COPING STRESS PADA PEREMPUAN KORBAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

COPING STRESS PADA PEREMPUAN KORBAN
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Skripsi

Diajukan Sebagai Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Fakultas Psikologi

Disusun Oleh:
RAKHEL RIRIN ANDANASARI
039114096

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008


i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i

COPING STRESS PADA PEREMPUAN KORBAN
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Skripsi

Diajukan Sebagai Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Fakultas Psikologi

Disusun Oleh:
RAKHEL RIRIN ANDANASARI
039114096

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv

PERSEMBAHAN


I dedicated this Undegraduate Thesis to:
‫ א‬My Savior, Papa Jesus
‫ א‬My Wisely and beloved parents, Andreas Supriyadi and Debora Anik Setiati
‫ א‬My Brother, Stefanus Danu Apriyanto
‫ א‬My Sister, Ruth Ratri Andanasari
‫ א‬My Best Friend, Theresia Tami Dwi Astuti

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v

MOTTO
‫ א‬HIDUP adalah sebuah perjuangan untuk menjadi orang yang berkenan di
HadapanNYa
‫ א‬KEGAGALAN bukanlah suatu kesuksesan yang tertunda, melainkan
Kegagalan adalah anak-anak tangga yang HARUS kita lewati untuk
mencapai apa yang kita inginkan.
‫ א‬KESUKSESAN hidup tidak hanya sekedar menjadi kaya,

melainkan menjadi orang yang bisa menjadi bagian dalam setiap
pernyataan KemuliaanNya.
‫ א‬TUHAN tidak pernah berjanji bahwa badai dan topan akan
berlalu dariku jika aku mengikut DIA, tapi Dia berjanji akan
selalu memberiku kekuatan.
‫ א‬CINTA adalah sepersepuluh keindahan yang Tuhan
berikan bagi manusia dan masih ada sembilan
persepuluh bagian yang pantas untuk kita
perjuangkan.

Rakhel Ririn Andanasari

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesuangguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

tidak memuat karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka
seperti yang tertera dalam karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Maret 2008

Penulis

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii

ABSTRAK
RAKHEL RIRIN ANDANASARI (039114096) , COPING STRESS PADA
PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA,
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
SANATA
DHARMA

YOGYAKARTA.
Penelitian ini merupakan studi deskriptif fenomenologi yang memahami
tentang bagaimana coping stress dilakukan oleh perempuan yang bertahan dalam
KDRT. Penelitian ini menggunakan tiga orang wanita sebagai subyek dimana
mereka memiliki karakteristik yang sama yakni bekerja dan memiliki penghasilan
serta bertahan dalam kekerasan yang dialami.
Metode yang digunakan adalah wawancara dengan subyek dan orang
terdekat subyek. Hasil yang diperoleh yakni ketiga subyek paling banyak
menggunakan Coping Problem dengan bentuk perilaku yang digunakan Active
dan Assertive Confrontation. Mekanisme coping yang kedua yang juga sering
digunakan adalah Seeking Social Support dengan bentuk perilaku Help and
Guidance dan terakhir adalah Emotional Focused dengan perilaku Escape
Avoidance.
Kata kunci: Coping stress, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Wanita

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii


ABSTRACT
RAKHEL RIRIN ANDANASARI (039114096), COPING STRESS PADA
PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA,
PSYCHOLOGY FACULTY, SANATA DHARMA UNIVERSITY
This research is about Phenomenology descriptive study that understand
how this coping done by the women who survive in the marital abuse. This
research used three women as the subject who has same characteristic that is they
are working and they have their own salary and also survive in their marital
abuse.
The method of this research is interview with subject and the significant
others. The result is these three subject used dominant coping is Problem Focused
Coping with Active and Assertive Confrontation. Second is Seeking Social
Support with the real attitude Help and Guidance and also Emotional Focused
Coping with Escape Avoidance.
Key words: Stress Coping, Marital Abuse, Women

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix


ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x

KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, hikmat,
kekuatan dan pengharapan pada penulis sehingga penulis akhirnya bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Penyusunan skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya atas segala bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai
pihak sehingga skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. P.Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Sylvia Carolina, M.Y.M, S.Psi, M.Si, selaku Kepala Program Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., M.Si, selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah bersedia membantu penulis selama menyelesaikan
studi di fakultas ini dan menjadi tempat berbagi dengan penulis.
4. C.Wijoyo Adinugroho, S.Psi. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membantu penulis mengelola stress sehingga penulis tidak merasa terlalu
berat menjalani skripsi.
5. Y.Heri Widodo, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing II atas
kesabarannya membimbing, mengarahkan penulis serta yang selalu

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi

menyediakan waktu bagi penulis untuk melakukan bimbingan skripsi ini
sampai selesai.
6. Seluruh Staff Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Pak Gi, Mb.Nanik, Mas
Mudji, Mas Doni dan seluruh staff perpustakaan atas bantuannya selama
penulis menyelesaikan studi di fakultas Psikologi.
7. Kedua orang tua penulis, Drs.Andreas Supriyadi dan Debora Anik Setiati

yang tidak henti-hentinya mendoakan dan mendampingi selama penulis
menyelesaikan skripsi ini.
8. Kedua saudara penulis, Stefanus Danu Apriyanto dan Ruth Ratri
Andanasari atas bantuan yang tidak ternilai. Terima kasih sudah
membantu mengulang skripsi ini.
9. Mama, Pakde Trubus, Tante Enni, Riza, Christa, Pak Johar, Ibu Endang,
seluruh staff RPK Poltabes Surakarta yang telah membantu penulis
mendapatkan subyek penelitian sehingga penulis tidak merasa berjuang
sendirian.
10. Teman dan sahabatku, Tami, Miss Enno, Martha, Wendy, Binbot, Devita,
Etha, Sr. Hedwig, Sisca, Gilang, Mb.Ria, Mb.Dewi, Mb.Pita, Wiwid,
Anna, Nonix, Dion, Dhani, Sri, Watie, Mb.Yenot, Mb.Katrin, Janu, Otic
atas bantuan dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi
ini.
11. Dua orang yang pernah sangat berarti bagi penulis, Kelik dan Ko Ivan atas
kasih sayang dan pengalaman yang telah diberikan sehingga penulis
mengerti arti kasih dan berjuang untuk hidup.

xi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii

12. Teman-teman tim doa dari Salatiga, Kak Hebrew, Mb.Adi, Tante Lilik,
Ciung yang senantiasa setia mendukung penulis agar bisa segera selesai
skripsi ini.
13. Teman-teman KKN, Willy, Mitha, Otic, Ketut, Andre, Endang, Uci,
Kristin, Sondang yang menjadi inspirasi bagi penulis untuk bisa
menyelesaikan skripsi ini secepatnya.
14. Semua teman dan pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan kerjasama
yang diberikan kepada penulis selama ini mulai dari awal kuliah sampai
menyusun skripsi ini hingga selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan
dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang berguna untuk kesempurnaan karya skripsi ini. Akhirnya penulia berharap
semoga karya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan juga pembaca
sekalian.

Yogyakarta, 15 Februari 2008

Penulis

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……….…………………………………………………...... i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN …………….......…………………………………iii
HALAMAN MOTTO…………………………………………………………… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………. v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...............................................vi
ABSTRAK…………………………………………………………………….....vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI …………………………………….....ix
KATA PENGANTAR……………………...………………………………….….x
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….xiii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………xvii
BAB I: PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………….1
B. RUMUSAN MASALAH …………………………………………………7
C. TUJUAN PENELITIAN…………………………………………………..7
D. MANFAAT PENELITIAN………………………………………………..7
BAB II: LANDASAN TEORI
A. COPING STRESS
1. STRESS
a. PENGERTIAN…………………………………………………… 9
b. SUMBER-SUMBER STRES ..…………………………………..11

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv

2. COPING
a. PENGERTIAN…………………………………………………...12
b. STRATEGI COPING
1) EMOTION FOCUSED COPING……………………...13
2) PROBLEM FOCUSED COPING……………………...14
3) SEEKING SOCIAL SUPPORT……………………......15
c. SUMBER-SUMBER COPING…………………………………..18
d. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SESEORANG
DALAM MEMUTUSKAN PEMILIHAN COPING…………….19
3. COPING STRESS……………………………………………………22
B. KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)
1. PENGERTIAN...……………………………………………………..23
2. BENTUK-BENTUK KDRT
a. KEKERASAN FISIK…………………………………………….25
b. KEKERASAN PSIKOLOGIS.……...…………………………...25
c. KEKERASAN EKONOMI………………………………………26
d. KEKERASAN SEKSUAL……………………………………….26
3. FAKTOR PENYEBAB KDRT………………………………………27
4. HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KEAKRABAN SUAMIISTRI…………………………………………………………………31
BAB III: METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN…………………………………………………….33
B. SUBJEK PENELITIAN………………………………………………....34

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv

C. METODE PENGUMPULAN DATA……………………………………34
WAWANCARA…...…………………………………………………….34
D. PROSES PENGOLAHAN DATA
1. ORGANISASI DATA ………………………………………………36
2. PENGKODEAN …………………………………………………….36
E. ANALISIS DATA ………………………………………………………37
F. PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA………………………………..38
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PROSES PENGUMPULAN DATA
1. PROSES PEROLEHAN SUBYEK ……………………………..40
2. PROSES RAPPORT …………………………………………….41
3. PROSES PENGAMBILAN DATA UTAMA …………………..43
4. DATA DEMOGRAFI SUBJEK…………………………………43
B. HASIL PENELITIAN
1. SUBJEK I
a. LATAR BELAKANG ………………………………………44
b. FAKTOR PENDUKUNG TERJADINYA KDRT…………..48
c. ANALISIS HASIL PENELITIAN
1) PROBLEM FOCUSED COPING ……………………..49
2) EMOTION FOCUSED COPING ……………………..52
3) SEEKING SOCIAL SUPPORT ………………………..56
2. SUBJEK II
a. LATAR BELAKANG ………………………………………58

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi

b. FAKTOR PENDUKUNG TERJADINYA KDRT…………..63
c. ANALISIS HASIL PENELITIAN
1) PROBLEM FOCUSED COPING ……………………..64
2) EMOTION FOCUSED COPING ………………….…..67
3) SEEKING SOCIAL SUPPORT …………………….…...71
3. SUBJEK III
a. LATAR BELAKANG ………………………………………73
b. FAKTOR PENDUKUNG TERJADINYA KDRT…………..76
c. ANALISIS HASIL PENELITIAN
1) PROBLEM FOCUSED COPING ……………………..78
2) EMOTION FOCUSED COPING ……………………..80
3) SEEKING SOCIAL SUPPORT ………………………...81
C. PEMBAHASAN ………………………………………………………...83
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN…………………………………………………………..91
B. SARAN ………………………………………………………………….91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii

DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL1 : PANDUAN WAWANCARA …………………..………………......36
TABEL 2: KODE ANALISIS HASIL WAWANCARA ……………………….38

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kasus kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ) di Indonesia
meningkat setiap tahun. Pihak yang sering menjadi korban kekerasan
dalam rumah tangga adalah perempuan. Pelaku kekerasan sebagian besar
adalah suami. Banyak pihak yang terkait sangat menyayangkan hal
tersebut. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) telah banyak melakukan
penelitian

mengenai

KDRT.

Kirana

(dalam

Almubarok,

2006)

menyebutkan bahwa perempuan yang mengalami tindak kekerasan pada
tahun 2005 ada sekitar 20.391 kasus dan 82 persennya merupakan kasus
kekerasan dalam rumah tangga. Ia menyebutkan bahwa kasus kekerasan
yang tersebut di atas merupakan peningkatan sebesar 45 persen dari data
tahun 2004 dan jumlah ini belum meliputi keseluruhan. Kasus KDRT
merupakan fenomena “gunung es” dimana jumlah yang tidak tampak
lebih banyak dibandingkan jumlah yang dikemukakan.
Masyarakat menganggap bahwa kekerasan dalam rumah tangga
terutama terhadap istri adalah “bukan masalah”. Chusairi (2000)
mengungkapkan hal serupa dengan menyertakan tiga alasan penyebab
yang dipandang dari budaya tradisional, antara lain : Pertama, masyarakat
memandang bahwa kekerasan yang dilakukan oleh suami dalam rumah
tangga merupakan hak suami. Kedua, KDRT

termasuk kekerasan

terhadap istri merupakan bagian kehidupan rumah tangga yang wajar yang

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

mungkin akan dialami oleh setiap wanita yang berumah tangga. Hal
terakhir yang memprihatinkan yakni pihak istri selaku korban menyetujui
anggapan-anggapan yang berlaku dalam masyarakat. Istri yang menyetujui
anggapan tersebut tidak akan berusaha untuk menyelesaikan kasus
kekerasan yang dialami di luar kompromi dalam keluarga.
Masyarakat umum menganggap tindakan KDRT dapat dikatakan
sebagai tindak penganiayaan apabila terdapat luka fisik. Perilaku KDRT
yang dilakukan oleh suami terhadap istri meliputi berbagai macam aspek.
Aspek-aspek itu antara lain aspek fisik, psikologis, seksual dan ekonomi.
KDRT tidak harus meliputi keempat aspek tersebut, bisa terjadi hanya
salah satu saja yang dialami oleh para istri yang menjadi korban KDRT.
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya tindak kekerasan
ada beberapa macam. Djannah (2003) mengemukakan bahwa faktor-faktor
tersebut dapat dibagi dalam dua kategori. Pertama, faktor eksternal berupa
penyebab yang dipengaruhi oleh legalisasi norma-norma dari masyarakat
yang kadang disalahgunakan. Kedua, faktor internal berupa kondisi psikis
dan kepribadian suami sebagai pelaku tindak kekerasan. Perlakuan
kekerasan akan menyebabkan munculnya berbagai macam akibat yang
berbeda-beda pada

setiap orang. Namun, secara keseluruhan akan

berdampak pada kondisi psikologis seseorang.
Kekerasan dalam rumah tangga menimbulkan berbagai macam
akibat. Sulastri dan Retnowati (2003) menemukan berbagai akibat yang
muncul setelah istri mendapatkan kekerasan dan memandang akibat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

KDRT dari dua sisi yakni dari sisi fisik dan psikologis. Akibat secara fisik
antara lain, badan memar-memar, sakit di area perut, pipi, sakit kepala
terus menerus, tidak enak makan, rasa sakit di area vagina. Akibat secara
psikologis yang sering muncul antara lain, merasa diri tidak berguna,
trauma berkepanjangan, takut dan khawatir berlebihan, sakit hati sehingga
mengalami stres, kurang siap melakukan hubungan seks, dan mengalami
kecemasan.
Perempuan

yang

mengalami

tindak

kekerasan

senantiasa

menghadapi dua pilihan yakni, tetap bertahan dalam pernikahan atau
memilih untuk bercerai. Perempuan korban KDRT tidak jarang yang
memilih untuk bercerai. Perempuan korban KDRT dapat dengan mudah
memutuskan untuk bercerai, mengingat masyarakat tidak lagi menganggap
tabu perceraian atau status janda bercerai. Salah satu hal yang mendorong
perempuan korban KDRT untuk bercerai yakni, adanya kemandirian
dalam bidang ekonomi dan tidak mampu bertahan dalam kekerasan yang
dialami. Perempuan yang memilih untuk bertahan dalam pernikahan
memiliki berbagai macam alasan. Beberapa alasan yang sering muncul
yakni adanya nilai-nilai yang dianut, takut kehilangan anak atau karena
ketergantungan baik secara materi atau non materi. Pada akhirnya mereka
memutuskan untuk menerima kondisi tersebut sebagai garis hidupnya.
Salah satu nilai yang dianut adalah nilai-nilai agama yang menganggap
bahwa perceraian merupakan sesuatu yang sangat dibenci oleh Tuhan.
Para istri korban KDRT yang bertahan dalam pernikahan akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

memunculkan perilaku baru. Beberapa perempuan yang mengalami tindak
kekerasan akan menggunakan perilaku baru tersebut. Perilaku itu disebut
dengan coping, yakni perilaku yang digunakan oleh seseorang untuk bisa
menurunkan kecemasan atau tekanan yang dialami.
Passer dan Smith (2003) mengemukakan bahwa terdapat tiga
macam strategi coping yang bisa digunakan saat menghadapi stres.
Pertama, Emotion Focused Forms of Coping merupakan strategi yang
berusaha untuk mengatur respon-respon emosional akibat dari situasi yang
menimbulkan stres. Kedua, Problem Focused Forms of coping yakni
strategi yang mencoba untuk menghadapi dan menangani langsung
tuntutan dari situasi atau upaya untuk mengubah situasi tersebut sehingga
tidak lagi menimbulkan stres. Ketiga, Seeking Social Support yakni
strategi yang berusaha mencari bantuan dari orang lain dan dukungan
emosional ketika menghadapi stres. Dukungan dari orang lain umumnya
sangat penting bagi korban KDRT.
Para istri korban KDRT yang bertahan dalam pernikahan akan
menghadapi dua pilihan lagi yakni melakukan penyelesaian yang adaptif
atau menyerah pada perlakuan suami. Perempuan yang melakukan
penyelesaian secara adaptif bisa dilakukan dengan cara melakukan coping.
Terdapat berbagai macam coping yang bisa digunakan untuk menghadapi
masalah. Pada kenyataannya banyak perempuan yang melakukan coping
yang tidak tepat. Perempuan yang tidak mampu melakukan coping dengan
tepat akan mengalami stres bahkan depresi. Kondisi-kondisi tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

apabila tidak teratasi akan merugikan baik bagi korban maupun pelaku
KDRT. Salah satu bentuk coping yang tidak tepat yakni melampiaskan
perasaan kemarahan kepada anak atau orang lain. Hal ini seperti yang
dialami oleh Nursalmah (Maranoes, 2008) dimana ia melampiaskan rasa
kesal dengan menghajar anaknya sampai babak belur. Ia melakukan hal
tersebut karena merasa kesal dan benci dengan perilaku suami yang tidak
pernah memberi nafkah dan meninggalkan dia dengan wanita lain. Pada
akhirnya wanita tersebut harus mendekam di penjara dengan tuduhan
penganiayaan. Ini adalah salah satu contoh perilaku coping yang tidak
tepat yang menyebabkan individu tidak mampu mengembangkan diri
karena harus di penjara. Perilaku coping yang lain yang tidak tepat
diantaranya membunuh suami atau bunuh diri, memotong alat kelamin
suami yang memiliki kelainan seksual. Perempuan yang mampu
melakukan coping dengan tepat akan dapat mengembangkan diri dan
bertahan lama dalam menghadapi kekerasan dari suami. Seringkali
ditemukan perempuan yang bertahan hingga puluhan tahun dalam
pernikahannya meskipun menghadapi kekerasan. Namun, ada pula
perempuan yang bercerai pada tahun pertama pernikahannya setelah
mendapat penganiayaan dari suami. Tidak jarang perempuan yang
bertahan hingga puluhan tahun masih dapat meniti karier dan bergabung
dengan lingkungan sosialnya serta tidak memiliki hambatan dalam
perkembangan hidupnya. Individu yang mampu melakukan coping dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

tepat akan dapat mengembangkan dirinya, baik dalam keluarga maupun
dalam lingkungan masyarakat.
Beberapa orang telah melakukan penelitian mengenai coping
dengan subjek yang berbeda-beda. Billing dan Moos (dalam Pramadi dan
Lasmono, 2003) menemukan bahwa wanita lebih cenderung berorientasi
pada emosi sehingga wanita diprediksi akan lebih sering menggunakan
emotion focused coping dan pria yang berfokus pada tugas akan lebih
cenderung berorientasi pada penggunaan problem focused coping.
Aldwin dan Revenson (dalam Indrastuti, 2003) mengemukakan
beberapa hal yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan coping
yang akan digunakan antara lain, usia, pendidikan, status sosial ekonomi,
jenis kelamin dan pengalaman. Penelitian ini ingin melihat bagaimana
perilaku coping dilakukan oleh perempuan dengan kondisi sebagai korban
kekerasan dalam rumah tangga dan bertahan? Strategi coping apa saja
yang digunakan untuk bisa mengurangi tekanan dan kecemasan terutama
pada perempuan yang bekerja dan memiliki kemandirian dalam ekonomi?
Pertanyaan tersebut diatas yang menjadi alasan mengapa topik ini
penting diteliti. Penelitian tentang kasus kekerasan dalam rumah tangga
telah banyak dilakukan. Penelitian tentang coping yang telah dilakukan
jarang yang mencoba meneliti tentang perilaku coping secara khusus pada
istri yang bekerja dan memiliki kemandirian ekonomi serta memutuskan
untuk bertahan dalam kekerasan. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Sulastri dan Retnowati (2003) hanya mendeskripsikan tentang kekerasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

yang dialami dan memberikan penjelasan secara singkat mengenai reaksi
yang dilakukan oleh subjek. Pada penelitian tersebut tidak melihat pada
perempuan yang memiliki kemandirian secara ekonomi. Penelitian ini
memiliki kekhasan yakni melihat strategi coping pada perempuan korban
KDRT, terutama oleh perempuan yang bekerja dan memiliki kemandirian
ekonomi serta memutuskan untuk bertahan dalam pernikahan.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana strategi coping dilakukan oleh perempuan korban
KDRT yang bekerja dan bertahan dalam kondisi kekerasan yang dialami?

C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini ingin melihat bagaimana strategi coping yang
dilakukan oleh korban KDRT yang bekerja serta bertahan dalam kondisi
kekerasan yang dialami.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Psikologi Sosial
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman baru
mengenai kekerasan yang dialami oleh perempuan yang menjadi
korban KDRT. Peneliti mengharapkan agar hasil penelitian ini
dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu Psikologi Sosial
terutama berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

b. Bagi Psikologi Kesehatan
Peneliti mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat digunakan
untuk memperluas wawasan para praktisi maupun ilmuwan
Psikologi Kesehatan terutama berkaitan dengan penggunaan
coping stress dan aplikasinya dalam kehidupan nyata.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perempuan Korban KDRT
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para perempuan
korban KDRT yang bekerja, berkaitan dengan perilaku coping
yang dapat dilakukan, terutama perempuan yang memutuskan
untuk bertahan dalam rumah tangga.
b. Bagi Pendamping Korban KDRT
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu Konselor, LSM
dan lembaga-lembaga yang ikut mendampingi wanita korban.
Pemahaman yang baru yang dimiliki tersebut diharapkan dapat
membantu perempuan dalam menentukan langkah-langkah yang
bisa diambil dalam menghadapi kekerasan dari suami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

A. COPING STRESS
1. Stres
a. Pengertian
Pemahaman tentang stres semakin jelas, mengingat
pembahasan ini sering dibicarakan oleh hampir semua orang.
Setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda mengenai stres.
Stres digambarkan sebagai sebuah respon tubuh terhadap tuntutan
yang ada pada dirinya dan ini tidak tampak secara nyata (Selye
dalam Huffman, dkk,1997).
Tidak terdapat batasan yang jelas untuk mengungkapkan
bahwa seseorang mengalami stres. Pada dasarnya hampir setiap
orang mengalami stres, hanya memiliki kadar yang berbeda. Pada
setiap individu pasti berusaha untuk menyesuaikan diri dan
mencoba mengatur posisi dirinya dengan lingkungan. Gatchel dan
Baum (dalam Worchel dan Shebilske, 1989 :318) mengemukakan
“...stress is not an emotion but is the process by
which the individual respond to environmental and
psychological events that are perceived as
threatening or challenging….”
Hal tersebut diatas menjelaskan bahwa stres merupakan
sebuah proses individu dalam memberi respon dan bukan suatu
bentuk emosi.

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

Individu yang melakukan proses penyesuaian diri ini memerlukan
energi fisik dan seringkali akan memunculkan berbagai bentuk
emosi negatif. Taylor (1999) mengemukakan bahwa hal tersebut
mungkin terjadi apabila lingkungan yang dihadapi merupakan
sesuatu yang mengancam dan mengganggu aktivitas keseharian
individu.
Stres memunculkan bentuk perilaku yang berbeda-beda
pada setiap orang. Perilaku yang muncul adalah bentuk reaksi
tubuh dimana ini biasanya berasal dari dalam diri individu, pikiran
individu atau lingkungan di luar diri individu (Huffman, 1997 ).
Secara garis besar stres diartikan sebagai bentuk tekanan fisik dan
psikologis yang dialami oleh tubuh. Tekanan ini muncul sebagai
akibat adanya persepsi terhadap ketakutan dan kecemasan (Kartono
dan Dali, 2000).
Dalam hidup sehari-hari kita membutuhkan stres hanya
pada batas tertentu. Stres yang berada pada tingkat yang cukup
tinggi

akan

mengalaminya.

dapat
Stres

mengganggu
akan

kehidupan

dianggap

individu

mengganggu

yang
apabila

memunculkan perilaku yang sulit diterima individu, masyarakat
atau menyebabkan gangguan kesehatan (Pestonjee, 1992). Tidak
semua orang dapat terhindar dari situasi penyebab stres yang biasa
disebut dengan “stressor”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

b. Sumber-sumber Stres
Terdapat beberapa hal yang menjadi sumber-sumber stres
yang dikemukakan oleh Worchel dan Shebilske (1989) antara lain :
1) Perubahan
Perubahan yang terjadi dalam kehidupan baik yang
positif atau negatif keduanya dapat menjadi penyebab stres,
tetapi ketiadaan perubahan juga dapat menjadi sumber
stres.
2) Ketidakpastian
Ketidakpastian dapat menjadi sumber stres karena
individu tidak dapat merencanakan sesuatu karena segala
sesuatu terjadi secara acak.
3) Ketiadaan Kontrol
Seseorang memiliki kemampuan untuk mengontrol
tingkat stres berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Stres
akan muncul jika orang kehilangan kontrol tersebut.
4) Konflik
Individu dihadapkan pada dua atau lebih tujuan
yang sama-sama menguntungkan atau merugikan dan
individu diharuskan memilih salah satunya. Hal tersebut
akhirnya akan memunculkan stres.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

2. Coping
a. Pengertian
Perilaku coping biasanya akan dilakukan oleh orang yang
mengalami stres. Perilaku coping dinilai sebagai perilaku yang
secara konstan mengubah tingkah laku seseorang. Perilaku itu
bertujuan untuk mengatur atau menyesuaikan dengan tekanan, baik
internal atau eksternal yang secara khusus dinilai melebihi
kemampuan seseorang (Lazarus & Folkman, 1984). Pengertian
tentang coping juga dikemukakan oleh Sternberg (2000: 216) yakni
“… coping is the process of managing the internal
and external changes presented by challenging
situation….”
Berdasarkan pernyataan tersebut diatas menunjukkan bahwa
coping merupakan suatu proses mengatur perubahan internal dan
eksternal dengan cara mengubah situasi.
Perilaku coping merupakan proses berpikir seseorang.
Proses tersebut tentu saja akan berlangsung dalam waktu yang
lama.

Perilaku

coping

digambarkan

sebagai

usaha

untuk

menghilangkan atau setuju dengan stressor dengan cara mengubah
arah pemikiran seseorang tentang stressor untuk membuat mereka
tidak merasakan gangguan yang terlalu banyak sehingga dapat
tetap

berkonsentrasi

pada

manajemen

disebabkan oleh stressor (Lazarus, 1993)

reaksi

emosi

yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

b. Strategi Coping
Terdapat tiga tipe yang secara umum merupakan strategi
coping yang dikemukakan oleh Passer & Smith (2003) yakni:
1) Emotion Focused Forms of Coping
Strategi yang berusaha untuk mengatur respon-respon
emosional akibat dari situasi yang menimbulkan stres. Srategi
ini lebih banyak digunakan oleh kaum perempuan dalam
menghadapi masalah-masalah yang terjadi dalam hidupnya.
Bentuk-bentuk

perilaku yang termasuk di dalamnya antara

lain:
a) Positive reinterpretation yakni mengambil sisi positif
dari setiap kejadian yang dialami dan menganggap
bahwa setiap kejadian yang dialami berguna untuk
perkembangan pribadinya dan hidupnya.
b) Acceptance yakni berupa sikap menerima kejadian yang
dihadapi sebagai jalan hidupnya.
c) Denial yakni berupa mengurangi kesadaran akan
peristiwa-peristiwa tertentu, pengalaman atau perasaan
yang mungkin menyakitkan untuk diakui.
d) Repression yakni berupa pengeluaran ide, konsep dan
emosi dari kesadaran untuk menghindari konflik atau
ancaman yang menyakitkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

e) Escape-Avoidance

yakni

bentuk

coping

dimana

individu melarikan diri atau menghindar dari masalah
yang dialami.
f) Wishful thinking yakni bentuk coping yang berpikir
bahwa masih ada harapan untuk bisa menghadapi
masalahnya.
g) Controlling Feeling yakni bentuk coping dengan cara
mengatur

perasaan

memahami

perasaan

individu
dan

seperti

mencoba

mencoba
memahami

permasalahan yang dialami oleh individu.
2) Problem Focused Forms of coping
Strategi

yang

mencoba

untuk

menghadapi

dan

menangani langsung tuntutan dari situasi atau upaya untuk
mengubah situasi tersebut sehingga tidak lagi menimbulkan
stres. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya mengenai strategi coping, strategi ini yang dinilai
paling efektif untuk menghadapi masalah. Bentuk perilaku
yang termasuk di dalamnya, antara lain:
a) Active Coping, yakni berupa langkah nyata yang
digunakan untuk memecahkan masalah beserta dengan
keputusan-keputusan untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

b) Planning, yakni cara yang diambil oleh seseorang untuk
membuat rencana menghadapi stressor atau untuk
menyelesaikan masalah.
c) Suppression of Competing activities, yakni berupa
pemusatan pikiran pada masalah yang dihadapi
sehingga tidak terlalu banyak menghabiskan energi
pada masalah lain.
d) Excercising

Restraint

coping

yakni

usaha

yang

dilakukan individu dengan cara menunggu saat yang
tepat untuk melakukan sesuatu berkaitan dengan proses
penyelesaian masalah.
e) Assertive Confrontation yakni usaha yang dilakukan
dengan cara mempertegas kondisi yang dialami dan
melakukan pembelaan secara tegas.
3) Seeking Social Support
Strategi yang dilakukan oleh individu yang mengalami
stres dengan cara meminta pertolongan dari orang lain.
Pertolongan yang diharapkan dari orang lain dapat berupa
materi atau non materi. Bentuk perilaku yang termasuk di
dalamnya antara lain:
a) Help and Guidance yakni mencoba untuk mencari
bantuan dan arahan dari orang lain yang mungkin
lebih berpengalaman dalam menghadapi masalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

yang sedang dihadapi oleh individu.
b) Seeking social support for emotional reasons yakni
mencari dukungan sosial yang digunakan oleh individu
sebagai kekuatan untuk bertahan menghadapi
masalahnya.
c) Affirmation of Worth yakni dengan cara mencari
penegasan dari orang lain mengenai nilai atau manfaat
yang bisa diambil dari apa yang telah dialami.
d) Tangible Aid yakni mencari dukungan nyata dari orang
lain berupa materi seperti mendapatkan uang atau
penghasilan.
Stephen Worchel dan Wayne Shebilske (1989)
mengemukakan pendapat yang sedikit berbeda dari yang telah
diungkapkan di atas mengenai strategy coping yakni meliputi :
1) Cognitive Responses
a) Reappraisal
Melihat dan mencari sesuatu yang baik dari hal buruk
yang dialami oleh seseorang.
b) Belief in self efficacy
Percaya terhadap diri dan perasaan bahwa diri sendiri
mampu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

2) Informational Responses
Mencari informasi terkait dengan situasi yang
membuat seseorang tertekan dan membantu dalam proses
pemecahan masalah serta dapat juga mengembangkan
tanggapan yang efektif untuk mengatasi tekanan yang
dialami.
3) Behavioral Responses
Mencari dukungan sosial pada orang-orang yang
sudah benar-benar paham terhadap situasi yang menekan
individu.
Caplan (dalam Ismudiyati, 2003) menegaskan bahwa
kehadiran sumber-sumber dukungan yang sesuai merupakan
determinan

utama

bagi

penyesuaian

diri

individu

dalam

Setianingsih,

2003)

menghadapi peristiwa-peristiwa yang menekan.
Aldwin

dan

Ravenson

(dalam

memberikan pandangan yang lain mengenai aspek perilaku coping
yang digunakan untuk meredakan ketegangan emosi antara lain:
1) Pelarian diri dari masalah yaitu usaha dari individu untuk
meninggalkan masalah dengan membayangkan hal-hal
yang lebih baik.
2) Pengurangan beban masalah, yaitu usaha untuk menolak
merenungkan sesuatu masalah dan bertindak seolah-olah
tidak terjadi apa-apa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

3)

Penyalahan diri yakni tindakan pasif yang berlangsung
dalam batin kemudian baru pada masalah yang dihadapi
dengan jalan menganggap bahwa masalah terjadi karena
kesalahannya.

4) Pencarian arti yakni usaha untuk menemukan kepercayaan
baru atau sesuatu yang penting dari kehidupan.

c. Sumber-sumber Coping
Pada setiap orang memerlukan energi yang dijadikan
sumber kekuatan dalam memecahkan setiap permasalahan yang
dihadapi. Sumber-sumber coping ini dapat digunakan untuk
membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Hal-hal
ini akan membantu mendukung kesuksesan proses coping dari
setiap individu yang dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman
(1984), yaitu :
1) Health and Energy
Kesehatan merupakan hal yang penting untuk coping.
Orang yang merasa dirinya lebih kuat dan lebih sehat akan
lebih bisa bertahan terhadap stres.
2) Positive Beliefs
Pandangan terhadap diri seseorang secara positif dan
memiliki perilaku positif dapat menjadi sumber coping
yang signifikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

3) Internal Locus of Control
Apabila seseorang mempunyai internal locus of control,
dapat memiliki perasaan bahwa mereka dapat mengatur
semua hal yang terjadi dalam hidupnya.
4) Social skills
Kemampuan untuk bersosialisasi menjadi hal yang penting
untuk bisa menghadapi situasi yang penting, memulai
pembicaraan dan mengekspresikan diri mereka.
5) Social Support
Dukungan sosial sangat diperlukan terutama pada situasi
stres seperti dilukai orang lain, tragedi yang dialami,
kehilangan orang yang dicintai.
6) Material Resources
Uang

dapat

meningkatkan

jumlah

pilihan

untuk

menghilangkan situasi penyebab stres.

d. Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

dalam

memutuskan

pemilihan coping
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi seseorang
dalam memutuskan coping apa yang akan digunakan. Hal tersebut
diungkapkan oleh Aldwin dan Ravenson (dalam Setianingsih,
2003):

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

1) Usia
Perilaku coping yang digunakan akan berbeda pada setiap
tingkat usia. Pada orang yang memiliki usia matang akan
cenderung menggunakan Problem Focused Coping
2) Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan, akan mempunyai
penilaian yang lebih realistis. Individu yang memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi akan cenderung memilih
untuk memecahkan masalah.
3) Status sosial ekonomi
Orang yang mempunyai status sosial ekonomi yang rendah
akan mempunyai tingkat stres yang tinggi terutama dalam
masalah ekonomi. Orang yang memiliki penghasilan yang
cukup akan memiliki kepercayaan diri untuk menyelesaikan
masalaha yang dihadapi.
4) Dukungan sosial
Dukungan

sosial

yang

positif

berhubungan

dengan

berkurangnya kecemasan dan depresi. Individu yang
memiliki komunitas yang memberi dukungan terhadap
dirinya akan lebih mudah dalam menyelesaikan suatu
masalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

5) Jenis Kelamin
Jenis kelamin pria dan wanita mempunyai cara yang
berbeda dalam menghadapi suatu masalah. Pria seringkali
berfokus pada penyelesaian masalah sedangkan wanita
lebih sering berfokus pada penurunan emosi.
6) Karakteristik kepribadian
Pada setiap karakteristik kepribadian akan mempunyai
perilaku coping yang berbeda. Individu yang ekstravert
apabila

menghadapi

suatu

masalah

akan

berusaha

menyelesaikannya dan seringkali juga akan melibatkan
orang lain. Sedangkan orang yang intravert lebih cenderung
tidak menyelesaikan masalah, biasanya hanya menurunkan
emosi (Emotion Focused Coping)
7) Pengalaman
Pengalaman merupakan bahan acuan atau perbandingan
individu dalam menghadapi suatu kejadian yang hampir
sama. Individu yang sering menghadapi suatu masalah,
seringkali lebih mampu menyelesaikan masalah dengan
bertolak

pada

pengalaman-pengalaman

yang

pernah

dialami.
Jung (dalam Sriningsih, 2004) membedakan kepribadian
manusia menjadi dua kategori beserta dengan kekhasannya, antara
lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

1) Introvert
Individu ini memiliki kecenderungan pemalu dan lebih
suka menyendiri. Energi psikisnya ditujukan ke dalam
dunia subjektif. Cenderung memikirkan dunianya sendiri
dan sulit dipengaruhi oleh dunia luar, apabila dihadapkan
situasi penyebab stres cenderung menarik diri.
2) Ekstravert
Individu ini memiliki kecenderungan tidak pemalu, lebih
banyak menggunakan waktunya bersama-sama dengan
orang lain daripada sendirian. Energi psikisnya ditujukan ke
arah dunia luar. Golongan ini biasanya ramah, optimistis,
dan apabila berhadapan dengan situasi penyebab stres akan
mencari kelompok dan kemudian membahasnya.
Bem (dalam Pujibudojo dan Prihanto, 2000) memberikan
pendapat

bahwa pada wanita ada yang memiliki karakteristik

androgin. Individu yang mampu menyesuaikan diri dengan lebih baik,
karena mereka akan mampu memerankan karakteristik yang lebih
adaptif sesuai dengan tuntutan yang ada. Individu ini memiliki harga
diri yang tinggi , lebih kompeten, lebih fleksibel dan lebih efektif
dalam hubungan interpesonal.
3. Coping Stress
Coping stress adalah bentuk perilaku yang secara konstan
mengubah tingkah laku seseorang untuk mengatur atau menyesuaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23

diri dengan tekanan. Tekanan itu dapat berupa tekanan fisik maupun
psikologis yang secara khusus dinilai melebihi kemampuan seseorang.
Tekanan itu muncul sebagai akibat adanya persepsi terhadap ketakutan
dan kecemasan. Coping stress merupakan suatu proses yang akan
dilakukan oleh setiap orang secara terus menerus sampai tahap
individu tidak lagi mengalami tekanan atau dapat kembali menemukan
kenyamanan dalam hidupnya.

B. Kekerasan Dalam Rumah Tangga
1. Pengertian
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan hal yang sulit untuk
didefiniskan mengingat batasan yang kurang jelas tentang suatu
tindakan dinyatakan sebagai bentuk kekerasan. Kesulitan untuk
mendefinisikan dikarenakan pelaku tindak kekerasan biasanya adalah
orang terdekat yakni suami dan dalam ikatan perkawinan yang sah. R.
Langley Richard D dan Levy C dalam Prastyowati (2003)
mengemukakan bahwa tindak kekerasan dalam rumah tangga adalah
tindakan individu yaitu suami yang dilakukan terhadap individu istri,
baik sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung telah
menimbulkan rasa sakit pada istri baik fisik maupun non fisik.
Poerwandari dalam Roechaeti (2005) mengartikan kekerasan
dalam rumah tangga sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan oleh
salah satu anggota keluarga kepada anggota keluarga lain yang
melanggar hak individu lain. KDRT adalah setiap perbuatan terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24

seseorang

terutama

perempuan,

yang

berakibat

timbulnya

kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga ( Pasal 1 Undangundang No 23 th 2004 dalam Rochaeti 2005).
Kekerasan terhadap istri semata-mata bukan karena latar
belakang pendidikan, gaji yang lebih tinggi tetapi lebih dikarenakan
budaya patriarkhi yang menganggap bahwa wanita adalah orang kelas
dua dan pria adalah pihak yang mendominasi. Budaya patriarkhi
membuat masyarakat melegalkan tindak kekerasan terhadap istri dan
menganggap kekerasan sebagai hal yang wajar. Hasil penelitian dari
Prastyowati (2003) mendukung pernyataan tersebut. Ia menyebutkan
bahwa kekuasaan dan tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami
didukung oleh norma sosial dan norma agama. Pada norma-norma
tersebut cenderung mempertahankan dominasi laki-laki dalam budaya
patriarkhi. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa seorang
istri harus tunduk dan menerima perlakuan apa pun dari suami.
Anggapan masyarakat tersebut membuat suami merasa berhak
melakukan tindak kekerasan terhadap istri. Para akhirnya aparat
penegak kebenaran mengalami kesulitan untuk memberikan dakwaan
kepada para suami yang melakukan tindak kekerasan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25

2. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Masyarakat menganggap bahwa tindak kekerasan baru bisa
dianggap tindak kekerasan apabila meninggalkan luka secara fisik.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh R.
Langley Richard D dan Levy C dalam Prastyowati, 2003 menyatakan
bahwa terdapat empat aspek kekerasan antara lain :
a. Kekerasan Fisik
Meliputi

dipukul,

ditampar,

dilempar,

dijambak,

ditendang yang dilakukan dengan sengaja baik secara langsung
atau tidak langsung dan akibatnya dirasakan langsung oleh
istri.

Seorang

perempuan

beranggapan

bahwa

dirinya

mengalami tindak kekerasan jika mereka mengalami kekerasan
ini, sehingga jarang yang berani melapor kepada pihak
berwajib jika tidak sampai mengalami luka secara fisik.
b. Kekerasan Psikologis
Meliputi hinaan, pengabaian (bersikap masa bodoh),
penolakan, tuduhan, ejekan, melarang bergaul dengan teman
laki-laki, termasuk menerima telepon dan lain sebagainya yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan bagi istri, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Perlakuan suami yang
demikian sering dianggap wajar oleh masyarakat dan korban
melakukan internalisasi terhadap kondisi tersebut. Kondisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26

demikian membuat para korban KDRT menganggap bahwa
dirinya memang pantas direndahkan.
c. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan ini meliputi perilaku suami yang tidak jujur
atau tidak adil dalam memberikan uang gaji kepada istri,
menyembunyikan sebagian penghasilannya, mengambil harta
istri tanpa ijin. Perilaku yang lain yakni memberi uang belanja
yang tidak seimbang dengan kebutuhan atau tidak memberi
uang sama sekali, menuntut istri memperoleh penghasilan yang
lebih tinggi dan tidak membenarkan istri mendapatkan karir.
d. Kekerasan Seksual
Meliputi :
1) Pelecehan seksual, baik dengan kata-kata maupun perbuatan
yang

merendahkan

kemampuan

seksual

perempuan,

melakukan perbuatan yang tidak senonoh.
2) Kekerasan seksual, melakukan hubungan seksual tanpa
persetujuan istri yang oleh sebagian orang dikatakan
sebagai tindakan perkosaan
3) Tidak memenuhi kebutuhan seksual istri. Suami mau
melakukan hubungan seksual hanya jika menginginkan
untuk memuaskan kebutuhan seksual suami sendiri dan
tidak memikirkan keinginan dari pihak istri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27

Dampak yang terjadi pada para istri yang mengalami
tindak kekerasan seksual ini adalah adanya perasaan rendah diri
dan merasa diri tidak berguna.

3. Faktor Penyebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Kekerasan dalam rumah tangga tidak serta merta muncul begitu
saja. Beberapa orang menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan
oleh suami mungkin memang sifat pelaku demikian. Secara umum
terdapat

beberapa faktor yang

dimungkinkan

menjadi

faktor

munculnya tindak kekerasan dalam rumah tangga yang dikemukakan
oleh Lori Heise (1998):
a. Personnel History
Latar belakang keluarga tempat pelaku (suami) dan
korban (istri) dibesarkan. Proses belajar dari ayah yang sering
melakukan tindak kekerasan pada istri atau pada anak, sehingga
pelaku tindak kekerasan berpikir bahwa tindakan kekerasan
merupakan pemecahan masalah yang paling mudah termasuk
untuk “menaklukkan” istri.
b. Micro system
Dominasi figur keluarga, konflik dalam rumah tangga
dan alkohol. Hal yang seringkali menjadi pemicu yakni adanya
masalah-masalah dimana suami tidak dapat memecahkannya
dan berakhir dengan minum-minuman beralkohol sehingga
membuat pelaku kehilangan kontrol terhadap dirinya sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28

Hilangnya kontrol diri membuat suami semakin mudah
melakukan tindak kekerasan terlebih jika keinginannya tidak
terpenuhi.
c. Exo system
Status sosial ekonomi dan pengaruh lingkungan. Adanya
perbedaan status sosial ekonomi, baik yang wanita lebih kaya
atau yang pria lebih kaya. Pada intinya kekerasan yang
dilakukan oleh suami untuk menunjukkan kekuasaannya
terhadap hidup istrinya.
d. Macro system
Dominasi budaya patriarkhi dan toleransi terhadap
kekerasan. Sebagian besar masyarakat Indonesia menganut
budaya patriarkhi. Pada budaya ini masyarakat menganggap
bahwa pria memiliki status yang lebih tinggi sehingga harus
disegani dan diikuti kemauannya. Budaya ini membuat
kekerasan yang dilakukan oleh suami semakin dilegalkan.
Pada pembahasan yang lebih luas terdapat beberapa faktor
yang mendukung terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (dalam
Rini, 2006) antara lain:
a.

Hasil belajar sosial (Social Learning )
Klein, dkk (1997) berpendapat bahwa suami yang melakukan
tindak kekerasan terhadap istri seringkali adalah anak yang
dibesarkan dalam keluarga dimana kekerasan pernah terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29

baik menimpa dirinya atau orang di lingkungannya. Suami
yang sebelumnya berperan sebagai anak memandang bahwa
kekerasan sebagai satu-satunya cara untuk menyelesaikan
masalah.
b.

Hasil sosialisasi peran gender
Chusairi (2000) mengemukakan bahwa kekerasan terhadap
istri merupakan gambaran adanya ketidakadilan gender yang
menempatkan perempuan subordinat suami. Istri dianggap
sebagai milik suami.

c.

Adanya

sifat-sifat

cenderung

tertentu

yang

menyebabkan

suami

lebih sering melakukan kekerasan terhadap istri

Suami yang bertindak sebagai pelaku tindak kekerasan dalam
rumah tangga biasanya memiliki penerimaan diri yang rendah.
Suami yang demikian cenderung membenarkan tindakan yang
telah dilakukan dengan alasan untuk memberikan pelajaran
bagi korbannya (Langley dan Levy, 1987). Lebih lanjut
dikemukakan bahwa suami memiliki sifat-sifat tertentu antara
lain sulit berkomunikasi, kurang kontrol terhadap impuls,
penerimaan diri yang rendah, kebutuhan untuk mengontrol
orang lain.
d.

Adanya dukungan budaya
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Levinson dan Campbell (dalam Chusairi, 2000), hasil yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30

diperoleh yakni faktor-faktor sosial sangat mempengaruhi
KDRT. Faktor-faktor itu tidak dapat dilepaskan dari
keyakinan serta kebiasaan yang hidup dalam masyarakat
tersebut.
e.

Adanya penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang
Pada saat suami kehilangan kontrol diri akan mudah
melakukan tindak kekerasan terhadap istri. Langley dan Levy
(1987) menemukan bahwa terdapat 45% sampai 90% kasus
kekerasan terhadap istri dikarenakan adanya pengaruh alkohol.

f.

Problema seksual
Penelitian yang dilakukan oleh Retnowati dan Sulastri (2003)
menunjukkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga seringkali
terjadi karena adanya ketidakpuasan dalam kehidupan
seksualnya.

g.

Kondisi ekonomi keluarga
Perekonomian keluarga seringkali menjadi pemicu munculnya
pertengkaran yang pada akhirnya berujung pada tindak
kekerasan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Tarigan, dkk
(dalam Retnowati dan Sulastri, 2003) mengemukakan bahwa
kesulitan ekonomi menjadi salah satu faktor pemicu kekerasan
terhadap istri. Suami yang menganggur, suami di PHK serta
beban hutang besar seringkali menjadi pemicu adanya tindak
kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31

h.

Kurangnya komunikasi
Kurangnya komunikasi menyebabkan hal-hal kecil yang
seharusnya dapat dibicarakan secara baik-baik menyebabkan
munculnya pertengkaran yang hebat.

4. Hal-hal yang Mempengaruhi Keakraban Suami-istri
Wibowo (2003) mengemukakan bahwa terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi kemampuan wanita dalam menikmati
keakraban suami istri antara lain
a. Kesehatan Fisik, orang yang sehat secara fisik akan lebih
dapat

menikmati

dan

dapat

mendukung

kehidupan

pasangannya.
b. Keadaan Mental atau intelek yang mencakup cara pandang
terhadap

sesuatu. Hal ini juga berkaitan dengan keadaan

imajinasi ini, seseorang dapat bersikap objektif saat
menghadapi masalah atau lebih cenderung menggunakan
simbol-simbol emosional.
c. Cara pemecahan masalah dan cara pengambilan keputusa