Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

  2018

  Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yangtelah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman.

  Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternative pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah.

  Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM pada dasarnya bertujuan untuk:

  1. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,

  2. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

3. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya.

  V -

  1

  2018 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

  Pembiayaan pembangunan bidanng cipta karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

  Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya.

  

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah

  Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

  Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus.Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional.

  

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

  Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara

  V -

  2

  2018

  bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah

  Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan: a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya; b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

  d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan

Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010)

  Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur.Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 danPermendagri 21/2011)

  Struktur APBD terdiri dari:

  V -

  3

  2018

  a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010

  Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang InfrastrukturKementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya. Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan system penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir danpermukiman nelayan.kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:  Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;  Tingkat kerawanan air minum.

  b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untukprogram peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:  Kerawanan sanitasi;  Cakupan Pelayanan sanitasi.

  V -

  4 V -

  5 2018

  9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011

  Tentang Pedoman PelaksanaanKegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan KewenananganPemerintah dan Dilaksanakan SendiriDalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati.

  Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM meliputi:

  1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan member manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

  2018

5.1. Potensi Pendanaan APBD Kabupaten Pidie Jaya

  Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

  

Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

1. Pendapatan Daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan 2.

  Pendapatan Lain yang Sah.

  Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan 3.

  Pengeluaran. Sejak tahun 2012 s.d 2016, realisasi pendapatan daerah rata-rata tumbuh mencapai

  12,32%. Pendapatan daerah bersumber dari Penadapatan Asli Daerah (PAD) mengalami pertumbuhan rata-rata 34.83% per tahun. Di lihat dari segi prosentase pertumbuhan selama 5 (lima) tahun terakhir sudah baik. Namun demikian belum dirasakan maksimal karena masih jauh dari target PAD yang telah ditetapkan setiap tahunnya dan kurang dari 4% realisasinya dari keseluruhan pendapatan daerah. Sumber PAD terbesar Kabupaten Pidie Jaya bersumber dari pos retrebusi daerah dan pajak daerah. Sedangkan sumber lain seperti zakat dan lain-lain pendaptan asli daerah yang sah menunjukkan pergerakan yang positif.

  Pemerintah kabupaten harus lebih mengoptimalkan potensi PAD dan menggali sumber-sumber penerimaan baru sebagai sumber utama penerimaan daerah. Sumber PAD sekurang-sekurangnya dapat mencapai 10% dari total penerimaan daerah. Pemerintah harus dapat meminimalisir sumber kebocoran PAD dan sistem pengelolaan yang lebih efektif dan efesien.

Tabel 5.1 dibawah ini memperlihatkan pertumbuhan realisasi PAD Kabupaten Pidie

  Jaya sejak tahun 2012 s.d 2016 adalah sebagai berikut:

  V -

  6

  2018

Tabel 5.1.

  

Realisasi dan Target Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012–2016 (dalam ribuan)

Target Realisasi Realisasi Tahun PAD Pertumbuhan PAD Pertumbuhan (%)

  67,07 2012 12.290.847 47,81 8.243.166 79,25

2013 18.167.663 77,43 9.728.700 15,27 53,55

2014 21.426.427 32,40 14.039.505 44,31 65,52

2015 24.446.430 33,20 15.728.700 48,31 67,52

  2016 26.346.420 35,11 16.039.505 50,31 70,52

Rata-rata Per Tahun 43,90 34,83 68,00

Sumber: Bappeda, data diolah (Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBK Th. 2012-2016)

  Tabel diatas memperlihatkan bahwa realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pidie Jaya meningkat sebesar Rp. 9 Millyar lebih atau 200% sejak 5 (lima) tahun terakhir. Disamping itu, rata-rata pertumbuhan mencapai 34,83% per tahun. Pada Tahun Aggaran 2014 realisasi PAD sampai dengan akhir bulan Desember (Triwulan IV) mencapai Rp.14 Millyar lebih atau 65,52% dari target yang ditetapkan sebesar Rp. 21 Millyar lebih.

  Hal tersebut menunjukkan tren positif terhadap sumber penerimaan asli daerah. Namun demikian penerimaan PAD tersebut dirasakan belum optimal dan masih jauh dari harapan dan target yang telah ditetapkan.

  Selama ini, penetapan target penerimaan PAD Kabupaten Pidie Jaya dari tahun ketahun tidak berpedoman pada tingkat realisasi tahunan, namun penetapannya selalu berpedoman pada target yang telah ditetapkan tahun sebelumnya. Hal tersebut terlihat pada rata-rata prosentase realisasi PAD yang hanya 68,00% per tahun. Hal tersebut membuktikan bahwa penetapan target penerimaan PAD tidak realistis dari keadaan dan potensi sesungguhnya.

  Pada bagian dana perimbangan yang merupakan salah satu sumber pendanaan dari transfer Pemerintah Pusat, terdiri atas: 1) bagi hasil pajak, 2) bagi hasil bukan pajak (SDA), 3) dana alokasi umum dan 4) dana alokasi khusus. Dan dana Penguat serta Pendapatan transfer Pemerintah Pusat lainnya, pendapatan transfer Pemerintah Provinsi. Adapun realisasi capaian penerimaan tersebut dalam 5 (lima) tahun terakhir adalah sebagaimana tergambar pada Tabel 5.2 berikut ini:

  V -

  7

  2018

Tabel 5.2 Target dan Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Pidie Jaya

  

Tahun Anggaran 2012 – 2016 (dalam ribuan)

Tahun Target Realisasi Persentase Bertambah/ Pertumbuhan NO Anggaran (Rp) (Rp) Realisasi (Berkurang) Realisasi (%)

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7 1 2012 351.021.825 350.404.394 99,82 -617.433 15,46 2 2013 372.462.532 374.283.994 100,49 1.821.462 6,81 3 2014 426.242.521 429.030.848 100,65 2.788.327 14,63 4 2015 372.462.532 374.283.994 100,49 1.821.462 12,11 5 2016 426.242.521 429.030.848 100,65 2.788.327 14,63

6 Rata-rata per tahun 98,16 10,61

  Sumber: Bappeda, data diolah (Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBK Th. 2012-2016)

  Tabel diatas memperlihatkan bahwa dalam kurun waktu 2012–2016, Realisasi Dana Perimbangan meningkat sebesar Rp. 141 Millyar lebih atau 49,18%, dari Rp. 287 Millyar lebih pada Tahun 2012 menjadi Rp. 429 Millyar lebih pada Tahun 2014. Rata-rata pertumbuhan sebesar 10,61% per tahun. Pada Tahun Anggaran 2014, hingga Triwulan IV (posisi belum di audit), pencapaian realisasi Dana Perimbangan mencapai 100,65% dari target yang telah ditetapkan .

  Secara umum Pendapatan Daerah Kabupaten Pidie Jaya terus mengalami peningkatan dari tahun 2012 s.d 2016. Hal tersebut seiring dengan peningkatan komponen penerimaan utama seperti DAU dan DAK yang ditransfer oleh pemerintah pusat setiap tahunnya. Penambahan tersebut dikarenakan realisasi penerimaan APBN yang juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga menambah porsi dana perimbangan yang diterima oleh daerah.

  Lebih jelas rata-rata pertumbuhan realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Pidie Jaya selama 5 (lima) tahun terakhir (2012-2016) disajikan dalam Tabel 5.3 sebagai berikut:

  V -

  8

1.1 Pendapatan Asli Daerah 8.243.166 9.728.700 14.039.505 14.039.505 14.039.505 34,8

1.2 Dana Perimbangan 350.404.392 374.283.994 429.030.848 429.030.848 429.030.848 10,6

  

1.2.1 Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 20.303.414 18.887.356 27.809.406 27.809.406 27.809.406 12,7

  

1.2.2 Dana bagi hasil SDA 11.326.407 12.061.638 - - - -9,3

  1.2.5 Dana Penguat

  

1.2.4 Dana alokasi khusus (DAK) 46.147.800 35.525.310 50.647.270 50.647.270 50.647.270 5,7

  Tabel 5.3

Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan

Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012 s.d Tahun 2016 (dalam ribuan)

  

1.2.3 Dana alokasi umum (DAU) 272.626.771 307.809.690 350.574.172 350.574.172 350.574.172 13,4

  No Uraian Jumlah (dalam jutaan) Rata Tmbuh (%) Realisasi Tahun 2012 Realisasi Tahun 2013 Realisasi Tahun 2014 Realisasi Tahun 2015 Realisasi Tahun 2016 (1) (2) (3) (4) (3) (4) (5) (6)

  

1.1.1 Pajak daerah 3.245.651 3.804.131 3.754.327 3.754.327 3.754.327 19,9

  

1.1.2 Retribusi daerah 1.850.178 1.921.475 6.919.806 6.919.806 6.919.806 83,2

  

1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 241.835 418.457 783.520 783.520 783.520 3.038,4

  1.1.4 Zakat 2.622.067 1.900.000 1.328.626 1.328.626 1.328.626 14,4

  

1.1.5 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 2.905.500 2.118.919 1.253.224 1.253.224 1.253.224 19,9

1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah 81.882.566 51.053.411 62.312.392 62.312.392 62.312.392 41,7

  • 562.079 562.079 562.079 25,0

  Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2017.

  9 2018

  V -

  1.3.1 Hibah

  1.3.2 Dana darurat

  

1.3.3 Bagi hasil pajak dari prov. dan dari Pemda lainnya 8.892.324 8.695.364 9.129.208 9.129.208 9.129.208 17,8

  

1.3.4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus 47.990.242 18.662.683 42.621.105 42.621.105 42.621.105 16,8

  1.3.5 Bantuan keuangan dari prov. Dan Pemda lainnya **).

  • 10.000.000 10.000.000 10.000.000 25,0

  

1.3.6 Pendapatan Lainnya 25.000.000 23.695.364 - - - -30,2

A Jumlah Pendapatan Daerah (1.1+1.2+1.3) 440.530.126 426.370.743 505.382.747 505.382.747 505.382.747 12,3

  2018

  Berdasarkan realisasi fisik dan keuangan dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2012 s.d 2016), rata-rata realisasi belanja daerah per tahun mencapai 98,9% dan sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) rata-rata mencapai 2% dari keseluruhan APBK Pidie Jaya setiap tahunnya. Masih besarnya SiLPA tersebut menunjukkan kinerja pelaksanaan APBK masih belum optimal.

5.2 Potensi Pendanaan APBN Kabupaten Pidie Jaya

  Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

  

Tabel 5.4.

Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten Pidie Jaya dalam 5 Tahun Terakhir

  Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi

Sektor Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

(2013) (2014) (2015) (2016) *(2017)

  • Pengembangan Air

  11,370,997,000 21,609,664,000 11,582,000,000 Minum

  • Pengembangan PLP - 10,750,000,000 60,000,000 Pengembangan 7.500.000.000 600.000.000 8,000,000,000 3,600,000,000 Permukiman Penataan Bangunan - 5,400,000,000 3,600,000,000 - - & Lingkungan

  Total 7.500.000.000- 600.000.000 40,359,664,000 20,430,997,000 15,182,000,000 Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2017.

  DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional. Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi.

  

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air

  minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan

  V -

  2018

  drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat.

  

Tabel 5.5.

Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Pidie Jaya

Dalam 5 Tahun Terakhir

  

Jenis Tahun -1 Tahun -2 Tahun -3 Tahun -4 Tahun -5

DAK (2012) (2013) (2014) (2015) (2016)

DAK Air 953.010.000 1.509.010.000 2.266.610.000 2.266.610.000 2.266.610.000

Minum

DAK Sanitasi 938.830.000 1.393.820.000 3.124.600.000 3.124.600.000 3.124.600.000

Sumber: Bappeda Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2017.

5.2.1. Perkembangan Investasi Bidang Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 5 Tahun Terakhir

  Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.

  V -

  2018 Tabel 5.6.

  Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Dalam 5 Tahun Terakhir Tahun -1 Tahun -2 Tahun -3 Tahun -4 Tahun -5 Sektor Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi % (2012) APBD (2013) APBD (2014) APBD (2015) APBD (2016) APBD Pengembangan Air 121,692,770

  0.03 0.40 2,710,077,900 0.39 2,710,077,900 0.39 2,710,077,900

  0.39 2,059,494,400 Minum

  0.21

  0.45

  0.77

  0.77

  0.77 Pengembangan PPLP 840,189,750 5,410,133,850 5,410,133,850 5,410,133,850 2,282,071,000 Pengembangan

  2.29

  3.26

  4.61

  4.61

  4.61 9,277,940,205 16,695,166,320 32,424,933,820 32,424,933,820 32,424,933,820 Permukiman

  Penataan Bangunan dan

  0.01

  • 50,000,000 Lingkungan Total Belanja APBD

  2.54

  4.11

  5.76

  5.76

  5.76 10,289,822,725 21,036,731,720 40,545,145,570 40,545,145,570 40,545,145,570 Bidang Cipta Karya

  Total Belanja APBD 405,297,613,939 512,346,474,151 703,552,556,318 703,552,556,318 703,552,556,318

  Sumber : Bappeda Kabupaten Pidie Jaya a 2017 V -

  12

  2018

  Pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.

  

Tabel 5.7.

Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir

  Tahun -1 Tahun -2 Tahun -3 Tahun -4 Tahun -5 Sektor Alokasi DDUB Alokasi DDUB Alokasi DDUB Alokasi DDUB Alokasi DDUB Pengembangan **) **) **) **) **) **) **) **) **)

  • )

  Air Minum Pengembangan **) **) **) **) **) **) **) **) **)

  • )

  PPLP Pengembangan **) **) **) **) **) **) **) **) **)

  • )

  Permukiman Penataan Bangunan dan **)

  • ) **) **) **) **) **) **) **) **)

  Lingkungan Total **) **) **) **) **) **) **) **) **) **)

  • **) belum tersedia

  

5.2.2. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5

Tahun Terakhir

  Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan.

  

Kabupaten Pidie Jaya belum memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang

pelayanan bidang Cipta Karya.

  V -

  2018

  

5.2.3. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta

dalam 5 Tahun Terakhir

  Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-

  

recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar

  hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

  

Belum ada kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dengan pihak swasta maupun

CSR.

  

Tabel 5.8.

Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

  Komponen Skema

Kegiatan Tahun Satuan Volume Nilai (Rp) Ket.

KPS

  Pembiayaan* Pengembangan Air Minum

  • ) **) **) **) **) **) **) **)
  • ) **) **) **) **) **) **) **)

  Pengembangan PPLP

  • ) **) **) **) **) **) **) **)
  • ) **) **) **) **) **) **) **)

  Pengembangan Permukiman

  • ) **) **) **) **) **) **) **)
  • ) **) **) **) **) **) **) **)

  Penataan Bangunan dan Lingkungan

  • ) **) **) **) **) **) **) **)
  • ) **) **) **) **) **) **) **)

  Ket:

  • *) dapat dipilih bentuk KPS berupa BOT/Konsesi/lainnya
    • **) belum tersedia

  V -

  2018

5.3 Alternatif Sumber Pendanaan

  Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

5.3.1. Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

  Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

  Langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut:

  1. Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

  % pertumbuhan = 100% + 100% ∶ 2

  Keterangan: Y = Nilai tahun ini

  • 1

  Y = Nilai 1 tahun sebelumnya Y -2 = nilai 2 tahun sebelumnya

  2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan Rumus proyeksi geometris sebagai berikut:

  Y n = Y (1+r)n Keterangan: Y n = Nilai pada tahun n

  Y = Nilai pada tahun ini r = % pertumbuhan n = tahun ke n (1-5)

  V -

  2018

  3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya

  Net Public Saving Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah

  setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya.

  Rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

  Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) – (Belanja Mengikat + Kewajiban Daerah

Belanja Mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh

Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.

  

Kewajiban Daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan

lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

  Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)

  Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas.Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi

   75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman

   yang ditetapkan oleh Pemerintah; Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman;

   Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib

   memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

  V -

  2018

  Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt ServiceCost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Rumus DSCR adalah sebagai berikut:

  ! "# DSCR

  = $%$% " & ' ( " ) * "

  PAD= Pendapatan Asli Daerah DAU = Dana Alokasi Umum DBH= Dana Bagi Hasil DBHDR = DBH Dana Reboisasi

5.3.2. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah 5 Tahun ke depan

  Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business plan. Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan sesuai jangka waktu RPI2-JM.

  

Kabupaten Pidie Jaya belum memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang

pelayanan bidang Cipta Karya.

  

5.3.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya 5 Tahun ke

depan

  Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta. Daftar proyek potensial tersebut disusun berdasarkan identifikasi usulan program dan kegiatan setiap sektor serta tingkat kelayakan ekonomi dan finansial dari program tersebut.

  V -

  2018

Tabel 5.9 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun ke Depan Biaya Kegiatan Kelayakan Nama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Keterangan (Rp) Finansial

  • ) *) *)

  IRR =…. *)

  • ) *) *) *) *)
  • ) *) *) *) *)

  Ket IRR = Internal Rate of Return

  • *) belum ada kerjasama

  Analisis Tingkat Ketersediaan Dana dan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkatketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, sertadunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

  Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

  Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPI2-JM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut:

  1. Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya.

  2. Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD)

  3. Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah

  4. Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta

5.4. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

  Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam

  V -

  2018

  RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman.

  Strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya meliputi beberapa aspek antara lain:

  1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi;

  2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran;

  3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;

  4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya;

  5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman yang sudah ada;

  6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.

  V -