Peran Manajerial Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Budaya Mutu Pendidikan (Studi Kasus di MAN 2 Ponorogo) - Electronic theses of IAIN Ponorogo

   

PERAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN

BUDAYA MUTU PENDIDIKAN

  

(StudiKasus di Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo)

SKRIPSI

OLEH

FARIHA NUR LAILI

  

NIM : 210314168

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) PONOROGO

JULI 2018

    PERAN N MANAJE (Studi

  nKepada egeri (IAIN lah Satu Per an Program

  o

  I MA ISLAM U KEGURU NEGERI ENINGKA rogo)

  N) Ponorogo rsyaratan Sarjana m

  IKAN eri 2 Ponor

  UR LAILI 0314168 KAN AGAM DAN ILMU A ISLAM N NOROGO 2018 ALAM ME

  Agama Islam

  IPSI

  In

  FARIHA N NIM: 210 PENDIDIK ARBIYAH D UT AGAMA (IAIN) PON JULI KOLAH DA U PENDIDI Aliyah Neg

  Diajukan ma Islam Ne menuhi Sal enyelesaika endidikan A

  INSTITU ( PALA SEK YA MUTU Madrasah A SKRI

  F URUSAN P ULTAS TA

  DalamM Pe

  nstitut Agam UntukMe

  JU FAKU ERIAL KEP BUDAY iKasus di M

  M UAN TKAN

  

 

  

 

    ABSTRAK

  Nur Laili, Fariha. 2018. Peran Manajerial Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Budaya Mutu Pendidikan.(Studi Kasus di Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo).

  Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. Muhammad Thoyib, M.Pd.

  Kata Kunci : Peran Manajerial Kepala Sekolah, Budaya Mutu Pendidikan

  Penelitian dilatar belakangi oleh fakta bahwa MAN 2 Ponorogo semakin diminati calon peserta didik yang baru lulus dari SMP atau MTs dan sampai sekarang kuota penerimaan siswa baru selama empat tahun terakhir masih dibatasi, dan ada berbagai macam program unggulan yang disajikan oleh sekolah ini kepada peserta didik untuk meningkatkan budaya mutu pendidikan. Penelitian bertempat di MAN 2 Ponorogo dengan tujuan menganalisis dan mendeskripsikan (1) kepala madrasah menyusun program dalam meningkatkan budaya mutu pendidikan di MAN 2 Ponorogo. (2) kepala madrasah melaksanakan program dalam meningkatkan budaya mutu pendidikan di MAN 2 Ponorogo. (3) kepala madrasah mengevaluasi program dalam meningkatkan budaya mutu pendidikan di MAN 2 Ponorogo.

  Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat studi kasus. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.

  Hasil penelitian ini menunjukan (1) Penyusunan program pengembangan budaya mutu pendidikan di MAN 2 Ponorogo disusun setiap 4 tahun sekali dalam RKM dan RKTM setiap 1 tahun sekali yang dikoordinir langsung oleh kepala madrasah. Untuk meningkatkan budaya mutu pendidikan yang lainnya, di MAN 2 Ponorogo juga menerapkan layanan PDCI atau Akselerasi, layanan Bina Prestasi, dan layanan Regular yang juga merupakan bagian dari budaya mutu pendidikan yang telah berkembang dengan baik disana. (2) Pelaksanaan program peningkatan budaya mutu di MAN 2 Ponorogo diawali oleh kepala sekolah, planing dengan mekanisme, pengorganisasian dan pembagian tugas-tugas kepada orang-orang yang berkompeten terkait dengan peningkatan mutu. Bagian yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program-program peningkatan budaya mutu pendidikan di MAN 2 Ponorogo dimana penanggung jawab utamanya adalah Kepala Madrasah, dengan dibantu oleh Wakil Kepala Madrasah, untuk Kegiatan Belajar Mengajar yaitu Waka Kurikulum, serta untuk sarana dan prasarana itu bagian Waka Sarana dan Prasarana. (3) Pengevaluasian program peningkatan budaya mutu pendidikan di MAN 2 Ponorogo dipimpin dan dikoordinir oleh kepala madrasah pada setiap akhir semester genap atau sebelum tahun ajaran baru, yang diberi nama Evaluasi Diri Madrasah (EDM). Model evaluasi tersebut dilaksanakan untuk mempertimbangkan kiprah output di masyarakat atau dipendidikan lanjutan.

   

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan sesuai

  dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk dapat menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi begitu pesat. Bersamaandenganitu, bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada fenomena sangat dramatis, yakni rendahnya daya saing sebagai indikator bahwa pendidikan belum mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Padahal sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (Sisdiknas, Pasal 3), berikut ini: Pendidikan

  nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

  Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, dalam tatanan mikro pendidikan harus mampu menghasilkan SDM berkualitas dan profesional sesuai dengan tujuan pendidikan

  1 yang tercantum dalam Sisdiknas Pasal 3 diatas.

  Guru merupakankomponen paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan

                                                               1 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Rosda, 2007), 4.

  

1

 

  2    

  apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Menyadari hal itu, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan standar kompetensi dan sertifikasi guru, antara lain dengan disahkannya undang-undang guru dan dosen yang ditindaklanjuti dengan pengembangan rancangan peraturan pemerintah tentang guru dan dosen yang kesemuanya itu bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme dan kompetensi

  2 guru.

  Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen; dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru profesional harus memiliki syarat kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1/D-IV dan memiliki empat kompetensi utama yakni: kompetensi pedagogis,

  3 kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

  Masyarakat dan para ahli pendidikan banyak yang mensinyalir bahwa mutu pendidikan dewasa ini belum seperti yang diharapkan. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh guru yang belum atau tidak bekerja dengan sungguh- sungguh, serta dikarenakan kemampuan profesional guru yang memang kurang berkompeten. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kompetensi

                                                               2 3 Ibid., 6.

  Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya (Jakarta: Indeks, 2011), 3.

  

 

  3    

  guru, salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi guru dapat melalui peran

  4 manajemen dari kepala sekolah.

  Kepalasekolahmerupakansalah satu elemen pokok pendidikan yang paling bertanggung jawab dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Terdapat hubungan erat antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin, iklim budaya sekolah, dan perilaku peserta didik.5 Melihat hal tersebut, kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pendidikan secara terarah, berencana, dan berkesinambungan menetapkan kebijakan-kebijakan yang dianggap dapat meningkatkan mutu pendidikan. Menurut W. Edward Deming dikutip dari Syafaruddin 80% masalah mutu lebih disebabkan oleh manajemen, dan sisanya 20% oleh

  6 Sumber Daya Manusia (SDM). Pendapat ini menjadi dasar perlunya

  dilakukan analisis terhadap manajemen kepala sekolah dalam memberdayakan potensi sumber daya yang ada di sekolah sebagai umpan balik untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan yang ada, sehingga dapat dilakukan pembenahan dan peningkatan yang dianggap perlu. Hasil penelitian seperti ini dapat mengoptimalkan peran, fungsi dan kompetensikepalasekolahdalamrangkapeningkatanmutupendidikan di sekolahdankompetensi guru disekolahtersebut.

                                                               4 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 202-203. 5 E. Mulyas a, Menjadi Kepala Sekolah Profesional; Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2005), 24. 6 Syafaruddin A lwi, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi Keunggulan Kompetitif (Yogyakarta: BPFE, 2001), 197.

   

  4    

  Kepemimpinan kepalasekolahharus mampu memobilisasi sumber daya sekolah, dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi program sekolah, pengembangan kurikulum, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan prasarana, sumber keuangan, pelayanan siswa, hubungan sekolah dan masyarakat dan penciptaan iklim sekolah.

  Seorangkepalasekolahharus memiliki visi misi dan strategi manajemen yang mana nantinya berperansangatpentingdalammeningkatkanmutupendidikan di sekolah, khususnyadalammeningkatkankompetensi guru-guru di sekolah.Kepalasekolahsebagaiseorang manajer di lembaga pendidikan harus memiliki tiga kecerdasan pokok, yaitu kecerdasan profesional, kecerdasan personal, dan kecerdasan manajerial agar dapat bekerja sama dan

  7

  mengerjakan sesuatu dengan orang lain. Dengan kemampuan manajemen kepala sekolah yang profesional diharapkan dapat menyusun program sekolah yang efektif, menciptakan iklim sekolah kondusif dan dapat membimbing serta meningkatkan kompetensi guru.

  Secaraumumuntukmeningkatkan mutu sekolah untuk mencapai standar kompetensi harus ditunjang oleh banyak pendukung. Diantaranya adalah kepala sekolah dan guru profesional merupakan salah satu input sekolah yang memiliki tugas dan fungsi yang sangat berpengaruh pada berlangsungnya proses pendidikan.

                                                               7 Abd. Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 115.

   

  5    

  Kepalasekolahsebagaimanajer sudah saatnya mengoptimalkan mutu kegiatan pembelajaran untuk memenuhi harapan pelanggan pendidikan.

  Sekolah berfungsi untuk membina sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif, sehingga kelulusannya memenuhi kebutuhan masyarakat, baik pasar tenaga kerja sektor formal maupun sektor informal. Para manajerpendidikan di tuntutmencaridanmenerapkansuatustrategimanajemenbaru yang dapatmendorongperbaikanmutusekolah.

  MAN 2 Ponorogoterletak di Kabupaten Ponorogo berada di lingkungan perkotaan, di seberang sebelah utara jalan terdapat pabrik es balok, di sebelah timur jalan berdekatan dengan Sekolah Menengah Kejuruan PGRI 2, di depannya berderet Kios Bunga, dan sebelah selatan terdapat Taman Kota yang disebut Taman Sukowati. Lingkungan MAN 2 Ponorogo adalah lingkungan yang sejuk, rindang dan asri, ini dikarenakan banyaknya tanaman yang tumbuh subur dan besar dihalaman depan dan tengah, belum lagi banyak tanaman yang menghiasi setiap sudut dan depan setiap ruangan dan kelas, baik dari tanaman hias, tanaman toga, tanaman sayur mayurnya. Kondisi tersebut mampu menciptakan kondisi yang nyaman, sejuk, sehingga warga MAN 2 Ponorogo mampu mengeksplorasikan diri, baik bagi siswa dalam belajar maupun bagi guru dan karyawan dalam bekerja. Yang menjadi ciri khas Madrasah Aliyah Negeri(MAN) 2 Ponorogoadalah (RUBI) yaituReligiusUnggulBerbudayadanIntegritas,di MAN2 Ponorogosuasana Religiussangat keliatan sekali yakni diawal masuk kelas selalu dikumandangkan ayat-ayat suci Al-Quran dilanjutkanAsmaulHusna,

   

  6    

  dilaksanakansholatDhuhadiwaktuistirahatpertama,dhuhurberjamaah,ngajikitab kuning,majelistaklim,ungguldalamsegalakegiatan,sertaberbudayalingkungan yang sejuk dan asri dengan dibudidayakan tumbuhan-tumbuhan atau tanaman dengan sistem Hidroponik yang dipelihara oleh setiap siswa di MAN 2 Ponorogo,dan integritas yakni bersatupadu semua kegiatan tersebut untuk mewujudkan MAN 2 Ponorogosebagai madrasah Adiwiyata Nasional.Program Adiwiyata di MAN 2 Ponorogo di awalipadatahun2014 danberhasilmendapatkanpenghargaanAdiwiyata Tingkat Kabupatensekaligus

  8 Nominator Adiwiyata Tingkat Provinsi.

  Di MAN 2 Ponorogo ini sudah ada 3 layanan: Yang pertama, layanan 2 tahun yang dikenal dengan akselerasi atau sekarang lebih dikenal dengan PDCI. Untuk layanan ini ada syarat-syarat tertentu. Layanan ini memberikan fasilitas untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa dibidang akademis yaitu peserta didik yang memiliki IQ tinggi. Peserta didik ini diberikan kesempatan untuk menempuh mata pelajaran dengan beban lebih banyak, yang diharapkan akan menyelesaikan seluruh mata pelajaran dalam 4 (empat) semester atau 2 (dua) tahun. Yang kedua, layanan Bina Prestasi yang biasa disebut dengan BinPres. Layanan ini di program atau dirancang untuk peserta didik yang berprestasi dan siap dikirim jika ada universitas atau perguruan tinggi sedang mengadakan olimpiade. Dulu BinPres hanya memiliki satu jurusan yaitu IPA tetapi sekarang sudah ada untuk jurusan IPS

                                                               8 (http://manduaponorogo.sch.id/profile.html, diakses 05 Maret 2014)

   

  7     dikarenakan olimpiade-olimpiade yang diadakan itu tidak hanya IPA saja.

  9 Yang ketiga, Layanan Regular memiliki jurusan IPA, IPS, dan Agama.

  Dari ketiga program pendidikan yang ada di MAN 2 Ponorogo ini tentu dalam proses pembelajarannya berbeda karena tingkat kecerdasan mereka juga berbeda, tetapi yang sama itu kebiasaan yang sudah berjalan sangat lama dan sudah seperti budaya yang harus terus dilestarikan yaitu:

  Sebelum masuk kelas bapak/ibu guru memberikan waktu 15 menit pada semua siswa/siswinya untuk membaca ayat-ayat suci Al-Quran lalu dilanjutkan membaca Asmaul Husna secara bersama-sama, pada waktu istirahat pertama siswa/siswi juga diharuskan melaksanakan sholat dhuha berjama’ah, sholat dhuhur pun dilaksanakan secara berjama’ah dan dilanjut dengan ceramah yang diisi oleh guru-guru MAN 2 Ponorogo secara bergantian, pada hari minggu kelas X dan XI diwajibkan mengikuti ngaji kitab kuning sesuai dengan jadwal yang ada, dan bagi siswa/siswi kelas XII yang ingin mengambil ijasah diwajibkan menyelesaikan hafalan ayat-ayat Al- Qur’an yang sudah dibagikan dalam bentuk buku dan diberi nama “buku monitoring” jika sudah menyelesaikan hafalan siswa/siswi tersebut akan

  10 mendapatkan tanda tangan dan baru boleh mengambil ijasahnya.

  Maka, peran manajer dalam hal ini adalah kepala sekolah sangat dituntut untuk senantiasa mampu dan bisa mengembangan sekolah. Baik, dari penyiapan profesionalisme tenaga kepndidikan, penyediaan sarana dan

                                                               9 10 Lihat pada transkip wawancara dalam lampiran penelitian ini, Kode: 20/W/11-04/2018.  

Lihat pada transkip observasi dalam lampiran penelitian ini, Kode: 02/O/21-04/2018.  

 

  8    

  prasana sampai dengan kepuasaan pelayanan sekolah terhadap pelanggan sekolah. Ini bukanlah pekerjaan mudah bagi seorang kepala sekolah yang dituntut untuk menjadi seorang manajer. Karenakepalasekolahsenantiasadituntut dengan profesinal dan kompetensi kinerja sebagai seorang manajer. Karena, apapun kinerja kepala sekolah tidak terlepas dari pantauan dan penilaian dari semua pihak. Begitukompleksnyakerjadanruanglingkuptugaskepalasekolahdandiiukutiperke mbangan yang dialamiolehMAN 2 Ponorogo, makapenulismerasaperlumenelitiperanmanajerialkepala sekolah dalammeningkatkanbudaya mutupendidikandankompetensi guru di MAN 2 Ponorogo. Dengan demikian pendidikan yang bermutu tidak hanya dilihat dari kualitas lulusannya, tetapi mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang berlaku. Pelanggandalamhaliniadalahpelanggan internal (Pendidik) sertaeksternal(Pesertadidik,orangtua, danmasyarakat).

  Berpijak dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang manajemen kepala kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di MAN 2 Ponorogo ke dalam Skripsi dengan judul “Peran Manajerial Kepala Madrasahdalam Meningkatkan Budaya

  Mutu Pendidikandi MAN 2 Ponorogo”.

   

  9    

    B.

   Fokus Penelitian

  Untukmembatasipermasalahan yang akanditeliti, makapenelitimemfokuskanpenelitianinipadamasalah peran manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan budaya mutu pendidikan di MAN 2 Ponorogo.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkanuraiandarilatarbelakang di atas, makadapatdirumuskanmasalah-masalahnyaantara lain:

  1. Bagaimana kepala madrasah menyusun program dalam meningkatkan budaya mutu pendidikan di MAN 2 Ponorogo?

  2. Bagaimana kepala madrasah melaksanakan program dalam meningkatkan budaya mutu pendidikan di MAN 2 Ponorogo?

  3. Bagaimana kepala madrasah mengevaluasi program dalam meningkatkan budaya mutu pendidikan di MAN 2 Ponorogo?

  D. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mendeskripsikan kepala madrasah menyusun program dalam meningkatkan budaya mutu pendidikan di MAN 2 Ponorogo.

2. Untuk mendeskripsikan kepala madrasah melaksanakan program dalam meningkatkan budaya mutu pendidikan di MAN 2 Ponorogo.

  3. Untuk mendeskripsikan kepala madrasah mengevaluasi program dalam meningkatkan budaya mutu pendidikan di MAN 2 Ponorogo

  10     E.

   Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat mmberikan manfaat baik bersifat teoritis dan praktis.

  1. Manfaat teoritis Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan peran manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan budaya mutu pendidikan di MAN 2 Ponorogo untuk menciptakan lulusan yang cerdas, berakhlak mulia, memahami agama, dan dapat berguna untuk lingkungan masyarakat yang ada disekitarnya.

  2. Manfaat praktis a.

  Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu kepala sekolah untuk lebih meningkatkan budaya mutu pendidikan yang sudah ada dan sudah menjadi kebiasaan sejak dahulu di MAN 2 Ponorogo.

  b.

  Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong guru untuk membantu dalam mengembangkan dan membimbing siswa/siswinya dalam meningkatkan budaya mutu pendidikan yang ada di MAN 2 Ponorogo agar nantinya dapat menjadi lulusan yang kompeten.

  c.

  Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah semangat siswa untuk tetap menjalankan kebiasaan-kebiasaan atau RUBI (Religius

  Unggul Berbudaya Integritas)

  yang sudah ada di MAN 2 Ponorogo,

  

 

  11    

  agar ketika lulus bisa menjadi lulusan yang berguna untuk lingkungan masyarakat.

  d.

  Bagi Peneliti Dapat memberikan pengalaman yang berharga, dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan peran manajerial kepala sekolah di MAN 2 Ponorogo.

F. Sistematika Pembahasan

  Untuk mendapatkan susunan yang secara sistematis dan mudah difahami oleh pembaca maupun peneliti, maka dalam penyusunan penulisan skripsi ini membagi menjadi enam bab, antara bab satu dengan bab yang lain saling mengait, sehingga merupakan satu kebulatan yang tidak bisa dipisahkan. Yang dimaksud kebulatan disini adalah masing-masing bab dan subbab masih mengarah kepada satu pembahasan yang sesuai dengan judul skripsi ini, maksudnya tidak mengalami penyimpangan dari apa yang dimaksud dalam masalah tersebut. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

  BAB I : merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

  BAB II : merupakan kajian teori yang berisi tentang deskripsi teori, dan konsep yang berkaitan dengan judul skrpsi ini, diantaranya teori peran manajerial kepala sekolah, budaya mutu,dan kompetensi guru.

  BAB III : berisi tentang metode penelitian yang akan digunakan, dan menjelaskan cara-cara mendalam pengumpulan data.

  

 

  12    

  BAB IV :merupakan gambaran umum atau profil MAN 2 Ponorogo yang terdiri dari beberapa hal diantaranya adalah letak dan keadaan geografis, sejarah singkat dan perkembangannya, visi dan misi sekolah, kondisi objektif MAN 2 Ponorogo, struktur organisasi, keadaan guru, pegawai, siswa, sarana prasarana, ekstrakurikuler dan sebagainya.

  BAB V : merupakan hasil pembahasan yang memuat hasil penelitian dan analisis yang menjawab rumusan masalah. Bab ini berisi tiga sub bab yang terdiri dari peran manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan budaya mutu pendidikan, dan analisis faktor pendukung dan faktor penghambat peran manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan budaya mutu dan kompetensi guru di MAN 2 Ponorogo.

  BAB VI : berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran yang terkait dengan penelitian di MAN 2 Ponorogo. Kemudian sebagai pelengkap peneliti akan mencantumkan pula daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

  

 

   

BAB II TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu Proposal ini berangkat dari telaah pustaka dari kajian penelitian terdahulu. Adapun penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu: 1. Nama: Binti Ila Rahamah, Program Studi: Pendidikan Agama Islam, Jurusan: Tarbiyah, Tahun: 2015. Judul Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Melalui Penerapan Tata Tertib Murid

  (Studi Kasus di MI Ma’arif Patihan Wetan Babadan Ponorogo). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Pertama, tugas kepala sekolah sebagai manajer kepala sekolah menyerahkan langsung kepihak guru dan wali kelas untuk bertanggung jawab kepada tata tertib murid selain itu juga mengawasi atau mengontrol para guru dan siswa dalam penerapan tata tertib murid. Tugas kepala sekolah sebagai leader kepala sekolah mendorong siswa-siswanya untuk memiliki kemauan yang kuat untuk menaati tata tertib murid agar kedisiplinannya meningkat, dan memberikan bimbingan, arahan, teguran mengenai pelanggaran yang nampak di umum biasanya yang dilakukan siswa saat upacaranya berlangsung.

  Kedua, tugas kepala sekolah sebagai educator kepala sekolah memberi teladan pada siswa seperti datang lebih awal, membuang sampah di

  13

 

  14    

  tempatnya, selalu menjalankan sholat berjama’ah dan untuk memberi efek jera kepala sekolah memberi ajaran berupa hukuman kepada siswa yang melanggar. Hambatan yang dihadapi kepala sekolah dalam menerapkan tata tertib murid dalam meningkatkan kedisiplinan siswa yaitu kurangnya keperdulian dari pihak guru selalu aktif untuk menerapkan, menginformasikan atau mensosialisasikan kepada siswa karena walau sudah ditempelkan di dinding setiap kelas terkadang siswa tidak membacanya.

  Ketiga, terdapat persamaan antara penelitian terdahulu dan penelitian sekarang temanya ialah mengenai kepala sekolah dan disiplin. Akan tetapi perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang ialah penelitian terdahulu berfokus pada tata tertib murid untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dan tidak menyinggung permasalahan mengenai keteladanan kepala sekolah, dan juga penelitian terdahulu pada tingkatan sekolah dasar dan penelitian sekarang pada tingkat sekolah menengah.

2. Nama: Ari Khozin Effendi, Program Studi: Pendidikan Guru Madrasah

  Ibtidaiyah, Jurusan: Tarbiyah, Tahun: 2013. Judul Peran Kepala Sekolah

  Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar

  (Studi pada SD Muhammadiyah Al-Mujtahid Wonosari Gunungkidul) Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

  Peran yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan meliputi pembenahan input, proses dan output.Kepala sekolah SD Muhammadiyah Al-Mujtahidin Wonosari melakukan tiga peran penting yakni: peran sebagai leader, peran sebagai manajer, dan peran sebagai

   

  15    

  innovator dalam menjalankan pengelolanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

  Peningkatan mutu yang dilakukan Kepala SD Muhammadiyah Al- Mujtahidin Wonosari, antara lain: Peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan, pelayanan proses pembelajaran kepada siswa, pembenahan sarana dan prasarana sekolah, pembenahan manajemen pengelolaan sekolah, penerapan budaya mutu, dan pengelolaan partisipasi masyarakat.

  Ada persamaan antara penelitian terdahulu dan penelitian sekarang yakni mengenai kepala sekolah dan peningkatan mutu sekolah. Akan tetapi perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang ialah penelitian terdahulu berfokus pada tingkatan sekolah dasar dan penelitian sekarang pada tingkat sekolah menengah atas.

3. Nama: Kasmi, Program Studi: Pendidikan Agama Islam, Jurusan: Tarbiyah,

  Tahun: 2014. Judul Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

  Mewujudkan Prestasi Siswa

  (Studi kasus di SMP Muhammadiyah 4 Balong). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 4 Balong.

  Permasalahan tersebut dibahas dengan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul lalu dianalisis dengan menggunakan analisis data yang terdiri dari tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan penarikan kesimpulan:

   

  16    

  Model kepemimpinan kepala sekolah dalam membentuk lingkungan sebagai upaya mewujudkan prestasi siswa.

  a.

  Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam merancang instrumen sebagai upaya untuk mewujudkan prestasi siswa yaitu melakukan upaya-upaya pengembangan kurikulum dengan serangkaian kegiatan pembelajaran maupun ekstrakurikuler.

  b.

  Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru sebagai upaya untuk mewujudkan prestasi siswa meliputi.

  Terdapatpersamaanantarapenelitianterdahuludanpenelitiansekarang yakni sama-sama membahas tentang kepala sekolah. Akan tetapi perbedaan penelitianterdahulu dengan penelitian sekarang ialah penelitian terdahulu berfokuspada prestasi siswa, dan juga penelitian terdahulu pada tingkatan sekolah menengah pertama, sedangkan penelitian sekarang pada tingkat sekolah menengah atas dan lebih kepada peran kepala sekolah dalam meningkatkan budaya mutu pendidikan yang ada.

B. Kajian Teori 1. Peran Manajerial Kepala Sekolah a. Pengertian Peran Manajerial Kepala Sekolah

  Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan pengaruh.Seseorang melaksanakan hak dan kewajiban, berarti

  

 

  17    

  telah menjalankan suatu peran. Kita selalu menulis kata peran tetapi kadang kita sulit mengartikan dan definisi peran tersebut. peran biasa juga disandingkan dengan fungsi. Peran dan status tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peran tanpa kedudukan atau status, begitu pula tidak ada status tanpa peran. Setiap orang mempunyai bermacam- macam peran yang dijalankan dalam pergaulan hidupnya di masyarakat.

  Peran menentukan apa yang diperbuat seseorang bagi masyarakat. Peran juga menentukan kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh

  1 masyarakat kepadanya. Peran diatur oleh norma-norma yang berlaku.

  Manajerial berasal dari kata manajemen, yang dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan; penggunaan sumber daya secara efektif

  2

  untuk mencapai sasaran. Sedangkan manajerial dalam kamus tersebut diartikan berhubungan dengan manajer: keterampilan yang tinggi sangat

  3

  diperlukan bagi setiap pemimpin. Kata manajerial pada hakekatnya berhubungan erat dengan manajemen, dan manajer atau bercorak manajer atau menekankan pada manajer. Kata manajemen secara bahasa berasal dari bahasa latin yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang berarti menangani. Managere diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage (kata benda),

                                                               1 http://umum-pengertian.blogspot.com/2016/06/pengertian-peran-secara-umum.html, Dilihat pada selasa, 17 Juli 2018, pukul 08.00 WIB. 2 KamusBahasa Indonesia/Tim Penyusun, Kamus Pusat Bahasa,artikel “manajemen”, Jakarta:Pusat Bahasa, 2008, 909. 3 Ibid., 910.

   

  18    

  dengan kata benda manajemen, dan manager untuk orang yang . melakukan kegiatan manajemen

   

  Kepala sekolah adalah seorang fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang

  4 memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

  Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber- sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Oleh karena itu seorang kepala sekolah dituntut untuk mempunyai kemampuan manajerial yang memadai agar mampu mengambil inisiatif untuk meningkatkan budaya mutu di lembaga

  5 pendidikan.

b. Ruang Lingkup Peran Kepala Sekolah

  Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan, kepala madrasah sedikitnya harus mampu berperan sebagai

  educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator.

                                                               4 Doni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah , (Bandung: Alfabeta, 2014), 49. 5 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah,. 103.

  

 

  19    

  1) Kepala sekolah sebagai educator (Pendidik)

  Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan

  6 belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.

  2) Kepala sekolah sebagai manajer (pemimpin)

  Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai tugas empat hal penting yaitu menyusun program sekolah, menyusun organisasi kepegawaian di sekolah, menggerakkan staf (guru dan karyawan),

  7 dan mengoptimalkan sumber daya sekolah.

  3) Kepala sekolah sebagai administrator

  Kepala sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktifitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi sarana dan prasarana,

                                                               6 Daryanto, Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), 30. 7 Jerry H. Makawimbang, Kepemimpinan Pendidikan Yang Bermutu, (Bandung: Alfabeta, 2012), 83-84.

  

 

  20    

  mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan

  8 efisien agar dapat menunjang produktifitas sekolah.

  4) Kepala sekolah sebagai supervisior

  Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan

  9 sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

  5) Kepala sekolah sebagai Leader

  Tugas kepala sekolah adalah sebagai pemimpin harus memiliki kepribadian yang kuat, memahami kondisi guru, karyawan, dan siswa dengan baik, memiliki visi dan memahami misi sekolah, memiliki kemampuan mengambil keputusan, dan

  10 memiliki kemampuan berkomunikasi.

  6) Kepala sekolah inovator

  Tugas kepala sekolah sebagai inovator meliputi dua hal yaitu kemampuan untuk mencari atau menemukan gagasan baru untuk

                                                               8 9 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,. 111. 10 Daryanto, Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran,. 31-32.

  Jerry H. Makawembang, Kepemimpinan Pendidikan Yang Bermutu, 85-86.

  

 

  21    

  pembaharuan sekolah, dan kemampuan untuk melaksanakan

  11 pembaharuan disekolah.

  7) Kepala sekolah motivator

  Tugas kepala sekolah sebagai motivator meliputi tiga hal yaitu kemampuan mengatur sarana kerja, dan kemampuan menetapkan

  12 prinsisp penghargaan dan hukuman.

c. Peran Manajerial Kepala Sekolah

  Manajemen tidak memiliki pengertian mutlak yang diterima secara universal. Manajemen didefinisikan oleh para ahli sesuai dengan sudut pandang dan latar keilmuannya masing- masing, berikut ini pengertian manajemen menurut beberapa ahli.

  Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan

  13

  efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sodang Palan Siagian mendefinisikan manajemen sebagai keseluruhan proses kerja sama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasiona litas tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Pariata Wesrta mendefinisikan manajemen merupakan segenap rangkaian

                                                               11 12 Jerry H. Makawembang, Kepemimpinan Pendidikan Yang Bermutu, 118. 13 Ibid., 119.

  

Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 54.

   

  22    

  perbuatanpenyelenggaraan dalam setiap usaha kerja sama sekelompok

  14 manusia untuk mencapai tujuan tertentu.

  Dari beberapa pengertian manajemen yang telah dikemukakan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah rangkaian aktivitas yang menunjuk kepada usaha kerjasama oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

  Adapun jika ditinjau dari fungsi-fungsi pokoknya, manajemen juga memiliki pengertian memberdayakan dan mengkoordinasi seluruh sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, menggerakan atau pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya secara efektif dan efisien.

  Manajemen yang efektif diperlukan untuk menyelenggarakan sekolah yang baik tetapi itu belum cukup untuk menciptakan sekolah

  15 yang ideal. Manajemen yang baik membutuhkan pemimpin yang baik.

  Karena itu kepala sekolah sebagai seorang yang bertugas membina lembaganya agar berhasil mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan harus mampu mengarahkan dan mengkoordinasi segala

  16 kegiatan. Jadi kepala sekolah berperan sebagai manajer.

  Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mempunyai empat kompetensi dan keterampilan utama dalam manajerial organisasi, yaitu

                                                               14 Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media Yogyakarta, 2008), 3. 15 16 Daryanto, Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran, 149.

  

Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 183.

   

  23    

  

 

  keterampilan membuat perencanaan, keterampilan mengorganisasi sumberdaya, keterampilan melaksanakan kegiatan, dan keterampilan melakukan pengendalian dan evaluasi.

  a. Keterampilan melakukan Perencanaan Perencanaan adalah proses kegiatan yang menyiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

17 Didalam perencanaan yang dapat dilakukan adalah

  sebagai berikut:

  18

  1) Menentukan tujuan, apakah yang akan dicapai dalam kegiatan itu, apa saja yang menjadi prioritas tujuannya. Suatu program kegiatan yang dilakukan pasti mempunyai tujuan yang menjadi pondasi dan tolak ukur dalam menjalankan suatu kegiatan.

  2) Menentukan sistem, bagaimana sistem yang digunakan, apa yang dilakukan, siapa yang harus melakukan, kapan dilakukan, di mana dilakukan, dan bagaiamana melakukannya.

  3) Membuat alternatif kebijakan dan prioritas untuk mencapai tujuan kegiatan, apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang maksimal.

  Keterampilan melakukan perencanaan. Kepala sekolah harus mampu melakukan proses perencanaan, baik perencanaan jangka

                                                               17 Didin Kurniadin & Imam Machali, Manajemen Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 139. 18 Ibid., 141.

  24    

  pendek, menengah, maupun perencanaan jangka panjang. Proses perencanaan menjadi salahsatu keterampilan yang penting mengingat perencanaan yang baik merupakan setengah dari kesuksesan suatu pekerjaan. Prinsip perencanaan yang baik, akan selalu mengacu pada: pertanyaan: “Apa yang dilakukan (what), siapa yang melakukan (who), kapan dilakukan (when). Di mana dilakukan (where), dan bagaimana sesuatu dilakukan (how)”, Detail perencanaan inilah yang akan menjadi kunci kesuksesan pekerjaan.

  b. Pengorganisasian 1)

  Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan amenetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan.

  2) Menetapkan struktur ornganisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggung jawab.

  3) Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja.

  4) Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang

  19 paling tepat.

  c. Kemampuan Melaksanakan Pekerjaan Sesuai dengan Perencanaan yang telah ditetapkan Pelaksanaan program yaitu mengidentifikasi dan memadukan sumber-sumber yang diperlukan, seperti tenaga manusia, fasilitas,

                                                               19 Trisnawati Sule, Ernie, Pengantar Manajemen, (Kencana: Jakarta), 8.

   

  25     alat-alat, dan biaya yang tersedia atau yang dapat disediakan.

  Pelaksanaan juga disebut sebagai penganggaraan yaitu proses didalam berjalannya suatu program kegiatan yang telah

  20

  direncanakan. Pelaksanaan adalah merealisasikan hasil perencanaan dan pengorganisasian, mengarahkan atau mendayagunakan tenaga kerja, memanfaatkan fasilitas yang ada, memotivasi bawahan sehingga berkerja dengan sungguh-sungguh, demi tercapainya tujuan organisasi.

  d. Evaluasi atau Pengawasan kepada bawahannya.

  Evaluasi atau pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan

  21 sesuai dengan rencana semula.

2. Budaya Mutu Pendidikan a. Pengertian Budaya Mutu Pendidikan

  1) Budaya

  Secara etimologis, budaya berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata culture. Budaya juga dapat didefinisikan sebagai serangkaian aturan yang dibuat oleh masyarakat sehingga menjadi milik