Membangun konsep perambatan bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan melalui tanya jawab terstruktur dengan bantuan permainan fisika di taman pintar untuk siswa sekolah dasar - USD Repository

  

MEMBANGUN KONSEP PERAMBATAN BUNYI, TEGANGAN

PERMUKAAN, DAN PUTARAN KESEIMBANGAN

MELALUI TANYA JAWAB TERSTRUKTUR DENGAN BANTUAN

PERMAINAN FISIKA DI TAMAN PINTAR

UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

  

(Studi Kasus Terhadap 3 Siswa Sekolah Dasar Kanisius Wirobrajan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Pendidikan Fisika

  Aku berdiri di kakiku….

  Yakin… Percaya… dan apapun yang terjadi Adalah anugerah dari yang Empunya Kerajaan Surga

  Dan…

Aku dapat tersenyum melihat keindahan surga di dalam kehidupanku

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :

  

ABSTRAK

Endar Kumaladewi, Christina. Membangun Konsep Perambatan Bunyi,

Tegangan Permukaan, Dan Putaran Keseimbangan Melalui Tanya Jawab

Terstruktur dengan bantuan Permainan Fisika Di Taman Pintar Untuk Siswa

Sekolah Dasar, 2007. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan

  Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Tujuan penelitian ini adalah mengetahui : (1). konsep awal siswa Sekolah Dasar tentang bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan, (2). pembangunan konsep tentang bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan dalam proses pembelajaran di Taman Pintar melalui tanya jawab terstruktur dengan bantuan permainan, (3). konsep akhir siswa Sekolah Dasar yang diperoleh dari proses pembangunan konsep melalui permainan fisika.

  Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Wirobrajan dan Taman Pintar Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2007. Partisipan penelitian adalah siswa kelas 5 SD Kanisius Wirobrajan yang berjumlah 3 orang. Penelitian ini bersifat studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu pretes, pengalaman konkret, wawancara, dan postes. Soal pretes dan postes berupa tes esai, pengalaman konkret dan wawancara yang dilakukan adalah terstruktur.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep awal yang dimiliki siswa

  

ABSTRACT

Endar Kumaladewi, Christina. Developing the Concepts of Sound

Spreading, Surface Tension, and Equilibrium Rotation by Question and Answer

Structure with Help Physics Games in Taman Pintar for Students of the

Elementary School, 2007. Physics Education Study Program, Department of

  Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

  The goals of the research were to find out : (1). Students’ pre-concept of the Elementary School about sound spreading, surface tension, and equilibrium rotation, (2). Developing concepts about sound spreading, surface tension, and equilibrium rotation through the learning process in Taman Pintar by question and answer structure with help games, (3). Students’ post-concept the Elementary Shcool that comes from developing concepts process through physics games.

  The research was held in Kanisius Elementary School, Wirobrajan and Taman Pintar Yogyakarta on May-June 2007. Participant of this research are fifth grade students of Kanisius Elementary School Wirobrajan which consisted of 3 students. The research has the characteristic of study case. Collecting data for this research was done in four steps, there are pretest, first interview, second interview, and postest. Pretest and postest are essay, characteristics of first and second interview are free and structured.

KATA PENGANTAR

  Tiada kata yang lebih indah ketika kata-kata terangkai menjadi untaian kalimat, tiada ungkapan yang lebih mengesankan selain ucapan syukur, dan tiada kekaguman yang tersampaikan ketika semuanya selesai pada waktunya.

  Syukur kepada Yesus Kristus atas karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “MEMBANGUN KONSEP PERAMBATAN BUNYI, TEGANGAN PERMUKAAN, DAN PUTARAN KESEIMBANGAN MELALUI TANYA JAWAB TERSTRUKTUR DENGAN BANTUAN PERMAINAN FISIKA DI TAMAN PINTAR UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR” dengan baik. Kerelaan pikiran, perasaan, waktu, dan

  6. Bapak Sunarjo, Bapak Sugeng dan Mas Agus, terima kasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  7. Bapak F.X. Sugimin dan Ibu M.M. Sutini serta seluruh keluarga besar

  yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan dukungan baik materi maupun doa dalam menyelesaikan seluruh rangkaian studiku.

  8. My sis’ and bro,”Yustina Budi Wijayanti, F. A Yudi Herawanta, Lucia Susi Ernawati” , akhirnya selesai juga ya …!!! 9.

   Teman-teman sekaligus keluargaku di Genta Rakyat dan Mahagenta (M’ Biru, M’ Jian, Paman Karl Moel, M’ Yogo, Sie, Linda, Rita, Dini, Eka, Ticus, Cipta, ‘Gondhes’ Bayu, Leo, Sigit, Vincent, Bayu ‘Blandonk’, dan K’Elizh) , thanks to make my life so meaningful. Aku bersyukur dan

  15. Seluruh teman Pendidikan Fisika ’03 seperjuangan, kalian membuat hidupku begitu menyenangkan.

  16. Sahabat yang selalu menghiburku dalam kepenatan…Paulinus, Andrianto,

  dan Theo... aku bisa bilang apa lagi sama kalian??? Terima kasih telah membuat hidupku lebih berwarna.

  17. Maya, Meta, Andi, Umar, Arif ‘Aa’, dan ‘dek Lia…atas omelan-omelan

  ☺ kecil yang selalu mengingatkanku untuk tidak berhenti berjuang .

  18. Semua pihak yang telah membantu tetapi tidak bisa disebutkan satu persatu. Kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan tulisan ini menjadi lebih baik sangat diharapkan. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat untuk seluruh pembaca.

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................. v ABSTRAK............................................................................................... vi ABSTRACT............................................................................................. vii KATA PENGANTAR............................................................................. viii DAFTAR ISI............................................................................................ xi DAFTAR TABEL.................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR............................................................................... xv

  E. Perubahan Konsep Siswa..............................................................

  14 F. Pemahaman Konsep......................................................................

  17 G. Media Pembelajaran.....................................................................

  19 H. Karakteristik Anak Sekolah Dasar................................................

  21 I. Materi yang Terkait dengan Penelitian..........................................

  24 1. Bunyi.......................................................................................

  24 2. Tegangan Permukaan..............................................................

  28 3. Putaran Keseimbangan............................................................

  32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................

  37 A. Jenis Penelitian.............................................................................

  37 B. Partisipan.......................................................................................

  37 C. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................

  38 D. Metode Pengumpulan Data...........................................................

  38 D.1. Data.....................................................................................

  38 D.2. Instrumen Penelitian............................................................

  39

  DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1 Pengelompokkan data pretes………………………....... 43 Tabel 2 Pengelompokkan data postes……………………………. 45 Tabel 3 Perhitungan pretes skor terbobot untuk pokok bahasan

  48

  perambatan bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan ……………………………………………

  Tabel 4 Tingkat Penguasaan pretes……………………………… 49 Tabel 5 Sudut pandang Pengalaman Konkret……………………. 50 Tabel 6 Pembagian konsep yang diamati peneliti………………... 50 Tabel 7 Penguasaan konsep………………………………............ 51 Tabel 8 Perhitungan postes skor terbobot untuk pokok bahasan

  perambatan bunyi, tegangan permukaan, dan putaran

  52

  keseimbangan ……………………………………………

  tegangan permukaan partisipan 3 ……………………….

  Tabel 18 Analisis pretes skor terbobot untuk pokok bahasan

  57 putaran keseimbangan partisipan 1 ……………………. Tabel 19 Perhitungan prosentase pretes masing-masing partisipan. 58 Tabel 20 Tingkat penguasaan pretes masing-masing partisipan....... 58 Tabel 21 Analisis Pengalaman Konkret di Taman Pintar.................. 74 Tabel 22 Analisis Pembagian konsep yang diamati peneliti.............. 89 Tabel 23 Analisis penguasaan konsep masing-masing partisipan..... 92 Tabel 24 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan

  108 …………………………..

  perambatan bunyi partisipan 1

  Tabel 25 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan 108 tegangan permukaan partisipan 1 ……………………….

  Tabel 26 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan 109

  putaran keseimbangan partisipan 1 ……………………

  Tabel 27 Analisis postes skor terbobot untuk pokok bahasan 109

  DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1 P emantulan bunyi ………………………………………..

  28 Bola gelembung …………………………………………. Gambar 2

  28 Gambar 3 Air pada permukaan daun talas dan piring .......................

  29 ....................................................... Gambar 4 Pembentuk gelembung

  30 Gambar 5 Udara yang ditiup dalam gelembung …………………….

  31 Gambar 6 Permainan putaran keseimbangan 1 .................................

  32 Permainan putaran keseimbangan 2 ................................. Gambar 7

  33 Gambar 8 Putaran keseimbangan dengan jari-jari berbeda ………

  35

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1 Panduan pretes............................................................ 133

  Lampiran 2 Panduan postes……………………………………… 138 Lampiran 3 Soal pretes…………………………………………... 143 Lampiran 4 Soal postes…………………………………………... 146 Lampiran 5 Pertanyaan acuan tanya jawab terstruktur………… 149

  Lampiran 6 Jawaban pretes partisipan…………………………... 154

  Partisipan 1 …………………………………………. 154 Partisipan 2 …………………………………………. 156 Partisipan 3 ………………………………………… 158

  Lampiran 7 Pengalaman konkret…………………………………. 161 Lampiran 8 Tanya Jawab Terstruktur…………………………… 167

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini, telah banyak alat modern yang mulai menjamur. Mulai dari bidang ekonomi, politik, sosial, budaya sampai bidang pendidikan. Berkembangnya alat-alat modern bertujuan untuk peningkatan mutu dalam

  membekali sumber daya manusia Indonesia supaya tidak tertinggal dalam kemajuan dunia. Contoh konkret yang dapat diambil adalah bidang pendidikan.

  Dalam bidang pendidikan, banyak alat pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Alat-alat pembelajaran yang digunakan juga konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai (Cross 1996 dalam Rohandi 1998). Nilai afektif, kognitif, dan psikomotorik dapat dikembangkan melalui penelitian ini. Dalam penelitian ini, media pembelajaran yang menurut penulis dirasa paling dekat dengan dunia anak-anak adalah permainan. Permainan yang digunakan bukan hanya sekedar permainan umum, tetapi permainan yang dapat membangun konsep tentang suatu materi pembelajaran. Dari pernyataan di atas, penulis ingin mengangkat suatu pembangunan konsep dengan menggunakan media permainan anak.

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis memilih judul “MEMBANGUN KONSEP PERAMBATAN BUNYI,

  2. Bagaimana siswa Sekolah Dasar membangun konsep bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan dalam proses pembelajaran di Taman Pintar melalui permainan dengan bantuan peneliti sebagai guru? 3. Bagaimana konsep akhir siswa Sekolah Dasar yang diperoleh dari proses pembangunan konsep melalui permainan fisika?

C. Pembatasan Masalah

  Masalah dalam penelitian ini dibatasi untuk beberapa hal : (1) Berkaitan dengan konsep. Konsep dibatasi untuk tiga pokok bahasan, yaitu bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan. (2) Berkaitan dengan permainan yang digunakan. Permainan yang digunakan adalah permainan yang ada di Taman yang diteliti berjumlah 3 orang agar penelitian tentang pembangunan konsep ini lebih mendalam.

D. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui konsep awal siswa Sekolah Dasar tentang bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan.

  2. Mengetahui pembangunan konsep tentang bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan dalam proses pembelajaran di Taman Pintar melalui permainan dengan bantuan peneliti sebagai guru oleh siswa Sekolah Dasar.

3. Mengetahui konsep akhir siswa Sekolah Dasar yang diperoleh dari proses

BAB II DASAR TEORI A. Hakikat Sains Pemahaman para pendidik tentang hakikat sains sangat mempengaruhi cara mereka mengajarkan sains dan pemilihan pokok bahasan yang diajarkan. Oleh karena itu, pendidik perlu memahami definisi-definisi tentang sains. Ada banyak definisi tentang sains yang dikemukakan oleh para ilmuwan. Definisi-definisi sains tersebut antara lain sebagai berikut (Kartika Budi dalam Sumaji dkk, 1998 : 161) : a. Menurut Dawson, sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia

  aspek sikap. Dengan kata lain dapat dipandang sebagai kesatuan dari proses, sikap, dan hasil (Kartika Budi, 1997 : 162).

1. Aspek Produk

  Fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori di dalam sains merupakan hasil rekaan atau buatan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama dengan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya.

  Fakta adalah suatu yang telah atau sedang terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat, atau peristiwa. Konsep adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman khusus yang dinyatakan dengan istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima sesuai dengan budaya setempat (Kartika Budi, 1997 : 162). Prinsip dan hukum adalah hubungan perumusan hipotesis, merancang percobaan, melakukan pengukuran, menganalisis data dan menarik kesimpulan.

  Dalam pengajaran sains aspek proses ini muncul dalam kegiatan belajar mengajar. Ada tidaknya aspek proses di dalam pengajaran sains sangatlah tergantung pada guru sebagai pendidik. Peran guru sangat penting untuk membantu siswa dalam belajar sehingga siswa dapat membentuk pengetahuan bagi dirinya.

3. Aspek Sikap

  Aspek sikap adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seseorang khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru, diantaranya tanggung jawab, rasa ingin tahu, disiplin, Gejala-gejala belajar semacam itu terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu, karena jumlahnya ribuan, namun mengisi kehidupan sehari-hari.

  Apa yang menjadikan semua kegiatan itu menjadi suatu “gejala belajar”? Kemampuan untuk melakukan itu semua diperoleh, dan mula-mula kemampuan itu belum ada. Maka, terjadilah proses perubahan dari belum mampu ke arah

  

sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu.

  Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi belajar. Makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik pribadi, makin banyak pula perubahan yang telah dialami. Demi mudahnya, kemampuan- kemampuan itu digolongkan menjadi kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan dan pemahaman; kemampuan sensorik-psikomotorik yang meliputi seorang anak yang telah belajar merasa senang bila menyiksa seekor anjing dengan menarik-narik ekornya. Tindakan anak tersebut tidak tepat. Sikap tersebut akan cenderung bertahan terus, kecuali bila ada usaha dari pihak pendidik untuk menggantikan sikap negatif tersebut dengan sikap sayang terhadap binatang peliharaan. Perubahan semacam itu mungkin saja diusahakan, biarpun dalam kenyataan cukup sukar. Kalau berhasil, berarti sikap yang lama ditiadakan atau dihapus dan diganti dengan sikap yang baru, melalui suatu proses belajar yang baru; hasil yang baru itu kemudian menetap dan menjadi milik pribadi anak itu.

  Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan, hasil

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “belajar” pada manusia boleh dirumuskan sebagai berikut : “Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas (Winkel;1987 : 34-36).

C. Pengertian Pembelajaran

  Pembelajaran adalah sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara anak sebagai pelajar dengan guru sebagai pengajar (Muhibin, 1995 : 239). Dalam penelitian ini, anak diajak untuk memunculkan ide-ide yang terpendam dalam kognitif anak, sehingga peneliti dan subyek yang diteliti dapat melakukan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dan lain-lain untuk konstruksi yang baru (Suparno, 1997 : 62).

  Bagi kaum konstruktivistik, mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru ke anak, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan anak membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti berpartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi, mengajar menurut Bettencourt adalah suatu belajar mandiri (Suparno, 1997 : 65).

  Dalam proses pembelajaran, seorang pendidik hanya bersifat sebagai fasilitator. Ketika siswa mendapatkan kesulitan selama menjalankan pembelajaran, pendidik yang sebagai fasilitator dapat membantu siswa

  3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran anak berkembang atau tidak. Pendidik menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan anak berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan.

  Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik ketika siswa mengalami stagnasi atau kemajuan dalam membangun gagasan-gagasan siswa (Suparno, 2000 : 17-18): a.

  Guru perlu belajar mengerti cara berpikir anak, sehingga dapat membantu mereka lebih tepat.

  b.

  Guru perlu membiarkan anak menemukan cara yang paling menyenangkan dalam memecahkan persoalan.

  c.

  Guru tidak mengajukan jawaban satu-satunya sebagai yang benar, terlebih f.

  Guru perlu mengerti konteks dari bahan yang diajarkan. Guru IPA kecuali mengerti isi, juga mengerti konteks dan sejarah bahan tersebut. Pemahaman historis ini akan meletakkan suatu pengetahuan dalam konteks yang mudah dipahami, daripada terlepas begitu saja.

D. Konsep

  Piaget mengungkapkan bahwa belajar merupakan proses perubahan konsep (Suparno, 1997). Dalam melakukan proses pembelajaran, siswa mengalami proses pembentukkan konsep sesuai dengan skema yang ada dalam kognitif siswa. Skema dapat dipikirkan sebagai suatu konsep atau kategori. Skema adalah suatu struktur mental seseorang di mana ia secara intelektual beradaptsi dan konsep ilmiah diperoleh dari pelajaran di sekolah. Kedua konsep tersebut berlangsung secara berkesinambungan dan berjalan terus menerus. Segala hal yang dipelajari anak di rumah akan berpengaruh di sekolah dan sebaliknya. Konsep spontan tidak merupakan bagian yang berhubungan dengan pemikiran secara logis. Sedangkan konsep ilmiah disajikan dalam suatu bagian dari sistem logika.

  Sesuai dengan tingkatannya, konsep digolongkan menjadi empat bagian yaitu : konsep konkret, konsep generalisasi, konsep abstrak, dan konsep sintesis- analisis (Kartika Budi, 1987, 236). Konsep konkret adalah konsep yang dibentuk dari pengalaman langsung indera. Konsep konkret tersebut merupakan konsep dasar dari pembentukan konsep-konsep lain yang lebih tinggi. Konsep tahu, (2). Pengembangan konsep seseorang dari belum sempurna atau belum lengkap menjadi lebih lengkap, (3). Pembentukan konsep dari konsep yang tidak tepat atau salah menjadi konsep yang benar atau yang sesuai dengan konsep yang disepakati para ahli fisika. Dengan dua perubahan terakhir diatas, seseorang yang belajar akan mempunyai pengetahuan fisika yang lebih lengkap dan benar (Suparno, 2000).

  Proses pembelajaran fisika yang benar haruslah bisa mengembangkan perubahan konsep. Perubahan yang terbuka adalah perubahan dalam arti siswa memperluas konsep dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari belum sempurna menjadi lebih sempurna. Perubahan yang lainnya adalah mengubah konsep yang salah menjadi benar atau sesuai dengan konsep para ahli apakah siswa dengan bertambahnya konsep baru juga bertambah salah pengertian mereka. Bila hal ini terjadi maka guru perlu menggunakan model pembelajaran yang dapat menghilangkan salah konsep sebagai salah satu alternatif pembelajaran.

2. Membetulkan konsep yang salah.

  Proses yang kedua, yaitu proses membetulkan konsep yang salah. Perlu menggunakan strategi pembelajaran yang menyediakan pengamatan bagi siswa. Suatu pengamatan yang hasilnya berlainan dengan konsep awal siswa akan membuat siswa tertantang untuk memikirkan kembali konsep awalnya. Dengan demikian siswa terbantu untuk mengubah konsep awal mereka.

F. Pemahaman Konsep

  Menurut Kartika Budi (1987 : 233), pemahaman merupakan salah satu aspek kognitif dalam pelaksanaan kegiatan belajar. Aspek ini merupakan aspek yang penting dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar karena menjadi aspek yang menonjol atau yang paling ditonjolkan. Memahami dan mengerti dari apa yang dipelajari menjadi sangat penting.

  Indikator dan kriteria yang diperlukan seorang anak untuk memahami suatu konsep adalah (Kartika Budi, 1992 : 113) :

  1. Dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi dengan menggunakan kalimat sendiri.

  2. Dapat menjelaskan makna dari konsep yang berkaitan kepada orang lain.

  Pengklasifikasian Bloom dari hasil belajar, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

  Pemahaman termasuk dalam ranah kognitif karena berkaitan dengan hasil belajar intelegensi, yaitu pengetahuan tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip, pemahaman terhadap ide-ide dan fakta-fakta, penerapan fakta dan ide pada situasi yang baru, analisa untuk memecahkan konsep sesuai bagian-bagiannya kemudian melihat hubungannya, sintesa dalam mengumpulkan fakta-fakta dan ide-ide, evaluasi untuk menentukan nilai dari fakta-fakta dan ide-ide (Iskandar, 1997 : 96).

  Menurut Sudjana (1989 : 24), pemahaman dibedakan menjadi tiga kategori yaitu tingkat terendah, tingkat kedua, dan tingkat tertinggi atau ketiga. Penggolongan yang diungkapkan Sudjana sama seperti yang diungkapkan Bloom. siswa mempunyai konsep yang tidak cocok dengan konsep ilmiah. Masing- masing siswa membawa struktur pengetahuan awal (skema) sebelum mereka mengikuti pembelajaran yang berperan sebagai suatu filter dan fasilitator terhadap ide-ide dan pengalaman-pengalaman yang baru. Skema dapat dikembangkan dan diubah dalam proses asimilasi dan akomodasi melalui kontak dengan pengalaman baru. Bila skema masih sesuai dengan pengalaman baru, maka skema hanya dikembangkan melalui proses asimilasi. Sedangkan bila skema berlawanan dengan pengalaman baru, maka skema diubah melalui proses akomodasi. Dengan demikian skema seseorang selalu dikembangkan, diperbarui, bahkan diubah untuk dapat memahami tantangan pemikiran dari luar (Suparno, 2005).

  Dari proses adaptasi dengan asimilasi dan akomodasi, tampak jelas bagi dan berdaya guna (John D. Latuheru, 1988 : 14). Sesuatu bisa disebut sebagai media pembelajaran jika dapat digunakan untuk menyampaikan pesan untuk tujuan pendidikan dan pembelajaran.

  Menurut Oemar Hamalik (1982 : 22), media pembelajaran mempunyai ciri-ciri umum, yaitu :

  1. Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata “raga”, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar dan dapat diamati melalui panca indera kita.

  2. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan didengar.

  3. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam

  Manfaat dari penggunaan media pembelajaran dalam suatu Kegiatan Belajar Mengajar adalah (John D. Latuheru) : (1) media pembelajaran menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pembelajaran yang disajikan, (2) media pembelajaran mengurangi bahkan dapat menghilangkan adanya verbalisme, (3) media pembelajaran membantu memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain, (4) media pembelajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak didik secara teratur tentang hal yang mereka alami, (5) media pembelajaran dapat menumbuhkan kemampuan berusaha sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan, (6) media pembelajaran mengatasi perbedaan pengalaman belajar berdasarkan latar belakang sosial ekonomi dari anak didik.

  Masa keserasian sekolah dibagi menjadi dua tahap, yaitu masa kelas rendah Sekolah Dasar dan masa kelas tinggi Sekolah Dasar. Berdasarkan penelitian para ahli, ciri-ciri dari pembagian kelas tersebut sebagai berikut (Nasution, 1993 : 44) : 1.

  Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar, kira-kira berumur 6 atau 7 tahun sampai 9 atau 10 tahun.

  Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain : (1). Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah, (2). Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional, (3). Adanya kecenderungan memuji diri sendiri, (4). Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak

  Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lain untuk menyelesaikan tugasnya, setelah itu pada umumnya anak akan menghadapi tugasnya dengan bebas dan berusaha mandiri, (e). Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat terhadap prestasi sekolah, (f). Anak-anak pada masa ini tidak terikat pada aturan tradisional dan mereka membuat aturan sendiri.

  Dengan demikian, anak selalu mengalami perkembangan. Secara umum perkembangan anak Sekolah Dasar meliputi : perkembangan fisik, perkembangan emosi, perkembangan bahasa, perkembangan intelektual, dan perkembangan kognitif. Perkembangan fisik sangat berhubungan dan mempengaruhi terhadap apa yang dilakukan anak dan apa yang diarasakan anak. Siklus pertumbuhan fisik bosan adalah frustasi, sedangkan frustasi adalah perasaan ketidakberdayaan, kekecewaan, ketidakmampuan, atau kecemasan yang kuat yang terjadi bila suatu keinginan atau dorongan terhambat. Ketika seorang anak menginjak usia Sekolah Dasar, dorongan atau keinginan dari anak dinyatakan dengan melihat keadaan lingkungan sekitarnya.

  Perkembangan dalam diri anak juga sudah mulai diperhatikan. Kesukaran atau hambatan bahkan kegagalan dalam perkembangan bahasa anak sangat berpengaruh terhadap penyesuaiannya (Nasution, 1993 : 60-61). Bahasa anak berkembang karena ada dorongan dari dirinya ketika ingin menyatakan pendapat, memerlukan informasi, keinginan untuk memerintah, dan ingin bergaul dengan orang lain. Unsur penting yang berpengaruh dalam perkembangan bahasa adalah

  Bunyi yang Dihasilkan Oleh Benda yang Bergetar

  Berbagai macam bunyi yang bisa didengar dihasilkan oleh benda yang bergetar. Pada saat benda bergetar, udara di sekeliling juga ikut bergetar.

  Getaran yang dihasilkan ini akan merambat ke segala arah. Saat getaran masuk ke telinga, otak manusia akan menerjemahkan bunyi yang dihasilkan tersebut. Getaran lebih mudah dirasakan daripada diamati karena getaran berlangsung sangat cepat. Banyaknya getaran yang terjadi dalam satu detik disebut frekuensi. Satuan frekuensi adalah Hertz (Hz). Tidak semua bunyi dapat didengar oleh telinga manusia. Pada umumnya, manusia biasa mendengar bunyi dengan frekuensi antara 20 Hertz – 20.000 Hertz. Bunyi dengan frekuensi kurang dari 20 Hertz yang tidak dapat didengar oleh manusia

  2. Bunyi merambat melalui benda cair

  Bunyi dapat merambat melalui benda cair. Suatu hal yang bermanfaat bagi manusia adalah dalam bidang kelautan. Manfaatnya adalah bagi penyelam dan mencari kapal yang tenggelam di dasar laut.

  3. Bunyi merambat melalui benda gas

  Benda gas yang dimaksud adalah udara. Jika udara tidak ada, maka bunyi tidak dapat merambat dan tidak dapat didengar. Gelombang bunyi merambat dari sumber ke segala penjuru sehingga bunyi dapat terdengar dari berbagai arah.

  Pemantulan dan Penyerapan Bunyi

  Sebuah bola yang dilemparkan ke dinding yang keras mengalami sebagian bersamaan dengan bunyi asli sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas. Contohnya adalah pada saat berada dalam gedung bioskop, gedung pertemuan atau ruangan yang besar.

  c.

  Gema Gema terjadi jika jarak antara sumber bunyi dan dinding pemantul sangat jauh, misalnya jika kita berteriak di lereng gunung atau gua. Pada saat terjadi gema, bunyi pantul akan jelas terdengar setelah bunyi asli selesai diucapkan. Jadi antarbunyi asli dengan bunyi pantul pantul tidak bercampur.

  Bunyi dapat diserap oleh benda yang memilliki permukaan lunak. Benda- benda yang dapat menyerap bunyi disebut peredam bunyi. Contohnya : kain, kertas, busa, karet, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut digunakan untuk longitudinal yang frekuensinya berada di bawah jangkauan yang terdengar tersebut sehingga dinamakan sebuah gelombang infrasonik (infrasonic wave), dan gelombang yang frekuensinya berada di atas jangkauan yang terdengar dinamakan gelombang untrasonik (untrasonic wave).

  Gelombang bunyi juga memenuhi hukum pemantulan sebagai berikut :

  Gambar 1. Pemantulan bunyi talas yang membentuk kelompok-kelompok, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

  Gambar 3. Air pada permukaan daun talas dan piring

  • 1 Satuan SI untuk tegangan permukaan adalah N/m atau N m .

  

Tekanan gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu bidang dibagi dengan luas

bidang itu.

  Tekanan tidak memiliki arah tertentu seperti gaya sehingga tekanan termasuk

  Gambar Pembentuk gelembung 4.

  Di antara semua bentuk yang mungkin, misalnya : kubus, piramida, bongkahan tak beraturan, bola memiliki luas sebelah luar yang paling kecil.

  Segera setelah sebuah gelembung terlepas dari pipa tiup atau dari salah satu peralatan yang lebih modern, tegangan permukaan membuat lapisan tipis air sabun mencari luas permukaan yang sekecil mungkin. Maka terjadilah sebuah oleh udara dari dalam. Jika ada perbedaan sedikit saja, gelembung entah akan mengecil atau mengembang sampai keduanya sama besar.

  Bagaimana gelembung sabun bisa meletus ?

  Bila gelembung mengenai benda lain, kemungkinan besar gelembung itu akan meletus karena selaput air yang tipis. Tetapi bisa jadi gelembung akan menempel pada benda lain. Hal ini bisa terjadi apabila saat mengenai benda lain, gelembung mendarat perlahan dan selaput air masih memiliki cadangan air sehingga gelembung yang terbentuk memiliki elastisitas yang tinggi.

  

Mengapa air tanpa sabun tidak bisa membentuk gelembung sedangkan air sabun

bisa ?

  Air hanya bisa membentuk buih-buih saat mengucur dari kran atau tertuang ke dalam satu wadah. Air memiliki tegangan permukaan yang lebih tinggi daripada air sabun. Hal ini bisa dibuktikan dengan cara meletakkan jarum di atas permukaan air, setelah air ditaburi sabun maka jarum akan tenggelam.

  Ketika sabun ditambahkan pada air, ion-ion sodium di dalam sabun akan meluruh. Muatan negatifnya membentuk rantai micelles. Rantai ini juga melapisi permukaan molekul air dan mengakibatkan berkurangnya tegangan permukaan air. Maka permukaan air menjadi lebih fleksibel sehingga saat air sabun ditiup bisa membentuk gelembung. menjelaskan apa yang terjadi dalam gerak melingkar, sama halnya pada gerak lurus, di mana sebuah benda bergerak dari satu titik ke titik lainnya.

  Apakah Gerak Melingkar itu?

  Seorang anak mulai memutar putaran keseimbangan dengan berpegangan pada tepi pipa besi saat berdiri di samping pipa tersebut. Anak itu mulai mendorong putaran keseimbangan, mempercepat gerakannya, sampai akhirnya ia berlari dan putaran keseimbangan berputar cukup cepat.

  Jika kita katakan bahwa putaran keseimbangan berputar pada waktu 15 rpm, kita telah menjelaskan seberapa cepat sebuah benda berputar. Waktu tersebut bisa dianalogikan dengan kecepatan, kuantitas yang digunakan untuk menjelaskan seberapa cepat sebuah benda bergerak dalam gerak lurus.

  Dalam mengukur kecepatan rotasi putaran keseimbangan, kita menjelaskan seberapa jauh putaran keseimbangan melingkar dalam putaran atau peredaran. Kira-kira sebuah objek bergerak melingkar lebih lambat dari satu putaran penuh. Kemudian kita bisa menggunakan pecahan dari putaran untuk menjelaskan seberapa jauh putaran keseimbangan telah melingkar, tetapi bisa juga menggunakan sebuah sudut yang diukur dalam derajat. Bila sudah 360 derajat dalam satu putaran penuh atau lingkaran, putaran-putaran bisa diubah ke derajat

  Kuantitas yang baru saja dibahas digunakan untuk menjelaskan gerak benda semacam putaran keseimbangan, dapat dibuat ringkasannya sebagai berikut : Perpindahan rotasi

  θ adalah sebuah sudut yang menunjukkan sejauh mana sebuah objek telah berotasi dan kecepatan rotasi ω adalah perubahan rata-rata atau perpindahan rotasi. Dalam menjelaskan kecepatan rotasi, kita sering menggunakan salah satu dari putaran-putaran atau radian-radian saat mengukur perpindahan rotasi. Derajat pada umumnya jarang digunakan.

  Apakah Percepatan Rotasi itu?

  Dalam penjelasan sederhana pada anak yang mendorong putaran keseimbangan, pada dasarnya gerak rotasi meningkat saat anak memutarnya dari samping. Hal ini mengakibatkan peningkatan pada kecepatan rotasi, yang terkait

  Gambar di atas menunjukkan dua buah lingkaran pada putaran keseimbangan dengan jari-jari berbeda yang mewakili perbedaan posisi pemain.

  Pemain yang berada pada jarak yang lebih jauh dari pusat lingkaran, menempuh jarak yang lebih jauh dalam satu putaran dibandingkan dengan pemain yang dekat dengan pusat, karena keliling lingkarannya lebih besar. Pemain yang berada di tepi bergerak dengan kelajuan linear yang lebih besar daripada pemain yang berada di dekat pusat lingkaran. Lebih jauh pemain berada dari pusat lingkaran, maka akan lebih jauh pula perjalanan yang ditempuh dalam satu putaran, dan lebih cepat ia bergerak. Keliling lingkaran di mana pemain melintas mengalami peningkatan pada bagian jari-jari lingkaran, yang merupakan jarak pemain dari pusat lingkaran.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian yang mendalami

  suatu kasus pada satu individu atau sekelompok individu. Hasil penelitian ini hanya terbatas pada siswa-siswa yang diteliti saja.

B. Partisipan

  Partisipan dari penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar Kanisius Wirobrajan. Partisipan berjumlah 3 orang. Pengambilan partisipan diambil secara

C. Waktu Dan Tempat Penelitian 1.

  Waktu Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei-Juni 2007.

2. Tempat

  Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Wirobrajan, Yogyakarta dan di Taman Pintar, Jalan Panembahan Senopati, Yogyakarta.

D. Metode Pengumpulan Data D.1. Data

1. Konsep awal

  Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini

  3. Konsep Akhir Konsep akhir yang dimiliki siswa menjadi data ketiga dari penelitian.

  Dengan adanya data ketiga tentang konsep akhir siswa, maka peneliti dapat mengetahui pembangunan konsep yang terjadi dari masing-masing partisipan.

  D.2. Instrumen Penelitian

  1. Instrumen Penelitian

  Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa pretes, postes, dan pertanyaan terstruktur untuk tanya jawab.

  1. Pretes Pretes diberikan kepada siswa berupa pertanyaan-pertanyaan yang pertanyaan sebagai treatment dan pertanyaan sebagai instrumen digunakan peneliti sesuai dengan kebutuhan. Tanya jawab dilakukan oleh peneliti terhadap siswa yang berjumlah tiga orang, yang dipilih sesuai kriteria sebagai partisipan penelitian. Dalam pelaksanaannya, ada 6 siswa yang ikut dalam proses. Dengan alasan bahwa 3 siswa yang bukan sebagai partisipan ingin ikut belajar di Taman Pintar. Akan tetapi, dari awal peneliti hanya memperhatikan 3 orang yang dipilih sebagai partisipan. Tanya jawab yang digunakan adalah tanya jawab terpimpin di mana pemberi pertanyaan membawa sederetan pertanyaan lengkap, terstruktur, dan terperinci. Yang diharapkan peneliti dengan pertanyaan terstruktur adalah pertanyaan yang diajukan dimulai dari soal dengan tingkat kesulitan mudah kemudian dilanjutkan dengan tingkat

  2.1. Pengalaman Konkret

  Pengalaman konkret dilakukan di Taman Pintar sekaligus pengenalan media permainan yang akan digunakan dalam penelitian. Data dari pengalaman konkret siswa didokumentasikan dengan rekaman video. Penggunaan media tersebut untuk mengetahui data secara mendetail dari segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

  2.2. Tanya jawab terstruktur

  Setelah pengalaman konkret dilakukan, tanya jawab dilakukan. Tanya jawab dilakukan secara terpisah antara partisipan yang satu dengan partisipan yang lain. Tanya jawab ini dilakukan peneliti untuk melengkapi data dari pengalaman konkret secara lebih lengkap. Tanya jawab dilakukan di ruangan, selama proses pembangunan konsep ini akan tertuang dalam postes. Dalam postes ini, siswa mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan materi yang sudah dipelajari melalui permainan fisika dalam proses pembangunan konsep.

2. Validitas Instrumen

  Instrumen yang berupa pretes, postes, dan tanya jawab tidak diujicobakan, tetapi dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Instrumen diuji melalui keandalan isi, yaitu apakah sesuai dengan urutan tahap proses inkuiri, bentuk pertanyaan, dan kegiatan yang akan dilaksanakan apakah sesuai dengan konsep yang akan dibangun tentang konsep perambatan bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan. Berdasarkan kritik, saran, dan petunjuk yang diberikan maka semua instrumen siap digunakan. partisipan untuk mempelajari konsep tentang bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan.

  Pada tanya jawab, interaksi mendalam antara peneliti dengan partisipan dilakukan lebih mendalam. Untuk melengkapi segala informasi yang didapatkan dari jawaban partisipan, maka situasi yang dibangun harus lebih tenang. Peneliti mendatangi masing-masing rumah partisipan untuk melakukan tanya jawab tahap kedua. Situsi yang lebih tenang dapat membantu partisipan untuk berpikir secara mendalam. Dari tanya jawab ini, jawaban siswa yang belum terungkap pada pengalaman konkret dapat diketahui.

  D.4. Pengelompokan Data zat gas Pemantulan dan 17 - 24

  Penyerapan bunyi Tegangan

  Tegangan permukaan 1 - 6 permukaan Putaran

  Putaran keseimbangan 1 - 7 keseimbangan Keterangan → skor partisipan adalah skor yang diperoleh partisipan.

2. Proses Pembangunan Konsep

  Data untuk proses pembangunan konsep dapat dikelompokkan sebagai berikut :

2.1. Pengalaman Konkret

  menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi dengan menggunakan kalimat sendiri, anak dapat menjelaskan makna dari konsep yang berkaitan dengan orang lain, anak dapat menerapkan konsep untuk menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam, untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara praktis, memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada suatu sistem jika kondisi tertentu terpenuhi atau tidak terpenuhi, anak dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang berkaitan.

3. Postes

  Pengelompokkan data postes dapat dilihat sebagai berikut :

  Tabel 2. Pengelompokkan data postes

  Pokok Nomor Skor Nama Konsep Keterangan → skor partisipan adalah skor yang diperoleh partisipan.

E. METODE ANALISIS DATA

  Proses penelitian yang dilakukan, peneliti merancang dan melakukan pretes kepada siswa dengan cara memberi beberapa soal yang berkaitan dengan materi untuk membangun konsep. Pretes diberikan dan dikerjakan oleh siswa. Setelah pretes diberikan, kemudian dilakukan tanya jawab. Melalui tanya jawab dapat diperoleh hasil apakah siswa dapat membangun suatu konsep. Pada tanya jawab diperoleh hasil penggolongan tahapan siswa dalam membangun suatu konsep menurut Kartika Budi (1992 : 113). Setelah tanya jawab, pemberian postes dilakukan dalam proses pembangunan konsep tahap akhir.

  Analisis data dari penelitian ini meliputi dua tahap, yaitu :

1. Pretes

  Analisis tes tertulis dilakukan dengan cara memeriksa jawaban tes uraian seorang demi seorang untuk semua soal, kemudian masing-masing soal diberi skor (Sudjana N, 1990). Dalam penelitian ini skoring yang digunakan adalah skor dengan skala 0 – 4. Penelitian ini memberikan skor maksimal 4 dengan alasan bahwa nilai A diekuivalensikan dengan skor 4 dan nilai E diekuivalensikan dengan 0. Skor nilai paling bawah diekuivalensikan dengan 0, skor nilai lebih tinggi berikutnya diekuivalensikan dengan 1, skor nilai lebih tinggi berikutnya diekuivalensikan dengan 2, skor nilai tinggi berikutnya diekuivalensikan dengan 3, dan skor nilai tertinggi diekuivalensikan dengan 4.

  Selanjutnya, sistem bobot digunakan dalam memberi nilai terhadap

  Tabel 3. Perhitungan pretes skor terbobot untuk pokok bahasan perambatan bunyi, tegangan permukaan, dan putaran keseimbangan

  Pokok Nomor Skor Bobot Skor Nama Konsep bahasan soal partisipan soal terbobot

  Partisipan Perambatan Sumber Bunyi 1 - 5

  Bunyi Perambatan bunyi pada zat 6 - 9 padat

  Perambatan bunyi pada zat 10 - 12 cair

  Perambatan bunyi pada zat 13 - 16 gas

  Pemantulan dan Penyerapan 17 - 24 bunyi

  Tegangan Tegangan 1 - 6 permukaan permukaan

  Putaran Putaran 1 - 7 keseimbangan Keseimbangan

  SM = Standart Mark (besarnya skala penilaian yang dikehendaki, misalnya : 1-10 atau 1-100).

  Setelah itu, dimasukkan persentase tingkat kebenaran yang dimiliki oleh partisipan ke dalam kriteria penilaian dengan passing score 56% (Masidjo, 1995).