ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR PADA NY. K DI RUANG BAROKAH PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG - Elib Repository

  ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR PADA NY. K DI RUANG BAROKAH PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif

  Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan

  Disusun oleh: LUDI NUR KURNIAWAN A01301784

  Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

  KTI, Agustus 2016 Ludi Nur Kurniawan¹, Hendri Tamara Yuda², M.Kep.,Ns

  

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

BELAJAR PADA NY.K DI RUANG BAROKAH PKU

MUHAMMADIYAH GOMBONG

Latar belakang: Melena adalah keadaan dimana feses hitam akibat

  perdarahan disaluran cerna bagian atas akibat pecahnya varises esofagus dan gastritis erosif karena makan pedas dan konsumsi jamu rematik. Pada klien melena memiliki masalah kurang pengetahuan untuk menyelesaikan masalah ini dilakukan pendidikan kesehatan.

  

Tujuan penulisan: memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan

dengan pemenuhan belajar.

Pembahasan: saat dikaji pada tanggal 09 Juni 2016 klien dan keluarga

  mengatakan belum tahu tentang sakitnya, klien baru pertama kali masuk rumah sakit, diagnosa yang muncul adalah defisiensi pengetahuan, Intervensi dan Implementasi yang dilakukan adalah mengkaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, pendidikan kesehatan tentang melena, dan kaji ulang pengetahuan yang diperoleh. Hasil evaluasi hari ketiga keluarga dan klien mengetahui tenang pengertian melena, tanda dan gejala, diit makanan yang boleh dan tidak, pencegahan melena.

  

Kesimpulan: Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan untuk

pencegahan dan perubahan perilaku. Kata Kunci: asuhan keperawatan, defisiensi pengetahuan, melena 1.

  Mahasiswa DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

2. Dosen DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

  Diploma III Of Nursing Program Muhammadiyah Health Science Institute Of Gombong

  Nursing Care Report, August 2016 Ludi Nur Kurniawan¹, Hendri Tamara Yuda², M.Kep.,Ns

  

ABSTRACT

NURSING CARE OF FULFILLING LEARNING NEED TO Mrs. K

  

IN BAROKAH WARD, PKU MUHAMMADIYAH HOSPITAL OF

GOMBONG

Background: Melena is condition wherein black stool due to bleeding of

  upper gastrointestinal duct due to rupture of esophageal varices and erosive gastritis. It may result from eating spicy food and consuming “jamu” a tonic made of medicinal herb to reduce pain. Usually the melena’s patient has deficient knowledge regarding her case. Health education was given to solve this problem.

  

Objective: to provide a nursing care overview on fulfilling learning need to

  Mrs. K in Barokah ward PKU Muhammadiyah hospital of Gombong

  th

Disscussion: assesment has been held on Thusday June 9 , 2016. The

  patient and her family did not know about the melena disease, it was the first time for her to visit the hospital. The main nursing diagnosis was deficient knowledge. Interventions and Implementations were assessing her knowledge about the disease, giving health education about melena, and reviewing the knowledge acquired.

  

Results: the evaluation done on the third day showed that the patient and

  her family has known about melena disease. She understood signs and unhealthy food, and to prevent melena disease.

  

Conclusion: Health education can increase knowledge of the patient and

her family for prevention and behavior changes. Keywords: deficient knowledge, melena, nursing care 1.

  University student Diploma III of Nursing Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong.

2. Lecturer Diploma III of Nursing Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong.

  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

  Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan kebutuhan Belaja Pada Ny.K Di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong”.

  Penulis membuat laporan ini adalah untuk memaparkan hasil ujian komprehensif sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar pendidikan ahli madya keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong. Penulis menyadari banyak mengalami kendala dan hambatan, Namun berkat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.

  Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep.,Ns. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

  2. Bapak Sawiji, S.Kep.,Ns. M.Sc. selaku Ketua Program Studi Diploma

  III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong dan dewan penguji dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

  3. Ibu Ike Mardiati Agustin, M.Kep.,Sp.Kep.J. selaku Pembimbing Akademik Diploma III Kelas III b.

  4. Bapak Hendri Tamara Yuda, M.Kep.,Ns. selaku penguji lahan Ujian Akhir Program, dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah, serta dewan penguji dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

  5. Bapak Heri Puji Setiawan, S.Kep.,Ns selaku penguji lahan Ujian Akhir Program di RS PKU Muhammadiyah Gombong.

  6. Ny.K beserta keluarga yang telah membantu saya dalam pelaksanaan

  7. Bapak Wagino dan Ibu Sartini serta kakak-kakakku Nunung Novisari dan Fitri Yuniarti yang tercinta yang selalu memberikan dukungan moral, materi dan do’a dalam setiap langkahku.

  8. Teman – teman mahasiswa STIKes Muhammadiyah Gombong tercinta, kelas 3B DIII Keperawatan, ( Leny, Linda Ayu, Linda Risti, Lulu, Mifta dan Naskati) teman seperjuangan Ujian Akhir Komprehensif dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang saling membantu dan mendukung hingga akhirnya selesai.

9. Teman-teman Pimpinan Komisariat IMM STIKes Muhammadiyah

  Gombong (Kania Yuliana Dewi, Dwi Sudaryani, Ani Susanti, Dwi Alfi Mujahidah, Devia Famela, Janrizki P.S. dan Imam Kurniawan) dukungan semangat, motivasi dan do’a kepada penulis.

  Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penulisan, bentuk dan isi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.

  Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan keperawatan selanjutnya.

  Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

  Gombong, 5 Agustus 2016 Penulis

  DAFTAR ISI

  Halaman

  

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................. iii

ABSTRAK ................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix

  

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Tujuan Penulisan .............................................................................. 6 C. Manfaat Penulisan ............................................................................ 7

BAB II KONSEP DASAR ....................................................................... 8

A. Konsep Dasar Kebutuhan Manusia .................................................. 8 B. Pendidikan Kesehatan ...................................................................... 17 C. Inovasi Pendidikan Kesehatan ......................................................... 24

BAB III RESUME KEPERAWATAN .................................................. 29

A. Pengkajian ........................................................................................ 29 B. Analisa Data ..................................................................................... 31 C. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi............................................ 32

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................ 38

A. Asuhan Keperawatan........................................................................ 38 B. Analisa Inovasi Tindakan Keperawatan ........................................... 50

BAB V PENUTUP ................................................................................... 55

A. Kesimpulan....................................................................................... 55 B. Saran ................................................................................................. 57 DAFTAR PUSTAKA

  DAFTAR GAMBAR

  Halaman

Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow .................................................. 8Gambar 2.2 Kerucut Edgar Dale ............................................................... 25

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Lembar Konsul Bimbingan KTI.

  2. Asuhan Keperawatan Pada Ny.K Dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Melena Di Ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah Gombong.

  3. Laporan Pendahuluan Melena.

  4. Satuan Acara Penyuluhan Melena.

  5. Leaflet Melena.

  6. Lembar Balik Melena 7.

  Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan “Efektifitas Peraga Food

  Model dan Flip Chart dalam Pendidikan Kesehatan Pasien Diabetes Mellitus Type II Di RSUD Tugurejo Semarang

  ”.

  8. Jurnal Puslitbang Gizi dan Makanan “Peran Penyuluhan dengan Menggunakan Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Gizi Kurang”.

  9. Interdisciplinary Journalof Health Sciences “Social Media And Its Use

  In Health Promotion ”.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melena (berak darah) adalah keadaan dimana feses hitam akibat

  diwarnai oleh darah yang berubah (Dorland, 2011). Kejadian melena terjadi jika ada perdarahan di saluran cerna bagian atas (upper

  gastrointestinal tract ) dengan kehilangan darah lebih dari 60 ml (Lipponcott Williams & Wilkins, 2009).

  Kejadian melena adalah keadaan darurat di rumah sakit yang menimbulkan 8%-14% kejadian meninggal dunia. Faktor terpenting tingginya angka kematian adalah kegagalan untuk menilai keadaan klinis gawat dan kurang tepat diagnostik menentukan sumber perdarahan (Almi, 2013).

  Perdarahan disaluran cerna atas adalah kehilangan darah dalam lumen saluran cerna mulai dari esofagus sampai duodenum (dengan batas anatomik di ligamentum treitz). Perdarahan saluran cerna bagian bawah (SCBB) adalah kehilangan darah di sebelah bawah ligamentum treitz (Azmi dkk, 2016).

  Kejadian perdarahan saluran cerna bagian atas di negara Eropa mencapai 100 jiwa per 100.000 jiwa/tahun, kejadian terhadap pria jauh lebih banyak dari pada wanita. Insidensi ini meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Di Indonesia kejadian ini nyatanya di populasi tidak diketahui (Milani, 2015).

  Etiologi perdarahan saluran cerna atas di Indonesia berbeda dengan yang dilaporkan kepustakaan barat. Pecahnya varises esofagus di Indonesia presentasenya mencapai 70% atau hipertensi portal (adanya

  gastropati hipetensi portal ) menjadi penyebab lainnya. Kecenderungan

  2 bagian bawah yang datang ke Unit Gawat Darurat (UGD) RS Hasan Sadikin Bandung. Mortalitas secara keseluruhan masih tinggi yaitu sekitar 25%, ruptur varises dapat mencapai 60% sebagai penyebab kematian dan perdarahan non varises sekitar 9%-12% (Almi, 2013).

  Sedangkan di negara Barat sebagaian besar di akibatkan tukak peptik dan gastritis erosif. Penyebab lain pada perdarahan di saluran pencernaan atas yaitu sindroma mallory-weiss dan akibat dari keganasan saluran cerna bagian bawah (Azmi dkk, 2016).

  Perbedaan etiologi terbanyak di negara Barat dan di Indonesia ini dapat dilihat pada penelitian Hreinsson pada tahun 2012 di Islandia dimana temuan terbanyak adalah ulkus peptikus (35,2%) diikuti oleh sindroma Mallory-Weiss (12,2%). Penelitian Hearnshaw pada tahun 2010 di Inggris, kasus terbanyak adalah ulkus peptikum sebanyak 36%, diikuti varises esofagus sebanyak 11%. Di Indonesia berdasarkan penelitian Adi pada tahun 2009 dari 1673 kasus perdarahan saluran cerna bagian atas di unit SMF Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum dr Soetomo Surabaya, sebanyak 76,9% adalah pecahnya varises esofagus, sebanyak 19,2% gastritis erosif, dan 1,0% akibat tukak peptik, sebanyak 0,6% karena kanker lambung dan sebanyak 2,6% karena sebab-sebab lain (Azmi dkk, 2016).

  Menurut jenis kelamin dan kelompok umur dari kasus perdarahan saluran cerna bagian atas adalah sebagai berikut : 1) Tukak lambung sering terjadi pada pria di banding dengan wanita (1,3:1). Walaupun dapat terjadi semua kelompok umur, tukak lambung sering terjadi pada kelompok umur 55-70 tahun; 2) Pada tukak duodenum, perbandingan antara laki-laki dan wanita (2:1). Umur terbanyak penderita antara kelompok umur 45-65 tahun semakin usia bertambah makin meningkat; 3) Kanker gaster pada pria dua kali lebih sering dari pada wanita. Kebanyakan kasus kanker lambung terjadi pada umur 50-70 tahun dan

  3 endoskopi, sehingga diketahui letak area perdarahan dan seberapa keparahanya (Milani, 2015).

  Penelitian pada Januari 2010 sampai Desember 2013 di Instalasi Diagnostik Terpadu (IDT) RSUP M Djamil Kota Padang dengan 162 pasien penderita hematemesis dan atau melena distribusi gambaran esofaguoduodenoskopi (EGD) menunjukan bahwa diagnosis EGD yang terbanyak adalah ulkus gaster (27,8%), kemudian diikuti pecahnya varises esofagus sebanyak (13,6%), dan gastritis erosif (9,6%). Pada penelitian lainnya, varises esofagus kasus terbanyak di RSU dr Soetomo Surabaya sebanyak 76,9%, RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta 33,5% dan RS Lacor Uganda 40,6%. Tingginya kasus ulkus gaster dan gastritis erosif di RSUP M. Djamil Padang dari pada ketiga rumah sakit kemungkinan dapat disebabkan oleh pola makan masyarakat padang yang cenderung makan makanan pedas. Hal ini sesuai dengan Hadi pada tahun 2002 bahwa salah satu penyebab ulkus gaster dan gastritis erosif adalah kebiasaan makan makanan yang pedas yang dapat merusak (harmful) pada mukosa lambung dan usus (Azmi dkk, 2016).

  Penatalaksanaan yang diberikan tindakan medikamentosa dan non-medikamentosa. Penatalaksanaan tindakan medis dengan obat golongan PPI, cairan infus RL 20 tetes/menit dan pemasangan NGT, transfuse sampai Hb 10 mg/dl dan pemantauan Hb. Sedangkan tindakan non-medikamentosa antara lain bed rest, puasa, diit cairan dan pendidikan kesehatan untuk pencegahan dari kekambuhan (Milani, 2015).

  Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menangkap dan memperoleh informasi kesehatan serta kemampuan membangun kesehatan. Masyarakat berpendidikan yang lebih tinggi, memiliki pengetahuan dan daya wawas yang lebih luas sehingga mampu menyerap dan menerima informasi, serta ikut menangani masalah

  4 Profil Kesehatan Jawa Tengah (2013) memaparkan bahwa penduduk Jawa Tengah antara laki-laki dan perempuan berusia 10 tahun berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang diselesaikan pada tahun 2013 sejumlah 27.767.204 jiwa dengan perincian tidak/belum pernah sekolah sejumlah 1.755.025 jiwa, tidak/belum tamat SD/MI sejumlah 6.985.363 jiwa, SD/MI sejumlah 9.428.115 jiwa, SMP/MTs sejumlah 5.472.949 jiwa, SMA/SMK/MA sejumlah 3.106.543 jiwa, UNIVERSITAS sejumlah 1.019.209 jiwa.

  Tahun 2012 tingkat pendidikan secara umum meningkat, peningkatan ini terjadi pada tingkat SD dan SMP dan data berikut menyajikan usia diatas 10 tahun keatas yang tamat belajar di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008-2012. Masih rendahnya tingkat pendidikan di Jawa tengah yang presentase tertinggi lulusan SD akan menimbulkan masalah tentang pengetahuan karena menurut Mubarok (2007) salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan semakin rendah akan menjadi hambatan dalam hal pengetahuan terutama dalam pembangunan kesehatan khususnya di Jawa Tengah.

  Kebutuhan belajar manusia termasuk kebutuhan pokok untuk meningkatkan pengetahuan, hal ini sesuai pernyataan seorang ahli psikologi asal Amerika bernama A. Maslow mengatakan bahwa kebutuhan manusia ada 5 tingkat yaitu kebutuhan fisik, pemenuhan kebutuhan rasa aman, pengakuan orang lain, harga diri, dan perwujudan diri. Maslow mengatakan kebutuhan paling dasar harus dipenuhi dahulu sebelum mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Pendidikan bagi orang dewasa termasuk kebutuhan akan harga diri (Notoatmodjo, 2007).

  Pendidikan kesehatan masyarakat salah satu bentuk pendidikan orang dewasa (adult education). Pendidikan kesehatan akan menambah pengetahuan yang merupakan objek yang ditangkap melalui mata,

  5 Dengan pengetahuan manusia akan menjadi lebih tahu dengan apa yang dilihatnya, didengarnya dan dirasakan berdasarkan pengalaman itu menjadikan bekal untuk kehidupan dan merubah perilaku. Untuk mendapatkan pengetahuan berbagai cara bisa dilakukan salah satunya dengan pendidikan yang lebih spesifik tentang kesehatan.

  Pendidikan kesehatan berfungsi menjembatani kesenjangan pengetahuan dan perlaku kesehatan yang mampu memotivasi individu untuk menerima informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh untuk menjadi lebih baik soal kesehatan dengan cara menghindar dari hal-hal yang merugikan kesehatan dan menjadikan hidup berguna bagi kesehatan (Febrina, 2012).

  Pendidikan kesehatan menjadi komponen dalam promosi kesehatan, pendidikan kesehatan berfungsi membangkitkan keinsyafan dalam aspek-aspek yang merugikan kesehatan lingkungan dari penyebab penyakit dan melibatkan masyarakat. Pendidikan tentang kesehatan berusaha menolong orang-orang mengontrol kesehatan mereka sendiri dengan memengaruhi, memungkinkan, dan kuat soal keputusan atau tindakan sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri (Heri, 2009).

  Konsep pembelajaran dalam pendidikan kesehatan merupakan langkah sistematis untuk mencapai perubahan perilaku yang meliputi evaluasi pendidikan kesehatan. Jadi manfaat dari pendidikan kesehatan antara lain berupa perubahan dalam berperilaku, peningkatan derajat dan pemeliharaan kesehatan serta pencegah risiko kekambuhan. Pembelajaran pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan erbagai macam cara mulai penyuluhan, ceramah atau metode curah pendapat. Pembelajaran perlu didukung dengan media yang tepat dan hasil dari pembelajaran dapat tersampaikan, ada berbagai macam media yang biasanya digunakan dari cetak, tulis maupun elektronik. Dalam karya tulis ini penulis memaparkan implementasi yang sudah dilakukan untuk

  6 Penggunaan media ini dapat dilihat dari diagram kerucut Edgar dale yang membagi penggunaan alat peraga dari yang memiliki hasil paling bagus bagian bawah dan paling atas yang kurang intens (Noroatmodjo, 2007).

  Berdasarkan latar belakang belakang diatas maka pasien dengan

  Hematemesesis Melena perlu adanya pemenuhan kebutuhan belajar

  dengan memberikan pendidikan kesehatan, sehingga penulis tertarik menulis Karya Tulis Ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Belajar pada Ny.K di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong”.

B. Tujuan Penulisan

  1. Tujuan Umum Tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini untuk menganalisa tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Belajar pada Ny.K dengan Hematemesis Melena di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong.

  2. Tujuan Khusus

  a. Mahasiswa mampu memaparkan hasil pengkajian pada pasien Ny.K di ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong.

  b. Mahasiswa mampu memaparkan masalah keperawatan yang ditemukan pada Ny.K di ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong.

  c. Mahasiswa mampu memaparkan prioritas masalah yang muncul pada Ny.K di runag Barokah PKU Muhammadiyah Gombong.

  d. Mahasiswa mampu memaparkan perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah yang ditemukan pada Ny.K di ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong.

  7

  e. Mahasiswa mampu memaparkan tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan pada Ny.K di ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong.

  f. Mahasiswa mampu memaparkan evaluasi pencapaian tujuan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan belajar pada Ny.K di ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong.

  g. Mahasiswa mampu menganalisa tindakan inovasi keperawatan dengan pendekatan teori maupun jurnal ilmiah.

  h. Mahasiswa mampu memberikan saran kepada pihak-pihak yang terlibat baik keluarga pasien, rumah sakit, dan insitusi kesehatan agar dapat memanfaatkan menjadikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai refrensi tindakan.

C. Manfaat Penulisan

  1. Manfaat Keilmuan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberi sumbangan yang berharga pada perkembangan ilmu keperawatan dirumah sakit dan institusi kesehatan terutama dalam hal asuhan pemenuhan kebutuhan belajar pada klien yang membutuhkan sebagai bahan refrensi keilmuan. Inovasi yang di paparkan dapat meningkatkan mutu pelayanan sehingga tujuan dari perawatan dapat tercapai dengan tingkat kepuasaan pasien meningkat.

  2. Manfaat Aplikatif Karya Tulis Ilmiah ini dapat membantu pasien dan keluarga untuk mengetahui manfaat dari pendidikan kesehatan sehingga akan menambah pengetahuan tentang penyakit dan perilaku individu serta keluarga dalam pencegahan dari kekambuhan Hematemesis

  Melena.

DAFTAR PUSTAKA

  Achmadi, Umar Fahmi. (2013). Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi (Edisi 1). Jakarta: Rajawali Press. Almi, D.U. (2013). Hematemesis Melena Et Causa Gastritis Erosif Dengan

  Riwayat Penggunaan Obat NSAID Pada Pasien Laki-Laki Lanjut Usia. Medula, 1(01), 72-78. Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien . Jakarta: Salemba Medika. Azmi, Fadhil et.al. (2016). Gambaran Esofagogastroduodenoskopi Pasien

  Hematemesis dan atau Melena di RSUP M Djamil Padang Periode Januari 2010 - Desember 2013. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol (5). 1. Cornelia, et al. (2013). Konseling gizi. Jakarta: Penebar Plus+ (Penebar Swadaya Grup). Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2013). Profil Kesehatan Provinsi

  Jawa Tengah Tahun 2013 . Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

  Doenges, Marilynn E., et al. (2014). Nurshing Diagnosa Manual: Planning,

  Individualizing, & Documenting Client Care . Angeline, Bhesty, et al., (2014) (Alih Bahasa). Jakarta: EGC.

  Dorland, W. A. Newman. (2011).

  Dorland’s Pocket Medical Dictionary th

  (28 Ed.), Mahode, Albertus Agung dkk. (2011) (Alih Bahasa), Jakarta: EGC

  Efendi, Ferry Makhfudli. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika. Ernawati, Febrina. (2012). Pengetahuan Pendidikan Kesehatan Terhadap

  Peningkatan Pengetahuan Tentang Diare Pada Anak Jalanan di Semarang . Naskah tidak Dipublikasikan

  Fadila, Milani Nur. (2015). Hematemesis Melena dikarenakan Gastritis Erosif dengan Anemia dan Riwayat Gout Atritis. Jurnal Medula. Vol 4 (2), 10.

  Grace. A. Pierce & Borley. Neil. (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3.

  Jakarta: Erlangga. Hanafie, Achsanuddin. (2006). Anemia dan Transfusi Sel Darah Merah pada Pasien Kritis. Majalah Kedokteran Nusantara. Vol 39 (3). 243-

  252. Herdman, T. Heather. (2015). NANDA International Inc. Nurshing

  diagnoses: definitions & classification 2015-2017 . Keliat, Budi Anna, et al. (2016) (Alih Bahasa). Jakarta: EGC.

  Kozier, Barbara, et al. (2004). Fundamental of Nurshing: Concepts, Process, and Practise (7th Edition). Karyuni, Pamilih Eko, et al.

  (2010) (Alih Bahasa). Jakarta: EGC. Levac, Joelle J & Dr. Tracey O’SULLIVAN. (2010). Social Media and Its Use In Health Promotion. Interdiciplinary Journal of Health Sciences.

  Vol 1 (49-57). Maryam, Siti. (2014). Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan.

  Jakarta: EGC. Maulana, Heri D. J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. Mubarak, Wahit Iqbal, et al. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan . Yogyakarta: Graha Ilmu.

  Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Pramukti, Anissa Loviana, et al. (2013). Efektifitas Peraga Food Model dan

  Flip Chart dalam Pendidikan kesehatan Pasien Diabetes Mellitus

  Type II di RSUD Tugurejo. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Vol 1(3). Diakses pada 30 Juni 2016 pukul 08.00 WIB

  Salimar et al (2009). Peran Penyuluhan dengan Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Gizi Kurang. Jurnal Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbang Kesehatan, Depkes RI . Vol 32 (2).

  122-130 Sudha, R. (2013). Nursing Education: Principle and Concepts. Haryana, Suminar, Sri Ratna. (2011). Analisis Hukum Terhadap Pemberian Transfusi Darah Di Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jurnal FH. UNISBA. Vol XIII (3).

  Syaifuddin, H. (2011). Anatomi fisiologi: kurikulum berbasis kompetensi untuk keperawatan & kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC. Taylor, Cynthia M. (2011). Diagnosa Keperawatan: dengan rencana asuhan. Jakarta: EGC. Williams, Lippincott & Wilkins. (2009). Nurshing know-how. Evaluating signs & symptoms. Philadelphia/USA: Wolters Kluwer Health. Wulandari, Rini et al. (2015) Hubungan sikap caring perawat terhadap pelaksanaan oral hygiene di ruang intensive RSUD Dr. Moewardi

  Surakarta.www.stikeskusumahusada.ac.id/digilib/download.php?id=1

  206 diakses pada tanggal 26 Juni 2016 jam 15.00 WIB

  

LAPORAN PENDAHULUAN

MELENA

Disusun Oleh

Ludi Nur Kurniawan

  

(A01301784)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

  LAPORAN PENDAHULUAN MELENA A. Definisi

  Hematemesis adalah muntah darah yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal. (Sjaifoellah Noer, dkk, 1996).

  Melena adalah tinja hitam atau muntah hitam karena darah dalam saluran cerna yang menjadi hitam dibawah pengaruh asam klorida lambung, lalu dikeluarkan pada hajat besar atau dimuntahkan (Diktat Askep Pasien dengan Masalah Pencernaan Makanan, 2000).

  Hematemesis (muntah darah) dan melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran cerna bagian atas (diatas ligamentum teres hepatis).Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan,sehingga dapat berwarna sebagai kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal- gumpal. Melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis.

B. Etiologi

  Hematemesis terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunum. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera

  1. Kelainan esofagus : varise, esofagitis, keganasan.

  2. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan lain-lain.

  3. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.

  4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.

  5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol, dan lain-lain.

  Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas (Hilmy 1971: 58 %).

C. Manifestasi Klinik

  Menurut (Nurarif, Amin dkk. 2015) Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebagai berikut :

  1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan diare.

  2. Demam, berat badan turun, lekas lelah.

  3. Ascites, hidratonaks dan edemo.

  4. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.

  5. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis.

  Bila secara klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam bukan oleh sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis

  6. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput medusa, wasir dan varises esofagus.

  7. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme yaitu: Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila dan pubis. Amenore, hiperpigmentasi areola mamae, Eritema dan hiperpigmentasi

  8. Jari tabuh.

D. Patofisiologi

  1. Ulkus Peptikum Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan

  (asam hidroklorida) dan pepsin. Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mucus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.

  2. Sekresi lambung Sekresi lambung terjadi pada tiga fase yang serupa ; (1) fase sefalik yaitu : fase yang dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau, atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal , (2) fase lambung, yaitu : pada fase lambung dilepaskan asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap resptor di dinding lambung, dan (3) fase usus, yaitu makanan pada usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap sebagai gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.

  3. Barier mukosa lambung Merupakan pertahanan utama lambung terhadap pencernaan yang integritas sel mukosa dan regenersi sel epitel. Seseorang mungkin akan mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua faktor ini , yaitu; (1) hipersekresi asam lambung (2) kelemahan barier mukosa lambung.

  Apapun yang menurunkan produksi mucus lambung atau merusak mukosa lambung adalah ulserogenik ; salisilat, obat anti inflamasi non steroid, alcohol dan obat antiinflamasi.

  4. Sindrom Zollinger-Ellison Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan ; hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma dalam pancreas.

  5. Ulkus Stres Merupakan istilah yang diberikan pada ulserasi mukosal akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kejadian stress misalnya ; luka bakar, syok, sepsis berat dan trauma organ multipel.

  Patways Melena

  Zat Kimia, Obat-obatan golongan NSAID, Alkohol Kelainan di esofagus, kelainan di lambung, penyakit darah

  Masuk lambung Iritasi mukosa lambung

  Erosi mukosa lambung, Mual, Muntah, Anoreksia, Perdarahan, Hematemesis Melena

  V Vol Intravaskuler

  Intake Nutrisi Merangsang nosi menurun adekuat menurun reseptor hipotalamus

  Penurunan Hb Agens cedera Nutrisi kurang biologis

  dari kebutuhan

2 Transport O

  menurun Kurang Informasi

  Nyeri

  Cepat lelah

  Keletihan Kurang Pengetahuan Intoleransi Gangguan Aktivitas perfusi jaringan Kurang Volume Risiko syok Cairan

E. Penatalaksanaan Medis

  Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan dan pertolongan ang lebih baik. Pengobatan meliputi (Nurarif, Amin dkk. 2015) : 1. Tirah baring.

  2. Diit makanan lunak.

  3. Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah.

  4. Pemberian transfusi darah bila terjadi perdarahan luas.

  5. Pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi.

  6. Pengawasan terhadap Tekanan darah, nadi dan kesadaran bila perlu pasang CVP.

  7. Pertahankan kadar Hb 50-70 % nilai normal.

  8. Pemberian obat hemostatik seperti Vit K 4 x 10mg/ hr, antasida, karbosokrom dan golongan H2 reseptor antagonis.

  9. Dilakukan klisma dengan air biasa dan pemberian antibiotik yang tidak diserap usus.

F. Pemeriksaan Diagnostik

  1. Laboratorium

  a. Darah : Hb menurun / rendah

  b. SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran dari sel yang mengalami kerusakan.

  c. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan kemampuan sel hati yang kurang.

  d. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam dalam diet.

  e. Peninggian kadar gula darah.

  f. Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti

G. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru.

  berhubungan dengan :

  · Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi · Pasang mayo bila perlu · Lakukan fisioterapi dada jika perlu · Keluarkan sekret

  NIC:

  Vital sign Status Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

  Respiratory status : Airway patency

  Respiratory status : Ventilation

  NOC:

   Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil Intervensi Pola Nafas tidak efektif

  a. USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan splenomegali, acites.

  7. Keletihan b.d anemia H.

  6. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi

  5. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang perawatan penyakitnya.

  4. Resiko syok dengan faktor resiko hipovolemik.

  3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan/ penurunan kadar Hb.

  2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan memproses makanan.

  b. Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus c. Angiografi untuk pengukuran vena portal.

  • Hiperventilasi - Penurunan energi/kelelahan
  • Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
  • Kelelahan otot pernafasan
  • Hipoventilasi sindrom
  • Kecemasan - Disfungsi Neuromuskuler - Obesitas - Injuri tulang belakang DS:
  • Dyspnea - Nafas pendek DO:
  • Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi Penurunan pertukaran udara per menit
  • Menggunakan otot pernafasan tambahan
  • Orthopnea - Pernafasan pursed-lip
  • Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
  • Penurunan kapasitas vital
  • Respirasi: < 11

  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)

  • …………………..

  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

  • – 24 x /mnt menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:

  Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan) suction · Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan · Berikan bronkodilator :

  ……………………. · Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab · Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. · Monitor respirasi dan status O2

  Bersihkan mulut, hidung dan secret Trakea

  Pertahankan jalan nafas yang paten Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi

  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

  Monitor vital sign Informasikan pada tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.

  Ajarkan bagaimana batuk efektif Monitor pola nafas

  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

  Berhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

  DS:

  NOC:

  a. Nutritional status: Adequacy of nutrient

  b. Nutritional Status : food and Fluid Intake

  c. Weight Control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:

  • Nyeri abdomen
  • Muntah - Kejang perut
  • Rasa penuh tiba-tiba setelah makan DO:
  • Diare - Rontok rambut yang berlebih
  • Kurang nafsu makan
  • Bising usus berlebih

  Albumin serum Pre albumin serum Hematokrit Hemoglobin Total iron binding capacity Jumlah limfosit

  Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah

  Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

  • Denyut nadi lemah Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht Monitor mual dan muntah

  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

  Monitor intake nuntrisi Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi

  Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.

  Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan

  Kelola pemberan anti emetik:..... minum Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval

  Conservation Nutritional Status: Energy Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama …. kelelahan

pasien teratasi dengan

kriteria hasil:

  Kelelahan berhubungan dengan

  • psikologis: kecemasan, gaya hidup yang membosankan, depresi, stress
  • Lingkungan: kelembaban, cahaya, kebisingan, suhu
  • Situasi: Kejadian hidup yang negatif,
  • Psikologis: Anemia, status penyakit, malnutrisi, kondisi fisik yang buruk, gangguan tidur. DS:
  • Gangguan konsentrasi
  • Tidak tertarik pada lingkungan
  • Meningkatnya komplain fisik NOC: Activity Tollerance Energy
  • >Monitor respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, dispneu, diaphoresis, pucat, tekanan hemodinamik dan jumlah respirasi)
  • Monitor dan catat pola dan jumlah tidur pasien
  • Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri selama bergerak dan aktivitas
  • Monitor intake nutrisi
  • Monitor pemberian dan efek samping obat depresi
  • Instruksikan pada

  Kemampuan aktivitas adekuat

Mempertahankan

nutrisi adekuat Keseimbangan

aktivitas dan istirahat

Menggunakan tehnik energi konservasi

Mempertahankan

interaksi sosial

Mengidentifikasi

  NIC : Energy Management

  • - Secara verbal menyatakan psikologis yang tanda-tanda dan gejala

    kurang energi menyebabkan kelelahan DO: kelelahan - Ajarkan tehnik dan
  • Penurunan kemampuan Mempertahankan manajemen aktivitas
  • Ketidakmampuan kemampuan untuk untuk mencegah mempertahankan rutinitas konsentrasi kelelahan
  • Ketidakmampuan - Jelaskan pada pasien mendapatkan energi hubungan sesudah

  kelelahan dengan proses tidur penyakit

  • - Kurang energi - Kolaborasi dengan ahli

  • Ketidakmampuan untuk gizi tentang cara mempertahankan aktivitas meningkatkan intake fisik

  makanan tinggi energi

  • Dorong pasien dan keluarga mengekspresikan perasaannya
  • Catat aktivitas yang dapat meningkatkan kelelahan
  • Anjurkan pasien melakukan yang meningkatkan relaksasi (membaca, mendengarkan musik)
  • Tingkatkan pembatasan bedrest dan

  • Batasi stimulasi lingkungan untuk memfasilitasi relaksasi

  Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secaramandiri

  Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

  Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

  Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

  Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

  NIC :

  Keseimbang an aktivitas dan istirahat

  Berpartisipa si dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

  Intoleransi aktivitas

  Hasil :

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria

  Toleransi aktivitas Konservasi eneergi

  Self Care : ADLs

  NOC :

  DS: · Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan. · Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas. DO : · Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas · Perubahan ECG : aritmia, iskemia

  Berhubungan dengan : · Tirah Baring atau imobilisasi · Kelemahan menyeluruh · Ketidakseimb angan antara suplei oksigen dengan kebutuhan Gaya hidup yang dipertahankan.

  Monitor pola tidur dan lamanya

  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.