Perbedaan penguasaan konsep sistem indera antara siswa yang diajar dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab

(1)

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM INDERA ANTARA

SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE BRAINSTORMING

DAN METODE TANYA JAWAB (Eksperimen di MTs Darul Abror Bekasi)

Disusun oleh: IIS NURAISIYYAH NIM: 102016023897

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor penting dalam menciptakan kondisi suatu negara, karena pendidikan memiliki andil yang besar terhadap kemajuan bangsa baik secara ekonomi maupun sosial. Hal ini sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, isinya yaitu pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Peserta didik yang dimaksud adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.1

Diharapkan dengan pendidikan subyek pembangunan (manusia) dididik, dibina, dan dikembangkan potensi-potensi yang ada padanya dengan tujuan terbentuknya subyek-subyek pembangunan yang berkepribadian utuh. Kualitas pendidikan sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia karena pendidikan merupakan salah satu sarana meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia.2

Pada proses pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru memegang peranan yang menentukan, karena bagaimanapun keadaan anak didik, maka pada akhirnya tergantung pada guru dalam memanfaatkan kemampuan yang ada. Dalam hal ini guru mempunyai peranan sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi inspirasi bagi peserta didik agar mencapai tujuan yang diharapkan.3 Semua hal tersebut sangat menentukan terhadap keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pembelajaran..

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar.4 Interaksi edukatif merupakan faktor penting dalam usaha mencapai terwujudnya

1 Undang-undang RI no. 20 Tahun 2003,

Tentang Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Bandung: Fermana, 2006), h. 65

2

Nancy Susianna, Jurnal Pendidikan: Model Pembelajaran Berbasis Kegiatan Laboratorium Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Sebagai Wahana Pendidikan siswa SLTP (Bandung: Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan IPA, 2004), h. 1

3

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.53 4 Nuryani R, Srategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri Malang Press, 2005), h. 7


(3)

situasi belajar mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Mengajar pada hakikatnya adalah menyediakan kondisi yang seoptimal mungkin agar terjadi proses belajar mengajar yang selalu kondusif.5

Proses belajar mengajar terjadi bila ada interaksi antara guru dan siswa, guru mengajar dan siswa belajar. Sedangkan Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan belajar siswa diantaranya faktor eksternal dan internal siswa6. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah pemilihan dan penggunaan metode mengajar.7

Metode mengajar dapat membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal. Oleh karena itu guru hendaknya mampu menerapkan metode yang sesuai dan tepat sebagai upaya mancapai keberhasilan pembelajaran.

Banyak alternatif metode pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru, namun pada prinsipnya tidak ada satu pun metode pembelajaran yang lebih baik daripada metode yang lain. Tiap-tiap metode memiliki kelemahan dan kekuatan tidak dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi yang diajarkan.8 Untuk itu, sebaiknya guru memilih metode pembelajaran yang tepat yang akan digunakan untuk suatu pokok bahasan.

Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran.9

Dalam hal ini, pemilihannya harus mengacu pada kriteria: menunjang pencapaian tujuan khusus pembelajaran, sesuai dengan peristiwa pembelajaran yang akan dilaksanakan, karakteristik materi yang akan disajikan, karakteristik siswa, alokasi waktu yang tersedia, sarana dan prasarananya memungkinkan, besar kecilnya kelas, dan kemampuan guru.10

5

Albertus Sinaga, Jurnal Pendidikan:Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa SMU, (Jakarta:Gema Pendidikan, Maret 1997), h.17

6

Laila Hayati, dan Nani Kurniati, Jurnal Kependidikan: Tingkat Penguasaan siswa Pada Pokok Bahasan Notasi Sigma, Barisan Bilangan dan Deret di Kelas I F SMUN 2 Mataram, (Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No.1, Mei 2005), h.71

7 Muhaemin AD, Jurnal Pendidikan: Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa

Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 2004/2005 Melalui Pendekatan Peta Konsep, (Jakarta: Jurnal Pendidikan Pengajaran, Vol. 4, No. 1, Maret 2006), h. 85

8

Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama Islam,

(Jakarta: Depag, 2001), h. 91 9

Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op.cit., h. 88 10

Suharjo Dwijosumarto, Jurnal Pendidikan: Penggunaan Multi Metode dan Metode Ganda Dalam Proses Pembelajaran Mata Kuliah Kewiraan, (Jakarta: Ilmu Pendidikan, Tahun 27, No. 1, Januari 2000), h. 110


(4)

Disamping Faktor metode, faktor siswa juga tidak kalah penting dalam menentukan pencapaian keberhasilan belajar. Pada umumnya siswa cenderung enggan untuk mengikuti pelajaran karena cara penyajian yang terkadang berkesan membosankan. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya variasi dalam pembelajaran yang dapat membuat anak tertarik untuk belajar atau dengan istilah lain penggunaan metode yang kurang tepat. Dewasa ini, masalah pembaruan pendidikan seperti perubahan kurikulum merupakan masalah bagi setiap disiplin ilmu atau bidang studi yang dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Biologi sebagai salah satu dari disiplin ilmu tersebut juga ikut menanggung masalah tersebut, yang berarti pendidikan biologi harus mampu mengarahkan subyek belajar menjadi manusia-manusia yang berpribadi utuh. Dalam hal ini guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan strategi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga diharapkan guru dapat memberi dorongan yang lebih berarti dalam penguasaan konsep siswa. Perbedaan strategi mengajar mengakibatkan perbedaan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Tentunya hal ini akan mengakibatkan perbedaan prestasi belajar siswa.

Sebenarnya seorang guru yang kreatif dan inovatif tidak akan kesulitan dalam menentukan metode mengajar, walaupun fasilitas sekolah kurang memadai, namun bukanlah suatu hambatan yang besar bagi terlaksananya proses pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai akan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif. Efektif yang dimaksud ialah agar apa yang diajarkan kepada siswa bukan hanya dapat diserap atau dihapal saja untuk beberapa saat, tetapi harus dapat dikembangkan juga melalui daya pikirnya.

Penerapan suatu strategi dan metode dalam pembelajaran biologi adalah merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa secara konstruktif dan mengarah pada penguasaan materi.11 Dalam pengajaran disekolah, materi pelajaran dapat disampaikan dengan memberi atau menjawab pertanyaan- pertanyaan siswa dan dapat pula dengan meminta pendapat-pendapat dari hal yang telah diketahui siswa. Diantara berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam proses pengajaran, diantaranya adalah metode brainstorming dan metode tanya jawab.

11

Frida Maryati. H. Yusuf, Jurnal Penelitian dan Pendidikan: Upaya Pengingkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Melalui Metode Resitasi, (Gorontalo: Lembaga Penelitian Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Tahun IV, Edisi 8, Maret 2003 ), h. 92


(5)

Metode Brainstorming atau curah pendapat adalah proses penyampaian sebanyak-banyaknya gagasan pemecahan suatu masalah secara bebas, terbuka, dan tanpa ada kritik terhadap gagasan-gagasan yang muncul.12 Pemberian pendapat dalam pemecahan masalah dapat dilakukan secara deduktif, yaitu dari konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus. Pemecahan masalah secara kreatif akan lebih memperkanya pengalaman siswa, dalam hal ini siswa dapat menghubungkan ide atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan. Siswa tidak hanya akan saling melengkapi gagasan-gagasan yang timbul, tetapi juga akan saling mengisi.

Dalam brainstorming siswa diperbolehkan mengemukakan gagasan apa saja yang muncul dari pikiran masing-masing, tidak dibenarkan adanya kritik , karena adanya kritik dapat merintangi gagasan yang akan keluar. Dengan evaluasi dapat disimpulkan suatu jawaban dari berbagai pendapat yang diperoleh. Salah satu kelemahan metode

brainstorming adalah guru kurang memberi waktu cukup untuk berpikir dengan baik.13

Adapun metode tanya jawab adalah cara menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyan dari guru yang harus dijawab siswa atau sebaliknya ; baik secara lisan maupun tulisan.14 Metode ini dapat digunakan untuk meninjau ulang pelajaran yang telah disampaikan dalam proses pembelajaran sebelumnya. Metode ini lebih menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang sedang atau telah dipelajari.

Salah satu kelemahan metode tanya jawab adalah dapat menimbulkan penyimpangan dari persoalan pokok. Lebih-lebih, jika siswa-siswa memberi jawaban atau mengajukan masalah yang dapat mengundang keributan teman lainnya yang menyimpang dari pokok pembicaraan atau pokok permasalahan.15

Dengan membandingkan kedua metode yaitu metode brainstorming dan metode tanya jawab, diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep siswa, karena metode

brainstorming adalah metode yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa melalui daya pikir kreatifnya terhadap konsep yang diajarkan, sehingga mereka akan

12

Ratu Amilia Avianti, Jurnal Kejuruan Teknik Mesin: Proses Penumbuhan Kreativitas Pembuatan Program CNC dengan Metode Brainstorming,, ( Jakarta: FT-UNJ, 2003, Vol. 1), h. 159

13

Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 75 14

Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1993), h. 106

15


(6)

memiliki serta menyimpan konsep tersebut dengan lebih baik, namun tidak semua siswa mampu mengemukakan pendapat sehingga kadang-kadang dalam berbicara hanya di monopoli oleh siswa yang pandai saja, selain itu keterbatasan waktu terkadang menjadi kendala dalam mengemukakan pendapat.

Sedangkan metode tanya jawab membantu tumbuhnya perhatian siswa terhadap pelajaran. Metode ini menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa untuk menguasi konsep yang diajarkan, namun dalam metode tanya jawab siswa terkadang merasa takut untuk memberikan jawaban atau bahkan untuk bertanya yang akibatnya siswa yang kurang menguasai konsep akan tertinggal, selain itu sukar untuk membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan pemahaman siswa.

Dengan membandingkan kedua metode di atas terhadap penguasaan konsep, seorang guru diharapkan dapat menggunakan metode yang tepat, yaitu metode

brainstorming atau tanya jawab sebagai metode yang digunakan untuk memudahkan penguasan konsep siswa.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa dalam pelajaran biologi?

2. Metode pembelajaran apakah yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa dalam pelajaran biologi?

3. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pembelajaran dengan metode

brainstorming dan metode tanya jawab?

4. Apakah metode brainstorming dan metode tanya jawab dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa dalam pelajaran biologi?

5. Bagaimanakah perbedaan peningkatan penguasan konsep siswa yang menggunakan metode brainstorming, dengan metode tanya jawab?

6. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode


(7)

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dalam skripsi ini dan luasnya permasalahan yang hendak dibahas, serta untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka masalah hanya dibatasi pada pengaruh metode mengajar brainstorming dan metode tanya jawab terhadap penguasan konsep siswa kelas II MTs Darul Abror Bekasi. Penguasaan konsep siswa dibatasi pada nilai ulangan kelas II semester 2 konsep sistem indera pada manusia.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “ Apakah terdapat perbedaan penguasaan konsep siswa yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode brainstorming dan metode tanya jawab pada siswa MTs Darul Abror Bekasi ? ”.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait langsung dalam dunia pendidikan, terutama bagi:

1. Kepala sekolah, sebagai informasi untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan biologi.

2. Guru-guru biologi, informasi ini dapat dijadikan suatu referensi dan masukan dalam memilih dan memberlakukan metode mengajar yang lebih efektif dalam pelajaran biologi, terutama pada konsep sistem indera.

3. Siswa, memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan pemikiran intelektual siswa, untuk dapat mengaplikasikan keilmuannya didalam kehidupan bermasyarakat serta dapat bersosialisasi dengan baik di dalam kehidupan sosialnya sebagai wujud dalam pembangunan bangsa dan negara di segala aspek kehidupan.


(8)

BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi teoretis

1. Hakikat Metode Mengajar

Metode mengajar berasal dari dua kata yaitu metode dan mengajar, metode dapat diartikan Sebagai cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.16 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.17 Sedangkan mengajar menurut Alvin W. Howard yang dikutip Roestiyah adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong atau membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitudes, ideals atau cita-cita, appreciation atau penghargaan dan knowledge.18

Metode mengajar adalah teknik guru dalam menyampaikan informasi karena minat, taraf intelegensi dan daya perhatian dari setiap kelas berbeda, maka guru harus dapat menggunakan metode mengajar yang berbeda dengan bijaksana.19

Metode mengajar menurut JJ Hasibuan dan Moedjiono adalah bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Dan karena strategi belajar-mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar.20

Menurut Tayar Yusuf dalam bukunya Ilmu Praktik Mengajar mengatakan, metode mengajar adalah suatu cara tertentu yang tepat dan serasi untuk menyajikan materi pelajaran, sehingga tercapai tujuan pelajaran, dimana murid-murid dapat merasa mudah menerima/mengerti sehingga tidak terlalu memusingkan (memberati) pikiran mereka. Kegiatan guru dalam hal ini adalah berdasarkan prinsip-prinsip ilmu jiwa, pendidikan, sosiologi dan sebagainya.21

16 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.149 17 Depdikbud,

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), edisi ke-2, h.. 652 18

Roestiyah N. K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h.15 19

Penggunaan metode Mengajar yang Berbeda, http://www.sabda.org/ pepak/pustaka/ 020163, 2002. 12 Maret 2007

20

JJ. Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988), Cet-3, h.3

21


(9)

Sedangkan menurut Wahdi Sayuti, metode pembelajaran adalah cara atau strategi yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam konteks transfer of knowledge dan transfer of values.22

Dalam buku Strategi Belajar Mengajar, Ahmadi dan Prasetya mengatakan, metode mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok/klasikal, agar palajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.23 Dalam hal ini metode mengajar adalah sebagai alat untuk pengajaran yang ingin dicapai, sehingga semakin baik penggunaan metode mengajar semakin berhasillah pencapaian tujuan belajar mengajar.

Menurut Slameto metode mengajar adalah cara atau jalan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam mencapai tujuan, terbuka kemungkinan memilih berbagai metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa dan kemampuan guru yang bersangkutan.24

Berdasarkan berbagai pengertian di atas maka penulis menyimpulkan, metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yang menciptakan interaksi edukatif antara guru dan siswa, suasana belajar dan pelajar yang memberi respon terhadap usaha guru tersebut sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

a. Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar

Penggunanan metode belajar harus dipilih dan digunakan dengan tepat agar dapat terjadi interaksi aktif dari warga belajar.25 Menurut Winarno Surakhmad seperti dikutip Bahri Djamarah, banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya; 2) Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya; 3) Situasi dengan

22

Wahdi Sayuti, Model Pembelajaran Konstruktivisme, Jurnal Kependidikan, keislaman dan Kebudayaan, (Jakarta: Didaktika Islamika, 2000, Vol. VI), h.119

23 Abu Ahmadi, dan Joko Tri Prasetya,

Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 52

24

Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 90

25

Suharjo Dwijosumarto, Jurnal Pendidikan: Penggunaan Multimetode dan Metode Ganda Dalam Proses Pembelajaran Matakuliah Kewiraan, (Surabaya: Ftp Universitas Negeri Surabaya 2000, Th. 27, No. I,),h. 110


(10)

berbagai keadaannya; 4) Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya; 5) Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.26

a. Metode Brainstorming

1) Pengertian Metode Brainstorming

Brainstorming atau curah pendapat atau sumbang saran merupakan teknik yang dikembangkan oleh Osborn yang dapat diterapkan untuk memecahkan suatu masalah dalam kelompok kecil (sekitar 8 sampai 10 orang) dengan menggali gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari anggota kelompok. 27 Dalam kelompok kecil ini seorang anak dipilih untuk berperan sebagai ketua dan siswa lain bertugas mencatat semua gagasan yang muncul.

Dasar penggunaan metode curah gagasan atau brainstorming adalah bahwa kelompok dapat mengajukan usul lebih banyak dibandingkan anggota secara individual.28 Teknik ini terdiri dari dua tahap , yaitu tahap identifikasi gagasan dan tahap evaluasi gagasan.29

Menurut Martinis, metode brainstorming adalah metode yang merangsang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Akan tetapi guru dapat menggambarkan bahwa yang diminta adalah buah pikiran dengan alasan-alasan yang rasional.30

Roestiyah dalam bukunya mengatakan, brainstorming adalah suatu teknik atau cara mengajar dengan melontarkan suatu masalah, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru atau dapat diartikan pula sebagai suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat.31

26

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Intraksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 184

27 . C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: Gramedia, 1999), h.103

28

Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Depag, 2001), h. 128

29

Atwi Suparman (ed), Model-Model Pembelajaran Interaktif, (Jakarta: STIA LAN press, 2003), h.153 30

Martinis Yamin, Startegi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2003), h. 74

31


(11)

Sedangkan menurut Wahdi Sayuti, metode pembelajaran brainstormig

atau curah gagasan merupakan langkah eksplorasi dan inventarisasi ide melalui curah pendapat tentang topik tertentu dengan bebas tanpa seleksi.32 Prinsip yang dianut oleh metode brainstorming adalah menunda memberi penilaian sampai semua gagasan selesai dilontarkan.33 Setelah semua ide-ide kreatif itu selesai dikemukakan, kemudian diadakann suatu evaluasi untuk melihat ide-ide kretif mana yang nilai paling sesuai dalam rangka penyelesaian permasalahan. Senada dengan hal diatas menurut pendapat Ratu dalam tulisannya pada jurnal kejuruan teknik mesin mengatakan bahwa brainstorming adalah proses penyampaian sebanyak-banyaknya gagasan pemecahan suatu masalah secara bebas, terbuka, dan tanpa ada kritik terhadap gagasan-gagasan yang muncul.34 Dengan menunda adanya kritik diharapkan dapat menggali gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari semua siswa.

Brainstorming merupakan salah satu teknik untuk merangsang munculnya pemikiran-pemikiran kreatif terutama dalam usaha pemecahan masalah. Selanjutnya menurut Ratu teknik kreatif ini dilaksanakan dengan memberikan rangsangan (stimulus) untuk memberikan kondisi yang membangkitkan tanggapan (respon) berupa ide-ide kreatif. Rangsangan yang diberikan dapat berupa pertanyaan untuk tugas pemecahan masalah atau tugas melakukan kegiatan.35 Dalam buku Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Sujana mengatakan curah pendapat atau brainstorming adalah teknik pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok yang peserta didiknya memiliki latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda.36

Menurut Slameto Brainstorming ialah semacam cara pemecahan masalah dimana siswa mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan pemecahan yang terpikirkan. Tidak ada kritik, Evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian.37

32 Wahdi Sayuti, Op. cit., h.122 33 Atwi Suparman,

Op. cit., h. 154 34

Ratu Amilia Avianti, Jurnal Kejuruan Teknik Mesin: Proses Penumbuhan Kreativitas Pembuatan Program CNC dengan Metode Brainstorming,, ( Jakarta: FT-UNJ, 2003, Vol. 1), h. 159

35

Ratu Amilia Avianti, Op. cit., h. 161 36

H. D. Sujana, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production, 2001), h. 86

37


(12)

Dari berbagai pendapat para ahli mengenai brainstorming, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa brainstorming atau curah gagasan adalah pemberian materi pelajaran dengan memperoleh pendapat atau ide-ide dari siswa dengan bebas tanpa seleksi yang akan menunjang daya pikir kreatifnya dan akan lebih memperkaya pengalaman siswa, dalam hal ini dapat menghubungkan ide atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhasil, siswa tidak hanya akan saling melengkapi gagasan-gagasan yang timbul, tetapi juga akan saling mengisi.

2) Tujuan Metode Brainstorming

Menurut Roestiyah, tujuan brainstorming adalah untuk mengurus habis, apa yang dipikirkan para siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru ke kelas tersebut.38

Sedangkan menurut Ratu, tujuan brainstorming adalah untuk menghasilkan kuantitas ide yang sebesar-besarnya, tanpa harus memeperhatikan kualitasnya. Dalam kurun waktu tertentu diharapkan ide-ide akan muncul.39 Bagi setiap jumlah ide yang diungkapkan pada satu kurun waktu tersebut berbeda-beda. Selain jumlah ide berbeda kualitas ide pun berbeda.

Menurut Slameto, metode brainstorming digunakan untuk: a) Mengembangkan pikiran yang kreatif; b) merangsang partisipasi siswa; c) Pada waktu mencari kemungkinan pemecahan masalah; d) Berhubungan dengan metode lainnya; e) Untuk membangkitkan pendapat-pendapat baru; f) Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.40

Dalam bukunya Model-Model Pembelajaran Interaktif Afwi Suparman mengatakan bahwa metode Brainstorming diharapkan dapat melatih peserta untuk mengekspresikan gagasan-gagasan baru menurut daya imajinasi mereka dan melatih daya kreativitas berfikir peserta.41

3) Tahapan Metode Brainstorming

Brainstorming mempunyai tahapan atau langkah-langkah pokok,

yaitu:

38

Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h.74 39

Ratu Amilia Avianti, Op. cit., h. 161 40

Slameto, Op. cit., h. 106 41


(13)

1) Guru menentukan topik bahasan.

Sebelum menentukan topik, terlebih dahulu guru menjelaskan pokok-pokok penting materi pelajaran.

2) Ajaklah siswa umtuk mengungkapkan pandangan atau ide mereka yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas.

Guru memberi masalah pada siswa sesuai dengan topik atau materi yang diajarkan dan siswa diberi waktu memikirkan pemecahan masalah tersebut dan memberikan pendapatrnya bila diminta oleh guru.

3) Catat semua respon siswa yang muncul.

Guru turut membimbing dalam memperoleh jawaban dari siswa, namun selama berlangsung pencetusan gagasan, kritik tidak dibenarkan dan siswa tidak perlu mempersoalkan timbulnya ide yang tampak sama, karena menghambat spontanitas pencetusan ide.

4) Setelah itu guru membahas satu persatu respon yang muncul.42

Guru mengevaluasi dan merangkum hasil dari jawaban pada kegiatan tersebut dengan ceramah.

4) Kelebihan dan kekurangan metode brainstorming

1) Metode Brainstorming dipakai karena memiliki beberapa kelebihan seperti:

a) Anak-anak aktif berpikir untuk menyatakan pendapat. b) Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis.

c) Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru.

d) Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran.

e) Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai atau dari guru.

f) Terjadi persaingan yang sehat.

g) Anak-anak merasa bebas dan gembira.

h) Suasana demokrasi dan disiplin ditumbuhkan.43

42

Wahdi Sayuti, Op. cit., h. 122.

43


(14)

2) Adapun kekurangan dari metode brainstorming yang perlu diatasi adalah: a) Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk

berpikir dengan baik.

b) Anak-anak yang kurang selalu ketinggalan.

c) Kadang-kadang berbicara hanya dimonopoli oleh anak yang pandai saja.

d) Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan kesimpulan.

e) Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu benar atau salah. f) Tidak menjamin pemecahan masalah.

g) Masalah bisa berkembang kearah yang tidak diharapkan .44

b. Metode Tanya Jawab

1) Pengertian Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian bahan pengajaran dengan jalan mengajukan pertanyaan dengan meksud untuk mendapatkan jawaban lisan atau berupa tindakan sebagai terhadap peertanyaan yang diajukan guru atau instruktur kepada siswa atau sebaliknya sebagai upaya untuk melengkapi atau memperdalam penguasaan bahan guna pencapaian tujuan pengajaran.45

Metode tanya jawab menurut Roestiyah adalah suatu teknik untuk memberi motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran, atau guru yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu, siswa menjawab.46 Selanjutnya menurut Roestiyah Tanya jawab dapat membantu tumbuhnya perhatian siswa terhadap pelajaran, serta mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya, sehingga pengetahuannya menjadi fungsional.47

Menurut Lalu Muhammad Metode tanya jawab adalah cara menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab siswa atau

44

Ibid.., h. 75 45

Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS), Op. cit.., h.113 46

Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h.129 47


(15)

sebaliknya, baik secara lisan maupun tulisan.48 Metode tanya jawab juga memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan pelajar, bisa pula pelajar bertanya dan guru mrnjawab. Hunungan antara guru dan pelajar merupakan hubungan timbal balik secara langsung.49

Sedangkan Wahdi Sayuti mengemukakan bahwa metode pembelajaran tanya jawab merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat dugunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Secara umum, metode ini dapat digunakan untuk meninjau ulang pelajaran yang telah disampaikan dalam proses pembelajaran sebelumnya.50

Dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar, Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya mengatakan, metode tanya jawab adalah suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran di mana guru bertanya, sedangkan murid-murid menjawab tentang bahan materi yang ingin diperolehnya.51

Sedangkan menurut Syaiful Bahri metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Dengan metode ini, antara lain dapat dikembangkan keterampilan mengamati, interprestasi, mengklasifikasikan, membuat kesimpulan, menerapkan, dan mengkomunikasikan.52

Dari berbagai pendapat para ahli tentang metode tanya jawab, maka penulis menyimpulkan bahwa metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan, dari atau kepada siswa, sehingga terjadi komunikasi langsung dua arah antara guru dan murid. Metode ini dapat digunakan untuk meninjau ulang pelajaran yang telah disampaikan

2) Tujuan Metode Tanya Jawab

Menurut Lalu Muhammad, tujuan dari metode tanya jawab adalah:

1) Untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran dalam ingatan, pengungkapan perasaan dan sikap siswa.

48

Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1993), h. 106

49

Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op.cit, h. 107 50

Wahdi Sayuti, Op. cit., h. 121 51

Abu Ahmadi, dan joko Tri Prasetya, Op. cit., h. 56 52


(16)

2) Untuk mengetahui jalan berpikir siswa secara sistematus, logis dan menuju pemecahan masalah.

3) Untuk memberi tekanan perhatian bagian-bagian penting dari materi pelajaran. 4) Untuk memperkuat korelasi antara pertanyaan dengan jawabannya.

5) Membiasakan siswa mengenal bentuk dan jenis pertanyaan serta jawaban yang benar atau tepat dalam rangjka kelanjutan belajarnya.53

Menurut Roestiyah penggunaan metode tanya jawab baik untuk maksud-maksud yang diperlukan untuk menyimpulkan atau mengikhtisarkan pelajaran atau apa yang dibaca, dengan dibantu Tanya jawab siswa akan tersusun jalan pikirannya sehingga mencapai perumusan yang baik dan tepat, membantu tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran, meneliti kemampuan atau daya tangkap siswa untuk dapat memahami bacaan, dan mengetahui juga apakah siswa mendengarkan dengan baik.54

Sedangkan menurut Slameto, metode tanya jawab digunakan bila:

1) Mengulangi pelajaran yang lalu untuk mengaitkan dengan pelajaran yang baru.

2) Anda ingin mengikutsertakan siswa secara aktif dalam pengajaran. 3) Anda ingin menuntun pengamatan dan pemmikiran siswa.

4) Materi pelajaran berupa fakta dan informasi yang umum dan mudah diacak melalui berbagai sumber.55

Pertanyaan dapat menjadi alat guru untuk merangsang kegiatan berpikir siswa. Guru dapat juga menggunakan jawaban siswa untuk mengecek efektifitas pengajarannya yang sedang berlangsung. Pertanyaan juga dapat berfungsi sebagai pengatur, pertanyaan mengecek efektifitas pengajarannya yang sedang berlangsung. Selain itu pertanyaan juga dapat berfungsi sebagai pengatur, pertanyaan yang diajukan sebelum ceramah atau demontrasi dimulai dapat

53

Lalu Muhammad Azhar, Op. cit., h.106 54

Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar,Op. cit., h. 130 55


(17)

membantu siswa memusatkan perhatiannya pada hal-hal penting.56 Oleh karena itu aspek tehnik dari pertanyaan harus pula dipakai dan dilatih, agar pengajar dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses belajar mengajar.

3) Jenis-Jenis Pertanyaan

Menurut JJ. Hasibuan dan Moedjiono, dalam buku Proses Belajar Mengajar. Menggolongkan tiga jenis pertanyaan sebagai berikut:

1) Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya a) Pertanyaan permintaan (compliance question) b) Pertanyaan retorik (rhetorical question)

c) Pertanyaan mengarah atau menuntun (prompting question) d) Pertanyaan menggali (probing question)

2) Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom

a) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question) b) Pertanyaan pemahaman (comprehension question)

c) Pertanyaan penerapan (application question) e) Pertanyaan analisis (analysis question) f) Pertanyaan sintesis (synthesis question) g) Pertanyaan evaluasi (evaluation question)

3) Jenis-jenis pertanyaan menurut luas sempitnya sasaran (1)Pertanyaan sempit (narrow question)

(a) Pertanyaan sempit informasi langsung: (b) Pertanyaan sempit memusat:

(2)Pertanyaan Luas (broad question) (a) Pertanyaan luas terbuka

(b) Pertanyaan luas menilai (evaluating question) .57

4) Tahapan Metode Tanya Jawab

Adapun tahapan atau langkah-langkah metode tanya jawab adalah sebagai berikut:

56

W. James Popham, Eva L. Baker (Amirul Hadi, dkk), Teknik Mengajar secara sistematis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) h. 89

57


(18)

1) Persiapan.

a) Menentukan topik

b) Merumuskan tujuan ( TIK )

c) Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang tepat sesuai dengan TIK

d) Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan diajukan siswa.

2) Pelaksanaan

a) Menjelaskan TIK yang akan dicapai

b) Mengkomunikasikan penggunaan metode tanya jawab (murid tidak hanya bertanya tetapi juga menjawab pertanyaan guru atau siswa yamg lain). c) Guru memberikan permasalahan sebagai bahan persepsi.

d) Guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas.

e) Guru memberikan limit waktu (tempo) yng cukup untuk siswa menyusun/ memikirkan jawaban yang sistematis.

f)Memelihara ketenangan suasana tanya jawab.

g) Guru mengusahakan pemerataan giliran bertanya/ menjawab.58

5) Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya jawab

Dalam pelaksanaannya metode tanya jawab memiliki kelebihan dan kekurangan.

1) Adapun kelebihannya adalah:

a) Lebih mengaktifkan anak didik dibandingkan dengan metode ceramah. b) Anak akan lebih cepat mengerti, karena memberi kesempatan kepada anak

didik untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas/ dimengerti sehingga guru dapat menjelaskan kembali.

c) Mengetahui perbedaan pendapat antara anak didik dan guru, dan akan memebawa kearah suatu diskusi.

d) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian anak didik. 2) Sedangkan kelemahan dari metode tanya jawab adalah:

a) Mudah menyimpang dari pokok persoalan. b) Dapat menimbulkan beberapa masah baru.

58


(19)

c) Anak didik terkadang merasa takut untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya.

d) Sukar membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan pemahaman anak didik.59

2.Hakikat Penguasaan Konsep Sistem Indera a. Penguasaan konsep

Penguasaan konsep terdiri dari dua kata yaitu penguasaan dan konsep. Penguasaan diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan (pengetahuan, kepandaian, dan sebagainya).60 Sedangkan konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok obyek dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa benda atau fenomena di alam yang membedakan dari kelompok lainnya.61

Menurut Amien yang dikutip Yuni dan Adi konsep adalah suatu gagasan atau ide yang didasarkan pada pengalaman tertentu yang relevan yang dapat digeneralisasikan. Suatu konsep dikatakan objektif jika dapat dikonfirmasikan dengan kenyataannya, artinya simbol yang ada dalam konsep tersebut dapat ditelusuri keberadannya dialam nyata.62

Menurut Rosser yang dikutip Dahar, dikatakan bahwa, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama.63 Selanjutnya Dahar menjelaskan pembentukan konsep merupakan suatu bentuk belajar penemuan (discovery learning), paling sedikit dalam bentuk primitif, yang melibatkian proses-proses psikologi seperti analisis diskriminatif, abstaksi, diferensiasi, pembentukan (generation) hipotesis dan pengujian (testing), dan generalisasi.64

Sedangkan menurut Bell yang dikutip Abidin Konsep adalah suatu ide atau gagasan abstrak yang memungkinkan seseorang dapat mengklasifikasikan

59 Syaiful Bahri Djamarah, Op. cit., h. 203 60 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Op cit., h.534 61

Nuryani. R. Strategi Belajar Mengajar Biologi, ( Malang: UM Press,2005 ), h.51 62

Yuni Tri Hewindati, dan Adi Suryanto, Jurnal Pendidikan: Pemahaman Murid Sekolah

Dasar Terhadap Konsep IPA Berbasis BIologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi,, (Universitas Terbuka: Jurnal pendidikan. Vol, No. I, Maret 2004), hal.63

63

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h.80 64


(20)

obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu dan memungkinkan pula untuk menentukan apakah obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu itu merupakan contoh atau bukan contoh dari gagasan tersebut.65

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konsep merupakan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.66 Tafsiran atau pengertian seseorang terhadap suatu konsep disebut konsepsi. Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkan setiap konsep berhubungan dengan konsep lain, semua konsep tersebut bersama-sama membentuk semacam jaringan pengetahuan dalam pikiran manusia. Semakin lengkap jaringan konsep tersebut dalam struktur kognitif seseorang semakin besar kemungkinannya dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan.67

Pembentukan konsep merupakan proses induktif. Dalam proses ini seseorang mengabstraksikan atribut-atribut tertentu yang sama dari berbagai stimulus yang diberikan . Stimulus – stimulus tersebut dapat berupa pemberian contoh-contoh dari sesuatu yang dikonsepkan. Sedangkan asimilasi konsep bersifat deduktif.68 Dengan terkonsepnya rangsangan oleh individu dengan baik diharapkan individu akan lebih mudah mememori dan memunculkan kembali rangsangan tersebut dalam bentuk konsep pada situasi dan kondisi yang lain.69

Adapun manfaat konsep menurut S. Nasution adalah membebaskan individu dari pengaruh stimulus yang spesifik dan dapat menggunakannya dalam segala macam situasi dan stimulus yang mengandung konsep itu.70

Selanjutnya menurut Nasution mempelajari konsep berbeda dengan belajar hubungan stimulus dan respon karena yang terakhir ini bertalian erat dengan bentuk fisik tertentu, sedangkan konsep sudah lepas sama sekali dari bentuk atau kesamaan

65

Zainal Abidin, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran: Pemahaman Konseptual dan Proses Dalam Belajar Matematika, (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Tahun 17, No. 2, 2 Agustus 2004), h. 59

66

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h. 520 67

Muhaemin AD, Jurnal Pendidikan: Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 2004/2005 Melalui Pendekatan Peta Konsep, (Jakarta: Jurnal Pendidikan Pengajaran, Vol. 4, No. 1, Maret 2006), h. 86

68

Zainal Abidin, Op. cit., h. 60 69

Sutarto, Jurnal Pendididkan dan Kebudayaan: BukuAjar Fisika (BAF) dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika (AFKF) sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun 11, No. 54, Mei 2005), h. 332

70

S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 164


(21)

fisik. Misalnya konsep “sudut “ tidak terikat pada sudut obyek tertentu, akan tetapi dikenal dalam setiap benda.71

Tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari siswa, tergantung pada kompleksitas dari konsep, dan tingkat perkembangan kognitif siswa.72 Sesuai dengan taksonomi Bloom dalam ranah kognitif yang meliputi 6 tingkat, yaitu:

1) Pengetahuan, pengenalan, yaitu dapat mengenal, mengingat dan mereproduksi bahan pengetahuan atau pelajaran yang pernah diberikan.

2) Pemahaman, yaitu memahami materi atau gagasan yang diberikan. Siswa tahu apa yang disampaikan dan dapat menggunakan materi atau gagasan yang diberikan, tanpa perlu menghubungkannya dengan materi lain atau melihat implikasinya.

3) Penerapan, yaitu menggunakan hal-hal abstrak dalam situasi yang khusus dan konkret.

4) Analisis, yaitu menguraikan suatu materi atau bahan yang diberikan menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian, sehingga kedudukan atau hubungan antarunsur atau bagian yang diungkapkan menjadi jelas.

5) Sintesis, yaitu menghimpun atau menyusun unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga membentuk keseluruhan; proses bekerja dengan bahan-bahan, unsur-unsur, dan menyusun atau menggabungkannya menjadi pola atau struktur tertentu.

6) Evaluasi, yaitu memberikan pertimbangan mengenai nilai dari bahan dan metode-metode untuk tujuan tertentu. Biasanya dengan menggunakan patokan atau tolok ukur penilaian. Patokan ini dapat diberikan oleh guru atau ditentukan sendiri oleh siswa.73

Pendekatan-pendekatan kognitif tentang belajar memusatkan pada proses perolehan konsep-konsep, pada sifat dari konsep-konsep, dan pada bagaimana konsep-konsep itu disajikan dalam stuktur kognitif.74

Berdasarkan pendapat para ahli dan uraian tentang penguasaan konsep, maka penulis menyimpulkan bahwa penguasaan konsep adalah pemahaman atau

71

S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 164

72

Ratna Wilis Dahar, Op. cit., h. 91 73

S. C. Utami Munandar, Op. cit., h.120 74


(22)

kesanggupan siswa terhadap suatu gagasan atau ide yang didasarkan pada pengalaman tertentu yang relevan yang dapat digeneralisasikan. abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok obyek dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa benda atau fenomena di alam yang membedakan dari kelompok lainnya yang didasarkan pada pengalaman tertentu yang relevan yang dapat digeneralisasikan dan diukur melalui tingkat perkembangan kognitif siswa sesuai dengan klasifikasi Bloom.

b. Sistem Indera

Sistem dapat diartikan sebagai hirargi tertinggi susunan stuktur dan fungsi tubuh.75 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.76

Sedangkan indera merupakan reseptor rangsang. Selain itu indera juga dapat diartikan sebagai alat untuk merasa, mencium bau, mendengar, melihat, meraba, dan merasakan sesuatu secara naluri (intuitif).77 Macam indera sesuai dengan macam stiumulus di alam: raba fisik, raba suhu panas/dingin, raba arus angin/air, bau, kecap, bunyi, keseimbangan, nyeri dan cahaya.78

Sistem indera merupakan alat untuk mengenal dunia luar. Alat indera mempunyai lima indera yang dikenal dengan panca indera, alat indera pada manusia dilengkapi dengan bagian –bagian yang berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar, dan saraf-saraf pembawa rangsang ke saraf pusat ( otak ). Alat indera manusia dapat berfungsi dengan sempurna apabila:

1. Saraf –saraf yang berfungsi membawa rangsang ke sumsum saraf pusat bekerja dengan baik.

2. Otak sebagai pusat pengolah rangsang bekerja dengan sempurna.

3. Secara anatomi alat-alat indera tidak mempunyai kelainan bentuk dan fungsinya. Adapun lima alat indera manusia tersebut adalah:

1) Mata (indera penglihat), peka terhadap cahaya. Bagian-bagian mata yaitu:

a) Bagian depan bola mata

75

Wildan Yatim, Kamus Biologi, (Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 1999), Edisi I, h. 793 76

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h 950 77

Ibid., h. 377 78


(23)

Terdiri atas: alis, kelopak mata, dan kelenjar air mata. Bola mata direkatkan pada dinding sebelah dalam rongga mata oleh tiga pasang otot, yang juga berfungsi menggerakan bola mata. Otot-otot tersebut yaitu:

(1)Otot yang menggerakan bola mata lurus atas dan lurus bawah. (2)Otot yang menggerakan bola mata lurus dalam dan lurus luar. (3)Otot yang menggerakan bola mata miring atas dan miring bawah. b) Bola mata terdiri dari tiga lapisan yaitu:

(1)Lapiasan luar (Sklera), berwarna putih.

Bagian sklera memebentuk kornea, yan berfungsi untuk memerima cahaya yang masuk ke mata. Kornea dilindungi selaput tipis yamg disebut konjungtiva.

(2)Lapisan tengah, berwarna gelap banyak mengandung pembuluh darah, dan berfungsi untuk menyerap cahaya serta mengurangi cahaya yang memantul disekitar mata bagian dalam. Dibagian ini juga terdapat iris, pupil, dan lensa mata.

(3)Lapisan dalam (Retina) atau selaput jala.

Retina mengandung reseptor yang peka terhadap cahaya. Pada retina terdapat bintik kuning dan bintik buta.

Proses Melihat

Suatu benda dapat dilihat jika ada cahaya. Cahaya dipantulkan benda

mata Kornea Pupil Lensa mata Retina Saraf mata

Diterjemahkan oleh pusat penglihatan di otak Melihat. Gangguan-gangguan pada Mata

Gangguan atau kelainan pada mata diantaranya adalah: Rabun jauh (miopi), rabun dekat (hipermetropi), rabun jauh dan dekat (presbiopi), Astigmatisme (silindris), rabun senja, katarak, dan buta warna.

2) Telinga (indera pendengar) Telinga manusia terdiri atas:

a. Telinga luar terdiri dari daun telinga, lubang telinga dan gendang telinga. Telinga luar berfungsi untuk menangkap dan tempat masuknya gelombang bunyi


(24)

b. Telinga tengah terdiri dari pembuluh Eustachius dan tulang-tulang pendengaran yaitu tulang martil, tulang landasan dan tulang sanggurdi. Telinga tengah berfungsi dalam menghantarkan getaran ke telinga bagian dalam

c. Telinga dalam terdiri dari rumah siput atau koklea,dua lubang berselaput yaitu tingkap jorong dan tingkap bundar, dan alat keseimbangan berupa tiga buah saluran setengah lingkaran.

Proses Mendengar

Gelombang bunyi ditangkap dan dikumpulkan oleh daun telinga Saluran telinga Menggetarkan gendang telinga Tulang martil Tulang landasan Tulang sanggurdi Tingkap jorong Cairan limfa didalam rumah siput bergetar Merangsang ujung-ujung urat saraf Saraf pendengaran Pusat pendengaran di otak Mendengar.

Gangguan-gangguan pada Telinga

Gangguan pada telinga dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu gangguan penghantaran bunyi dan gangguan saraf. Gangguan atuau kelainan pada telinga diantaranya adalah: Otosklerosis yaitu kelainan pada tulang sanggurdi dan Presbikus yaitu gangguan yang disebabkan oleh.penuaan yang mengakibatkan rusaknya sel saraf pada telinga.

3) Lidah (indera pengecap)

Zat yang dapat dikecap lidah adalah zat kimia yang berupa larutan. Ujung-ujung saraf pengecap berkelompok membentuk kuncup pengecap. Ada kuncup pengecap yang peka terhadap rasa manis, asin, asam dan pahit. Kuncup-kuncup pengecap berkumpul pada bagian tertentu dari lidah. Ujung lidah peka terhadap rasa manis dan asin, tepi lidah peka terhadap rasa asam dan pangkal lidah peka terhadap rasa pahit.

Gangguan pada indera pengecap dapat bersifat sementara, misalnya pada saat makan atau minum sesuatu yang panas atau dingin lidah akan mati rasa beberapa saat dan bersifat permanen misalnya rusaknya jaringan saraf yang berhubungan dengan indera pengecap di otak.


(25)

Dalam rongga hidung bagian atas terdapat serabut-serabut saraf pembau dengan sel-sel pembau di ujungnya. Serabut-serabut saraf itu bergabung menjadi urat saraf pembau yang menuju kepusat pembau di otak. Sel-sel pembau menuju rambut-rambut halus di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab.

Sel-sel pembau peka terhadap zat kimia beruapa gas. Sewaktu menarik napas, udara masuk kedalam rongga hidung. Zat kimia yang ada didalam udara akan dilarutkan pada selaput lendir, kemudian dibawa oleh saraf pembau ke otak, sehingga rangsangan bau dapat diterima.

5) Kulit (indera peraba)

Kulit merupakan lapisan tipis yang menutupi dan melindungi seliruh tubuh. Kulit berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh, tempat menyimpan cadangan makanan/lemak, melindungi tubuh dari gesekan, penyinaran, panas, zat kimia, dan kuman, juga berfungsi sebagau indera peraba. Selain itu kulit juga berfungsi sebagai alat pengeluaran

Sel-sel saraf peraba tersebar diseluruh permukan kulit, bagian tubuh yang peka terhadap sentuhan adalah ujung jari, telapak tangan dan telapak kaki. Saraf peraba dapat merasakan permukaan halus dan kasar. Kulit terdiri dari lapisan epidermis (kulit ari) dan lapisan dermis (kulit jangat).

3.Penelitian yang Relevan

Dari hasil penelitian yang relevan tentang brainstorming dan tanya jawab dalam pembelajaran yang dilakukan oleh Ratu Amelia, menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode brainstrorming. Pertumbuhan kreativitas dimulai dengan pertumbuhan unsur kelancaran dan keluwesan berpikir diikuti dengan pertumbuhan unsur kepekaan terhadap masalalah.

Hasil penelitian Syahrudin, menunjukkan bahwa brainstorming sebagai tekhnik untuk pelatihan berfikir divergen mampu meningkatkan kreativitas dan dapat memberikan pengalaman dan pengembangan pemikiran bagi individu yang bersangkutan dalam mencoba menyelesaikan masalah. Selanjutnya menurut penelitian Wiwik, menunjukkan


(26)

metode pembelajaran brainstrorming mempunyai hubungan yang bermakna terhadap peningkatan pengetahuan siswa.

Sedangkan hasil penelitian mengenai tanya jawab yang dilakukan oleh Albertus sinaga menunjukkan metode tanya jawab sesuai untuk diterapkan dalam pengajaran berbicara karena waktu siswa bertanya guru dapat mendengar dengan seksama bagaimana cara siswa untuk menyampaikan permasalahan nya, dengan demikian guru terus-menerus memantau perkembangan berbicara siswa. Jika terdapat kesalahan dan kejanggalan guru dapat memperbaikinya .

Metode barainstrorming dan tanya jawab dapat melatih keterampilan berbicara siswa karena metode brainstrorming dan tanya jawab dapat melatih keberanian berpikir, menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa untuk menguasai konsep yang diajarkan sehingga dapat memudahkan penguasaan konsep siswa dalam proses belajar mengajar.

B. Kerangka Berpikir

Dalam belajar, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah pemilihan metode mengajar. Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa. Banyak sekali metode-metode mengajar yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah metode brainstorming dan metode tanya jawab.

Biologi merupakan ilmu moderat dan strategis yang terletak diantara ilmu-ilmu sosial, psikologi, dan ilmu-ilmu alam. Melalui mata pelajaran ini, peserta didik dikembangkan sikap ilmiahnya. Dengan belajar biologi berarti berupaya mengenali proses kehidupan nyata di lingkungan, mengenali diri sendiri sebagai makhluk hidup, dan diharapkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas dan kelulushidupan manusia dan lingkungannya. Secara umum, tujuan pengajaran adalah pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa. Dengan demikian, mengajar yang baik itu dapat terjadi jika terdapat peningkatan penguasaan konsep siswa. Hal itu dapat dipenuhi salah satunya dengan penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru yang menimbulkan perbedaan hasil belajar yang berarti bagi proses pembelajaran tersebut.

Brainstorming adalah salah satu metode pengajaran yang menekankan kepada siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Salah satu tujuan metode ini


(27)

adalah melatih siswa untuk mengekspresikan gagasan-gagasan baru menurut daya imajinasi mereka dan melatih daya kreativitas berfikir siswa. Salah satu kelemahan dari metode ini adalah kurangnya waktu yang diberikan untuk siswa memikirkan pemecahan masalah yang diberikan.

Sedangkan metode tanya jawab adalah metode yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan siswa, sehingga guru dapat melakukan penilaian langsung sejauh mana perkembangan aspek kognitif dan afektif siswa. Metode tanya jawab memiliki kelemahan diantaranya kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian siswa bilamana terdapat pertanyaan atau jawaban yang tidak berkenaan dengan sasaran yang dibicarakan.

Dalam metode brainstorming, siswa dituntut untuk berpikir kreatif dan logis terutama dalam usaha pemecahan masalah dari konsep yang diajarkan. Siswa di rangsang untuk mengemukakan pendapat sehingga mereka memperoleh pengalaman langsung dari daya pikir kreatifnya yang akibatnya akan meningkatkan siswa dalam menerima pelajaran. Dengan demikian, wajarlah bila mereka akan memiliki serta menyimpan konsep tersebut dengan lebih baik.

Sedangkan dalam metode tanya jawab lebih mengedepankan aspek ingatan, selain itu terkadang siswa merasa takut untuk memberikan jawaban atau bahkan untuk bertanya yang akibatnya siswa yang kurang menguasai konsep akan tertinggal. Dengan demikian metode brainstorming diharapkan dapat lebih meningkatkan penguasan konsep siswa di bandingkan denganmetode tanya jawab.

Berdasarkan teori maupun pendapat mengenai metode belajar brainstorming, metode tanya jawab dan penguasaan konsep, maka dapat dikatakan bahwa dalam belajar khususnya biologi diperlukan penggunaan metode belajar yang tepat. Salah satu cara untuk memilih metode yang tepat adalah dengan membandingkan metode yang ada terhadap peningkatan penguasaan konsep yang diperoleh siswa.

Metode brainstorming dan metode tanya jawab dapat digunakan dalam upaya pencapaian penguasaan konsep siswa yang dapat diukur melalui 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi salah satu metode yang menyenangkan dan membawa peserta didik kearah pembelajaran yang kreatif serta hasil pembelajaran yang optimal.


(28)

Pada kegiatan brainstorming siswa berperan aktif untuk mengemukakan pendapatnya dari konsep yang telah mereka pelajari sebelumnya, metode ini merangsang siswa untuk berpikir kreatif dengan aktifnya siswa dalam kegiatan brainstrorming dan tanya jawa maka pembelajaran akan lebih bermakna sehingga diharapkan akan terdapat perbedaan penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstrorming dengan metode tanya jawab. Penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstrorming lebih tinggi dibandingkan penguasaan konsep siswa yang mnggunakan metode tanya jawab

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak terdapat perbedaan penguasaan konsep sistem indera siswa yang diajar dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab.

Ha: Terdapat perbedaan penguasaan konsep sistem indera siswa yang diajar dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab. Penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstorming lebih tinggi dibandingkan dengan penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode tanya jawab.

Adapun pengujian hipotesis struktural yang digunakan adalah sebagai berikut:

Ho :

µ

A =

µ

B

H

1 :

µ

A >

µ

B

Keterangan :

µA =

Rata-rata penguasaan konsep sistem indera siswa dengan metode brainstorming

.

µB =

Rata-rata penguasaan konsep sistem indera siswa dengan metode tanya jawab.


(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang diajar dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2007. Sedangkan sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah MTs Darul Abror Jatiraden, Bekasi.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah quasi experiment (eksperimen semu), karena kelompok-kelompok yang terpilih masih dapat berhubungan dan berada pada keadaan apa adanya, sehingga peneliti tidak dapat mengatur sekehendak hati variabel bebasnya. Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai dua variabel yaitu:

1. Variabel terikat adalah penguasaan konsep sistem indera.

2. Variabel bebas adalah pengajaran dengan menggunakan metode brainstorming dan metode tanya jawab.

Eksperimen dilakukan pada dua kelompok, terhadap keduanya diberi tes awal (pre test), kemudian kelompok A diberi pengajaran dengan metode brainstorming dan kelompok B diberi pengajaran dengan metode tanya jawab. Setelah itu diberi tes akhir (post test). Hasil dari tes awal dan tes akhir masing-masing kelompok diperbandingkan. Desain yang digunakan adalah pre test post control group design, dengan mempetimbangkan bahwa melakukan penelitian murni pada

penelitian lapangan hampir tidak mungkin dan sulit untuk memenuhi kriteria alokasi perlakuan subjek secara random. Desain penelitian dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Tabel I


(30)

Kelompok Pre test Perlakuan Post test

A O1 Xa O2

B O3 Xb O4

Keterangan:

O1: Adalah tes awal pada kelompok A

O3: Adalah tesawal pada kelompok B

Xa: Kelompok yang diberi perlakuan metode mengajar brainstorming

Xb: Kelompok yang diberi perlakuan metode mengajar tanya jawab O2: Tes akhir pada kelompok A

O4: Tes akhir pada kelompok B

D. Populasi Dan Sampel

Dalam penelitian ini populasi adalah siswa MTs Darul Abror Jati Raden Bekasi. Sedangkan sampelnya adalah siswa kelas II. Adapun teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu penentuan kelas yang akan dijadikan penelitian berdasarkan kebijakan dan kemudahan pihak sekolah serta dukungan dari guru mata pelajaran biologi kelas II.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian diartikan sebagai alat untuk mengukur variabel-variabel pelelitian. Dan selanjutnya dijadikan alat bantu didalam metode pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes sebelum dan sesudah penerapan pengajaran dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab pada kedua kelas eksperimen. Tes yang digunakan adalah tes objektif dengan 4 alternatif jawaban. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa langkah dalam penyusunan instrumen yaitu:

1. Penyusunan Soal

Penyusunan soal untuk menentukan penguasaan konsep siswa yang dilakukan berdasarkan pada Kurikulum KBK. Soal dalam bentuk objektif (pilihan ganda) dengan jumlah option sebanyak 4 option yaitu a, b, c, dan d. Dengan konsep sistem indera.


(31)

Pada penelitian ini, ranah yang diukur adalah ranah kognitif yang meliputi aspek ingatan, pemahaman, dan aplikasi. Dalam pemberian skor akan mendapatkan nilai 1 jika benar dan 0 jika salah.

2. Uji Coba

Soal yang telah dibuat akan diujicobakan pada siswa diluar objek penelitian. 44 siswa sebagai sampel acak dengan mengerjakan tes sebanyak 40 soal, agar dapat diketahui validitas dan reliabilitasnya.

F. Variabel Penelitian

Dalam setiap penelitian, maka ada yang menjadi variabel penelitian, variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.79

1. Variabel Penguasaan konsep (Y) a. Definisi Konseptual

Penguasaan konsep adalah pemahaman pengetahuan yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok obyek baik merupakan suatu proses, peristiwa benda atau fenomena di alam yang membedakan dari kelompok lainnya.

b. Definisi Operasional

Penguasaan konsep dapat diukur melalui penguasaan kurikulum materi sistem indera yang sesuai dengan standar kompetensi, yaitu siswa mampu mendeskripsikan alat indera pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan yang meliputi : 1) Menunjukan bagian-bagian alat indera dan fungsinya. 2) Mendata contoh kelainan dan penyakit pada alat indera yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya. Penguasaan konsep biologi untuk SLTP diukur berdasarkan pada domain kognitif melalui 3 ranah yaitu pengetahuan (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3).

c. Kisi-kisi Penguasaan Konsep

Tabel 2

Kisi-Kisi Penguasaan Konsep Biologi Berdasarkan Aspek Kognitif

79


(32)

Konsep (PB/SPB) Tingkat Pengetahuan dan Nomor Butir

Jumlah

C1 C2 C3 JMLH %

Sistem Indera Pada

Manusia

a. Alat indera 2 1 2 8,7%

b. Mata 15, 19 8, 10, 26 6, 9 7 30,4%

c. Telinga 12, 17, 32 25, 28 22 6 26,1%

d. Hidung 35 34 2 8,7%

e. Lidah f. Kulit

38

24, 31, 36 37

40

3

3

13%

13%

Total & Persen 8 11 4 23 100%

34,8% 47,8% 17,4% 100%

d. Kalibrasi instrumen 1). Analisis Validitas

Sebuah tes disebut valid apabila tes itu tepat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang diukur dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi secara mendasar adalah merupakan suatu pendapat, baik pendapat sendiri ataupun pendapat beberapa orang lain.80 Tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Pengujian validitas instrumen ini menggunakan uji validitas butir, dengan menggunakan point biserial corelation, yaitu teknik analisis yang biasa dipergunakan untuk mencari korelasi antara dua variabel.81 Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

80

Moh. Nasir, Op. cit., h.175 81


(33)

Q

P

SD

M

M

r

t t p pbi

=

Dimana N Xt

Mt= dan

2 2 t

N

Xt

N

Xt

SD

=

Sedangkan dalam menentukan mean peserta tes yang menjawab benar, maka digunakan persamaan:

Mp =

benar menjawab yang tes peserta nggi skor terti jumlah benar menjawab yang peserta skor total jumlah Keterangan:

rpbi : koefisien korelasi point biserial yang melambangkan

kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel II Mp : skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee

Mt : skor rata-rata dari skor total (mean total) SDt : deviasi standar dari skor total

P : proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.

q : proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.

Setelah didapatkan hasil, maka ditentukan nilai validitas dengan mengkonsultasikan pada tabel korelasi product momen yaitu dengan melihat derajat kebebasannya (n - nr). Jika r hitung > r tabel maka item soal tersebut


(34)

bersifat valid, dan jika r hitung < r tabel maka item soal tersebut bersifat tidak valid.

Dari hasil uji coba yang akan dilaksanakan soal-soal yang tidak baik disesuaikan dengan butir-butir soal yang terdapat dalam tujuan instruksional khusus (TIK). Setelah dilakukan penyesuaian ternyata seluruh TIK telah terwakili oleh soal-soal tersebut sehingga soal-soal tersebut telah memenuhi validitas isi. Instrumen penguasaan konsep ini terdiri dari 40 soal terdapat 23 soal (57,5%) soal dengan validitas baik dengan nomor 1, 2, 6, 8, 9, 10, 12, 15, 17, 19, 22, 24, 25, 26, 28, 30, 31, 34, 35, 36, 37,38, 40 dan 17 soal (42,5%) yaitu dengan nomor 3, 4, 5, 7, 11, 13, 14, 16, 18, 20, 21, 23, 27, 29, 30, 33, 39 dengan validitas buruk.82

2). Analisis Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukan hasil yang sama. Reliabilitas sangat dibutuhkan untuk mendukung terbentuknya validitas sebuah tes reliabel, tetapi tidak valid. Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel.

Untuk menentukan reliabilitas instrumen digunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20), yaitu:

=

2 i i

2 11

St

q

p

St

1

-n

n

r

Keterangan:

r11 : koefisien reliabilitas tes

n : banyaknya butir soal St2 : varian total

pi.qi : jumlah dari hasil perkalian antara pi dengan qi

Dimana St2 adalah:

82


(35)

N xt St

2 2

= dan xt2 adalah:

2 2

2

N

Xt

Xt

xt

=

Setelah didapatkan hasil, maka ditentukan nilai reliabilitas dengan mengkonsultasikan pada koefisien reliabilitas tes sebagai berikut:

0,91 – 1,00 : sangat tinggi 0,71 – 0,90 : tinggi 0,41 – 0,70 : cukup 0,21 – 0,40 : rendah

< 0,20 : sangat rendah.

Dari hasil uji coba yang telah dilaksanakan, telah diketahui tingkat reliabilitas dari soal yang tersebut yaitu sebesar 0,75. Nilai tersebut telah memenuhi syarat reliabilitas yang tinggi.83

2. Variabel Metode Pembelajaran (X) a. Metode Brainstorming

1) Definisi Konseptual

Metode brainstorming diartikan sebagai metode mengajar yang memungkinkan siswa menyampaikan sebanyak-banyaknya gagasan pemecahan suatu masalah secara bebas, terbuka, dan tanpa ada kritik terhadap gagasan-gagasan yang muncul.

2) Definisi Operasional

Dalam metode brainstorming langkah pertama guru memberikan materi pelajaran kemudian siswa diberi masalah dan waktu untuk memikirkan pemecahan masalah tersebut dan memberikan pendapatnya bila diminta oleh guru, setelah semua siswa selesai mengemukakan pendapatnya kemudian guru mengevaluasi dan merangkum hasil dari jawaban siswa dan membahasnya dengan ceramah.

b. Metode tanya jawab 1) Definisi Konseptual

Metode tanya jawab diartikan sebagai metode penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa

83


(36)

memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan.

2) Definisi Operasional

Dalam metode tanya jawab guru memulai dengan memberikan materi pelajaran kemudian siswa dipersilahkan bertanya atau sebaliknya guru yang bertanya dan siswa menjawab. Dengan tanya jawab guru dapat mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabilitas maka peneliti melakukan beberapa hal dalam melakukan pengumpulan data yang mendukung, diantaranya:

1. Penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengadakan kajian terhadap buku-buku serta hasil penelitian yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2. Penelitian lapangan, yaitu dengan memberi soal biologi di Mts Darul Abror, Jatiraden, Bekasi dengan tes objektif pilihan ganda dengan pokok bahasan sistem indera pada manusia. Dilakukan untuk mengetahui hasil penguasaan konsep sebagai variabel yang akan diteliti.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Persyaratan Analisis

Analisis data yang digunakan ,meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut :

A. Uji Normalitas

Untuk uji normalitas, analisis data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas chi kuadrat (x2). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi distribusi normal atau tidak, dengan taraf signifikan 5% dan 1%. Adapun kriterianya sebagai berikut:

xo2<xt2 = Data berdisrtibusi normal

xo2>xt2 = Data berdistribusi tidak normal

Adapun rumus chi kuadrat untuk uji normalitas adalah:

X2

(

)

Ei

Ei

=

Oi


(37)

Oi : Frekuensi pada sampel Ei : Frekuensi teoritik

B. Uji Homogenitas

Untuk uji homogenitas, analisa data dilakukan dengan menguji homogenitas dua varians. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh homogen atau tidak, terhadap dua kelompok perlakuan, dengan taraf signifikan 5% dan 1%. Adapun kriterianya sebagai berikut:

- F hitung < F tabel = Variabel data homogen - F hitung > F tabel = Variabel data tidak homogen Adapun rumusnya sebagai berikut:

2 B 2 A S S F=

Keterangan:

SA2 : varians terbesar

SB2 : varians terkecil

2. Uji Hipotesis

Data yang didapat yaitu hasil belajar masing-masing sampel berdasarkan tes yang dilakukan akan diuji hipotesis dengan uji “t” yaitu salah satu tes yang dipergunakan untuk menguji kebenaran hipotesis nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah yang diambil secara random dari populasi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan.84 supaya diketahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajar dengan metode brainstorming dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode tanya jawab. Adapun rumus uji “t” adalah:

[

1

1

]

2

)

1

(

)

1

(

t

+

+

+

=

y x

n

n

sy

n

sx

n

Y

X

84


(38)

Keterangan:

X : Nilai rata-rata kelas eksperimen Y : Nilai rata-rata kelas kontrol

Sx : Simpangan baku kelas eksperimen Sy : Simpangan baku kelas kontrol nx : Jumlah sample kelas eksperimen


(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan pembelajaran dengan konsep sistem indera pada manusia. Penulis memberikan perlakuan yang berbeda di dua kelas Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Abror Bekasi dengan sampel kelas II. Penulis mengambil sampel dua kelas yaitu kelas II A berjumlah 39 orang dan kelas II B berjumlah 39 orang. Sampel diambil dengan menggunakan tekhnik purposive sampling (pengambilan sampel nonrandom berdasarkan tujuan). Penulis mengajar langsung di kedua kelas tersebut dengan perlakuan/penerapan metode berbeda dan diamati oleh guru bidang studi yang bersangkutan. Adapun konsep yang dipelajari adalah konsep sistem indera pada manusia.

Perlakuan yang diberikan pada kedua kelas eksperimen berupa perbedaan penggunaan metode pembelajaran. Pada kelas II A sebagai kelas eksperimen dengan penggunaan metode brainstorming dan kelas II B sebagai kelas eksperimen dengan penggunaan metode tanya jawab. Pada pengumpulan data penguasaan konsep, penulis menggunakan tes biologi pada konsep sistem indera pada manusia. Tes ini mencakup pemberian pre-test dan post-test yang disusun berdasarkan indikator yang mengacu pada kurikulum yang berbasis kompetensi.

Sebelum pemberian perlakukan pada kedua kelas, penulis memberikan pretest

untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang konsep sistem indera pada manusia. Soal terdiri atas 23 butir pilihan ganda dengan 4 (empat) alternatif jawaban. Setelah memberikan perlakuan yang berbeda terhadap kedua kelas. Penulis memberikan tes (posttest ) dengan soal yang sama pada pretest. Soal yang diberikan, sebelumnya telah diuji validitasnya dan reliabilitasnya. Jadi, tes yang diberikan kepada kedua sampel merupakan tes dengan soal-soal yang valid dan reliabel.

Dalam penelitian ini penulis memberikan pre-test dan post-test dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan penguasaan konsep siswa pada konsep sistem indera pada menusia sebelun dan sesudah penggunaan metode brainstorming dan metode tanya jawab


(40)

Berikut ini disajikan data dari dua kelompok subyek penelitian yang diambil dari

pretest dan posttest

1. Nilai Pre-test Pada Konsep Sistem Indera Pada Manusia Pada Kelompok Brainstorming dan Tanya Jawab

a. Nilai Pre-test Pada Kelompok Brainstorming

Berdasarkan hasil Pre-test kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran

brainstorming pada konsep sistem indera pada manusia diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 3

Deskrpsi Data Pre-test Kelompok Brainstorming Deskripsi Nilai

Nilai minimum 25

Nilai maksimum 60

Range 35

Rata-rata 49,51

Median 51,86

Modus 53,7

Simpangan baku 9,09

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa pada pretest ini sebesar 60 dan skor terendah diperoleh 25 sehingga diperoleh rentang 35. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 49,51, nilai tengah sebesar 51,86 dan skor dengan frekuensi terbesar 53,7.

Setelah diperoleh rentang skor sebesar 35 dengan banyaknya kelas interval 6 dan panjang kelas interval 6, maka tabel distribusi frekuensai pretest kelompok

brainstorming adalah sebagai berikut :

Tabel 4


(41)

Interval F X fX X2

Batas Nyata Bawah

Batas Nyata Atas

Fka Fkb

Frekuensi Relatif

( % )

25-30 3 27,5 82,5 756,25 24,5 34,5 39 3 5,13

31-36 0 33,5 0 1122,25 30,5 37,5 36 3 0

37-42 6 39,5 237 1560,25 36,5 43,5 36 9 17,95

43-48 2 45,5 91 2070,25 42,5 49,5 30- 0 5,13

49-54 15 51,5 772,5 2652,25 48,5 54,5 28 26 38,46

55-60 13 57,5 747,5 3306,25 54,5 60,5 13 39 7,69

39 1930,5 100%

Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dibuat histogram sebagai berikut :

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Bb

Frekuensi relatif

30,5

24,5 36,5 42,5 48,5 54,5

Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Pre-test Kelompok Brainstorming

Dari histogram di atas, terlihat bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai biologi antara 49-54 yaitu sebanyak 15 siswa atau sebesar 38,46 %. Nilai tertinggi antara 55-60 sebanyak 13 siswa atau sebesar 7,69 %. Sedangkan nilai terendah terletak antara 25-30 sebanyak 3 siswa atau sebesar 5,13 %

b. Nilai Pre-test Pada Kelompok Tanya Jawab

Dari Perhitungan, data penelitian ini data nilai pre-test kelompok eksperimen kelompok tanya jawab dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(42)

Tabel 7

Deskripsi Data Pretest Kelompok Tanya Jawab

Deskripsi Nilai

Nilai minimum 25

Nilai maksimum 65

Range 40

Rata-rata 44,12

Median 48,75

Modus 36,5

Simpangan Baku 11,23

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa pada tes hasil belajar biologi ini sebesar 65 dan skor terendah diperoleh 25 sehingga diperoleh rentang 40. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 44,12 nilai tengah sebesar 48,75 dan skor dengan frekuensi terbesar 36,5.

Untuk lebih jelasnya deskripsi data skor nilai pretest ditunjukkan dalam tabel frekuensi dan gambar dibawah ini :

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Tanya Jawab

Interval f X fX X2

Batas Nyata Bawah

Batas Nyata Atas

fka fkb

Frekuensi Relatif (% )

25-30 6 27,5 165 756,25 24,5 30,5 39 6 15,38 %

31-36 0 33,5 0 0 30,5 36,5 33 6 0 %

37-42 13 39,5 513,5 1560,25 36,5 42,5 33 19 33,3 %


(43)

49-54 12 51,5 618 2625,25 48,5 54,5 20 31 30,7 %7

55-60 4 57,5 230 3306,25 54,5 60,5 8 35 10,26 %

61-66 4 48,5 194 2352,25 60,5 66,5 4 39 10,26 %

36 1720,5 10600,25 100 %

0 2 4 6 8 10 12 14

Batas Nyata baw ah Frekuensi Absolut

24,5 30,5 36,5 42,548,554,560,5

Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Tanya Jawab

Berdasarkan grafik histogram diatas terlihat, bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai biologi antara 37 - 42 yaitu sebanyak 13 siswa atau sebesar 33,33 %. Nilai tertinggi terletak antara 61 - 66 sebanyak 4 siswa atau sebesar 10,26 %, sedangkan nilai terendah terletak antara 25-30 sebanyak 6 siswa atau sebesar 15,38 %. 2. Nilai Post-testt Pada Konsep Sistem Indera Pada Manusia Pada Kelompok

Brainstorming dan Tanya Jawab

a. Nilai Post-test pada Kelompok Brainstorming

Dari perhitungan dalam penelitian ini data nilai post-test kelompok eksperimen

brainstorming dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5

Deskripsi Post-test Kelompok Brainstorming

Deskripsi Nilai

Nilai minimum 45


(1)

Perhitungan Uji Homogenitas Varian Kelompok Brainstorming A. Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem Indera pada Manusia

X F (X - X) (X - X)2 F(X - X)2

35 1 -14,49 209,9601 209,9601

30 2 -19,49 379,8601 759,7202

40 6 -9,49 90,0601 540,3606

45 2 -4,49 20,1601 40,3202

50 15 0,51 0,2601 3,9015

55 3 5,51 30,3601 91,0803

60 10 10,51 110,4601 1104,601

Jumlah 2749,9439

(

n-1

)

) (

S2 = f XX 2

(

)

39 , 72

1 -39

9439 , 2749

= =


(2)

X F (X - X) (X - X)2 F(X - X)2

45 1 -21,79 474,8041 474,8041

50 2 -16,79 281,9041 563,8082

55 1 -11,78 139,0041 139,0041

60 8 -6,79 46,1041 368,8328

65 3 -1,79 3,2041 9,6123

70 17 3,21 10,3041 175,1697

75 4 8,21 67,4041 269,6164

80 3 13,21 174,5041 523,5123

Jumlah 2524,3599

(

n-1

)

) (

S2 = f XX 2

(

)

43 , 66

1 -39

3599 , 2524

= =

1. Ho = Variansi populasi homogen Ha = variansi populasi tidak homogen 2. Jumlah sampel


(3)

3. Derajat kebebasan

Pembilang dk = n – 1 = 39 – 1 = 38 Penyebut dk = n – 1 = 39 – 1 = 38 4. F hitung

ecil Varianterk

esar Varianterb

=

= 2

B 2 A

S S

F

= 72,37 66,43

= 1,089

5. Dengan demikian = 1,089 sedangkan untuk dk penyebut 38 dan dk pembilang 38 pada taraf signifikan = 0,05 dari tabel distribi\usi F tidak dapat maka diambil yang terdekat yaitu dk penyebut 38 dan dk pembilang 40.

Dari tabel F diperoleh nilai F (0,05, dk= 38,40) adalah 1,71

Diketahui harga Fhit = 1,089 dan Ftab = 1,71 karena F hit < F tab maka Ho diterima yang berarti kedua kelompok sampel mempunyai varian yang sama.

Perhitungan Uji Homogenitas Varian Kelompok Tanya Jawab A. Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem Indera pada Manusia


(4)

X F (X - X) (X - X)2 F(X - X)2

25 2 -20,897 436,684609 873,369218

30 4 -15,897 252,714609 1010,85844

40 13 -5,897 34,774609 452, 069917

50 12 4,103 16,834069 202, 015309

60 4 14,103 198,894609 795,578436

65 4 19,103 364,924609 1459,69844

Jumlah 4793,58977

(

n-1

)

) (

S2 = f XX 2

(

)

15 , 126

1 -39

58977 , 4793

= =

B. Nilai Post-test Penguasaan Konsep Sistem indera pada Manusia


(5)

40 1 -24,62 606,1444 606,1444

50 3 -14,62 213,7444 641,2332

60 7 4,62 21,3444 149,4108

65 8 0,38 0,1444 1,1552

70 16 5,38 28,9444 463,1104

80 3 15,38 236,5444 709,6332

Jumlah 3769,2316

(

n-1

)

) (

S2 = f XX 2

(

)

19 , 99

1 -39

2316 , 3769

= =

1. Ho = Variansi populasi homogen Ha = variansi populasi tidak homogen 2. Jumlah sampel


(6)

nb = 39 3. Derajat kebebasan

Pembilang dk = n – 1 = 39 – 1 = 38 Penyebut dk = n – 1 = 39 – 1 = 38 4. F hitung

ecil Varianterk

esar Varianterb

=

= 2

B 2 A

S S F

= 126,14709 99,19

= 1,27

5. Dengan demikian = 1,27 sedangkan untuk dk penyebut 38 dan dk pembilang 38 pada taraf signifikan = 0,05 dari tabel distribi\usi F tidak dapat maka diambil yang terdekat yaitu dk penyebut 38 dan dk pembilang 40.

Dari tabel F diperoleh nilai F (0,05, dk= 38,40) adalah 1,71

Diketahui harga Fhit = 1,27 dan Ftab = 1,71 karena F hit < F tab maka Ho diterima yang berarti kedua kelompok sampel mempunyai varian yang sama


Dokumen yang terkait

Perbedaan Hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan metode konvensional dan siswa yang diajar dengan metode maternal Reflektif di SDLB Negeri 01 Lenteng agung Jakarta Selatan

0 6 119

Penggunaan metode tanya jawab dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS Kelas IV di MI Unwanul Huda Jakarta Selatan

8 110 81

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang yang diajar menggunakan metode demontrasi dengan metode ceramah : Studi eksperimen di SMPN I Cikarang Barat

0 3 148

Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode reception Learning dan Metode Discovery Learning

0 7 136

Perbedaan Keterampilan Generik Sains Siswa Yang Diajar Melalui Metode Praktikum Dengan Metode Demonstrasi Pada Konsep Jamur

0 7 168

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP PHOTOSHOP ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE BRAINSTORMING DAN METODE TANYA JAWAB

0 12 154

Metode Tanya Jawab Dalam Al-Qur'an (Kajian Tafsir Surat Al-Anbiya 7, Al-Qari'ah 1-2, Al-Baqarah 28, At-Takwir 26-27, Ar-Rahman 13, Al-Baqarah 245

3 50 114

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE STAD PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM DI KELAS

0 2 15

PERBEDAAN TINGKAT SIKAP NASIONALISME ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DAN SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE PEMBELAJARAN CERAMAH PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KUNDURAN KABUPATEN BLORA.

0 0 2

Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan metode drill dan ekspositori

0 1 8