BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Bank - ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE 2013-2015 - UMBY repository

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Pengertian Bank

  Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

  Dari pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito.

  Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat agar lebih senang menabung. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut. (Wikipedia)

a. Jenis bank

  1) Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya:

  a) Bank Sentral Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan undang- undang nomor 13 tahun 1968 yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengarahan dana-dana, mengatur perbankan, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan percetakan / penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank sentral hanya ada satu sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di Indonesia yaitu Bank Indonesia.

  b) Bank Umum Bank umum adalah lembaga keuangan yang menawarkan berbagai layanan produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam berbagai bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, jual beli valuta asing atau valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang berharga,dan lain sebagainya.

  c) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

  Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank penunjang yang memiliki keterbatasan wilayah operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan yang terbatas pula seperti memberikan kredit pinjaman dengan jumlah yang terbatas, menerima simpanan masyarakat umum, menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, penempatan dalam sertifikat bank Indonesia, deposito berjangka, sertifikat, tabungan, dan lain sebagainya.

  2) Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya Ditinjau dari segi kepemilikannya maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut.Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan.

  a) Bank milik pemerintah Bank pemerintah merupakan bank di mana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah pula.Contohnya Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri.Selain itu, ada juga bank milik pemerintah daerah yang terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing- masing provinsi. Sedangkan bank milik pemerintah daerah (Pemda) terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II. Contoh

  Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, BPD Sumatera Utara, BPD Sumatra Selatan, BPD Sulawesi Selatan, dan BPD lainnya.

  b) Bank milik swasta nasional Bank jenis ini, seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional.Akte pendiriannya menunjukkan kepemilikan swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk pihak swasta. Contoh bank milik swasta nasional antara lain: Bank Muamalat, Bank Central Asia, Bank Bumi Putra, Bank Danamon, Bank Duta, Bank Nusa Internasional, Bank Niaga, Bank Universal, Bank Internasional Indonesia.

  c) Bank milik Koperasi Merupakan bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

  d) Bank milik campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional.Saham bank campuran secara mayoritas dimiliki oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain : Sumitono Niaga Bank, Bank Merincop, Bank Sakura Swadarma, Bank Finconesia, Mitsubishi Buana Bank, Inter Pacifik Bank, Paribas BBD Indonesia, Ing Bank, Sanwa Indonesia Bank, dan Bank e) Bank Milik Asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing.Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri.Contohnya ABN AMRO bank, City Bank, dan lain- lain. 3) Dilihat dari segi status

  Pengklasifikasian ini berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari jumlah produk, modal, maupun kualitas pelayanannya.Oleh karena itu, untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteris tertentu. Status bank yang dimaksud adalah: a) Bank Devisa

  Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, traveller cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.

  b) Bank Non-Devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk dapat melaksanakan kegiatan seperti halnya bank devisa. Jadi bank non-devisa hanya dapat melakukan transaksi dalam batas-batas negara. 4) Jenis Bank Berdasarkan Kegiatan Operasionalnya

  a) Bank Konvensional Bank konvensional merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran secara umum berdasarkan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.Contoh : Bank Mandiri, Bank BCA, Bank BRI dan lain sebagainya.

  b) Bank syariah Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 bank syariah adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Fungsi Bank

  Secara umum fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai berikut:

1) Agent of trust

  Yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaaan (trust), baik dalam penghimpunan dana maupun dalam penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi dengan kepercayaan.

  2) Agent of development

  Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan sektor riil tidak dapat dipisahkan.Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak berkinerja dengan baik. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi- distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian.

  3) Agent of servies

  Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, dan penyelesaian tagihan.

c. Peran Bank

  Dalam menjalankan kegiatannya bank mempunyai peran penting dalam sistem keuangan, yaitu : 1) Pengalihan Aset (asset transmutation) Yaitu pengalihan dana atau aset dari unit surplus ke unit devisit.

  Dimana sumber dana yang diberikan pada pihak peminjam berasal pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank berperan sebagai pangalih aset yang likuid dari unit surplus (lender) kepada unit defisit (borrower). 2) Transaksi (transaction)

  Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi.Dalam ekonomi modern, transaksi barang dan jasa tidak pernah terlepas dari transaksi keuangan.Untuk itu produk-produk yang dikeluarkan oleh bank (giro, tabungan, depsito, saham dan sebagainya) merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

  3) Likuiditas (liquidity)

  Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk-produk berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk-produk tersebut masing-masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingn likuiditas para pemilik dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Dengan demikian bank memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang mengalami surplus likuiditas dan menyalurkannya kepada pihak yang mengalami kekurangan likuiditas. 4) Efisiensi (efficiency)

  Peranan bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna modal tanpa mengubah produknya. Disini bank hanya memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan.Adanya informasi yang tidak simetris

  (asymmetric information) antara peminjam dan investor

  menimbulkan masalah insentif.Peran bank menjadi penting untuk memecahkan masalah insentif tersebut.Untuk itu jelas peran bank dalam hal ini yaitu menjembatani dua pihak yang saling berkepentingan untuk menyamakan informasi yang tidak sempurna, sehingga terjadi efisiensi biaya ekonomi.

d. Karakteristik Bank

  Menurut Taswan (2008: 2), lembaga perbankan mudah dikenali

  1) Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara pihak- pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak–pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk memperlancar lalu lintas pembayaran dengan berpijak pada falsafah kepercayaan.

  2) Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus selalu menjaga likuiditasnya sehingga mampu memenuhi kewajiban yang harus segera dibayar. 3) Bank selalu dihadapkan pada dilema antara pemeliharaan likuiditas atau peningkatan earning power. Kedua hal ini berlawanan dalam mengelola dana perbankan. Yang artinya jika menginginkan likuiditas tinggi maka earning atau rentabilitas rendah dan sebaliknya. 4) Bank sebagai lembaga kepercayaan mempunyai kedudukan yang strategis untuk menunjang pembangunan nasional.

e. Sumber Dana Bank

  Jenis-jenis sumber dana bank terdiri dari : 1) Dana yang berasal dari Bank itu sendiri.

  Sumber dana ini berasal dari modal bank itu sendiri. Modal sendiri maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya. Apabila saham yang terdapat belum habis terjual, sedangkan kebutuhan akan dana masih perlu, maka dapat dilakukan dengan menjual saham kepada pemegang saham

  2) Dana yang berasal dari lembaga lain.

  Sumber dana ini merupakan sumber dana tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian dana selain dana pihak ketiga dan dana yang berasal dari bank sendiri. 3) Dana yang berasal dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga).

  Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting dalam kegiatan operasi suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.Pentingnya sumber dana dari masyarakat luas disebabkan sumber dana dari masyarakat merupakan sumber dana yang paling utama bagi bank.

f. Aktivitas Bank Umum

  Kegiatan bank umum sebagai berikut: Menurut Lukman Dendawijaya (2005: 23-27) kegiatan bank umum pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi enam kegiatan utama yaitu: 1) Perkreditan

  Kegiatan perkreditan merupakan rangkaian kegiatan utama bank umum. Hal ini didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai berikut:

  a) Perkreditan merupakan kegiatan/ aktivitas yang terbesar dari perbankan. b) Besarnya angka pos kredit yang diberikan dalam neraca (pada sisi aktiva) merupakan angka yang terbesar dalam neraca bank.

  c) Penghasilan terbesar bankdiperoleh dari bunga, provisi, komisis, comitment fee, appraisal fee, supervision fee, dan lain-lain yang diterima sebagai akibat dari pemberian kredit bank.

  d) Risiko terbesar yang dipikul oleh bank berasal dari kegiatan pemberian kredit.

  2) Pemasaran Kegiatan pemasaran suatu bank umum lebih banyak diarahkan pada penghimpunan dana. Hal ini dikarenakan semua kegiatan bank pada sisi aktiva, seperti pemberian kredit, penanaman dalam surat berharga, penanaman dalam penyertaan pada suatu perusahaan, serta penanaman dana pada bank lain, sangat tergantung pada adanya dana yang dapat dihimpun oleh bank umum yang jumlahnya dapat dilihat pada sisi pasiva dalam neraca bank.

  3) Pendanaan Kegiatan pendanaan lebih diutamakan kepada pengelolaan dana oleh para eksekutif bank. Hal ini dimaksudakan agar diperoleh kinerja yang optimal dalam memperoleh dana serta

  Kegiatan tersebut meliputi:

  a) Mencari, memilih, dan menetapkan sumber dana yang semurah mungkin.

  b) Mencari, memilih, dan menetapkan alokasi dana yang paling menguntungkan.

  c) Meningkatkan tingkat suku bunga bagi berbagai jenis sumber dana, seperti giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, surat berharga pasar uang, dan lain-lain. 4) Operasi

  Kegiatan operasi adalah kegiatan unit-unit dalam bank yang bersifat membantu kegiatan-kegiatan unit utama bank lainnya.Kegiatan tersebut antara lain meliputi:

  a) Administrasi dan pembukuan bank, baik dicabang maupun dipusat.

  b) Penyusunan semua jenis laporan keuangan bank.

  c) Mempersiapkan laporan untuk Bapepam (untuk bank yang telah go public) d) Mengelola kegiatan yang berkaitan dengan electronic data

  processing (EDP/ komputerisasi dalam bank, termasuk

  penggunaan hardwares , softwares ,tenaga

programming,system analyst, operators , dan lain-lain.

  e) Menangani kegiatan dalam bidang general affairs (bidang maupun cabang), rumah-rumah dinas, angkutan kantor, dan sebagainya.

  5) Pengelolaan sumber daya manusia Pengelolaan sumber daya manusia dalam bentuk mencakup seluruh siklus dibidang sumber daya manusia, yang meliputi: a) Perencanaan sumber daya manusia.

  b) Penarikan tenaga kerja (recruitment).

  c) Seleksi.

  d) Penempatan pegawai (baik dipusat maupun cabang bank).

  e) Compensation dan benefit , termasuk pemberian gaji, tunjangan, potongan untuk dana pensiun, dan sebagainya.

  f) Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan dan latihan (Diklat).

  g) Perencanaan dan pelaksanaan berbagai kegiatan motivasi.

  h) Perencanaan dan pelaksanaan penilaian prestasi kerja untuk seluruh tingkatan pegawai.

  6) Pengawasan Dalam bisnis perbankan terdapat tiga jenjang pengawasan atau audit, yaitu: a) Pengawasan intern (internal audit)

  Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh suatu unit di dalam bank yang dikenal dengan nama satuan keberadaannya dalam bank berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

  b) Pengawasan ekstern (External audit) Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakuakan oleh akuntan publik (publik auditors),yang penunjukannya ditetapkan dalam rapat umum tahunan pemegang saham (RUTPS) bank yang bersangkutan.

  c) Pengawasan Bank Indonesia.

  Pengawasan BI adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh Bank Indonesia, baik secara berkala maupun secara mendadak berdasarkan kebutuhan tertentu menurut pertimbangan Bank Indonesia.

2. Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

  Laporan keuangan merupakan laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan dan perubahan- perubahannya, serta hasil yang dicapai selama periode tertentu.Laporan keuangan dapat dijadikan media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan, dimana laporan keuangan tersebut terdiri dari neraca, perhitungan rugi laba, ikhtisar laba ditahan dan laporan posisi keuangan. Berikut ini merupakan pengertian dan definisi laporan keuangan

  1) Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan(SAK): Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya : sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga ternasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal : informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009). 2) Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi dan merupakan informasi histories. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat bagi pemakai informsi tersebut (M. Sadeli, 2002:2).

  Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa laporan keuangan mencerminkan semua transaksi usaha sepanjang waktu yang menghasilkan baik peningkatan maupun penurunan bersih nilai ekonomi bagi pemilik modal.Oleh karena itu laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan.

  b. Tujuan Laporan Keuangan

  Tujuan laporan keuangan adalah (M. Sadeli, 2002:18): 1) Menyediakan informasi yang dapat diandalkan tentang kekayaan dan kewajiban.

  2) Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tetang perubahan kekayaan bersih perusahaan sebagai tentang perubahan kekayaan bersih perusahaan sebagai hasil dari kegiatan usaha. 3) Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan kekayaan bersih yang bukan berasal dari kegiatan usaha.

  4) Menyajikan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam menaksir kemampuan perusahaan memperoleh laba.

  5) Menyajikan informasi lain yang sesuai atau relevan dengan keperluan para pemiliknya.

  c. Komponen Laporan Keuangan

  Berdasarkan cara penyajiannya, menurut PSAK No 1 maka laporan keuangan terdiri dari : Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas Informasi, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

  1) Neraca Neraca berisi gambaran posisi keuangan, yang menunjukkan tanggal tertentu. Neraca aktiva lancar akan dipisahkan dengan neraca aktiva tidak lancar. Begitu juga kewajiban jangka pendek tentu akan dipisahkan dengan kewajiban jangka panjang. 2) Laporan Laba Rugi

  Laporan laba rugi adalah ringkasan aktivitas transaksi pada perusahaan yang akan berpengaruh pada stabilitas, risiko dan prediksi pada suatu periode yang menghasilkan hasil usaha bersih atau kerugian yang timbul dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya. Laporan laba rugi perusahaan menampilkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. 3) Laporan Perubahan Ekuitas

  Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menyajikan peningkatan maupun penurunan aktiva-aktiva bersih atau kekayaan perusahaan selama periode tertentu yang didasarkan prinsip-prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. 4) Laporan Arus Kas Informasi

  Pada umumnya laporan arus kas banyak digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu dan kepastian arus kas masa depan.

  Selain itu, arus kas berfungsi meneliti kecermatan dan ketepatan perkiraan/taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat

  profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga

  yang diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

  5) Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen.Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

d. Karakteristik Laporan Keuangan

  Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas membuat informasi dalam laporan keuangan yang berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan bernilai ekonomis. Karakteristik kualitatif keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia melalui PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No 1 (2007:7) adalah: 1) Dapat dipahami

  Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktifitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketentuan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu

  2) Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.

  Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. 3) Keandalan

  Karakteristik andal dalam laporan keuangan adalah informasi yang tercantum dalam laporan keuangan dapat diandalkan sebagai informasi yang bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material.Andal juga berarti informasi disajikan secara jujur dan dapat diverifikasi kebenarannya.Supaya dapat menyajikan informasi yang bersifat handal, pembuatan laporan keuangan harus berdasarkan standar-standar yang berlaku dalam dunia akuntansi.

  4) Dapat dibandingkan Yang dimaksud dengan dapat dibandingkan adalah laporan keuangan harus dapat dibandingkan dengan laporan pada periode sebelumnya, atau laporan yang memiliki entitas pelaporan lain. Agar dapat dibandingkan, laporan keuangan dapat disajikan minimal dengan laporan dari dua atau tiga periode sebelumnya.Perbandingan ini dilakukan untuk dapat mengidentifikasi dan menilai keadaan serta kinerja keuangan perusahaan, juga melihat perubahan yang terjadi secara relatif.

e. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

  Sifat dan keterbatasan laporan keuangan menurut Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 adalah sebagai berikut: 1) Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.

  2) Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.

  3) Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari taksiran dan berbagai pertimbangan.

  4) Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian; bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.

6) Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis

  suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas).

  7) Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi-informasi yang dihasilkan.

  8) Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber- sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. 9) Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan.

  a. Pengertian Kesehatan Bank

  Kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, 2006: 51).

  b. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

  Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik.Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter.Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.

  Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.

c. Aturan Kesehatan Bank

  Berdasarkan Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 perubahan atas Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 Tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia.

  Undang-Undang tersebut menetapkan bahwa antara lain : 1) Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. 2) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. 3) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4) Bank atas permintaan Bank Indonesia wajib memberikan yang ada padanya, serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.

  5) Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank. 6) Bank wajib menyampaiakan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih dulu diaudit oleh akuntan publik.

  7) Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

d. Metode Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

  1) Metode CAMEL Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 30/277/KEP/DIR tahun 1998 tentang Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR Tanggal 30 April 1997 Tentang Tatacara Penilaian Tingkat faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari: Permodalan (Capital), Kualitas Aset (Asset Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earnings), Likuiditas (Liquidity). Kelima aspek tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.

  2) Metode CAMELS Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil risiko, Bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari operasional Bank. Untuk itu Bank Indonesia menetapkan penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 dan SE No.6/ 23 /DPNP tanggal 31 Mei 2004 dengan cakupan penilaian terhadap factor - faktor CAMELS yang terdiri dari: Permodalan

  (Capital), Kualitas Aset (Asset Quality) , Manajemen (Management), Rentabilitas (Earnings), Likuiditas (Liquidity),

  Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk) Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgementyang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional.

  3) Metode RGEC

  Krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun terakhir memberi pelajaran berharga bahwa inovasi dalam produk, jasa dan aktivitas perbankan yang tidak diimbangi dengan penerapan Manajemen Risiko yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan mendasar pada bank maupun terhadap sistem keuangan secara keseluruhan. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi, dengan cakupan penilaian meliputi faktor-faktor sebagai berikut: Profil Risiko (risk

  

profile) , Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas

(earnings) dan Permodalan (capital) atau disingkat menjadi

  metode RGEC menggantikan penilaian CAMELS yang dulunya diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004. Dalam Surat Edaran (SE) Bank Indonesia No/13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Penilaian terhadap faktor-faktor RGEC terdiri dari:

  a) Risk Profile Penilaian terhadap faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen

  (delapan) risiko yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi. Meninjau tingkat risiko terbagi atas 5 tingkat.Semakin kecil poin yang diterima maka kesehatan bank dari sisi risiko tersebut semakin baik. i. Risiko Kredit

  Risiko pinjaman tidak kembali sesuai dengan kontrak, seperti penundaan, pengurangan pembayaran suku bunga dan pinjaman pokonya, atau tidak membayar pinjamannya sama sekali.

  Rasio kredit dihitung dengan menggunakan rasio Non Performing Loan: NPL =

  100% Tabel 1. Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko (NPL)

  

Peringkat Keterangan Kriteria

  

1 Sangat Sehat NPL < 2%

  2 Sehat 2% ≤ NPL < 5%

  3 Cukup Sehat 5% ≤ NPL < 8%

  4 Kurang Sehat 8% ≤ NPL 12% Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004 ii. Risiko Pasar

  Suatu risiko yang timbul karena menurunnya nilai suatu investasi karena pergerakan pada faktor–faktor pasar. iii. Risiko Likuiditas

  Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/ atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Rasio likuiditas dihitung dengan Loan to Deposit Ratio.

  100% LDR =

  Tabel 2. Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko (LDR) Peringkat Keterangan Kriteria

  1 Sangat Sehat 50% < LDR ≤ 75%

  2 Sehat 75% < LDR ≤ 85%

  3 Cukup Sehat 85% < LDR ≤ 100%

  4 Kurang Sehat 100% < LDR ≤ 120%

  5 Tidak Sehat LDR > 120% Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP Tahun 2011 iv. Risiko Operasional

  Adalah risiko yang antara lain di sebabkan oleh ketidak cukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya kegagalan problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. v. Risiko Hukum

  Adalah risiko yang diakibatkan kelamahan aspek hukum atau yuridis, diantara spek hukumnya adalah tidak adanya peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak di penuhinya syarat sahnya kontrak dan perikatan agunan yang tidak sempurna. vi. Risiko Strategis

  Risiko ini diakibatkan adanya pengambilan strategi yang kurang tepat dari pihak bank, ataupun pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat, atau kurang tanggapnya bank terhadap perkembangan dari eksternal bank.

  Adalah risiko yang di sebabkan bank tidak memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan dalam perbankan yang berlaku. viii. Risiko Reputasi

  Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.

  b) Good Coorporate Governance (GCG) Good Corpotrate Governance (GCG) ditinjau dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip GCG. GCG mencerminkan bagian manajemen dari CAMELS namun telah disempurnakan. Bank memperhitungkan dampak GCG perusahaan pada kinerja GCG bank dengan mempertimbangkan signifikan dan materialitas perusahaan anak dan atau signifikasi kelemahan GCG perusahaan anak.

  GCG dihitung dengan menganalisis laporan Good Corporate (tata kelola) yang berpedoman pada Peraturan

  Governance

  Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 dengan mencari laporan tahunan yang dipublikasikan dan menetapkan penilaian yang dilakukan oleh bank berdasarkan sistem self assessment .

  Peringkat Keterangan

  1 Sangat Baik

  2 Baik

  3 Cukup Baik

  4 Kurang Baik

  5 Tidak Baik Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP Tahun 2013

  c) Earning (Rentabilitas) Penilaian berdasarkan kepada rentabilitas suatu bank yaitu melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba.

  Bank perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha bank serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki. Penilaian earning (rentabilitas) diukur dengan menggunakan 2 rasio yaitu Return On Asset (ROA) dan Net Interest

  Margin (NIM).

  i. Return on Assets (ROA)

  100%

  ROA =

  Tabel 4. Kriteria Penetapan Peringkat Rentabilitas

  Peringkat Keterangan Kriteria

  1 Sangat Sehat ROA > 1,5%

  2 Sehat 1.25% < ROA ≤ 1,5%

  3 Cukup Sehat 0,5% < ROA ≤ 1,25%

  4 Kurang Sehat 0% < ROA ≤ 0,5%

  5 Tidak Sehat ROA ≤ 0% Sumber :Surat Edaran Bank Indonesia

  No.13/24/DPNP/2011 ii. Net Interest Margin (NIM)

  100%

  NIM=

  

Tabel 5. Kriteria Penetapan Peringkat Net Interest Margin

(NIM)

  Peringkat Keterangan Kriteria

  1 Sangat sehat 3% < NIM

  2 Sehat 2% < NIM ≤ 3%

  3 Cukup sehat 1,5% < NIM ≤ 2%

  4 Kurang sehat 1% < NIM ≤ 1.5%

  5 Tidak sehat NIM ≤ 1% Sumber :Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP/2011

  Riyadi (2006:171) mengatakan bahwa setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan untuk memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Tinggi rendahnya Kewajiban Penyediaan Modal Minimum atau CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Penilaian faktor

  

capital diukur dengan menggunakan Capital Adequacy

Ratio (CAR) dengan rumus sebagai berikut :

100%

  CAR =

  

Tabel 5. Kriteria Penetapan Peringkat Permodalan

(CAR) Peringkat Keterangan Kriteria

  1 Sangat Sehat CAR > 12%

  2 Sehat 9% ≤ CAR < 12%

  3 Cukup Sehat 8% ≤ CAR < 9%

  4 Kurang Sehat 6% < CAR < 8%

  5 Tidak Sehat CAR ≤ 6% Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004

  e) Penilaian Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Peringkat komposit tingkat kesehatan bank ditetapkan berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap peringkat setiap factor dan dengan memperhatikan prinsip-prinsip umum penilaian tingkat kesehatan bank umum.

  Tabel

6. Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komposit

  Peringkat Penjelasan PK 1 Mencerminkan kondisi bank yang secara umum

  sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu

  menghadapi pegaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum sangat baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersbut tidak signifikan.

  PK 2 Mencerminkan kondisi bank yang secara umum

  sehat sehingga dinilai mampu menghadapi

  pegaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersbut tidak signifikan. PK 3 Mencerminkan kondisi bank yang secara umum

  cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu

  menghadapi pegaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum cukup baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersbutcukup

  signifikandan apabila tidak berhasil diatasi

  dengan baik oleh manajemen dapat mengganggu kelangsungan usaha bank.

  PK 4 Mencerminkan kondisi bank yang secara umum

  kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum krang baik. Terdapat kelemahan yang secara umum signifikan tidak berhasil diatasi dengan baik oleh manajemen serta mengganggu kelangsungan usaha bank. PK 5 Mencerminkan kondisi bank yang secara umum

  tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu

  menghadapi pegaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum cukup baik. Terdapat kelemahan yang secara umum sangat signifikan sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan dukungan dana dari pemegang saham atau sumber dana dari pihak lain untuk memperkuat kondisi keuangan bank.

  Sumber :Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP/2011.

  Dari analisis tiap masing-masing komponen dengan perhitungan rasio keuangan yang akan dilaksanakan maka akan diperoleh hasil yang akan didapat dalam penelitian ini untuk menganalisa kesehatan bank berada pada peringkat komposit tertentu, sehingga dapat membuat sebuah keputusan dalam menilai kinerja keuangan untuk kelangsungan usaha perbankan dan memberikan informasi kepada pihak intern dan ekstern yang akan menambah tingkat kepercayaan kepada bank dan sebaliknya. Nilai komposit untuk rasio keuangan masing-masing komponen yang menempati peringkat komposit akan bernilai sebagai berikut: i. Peringkat 1 = Setiap kali ceklist dikalikan dengan 5 ii. Peringkat 2 = Setiap kali ceklist dikalikan dengan 4 iii. Peringkat 3 = Setiap kali ceklist dikalikan dengan 3 iv. Peringkat 4 = Setiap kali ceklist dikalikan dengan 2 v. Peringkat 5 = Setiap kali ceklist dikalikan dengan 1

  Nilai komposit yang telah diperoleh dari mengalikan tiap ceklist kemudian ditentukan bobotnya dengan mempersentasekan. Adapun bobot/persentase untuk menentukan peringkat komposit keseluruhan komponen sebagai berikut:

  Tabel 7.Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode RGEC

  Bobot Peringkat Komposit Keteranga 86-100 PK 1 Sangat sehat 71-85 PK 2 Sehat 61-70 PK 3 Cukup Sehat 41-60 PK 4 Kurang Sehat <40 PK 5 Tidak Sehat Sumber: Refmasari dan Ngadimin Setiawan Tahun 2014

B. Penelitian Terdahulu

  1. “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Pada PT Bank Rakyat Indonesia (PERSERO), Tbk. Periode 2007-2008” disusun oleh Rini Rachmaningsih (2009). Penilaian kesehatan bank dilakukan terhadap faktor dalam analisis CAMEL, yaitu permodalan (Capital), Kualitas Aset (asset quality), Manajemen (Management), rentabilitas (earning), dan likuiditas (Liquidity). Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 2 periode penilaian kesehatan, faktor permodalan berada dalam kondisi baik, yaitu peringkat 2 (2007) dengan nilai peringkat faktor 86% dan peringkat 2 (2008) dengan nilai peringkat faktor 86%. Faktor kualitas aset berada dalam kondisi baik, yaitu peringkat 2 (2007) dengan nilai peringkat faktor 86% dan peringkat 2 (2008) dengan nilai peringkat faktor 86%. Faktor Manajemen berada dalam kondisi sangat baik, yaitu

  (2008) dengan nilai peringkat faktor 93%. Faktor Likuiditas berada dalam kondisi sangat baik, yaitu peringkat 1 (2007) dengan nilai peringkat faktor 100% dan peringkat 3 (2008) dengan nilai peringkat faktor 80%. Secara keseluruhan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berada dalam kondisibaik yaitu peringkat komposit 1 (PK-1) (2007) dengan nilai peringkat komposit 92% dan peringkat 2 (PK-2) (2008) dengan nilai peringkat komposit 84%.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat kesehatan bank.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada metode yang digunakan dalam penilaian tingkat kesehatan bank dan periode penelitian.Penelitian sebelumnya menggunakan analisis CAMEL, sedangkan penelitian ini menggunakan analisis RGEC.Penelitian sebelumnya menggunakan periode 2007-2008, sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2013-2015.

  2. Minarrohmah,Yaningwati, dan Nuzula (2014) melakukan penelitian mengenai Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Pendekatan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance,

  Earnings, Capital) (Studi pada PT.Bank Central Asia, Tbk Periode

  2010-2012). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT Bank Central Asia dengan menggunakan metode RGEC ini menunjukkan predikat kesehatan bank pada periode 2011-2013 secara nilai NPL, BCA memiliki rasio <2%. NPL BCA pada tahun 2011 merupakan tahun dimana BCA mengalami tingkat risiko paling rendah yaitu 1,26%. Pada tahun 2010 dan 2012 risiko kredit BCA mengalami peningkatan dikarenakan banyaknya kredit yang dikategorikan macet sedangkan kredit yang diberikan juga meningkat. Berdasarkan dari factor permodalan yang dianalisis dengan risiko CAR, BCA mengalami penurunan CAR pada tahun 2010. Pada tahun 2011 CAR BCA mengalami penurunan yang signifikan dikarenakan aktiva bank yang mengandung risiko mengalami kenaikan cukup besar yang tidak diimbangi juga dengan kenaikan total modal yang cukup besar.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK BRI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RGEC

2 32 19

ANALISIS KINERJA MANAJERIAL PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE 2008-2012

0 9 48

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT BANK ARTOS INDONESIA Tbk PERIODE 2014-2017

0 2 15

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN DENGAN METODE RGEC PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

1 2 16

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RGEC PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH PERIODE 2012-2014 - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR, TBK PERIODE 2012-2013 - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR, TBK PERIODE 2012-2013 - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank - PROSEDUR PELAKSANAAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) KANTOR CABANG SURABAYA KUSUMA BANGSA - Perbanas Institutional Repository

0 0 71

PENGARUH PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011-2014

0 1 19

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC (RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, CAPITAL) PADA BANK BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2015-2016

0 1 20