ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN PERLINDUNGAN PADA NY. T DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUANG HUSNA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG - Elib Repository

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN PERLINDUNGAN
PADA NY. T DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUANG HUSNA
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif
Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan
Pendidikan Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh :
Dewi Setyowigiastri
A01301736

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2016

i

Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Juli 2016
Dewi Setyowigiastri1, Arnika Dwi Asti1


ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN PERLINDUNGAN
PADA NY. T DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUANG HUSNA
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Latar Belakang : Keamanan / perlindungan adalah suatu keadaan yang bebas
dari cedera fisik dan psikologis atau keadaan aman dan tentram, tidak ada
gangguan fisik atau pemikiran (Perry & Potter, 2006).
Tujuan Umum Penulisan Karya Ilmiah : untuk memberikan gambaran asuhan
keperawatan dengan masalah pemenuhan kebutuhan rasa aman dan perlindungan
pada klien dengan Diabetes Melitus.
Resume Keperawatan : Berdasarkan pengkajian tanggal 16 Juni 2016 pukul
10.00 WIB penulis mendapatkan data subjektif klien mengatakan luka sudah lama
belum diganti balut, klien mengatakan ingin diganti balutannya, data objektif
terdapat luka pada kaki kanan post amputasi, luka terdapat pus, GDS: 150 mg/dL.
Masalah keperawatan yang muncul dari data tersebut adalah resiko infeksi
berhubungan dengan penyakit kronis. Intervensi dan implementasi yang dilakukan
untuk mengatasi masalah berupa melakukan perawatan luka, mengkaji tanda
infeksi, dan cek GDS. Hasil evaluasi selama tiga hari yaitu masalah keperawatan

belum teratasi lanjutkan intervensi perawatan luka per hari.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Keamanan, Perlindungan

iv

DIII Nursing Studies Program
College of Health Sciences Muhammadiyah Gombong
KTI, July 2016
Dewi Seryowigiastri1, Arnika Dwi Asti1
ABSTRACT
MEETING THE NEEDS OF NURSING CARE SECURITY AND PROTECTION
TO Mrs. T WITH DIABETES MELITUS TYPE II IN THE HUSNA ROOM
GENERAL HOSPITAL OF PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Background: Security / protection is a condition that is free from physical and
psychological injury, or safe condition and peaceful, there is no physical disorder
or thought (Perry & Potter, 2006).
General Purpose Scientific Writing: to give an overview of nursing care with a
problem fulfilling the needs of the sense of security and protection on a client with
Diabetes mellitus.

Nursing Resume: Based on the assessment dated June 16, 2016 at 10:00 am the
writer gets subjective data the client said the wound had not replaced the old
bandage, the client said he wanted replaced the bandages, objective data there is a
wound on the right foot post amputation, wound are pus, GDS: 150 mg / dL.
Nursing problems that arise from these data is the risk of infection associated with
chronic diseases. Intervention and implementation done to resolve the problem of
wound care, assess signs of infection, and check GDS. Results of the evaluation
for the three days of the issue is not resolved continue nursing wound care
interventions by day.
Keywords: Nursing care, Protection, and Security

v

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan taufiq
dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa
Aman dan Perlindungan Pada Ny. T dengan Diabetes Melitus Tipe II di Ruang
Husna Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong”. Karya tulis ini disusun

untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan jenjang pendidikan program
studi Diploma III Keperawatan.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan laporan ini tidak lepas dari bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. M. Madkhan Anis, S.Kep.Ns selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Gombong
2. Sawiji, S.Kep.Ns, M.Sc selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
3. Arnika Dwi Asti, M.Kep selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan saran, arahan, dan motivasinya dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini.
4. Bapak/ Ibu dosen STIKES Muhammadiyah Gombong yang telah
membekali ilmu keperawatan kepada penulis dan memberikan bimbingan
dalam pelaksanaan ujian hingga penyusunan laporan.
5. Kedua orang tua Ayah Sri Retno Wigiatmoko dan Ibu Siti Sulastri, yang
selalu memberikan motivasi, semangat dan mengajarkan tentang sebuah
tanggung jawab serta do’a yang tiada henti.
6. Adikku Deni Fajar Ramadhan, yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.


vi

7. Teman – teman seperjuangan angkatan 2016, yang telah memberikan
dukungan, semangat dan membantu dalam proses penyusunan karya tulis
ilmiah ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan saran dan bantunya pada penulis sehingga karya tulis ilmiah
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari dalam penyusunan kaya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan penulis baik pengetahuan mauun pengalaman
tentang Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyusunan karya tulis
ilmiah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahu Wabarakatuh

Gombong, Juli 2016

Penulis


vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................. 5
C. Manfaat Penulisan ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 7
A. Konsep Kebutuhan Rasa Aman dan Perlindungan ............................. 7
B. Luka .................................................................................................... 7
1. Definisi Luka ................................................................................. 7
2. Jenis Luka ..................................................................................... 8
3. Luka Infeksi .................................................................................. 9

4. Fase Penyembuhan Luka............................................................... 10
5. Faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka.................. 12
C. Penatalaksanaan Perawatan Luka ....................................................... 14
1. Perawatan Luka ............................................................................. 14
2. Tipe Balutan Luka ......................................................................... 16
BAB III RESUME KEPERAWATAN ........................................................... 19
A. Pengkajian ........................................................................................... 19
B. Analisa Data ........................................................................................ 22

viii

C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi ............................................... 23
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 28
A. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ............................. 28
B. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan .................................... 32
C. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis ......................... 35
D. Analisa tindakan .................................................................................. 38
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 40
A. Kesimpulan ......................................................................................... 40

B. Saran .................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
dengan ketidakadaan absolute insulin atau penyakit yang mengalirkan
volume urin yang banyak dengan mengandung kadar gula yang tinggi
(Corwin, 2009). Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun
2010, Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kelainan ginjal, saraf , jantung dan pembuluh darah. Diabetes Melitus
adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik

akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Mansjoer dkk,2007).
Salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai pada masalah
kesehatan adalah diabetes melitus. Dari data WHO didapatkan bahwa
setelah mencapai usia 30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1 – 2 mg%/
tahun pada saat puasa dan akan naik sebesar 5,6 – 13 mg%/ tahun pada 2
jam setelah makan (Rochman, 2007). Data tingkat prevalensi global bahwa
jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun 2012 telah mencapai 8,4 %
dari populasi penduduk di dunia, telah mengalami peningkatan menjadi
382 kasus pada tahun 2013. Jika tidak ada suatu penanganan yang khusus,
jumlah tersebut diperkirakan meningkat pada tahun 2035 menjadi 55 %
(592 juta orang), usia pada penderita DM antara 40 – 59 tahun (IDF,2013).
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sekitar
183 juta orang tidak menyadari kalau mereka menderita penyakit diabetes
mellitus, sebesar 80 % yang menderita diabetes mellitus tinggal di Negara
yang berpenghasilan rendah dan menengah. Dari data tahun 2006,

1


2

sebagian besar orang yang menderita penyakit diabetes melitus lebih dari
50 juta orang di Asia Tenggara (IDF 2011).
Secara epidemiologi, diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah
penyakit DM pada tahun 2030 dengan jumlah penderita meningkat
menjadi 21,3 juta orang di Indonesia. Sedangkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa jumlah penderita diabetes
mellitus di Indonesia terus meningkat dimana saat ini diperkirakan sekitar
5 juta lebih penduduk Indonesia atau 1 dari 40 penduduk Indonesia
menderita diabetes (Tarwoto, 2012). Indonesia merupakan urutan ke 7
dengan diabetes mellitus tertinggi sejumlah 8,5 juta setelah Cina (98,4
juta), India (65,1 juta), Amerika (24,4 juta), Brazil (11,9 juta), Rusia (10,9
juta), Mexico (8,7 juta), Indonesia (8,5 juta), Jerman (7,6 juta), Mesir (7,5
juta), dan Jepang (7,2 juta) (IDF,2013).
Data Riskesdes tahun 2013, terjadi peningkatan prevalensi DM
pada 17 Propinsi seluruh Indonesia dari 1,1 % (2007) menjadi 2,1 %
(2013) dengan total penduduk 250 juta. Dari data kejadian DM, salah
satunya adalah Propinsi Jawa Tengah dengan penderita DM tertinggi

sebanyak 509.319 orang jiwa di wilayah kota Semarang (Profil Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2011). Berdasarkan data dari Badan
Statistik Provinsi Jawa Tengah, jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2012, sebesar 33.270.207 jiwa. Prevalensi DM tergantung
insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,06 lebih
rendah dibandingkan tahun 2011 (0,09 %). Sedangkan, prevalensi DM
tidak tergantung insulin yang lebih dikenal dengan DM tipe II, mengalami
penurunan dari 0,63 % menjadi 0,55 % pada tahun 2012 ( Dinkes Provinsi
Jawa Tengah). Berdasarkan laporan program dari Rumah Sakit, Kasus DM
ditemukan sebanyak 151.075. berdasarkan jumlah kasus PTM lain di kota
Semarang adalah 36,98 %.
Penduduk di Kabupaten Kebumen 1.181.678

jiwa, sedangkan

untuk jumlah lansia berdasarkan usia 45 – 64 tahun ada 136.328 jiwa dan

3

untuk jumlah lansia >65 tahun ada 58.747 jiwa. Prevalensi DM tergantung
insulin
untuk wilayah Kebumen pada tahun 2012 sebesar 163 jiwa, dan untuk
pravalensi DM tidak tergantung insulin ada 1.652 jiwa (Dinkes Provinsi
Jawa Tengah). Di Kabupaten Kebumen tahun 2015, penyakit tidak
menular diabetes mellitus menduduki peringkat kedua setelah penyakit
Hipertensi (8.131 kasus), Diabets Melitus (2.216 kasus), dan Asma
Bronkial (2.085 kasus) (Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen).
Berdasarkan analisa data Riskesdas tahun 2007 yang dilakukan
oleh Irawan, didapatkan bahwa prevalensi DM tertinggi terjadi pada
kelompok umur diatas 45 tahun sebesar 12,41 %. Analisa ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan kejadian DM dengan faktor risikonya yaitu jenis
kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik,
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh, lingkar
pinggang, dan umur. Sebesar 22,6 % kasus DM Tipe 2 di populasi dapat
dicegah jika obesitas sentral diintervensikan (Irawan, 2010).
Berdasarkan analisis antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes
melitus, prevalensi kejadiana DM pada wanita lebih tinggi dari pada laki –
laki. Wanita lebih berisiko mengidap penyakit diabetes mellitus karena
secara fisik wanita memiliki peluang meningkatkan indeks masa tubuh
yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca
menopause membuat distribusi lemak tubuh menjadi lebih mudah
terakumulasi akibat proses hormonal, sehingga wanita berisiko menderita
pentakit diabetes mellitus (Irawan, 2010).
Komplikasi

Diabetes

Melitus

(

Subekti,

2006

)

adalah

Hipoglikemia terjadi karena pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebih, kurangnya asupan makanan, dan aktivitas klien yang berlebihan.
Diabetes Ketoasidosis ketidakadaan insulin atau tidak cukupnya insulin
yang dapat mengakibatkan gangguan pada metabolism karbohidrat,
protein dan lemak yang dimanifestasikan dengan adanya dehidrasi,
asidosis dan kehilangan elektrolit. Sindroma Hiperglikemik Hiperosmolar

4

Nonketotik yaitu keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas,
hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.

Komplikasi

jangka panjang diabetes dapat menyerang semua sistem organ tubuh.
Komplikasi menahun Diabetes Melitus yaitu neuropatik diabetik,
retinopati diabetik, nefropati diabetik, proteinuria, kelainan coroner, dan
ulkus.
Kaki diabetik adalah infeksi, ulkus, yang di tandai dengan
kerusakan jaringan berhubungan dengan gangguan pada system saraf dan
aliran darah pada kaki (Adhiarta,2011; Gitarja,2008). Gangguan saraf pada
saraf dan aliran darah ini disebabkan karena hiperglikemia, sedangakan
menurut Waspadji (2007) kaki diabetik adalah kelainan tungkai bawah
akibat diabetes yang tidak terkontrol.
Pada penderita DM dengan luka di kaki biasanya akan mengalami
infeksi. Infeksi Kaki Diabetik (IKD) merupakan infeksi yang terjadi
didaerah ekstremitas bawah, karena dapat mengalami mati rasa didaerah
tersebut, sehingga penderita tidak menyadari adanya luka dikakinya.
Infeksi kaki diabetik merupakan infeksi yang paling sering terjadi dan
sering dijumpai bersamaan dengan hiperglikemia. Lebih dari 40 % orang
dengan IKD kemungkinan harus diamputasi dan 5 % - 10 % akan
meninggal karena infeksi yang terjadi disekitar area amputasi. Hal ini
terjadi karena kurangnya perawatan luka sejak dini, perawatan luka
berfungsi agar luka sembuh dan infeksi tidak menyebar ke organ lain
(Suryani, 2012).
Berdasarkan penjelasan diatas banyak dampak negatif apabila
orang yang menderita Diabetes Melitus tidak di tangani sejak dini, apalagi
orang yang menderita diabetes melitus memiliki luka pada kakinya tidak
dilakukan perawatan luka sejak awal maka akan berakibat fatal. Maka dari
itu penulis tertarik untuk mengambil bahan studi karya tulis ilmiah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan
Perlindungan pada Ny. T dengan Diabetes Melitus Tipe II di ruang Husna
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong”.

5

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman
dan perlindungan pada Ny.T dengan diabetes mellitus tipe II di ruang
Husna, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian pada klien penderita Diabetes
Melitus
b. Memaparkan analisa data dan diagnosa keperawatan pada klien
penderita Diabetes Melitus
c. Memaparkan intervensi keperawatan pada klien penderita Diabetes
Melitus
d. Memaparkan hasil implementasi keperawatan sesuai rencana
keperawatan pada klien penderita Diabetes Melitus
e. Memaparkan hasil evaluasi keperawatan pada klien penderita
Diabetes Melitus
f. Memaparkan inovasi asuhan keperawatan pada klien penderita
Diabetes Melitus

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Keilmuan
a. Institusi Pendidikan
Penulisan KTI ini sebagai kapustakaan atau informasi tentang
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Perlindungan
pada penderita Diabetes Melitus.
b. Penulis

6

Karya Tulis Ilmiah ini memeberikan pengalaman bagi penulis
untuk dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada klien yang
menderita Diabetes Melitus dengan Kebutuhan Rasa Aman dan
Perlindungan.

2. Manfaat Aplikatif
a. Rumah Sakit
Memberikan pengetahuan tambahan bagi tenaga kesehatan untuk
mempertahankan dan meningkatkan asuhan keperawatan pada
klien yang menderita diabetes mellitus dengan Kebutuhan Rasa
Aman dan Perlindungan
b. Klien dan Keluarga
Memberikan pengetahuan pada klien dan keluarga tentang cara
perawatan luka post amputasi pada klien penderita diabetes
mellitus.
.

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MILITUS
DI RUANG KHUSNA RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Program Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh
DEWI SETYOWIGIASTRI
NIM A01301736

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2016

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

A. PENGETIAN
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk,
2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
diabetes.

B. ETIOLOGI
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel beta
pankreas disebabkan oleh :
a. Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu
predisposisi / kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini
ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human
Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainnya.
b.

Faktor Imunologi

Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai
jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat
faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan yaitu :
a. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis
menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan
beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi
insulin. (Sujono & Sukarmin, 2008).
b.

Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi yang akan
berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pankreas
disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita
obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak. (Sujono &
Sukarmin, 2008).

c. Riwayat Keluarga
Pada anggota keluarga dekat pasien diabetes tipe 2 (dan pada kembar non
identik), risiko menderita penyakit ini 5 hingga 10 kali lebih besar daripada
subjek (dengan usia dan berat yang sama) yang tidak memiliki riwayat
penyakit dalam keluarganya. Tidak seperti diabetes tipe 1, penyakit ini tidak
berkaitan dengan gen HLA. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa
diabetes tipe 2 tampaknya terjadi akibat sejumlah defek genetif, masingmasing memberi kontribusi pada risiko dan masing-masing juga dipengaruhi
oleh lingkungan. (Robbins, 2007).
d. Gaya hidup (stres)
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji
yang kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh besar

terhadap kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan
meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan
kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga
berdampak pada penurunan insulin.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur
c. komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer

D. PATOFISIOLOGI
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan
cairan berlebihan, pasien akan mengala mi peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan

dan

glikogenolisis

kelemahan.
(pemecahan

Dalam

keadaan

normal

insulin

mengendalikan

glukosa

yang

disimpan)

dan

glukoneogenesis

(pembentukan glukosa baru dari asam amino dan substansi lain), namun pada
penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet
dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen
terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena

itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan
dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang
lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi

E. PATHWAY

F. KOMPLIKASI
Menurut Subekti (2006; 161) komplikasi dari diabetes mellitus adalah
1. Hipoglikemia
Dapat terjadi karena pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan terlalu sedikit atau karena aktivitas yang berlebihan.
2. Diabetes Ketoasidosis
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata. Keadaan ini akan mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak

yang dimanifestasikan dengan adanya

dehidrasi, asidosis dan kehilangan elektrolit.
3. Sindroma Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik
Yaitu keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan
disertai perubahan tingkat kesadaran
4. Komplikasi Jangka Panjang
Komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua sistem organ
tubuh
5. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a) Neuropati diabetik
b) Retinopati diabetik
c) Nefropati diabetik
d) Proteinuria
e) Kelainan koroner
f) Ulkus/gangrene
G. PEMEIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan gula darah
2. Pemeriksaan urine
3. Pemeriksaan Hb
H. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis

Intervensi :
a. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan ontro presipitasi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri klien sebelumnya.
d. Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
e. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis).
f.

Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk
gmengetasi nyeri.

g. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
h. Monitor TTV
2. Ketidakseimbangan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

b.d.

ketidakmampuan menggunakan glukose
Intervensi :
a. Monitor intake makanan dan minuman yang dikonsumsi klien setiap
har
b. Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat gizi yang dibutuhkan
dengan berkolaborasi dengan ahli gizi
c. Kaji status nutrisi
d. Timbang BB klien
e. Kolaborasikan pemberian insulin secara teratur
f.

Kolaborasikan pemberian diit rendah glukosa

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi
Intervensi :
a. observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti kemerahan dan
adanya push pada luka
b. Kaji TTV
c. Lakukan erawatan luka
d. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Sujono & Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Imam Subekti. 2006. Tetap Sehat Dengan Diabetes Mellitus. Dalam: Pradana Soewondo,
editor: Hidup Sehat Dengan Diabetes. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Hal 25

Robbins, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni