KEPEMIMPINAN KEGEMBALAAN YESUS DALAM INJIL YOHANES 10:11-15 SEBAGAI MODEL KEPEMIMPINAN PARA FRATER KONGREGASI FRATER BUNDA HATI KUDUS DI INDONESIA DALAM KEHIDUPAN DI ZAMAN SEKARANG
KEPEMIMPINAN KEGEMBALAAN YESUS
DALAM INJIL YOHANES 10:11-15 SEBAGAI MODEL
KEPEMIMPINAN PARA FRATER KONGREGASI FRATER BUNDA
HATI KUDUS DI INDONESIA DALAM KEHIDUPAN
DI ZAMAN SEKARANG
Oleh : Vinsensius Tnopo NIM: 031124001
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
SKRIPSIDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik i
KEPEMIMPINAN KEGEMBALAAN YESUS
DALAM INJIL YOHANES 10:11-15 SEBAGAI MODEL
KEPEMIMPINAN PARA FRATER KONGREGASI FRATER BUNDA
HATI KUDUS DI INDONESIA DALAM KEHIDUPAN
DI ZAMAN SEKARANG
Oleh : Vinsensius Tnopo NIM: 031124001
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
SKRIPSIDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik ii
iii iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada: Bapak dan Ibu saya sebagai teladan kepemimpinan dalam hidup saya,
Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus di Indonesia sebagai komunitas religius yang membentuk saya menjadi religius Frater Bunda Hati Kudus,
Para konfraterku sekongregasi di Indonesia yang selalu mendukung Perjalanan panggilan dan perutusan studi saya. v
vi
MOTTO
“Hidup ini tak semudah apa yang kita harapkan, namun tak sesulit apa yang kita takutkan. Hidup ini adalah perjuangan menuju titik akhir yang membahagiakan.” (Vinsensius, 10 Juli 1999)
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”.
(Filipi 4 : 13) “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku”.
(Mzmr. 23: 4 ) vii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “KEPEMIMPINAN KEGEMBALAAN YESUS
DALAM INJIL YOHANES 10: 11-15 SEBAGAI MODEL KEPEMIMPINAN PARA FRATER KONGREGASI FRATER BUNDA HATI KUDUS DI
INDONESIA DALAM KEHIDUPAN DI ZAMAN SEKARANG”. Judul ini
dipilih penulis berdasarkan realitas yang terjadi dalam ranah kepemimpinan Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus di Indonesia saat ini. Penulis mempunyai kesan bahwa para pemimpin dalam Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus di Indonesia saat ini kurang berkomitmen dengan nilai-nilai panggilan mereka, baik sebagai religius Frater Bunda Hati Kudus maupun sebagai pemimpin dalam kongregasi. Dalam kaitan dengan hal kepemimpinan, para pemimpin kongregasi di satu sisi telah memahami tentang arti kepemimpinan Kristiani dan kepemimpinan religius, namun di lain sisi mereka belum maksimal menghayati dan mengaktualisasikannya dalam praksis kepemimpinan mereka sehari-hari. Realitas ini diperkuat dengan hasil penelitian yang diperoleh, yang pada umumnya para responden yang notabenenya adalah para Frater Bunda Hati Kudus mengungkapkan begitu banyak keprihatinan yang dirasakan dalam kehidupan Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus sebagai suatu lembaga religius laikal yang hidup dan berkarya di Indonesia.
Persoalan mendasar yang menjadi keprihatinan penulisan skripsi ini adalah bagaimana meningkatkan kualitas kepemimpinan para Frater Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus di Indonesia. Penulis berpendapat, perlu adanya suatu upaya yang efektif bagi peningkatan kualitas kepemimpinan ini, sebab apabila suatu lembaga religius memiliki kualitas kepemimpinan yang baik hal itu akan sangat membantu pertumbuhan dan perkembangan kongregasi dan juga akan sangat membantu pertumbuhan dan kesuburan panggilan hidup para anggotanya.
Dalam menanggapi persoalan tersebut, penulis menilai perlu adanya suatu proses transformasi diri dari para pemimpin kongregasi dan seluruh anggotanya untuk mendalami, membatinkan dan berusaha menghayati serta mengaktualisasikan nilai-nilai kepemimpinan Kristiani dan religius yang bersumber dan berpusat pada kepemimpinan kegembalaan Yesus Kristus Sang pemimpin sejati. Kepemimpinan kegembalaan Yesus sebagaimana di kisahkan dalam Injil Yohanes 10: 11-15 hendaknya menjadi model kepemimpinan para Frater Bunda Hati Kudus dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus di Indonesia. Dalam skripsi ini penulis akan memaparkan nilai-nalai kepemimpinan transformatif yang akan menghantar pada penghayatan nilai-nilai kepemimpinan kegembalaan Yesus sendiri sebagai sumber inspirasi dan sekaligus sebagai spiritualitas kepemimpinan para Frater Bunda Hati Kudus di zaman sekarang yang penuh tantangan dan kesulitan ini.
Pada bagian akhir, penulis mengusulkan sebuah model pembinaan kerohanian sebagai salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk memperdalam spiritualitas kepemimpinan para Frater Bunda Hati Kudus sebagai seorang pemimpin yang handal di zaman sekarang. Model pembinaan yang penulis maksudkan adalah katekese dengan model pengalaman hidup. Harapan penulis, viii semoga para pemimpin dan para anggota Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus di Indonesia dapat mentransformasikan diri untuk menjadikan kepemimpinan kegembalaan Yesus sebagai model kepemimpinannya dalam mengarungi zaman yang arus negatifnya semakin deras dan tak terelakkan. ix
ABSTRACT
The title of this thesis is” The Shepherd Leadership of Jesus in John 10:11- 15 as a Leadership Model of Holy Heart Mother Fratres in Indonesia Nowadays.” This topic is taken according to the reality which happens inside the Holy Mother Fraters Congregation in the matter of leadership. The writer has an impression that the leaders of congregation in this era are lack of commitment for their mission, whether as fraters or as leaders in congregation. The leaders of the congregation do understand about the core values and the meaning of the christianity leadership and the religious leadership. But in fact, they have not been able to deeply realize and actualize the values that they are believed in into their practical act of leadership in their daily life. This reality is strongly supported by the result of the research. Generally the respondents, who are the members of the congregation, express much of their concern about the life of Holy Heart Mother Fraters Congregation as a religious constitution which lives and act in Indonesia.
The basic problem of this thesis which becomes the concern of the author is how to improve the leadership quality among the fraters of Holy Heart Mother Congregation in Indonesia. The writer has an opinion that the effective effort to facilitate the improvement is really needed. It is very important because if a religious constitution has its high quality leaders, the growth and the development of the constitution also become better and it means the growth and the development of the members become greater also.
Concerning this situation, the writer assums that the self transformation from the leaders and the members of the congregation is needed in order to deepen, comprehend, and apply the basic values of christianity and religious leadership which are concentrated and centered to the Jesus Christ’s Shepherd Leadership. The shepherd leadership of jesus as it is written in John 10:11-15 should become the model of leadership to the fraters so that it can improve and develop the skill of the Holy Heart Mother Fraters in Indonesia in doing their mission. In this thesis, the writer will describe the transformative leadership basic values that will lead to deeper comprehension about Jesus’s Shepherd Leadership values as the main inspiration and also as a leadership spirituality for the Holy Heart Mother Fraters in this difficult and full of challenges era.
In the last part of this thesis, the writer proposes a model of spirituality guidance as an effort to deepen a leadership spirit to the Holy Heart Mother Fraters, so that they can be come reliable leaders. The writer’s guidance is made according to life experiences cathechise. The writer hopes tha the leaders and the members of Holy Heart Mother Fraters will be able to transform themselves into Jesus’s Shepherd Leadership model in facing the life which is full of negative influences that cannot be avoided. x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur yang selimpah-limpahnya penulis haturkan ke hadirat Allah Tritunggal Maha Kudus atas berkat, rahmat, dan cinta-Nya yang selalu setia membimbing, menuntun dan menaungi penulis dalam saat-saat yang amat sulit sekalipun, sehingga dapat bangkit dari keterpurukan dan memulai proses penyusunan skripsi ini, yang pada akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi berjudul: “KEPEMIMPINAN KEGEMBALAAN YESUS DALAM
INJIL YOHANES 10: 11-15 SEBAGAI MODEL KEPEMIMPINAN PARA
FRATER KONGREGASI FRATER BUNDA HATI KUDUS DI INDONESIA
DALAM KEHIDUPAN DI ZAMAN SEKARANG”. Dalam skripsi ini penulis
mengangkat keprihatinan yang berkaitan dengan kepemimpinan dalam Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus di Indonesia saat ini dan berusaha memaparkan suatu model kepemimpinan Kristiani, yakni kepemimpinan kegembalaan Yesus, yang kiranya dapat dijadikan oleh para Frater Bunda Hati Kudus sebagai model kepemimpinannya dalam kehidupan di zaman sekarang yang penuh tantangan dan kesulitan.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini berkat bantuan dan dukungan dari banyak pihak yang telah memberikan perhatian, dorongan, motivasi dan inspirasi. Maka pada kesempatan ini penulis patut mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. H. J. Suhardiyanto, SJ. selaku Kaprodi sekaligus pembimbing utama yang senantiasa dengan sabar, setia, perhatian dan penuh kasih seorang bapak dalam xi membimbing, mengarahkan, memotivasi dan memberikan masukan serta inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Y. Kristianto, SFK selaku dosen pembimbing akademik dan sekaligus sebagai dosen penguji II yang penuh perhatian dan cinta memotivasi, mendukung serta menyemangati di saat jatuh dalam keterpurukan, sehingga kini boleh berkenan memeriksa dan sekaligus menguji penulisan ini.
3. Dra. J. Sri Murtini,M.Si., selaku dosen penguji III yang telah berkenan mendampingi dan membimbing penulis dengan penuh perhatian dan cinta yang sekaligus memeriksa skripsi dan menguji penulis.
4. Bapak-Ibu dosen dan staf prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah mendampingi dengan setia serta menjadi rekan selama penulis melaksanakan studi di IPPAK-FKIP-USD Yogyakarta.
5. Frater Provinsial Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus beserta dewannya yang telah memberikan kesempatan, dukungan dan motivasi kepada penulis untuk memperkembangkan pengetahuan, kepribadian dan kerohanian selama studi di IPPAK-FKIP-USD Yogyakarta.
6. Para konfrater komunitas St. Gregorius yang telah memberikan dukungan, perhatian, doa dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan tugas studi ini.
7. Para konfrater, Fr. Amatus, Fr. Clemens, Fr. Anton, Fr. Norbertus, Fr. Renatus, Fr. Marselinus, Fr. Maximus, Fr. Roberto, Fr. Arnoldus, Fr. Gilbertus, Fr.
Asterius dan Fr. Bonavantura yang telah sudi berkenan meluangkan waktu untuk berbagi pengalaman serta membantu penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi ini. xii
8. Bruder Provinsial MTB dan para Bruder Komunitas Ngadikan Kotabaru serta Komunitas Novisiat Banguntapan Yogyakarta yang telah berkenan memberikan tumpangan, perhatian, dorongan, motivasi, doa dan kasih persaudaraan yang begitu tulus sehingga penulis terbantu untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Konfraterku seperjuangan: Fr. Wiliam, Fr. Kardinus dan Fr. Paskalis yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, doa, perhatian dan kasih persaudaraan yang tulus selama ini sehingga pada akhirnya bisa menyelesaikan perjuangan studi di Yogyakarta.
10. Semua rekan-rekan seangkatan 2003 yang walaupun sudah berpisah, namun selalu dengan caranya masing-masing, mendukung, memotivasi, mendoakan dan menguatkan penulis sehingga pada akhirnya berhasil menyelesaikan studi di IPPAK tercinta ini.
11. Adikku Magdalena Mada Hede yang selalu setia menemani dan memberikan semangat, motivasi, doa, perhatian dan kasih yang tulus bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan ini.
12. Semua pihak yang penulis tidak sebut pada tulisan ini yang dengan caranya sendiri telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, dengan senang hati dan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran demi penyempurnaan dan pengembangan lebih lanjut. Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi sumbangan pemikiran bagi siapa saja yang belajar xiii menjadi seorang pemimpin yang handal dan berspiritualitas sebagai gembala bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Yogyakarta, 25 Agustus 2009 Penulis,
Vinsensius Tnopo xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………….. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………………………... vi
MOTTO …………………………………………………………………….. vii
ABSTRAK …………………………………………………………………. Viii
ABSTRACT ……………………………………………………………….. x
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. xi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. xvi
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………….. xxi
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………
1 A. Latar Belakang ………………………………………………………
1 B. Rumusan Permasalahan ……………………………………………..
6 C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………
6 D. Manfaat Penulisan …………………………………………………..
7 E. Metode Penulisan …………………………………………………….
7 F. Sistematika Penulisan ………………………………………………..
7 BAB II. SEKILAS TENTANG KONGREGASI FRATER BUNDA
HATI KUDUS DAN SITUASI UMUM KEPEMIMPINAN RELIGIUS DI INDONESIA DI ZAMAN SEKARANG ……….
9 A. Sejarah Berdirinya Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus …………..
9 1. Mengapa di sebut Frater, bukan Bruder? ………………………....
15 2. Mengapa Bunda Hati Kudus ……………………………………...
15 B. Spiritualitas Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus …………………
17 C. Pengertian Kepemimpinan …………………………………………..
19 1. Kepemimpinan Menurut Para Ahli ……………………………….
19 2. Kepemimpinan Religius …………………………………………..
20 xv
xvi
36
32 6. Menyesuaikan Unsur-unsur Positif ……………………………...
32 7. Memberi Inspirasi ……………………………………………….
33 8. Orang yang Memperbaharui Diri Terus-menerus …………….....
33 F. Gaya Kepemimpinan ……………………………………………….
35 1. Kepemimpinan Otoriter ………………………………………….
36 2. Kepemimpinan Paternalistik ……………………………………..
36 3. Kepemimpinan Demokratis ……………………………………...
4. Kepemimpinan Bebas ……………………………………………
31
36 5. Kepemimpinan Birokratis ……………………………………….
37
6. Kepemimpinan Permisif …………………………………………
37
7. Kepemimpinan Partisipatif ………………………………………
37 G. Situasi dan tantangan Kepemimpinan Religius ……………………
38 1. Tidak terjadinya proses inkorporasi ……………………………...
5. Menafsir Tanda-tanda Zaman ……………………………………
31 4. Kasih dan Percaya ………………………………………………..
a. Kepemimpinan Religius menurut Kitab Hukum Kanonik ……
2. Memberikan Bimbingan …………………………………………
20 b. Kepemimpinan dalam Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus ..
24 1). Kepemimpinan Mgr. A. I. Schaepman ………………….
24 2). Kepemimpinan menurut Konstitusi Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus ………………………………………
28 D. Fungsi Kepemimpinan ……………………………………………...
28
1. Fungsi Mengambil Inisiatif ………………………………………
29
29
30 3. Hormat terhadap Pribadi ………………………………………....
3. Mengatur …………………………………………………………
29 4. Memberikan Informasi …………………………………………..
29 5. Memberi Motivasi ………………………………………………..
29 6. Memberikan Penilaian …………………………………………...
29 E. Karakteristik Kepemimpinan Religius ……………………………...
29
1. Melindungi Kharisma Pendiri ……………………………………
30 2. Memajukan Kesatuan dan Persatuan …………………………….
38
2. Adanya kelekatan yang tak teratur ………………………….........
38 3. Adanya hukum senang …………………………………………...
38 4. Adanya kebutuhan psikologis tertentu …………………………...
39
5. Adanya sistem senioritas …………………………………………
39 6. Adanya segi fisik dan kemampuan yang semakin menurun ……..
40 7. Adanya nafsu duniawi dan nafsu kedagingan …………………....
40 BAB III. TAFSIRAN INJIL YOHANES 10: 11-15 SEBAGAI INSPIRASI KEPEMIMPINAN KRISTIANI ………………...
42 A. Konteks Injil Yohanes ……………………………………………...
43 B. Struktur injil Yohanes ……………………………………………....
43 C. Tafsir Injil Yohanes ………………………………………………...
44 D. Pesan injil Yohanes ………………………………………………...
45 1. Fokus utama pemimpin gembala ………………………………...
50 2. Karakteristik pemimpin gembala ………………………………..
51 3. Gembala yang mengenal domba-dombanya ………………….....
51 4. Kehadiran dan kesiapsediaan gembala …………………………..
53
5. Gembala memimpin di depan ……………………………………
54 6. Gembala itu harus berani ………………………………………...
54 7. Gembala itu menuntun dan membimbing ……………………......
56
8. Gembala itu peduli pada domba yang hilang atau tersesat ………
56 BAB IV. KEBERADAAN KONGREGASI FRATER BUNDA HATI KUDUS DI INDONESIA ………………………………..
58 A. Latar Belakang Sejarah Masuknya Kongregasi Frater Bunda Hati
Kudus di Indonesia …………………………………………………
58 1. Tujuan misi Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus di Indonesia ...
60 2. Keanggotaan Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus di Indonesia ..
63 B. Persiapan Penelitian ………………………………………………...
65 1. Permasalahan Penelitian ………………………………………….
65 2. Tujuan Penelitian ………………………………………………....
65 3. Manfaat Penelitian ………………………………………………..
66
4. Metodologi Penelitian ……………………………………………
66 a. Pendekatan penelitian ………………………………………....
67
b. Tempat dan waktu penelitian …………………………………
67 xvii
c. Responden penelitian ………………………………………….
67
d. Teknik pengumpulan data dan instrument penelitian …………
68 e. Teknik analisa data …………………………………………....
68 f. Keabsahan data ………………………………………………..
69
5. Laporan Hasil Penelitian …………………………………………
69
a. Temuan Umum : Komunitas para frater yang ada di Surabaya, Kediri dan Malang Jawa Timur .……………………………...
69 b. Temuan Khusus: Hasil wawancara …………………………...
75 c. Pembahasan Penelitian ………………………………………..
81 d. Kesimpulsan Penelitian ……………………………………….
86 BAB V. USULAN KATEKESE BAGI PARA FRATER BUNDA
HATI KUDUS SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF ……………………..
88 A. Kepemimpinan Transformatif sebagai Model Kepemimpinan yang
diharapkan Kongregasi Frater Bunda hati Kudus di Indonesia di Zaman Sekarang …………………………………………………….
90
1. Kepemimpinan Transformatif ……………………………………
90 a. Pengertian transformasi ……………………………………….
90 b. Pengertian kepemimpinan transformatif ……………………...
90 2. Kemampuan Dasar Kepemimpinan Transformatif ……………...
93 3. Spiritualitas Kepemimpinan Transformatif ……………………...
95 a. Kepemimpinan sebagai gembala ……………………………...
96
b. Kepemimpinan sebagai pelayan ………………………………
98 c. Kepemimpinan sebagai pengurus rumah tangga ……………...
99 B. Kepemimpinan Transformatif dalam praksis di Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus di Indonesia ……………………………………. 102
1. Transformasi dalam diri sang pemimpin ………………………... 102
2. Transformasi dalam komunitas …………………………………. 103
3. Transformasi dalam karya kerasulan ……………………………. 104
C. Katekese Sebagai Salah Satu Upaya Mewujudkan Pola Kepemimpinan Yang Transformatif Bagi Para Frater Bunda Hati Kudus di Indonesia………………………………………………… 105 xviii
1. Pokok-pokok Katekese …………………………………………. 105
a. Arti/ pengertian katekese ……………………………………... 105
b. Tujuan pokok katekese ……………………………………….. 106
c. Isi pokok katekese ……………………………………………. 108
d. Model-model katekese ……………………………………….. 109
2. Pemilihan Katekese Model Pengalaman Hidup ………………… 110
a. Alasan pemilihan katekese model pengalaman hidup ……….. 110
b. Langkah-langkah model katekese pengalaman hidup ……….. 112
D. Program Katekese ………………………………………………….. 114
1. Pengertian Program ……………………………………………... 114
2. Pemikiran Dasar Program Katekese ...…………………………… 115
3. Usulan Tema Katekese …………………………………………... 117
4. Matriks Program Katekese ………………………………………. 119
5. Contoh Persiapan Katekese I …………………………………….. 124
a. Identitas katekese ……………………………………………... 124
b. Pemikiran dasar ………………………………………………. 125
c. Pelaksanaan pertemuan katekese ……………………………... 128
6. Contoh Persiapan Katekese II …………………………………… 140
a. Identitas katekese …………………………………………….. 140
b. Pemikiran dasar ………………………………………………. 141
c. Pelaksanaan pertemuan katekese …………………………….. 144
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………... 157
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 157 B. Saran ……………………………………………………………….. 159DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 162
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat permohonan wawancara kepada para Frater ………(1) Lampiran 2 : Daftar nama subyek yang diwawancara ………………… (2) Lampiran 3 : Daftar pertanyaan wawancara …………………………… (3) Lampiran 4 : Pokok-pokok jawaban subyek wawancara ……………… (4) Lampiran 5 : Cerita “Kebijaksanaan Sang Abdis Tua”. ……………….. (17) xix
Lampiran 6 : Grafik Jumlah Frater Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus ………………………………………………. (19) xx xxi
DAFTAR SINGKATAN Berikut ini adalah daftar singkatan berdasarkan urutan alfabetik.
AC Art.
: :
Angelus Custos Artikel
Ay : Ayat Bdk. : Bandingkan BHK : Bunda Hati Kudus CMM : Congregatio Matris Misericordiae CT : Catechesi Tradendae Dsb. : Dan sebagainya Flp Fr.
: :
Seruan Rasul Paulus kepada kepada jemaat di Filipi Frater
Gal : Surat rasul Paulus kepada jemaat di Galatia Kel : Kitab Keluaran KHK : Kitab Hukum Kanonik Kis : Kisah para rasul KKN : Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Kor : Surat Rasul Paulus kepada umat di Korintus Konst. : Konstitusi Para Frater Bunda Hati Kudus yang disyahkan oleh pemimpin umum Fr. Wilfried van der
Poll, 31 Mei 1997. KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Luk Mat
: :
Injil Lukas Injil Mateus
MB : Madah Bakti Mgr. : Monseigneur MSC : Micionari Sacro Corde Mzm : Kitab Mazmur No. : Nomor xxii NTT : Nusa Tenggara Timur PAK : Pendidikan Agama Katolik PIA : Pendampingan Iman Anak PIR : Pendampingan Iman Remaja PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia Pr Ptr SCP
: : :
Projo Surat Rasul Petrus
Shared Christian Praxis
SDK : Sekolah Dasar Katolik SMPK : Sekolah Menengah Pertama Katolik SMUK : Sekolah Menengah Umum Katolik SPG SJ Ul
: : :
Sekolah Pendidikan Guru Serikat Jesus Kitab Ulangan
USD : Universitas Sanata Dharma Yer : Kitab Yeremia Yoh : Injil Yohanes
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kepemimpinan merupakan suatu topik yang sangat hangat dan menarik untuk
diperbincangkan, didiskusikan dan diperdebatkan. Salah satu peristiwa yang sempat menyedot perhatian sebagian besar masyarakat di planet bumi ini adalah peristiwa pesta demokrasi di Amerika Serikat yang dikenal sebagai negara adidaya (negara super
power ). Dalam pesta demokrasi yang sangat fantastis dan penuh persaingan yang amat
ketat tersebut terpilihlah Barak Hussein Obama, putera keturunan Afrika-Amerika sebagai presiden Amerika Serikat yang ke-44. Terpilihnya Presiden Barak Obama ini telah menorehkan dalam lembaran sejarah panjang Amerika Serikat sebagai orang non kulit putih pertama yang berhasil mendiami Gedung Putih sebagai lambang kekuasan negara Pamansam. Selain itu Pesiden Obama pun telah mencatatkan diri sebagai presiden Amerika Serikat yang pelantikannya dihadiri dan disaksikan oleh undangan dan penonton terbanyak (+ 2 juta orang) dengan pengamanan super ketat, (Kompas Selasa, 21/01/2009).
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Presiden Barak Obama sebagai orang non kulit putih yang notabene merupakan kelompok minoritas berhasil meraih sukses sebagai orang nomor satu di negara super power tersebut? Tentu saja ada banyak hal yang mendukung kesuksesan Presiden Obama ini. Salah satunya karena ia tampil pada saat yang tepat yakni saat rakyat Amerika dan dunia terjerumus dalam krisis dimensional yang sangat mengkhawatirkan, yang merupakan dampak dari krisis kepemimpinan yang muncul selama resim pemerintahan Presiden George W. Bush berkuasa. Dalam situasi krisis yang sedemikian parah tersebut tampillah Presiden Barak Obama sebagai orang muda yang punya idealisme untuk menjadikan Amerika Serikat mengalami lahir baru dengan mengusung tema kempanye “Perubahan” (Change We
Can Believe In ).
Dengan tema kampanye “Perubahan” ini, Presiden Barak Obama yang didukung oleh kepiaweannya sebagai seorang orator ulung dan dengan persona yang penuh pesona dan karisma telah berhasil meyakinkan dan membangkitkan pengharapan dan kerinduan rakyat Amerika serta masyarakat di seluruh belahan dunia akan suatu peradaban kehidupan yang penuh harmoni, damai, tenteram dan sejahtera. Dan bukan sebaliknya peradaban kehidupan yang penuh ketakutan, permusuhan, penderitaan, dan kesengsaraan sebagaimana telah diwariskan oleh resim pemerintahan sebelumnya melalui paham imperialismenya.
Idealisme Presiden Barak Obama ini terungkap melalui pidato yang disampaikannya ketika ia mengumumkan diri sebagai calon presiden Amerika Serikat.
Dalam pidatonya itu ia mengatakan bahwa : “Jika anda ingin bergabung dalam pencarian mustahil ini, merasa takdir telah memanggil, melihat sebagaimana saya melihat masa depan yang membentang di depan kita, merasakan sebagaimana saya merasakan bahwa sekarang telah tiba saatnya kita bangun dari tidur panjang, menanggalkan ketakutan, berbuat yang terbaik untuk melunasi hutang kita kepada generasi yang telah lewat dan generasi yang akan datang, maka saya siap menerima tugas itu dan berjalan serta bekerja bersama Anda semua. Mulai hari ini, kita akan bersama-sama menyelesaikan pekerjaan yang sangat dibutuhkan untuk mengantarkan kelahiran kebebasan baru di bumi ini” (Abdilah Toha, 2008: 129). Dalam kepemimpinan bangsa dan negara kita sebagaimana kita saksikan setiap saat, baik melalui media cetak maupun media elektronik, di mana para pemimpin kita mulai dari tataran paling atas sampai tataran paling bawah satu persatu mulai terseret ke pengadilan akibat terjerat kasus korupsi. Hal ini sangat bertentangan dengan harkat dan martabat bangsa kita sebagai bangsa yang berke-Tuhanan dan berbudaya.
Bangsa kita ini dengan pemimpin-pemimpinnya mengalami krisis integritas yang begitu parah yang patut mendapatkan perhatian serius dari berbagai elemen masyarakat untuk memperbaiki situasi ini dengan memilih pemimpin yang berintegritas baik, berkualitas, berani melakukan perubahan dan mau mengabdi serta melayani demi terwujudnya masyarakat yang makmur, tenteram, damai dan sejahtera. Oleh karena itu sangat diharapkan agar para pemimpin kita yang telah terpilih dalam pemilu tanggal, 9 April 2009 yang lalu, kiranya dapat sungguh-sungguh menunjukkan integritas dirinya sebagai pemimpin yang amanah demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Ranah kehidupan menggereja di era post-modern saat ini pun tidak terluput dari krisis-krisis serupa terutama krisis kepemimpinan yang hampir dialami dan dirasakan di setiap lembaga Gereja konkritnya lembaga religius. Dalam hal ini tidak bisa dipungkiri, bahwa lembaga-lembaga Gereja pada umumnya dan lembaga religius pada khususnya bersama para pemimpinnya, berada pada lembaga yang berpegang teguh pada hirarki nilai transenden dan sekaligus menempatkan diri sebagai pejuang dalam usaha menegakkan dan mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan bermasyarakat dan menggereja pun toh mengalami jatuh bangun.
Dalam menghadapi situasi jatuh bangun tersebut para pemimpin dan warga perlu berdiam sejenak dan bertanya dalam hati, apa sesungguhnya penyebab terjadinya semuanya itu? Jawaban atas pertanyaan ini tidak bisa dilepaskan dari manusia sebagai subyek pos-modern itu sendiri. Dalam hal ini Prasetyo (2003: 5-6) berkata:
Situasi negatif yang timbul dari era post-modern ini mengakibatkan juga adanya kelemahan dan kerapuhan pribadi, termasuk para pemimpin religius: dalam tataran kognitif berupa kekaburan sistim nilai, dalam tataran penghendakan berupa kelesuan (burn-out) dan dalam tataran afektif berupa kemenduaan hati, perang batin, keretakan yang membuat gelisah dan tidak tenang. Ini semua pada gilirannya mempengaruhi sistim motivasi seseorang, karena membentuk kekuatan batin (inner power) pada taraf yang tidak dewasa. Dari situlah mulai hilangnya segi misteri manusia, terhukum oleh budaya post-modern, atau hanya tinggal implisit. Manusia kehilangan aspek ketinggian, kedalaman dan keluasan kepribadian dan misterinya, dan inilah sesuatu yang perlu dikembalikan melalui gerak kepemimpinan religius, yakni panggilan untuk mengambil bagian dalam kepemimpinan Yesus.
Mengambil bagian dalam kepemimpinan Yesus berarti, dalam keadaan apapun ia harus selalu berusaha memimpin “bersama dan seperti Yesus”. Dalam hal ini ia harus menjadikan pola kepemimpinan Yesus sebagai model kepemimpinannya. Namun kenyataan sekarang menunjukkan, bahwa pola kepemimpinan para pemimpin Gereja, khususnya para pemimpin religius di zaman ini amat jauh dari apa yang diharapkan oleh orang-orang yang dipimpinnya, karena seringkali mereka memimpin berdasarkan apa yang menjadi obsesi pribadinya. Hal ini seringkali disebabkan oleh pemahaman para pemimpin akan arti dan makna terdalam dari kepemimpinan itu sendiri, di mana kepemimpinan bukan dipahami dan diterima sebagai sebuah fungsi untuk mengabdi dan melayani demi terwujudnya kedamaian, kerukunan, ketenteraman, kesejahteraan dan keharmonisan para anggotanya, melainkan dijadikan sebagai status, kekuasaan dan jenjang karier yang harus dipertahankan dengan menghalalkan berbagai macam cara demi kepentingan pribadi atau kelompoknya. Berkaitan dengan hal ini rasul Petrus berkata: