Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKN siswa kelas IV SDN Karangwuni 1 melalui penerapan pendekatan kontekstual - USD Repository

  PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PKN SISWA KELAS IV SDN KARANGWUNI 1 MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Disusun oleh :

  Yudith Christine Suroyo 091134092 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan untuk :

  Tuhan Yesus Kristus yang selalu mengalirkan kasihNya bagi saya, sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini.

  Hidupku sebagai calon pendidik yang berkualitas Kedua orang tuaku Bapak Martinus Suroyo dan Ibu Kaminah yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada anaknya baik dukungan moral maupun materiil serta do’a yang tak pernah putus demi kesuksesan hidupku

  Adikku yang selalu membantuku dan sekaligus sebagai penyemat dalam menjalani hidupku Dosen-dosenku di Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma yang senantiasa memberikan bimbingan dan mendidikku untuk menjadi seorang pendidik yang berkualitas

  Teman-temanku yang selalu memberikan semangat, dukungan kepadaku dan sebagai tempat curahan hati dikala menghadapi rintangan Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah menuntun ku untuk menjadi calon pendidik yang berkualitas

  

MOTTO

   Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan

  mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. (Matius 7: 7)

   Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu

  seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3: 23)

   Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

  kepadaku. (Filipi 4: 13)

  

  “Keraguan hanya dapat dihilangkan dengan tindakan.” (Johann Wolfgang von Goethe (1749 –1832), dramawan dan novelis Jerman”

  

  “Jika pikiran saya bisa membayangkannya, hati saya bisa meyakininya, saya tahu saya akan mampu menggapainya.” (Jesse Jackson, politikus dan pemimpin masyarakat sipil Amerika Serikat)

  

ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PKN SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGWUNI 1 MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

  Yudith Christine Suroyo Universitas Sanata Dharma

  2013 Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui peningkatkan keaktifan belajar

  PKn melalui penerapan pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri Karangwuni 01 tahun pelajaran 2012/2013, dan (2) mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn melalui penerapan pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri Karangwuni 01 tahun pelajaran 2012/2013.

  Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 4 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan dalam waktu 2 x 35 menit. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan februari sampai dengan maret 2013. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Karangwuni dengan jumlah 18 siswa yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Objek penelitian ini adalah peningkatkan keaktifan dan prestasi belajar PKn melalui penerapan pendekatan kontekstual pada kompetensi dasar “Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat ”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi keaktifan siswa, lembar wawancara dan tes prestasi belajar siswa dalam bentuk soal objektif.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Penerapan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran PKn dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri Karangwuni 01 tahun peljaran 2012/2013. Kondisi awal keaktifan siswa menunjukan bahwa persentase jumlah siswa aktif adalah 44%. Pada Siklus I persentase jumlah siswa aktif adalah 61%. Pada siklus II, persentase jumlah siswa aktif menjadi 66%. (2) Penerapan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran PKn dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Karangwuni 01 tahun pelajaran 2012/2013. Kondisi awal prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa persentase jumlah siswa yang memenuhi KKM (66) 33%. Pada Siklus I persentase jumlah siswa yang memenuhi KKM (66) adalah 50%. Pada siklus II, persentase jumlah siswa yang memenuhi KKM (66)menjadi 67%. Nilai rata-rata siswa pada kondisi awal adalah 56,5. Pada siklus I, nilai rata-rata siswa adalah 64,8. Pada siklus

  II, nilai rata-rata siswa menjadi 72,4.

  ABSTRACT

  INCREASING ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT OF CIVIC EDUCATION THROUGH THE APPLICATION OF CONTEXTUAL APPROACH FOR GRADE 4 STUDENTS OF KARANGWUNI 1 ELEMENTARY SCHOOL ACADEMIC YEAR 2012/2013

  Yudith Christine Suroyo Universitas Sanata Dharma

  2013 This study aims to (1) determine the increase of activeness in learning through the application of contextual approach in grade 4 students of Karangwuni 01

  Elementary School Academic year 2012/2013, and (2) to increase student achievement through the implementation of a contextual approach in in grade 4 students of Karangwuni 01 Elementary School Academic year 2012/2013.

  This research is a classroom action research (CAR) conducted in 2 cycles with 4 meetings. Each cycle consisted of two meetings. Each meeting is made within 2 x 35 minutes. The research was conducted in February to March 2013. The subjects in this study were fourth grade students of Karangwuni elementary school with a total of 18 students consisting of 10 girls and 8 boys. The Object of this study is the increasing of activeness and achievement for cuvics through the application of contextual approach with the basisc of competency "Getting to know the government system of the central level". The instrument used in this study was the student activeness observation sheets, questionnaires and student achievement tests in the form of objective questions.

  These results indicate that: (1) The application of a contextual approach to the subjects of Civics can improve students' activeness for grade 4 students of Karangwuni 1 Elementary School Academic year 2012/2013. Initial conditions of activity of students indicated that the average percentage of activeness students was 44% in the first cycle. The average percentage of student activity is 61% In the second cycle, the percentage of student activeness to 66% (2) Contextual approaches to civic education subjects can improve student achievement fourth grade elementary school lesson Karangwuni 1 years 2012/2013. Initial conditions of student achievement show that the percentage of students meet KKM (66) 33%. In the first cycle the percentage of students meet KKM (66) is 50%. In the second cycle, the percentage of students meet KKM (66) to 67%. Value of the average student in the initial conditions is 56,5. In the first cycle, the average student score was 64,8. In the second cycle, the average value being 72,4.

  .

  Keywords: Activeness and Learning Achievement Civics and Contextual approach

  KATA PENGANTAR Puji Tuhan, kami panjatkan kepada Tuhan Yesus yang Maha Kuasa, yang telah memberikan segala kasihNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul PeningkatanKeaktifan dan Prestasi Belajar PKn

  

Siswa Kelas IV SD Karangwuni 01 Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual

  ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari dan merasakan bahwa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

  1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

  2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J. S.S., BST., M.A., selaku kepala program pendidikan PGSD Universitas Sanata Dharma

  3. Drs. Y. B Adimassana, M.A dan Elisabaeth Desiana Mayasari, S.Psi, M.A selaku dosen pesmbimbing 1 dan II yang telah bersedia memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan selama proses penelitian dan penulisan skripsi hingga selesai.

  4. Tri Muryanti, S.Pd selaku Kepala SD Negeri Karangwuni 01 yang telah memberikan ijin tempat untuk melakukan penelitian

  5. Anindita Rahardini, S.Pd selaku guru kelas IV SD Negeri Karangwuni 01 yang telah bersedia memberikan bantuan selama proses penelitian

  6. Siswa siswi Kelas IV SD Negeri Karangwuni 01 selaku subjek penelitian yang telah bersedia untuk membantu saya dalam proses penelitian

  7. Bapak dan Ibu Guru serta karyawan/ karyawati SD Negeri Karangwuni 01 yang telah memberikan bantuan sehingga proses penelitian berlangsung dengan lancar

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ....................................................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................ vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

ABSTRACK ...................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ......................................................................................

  x

  

DAFTAR ISI................................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii

  

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................

  1 1.2 Pembatasan Masalah ...............................................................................

  9 1.3 Perumusan Masalah ................................................................................

  9

  1.4 Pemecahan Masalah ................................................................................ 10

  1.5 Batasan Istilah ......................................................................................... 10

  1.6 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11

  1.7 Manfaat Penelitian ................................................................................... 12

  BAB II LANDASAN TEORI

  2.1 Kajian Pustaka ......................................................................................... 13

  2.1.1 Belajar ......................................................................................... 13

  2.1.3 Prestasi Belajar Siswa .................................................................. 23

  2.1.4 Pendekatan Kontekstual ............................................................... 27

  2.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan ...................................................... 33

  2.2 Penelitian terdahulu yang relevan ........................................................... 37

  2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 40

  2.4 Hipotesis Tindakan ................................................................................. 42

  BAB III METODE PENELITIAN

  3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 43

  3.2 Setting Penelitian ........................................................................... ......... 47

  3.3 Rencana Penelitian .................................................................................. 48

  3.4 Pengumpulan data dan Instrumen Penelitian .......................................... 50

  3.5 Teknik Analisis Data .............................................................................. 70

  3.7 Jadwal Penelitian ..................................................................................... 74

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 75

  4.2 Pembahasan ........................................................................... ................. 103

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN DAN KETERBATASAN

  5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 116

  5.2 Saran ........................................................................... ........................... 117

  5.2 Keterbatasan ........................................................................... ............... 119

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 120

LAMPIRAN ................................................................................................................ 124

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 52 Tabel 2 Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Siswa ............................. 53 Tabel 3 Kisi-kisi Soal Objektif Siklus I ................................................... 56 Tabel 4 Kisi-kisi Soal Objektif Siklus II .................................................. 56 Tabel 5 Instrumen Penilaian Tes .............................................................. 57 Tabel 6 Lembar Observasi Keaktifan Siswa ............................................ 57 Tabel 7 Lembar Wawancara .................................................................... 58 Tabel 8 Rubrik Penilaian Afektif Siklus I dan II ..................................... 59 Tabel 9 Rubrik Penilaian Psikomotor Siklus I ......................................... 59 Tabel 10 Rubrik Penilaian Psikomotor Siklus II...................................... 59 Tabel 11 Kualifikasi Reliabilitas .............................................................. 61 Tabel 12 Hasil Validasi Silabus ............................................................... 61 Tabel 13 Hasil Perhitungan Penilaian RPP Siklus I ................................ 62 Tabel 14 Hasil Perhitungan Penilaian RPP Siklus II ............................... 64 Tabel 15 Hasil Validitas Soal Evaluasi Siklus I ...................................... 67 Tabel 16 Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I .............. 68 Tabel 17 Hasil Validitas Soal Evaluasi Siklus II ..................................... 69 Tabel 18 Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ............. 70 Tabel 19 Indikator Keberhasilan .............................................................. 71 Tabel 20 Jadwal Penelitian....................................................................... 74 Tabel 21 Hasil Perhitungan Skor Keaktifan Kondisi Awal ..................... 76 Tabel 22 Hasil Perhitungan Skor Keaktifan Siklus I ............................... 85 Tabel 23 Hasil Nilai Prestasi Belajar Siklus I .......................................... 87 Tabel 24 Hasil Perhitungan Skor Keaktifan Siklus II .............................. 98 Tabel 25 Hasil Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus II ............................ 100

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Literatur Map Penelitian yang Relevan ................................... 39 Gambar 2. Desain PTK menurut Kemmis Mc.Taggart............................. 46 Gambar 3. Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ....................... 114 Gambar 3. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa (KKM) ............. 114 Gambar 3. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa (Nilai Rata2) ..... 115

  DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Silabus .................................................................................................. 125

LAMPIRAN 2 RPP Siklus I Pertemuan I ..................................................................... 133

LAMPIRAN 3 RPP Siklus I Pertemuan II .................................................................... 145

LAMPIRAN 4 RPP Siklus II Pertemuan I .................................................................... 152

LAMPIRAN 5 RPP Siklus II Pertemuan II .................................................................. 162

LAMPIRAN 6 Soal Evaluasi Siklus I .......................................................................... 171

LAMPIRAN 7 Soal Evaluasi Siklus II ......................................................................... 175

LAMPIRAN 8 Hasil Validitas Soal Evaluasi ............................................................... 179

LAMPIRAN 9 Instrumen Validasi Perangkat Pembelajaran ........................................ 196

LAMPIRAN 10 Instrumen Pengumpulan Data Keaktifan ........................................... 211

LAMPIRAN 11 Instrumen Pengumpulan Data Prestasi Belajar .................................. 219

LAMPIRAN 12 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ........................................................... 235

LAMPIRAN 13 Contoh Sumber Belajar ...................................................................... 251

LAMPIRAN 14 Foto-foto Kegiatan Siklus I dan Siklus II........................................... 259

LAMPIRAN 15 Surat Ijin Penelitian ............................................................................ 262

LAMPIRAN 16 Surat Keterangan Bukti Penelitian .................................................... 263

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini memuat latar belakang masalah, pembatasan

  masalah, perumusan masalah, pemecahan masalah, batasan pengertian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

  UU No 20/2003 Pasal 1 ayat 1 dalam Kusuma menyatakan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Kusuma, 2010: 10). Sejalan dengan hal itu, Hamzah (2011: 75) menjelaskan suasana belajar dan proses pembelajaran dalam kelas.

  Suasana yang semestinya tercipta dalam proses pembelajaran adalah siswa yang belajar benar-benar berperan aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) juga bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab; berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

  Kusuma (2010: 47) menjelaskan bahwa untuk dapat mewujudkan tujuan PKn tersebut, maka diperlukan suatu proses pembelajaran secara langsung dalam kelas. Proses pembelajaran secara langsung dalam kelas, seharusnya menciptakan suasana pembelajaran yang benar-benar mengaktifkan siswa. Zaini, dkk (2008: xiv) juga menjelaskan, bahwa belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta didik, untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Ketika peserta didik bertindak secara pasif dalam proses pembelajaran, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Sedangkan dalam pembelajaran aktif, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini, biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan, sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Winataputra dan Budimansyah (2012: 132) juga menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar dalam Pembelajaran PKn, tidak hanya pada tahap kognitif saja tetapi juga pada dimensi lainnya seperti afektif (mental) dan psikomotorik (fisik).

  Menurut Hamzah (2011: 75), keberhasilan pencapaian kompetensi satu mata pelajaran bergantung pada beberapa aspek. Salah satu aspek yang mempengaruhi adalah bagaimana cara guru dalam terhadap materi pelajaran rendah. Selanjutnya Hamzah (2011: 75) menjelaskan, tidak jarang ditemukan bahwa pembelajaran di sekolah terkesan ibarat seperti seorang yang menuangkan air dari ceret ke gelas. Ilustrasi tersebut mendeskripsikan terjadinya proses pembelajaran kita saat ini. Senada dengan yang diungkapkan oleh Winataputra & Budimansyah (2012: 132), implementasi PKn dalam kelas belum maksimal. Implementasi pembelajaran PKn yang belum maksimal, terlihat dari pengelolaan kelas yang belum mampu menciptakan suasana kondusif dan produktif. Suasana yang kondusif dan produktif ini, diperlukan untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa, melalui keterlibatannya secara pro aktif dan interaktif. Keterlibatan secara pro aktif dan interaktif yang diharapkan adalah baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas (intra dan ekstra kurikuler). Keterlibatan yang tidak pro aktif, akan berakibat pada miskinnya pengalaman belajar untuk pengembangan kehidupan dan perilaku siswa.

  Implementasi pembelajaran PKn di atas, terjadi pada proses pembelajaran di SD Negeri Karangwuni 1. Berdasarkan observasi peneliti di SD N Karangwuni 1 pada tanggal 27 September 2012 dan 6 oktober 2012, proses pembelajaran PKn yang berlangsung belum terlihat kondisi pembelajaran yang bermakna (meaningfull) dan mengaktifkan siswa. berlangsung, guru melakukan tanya jawab kepada siswa. Namun, hanya beberapa siswa saja yang mau menjawab. Siswa yang lain diam dan bermain dengan mainan yang dibawanya. Guru berusaha untuk membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, dengan melakukan tanya jawab secara perseorangan kepada siswa, misalnya

  “Arif, siapa yang membantu tugas Pak Camat dalam urusan surat menyurat?”. Arif menjawab : “sekretaris camat bu”. Usaha tersebut kurang membuahkan hasil yang

  berarti, setelah siswa menjawab pertanyaan, mereka kembali asyik dengan kegiatannya masing-masing sedangkan guru kembali melanjutkan menjelaskan materi. Setelah guru selesai menjelaskan materi, siswa diminta untuk mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru. Selain itu, guru juga meminta siswa untuk dengan teman dan mencari sumber materi untuk menjawab persoalan atau pertanyaan dari guru. Namun, hasil dari observasi peneliti selama dua pertemuan, rata-rata persentase keaktifan siswa secara keseluruhan dalam kelas hanya 44%.

  Hasil observasi di kelas IV ditindak lanjuti oleh peneliti dengan wawancara bersama guru kelas IV (Anin, komunikasi pribadi, 20 September dan 8 Oktober 2012). Beliau mengatakan, siswa kurang aktif dan kurang antusias untuk belajar PKn karena materinya sulit dipahami.

  Selain itu, materi pelajaran PKn dianggap terlalu abstrak contohnya adalah dievaluasi di pertemuan selanjutnya, dan ternyata mereka sudah tidak mengingatnya kembali.

  Peneliti juga mendapatkan sebuah dokumen nilai

  • – nilai siswa dalam Tes Kendali Mutu (TKM ) dua tahun lalu dan TKM II setahun yang lalu pada materi sistem pemerintahan tingkat pusat. Dokumen tersebut, menunjukkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn rendah. Hasil TKM PKn dua tahun lalu, 10 siswa dari jumlah 16 siswa atau 62,5% tidak mencapai KKM, dengan nilai KKM 65. Pada TKM semester II tahun lalu, siswa yang tidak mencapai KKM sebesar 60 % dari 20 siswa. Dengan demikian setelah dicari rata-rata dari TKM dua tahun lalu, dan TKM tahun lalu sebesar 61,25% siswa tidak mencapai KKM. Sedangkan rata-rata nilai dua tahun dan setahun yang lalu hanya 56,5.

  Berdasarkan hasil observasi dan wawancara guru, menunjukkan bahwa proses pembelajaran PKn belum mencapai tujuan pembelajaran PKn yang telah diungkapkan oleh Winataputra dan Budimansyah (2012: 75). Siswa hanya sebatas mengetahui materi pelajaran, kemudian lupa dan tidak memanfaatkan materi PKn tersebut dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Selain itu, siswa juga kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Kondisi kurang aktifnya siswa, terlihat dari proses bertanya, berdiskusi, mencatat hal-hal penting, dan mencari sumber- proses pembelajaran PKn di kelas IV masih rendah. Keaktifan belajar siswa yang rendah, mengakibatkan prestasi belajar siswa menjadi rendah juga. Hal seperti yang diungkapkan oleh Zaini, dkk (2008: xiv), ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan.

  Hamzah (2011: 311) menjelaskan, untuk mendapatkan hasil proses pendidikan yang maksimal, tentunya diperlukan pemikiran yang kreatif dan inovatif. Inovasi dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan prestasi kearah yang maksimal dan menghasilkan siswa- siswa yang kreatif dan inovatif. Inovasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan metode pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang inovatif antara lain contextual teaching and learning (CTL) dan pembelajaran kooperatif.

  Sejalan dengan penjelasan diatas, Trianto (2009: 8) menyatakan bahwa apabila kita ingin meningkatkan prestasi, tentunya tidak akan terlepas dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Berlakunya Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran. Salah satu paradigma pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih

  Nurdin dalam Rusman (2010: 189) menjelaskan “CTL atau pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan kontekstual menyediakan 7 komponen pembelajaran dalam kelas yang membuat siswa aktif yakni kontruktivisme, bertanya, inquiry, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya”.

  Lebih lanjut lagi Hanafiah dan Suhana (2009), menjelaskan bahwa penggunaan teknik bertanya dalam pendekatan kontekstual bertujuan meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pemecahan masalah. Selanjutnya pendekatan kontekstual mendorong peserta didik untuk belajar menemukan dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Hal ini yang disebut dengan kontrukstivisme. Dengan demikian, tujuh komponen yang ada dalam pendekatan kontekstual akan membantu siswa aktif menemukan sendiri konsep yang akan dipelajarinya, belajar untuk aktif bekerjasama dalam proses pembelajaran, terlebih lagi dapat mengaitkan konsep pengetahuannya dengan konteks kehidupan dan prestasi belajar PKn. Pemilihan pendekatan ini, didasarkan pada pandangan belajar menurut pendekatan kontekstual yang diungkapkan oleh Hanafiah dan Suhana. Hanafiah dan Suhana (2009: 67-68) menjelaskan bahwa, proses belajar menurut pendekatan kontekstual adalah tidak hanya menghafal, akan tetapi mengalami dan harus mengkonstruksi pengetahuan. Selain itu, belajar yang efektif harus berpusat pada peserta didik (student centered), sehingga peserta didik memahami bagaimana penggunakaan pengetahuan dan keterampilan barunya. Hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian sebelumnya. Wahyuni (2012) dalam penelitiannya menyatakan

  , “Pendekatan kontekstual dipilih untuk meningkatkan prestasi belajar, karena belajar akan lebih menyenangkan jika lingkungan belajar diciptakan secara alami, dan belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahui”. Pernyataan ini seiring dengan pernyataan Elaine B Johnson dalam Rusman (2010: 187) yang mengatakan,

  “Pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Pembelajaran kontekstual cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis, dengan konteks dari kehidupan sehari- hari siswa”. Jadi, pendekatan kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa Untuk itu, peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas untuk menjaw ab masalah ini dengan judul “PENINGKATAN

  KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SDN KARANGWUNI 1 MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL”.

  1.2 Pembatasan Masalah

  Penelitian ini hanya dibatasi pada keaktifan dan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi Organisasi pemerintah tingkat pusat pada siswa kelas IV SD N Karangwuni 1 semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.

  1.3 Perumusan Masalah :

  Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

  1.3.1 Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn pada siswa kelas IV SD N Karangwuni 1 semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui penerapan pendekatan kontekstual?

  1.3.2 Apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan belajar PKn pada siswa kelas IV SD N Karangwuni 1 semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

  1.3.3 Apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan

  1.4 Pemecahan Masalah

  Pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam melakukan proses belajar mengajar PKn materi organisasi pemerintahan tingkat pusat.

  1.5 Batasan Istilah

  Batasan pengertian perlu dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan pemahaman dalam penafsiran. Adapun pengertian-pengertian yang perlu dibatasi adalah sebagai berikut : 1.5.1 Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat atau sibuk.

  Keaktifan disini dibatasi dengan kegiatan aktif dalam pembelajaran yang meliputi aktif bertanya, aktif berdiskusi, aktif mencatat hal- hal penting, dan aktif mencari sumber-sumber belajar untuk mengutarakan pendapat. (Dimyati&Mudjiono, 2006)

  1.5.2 Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam materi yang terkait. Dalam penelitian ini, prestasi belajar siswa dinyatakan dengan nilai yang diperoleh siswa dalam uji kompetensi (kognitif, afektif dan psikomotor). (Purwanto, 2008)

  1.5.3 CTL yang sama halnya disebut pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang berusaha untuk membuat siswa aktif dalam

  1.5.4 PKn adalah mata pelajaran yang diajarkan di SD/MI/SDLB, untuk mengarahkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam sekolah, masyarakat dan keluarga. PKn juga mengarahkan siswa menjadi warga negara yang baik, demokratis, menghargai perbedaan, dan kritis dalam menanggapi isu kewarganegaraan. (Wiharyanto, 2007)

1.6 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

  1.6.1 Mengetahui bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Karangwuni 1 pada siswa kelas IV SD N Karangwuni 1 semester genap tahun pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran PKn melalui penerapan Pendekatan Kontekstual.

  1.6.2 Mengetahui apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SD N Karangwuni 1 pada mata pelajaran PKn pada siswa kelas IV SD N Karangwuni 1 semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

  1.6.3 Mengetahui apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Karangwuni 1 pada mata pelajaran PKn pada siswa kelas IV SD N Karangwuni 1 semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

1.7 Manfaat Penelitian

  1.7.1 Bagi Peneliti: Peneliti mendapatkan pengetahuan tentang penelitian sehingga pengetahuan ini dapat diterapkan dalam penelitian selanjutnya.

  1.7.2 Bagi Guru: Penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk menguasai penerapan pendekatan kontekstual dan mampu menerapkan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran.

  1.7.3 Bagi Siswa: Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan bagi siswa kelas IV SD N Karangwuni 1 untuk membantu meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan.

  1.7.4 Bagi Sekolah: Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan bagi sekolah, untuk memberikan gambaran nyata mengenai pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada kajian pustaka ini ada empat hal yang akan dibahas. Kempat hal

  tersebut adalah kajian teori, hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan. Kajian teori berisi tentang belajar, keaktifan siswa, prestasi belajar, Pendidikan Kewarganegaraan, dan pendekatan kontekstual. Penelitian yang relevan berisi tiga penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan menggunakan perlakuan atau treatment yang sama dengan yang akan digunakan oleh peneliti dan sudah terbukti berhasil dalam penelitiannya. Pada kerangka berpikir berisi mengenai alur penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Sedangkan pada hipotesis tindakan diuraikan tentang dugaan sementara dari peneliti mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Belajar

2.1.1.1 Pengertian Belajar

  Menurut Skinner dalam Dimyati da n Mudjiono (2006: 7), “Belajar adalah perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun”.

  Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:7 ), sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal- hal yang dijadikan bahan belajar.”

  Seiring dengan penjelasan Dimyati dan Mudjiono, Menurut Trianto (2009: 16) menyatakan bahwa :

  Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada

  individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan pekembangan sangat erat kaitannya.

  

  Sejalan dengan pengertian para ahli diatas, Slameto (2010) ; Suhana dan Hanafiah (2009:2) menjelaskan “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Jadi, belajar merupakan proses yang dilakukan seseorang dimana seseorang itu mengalami sebuah perubahan yang berarti sebagai hasil dari proses tersebut.

  Sesuai pengertian dari belajar, Gora dan Sunarto (2010) menjelaskan ciri-ciri dari belajar, yakni kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk mengadakan perubahan kompetensi baru yang sebelumnya tidak dimilikinya. Selanjutnya kompetensi yang dimiliki

  Melihat pengertian tentang belajar oleh para ahli, peneliti menyimpulkan pengertian dari belajar. Belajar adalah proses yang dialami oleh seseorang sebagai hasil interaksi atau pengalamannya dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan adalah lingkungan alam, hewan, tumbuhan, manusia, dan media atau sumber-sumber belajar. Hasil interaksi seseorang ini membawa sebuah perubahan dalam diri sesorang tersebut. Perubahan ini biasanya bersifat relatif lama.

2.1.1.2 Teori Belajar

  Banyak aliran teori yang mendasari atau menjelaskan bagaimana anak belajar. Suyono dan Hariyanto (2011) menjelaskan tentang teori belajar yang berpengaruh pada pembelajaran adalah teori aliran kontruktivisme. Banyak ahli yang telah berkecimpung dalam aliran kontruktivisme ini, dan boleh dikatakan aliran atau pandangan ini banyak mewarnai pandangan tentang pembelajaran. Kontruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi prinsip bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun, mengkonstruksi pengetahuan pemahaman kita tentang dunia tempat kita hidup.

  Menurut Suparno dalam Trianto (2010:75), teori kontruktivisme menekankan pada prinsip bahwa pengetahuan dibangun oleh siswa peserta didik dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, melalui partisipasi aktif secara inovatif dalam proses pembelajaran. Aliran ini banyak diikuti oleh para tokoh pendidikan. Piaget dan Vygotsky merupakan tokoh aliran kontruktivisme.

  Suyono dan Hariyanto (2011) menjelaskan bahwa teori Piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak bermakna ketika anak mampu membangun struktur kognitifnya atau peta mentalnya yang diistilahkan “schema/skema” (jamak = skemata), atau konsep jejaring untuk memahami dan menanggapi pengalaman fisik dalam lingkungan di sekelilingnya. Selanjutnya Hadisubroto dalam Trianto (2010: 72) menjelasakan bahwa dalam teori piaget, anak membangun sendiri skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya. Di sini peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para siswanya.

  Sejalan dengan teori piaget, Suyono dan Hariyanto (2011) menjelaskan bahwa teori lain yang mengusung tentang aliran kontruktivisme adalalah vygotsky. Vygotsky lebih suka menyatakan teori pembelajarannya sebagai pembelajaran kognisi sosial.

  Pembelajaran kognisi sosial meyakini bahwa kebudayaan merupakan perkembangan (zone of development) dan scaffolding.

  Zona perkembangan maksudnya adalah ada perbedaan antara apa yang dapat dilakukan anak sendiri dengan apa yang dapat dilakukan oleh siswa dengan bantuan guru ataupun orang tua dan teman sebayanya. Bantuan yang diberikan oleh guru, orang tua ataupun teman sebayanya ini yang disebut dengan scaffolding. Scaffolding akan dihentikan jika anak sudah mampu mengkonstruksi pemahamannya sendiri setelah diberikan bantuan. Bantuan disini adalah hanya sebatas sebagai stimulus untuk mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

  Dengan demikian, peneliti berusaha untuk melihat teori belajar kontruktivisme yang berpengaruh pada proses pembelajaran anak. Teori belajar aliran kontrutivisme lebih menekankan pada penguasaan suatu konsep atau skemata melalui proses interaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Anak belajar dengan bantuan guru, sehingga anak lah yang menjadi pusat pembelajaran dan guru sebagai pembimbing. Peran guru yang sebagai pembimbing, akan memberikan kesempatan lebih banyak lagi kepada anak untuk membangun sendiri suatu konsep-konsep materi pembelajaran.

2.1.2 Keaktifan Belajar

  Sedangkan keaktifan diartikan sebagai kegiatan, kesibukan, aktivitas. Namun, berbeda dengan pengertian itu, Hermawan (2007: 83) menyatakan, “Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran Dengan demikian, ”. kegiatan aktif siswa dalam proses pembelajaran dapat disebut dengan belajar aktif. Sejalan dengan penjelasana diatas, belajar aktif menurut Martinis Yamin (2007: 82),

  “Suatu usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Dalam proses pembelajaran terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan siswa, baik dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif ”.

  Yamin (2007: 82) kembali menjelaskan bahwa, belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing.

  Dewey menyatakan bahwa siswa perlu terlibat dan berpartisipasi secara spontan. Keinginan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam suatu proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi faisilitator yang membantu memudahkan siswa dalam pembelajaran dibimbing, diajar, dilatih menjelajah, mencari, mempertanyakan sesuatu, dan menyelidiki jawaban atas suatu pertanyaan. Selain itu, siswa dibimbing untuk memiliki keterampilan agar dapat menerapkan dan memanfaatkan pengetahuan yang pernah diterimanya pada hal-hal atau masalah baru yang diterimanya.

  Sedangkan menurut Siregar dan Nara (2010 : 97), “Belajar aktif merupakan perkembangan dari teori belajar yang menyatakan, bahwa belajar yang efektif itu adalah dengan mengerjakan, bukan menghafalkan. Aktif dimaksudkan dalam proses pembelajaran yakni, guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan pendapat”. Seperti pendapat Siregar dan Nara, Dimyati dan Mudjiono, (2006: 45) menyatakan:

  Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya.

  Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan- keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain ”. Menurut Siregar dan Nara (2010: 96-97), pembelajaran menemukan, memecahkan masalah; siswa pusat pembelajaran, bukan guru; fokus pada proses pembelajaran.

  Melihat pengertian keaktifan dari para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa keaktifan merupakan aktivitas atau kegiatan atau kesibukan.

  Keaktifan juga muncul karena adanya proses belajar aktif. Belajar aktif adalah belajar bukan hanya dengan menghafal tetapi melakukan sendiri. Siswa aktif bertanya, berdiskusi dan mengerjakan sesuatu. Belajar aktif dapat tercipta jika siswa diberikan kesempatan menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya. Siswa sebagai pusat pembelajaran dan guru berperan sebagai fasilitator.

2.1.2.2 Indikator Keaktifan

  Dimyati dan Mudjiono, (2006: 45) memberikan contoh indikator yang mencerminkan keaktifan dalam proses pembelajaran diantaranya: mencatat atau sekedar mendengarkan pemberitahuan; memperhatikan hal-hal yang dijelaskan guru; mencatat tugas yang diberikan dan mengerjakan tugas rumah; berdiskusi dalam kelompok; melibatkan diri dalam proses tanya jawab; dan terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran. Sedangkan menurut Sudjana (2009: 61), keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat yakni: turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; terlibat dalam dalam memecahkan masalah atau soal; menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh, melatih diri dalam memecahkan masalah, serta menggunakan kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolahnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

  Melihat penjelasan indikator keaktifan tersebut, maka peneliti menyimpulkan beberapa indikator keaktifan dari dua ahli diatas menjadi empat indikator. Peneliti menyimpulkan indikator keaktifan menjadi empat indikator karena beberapa indikator yang diuraikan dua ahli diatas sudah termasuk didalamnya. Ke empat indikator tersebut adalah: 1) Mencatat hal-hal yang penting dalam proses pembelajaran