Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

  B A B

V B A B

V P P E E N N D D A A N N A A A A N N K E R A N G K A S T R A T E G

  I P E M B

I A Y A A N K E R A N G K A S T R A T E G

  I P E M B

I A Y A A N

  I N F R A S T R U K T U R B

  I D A N G C

I P T A K A R Y A

  I N F R A S T R U K T U R B

  I D A N G C

I P T A K A R Y A

  Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Undang-undang nomor 23 Tahun 2014 menyatakan bahwa Sub urusan Pekerjaan Umum yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota (khusus Bidang Cipta Karya) adalah Pengelolaan dan Pengembangan SPAM di Daerah Kabupaten/Kota, Pengembangan sistem dan pengelolaan persampahan dalam daerah kabupaten/kota, Pengelolaan dan pengembangan sistem air limbah domestik dalam daerah kabupaten/kota, pengelolaan dan pengembangan sistem drainase yang terhubung langsung dengan sungai dalam daerah kabupaten/kota, penyelenggaraan infrastruktur pada permukiman di daerah kabupaten/kota, penyelenggaraan bangunan gedung di wilayah daerah kabupaten/kota, termasuk pemberian izin mendirikan bangunan (IMB) dan sertifikat laik fungsi bangunan gedung, penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di daerah kabupaten/kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat.

  Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.

  Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk :

  1. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,

  2. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya, 3. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

  Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

  2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi

  Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan: a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan

  APBD tahun sebelumnya; b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman; d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari: a.

  Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b.

  Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c.

  Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan kewenanangan pemerintah dan dilaksanakan sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

  Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang akan dibahas dalam RPIJM bidang Cipta Karya di Kabupaten Bangka meliputi: 1.

  Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

  Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

  5

  1 P O T E N P E N D A N A A N A P B D 5 ..

  1 .. P O T E N SS

  II P E N D A N A A N A P B D 5 .

  1 . P O T E N S

  I P E N D A N A A N A P B D

  Bagian ini menggambarkan perkembangan APBD Kabupaten Bangka selama 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis adalah struktur APBD Kabupaten Bangka dalam kurun waktu 2009-2013, perkembangan Belanja Langsung dan Tidak Langsung pada kurun waktu tersebut serta perkembangan belanja modal dan perbandingan belanja modal dengan belanja modal bidang Cipta Karya dalam kurun waktu tersebut.

  Perkembangan Anggaran Pendapatan

  Perkembangan Anggaran Pendapatan Kabupaten Bangka dari Tahun 2009- 2013 dapat dilihat pada Tabel dan Grafik di bawah ini.

Tabel 5.1 Anggaran Pendapatan Kabupaten Bangka 2009-2013

  TAHUN PENDAPATAN ASLI DAERAH PENDAPATAN TRANSFER LAIN2 PENDAPATAN YG SAH JUMLAH PENDAPATAN 2009 33.318.940.093,21 447.904.299.705,90 481.223.239.799,11

  6,92% 93,08% 0,00% 100% 2010 35.370.414.886,57 431.065.209.631,51 466.435.624.518,08 7,58% 92,42% 0,00% 100%

  2011 32.896.962.817,68 620.550.230.146,39 6.533.200.000,00 659.980.392.964,07 4,98% 94,03% 0,99% 100% 2012

  56.062.843.649,72 671.598.028.974,43 4.508.416.000,00 732.169.288.624,15 7,66% 91,73% 0,62% 100% 2013 62.977.747.913,19 744.295.825.857,88 3.407.300.000,00 810.680.873.771,07

  7,77% 91,81% 0,42% 100%

Gambar 5.1 Grafik Anggaran Pendapatan Kabupaten Bangka 2009-2013

  Secara garis besar ada tiga komponen pokok yang menjadi sumber pendapatan daerah yaitu 1). Pendapatan Asli Daerah (PAD), 2). Pendapatan Transfer, dan 3). Lain- lain Pendapatan yang Sah.

  Jika dilihat perbandingan anggaran pendapatan dari tahun 2009

  • – 2013 selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya kecuali pada Tahun 2010. Pada tahun 2009, anggaran pendapatan sebesar Rp 481.513.086.079,00 menurun menjadi Rp 466.435.624.518,08 pada tahun 2010 dan selanjutnya terus meningkat pada tahun 2011 menjadi Rp 659.980.392.964,07. Demikian pula halnya pada tahun 2012 dan 2013 meningkat dari Rp 732.169.288.624,15 menjadi Rp 810.680.873.771,07. Secara keseluruhan, dari tahun 2009 sampai dengan 2013 terjadi peningkatan anggaran pendapatan sebesar 68,46 %.

  Hal ini tentu merupakan suatu pencapaian yang positif dan harus dipertahankan ke depan, sehingga tiga atau empat tahun lagi anggaran pendapatan diharapkan dapat mencapai angka satu trilyun rupiah.

  Realisasi kontribusi atau sumbangan PAD terhadap total pendapatan APBD dari tahun anggaran 2009-2013 berfluktuasi, namun secara umum mengalami peningkatan baik nominal maupun persentase, yaitu Rp.33.318.940.093,21 pada tahun 2009 dengan kontribusi 6,92%, dan menjadi Rp.62.977.747.913,19 pada tahun 2013 dengan kontribusi 7,77%.

  Realisasi kontribusi pendapatan terbesar tetap berasal dari Pendapatan transfer, yaitu 93,08% dengan nilai nominal Rp.447.904.299.705,90 pada tahun 2009 dan sedikit mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu 91,81% namun nilai nominalnya mengalami peningkatan dibanding tahun 2009 yaitu Rp.744.295.825.857,88.

  Trend ini ke depan diharapkan terus meningkat yaitu kontribusi Pendapatan Transfer terhadap total pendapatan akan semakin kecil dan kontribusi PAD akan semakin besar, sehingga tingkat kemandirian dalam pengelolaan keuangan daerah semakin baik.

  Dengan semakin meningkatnya kontribusi PAD dalam membentuk struktur APBD Kabupaten Bangka diharapkan dapat meningkatkan jumlah anggaran APBD dalam pembangunan sarana prasarana bidang cipta karya.

  Pada tabel di bawah dapat dilihat berfluktuasinya besaran belanja modal terhadap seluruh belanja dari tahun 2009-2013. Pada tahun 2009 anggaran APBD untuk belanja modal sebesar Rp. 176.765.100.675,- atau 28,43% dari total belanja APBD sebesar Rp. 621.731.284.653,07. Pada Tahun 2010 besaran belanja modal menurun terhadap total belanja APBD sebesar 34,30% yaitu hanya mencapai 19,53% atau sebesar Rp. 116.132.142.700,- Pada tahun 2011 kondisi ini semakin menurun yang kemudian naik pada tahun 2012. Namun pada Tahun 2013 kembali besaran belanja modal mengalami penurunan. Penurunan besaran belanja modal ini agak berbeda dengan kondisi besaran belanja pembangunan bidang cipta karya terhadap besaran belanja modal. Perkembangan belanja bidang cipta karya juga menurun hingga tahun 2011 tetapi pada tahun 2012 dan 2013 kembali meningkat. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel 5.2 Perkembangan Belanja, Belanja Modal dan Belanja Bidang Cipta Karya

  

Dalam APBD Kabupaten Bangka Tahun 2009-2013

  2009 621.731.284.653,07 176.765.100.675,00 47.843.186.662,52 2010 594.727.434.056,35 116.132.142.700,00 23.017.545.731,00 2011 621.112.724.751,24 95.521.971.000,00 16.021.143.405,61 2012 822.308.201.676,85 184.153.482.016,00 30.472.349.061,33 2013 930.078.948.927,57 182.786.951.350,00 42.405.827.000,00

Gambar 5.2 Grafik Perkembangan Belanja, Belanja Modal dan Belanja Bidang Cipta Karya

  

Dalam APBD Kabupaten Bangka Tahun 2009-2013 Berdasarkan trend peningkatan besaran anggaran APBD untuk belanja modal bidang cipta karya selama 5 tahun terakhir dan tidak lepas dari RPJMD Kabupaten Bangka 2014-2018 serta RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030, Strategi Sanitasi Kabupaten Bangka 2013-2017, Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kabupaten Bangka, Masterplan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Kabupaten Bangka maka dapat disusun potensi APBD Kabupaten Bangka dalam membiayai pembangunan bidang cipta karya seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.3 Proyeksi Pendanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  SEKTOR

Dalam APBD Kabupaten Bangka Tahun 2014-2018

TH 2014 TH 2015 TH 2016 TH 2017 TH 2018 PROYEKSI

  1 2 3 4 5 6 3.690.000.000

  • Pengembangan Kawasan 4.300.000.000 5.600.000.000 8.100.000.000 Permukiman
  • Penataan Bangunan dan 2.425.686 .000 4.701.805.000 2.258.398 .000 1.462.158 .000 Lingku
  • Pengembangan SPAM 2.123.650 .000 735.000 .000 Pengembangan PLP - 19.905.000 .000 20.417.000 .000 - -

    Total Belanja APBD Bidang 8.239.336.000 9.001.805.000 7.858.398.000 30.202.158.000 20.417.000 .000

    Cipta Karya Total Belanja APBD 621.731.284.653 594.727.434.056 621.112.724.751 822.308.201.677 930.078.948.928

  5

  2 P n P n d n n A P B N 5 .. 2 .. P oo tt ee n ss ii P ee n d aa n aa aa n A P B N 5 .

  2 . P o t e n s i P e n d a n a a n A P B N

  Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di Kabupaten Bangka yang bersumber dari APBN. Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi Standar Pelayanan Minimal. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

  Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK). DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

  Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat.

  Besarnya alokasi DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan, Badan Perencanaan Pembangunan dan Kementerian teknis berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

  Untuk melihat perkembangan kontribusi APBN dalam pembangunan bidang cipta karya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.4 Perkembangan Belanja Pembangunan Bidang Cipta Karya

  SEKTOR

Per Sektor melalui APBN di Kabupaten Bangka Tahun 2009-2013

2009 2010 2011 2012 2013 REALISASI Pengembangan 1.239.506.857 5.545.373.018 2.835.325.282 6.148.573.232 5.742.847.500 Kawasan Permukiman Penataan Bangunan

  4.594.084.146 595.136.034 807.344.580 8.445.392.000

  • dan Lingkungan 528.724.005 2.407.775.716 7.262.815.364 2.947.738.023 1.597.090.000 Pengembangan SPAM 528.724.005 4.483.575.501 578.172.049 664.195.860 1.541.680.000 Pengembangan PLP Total Belanja APBN

  6.891.039.012 13.031.860.269 10.676.312.694 10.567.851.695 17.327.009.500 Bidang Cipta Karya 621.731.284.653 594.727.434.056 621.112.724.751 822.308.201.677 930.078.948.928 Total Belanja APBD

Gambar 5.3 Grafik Perkembangan Belanja Bidang Cipta Karya

  

melalui APBN di Kabupaten Bangka Tahun 2009-2013

  Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat fluktuasi perkembangan belanja bidang cipta karya yang berasal dari APBN selama 5 tahun.

  5

  3 A n u m b P n d n n 5 .. 3 .. A ll tt ee rr n aa tt ii ff SS u m b ee rr P ee n d aa n aa aa n 5 .

  3 . A l t e r n a t i f S u m b e r P e n d a n a a n

  Setelah melihat gambaran tentang kemampuan keuangan daerah dan APBN dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun terakhir maka dibutuhkan alternatif rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta untuk membiayai pembangunan bidang cipta karya dalam lima tahun ke depan agar target yang ingin dicapai dapat diwujudkan.

  Corporate Social Responsibility (CSR) Suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa

tanggung jawab perusahaan terhadap social maupun lingkungan sekitar dimana

perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sekitar. Sehingga dapat dijadikan alternatif sumber

  pendanaan lain untuk pembangunan bidang cipta karya yaitu melalui CSR perusahaan yang berlokasi di Kabupaten Bangka. Kegiatan yang biasa dilaksanakan melalui sumber pendanaan CSR ini adalah pembangunan musholla, mesjid, pembangunan MCK umum, penambahan Sambungan Rymah untuk sanitasi maupun air minum.

  Pinjaman Daerah

  Strategi lain yang dapat dilakukian dalam meningkatkan pembiayaan pembangunan bidang cipta karya adalah melalui pinjaman daerah. Dilakukan melalui perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun- tahun sebelumnya.

  Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).

  

Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah

  setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya.

  Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

  Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.

  Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; b.

  Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

  c.

  Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman. d.

  Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

  Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service

  

Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5.

  DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah.

  Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

  Kabupaten Bangka memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business plan.

  Berdasarkan Masterplan Sistem Penyediaan Air Minum/Air Bersih Kabupaten Bangka, rekomendasi pola investasi dan skema pendanaan dalam pengembangan SPAM di Kabupaten Bangka: Pola investasi dapat dibagi ke dalam pola investasi:  Jangka pendek/mendesak (1-2 tahun awal perencanaan);  Jangka menengah (s/d 5 tahun perencanaan); dan  Jangka Panjang (s/d 15 tahun atau perencanaan)

  Sumber pendanaan pengembangan SPAM dapat dikelompokkan ke dalam:  Pengembangan SPAM di unit air baku sumber pendanaannya dari APBN SDA  Pengembangan SPAM di unit produksi sumber pendanaannya dari APBN CK  Pengembanagn SPAM di unit distribusi sumber pendanaannya dari APBD Provinsi, APBD Kabupaten Bangka, dan atau swadaya.

   Pengembangan infrastruktur SPAM dapat bersumber dari swasta dengan pola kerja sama pemerintah swasta (KPS) sesuai ketentuan dalam Perpres 67/2005.

  Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya

  Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta.

  5

  4 P n n n n B d n C p K 5 .. 4 .. SS tt rr aa tt ee gg ii P ee n ii n gg kk aa tt aa n

  II n vv ee ss tt aa ss ii B ii d aa n gg C ii p tt aa K aa rr yy aa 5 .

  4 . S t r a t e g i P e n i n g k a t a n I n v e s t a s i B i d a n g C i p t a K a r y a

  Secara garis besar sumber dana yang dipakai untuk pembiayaan pembangunan dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu : sumber dana yang berasal dari pemerintah yang terdiri dari Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi (APBD-Prov) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten (APBD-Kab), APBD Desa (APB-Des) serta sumber dana yang berasal dari peran serta swasta (CSR) /masyarakat.

  Sebagian besar dana yang di pakai untuk pembangunan prasarana perkotaan berasal dari APBN, APBD kabupaten dan APBDes dan diindikasikan sumber yang berasal dari peran serta masyarakat. Untuk proyek prasarana perkotaan yang bersifat

direct cost recovery sumber tersebut mempunyai potensi untuk membiayai sendiri.

Artinya biaya investasi dan oprasional dapat dibiayai langsung dari hasil penerimaan pelayanan jasa fasilitas perkotaan.

  Penyusunan rencana pendanaan program pada dasarnya merupakan iterasi antara sumber dana yang tersedia dengan perkiraan kebutuhan. Mengingat bahwa pendanaan program dalam program jangka menengah ini pada dasarnya merupakan tanggungjawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Apabila terjadi bahwa kemampuan sumber dana yang ada di pemerintah daerah tersebut lebih besar dari pada kebutuhan, maka program dapat dilaksanakan, akan tetapi jika sebaliknya bahwa kebutuhan lebih besar dari pada kemampuan sumber dana, maka perlu dicari alternatif pemecahannya, antara lain dapat dilakukan sebagai berikut:

   Menyusun prioritas usulan program, sehingga sumber dana yang tersedia cukup untuk membiayainya.

   Mencari sumber dana lainnya, berarti perlu menggali sumber dana yang berasal dari APBD kabupaten/kota, misalnya mengusulkan kepada pemerintah daerah propinsi, mengusulkan kepada pemerintah pusat melalui APBN Kementerian Teknis terkait dan Dana Alokasi Khusus, dan atau menggali sumber-sumber dana swasta dan masyarakat serta bantuan pihak ketiga sesuai dengan kondisi yang ada.

  Untuk lebih jelas, maka berikut ini akan diberikan gambaran mengenai tanggungjawab pendanaan untuk masing-masing prasarana dan sarana/komponen :

  1. Penyediaan Air Bersih

  Penyediaan air bersih pada dasarnya merupakan tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota/PDAM dan masyarakat sendiri. Tugas pemerintah pusat adalah memberikan bimbingan dan pembinaan teknis kepada daerah melalui penyuluhan, pemberian bantuan teknis, pengendalian, pemberian pedoman dan standar teknis serta bantuan proyek sampai tingkat “kebutuhan dasar” (unit produksi sampai dengan 30% dari biaya proyek). Bantuan kepada pemerintah daerah diberikan atas dasar prinsip pemerataan dengan ketentuan bahwa pemerintah daerah menetapkan tingkat pelayanan yang dibutuhkan, tetapi bila tidak tunjukan pada tingkat pelayanaan yang lebih tinggi dari kebutuhan dasar, pemerintah daerah harus membiayainya sendiri.

  2. Pengelolaan Air Limbah

  Pembuangan sarana air limbah domestik pada dasarnya merupakan tanggung jawab pemerintah daerah serta masyarakat, khususnya untuk pembanguna jamban-jamban pribadi, dalam hal ini pemerintah daerah bertugas untuk memberikan bimbingan teknis, penyususnan program dan pembinaan pada masyarakat yang memerlukan. Pemerintah pusat dapat memberikan pembiaan teknis kepada pemerintah daerah kabupaten/kota melalui program atau perintisan, bantuan penyuluhan dan pemberian pedoman teknis. Bantuan program perintisan terutama ditujukan kepada pembangunan sarana air limbah yang sifatnya terpusat, dan melayani jumlah penduduk yang besar dan permasalahan yang kompleks.

  3. Pengelolaan Persampahan

  Penanganan persampahan di kabupaten pada dasarnya merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten atau kota beserta peran swasta/masyarakat. Pemerintah pusat dapat memberikan pembiayaan teknis melalui bantuan proyek perintisan, penyuluhan maupun pemberian pedoman teknis. Bantuan proyek perintisan merupakan stimulan bagi pemerintah daerah sebagai usaha untuk meningkatkan pelayanan persampahan, perbaikan teknologi serta peningkatan manajemen persampahan.

  4. Penanganan Drainase

  Pembuangan drainase pada dasarnya merupakan tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota serta masyarakat sendiri, tergantung pada klasifikasi jenis saluran yang ditangani.untuk sungai atau saluran dengan fungsi utama sebagai pematus (drainase) kota menjadi tugas, wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah/kota di bawah pembinaan pusat. Sedangkan sungai atau saluran dengan fungsi utama sebagai pengendali banjir menjadi pengendali tanggung jawab pusat. Kemudian untuk sistem drainase utama yang merupakan jaringan saluran drainase perkotaan dan kepentingan sebagian besar masyarakat, pengurasan serta pengelolaannya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

  5. Pengembangan Pemukiman, Tata Bangunan dan lingkungan.

  Pembiayaan program Pengembangan Pemukiman, Tata Bangunan dan lingkungan pada dasarnya merupakan tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota serta masyarakat sendiri, khususnya untuk kawasan pemukiman dan tata bangunan. Untuk pendanaan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

  Komponen yang diusulkan dalam program investasi jangka menengah setiap kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yaitu : air bersih, air limbah, persampahan, drainase, pengembangan permukiman serta tata bangunan dan lingkungan. Asumsi umum yang digunakan untuk menyusun rencana pendanaan tersebut tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

  1) Biaya kotingensi fisik untuk pekerjaan sipil pada pengadaan barang dan peralatan sebesar 10%, sedangkan untuk pembebasan tanah sebesaar 5%.

  2) Laju perkembangan inflasi sebesar 20% pada tahun anggaran 2008 dan seterusnya 10% pertahun.

  3) Pajak pertambahan nilai (PPn) sebesar 10%. Dasar penentuan sumber pendanaan adalah :

  1) Tanggung jawab dan kewenangan prasarana yang akan di bangun. 2) Asas penerima manfaat. 3)

  Arahan daerah program terkait Sedangkan kriteria penetapan besarnya dana untuk masing-masing sumber adalah:

  1) Berdasarkan tanggung jawab pada tingkat pemerintah dan sasaran strategis pembangunan setiap tingkatan pemerintah tersebut.

  2) Berdasarkan proporsi manfaat dari adanya proyek yang dinikmati oleh penerima manfaat.

  Pembiayaan pembangunan bidang cipta karya Kabupaten Bangka dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan APBDes.

  1. Peningkatan Dana Daerah Untuk urusan Bersama (DDUB) Pemerintah Kabupaten Bangka memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah Kabupaten Bangka dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di Kabupaten Bangka. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah Kabupaten Bangka dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.

  Peningkatan penerimaan daerah dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah yang kemudian diiringi pemanfaatan anggaran secara efektiv dan efisien untuk mencapai target pembangunan yang sudah ditetapkan.

  3. Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah Dilakukan melalui pengembangan manajemen dan perluasan pelayanan Air minum yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Bangka.

  4. Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Pembiayaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Dilakukan melalui peningkatan kerjasama pemerintah dengan perusahaan (CSR) yang dikoordinasikan oleh forum CSR Kabupaten Bangka 5.

  Pendanaan untuk Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman yang sudah ada yang dilaksanakan melalui APBD Kabupaten Bangka 6. Pengembangan Infrastruktur skala regional melalui anggaran APBD

  Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

  7. APBN Dana yang berasal dari APBN biasanya merupakan dana yang digunakan untuk program/kegiatan yang dilakukan oleh kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat melalui kegiatan yang berhubungan dengan Direktorat Jenderal cipta karya) di Kabupaten Bangka maupun kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kualitas lingkungan.

  8. Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Alokasi Khusus adalah bantuan transfer pemerintah untuk melaksanakan tugas dan target pemerintah di daerah merupakan dana tambahan untuk pelaksanaan program pengembangan.

  9. Peran serta swasta / Masyarakat, dilakukan melalui peran serta masyarakat dalam gotong royong bersama terutama untuk pembangunan jamban, pemasangan sambungan rumah sanitasi lingkungan dan air minum baik yang dikoordinasikan oleh BUMDES maupun dari lembaga-lembaga desa lainnya.