Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N Petinggen melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD N PETINGGEN MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Alfianisa Devi Melati Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen mata pelajaran IPA. Penelitian bertujuan: (1) Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model kooperatif tipe STAD; (2) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA; dan (3) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan melalui 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah 29 siswa kelas IV SD N Petinggen tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara, lembar observasi keaktifan, lembar angket keaktifan dan soal pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya peningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV di SD N Petinggen ditempuh dengan melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah: a) penyampaian tujuan, b) pembagian kelompok, c) penyampaian materi, d) kegiatan dalam kelompok, e) kuis, dan f) penghargaan prestasi; (2) Penerapan model Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor keaktifan belajar dari skor awal 54,4 (rendah) menjadi 70,9 pada siklus I dan pada siklus II menjadi 73,0 (tinggi); dan (3) Penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai ulangan siswa pada pembelajaran IPA dari kondisi awal 66,3 dengan ketuntasan belajar 33,3% pada siklus I menjadi 71,6 dengan ketutasan belajar 57,2% dan pada siklus II 81,8 dengan ketuntasan belajar 88%.


(2)

ABSTRACT

INCREASING ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE SUBJECT FOR 4TH GRADE STUDENTS AT SD N PETINGGEN THROUGH

APPLICATION OF STAD TYPE FROM THE COOPERATIVE LEARNING MODEL

Alfianisa Devi Melati Sanata Dharma University

2016

The background of this research was the lack of activeness and learning achievement in science subject from 4th grade students at SD N Petinggen. The purpose of this research is (1) to describe the efforts to increase activeness and learning achievement in science subject from 4th grade students at SD N Petinggen by applying STAD type from the cooperative learning model. (2) to increase SD N Petinggen’s 4th grade students’ activeness in science subject. (3) to increase SD N Petinggen’s 4th grade students’ learning achievement in science subject.

The research belongs to Classroom Action Research. The research is done with two cycles. Subjects of the research is twenty nine 4 grade students at SD N Petinggen in 2015/2016 academic year. Objects of the research is students’ activeness and learning achievement in science subject. The research uses a few instruments such as interview sheets, activeness observation sheets, activeness questionnaire sheets and multiple choice assignment papers. Data analysis technique used in this research is the quantitative-descriptive analysis.

Results showed that (1) efforts to increase students’ activeness and learning achievement is done by doing classroom action research by applying STAD type from the cooperative learning model with the folowing steps: a) purpose delivery, b) group division, c) material delivery, d) group activity, e) quiz, and f) achievement awarding. (2) application of STAD type from the cooperative learning model increases students’ activeness in science subject from initial score of 54,4 (low) to 7,09 in cycle I and increases to 7,30 in cycle II (high). (3) application of STAD type from the cooperative learning model increases students’ learning achievement in science subject. Learning achievements increases from initial average score of 66,3 with 33,3 % learning completeness to average score of 71,6 with 57,2 % learning completeness in cycle I, and increases to average score of 81,8 with 88% learning completeness in cycle II.


(3)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA

SISWA KELAS IV SD N PETINGGEN MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Oleh:

Alfianisa Devi Melati NIM: 121134178

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah Allah SWT, saya dapat menyelesaikan studi saya dengan baik tidak henti-hentinya saya bersyukur dengan nikmat Allat SWT yang telah diberikan kepada saya,

kupersembahkan karya ini untuk

Ibu saya tersayang Sartinah yang telah memberi doa serta dukungan, memberikan semangat dan selalu menemani dalam pembuatan karya ini, terima kasih telah memberikan kasih sayang yang begitu besar

Ayah saya tersayang Samirin yang mendukungku, menasehati serta memotivasi dalam setiap langkah dan kegiatan yang saya lakukan terima kasih atas kasih sayang yang begitu besar

Kakak saya Ridwan Suryandhika dan kakak ipar Nuraeni telah memberikan dukungan yang teramat besar yang selalu diberikan kepada saya dan memotivasi sehingga saya dapat menyelesaikan karya ini Dosen-dosenku di Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma yang senantiasa memberikan

bimbingandan mendidik saya.

Keponakan saya Dzulfa Dhika Kirana serta Aqila adik sepupu Aura, Aira, Arka, Lala, Tika yang memberikan semangat sehingga saya dapat menggapai keberhasilan

Sahabatku tercinta Wenda, Dewi, Ririn, Tantri, Nia, Krispin, Dian, Vio, Diah dan teman sekelasku yang bersama-sama berjuang dan memberikan motivasi

Kupersembahkan karya ini untuk almamater UniversitasSanata Dharma


(7)

v MOTTO

“Barang siapa bertaqwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya. Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah

menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya” (Q.S. Ath-Thalaq:2-3)

“Rencana yang besar dimulai dari nol, dari hal yang sangat kecil. Tetapi dengan kesungguhan dan niat yang tulus ikhlas serta diiringi dengan doa

maka Allah akan memberikan jalan kepadaku” (Alfianisa Devi Melati)


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 Februari 2016 Penulis,


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Alfianisa Devi Melati Nomor Mahasiswa : 121134178

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD N PETINGGEN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.” Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 29 Februari 2016 Yang menyatakan,


(10)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD N PETINGGEN MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Alfianisa Devi Melati Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen mata pelajaran IPA. Penelitian bertujuan: (1) Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model kooperatif tipe STAD; (2) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA; dan (3) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan melalui 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah 29 siswa kelas IV SD N Petinggen tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara, lembar observasi keaktifan, lembar angket keaktifan dan soal pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya peningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV di SD N Petinggen ditempuh dengan melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah: a) penyampaian tujuan, b) pembagian kelompok, c) penyampaian materi, d) kegiatan dalam kelompok, e) kuis, dan f) penghargaan prestasi; (2) Penerapan model Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor keaktifan belajar dari skor awal 54,4 (rendah) menjadi 70,9 pada siklus I dan pada siklus II menjadi 73,0 (tinggi); dan (3) Penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai ulangan siswa pada pembelajaran IPA dari kondisi awal 66,3 dengan ketuntasan belajar 33,3% pada siklus I menjadi 71,6 dengan ketutasan belajar 57,2% dan pada siklus II 81,8 dengan ketuntasan belajar 88%.


(11)

ix ABSTRACT

INCREASING ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE SUBJECT FOR 4TH GRADE STUDENTS AT SD N PETINGGEN

THROUGH APPLICATION OF STAD TYPE FROM THE COOPERATIVE LEARNING MODEL

Alfianisa Devi Melati Sanata Dharma University

2016

The background of this research was the lack of activeness and learning achievement in science subject from 4th grade students at SD N Petinggen. The purpose of this research is (1) to describe the efforts to increase activeness and learning achievement in science subject from 4th grade students at SD N Petinggen by applying STAD type from the cooperative learning model. (2) to increase SD N Petinggen’s 4th grade students’ activeness in science subject. (3) to increase SD N Petinggen’s 4th grade students’ learning achievement in science subject.

The research belongs to Classroom Action Research. The research is done with two cycles. Subjects of the research is twenty nine 4 grade students at SD N Petinggen in 2015/2016 academic year. Objects of the research is students’ activeness and learning achievement in science subject. The research uses a few instruments such as interview sheets, activeness observation sheets, activeness questionnaire sheets and multiple choice assignment papers. Data analysis technique used in this research is the quantitative-descriptive analysis.

Results showed that (1) efforts to increase students’ activeness and learning achievement is done by doing classroom action research by applying STAD type from the cooperative learning model with the folowing steps: a) purpose delivery, b) group division, c) material delivery, d) group activity, e) quiz, and f) achievement awarding. (2) application of STAD type from the cooperative learning model increases students’ activeness in science subject from initial score of 54,4 (low) to 7,09 in cycle I and increases to 7,30 in cycle II (high). (3) application of STAD type from the cooperative learning model increases students’ learning achievement in science subject. Learning achievements increases from initial average score of 66,3 with 33,3 % learning completeness to average score of 71,6 with 57,2 % learning completeness in cycle I, and increases to average score of 81,8 with 88% learning completeness in cycle II.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan judul skripsi.” Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD N Petinggen Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik, tanpa bantuan dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si. M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S. M.Pd. selaku Wakaprosi PGSD.

4. Drs. Y.B. Adimassana, M.A. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbig peneliti dalam penyelesaian srkipsi ini.

5. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Dwi Kuntari Isninawati, S.Pd.SD. selaku kepala sekolah SD N Petinggen yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti.


(13)

xi

8. Wijiastuti, S.Pd. selaku guru kelas V SD N Petinggen yang telah memberikan banyak bantuan selama penelitian di sekolah.

9. Putri Sejati S.Pd. selaku guru kelas VI yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.

10. Bapak dan ibu guru SD N Petinggen yang telah meluangkan waktu dan membantu peneliti menyelesaikan skripsi.

11. Siswa dan siswi SD N Petinggen tahun pelajaran 2015/2016 yang telah memberikan waktu dan kerjasama yang sangat baik selama peneliti melakukan penelitian.

12. Dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta telah mendidik dengan penuh kesabaran selama peneliti menempuh kuliah.

13. Keluargaku , Ibu Sartinah, Ayah Samirin, Kakak Ridwan Suryandhika dan adik sepupu serta keponakan yang telah memberikan semangat dan doa dalam penulisan skripsi ini.

14. Sahabatku (wenda, dewi, tantri, ririn, dian, nia, vio, diah) yang membantu dan memberi semangat dalam penyusunan skripsi serta pelaksanaan penelitian.

15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan doa, semangat, bimbingan, dan perhatian kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karea itu peneliti berharap saran dan kritik yang membangun dari


(14)

xii

berbagai pihak untuk kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.


(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 5

1.3 Rumusan masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Definisi Operasional ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 34

2.3 Kerangka Berpikir ... 37

2.4 Hipotesis Tindakan ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Setting penelitian ... 43

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.4 Instrumen Penelitian ... 54

3.5 Teknik Pengujian Instrumen ... 65

3.6 Teknik Analisis Data ... 74

3.7 Kriteria Keberhasilan ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

4.1 Hasil Penelitian ... 78


(16)

xiv

BAB V PENUTUP ... 118

5.1 Kesimpulan ... 118

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 118

5.3 Saran ... 119

DAFTAR REFERENSI ... 121

LAMPIRAN ... 124


(17)

xv Daftar Tabel

Halaman

Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 26

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 44

Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara ... 55

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ... 55

Tabel 3.4 Variabel dan Instrumen Penelitian ... 56

Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 57

Tabel 3.6 Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 58

Tabel 3.7 Kisi-kisi Lembar Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 59

Tabel 3.8 Pedoman Penskoran Angket ... 60

Tabel 3.9 Lembar Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 60

Tabel 3.10 Kriteria Penskoran Belajar ... 61

Tabel 3.11 Kategori Penskoran Keaktifan Belajar ... 62

Tabel 3.12 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Sebelum Validasi ... 63

Tabel 3.13 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Sebelum Validasi ... 63

Tabel 3.14 Rincian Pemberian Skor Siklus I dan Siklus II ... 64

Tabel 3.15 Pedoman Penskoran Validasi ... 67

Tabel 3.16 Kriteria Validasi ... 67

Tabel 3.17 Hasil Perhitungan Validasi ... 68

Tabel 3.18 Skor Maksimal Tiap Instrumen ... 68

Tabel 3.19 Validitas Soal Siklus I ... 70

Tabel 3.20 Validitas Soal Siklus II ... 71

Tabel 3.21 Kriteria Klasifikasi Reliabilitas ... 73

Tabel 3.22 Hasil Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 73

Tabel 3.23 Hasil Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ... 74

Tabel 3.24 Kriteria Keberhasilan ... 77

Tabel 4.1 Skor Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Kondisi Awal ... 79

Tabel 4.2 Skor Angket Keaktifan Belajar Siswa pada Kondisi Awal ... 80

Tabel 4.3 Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Kondisi Awal ... 81

Tabel 4.4 Prestasi Belajar Siswa pada Kondisi Awal ... 83

Tabel 4.5 Skor Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I ... 89

Tabel 4.6 Skor Angket Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I ... 90

Tabel 4.7 Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I ... 91

Tabel 4.8 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I... 92

Tabel 4.9 Skor Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II ... 100

Tabel 4.10 Skor Angket Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II ... 101

Tabel 4.11 Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II ... 102

Tabel 4.12 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II ... 103

Tabel 4.13 Skor Observasi dan Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 108

Tabel 4.14 Tabel Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 110


(18)

xvi Daftar Gambar

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan ... 36

Gambar 2.2 Kerangka berpikir ... 39

Gambar 3.1 Model Siklus PTK Menurut Kemmis & Mc Taggart ... 42

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Keaktifan Belajar ... 110


(19)

xvii

Daftar Lampiran

Halaman

LAMPIRAN 1 Surat Perijinan Penelitian ... 125

LAMPIRAN 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 127

LAMPIRAN 3 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 129

LAMPIRAN 4 Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen Soal ... 157

LAMPIRAN 5 Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 166

LAMPIRAN 6 Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 220

LAMPIRAN 7 Lembar Observasi ... 268

LAMPIRAN 8 Angket ... 270

LAMPIRAN 9 Soal Evaluasi ... 272

LAMPIRAN 10 Sampel Lembar Kerja Siswa ... 278

LAMPIRAN 11 Data Hasil Observasi ... 295

LAMPIRAN 12 Data Hasil Kuesioner ... 306

LAMPIRAN 13 Perhitungan Keaktifan Belajar ... 317

LAMPIRAN 14 Data Prestasi Belajar ... 321

LAMPIRAN 15 Sampel Hasil Soal Evaluasi ... 326


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I akan dibahas tentang hal yang melatarbelakangi diadakannya penelitian ini, rumusan masalah.

1.1 Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi. Pembelajaran IPA diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan kehidupan sehari-hari. Siswa sebagai subjek pendidikan, dituntut supaya aktif dalam belajar mencari informasi dan mengeksplorasi sendiri atau secara berkelompok. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing ke arah pengoptimalan pencapaian ilmu pengetahuan yang dipelajari.

Tujuan dari IPA di SD yaitu: 1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan kebenaran, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3)


(21)

mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; 4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan; 5) meningkatkan kesadaran untuk berperan dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; 6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; dan 7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs (BSPN, 2006:484).

Belajar IPA sangat penting diajarkan bagi siswa di SD, agar siswa dapat mencapai tujuan belajar IPA dengan baik. Siswa dapat lebih aktif jika melakukan kegiatan atau aktivitas dalam kelompok, maka dari itu siswa perlu dibiasakan untuk belajar aktif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2007:172) mengatakan bahwa kemajuan keaktifan lebih ditonjolkan melalui unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan belajar yang lebih memadai.

Namun pada kenyataannya guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran aktif dalam melibatkan siswa, serta belum menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah dan siswa hanya menerima materi yang diberikan guru.


(22)

2

hari Kamis, 10 September 2015 memperoleh informasi bahwa kenyataannya keaktifan yang ditunjukkan siswa pada pembelajaran masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil observasi yaitu siswa tidak mencatat, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, siswa tidak bertanya tentang materi yang belum mereka pahami dan tidak ada kerjasama antar teman untuk memecahkan soal, siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru tanpa bisa mengeluarkan pendapat, bertanya, serta menjawab pertanyaan dari guru. Hasil observasi ini diperkuat dengan hasil wawancara kepada wali kelas IV di SD N Petinggen, bahwa keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran IPA sangat rendah, jika pembelajaran hanya dilakukan di kelas tanpa ada kegiatan kelompok atau percobaan.

Selain melakukan observasi dan wawancara, peneliti juga melakukan penyebaran angket untuk memperkuat data kondisi awal keaktifan belajar siswa. Penyebaran angket dilakukan pada hari yang sama pukul 07.00-09.20 WIB. Penyebaran angket berupa 15 pernyataan yang diuraikan dari tujuh indikator keaktifan belajar siswa. Hasil yang diperoleh dari penyebaran angket menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa rendah, dikarenakan banyak siswa menjawab pernyataan yang jarang mereka lakukan saat proses pembelajaran yang berhubungan dengan indikator keaktifan belajar siswa. Diperkuat dengan skor rata-rata pada kondisi awal angket adalah 45,3 dalam kriteria rendah. Keaktifan belajar yang rendah akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Rendahnnya prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen diperkuat dengan hasil nilai ulangan.


(23)

Berdasarkan wawancara dengan wali kelas dan melihat nilai ulangan harian SK 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya, khususnya KD 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu dan KD 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair → padat → cair; cair → gas → cair; padat → gas, diperoleh nilai ulangan harian siswa kelas IV SD N Petinggen tahun pelajaran 2013/2014. Nilai rata-rata ulangan pada kondisi awal yaitu 66,3, siswa yang nilainya memenuhi KKM sebanyak 10 siswa dengan persentase 33,3 % dan 20 siswa yang belum memenuhi KKM dengan persentase 66,7 %, KKM pada mata pelajaran IPA adalah 70.

Berdasarkan permasalahan di atas maka upaya peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA di SD N Petinggen merupakan masalah yang harus di tanggulangi. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif. Melalui model pembelajaran kooperatif ini siswa dapat belajar lebih aktif, mengeluarkan pendapatnya dan suasana yang kondusif untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keaktifan serta keterampilan sosial seperti keterampilan bekerjasama yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat

Menurut Slavin (dalam Nurasma, 2008:1) “Cooperative learning methods share the idea that students work together to learn and are responsible for their teammates learning as their own” yang berarti bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok”. Banyak model


(24)

pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif pada penelitian ini dibatasi pada model STAD (Student Team Achievement Division).

Menurut Slavin (dalam Nurasma, 2008:50), Model STAD adalah siswa dibentuk dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya. Pembelajaran Tipe STAD adalah model pembelajaran kelompok dengan anggota yang heterogen untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model STAD ini membantu dan membuat semangat siswa untuk berhasil memecahkan suatu masalah secara bersama. Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model yang paling sederhana, sehingga model pembelajaran tersebut dapat digunakan oleh guru-guru yang baru memulai menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa sangat dituntut untuk bekerjasama, siswa akan lebih mudah memahami materi tersebut karena melalui belajar dari teman sebaya dan di bawah bimbingan guru, maka proses pemahaman siswa akan mudah dan cepat mengerti tentang materi yang dipelajari. Hal ini didukung oleh pendapat Nurasma (2008:3) bahwa “Siswa akan lebih cepat menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan teman sebaya daripada bahasa yang digunakan oleh orang dewasa”.


(25)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan belajar kelompok dapat memudahkan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran, sehingga yang di pelajari menjadi lebih bermakna bagi dirinya dan bagi orang-orang di sekelilingnya. Selain itu dengan belajar kelompok akan membawa pengaruh positif terhadap diri siswa. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini dibatasi pada materi Sifat dan Perubahan Wujud Benda pada mata pelajaran IPA kelas IV Semester I. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian berjudul “Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD N Petinggen Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”.

1.2 Batasan Masalah

Batasan dalam penelitian ini adalah dua variabel yaitu keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada SK 6 yaitu: Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya. Khususnya KD 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu dan KD 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair → padat → cair; cair → gas → cair; padat → gas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(26)

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda siswa kelas IV SD N Petinggen melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

1.3.2 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda dari skor rata-rata kondisi awal 54,4 (rendah) menjadi 70 (tinggi)?

1.3.3 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda dari nilai ulangan kondisi awal 66,3 menjadi 75 dan dari persentase 33,3% menjadi 75%?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1.4.2 Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda dari skor rata-rata kondisi awal 54,4 (rendah) menjadi 70 (tinggi) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(27)

1.4.3 Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda dari nilai ulangan kondisi awal 66,3 (sedang) menjadi 75 (tinggi)dari persentase 33,3% menjadi 75% melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Guru Kelas

Memberikan contoh PTK tentang bagaimana meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA materi sifat dan perubahan wujud benda melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1.5.2 Bagi Sekolah

Menambah koleksi perpustakaan tentang karya ilmiah guru yang berupa hasil PTK tentang penerapan model kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA materi sifat dan perubahan wujud benda.

1.5.3 Bagi Peneliti Lain

Memberikan referensi hasil PTK tentang bagaimana meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA materi sifat dan


(28)

perubahan wujud benda melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Keaktifan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa, saat proses pembelajaran berlangsung yang berhubungan dengan tujuh indikator keaktifan belajar siswa, di antaranya adalah mencatat, memperhatikan dan mendengarkan guru saat menjelaskan materi, bekerjasama dalam kelompok, bertanya pada guru atau teman apabila belum memahami materi, mencari informasi dari berbagai sumber belajar, menerapkan langkah-langkah atau instruksi guru dan mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok.

1.6.2 Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidikan mengenai kemajuan yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran.

1.6.3 IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya 1.6.4 Siswa adalah subjek yang digunakan untuk penelitian yaitu 29 siswa kelas IV

SD N Petinggen.

1.6.5 Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas pengetahuan, keterampilan atau sikap yang harus dicapai oleh siswa.

1.6.6 Materi pembelajaran adalah KD 6.1 Mendeskripsikan wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu dan KD 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair → gas → cair; cair → gas → cair; padat → gas.


(29)

1.6.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan pengarahan, membuat kelompok heterogen (4-5 orang) yang di dalamya memiliki tingkat kemampuan yang beragam tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya.


(30)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini peneliti menjabarkan mengenai dasar teori penelitian yaitu kajian pustaka, penelitian sebelumnya yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Keaktifan Belajar

2.1.3.1 Pengertian Keaktifan Belajar

Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:31) berarti giat (bekerja, berusaha), keaktifan berarti kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang mendukung proses pembelajaran. Menurut Dimyati (2006:45) mengatakan bahwa keaktifan itu beragam, mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang sudah diamati. Kegiatan fisik berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih, keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.

Menurut Yamin (2007:2) belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing. Dewey menyatakan bahwa siswa perlu terlibat dan berpartisipasi secara spontan. Siswa perlu terlibat aktif dalam pembelajaran agar dapat menemukan pengetahuannya sendiri dan belajar untuk tidak ketergantungan dengan orang lain. Sejalan dengan Hamalik (2007:171) pengajaran yang efektif


(31)

adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh informasi yang telah diketahui melibatkan fisik, mental serta emosional untuk memperoleh hasil belajar berupa pemahaman antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

3.1.3.1Indikator Keaktifan Belajar

Menurut Sudjana (2009:61) keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat dilihat sebagai berikut: (1) siswa turut serta dalam melaksanakan tugas dalam proses belajar; (2) siswa terlibat dalam pemecahan masalah dalam kegiatan belajar; (3) siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4) siswa berusaha mencari berbagai informai yang diperlukan untuk pemecahan persoalan yang sedang dihadapinya; (5) siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (6) siswa melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal dalam kegiatan belajar; (7) siswa menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Menurut Mc.Keachie (dalam Yamin, 2007:77) ada 7 aspek keaktifan yaitu: (1) partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran; (2) tekanan pada aspek afektif dalam belajar; (3) partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa; (4) penerimaan (acceptance) guru terhadap perbuatan atau konstribusi siswa yang kurang relevan atau bahkan sama


(32)

sekali salah; (5) kekompakan kelas sebagai kelompok belajar; (6) kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran; (7) pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siwa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.

Berdasarkan indikator keaktifan yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas peneliti dapat merumuskan indikator keaktifan yaitu: (1) mencatat, memperhatikan, mendengarkan penjelasan materi atau instruksi dari guru; (2) bekerjasama dalam kelompok; 3) bertanya pada guru atau teman apabila belum memahami materi; (4) mencari informasi dari berbagai sumber belajar untuk memecahkan persoalan; (5) menerapkan langkah-langkah cara kerja atau instruksi dari guru; (6) melatih diri memecahkan soal atau mengerjakan soal di LKS; dan (7) mampu mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok.

2.1.2 Prestasi Belajar 2.1.3.1Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hintzman (dalam Syah, 2008:65) juga berpendapat bahwa “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior” yang artinya belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme,


(33)

manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

Menurut Hamalik (2007:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman atau bisa dikatakan belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Hal ini juga sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Gagne (dalam Susanto, 2013:1), menyatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Begitu juga dengan pendapat Winkel (dalam Susanto, 2013:4) belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses di mana seseorang memperoleh pengetahuan dengan cara berinteraksi aktif antara seseorang dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan- perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman-pengalamannya.

3.1.3.1Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1101) prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Menurut Mulyasa (2014:189) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang


(34)

dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan. Sejalan dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:295) prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah ditempuh yang dapat diukur dari ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai interaksi aktif antara subjek belajar dan objek belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas.

4.1.3.1Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi

Menurut Mulyasa (2014:190) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor instrumental; dan (d) kondisi peserta didik. Faktor-faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan konstribusi tertentu terhadap prestasi belajar peserta didik. Selain itu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal (faktor diri) baik secara fisiologis (kondisi jasmani atau fisik) yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu jasmani pada umumnya dan kondisi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama pancaindra, sedangkan faktor psikologis, berasal dari dalam diri seseorang seperti intelegensi, minat, dan sikap. Selain faktor-faktor tersebut, prestasi belajar juga dipengaruhi oleh waktu (time) dan kesempatan (engagement). Waktu dan kesempatan yang dimiliki setiap


(35)

individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik.

Selain faktor internal, faktor eksternal juga digolongkan ke dalam faktor sosial dan non-sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial (contoh: lingkungan keluarga, sekolah, teman, dan masyarakat). Sedangkan faktor non-sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial, misalnya: keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi meliputi bahan atau materi yang dipelajari, lingkungan, faktor instrumental, dan kondisi peserta didik. Selain keempat faktor tersebut juga ada faktor yang mempengaruhi prestasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

2.1.3 Pembelajaran Kooperatif

2.1.3.1Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2010:37) pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Rusman (2011:202) pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang


(36)

anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Cooperative Learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang (Rusman, 2011:204). Sejalan dengan Trianto (2013:56) di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu.

Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:23) menyebutkan pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, di mana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Begitu juga pendapat Sanjaya (dalam Rusman, 2013:203) Cooperative Learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Pembelajaran kooperatif juga mempunyai strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ada empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni: (1) adanya peserta didik dalam kelompok; (2) adanya aturan main (role) dalam kelompok; (3) adanya upaya belajar dalam kelompok; (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok. Menurut Nurulhayati (dalam Rusman, 2013:204) mengemukakan bahwa terdapat lima unsur


(37)

dasar model cooperative learning, yaitu: (1) ketergantungan yang positif; (2) pertanggungjawaban individual; (3) kemampuan bersosialisasi; (4) tatap muka; dan (5) evaluasi proses kelompok. Dalam hal ini kelompok mendapat kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberi siswa bentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Senada dengan penjelasan tersebut (Siahaan dalam Rusman 2013, 205) mengutarakan lima unsur esensial yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (a) saling ketergantungan yang positif; (b) interaksi berhadapan (face-to-face interaction); (c) tanggungjawab individu (individual responsibility); (d) keterampilan sosial (social skills); (e) terjadi proses dalam kelompok (group processing).

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model kegiatan pembelajaran yang berfokus menggunakan kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran dan bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil yang struktur kelompoknya heterogen.

2.1.3.3Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2013:57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa belajar dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan


(38)

kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah seperti pendapat Loisell & Descamps (dalam Trianto, 2014:57).

Menurut Eggen (dalam Trianto, 2013:58) pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini diperkuat dengan pendapat Ibrahim (dalam Trianto, 2013:59) bahwa struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerjasama mencapai tujuan tesebut.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang dibentuk menjadi kelompok-kelompok kecil agar dapat memaksimalkan pembelajaran dengan cara belajar bersama dan memecahkan masalah bersama kelompok.

2.1.3.3Unsur-Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif Menurut Johnson & Johnson dan Sutton (dalam Trianto 2013:60), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

1. Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerjasama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.


(39)

2. Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini terjadi, dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan bantuan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

3. Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal : (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan; dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.

4. Keempat, Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kognitif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi seorang siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus. 5. Kelima, Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa


(40)

mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Selain lima unsur penting dalam belajar kooperatif dalam pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran

lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (dalam Trianto, 2013:61) adalah sebagai berikut:

1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.

3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.

2.1.3.4Macam-macam Model Pembelajaran

Menurut Rusman (2011:2013) ada beberapa jenis model dalam pembelajaran kooperatif, jenis-jenis model pembelajaran tersebut adalah:

1. Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Sugiyanto (2010:44) bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang paling sederhana dan paling dekat dengan siswa dari pendekatan pembelajaran kooperatif yang lainnya. Para guru menggunakan metode STAD untuk


(41)

mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.

2. Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam kelompok kecil. Dalam model kooperatif jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.

3. Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation Type)

Perencaaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih topik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok.

4. Tipe Make a Match (Membuat Pasangan)

Metode Make a Match (Membuat Pasangan) penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokan kartunya diberi poin. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari


(42)

pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.

5. Tipe TGT (Team Games Tournamens)

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.

6. Tipe Model Struktural

Menurut pendapat Spence dan Miguel Kagan (dalam Rusman, 2010:225) bahwa terdapat enam komponen utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe pendekatan struktural. Keenam komponen itu adalah sebagai berikut struktural dan konstruk yang berkaitan, prinsip-prinsip dasar, pembentukan kelompok dan pembentukan kelas, kelompok, tata kelola, dan keterampilan sosial.

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

2.1.4.2Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Menurut Huda (2013:201) Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang di dalamnya beberapa


(43)

kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerjasama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Rusman (2011:213) juga berpendapat variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti adalah STAD, dalam STAD siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya.

Menurut Ngalimun (2014:168) STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan-LKS-modul secara kolaboratif, sajian presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward. Slavin (dalam Rusman, 2011:214) memaparkan bahwa gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) peneliti dapat menyimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) adalah model pembelajaran kooperatif yang dalam pelaksanaannya siswa dibentuk secara berkelompok dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan kerjasama untuk mencapai tujuan dalam kelompok secara heterogen dan merupakan salah satu keunggulan dari model pembelajaran ini yang membedakan dengan tipe yang lainnya. Dalam prosesnya guru


(44)

memberikan materi kepada tiap kelompok dan masing-masing siswa dalam kelompok memiliki tanggung jawab besar dalam pemahaman materi, karena tanggung jawab itu menjadi kunci atas keberhasilan kelompok.

2.1.4.2Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Sumantri (2002:35) keunggulan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

1. Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

2. Siswa aktif untuk membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil.

3. Aktif berperan sebagai tutor teman sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan kerjasama kelompok untuk mencapai tujuan belajar.


(45)

2.1.4.3Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Menurut Rusman (2011:215) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) adalah sebagai berikut:

1. Penyampaian Tujuan

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Pembelajaran Kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.

3. Presentasi dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proes pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.


(46)

4. Kegiatan Belajar dalam TIM (Kerja Tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD. 5. Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerjasama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60,75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.

6. Penghargaan Prestasi Tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan penghitungan skor individu, menghitung skor kelompok dan pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok.


(47)

Trianto (2013:70) juga berpendapat bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini terdiri atas enam langkah atau fase, yaitu sebagai berikut:

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase 2

Menyajikan/menyampaikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5 Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk meghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

2.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.5.2Hakikat IPA

Menurut Susanto (2012:165), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah.


(48)

Menurut GBPP (1994:61) Ilmu Pengetahuan Alam adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang teorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain: penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2.1.5.3Tujuan Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan BSNP (2006), dimaksudkan untuk :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.


(49)

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

2.1.5.3Materi Pelajaran IPA Kelas IV

Wujud Benda

Kita dapat melihat berbagai macam benda benda-benda tersebut bermacam-macam bahan pembuatnya, ukurannya, warnanya, bentuknya, dan kekerasannya. Masing-masing benda tersebut memiliki sifat yang dapat membedakan jenis benda yang satu dengan yang lainnya. Jika dilihat dari wujud dan sifatnya, benda memiliki 3 jenis yaitu padat, cair dan gas.

A. Padat

Benda padat mempunyai sifat yang berbeda dengan benda cair atau benda gas. Sifat-sifat dari benda padat di antaranya sebagai berikut:

1. Bentuk dan ukurannya tetap, walaupun tempatnya dipindah-pindah bentuk dan ukuran benda padat tetap sama.


(50)

2. Benda padat dapat diubah bentuknya dengan cara tertentu.

3. Mempunyai massa, berat benda berbeda-beda tergantung pada jenis dan ukuran benda.

B. Cair

Air merupakan contoh benda cair. Sifat-sifat dari benda cair sebagai berikut: 1. Bentuknya dapat berubah sesuai dengan wadahnya.

2. Benda cair menempati ruang dan memiliki massa.

3. Permukaan benda cair yang tenang selalu mendatar.


(51)

5. Benda cair dapat melarutkan zat tertentu. 6. Benda cair menekan ke segala arah.

C. Gas

Di manapun kita berada, di permukaan bumi selalu di kelilingi oleh benda gas yang disebut udara. Benda gas walaupun kita tidak dapat melihat wujudnya kita dapat merasakannya. Sifat benda gas adalah sebagai berikut:

1. Benda gas terdapat di mana-mana. 2. Benda gas menepati ruang.

3. Bentunya dapat berubah-ubah sesuai dengan wadah atau ruang yang ditempati.

4. Benda gas dapat menekan dan memuai. 5. Benda gas mempunyai massa.


(52)

Perubahan Wujud Benda

Perhatikan Gambar di samping! Beberapa peristiwa perubahan wujud benda, antara lain, mencair (melebur), membeku, menguap, mengembun, dan menyublim.

1. Mencair (Melebur)

Pernahkan kamu minum es sirup atau es teh? Coba perhatikan baik-baik! Mengapa es dalam sirup lama kelamaan berubah menjadi air? Pernahkah kamu memasak dengan menggunakan mentega? Mengapa mentega

berubah menjadi cair saat berada dipenggorengan? Es dan mentega berubah wujud dari padat menjadi cair karena adanya kenaikan suhu (panas). Peristiwa perubahan zat padat menjadi zat cair dinamakan mencair atau melebur.

2. Membeku

Perubahan wujud benda cair menjadi benda padat disebut membeku. Es adalah wujud air dalam bentuk padat. Air dapat membeku jika mengalami penurunan suhu yang sangat dingin. Puncak gunung yang tinggi

Gambar 3: Lemari Es Gambar 1: Skema perubahan

wujud benda


(53)

selalu diselimuti oleh salju. Salju tersebut adalah uap air yang membeku.

3. Menguap

Pernahkan kamu merebus air di dalam cerek (ketel)? Jika pernah, bagaimanakah jika air dalam cerek tersebut dipanaskan terus-menerus? Air dalam cerek (ketel) lama-kelamaan akan habis. Ke manakah uap air

panas yang keluar dari mulut cerek (ketel) itu? Uap air panas yang keluar dari mulut cerek tersebut berada di udara, hanya saja mata kita tidak mampu untuk melihat titik-titik uap air yang berada di udara. Peristiwa berubahnya zat cair menjadi gas disebut penguapan. Penguapan terjadi jika ada kenaikan suhu yang besar. Ada empat cara untuk mempercepat terjadinya penguapan, yaitu memanaskan, memperluas permukaan, meniupkan udara di atas permukaan, dan mengurangi tekanan di atas permukaan. Prinsip penguapan dapat digunakan sebagai dasar membuat mesin pendingin, seperti lemari es dan AC.

4. Mengembun

Mengembun adalah peristiwa perubahan wujud gas menjadi cair. Jadi, mengembun merupakan kebalikan dari menguap. Pada waktu gas mengembun, gas melepaskan kalor. Pernahkan kamu membuat minuman dingin, seperti es teh atau es jeruk? Bila kamu amati,bagian luar gelas tempat


(54)

kamu membuat es teh atau es jeruk menjadi basah. Mengapa? Karena uap air dalam udara yang menyentuh gelas mengembun. Hal ini disebabkan suhu gelas lebih rendah dari pada suhu uap air di sekitar gelas.

5. Menyublim

Menyublim adalah peristiwa perubahan zat padat menjadi gas atau sebaliknya. Untuk membedakannya, kamu bisa menggunakan istilah

melenyap dan mengkristal. Melenyap adalah peristiwa perubahan wujud padat menjadigas. Mengkristal adalah perubahan wujud gas menjadi padat. Contoh melenyap dan mengkristal adalah kapur barus ataupun kamper.

2.1.6 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara: (1) merencanakan; (2) melaksanakan; dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusumah, 2011:7). Sejalan dengan pendapat tersebut, Arikunto (2007:102) mengatakan bahwa PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan

Gambar 6: kapur barus Gambar 5: Pengembunan


(55)

keahlian mengajar, dan sebagainya. Sedangkan menurut Kunandar (2009:45) mengatakan bahwa PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu pembelajaran di kelas.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK adalah penelitian yang bersifat reflektif yang mempunyai tujuan untuk memperbaiki , meningkatkan sistem pembelajaran atau pengajaran di dalam kelas.

2.2. Penelitian Yang Relevan

2.2.1 Penelitian Tumiyatun (2013) dengan judul “Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran PKn Siswa Kelas V SD Negeri 03 Wonorejo Gondangrejo Karanganyar. Hasil penelitiannya adalah Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn materi kebebasan berorganisasi, guru kelas V melakukan pembenaran pelaksanaan tindakan pada saat proses belajar mengajar. Hal tersebut diperkuat karena peningkatan keaktifan siswa pada pembelajaran PKn Siswa Kelas V SD Negeri 03 Wonorejo, Gondangrejo Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013 hal ini ditunjukkan dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sebelum penelitian hanya 8 siswa (22,22%) yang dalam mengikuti materi pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah, kemudian peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran aktivitas siswa meningkat menjadi 21 siswa


(56)

(58,33%). Kemudian peneliti mengadakan revisi dan evaluasi lagi, peneliti melaksanakan siklus II dan didapatkan 32 siswa (89%) aktivitas dalam proses pembelajaran PKn materi kebebasan berorganisasi.

2.2.2 Penelitian Seno (2011) dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran STAD Bagi Siswa Kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitiannya adalah (a) adanya kenaikan nilai rata-rata, dari kondisi awal 47,60, pada siklus I naik menjadi 66,40, (b) nilai rata-rata pada siklus II naik 73,20. Ini juga terjadi peningkatan 6,80 atau 10,24% (c) Siswa lebih aktif (d) siswa terfasilitasi diskusinya (e) siswa lebih mudah memahami dan mengerti. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi siswa. Karena dengan metode eksperimen siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan dapat bersosialisasi dengan temannya.

2.2.3 Penelitian Hidayati (2010) dengan judul “Upaya Meningkatkan Pembelajaran IPA siswa kelas IV MI Darul Ulum Gondangwetan dengan Model Kooperatif Tipe STAD”. Hasil penelitiannya adalah pada (a) pertemuan pertama siklus I skor yang diperoleh sebesar 54% (b) pada siklus II pertemuan I skor sebesar 93% dan pada pertemuan kedua 98% (c) siswa semakin aktif .

Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa, pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran tipe STAD. Maka guru harus menerapkan model-model


(57)

pembelajaran yang bervariasi dan sekolah hendaknya membantu menyediakan sarana pembelajaran yang tidak memungkinkan siswa untuk membawa media.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Kekhasan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah peneliti melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran tipe STAD pada siswa kelas IV dengan Standar Kompetensi 6 yaitu: Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya. Khususnya KD 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu dan KD 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair → padat → cair; cair → gas → cair; padat → gas. Penelitian sebelumnya digunakan oleh peneliti

Tumiyatun tahun (2013) dengan judul “Peningkatan

Keaktifan Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran PKn Siswa Kelas V SD Negeri 03 Wonorejo Gondangrejo

Karanganyar.

Hidayati (2010) Upaya Meningkatkan Pembelajaran IPA siswa kelas IV MI

Darul Ulum Gondangwetan

dengan Model Kooperatif Tipe

STAD Seno tahun (2011) dengan

judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran STAD

Bagi Siswa Kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan

Trangkil Kabupaten Pati pada Semester I Tahun

Pelajaran 2011/2012”.

Yang perlu diteliti:

Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD N Petinggen Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD


(58)

sebagai acuan agar dapat mengetahui sejauh mana model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA sekarang ini siswa kurang aktif dalam proses pembelajarannya, masih banyak guru yang memegang peran penting dan dominan serta mendominasi proses pembelajaran. Guru banyak memberikan informasi secara terus menerus sehingga siswa hanya sebagai wadah yang menerima informasi tersebut dan hanya mampu mengingat fakta dan cenderung menghafal materi sehingga kemampuan berpikir ilmiah siswa akan sangat rendah. Sedangkan seharusnya siswa harus terlibat di dalam proses dan aktif membangun pengetahuannya sendiri dengan melakukan percobaan dalam pembelajarannya. Hal tersebut yang menyebabkan prestasi belajar siswa menurun bahkan tidak mengalami perkembangan, dikarenakan siswa tidak mengalami langsung proses belajar dari kemampuannya sendiri.

Keaktifan siswa yang lemah akan mempengaruhi prestasi belajar siswa di kelas, seperti yang terjadi pada siswa kelas IV di SD N Petinggen, dari nilai ulangan harian pada muatan pelajaran IPA, Standar Kompetensi 6 yaitu: Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya KD 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu dan KD 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair → padat → cair; cair → gas → cair; padat → gas, 33,3% dari 30 siswa nilainya masih di bawah


(59)

KKM. Hal tersebut dipengaruhi oleh keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen yang rendah, siswa tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi. Rendahnya kerjasama antara siswa satu dengan yang lain, hal tersebut dikarenakan masih banyak siswa yang tidak bertanya kepada guru atau temannya jika belum menguasai materi pembelajaran.

Proses pembelajaran hendaknya siswa menjadi pemegang peran penting yaitu menjadi subjek belajar dan guru mendampingi atau dapat dikatakan pembimbing. Dengan begitu jika siswa menjadi subjek belajar, siswa dapat secara aktif mengembangkan kreatifitasnya untuk menggali pengetahuannya sendiri dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa sehingga mempermudah siswa untuk menguasai materi serta memahaminya.

Berdasarkan masalah tersebut maka peneliti ingin melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengubah siswa menjadi aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam prosesnya dibentuk kelompok-kelompok kecil secara heterogen dan siswa menemukan pengetahuannya serta memecahkan masalahnya secara berkelompok. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai keunggulan dari tipe yang lain, yaitu siswa bekerja dalam kelompok heterogen untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan saling membantu antar siswa dalam kelompok. Jika pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan dalam pembelajaran IPA khususnya materi sifat dan perubahan wujud benda maka keaktifan dan prestasi belajar siswa di


(60)

SD N Petinggen akan meningkat. Di bawah ini adalah alur kerangka berpikir pada gambar 2.2.

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini yaitu :

2.4.1 Upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar materi sifat dan perubahan wujud benda siswa kelas IV di SD N Petinggen dapat ditempuh dengan melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah: 1) penyampaian tujuan; 2) pembagian kelompok; 3) penyampaian materi; 4) kegiatan dalam kelompok; 5) kuis; dan (6 penghargaan prestasi.

2.4.2 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda dari skor rata-rata kondisi awal 54,4 (rendah) menjadi 70 (tinggi).

Kondisi awal Pembelajaran berpusat pada guru (metode

ceramah)

Keaktifan Belajar dan Prestasi Belajar IPA kelas IV

Rendah

Penerapan model Kooperatif Tipe STAD

Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA kelas IV

akan meningkat


(61)

2.4.3 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda dari nilai rata-rata kondisi awal 66,3 menjadi 75 dan dari persentase ketuntasan 33,3% menjadi 75%.


(62)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

Di dalam bab III ini peneliti menguraikan metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Membahas mengenai metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, setting penelitian, rencana penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penilaian, teknik pengujian instrumen, analisis data dan kriteria keberhasilan.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini merupakan suatu penelitian atau proses penyelidikan ilmiah yang melibatkan guru dalam proses pendidikan tertentu dengan tujuan memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Menurut Arikunto (2010:91) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang disengaja dimunculkan, dan terjadi dalam suatu kelas. Berbeda dengan pendapat Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Muslich, 2009:8) PTK adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

Menurut Sanjaya (2011:26) PTK diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan


(63)

masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. PTK sebagai penelitian tindakan berbeda dengan penelitian kelas, karena mempunyai faktor pendorong pada penelitian kelas yaitu untuk mengetahui atau keinginan untuk mengembangkan sesuatu.

Dapat disimpulkan bahwa PTK mempunyai tujuan untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas pembelajaran dan dapat membantu pemberdayaan guru untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis & Mc Taggart. Menurut Kemmis & Mc Taggart (dalam Kusumah & Dwitagama) terdiri dari empat komponen, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berikut adalah bagan kegiatan dalam penelitian tindakan kelas menurut Kusumah dan Dwitagama (2009:21).

1. Perencanaan

3. Observasi 1. Perencanaan

SIKLUS I

3. Observasi

SIKLUS II

2. Pelaksanaan 4. Refleksi

2. Pelaksanaan 4. Refleksi


(64)

Dalam hal ini masalah yang dihadapi adalah keakifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA dalam kriteria sedang dan masih di bawah KKM. Untuk itu peneliti bermaksud meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV di SD N Petinggen menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD N Petinggen beralamat di jalan A. M. Sangaji No 61, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N Petinggen tahun pelajaran 2015/2016. Siswa berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV dengan menggunakan model kooperatif Tipe STAD materi sifat dan perubahan wujud benda. Keaktifan siswa dapat dilihat dari peran siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sedangkan dalam prestasi belajar dapat dilihat dari tes yang dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung.


(65)

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 yaitu pada bulan September 2015-Februari 2016.

Tabel.3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan

Sep Okt Nov Des Jan Feb 1. Observasi pra penelitian

2. Permohonan ijin penelitian 3. Penyusunan proposal 4. Penelitian

5. Pengumpulan data

6. Pengumpulan data hasil penelitian 7. Penyelesaian kelengkapan penelitian 8. Ujian Skripsi

9. Revisi

10. Pembuatan Artikel

3.2.5 Rencana Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, apabila dalam pelaksanaan dua siklus tersebut masih belum ada peningkatan penelitian akan disudahi karena keterbatasan waktu. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan yang pengajaran setiap siklusnya menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Rencana tindakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

3.2.5.1Persiapan (Pra-Siklus)

1. Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah SD N Petinggen untuk melakukan kegiatan penelitian di SD tersebut.


(66)

2. Melakukan wawancara kepada wali kelas dan siswa kelas IV SD N Petinggen.

3. Permintaan data nilai pembelajaran IPA kelas IV semester I.

4. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas yang berkaitan dengan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV.

5. Menganalisis masalah dalam belajar kelas IV. 6. Merumuskan masalah.

7. Merumuskan hipotesis.

8. Menyusun rencana penelitian dalam setiap siklus yang akan dilakukan. 9. Memilih materi sesuai dengan data nilai yang diperoleh dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasarnya.

10. Menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Instrumen Penelitian.

3.2.5.2Rencana Tindakan Setiap Siklus 1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Perencanaan yang dilakukan peneliti pada siklus I, peneliti akan menentukan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang terkait dengan materi sifat dan perubahan wujud benda, kemudian peneliti akan merancang instrumen pembelajaran terlebih dahulu, dari silabus lalu penyusunan RPP, LKS, dan media yang akan digunakan dalam


(67)

pembelajaran. RPP yang disusun sudah sesuai dengan SK dan KD yang telah ditetapkan oleh peneliti. Media yang digunakan juga media yang mendukung dan membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada siklus ini peneliti menggunakan model kooperatif Tipe STAD.

b. Pelaksanaan Tindakan Tiap Siklus I 1) Pertemuan I

a) Guru menyampaikan KD, indikator, dan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. (Langkah I STAD)

b) Siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok (5-6 siswa) secara heterogen. (Langkah II STAD)

c) Guru memberikan pertanyaan berbagai mengenai wujud, sifat dan contoh benda.

d) Setiap kelompok membaca materi yang telah dijelaskan guru. (Langkah III STAD)

e) Guru membagikan LKS.

f) Siswa tiap kelompok melakukan percobaan. Dalam kegiatan ini siswa bekerja dalam kelompok dan setiap siswa dituntut aktif dan ikut serta dalam mengerjakan LKS. (Langkah IV STAD)

g) Siswa mengumpulkan hasil diskusi. h) Pemberian kuis. (Langkah V STAD)


(1)

329 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

330 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

331

LAMPIRAN 16

FOTO-FOTO KEGIATAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

332


(5)

333


(6)

334

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Alfianisa Devi Melati lahir di Kulonprogo, 09 Mei 1994. Anak kedua dari dua bersaudara, dari Bapak Samirin dan Ibu Sartinah. Tinggal di Dhisil, RT 25 RW 13, Salamrejo, Sentolo, Kulonprogo. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diperoleh di SD Negeri 1 Salamrejo pada tahun 2000. Kemudian meneruskan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 2 Nanggulan pada tahun 2006. Setelah lulus kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta pada tahun 2009. Setelah lulus SMA peneliti memutuskan untuk menempuh Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2012. Selama menempuh pendidikan, banyak kegiatan dan keikutsertaan menjadi panitia dalam beberapa acara kampus dan prodi PGSD. Masa pendidikan akhir di Universitas Sanata Dharma

penulis menulis skripsi dengan judul:” PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD N PETINGGEN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD”.


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016/2017.

0 0 232

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD.

2 14 384

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VB SD K Sengkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 1 304

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V B SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1 2 314

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Ungaran 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 7 402

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 2 305

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sarikarya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 9 245

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas IV di SDN Srumbung 02.

0 3 354

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS kelas IV SD Kanisius Wirobrajan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 0 2