapa lalu hubungan kaum homoseksual terkesan sangat detik. Indonesia juga mempunyai sejarah yang panjang sembunyi-sembunyi dan juga dengan kualitas yang mengenai dunia film untuk pertama kalinya pada tanggal sedikit namun kini sekarang sudah menjadi realitas

31 Desember 1926 film yang diproduksi oleh NV. Java social di masyarakat. Bukan hanya itu hampir di Film yang diputar bioskop Majestik, Bandung.”

semua stasiun televisi kini, kita akan temui berbagai Film dicap “hiburan rendahan” orang kota, namun informasi mengenai seks, yang belum dianggap ‘tabu’. sejarah membuktikan bahwa film mampu lahir kembali Diantara berita atau pembahasan mengenai seks ini untuk kemudian mampu menembus seluruh lapisan juga menyangkut masalah penyimpangan seks, yaitu masyarakat biasa, dan lapisan menengah atas, termasuk mengenai homoseksual. lapisan intelektual dan budayawan. Seiring dengan

Film Arisan 2 adalah film Indonesia di tahun 2000-

kuatnya dominasi sistem industri Hollywood, lahirlah an, yang cukup serius menggarap permasalahan film-film perlawanan yang ingin lepas dari wajah homoseksual. Sebagaimana diakui oleh sang sutradara, seragam Hollywood yang kemudian melahirkan film- Nia Dinata, film ini memang berusaha jujur dan film amatir, yakni film-film personal sutradara yang memberikan potret sesungguhnya dari kehidupan

sering disebut sebagai film seni. Jakarta. Homoseksual memang kenyataan pahit yang Industri Film sebagai bagian dari media massa adalah telah menjamur di ibukota. Mereka nyata dan hidup di industri yang tidak ada habisnya. Sebagai media massa, antara kita. film digunakan sebagai media yang merefleksikan

Fenomena homoseksual hanyalah merupakan satu

realitas, atau bahkan membentuk realitas. Seperti yang dari sekian banyak masalah moralitas yang ada di digambarkan pada film Arisan 2 karya Nia Dinata masyarakat, seperti pornografi, narkoba, serta tindakan

mengangkat kosmopolitan Jakarta yang penuh dengan criminal lainnya. Kehidupan yang semakin mengglobal segala polemik dan fenomena yang terjadi pada orang- serta kecanggihan teknologi, yang memungkinkan orangnya, tetapi secara manusiawi juga mengupas isu masyarakat mengakses berbagai informasi dengan sensitif yaitu tentang homoseksual.

mudah dalam waktu yang cepat, merupakan salah Fenomena homoseksual sampai saat ini masih menarik satu penyebab terjadinya pergeseran nilai. Nilai yang untuk dijadikan sorotan dan perbincangan yang tidak dulu dijunjung tinggi, kini seolah berubah menjadi pernah surut. Hal itu disebabkan karena homoseksual ‘usang/tua’ dan ‘ketinggalan jaman’. Malah yang lebih masih dianggap kontroversial di Indonesia. Ada ekstrim adalah menyebut orang-orang yang masih sebagian masyarakat yang pro dan masih ada sebagian teguh menjaga nilai-nilai tersebut, sebagai orang-orang masyarakat yang kontra (Oetomo, 2001). Semua hal yang ‘kuno’, ‘kampungan’, dan istilah-istilah negatif yang menyangkut homoseksual juga masih menjadi lainnya. perhatian banyak kalangan.

Bagi para homoseks, Film Arisan 2 merupakan Selain menyorot karya para homoseksual, media inspirasi bagi mereka dalam kehidupan sehari-hari. massa juga mulai terbuka dalam menyikapi fenomena Selain penerimaan dari lingkungan, keterbukaan kaum Bagi para homoseks, Film Arisan 2 merupakan Selain menyorot karya para homoseksual, media inspirasi bagi mereka dalam kehidupan sehari-hari. massa juga mulai terbuka dalam menyikapi fenomena Selain penerimaan dari lingkungan, keterbukaan kaum

sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Berdasarkan fokus masalah diatas, maka rumusan film ini tidak melakukan fungsinya mewariskan nilai- masalah dalam penelitian ini sebagai berikut nilai budaya kita sebelumnya.

:”Menganalisa homoseksual pria pada film Arisan

Sebagaimana diakui dalam situs resmi film ini, para 2dengan menggunakan semiotika Roland Barthes” homoseks menganggap film ini sebagai gebrakan, dan

berharap kelak mereka dapat tampil sebagai seorang Tujuan Penelitian

gay dan tetap diterima oleh masyarakat. Mereka merasa Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan

terepresentasikan dengan baik oleh tokoh dalam film penelitian tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana ini.

pemaknaan homoseksual pria pada film Arisan 2. Media massa, juga terkesan tidak berimbang dalam

Kegunaan Penelitian

merepresentasikan kaum homoseksual, karena luput Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

mensosialisasikan nilai-nilai agama yang merupakan sumbangan pengetahuan bagi perkembangan dunia ciri khas bangsa Indonesia, dimana kita sebagai komunikasi, khususnya mengenai ilmu jurnalistik warga negara diharuskan memeluk salah satu agama dalam melihat dan mengetahui makna dari tanda tertentu. Agama-agama yang ada di Indonesia tidak dengan melalui penelitian Roland Barthes. membenarkan perilaku homoseks ini. Sebagian besar

Sebagai masukan bagi media film untuk kedepannya

malah secara eksplisit menyebutnya sebagai dosa. dalam mengemas suatu isu dalam bentuk simbol- Media massa juga kurang menginformasikan bahaya simbol ditiap adegan dalam scene. Media film pun yang diakibatkan oleh perilaku homoseksual ini, yaitu kelak diharapkan akan menjadi sebuah wadah bagi penyakit mematikan yang disebabkan virus HIV atau insan film ataupun yang baru berkecimpung dibidang AIDS.

film dapat mengeksplor segala macam sudut pandang Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti keseharian masyarakat dan makna-maknanya. merumuskan permasalahan sebagai berikut :

mengungkap realitas kaum homoseksual pria dan Penelitian Terdahulu

maknanya yang digambarkan dalam film Arisan 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini

Langkah konkrit untuk menjawab permasalahan dicantumkan hasil penelitian terdahulu yang telah penelitian ini adalah menganalisa semiotika mengkaji masalah yang sama dengan penelitian homoseksual pria pada film Arisan 2.

penulis yaitu analisis semiotika homoseksual dalam Dalam melakukan pemaknaan sebuah film, film Arisan 2, yaitu penelitian yang dilakukan oleh

diperlukan sebuah metodologi penelitian yang sesuai, Putri U. Rizqianingtyas dari Universitas Airlangga, agar nantinya dapat mengungkapkan makna yang dengan judul skripsi “Penerimaan Mahasiswa Terhadap tersembunyi dibalik tanda-tanda yang ada dalam Homoseksualitas dan Film Coklat Stroberi”. Dari hasil sebuah film. Oleh karena itu, peneliti menggunakan penelitian diketahui bahwa peneliti merekonstruksi metodologi kualitatif dengan analisis semiotika film. pemaknaan coklat-stroberi, dari yang semula makanan, Penelitian ini menggunakan semiotika Roland Barthes menjadi simbol maskulinitas dan feminitas. Gambaran terhadap objek yang akan diteliti.

salah satu tokoh gay, yakni Aldi, yang tampak maskulin Penelitian ini memfokuskan atau membatasi analisis namun banyak melakukan peran sosial yang cenderung semiotika yang terdapat pada film Arisan2 dibalik feminin dinilai partisipan mengarah pada stereotipe tanda atau simbol yang muncul dari mitos tentang isi yang berkembang dalam masyarakat, bahwa gay film tersebut dan untuk meneliti objek film ini peneliti cenderung berperilaku layaknya perempuan.

menggunakan analisis semiologi Roland Barthes Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Marphin G. dengan paradigma konstruktivis.

FS dari departemen ilmu komunikasi fakultas sosial Penggunaan pertama istilah homoseksual yang dan ilmu politik Universitas Airlangga, dengan judul tercatat dalam sejarah adalah pada tahun 1869 oleh Karl- skripsi ‘Studi Semiotik Representasi Gigolo Dalam Maria, dan kemudian dipopulerkan penggunaannya Film Quickie Express”. Penelitian ini menggunakan oleh Richard Freiherr von Krafft-Ebing pada bukunya pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif Psychopathia Sexualitas. Istilah ‘homo’ berasal dan menggunakan metode Semiotik dengan teori milik dari bahasa Yunani yang berarti ‘sama’, dan ‘seks’ Barthes. Penelitian ini menggunakan denotasi dan yang berarti ‘jenis kelamin’. Sedangkan pengertian konotasi. Unit analisis yang digunakan adalah tabel

92

denotasi yang berisi interpretasi yang terlihat dalam scene-scene dalam film Quickie Express. Data yang primer didapat dari hasil pengamatan DVD original yang diproduksi oleh Kalyana Shira, sedangkan data yang sekunder didapat dari buku, jurnal penelitian, skripsi, dan data internet. Tinjauan pustaka yang digunakan untuk menunjang penelitian ini ada lima, yaitu Seksualitas dalam Konstruksi Sosial, Gender dan Profesi, Komersialisasi Seksualitas, Gigolo di Indonesia, Gigolo di Media, Pendekatan Semiotik Dalam Film.Hasil penelitian ini menunjukkan representasi dari gigolo mulai dari pekerjaan dan profesionalitas, gigolo dan kemerdekaannya dalam memilih klien, gigolo sebagai komunitas bawah tanah, hingga insyafnya gigolo. Gigolo juga menunjukkan bahwa meskipun ia menjadi sebuah obyek yang dibeli oleh konsumennya, namun mereka masih bisa memilih siapa konsumen yang mereka inginkan. Selain itu, profesionalitas juga mereka pegang teguh. Hal inilah yang menjadi pembeda antara pekerja seks pria dengan wanita dan waria.

Selain itu, penelitian mengenai film yang bertema homoseksual dilakukan pula oleh M. Fajar Nugraha, program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya dari Universitas Islam Indonesia. Peneliti menggunakan pemikiran semiotik Fedinand de Saussure sebagai metode analisis data. Menurut Sausurre tanda dalam komunikasi manusia (human communication),manusia akan melakukan proses signifikasi atau pemaknaan pada tanda yang terdiri dari penanda (signifier) dan petanda (signified). Kedua unsur ini merupakan satu kesatuan, karena pada kenyataannya suatu penanda tanpa petanda akan merusak pemaknaan dari tanda itu sendiri. Penelitian ini menemukan konsep maskulinitas laki-laki dalam film Arisan! (2003) dan Arisan! 2 (2011). Pertama, maskulinitas yang memasuki ikon-ikon feminitas atau metroseksual. Kedua, fenomena homoseksual (gay). Ketiga, kuasa maskulinitas.

Tanda dan Makna dalam Komunikasi

Menurut Little Jhon dalam buku Alex Sobur tanda- tanda adalah basis dari seluruh komunikasi manusia dengan perantara tanda-tanda, dapat dilakukan komunikasi dengan sesamanya.

John Fiske mengatakan bahwa komunikasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu: “Menganggap bahwa komunikasi sebagai suatu proses, maksud dari proses disini adalah pemikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya atau

komunikatif.

Menganggap komunikasi sebagai tanda dan makna. Pendapat ini melihat bahwa tanda-tanda dalam pesan adalah unsur terpenting, untuk itu memahami keseluruhan isi pesan dianggap hal yang penting karena tanda-tanda dalam pesan mengandung makna- makna tertentu baik yang mempengaruhi maupun yang dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang lebih luas dalam interaksinya kepada manusia.”

Makna timbul disebabkan adanya rangsangan dari luar diri manusia, pesan dalam komunikasi merupakan rangsangan dari luar. Melalui pesan yang terdiri dari berbagai macam tanda akan menimbulkan pemaknaan terhadap tanda-tanda yang muncul dalam sebuah pesan.

Makna dalam komunikasi sangat penting, karena kata- kata atau kalimat yang tidak mengandung makna tidak dapat mempengaruhi atau memberi pengertian pada penerima Brodbeck seperti yang dikutip oleh Fisher dalam buku “pengantar komunikasi” merumuskan tiga macam makna, yakni :

Makna Referensial adalah istilah mengenai objek, pikiran, ide, atau konsep yang ditujukan oleh istilah itu. Maka dari itu pikiran seseorang ketika suatu istilah merujuk pada objek.

Makna Significance yang menunjukkan suatu istilah, sejauh dihubungkan dengan konsep lain. Misalnya istilah phlogiston yang dicontohkan Fisher, kata itu dulu digunakan untuk menjelaskan proses pembakaran, tetapi setelah ditemukan kata oksigen sebagai bahan pembakar, maka kata phlogiston tidak dipakai lagi.

Makna intersional adalah suatu istilah yang dimaksudkan oleh pemakai itu. Makna istilah itulah makna yang melahirkan individu.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran makna. Makna-makna tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti bahasa, simbol, gerak tubuh, suara dan lain- lain. Hal tersebut mengandung arti-arti tertentu sesuai dengan yang telah disepakati bersama oleh masyarakat.

Konstruksi Realitas Sosial

Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa terlepaskan dari bangunan teoritik yang dikemukakan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckmann. Peter L Berger merupakan sosiolog dari New School for Social Reserach, New York. Sementara Thomas Luckman adalah sosiolog dari University of Frankfurt. Teori konstruksi sosial, sejatinya dirumuskan oleh kedua akademisi ini sebagai suatu kajian teoritis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan. Berger dan Luckman meyakini bahwa realitas merupakan hasil Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa terlepaskan dari bangunan teoritik yang dikemukakan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckmann. Peter L Berger merupakan sosiolog dari New School for Social Reserach, New York. Sementara Thomas Luckman adalah sosiolog dari University of Frankfurt. Teori konstruksi sosial, sejatinya dirumuskan oleh kedua akademisi ini sebagai suatu kajian teoritis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan. Berger dan Luckman meyakini bahwa realitas merupakan hasil

Berger juga menemukan konsep untuk

Tentu saja, teori ini berakar pada paradigma menghubungkan antara yang subjektif dan objektif konstruktivis yang melihat realitas sosial, sebagai melalui konsep dialektika, yang dikenal dengan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu yang eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. merupakan manusia bebas. Individu menjadi penentu

Eksternalisasi ialah penyesuaian diri dengan dunia

dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan sosio-kultural sebagai produk manusia. “Society is a kehendaknya. Istilah konstruksi sosial atas realitas human product”. (social construction of reality) didefinisikan sebagai

Objektivasi ialah interaksi sosial dalam dunia

proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami individu menciptakan secara terus-menerus suatu institusionalisasi. “Society is an objective reality”. realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara Internalisasi ialah individu mengidentifikasi diri di subyektif.

tengah lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial Proses Konstruksi Realitas

di mana individu tersebut menjadi anggotanya. “Man is Proses konstruksi realitas, pada prinsipnya a social product” merupakan suatu upaya untuk “menceritakan”

(konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan, atau Bahasa Sebagai Elemen Konstruksi Realitas

benda, tak terkecuali mengenai hal-hal yang berkaitan Menurut Stuart Hall, ada dua titik perhatian dalam

dengan politik untuk mengonstruksikan realitas. Dan, proses pembentukan realitas. Pertama, bahasa, yang karena sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media merupakan sistem penandaan sebagaimana pemahaman massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, kalangan strukturalis. Dimana realitas dapat ditandakan maka seluruh isi media tiada lain adalah realitas yang secara berbeda pada peristiwa yang sama. Dan makna telah dikonstruksikan. Karena pembuatan berita pada yang berbeda dapat dilekatkan pada peristiwa yang dasarnya adalah penyusunan realitas-realitas hingga juga sama. Kedua, politik penandaan, yakni bagaimana membentuk sebuah wacana yang bermakna.

praktik sosial dalam membentuk makna, mengontrol, Proses konstruksinya, jika dilihat dari perspektif teori dan menentukan makna. Berger dan Luckman berlangsung melalui interaksi

Di dalam konstruksi realitas, bahasa adalah

sosial yang dialektis, dari tiga bentuk realitas yakni unsur utama yang menjadi instrumen pokok subjective reality, symbolic reality dan objective reality. untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat Selain itu, juga berlangsung dalam suatu proses dengan konseptualisasi dan alat narasi. Kini, keberadaan bahasa tiga momen simultan, yaitu eksternalisasi, objektivikasi tidak lagi sebagai alat wacana untuk menggambarkan dan internalisasi.

sebuah realitas, melainkan dapat menentukan gambaran

Objective reality, merupakan suatu kompleksitas (citra) mengenai suatu realitas-realitas media yang akan definisi realitas (termasuk ideologi dan keyakinan) serta muncul di benak khalayak. rutinitas tindakan dan tingkah laku yang telah mapan

Pada kenyataannya, realitas sosial tidak berdiri

terpola, yang kesemuanya dihayati oleh individu secara sendiri tanpa kehadiran individu, baik di dalam umum sebagai fakta.

maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial itu

Symblolic reality, merupakan semua ekspresi memiliki makna, ketika realitas sosial dikonstruksi simbolik dari apa yang dihayati sebagai “objective dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain, reality” misalnya teks produk industri media, seperti sehingga memantapkan realitas sebagai objektif. berita di media cetak atau elektronika, begitu pun yang Jadi, individu mengonstruksikan realitas tersebut

ada di film-film. berdasarkan subjektivitas individu lain yang berada di Subjective reality, merupakan konstruksi definisi dalam institusi sosialnya. realitas yang dimiliki individu dan dikonstruksi Oleh karena itu, penggunaan bahasa berpengaruh melalui proses internalisasi. Realitas subjektif yang terhadap konstruksi realitas, karena bahasa mengandung dimiliki masing-masing individu merupakan basis makna. Penggunaan bahasa tertentu dapat berpengaruh untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi, pada bentuk konstruksi realitas dan makna yang atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam dikandungnya. Pilihan kata dan cara penyajian suatu sebuah struktur sosial. Melalui proses eksternalisasi realitas ikut menentukan struktur konstruksi realitas itulah individu secara kolektif berpotensi melakukan dan makna yang muncul darinya. Dari perspektif ini, ada di film-film. berdasarkan subjektivitas individu lain yang berada di Subjective reality, merupakan konstruksi definisi dalam institusi sosialnya. realitas yang dimiliki individu dan dikonstruksi Oleh karena itu, penggunaan bahasa berpengaruh melalui proses internalisasi. Realitas subjektif yang terhadap konstruksi realitas, karena bahasa mengandung dimiliki masing-masing individu merupakan basis makna. Penggunaan bahasa tertentu dapat berpengaruh untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi, pada bentuk konstruksi realitas dan makna yang atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam dikandungnya. Pilihan kata dan cara penyajian suatu sebuah struktur sosial. Melalui proses eksternalisasi realitas ikut menentukan struktur konstruksi realitas itulah individu secara kolektif berpotensi melakukan dan makna yang muncul darinya. Dari perspektif ini,

namun juga dapat menciptakan realitas. Makna kamus dari sebuah kata atau objek (Literal meaning of a term of object) ini adalah deskripsi dasar.

Semiotika Menurut Cobley, Paul dan Lita Jansz dalam bukunya Konotasi

Semiotika for Beginners, maka penulis awal semiotika Makna-makna kultural yang melekat pada sebuah

adalah Plato yang memeriksa asal muasal bahasa. Kata terminologi (the cultural meaning that became attached Semiotika berasal dari kata Yunani, same, seperti dalam to a term).

semeiotikos, yang berarti penafsir tanda. Sebagai suatu Metafora

disiplin semiotika berarti ilmu analisis tanda atau studi Mengkomunikasikan dengan analogi tentang bagaimana sistem penandaan berfungsi.

Semiotika adalah “ilmu tentang tanda-tanda. Studi Simile

tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, Subkategori dengan menggunakan kata-kata seperti cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda metafora berdasarkan identitas sedangkan simile lainnya, pengirim dan penerimanya ataupun mereka berdasarkan kesamaan. Metomini, Mengkomunikasikan yang menggunakan tanda tersebur.

dengan asosiasi, Synecdoche.

Semiotika adalah “suatu ilmu atau metode analisis Subkategori metomini yang memberikan makna

untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat keseluruhan atau sebaliknya. Artinya sebuah bagian yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan digunakan untuk mengasosiasikan keseluruhan bagian di dunia ini dengan kata lain mencari kebenaran dari tersebut. suatu tanda. Semiotika atau dalam istilah Barthes

adalah semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari Interlextual

bagaimana kemanusiaan (humanity). Hubungan antar tanda dan dipakai untuk Dick Hartoko memberi batasan tentang semiotika memperlihatkan bagaimana teks saling bertukar satu adalah bagaimana karya itu ditafsirkan oleh para dengan yang lain nya, sadar maupun tidak sadar. pengamat dan masyarakat lewat tanda-tanda

atau lambang-lambang. Batasan yang lebih jelas Metode Penelitian

dikemukakan Preminnger, semiotika adalah ilmu Adapun penelitian yang digunakan penulis dalam tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa menganalisa homoseksual pria pada film Arisan fenomena sosial merupakan dan kebudayaan itu

2 adalah metode penelitian kualitatif deskriptif

merupakan tanda-tanda semiotika itu mempelajari yang berupa analisis semiotika untuk memperoleh sistem-sistem, aturan-aturan yang memungkinkan pemahaman makna. tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

Pengertian dari penelitian analisis sendiri adalah Jadi semiotika itu merupakan suatu ilmu untuk penelitian yang risetnya dimulai dengan teori menganalisa suatu tanda dan symbol yang terdapat dan berakhir pada fakta. Teori berfungsi sebagai dalam suatu hal, yaitu untuk memperoleh pemahaman masukan sekaligus sebagai pemecahan masalah yang makna yang lebih jelas.

bersangkutan dan menggunakan prinsip analisis artinya kegiatan dalam proses pemecahan masalah harus

Teori Semiotika Roland Barthes

menggunakan analisis yang logis.

Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir

strukturalis yang getol mempraktekan model linguistic Paradigma Penelitian

dan semiologi Saussurean. Ia juga intelektual kritikus Dalam penelitian mengenai analisis semiotika pada Prancis yang ternama.

film Arisan 2 ini, peneliti menggunakan paradigma Roland Barthes menekankan, interaksi antara konstruktivis. Paradigma ini melahirkan metode teks dengan pengalaman personal dan cultural penelitian kualitatif yang memiliki sifat berbeda – penggunaannya, interaksi antara konvensi dalam teks sangat berbeda- dengan kuantitatif. Realitas memiliki dengan konvensi yang dialami yang diharapkan oleh sifat relatif, yang merupakan hasil dari konstruksi penggunanya. Gagasan Barthes dikenal dengan tatanan mental yang bermacam-macam dan tak dapat diindra. penandaan yang terdiri dari:

Realitas dibentuk oleh pengalaman dan konstruksi Realitas dibentuk oleh pengalaman dan konstruksi

pada manusia atau kelompok sosial yang memiliki objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga konstruksi tersebut. Tidak ada unsur generalisasi mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.” dalam penciptaan realitas. Dan muncul istilah realitass

Barthes dengan demikian melihat signifikasi sebagai

majemuk yang merupakan simplifikasi dari banyaknya sebuah proses total dengan suatu susunan yang sudah jumlah realitas yang tercipta. Bagi kaum konstruktivis, terstruktur. Signifikasi itu tidak terbatas pada bahasa, semesta merupakan suatu konstruksi, artinya bahwa tetapi terdapat juga pada hal-hal yang bukan bahasa.

semesta bukan dimengerti sebagai semesta yang “Barthes menganggap kehidupan sosial sendiri otonom, akan tetapi dikonstruksi secara sosial.

merupakan suatu bentuk signifikasi. Dengan kata lain, kehidupan sosial apapun bentuknya, merupakan suatu

Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian

sistem tanda tersendiri pula.”

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti Sebagai salah satu ahli semiologi, Barthes memang adalah penelitian kualitatif. Pada penelitian ini tidak terkenal dengan pendekatan semiologinya terhadap menggunakan angka-angka, tetapi lebih kepada data- budaya-budaya massa dan popular. Dalam esai- data deskriptif. Jika penelitian kuantitatif bersifat esainya yang terkumpul di buku Mythologies, Barthes “melebar”, maka penelitian kualitatif bersifat membahas makna-makna dan mitos budaya massa, “mendalam”. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, mulai dari dunia gulat, anggur dan susu, otak Einstein, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan sampai dengan tarian telanjang. oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu,

Semiologi Barthes mengacu pada de Saussure dengan

semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi menyelidiki hubungan penanda dan petanda pada kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

sebuah tanda. Barthes mengembangkan pembedaan Metode kualitatif yang digunakan bersifat deskriptif. penanda dan petanda kearah yang lebih dinamis. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah Barthes mengatakan bahwa dalam “kehidupan sosial dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam budaya penanda adalah “ekspresi” (E) tanda, sedangkan masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk petanda adalah “isi” (dalam bahasa Perancis contenu tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, (C). Jadi sesuai dengan teori de Saussure tanda adalah pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang Relasi (R) antara E dan C. Ia mengemukakan konsep berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu feno tersebut dengan model E-R-C”. mena.

Dalam perkembangannya, Barthes berpendapat bahwa pemakai tanda tidak hanya memaknainya

Teknik Analisis Data

sebagai makna denotasi, makna yang umum. Namun

Semiotika dan semiologi sesungguhnya mempunyai pemakai tanda diyakini mengembangkan pemakaian arti yang sama. Namun pemakaian salah satu istilah tanda ke dua arah, yang disebut Barthes sebagai ini biasanya didasarkan pada pemikiran pemakainya; signifikasi tahap kedua. mereka yang bergabung dengan Peirce menggunakan

Pengembangan kepada segi E, terjadi bila pemakai

kata semiotika, dan mereka yang bergabung dengan tanda memberikan bentuk yang berbeda untuk makna Saussure menggunakan kata semiologi”.

yang sama. Ini disebutnya sebagai proses ke arah Karena Barthes adalah tokoh semiotika yang metabahasa. Sedangkan pengembangan kearah C, meneruskan dan mengembangkan pemikiran Saussure adalah “pengembangan makna yang disebut konotasi.” maka metode pemaknaan tanda-tanda Barthes disebut

“Konotasi menggambarkan interaksi yang

semiologi Barthes. Namun istilah semiologi makin berlangsung tatkala tanda bertemu dengan perasaan lama makin ditinggalkan. Ada kecenderungan orang- atau emosi penggunanya dan nilai-nilai kulturalnya”.

orang lebih memilih kata semiotika daripada semiologi. Penjelasan singkat mengenai perbedaan konotasi Sehingga kata semiotika lebih popular daripada dan denotasi dapat diterangakan singkat di dalam semiologi.

sebuah foto. Denotasi adalah mekanisme teknis dari

Barthes menekankan bahwa semiologi hendaknya sebuah kamera dalam menangkap objek. Sedangkan mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) konotasi adalah aspek manusiawinya, yaitu bagaimana memaknai hal-hal dalam kehidupan sosial manusia. komposisinya, mutu film, dan lain-lain. Jadi denotasi Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat adalah apa yang difoto, sedangkan konotasi adalah dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to bagaimana memfotonya.

Konotasi adalah “makna baru yang diberikam yang pemaknaan (signification) untuk mencapai mitos yang diberikan oleh pemakai tanda sesuai dengan keinginan, bekerja dalam realitas keseharian masyarakat. latar belakang pengetahuannya atau konvensi baru Di setiap esainya, Barthes, seperti dipaparkan Cobley yang ada dalam masyarakat. Konotasi merupakan segi & Janez “membahas fenomena keseharian yang “ideologi” tanda”.

luput dari penelitian. Dia menghabiskan waktu untuk Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan menguraikan dan menunjukkan bahwa konotasi yang operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’, dan terkandung dalam mitologi-mitologi tersebut biasanya berfungsi “untuk mengungkapkan dan memberikan merupakan hasil konstruksi yang cermat.” pembenaran bagi niai-niai dominan yang berlaku dalam

Fenomena keseharian bisa menjadi mitos, karena suatu periode tertentu”.

menurut Barthes, mitos adalah “semacam wicara,

Konotasi yang mantap akan menjadi sebuah mitos segalanya dapat menjadi mitos asal hal itu disampaikan yang menurut Barthes, adalah sebuah tipe pembicaraan lewat wacana (discourse). Dan semua hal bisa menjadi atau wicara (a type of speech). Tetapi yang harus mitos. Karena tidak ada hukum,baik yang bersifat alam ditegaskan bahwa mitos adalah suatu “pesan, mitos maupun bukan, yang melarang pembicaraan tentang

tidak mungkin merupakan suatu objek, konsep, atau pelbagai hal”. gagasan, mitos merupakan mode pertandaan (a mode

Cara pembuktian bahwa mitos adalah hasil dari of signification), suatu bentuk (a form)”.

konotasi, seperti yang telah diuraikan di dua gambar

Barthes menjelaskan mitos sebagai suatu sistem diatas disebut dengan cara “demontage semiologique” yang janggal, karena ia dibentuk dari rantai semiologis ‘pembongkaran semiologis’ terhadap sejumlah yang telah eksis sebelumnya; mitos merupakan sistem gejala kebudayaan massa (baca: makna yang sudah semiologis tatanan kedua (second-order semiological membudaya). system).

Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data, disini penulis Dari gambar 3.2. dilihat bahwa sebuah tanda menggunakan teknik pengamatan non partisipasi tak (denotaif) terdiri dari penanda dan petanda. Namun berstruktur. Di dalam penelitian ini, pengumpulan pada saat bersamaan tanda denotatif itu menjadi data dilakukan oleh manusia, yakni peneliti sendiri. kontatif. Jadi tanda yang disebutkan oleh de Saussure Di sini peneliti merupakan perencana, pelaksana, merupakan unsur material. Contohnya hanya jika kita pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada mengenal tanda ular, baru konotasi seperti kelicikan, akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitian. Maka bisa bahaya, ancaman menjadi muncul.

Bahasa MITOS

ditarik kesimpulan bahwa di penelitian ini, manusia

Mitos dalam hal ini merupakan isi pesan pada proses adalah instrument penlitiannya atau alat penelitian. pemaknaan kedua (konotasi). Sehingga secara detail

Dalam mengumpulkan datanya penullis menonton

dapat dikatakan bahwa mitos adalah isi (content) pada film Arisan 2. Dalam penerapannya metode ini sistem pemaknaan kedua, sedangkan konotasi adalah menghendaki pengamatan secara menyeluruh dari isi bentuk dari sistem pemaknaan kedua itu sendiri. film yaitu visual tayangan dari adegan film yang terjadi. Perspektif Barthes mengenai mitos ini menjadi salah

Sementara dalam riset pustaka data-data diambil

satu ciri khas semiologinya yang membuka ranah baru sebagai data pendukung data tersebut diambil, baik mengenai semiologi, yaitu penggalian lebih jauh proses dari hasil penelitian sebelumnya atau informasi dari

buku-buku maupun media internet. Tentu saja hanya data yang relevan yang dipilih dan dijadikan penguat peneliti.

Unit Analisis

Penelitian ini menggunakan sebuah film yang bertemakan homoseksual yaitu film Arisan 2,

yang menjadi unit analisisnya adalah tiap adegan baik ekspresi, gerak tubuh, maupun dialog yang merepresentasikan homoseksual pria pada film tersebut sesuai dengan teknik analisis yang digunakan yaitu semiotika Roland Barthes.

Deskripsi Objek Penelitian Film Arisan 2

Film Arisan 2 merupakan lanjutan dari film Arisan! yang diprosuksi pada tahun 2003 lalu. Film ini sukses meraih nominasi dan penghargaan lebih dari satu dalam Indonesian Movie Awards tahun 2012. Film ini dirilis pada akhir tahun 2011, di produksi oleh Kalyana Shira Films yang di sutradarai oleh Nia Dinata yang juga merupakan produser dan penulis naskah film tersebut. Kisah lanjutan yang menceritakan antara Tora Sudiro sebagai Sakti, Aida Nurmala sebagai Andien, Rachel Maryam sebagai Lita, dan Surya Saputra sebagai Nino. Kemunculan dokter Joy (Sarah Sechan), ahli bedah plastik Ara (Atiqah Hasiholan), dan Octa (Rio Dewanto) ikut meramaikan social cene dalam film ini.

Hasil Analisis

Peneliti menggunakan anaisis semiotika untuk menganalisis film Arisan 2, sehingga dapat ditelaah apakah konstruksi homoseksual dalam film tersebut. Elemen-elemen yang terdapat dalam signifikansi Roland Barthes yaitu denotasi, konotasi dan mitos

Adegan 1

Adegan ini menceritakan saat Okta menghampiri Nino untuk memberitahu bahwa Nino sudah ditunggu oleh wartawan yang hendak mewawancarai Nino seputar festival film yang sedang berlangsung. Okta juga mengelap wajah Nino dengan Tisu sebagai bentuk perhatiannya pada pasangan homoseksualnya tersebut.

Teknik kamera:

Pengambilan pada gambar tersebut dengan menggunakan komposisi kamera close up. Dalam pengambilan gambar close up, bagian tubuh yang difoto adalah dari batas bahu sampai dengan batas kepala. Selain digunakan untuk menangkap ekspresi wajah seseorang, teknik pengambilan gambar ini juga baik digunakan untuk memperlihatkan detail- detail seperti kerutan-kerutan diwajah yang terkadang membuat foto terlihat dramatis. Fungsinya adalah ingin menyampaikan karakter detil dari sebuah objek, sehingga karakter utamanya pada objek manusia dapat dilihat secara nyata dan jelas oleh pemirsa. Pada adegan tersebut terlihat jelas bagaimana ekspresi wajah Okta begitu mengkhawatirkan Nino. Teknik pengambilan gambar secara close up dapat terlihat dari kefokusan matanya dan guratan wajah Okta dalam mengusap wajah Nino dengan lembut.

Selain itu terdapat dialog yang mencerminkan kekhawatiran Okta pada Nino sebagai bentuk perhatiannya sebagai seorang kekasih.

Okta : Heeey kamu keliatannya cape banget. Aku bikini kopi ya? Nino : Boleh

Pembahasan:

Adegan diatas terlihat Okta yang sedang memberikan perhatian yang khusus pada Nino. Secara denotasi,

perhatian merupakan pemusatan psikis, salah satu aspek psikologis yang tertuju pada suatu objek yang datang dari dalam dan luar diri individu. Dengan perhatian dapat digunakan untuk meramalkan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam kehidupan sehari- hari. Perhatian akan memberikan warna dan corak bahkan arah tingkah laku seseorang. Dengan perhatian, seseorang akan mendapatkan gambaran kemungkinan rangsangan yang akan timbul sebagai respon terhadap masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya. Gambar diatas terlihat Okta yang sedang memberikan perhatian kepada Nino dengan mengelap wajah Nino dengan tisu. Kemudian yang ditimbulkan sebagai respon Nino kepada Okta adalah dengan tersenyum sebagai

timbal balik ungkapan rasa terimakasihnya pada Okta atas perhatian yang diberikan. Melihat cara Okta yang memberikan perhatian dengan mengelap tisu di wajah Nino dengan penuh kelembutan mengingatkan kita pada cara wanita memperlakukan kekasihnya (pria), penuh kelembutan dan hati-hati. Dapat disimpulkan bahwa Okta merupakan gay yang berperan sebagai wanita, sementara Nino merupakan gay yang berperan sebagai pria.Adegan yang direpresentasikan diatas dapat menimbulkan persepsi negatif dan memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat.

Secara konotasi,Perhatian sangat penting bagi seseorang dalam setiap bentuk hubungan atau interaksi baik pertemanan, keluarga maupun hubungan kerja, karena setiap manusia mempunyai kebutuhan akan eksistensi dan aktualisasi diri,dihargai dan diperhatikan keberadaannya. Dengan perhatian dari orang lain, seseorang dapat hidup dan bersosialisasi dengan lingkungannya, dan menyesuaikan diri dengan tuntutan sekeliling maupun kebutuhan pribadinya. Namun

perilaku diatas merupakan perilaku yang terlihat tidak wajar dilakukan oleh dua orang laki-laki.

Konotasi selanjutnya, perhatian adalah ungkapan cinta secara non verbal. Cinta dan mengungkapkan cinta adalah proses, sehingga perlu dirawat dan dilakukan setiap hari secara bertahap. Namun ada perbedaan bentuk perhatian antara laki-laki dan perempuan. Kebanyakan perempuan menganggap penting ungkapan cinta secara verbal. Sementara laki- laki lebih suka mendapatkan perlakuan dan perhatian Konotasi selanjutnya, perhatian adalah ungkapan cinta secara non verbal. Cinta dan mengungkapkan cinta adalah proses, sehingga perlu dirawat dan dilakukan setiap hari secara bertahap. Namun ada perbedaan bentuk perhatian antara laki-laki dan perempuan. Kebanyakan perempuan menganggap penting ungkapan cinta secara verbal. Sementara laki- laki lebih suka mendapatkan perlakuan dan perhatian

bentuk perhatian yang lebih dramatis. Sementara Teknik kamera :

pria, membutuhkan perhatian yang cenderung praktis Pengambilan pada gambar diatas dengan

dan hal-hal kecil. Karena dalam cerita ini keduanya menggunakan kamera medium close up. Medium close adalah Pria, keduanya menyukai bentuk perhatian yang up merupakan teknik pengambilan gambar dengan sifatnya hal-hal kecil.

ruang pengambilan diantara medium shoot dan close Denotasi tisu kertas lembut, mudah menyerap, dan up, dimulai dari bagian dada keatas. Teknik seperti mudah dibuang, yang utamanya digunakan untuk ini mampu menangkap ekspresi wajah lebih jelas. wajah. Tisu biasanya dijual dalam bungkus berbentuk Fungsi dari teknik ini mirip dengan close up yaitu ingin kotak, dan dirancang untuk memfasilitasi pembaungan menyampaikan karakter dari keadaan objek sebenarnya ingus dari hidung. Tisu juga memiliki banyak kegunaan detil dari sebuah objek, sehingga karakternya terutama lain, misalnya digunakan sebagai lap pembersih.

pada objek manusia dapat dilihat secara nyata dan jelas

Konotasi tisu adalah pengguna tisu wajah yang oleh pemirsa. Kontak fisik pada gambar diatas dapat kebanyakan adalah kaum wanita. Karena para wanita terlihat jelas bagaimana adegan ciuman dilakukan oleh sangat memperhatikan kebersihan dan ksehatan untuk Okta dan Nino. Gambar tersebut terlihat sangat halus kecantikan mereka. Oleh karena itu, tisu wajah yang sehingga memberikan efek romantis serta harmonis

sering diidentikan dengan alat kecantikan menjadi dalam aktivitas tersebut. barang yang wajib dibawa oleh para wanita. Namun

dalam adegan ini yang menggunakan tisu adalah Penjelasan :

seorang pria. Dalam lingkungan masyarakat seorang Pada gambar diatas menampilkan Okta dan Nino yang

pria sangat jarang ada yang menggunakan tisu sebagai sedang berciuman sebagai tanda akhir dari pertemuan alat pembersihnya. Mereka lebih banyak menggunakan mereka pada hari itu. Dalam adegan ini interaksi Okta saputangan yang dibawa sehari-hari.

dan Nino terlihat mesra. Adegan berciuman sebagai Mitos tisu Menurut sejarahnya tisu pertama kali tanda perpisahan ini walaupun berlangsung hanya digunakan di Jepang pada abad ke-17. Di masa itu orang satu detik namun terlihat passionate. Denotasi ciuman

Jepang menggunakan semacam kertas halus untuk adalah perbuatan menekankan bibir seseorang terhadap menutup dan membersihkan hidungnya saat bersin, salah satu anggota tubuh diri sendiri atau orang lain. kemudian langsung dibuang. Kertas halus itu disebut

Secara Konotasi, Pandangan budaya terhadap

“washi” atau Japanese Tisu. Tisu wajah pertama kali tindakan mencium sangatlah bervariasi. Saat ini, dipopulerkan di Amerika Serikat pada tahun 1942. Tisu ciuman telah menjadi ungkapan umum perasaan ini awalnya digunakan untuk perlengkapan tatarias kasih sayang pada banyak budaya di berbagai belahan Hollywood. Tisu dipakai untuk membersihkan krim dunia. Namun dalam budaya-budaya tertentu, tindakan dingin sebagai bagian alat rias wajah dari wajah pemain berciuman diperkenalkan setelah melakukan kontak teater kala itu. Tisu wajah memiliki bahan yang ringan dengan budaya Eropa; sebelum kontak tersebut, dan lembut dibanding dengan tisu lainnya, dengan berciuman bukan aktivitas rutin. Contoh untuk hal ini berat 14-18 g/m2, dan setiap helainya terdiri dari 2-3 antara lain termasuk pada masyarakat adat tertentu lapisan ringan. Seiring dengan perkembangan zaman, dari Australia, Tahiti serta pada berbagai suku di

tisu semakin popular karena sifatnya yang praktis, Afrika. Ciuman tanpa disadari mengubah perasaan,

hanya sekali pakai, tak perlu repot-repot mencuci, pikiran, sampai tingkah laku seseorang. Ciuman ibarat langsung buang. Selain itu tisu juga mudah dibawa dan bahasa kasih yang maknanya lebih dalam dari sekadar ditempatkan. Beragam tisu memudahkan penggunanya ungkapan sayang secara verbal. Bicara soal bibir, untuk memilihnya sesuai dengan kebutuhan.

bukan hanya mata, telinga, tangan, dan kaki yang inti dari sebuah tubuh. Bibir juga sanggup mengungkapkan

Adegan 2

sesuatu, mengekspresikan perasaan secara verbal Adegan ini menceritakan ketika Okta meminta dan memaknai apa yang tak bisa disampaikan lewat izin pada Nino karena harus mendadak segera kembali kata melalui ciuman. Wajar kalau kemudian ciuman ke kantornya. Ia ditungggu oleh orang-orang di diibaratkan sebagai media komunikasi antarhati. kantornya disebabkan oleh urusan yang penting serta Ciuman sebagai ekspresi rasa cinta. Ciuman sebagai sesuatu, mengekspresikan perasaan secara verbal Adegan ini menceritakan ketika Okta meminta dan memaknai apa yang tak bisa disampaikan lewat izin pada Nino karena harus mendadak segera kembali kata melalui ciuman. Wajar kalau kemudian ciuman ke kantornya. Ia ditungggu oleh orang-orang di diibaratkan sebagai media komunikasi antarhati. kantornya disebabkan oleh urusan yang penting serta Ciuman sebagai ekspresi rasa cinta. Ciuman sebagai

Seorang profesor ahli Neuroscience dari Lafayette Penjelasan:

College, Wendy Hill, menjelaskan, secara ilmiah, saat Denotasi kondom adalah alat kontrasepsi atau alat

berciuman kadar senyawa kimia oksitosin dan kortisol untuk mencegah kehamilan atau penularan penyakit otomatis mengalami perubahan. Oksitosin yang kelamin pada saat bersenggama. Kondom biasanya berperan dalam keeratan hubungan akan meningkat, dibuat dari bahan latex dan dipakaikan pada alat terutama pada laki-laki, sehingga mereka makin tertarik kelamin pria atau wanita pada keadaan ereksi sebelum kepada pasangan. Sementara bagi perempuan, kortisol bersenggama (bersetubuh) atau berhubungan suami- yang berkaitan dengan kadar stres, menurun. Itulah istri. Alat kontrasepsi yang biasa digunakan oleh mengapa perempuan merasa lebih tenang dan nyaman pasangan pria dan wanita ketika hendak bersenggama. saat berciuman dengan pasangannya, sementara Namun dalam adegan ini adalah dua orang laki-laki. laki-laki yang oksitosinnya meningkat cenderung Hal ini sangat tidak lazim dilakukan di tengah-tengah mengalihkan ketertarikan dalam bentuk seks. Sama masyarakat Indonesia yang masih tabu terhadap dengan pasangan normal pada umumnya, ciuman penyimpangan seksual tersebut. pada pasangan homoseksual juga memiliki dampak

Konotasidari gambar tersebut memberi pesan bahwa

yang sama. Karena salah satu pihak yaitu Okta merasa seorang gay juga diperlukan untuk menggunakan bahwa ia seorang yang feminim dan lemah lembut kondom ketika berhubungan seksual sebagai layaknya wanita sedangkan pihak yang lain yaitu Nino penjegahan penularan penyakit kelamin dan HIV/AIDS. berperan sebagai laki-laki. Mereka berciuman sebagai Kondom juga memberi arti pada bahwa setiap pasangan tanda perpisahan dari pertemuan pada hari itu untuk termasuk pada pasangan gay dapat ‘bersenang-senang’ menunjukkan sebuah hubungan harmonis yang mereka dengan aman. jalin. Konon, mencium dapat meningkatkan harapan

Pada tahun 1500-an untuk pertama kali

hidup. Penelitian menunjukan bahwa laki-laki dapat dipublikasikan deskripsi dan percobaan alatpencegah hidup lima tahun lebih lama jika mereka sebelum pergi penyakit berupa kondom di Italia. Ketika itu Gabrielle bekerja.

Fallopiusmengklaim menemukan kondom yang terbuat dari linen dan membuat uji coba pada 1.100 pria. Dari

Adegan 3

percobaan tersebut, tak satupun dari mereka yang Adegan 3 menceritakan ketika Sakti menahan terinfeksi penyakitsifilis. Penemuan membuktikan sebentar untuk berhubungan seksual dengan Sakti bahwa kain linen itu bermanfaat mencegah infeksi. selama 10 menit saat Gerry yang hendak pergi mencari

Mitosnya, membeli kondom itu memalukan. Ada

kado untuk Istrinya. Kemudian ia mengambil alat beberapa orang yang berpikir seperti itu, membeli kontrasepsi di meja tepat di samping tempat tidur kondom adalah hal yang memalukan. Penularan infeksi Sakti lalu menunjukkannya pada Gerry dengan penuh atau hamil bisa terjadi bahkan dengan menggunakan antusias.

kondom. Kemudian kondom harus dibeli kaum pria, karena logikanya memang yang memakailah yang

Teknik kamera :