MU PEND AN AGAM PENDIDIK AN ILMU NATA DHA ARTA AR PRIBA MARIA TA N BARAT
MAKN NA KOMU UNIKASI T TATAP MU UKA ANTA AR PRIBA ADI DALAM M
HIDUP B BERKOM UNITAS B BRUDER-B BRUDER M MARIA TA AK BERNO ODA
(MT TB) PROPINSI KAL
IMANTAN N BARAT
SKRIP PSI Dia ajukan Untu uk Memenu uhi Salah Sa atu Syarat
Memperol eh Gelar Sa arjana Pendi idikan Progr ram Studi I lmu Pendid dikan Kekhu ususan Pend didikan Aga ama Katolik k
Oleh h Petrus Jum mvoi
NIM: 0611 24025
PR ROGRAM STUDI ILM MU PEND
IDIKAN
KEKHU USUSAN P ENDIDIKA AN AGAM MA KATOL LIK
JURUSA AN ILMU P PENDIDIK KAN
FAKULT TAS KEGU URUAN DA AN ILMU PENDIDIK KAN
UNIVERS SITAS SAN NATA DHA ARMA
YOGYAKA Y ARTA
2010
i
ii
iii PERSEMBAHAN: Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) atas perhatian, kepercayaan dan doa serta cintanya kepada penulis.
iv
MOTTO
“Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu”.(Ibr 10:9a) “Komunikasikanlah apa yang diperbuat, dan perbuatlah apa yang telah dikomunikasikan”.
(Petuah Orang tua)
v
vi
vii
ABSTRAK
Judul skripsi “MAKNA KOMUNIKASI TATAP MUKA ANTAR
PRIBADI DALAM HIDUP BERKOMUNITAS BRUDER-BRUDER
MARIA TAK BERNODA (MTB) PROPINSI KALIMANTAN BARAT ”.
Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis akan adanya permasalahan dalam komunitas para bruder Maria Tak Bernoda (MTB) propinsi Kalimantan Barat, di mana semangat kebersamaan dan persaudaraan dalam dialog dan komunikasi tatap muka antar pribadi mulai luntur. Hal ini disebabkan oleh lajunya perkembangan alat komunikasi dan informasi seperti Handphone (HP), internet, e-mail, dsb yang tidak mengenal batas. Lunturnya semangat berkomunikasi tatap muka secara pribadi, otomatis menyulitkan setiap anggota untuk memperoleh makna yang terkandung di dalamnya. Kehadiran Allah yang nyata dalam setiap pribadi, tidak lagi menjadi daya atau Roh yang menghidupkan setiap orang. Padahal, dengan komunikasi tatap muka antar pribadi setiap orang dapat mengungkapkan, perasaan, pikiran, perasaan, bahkan dirinya dengan bebas, merasa aman untuk saling meneguhkan tanpa prasangka-prasangka yang buruk.
Menanggapi permasalahan tersebut, penulis melihat pentingnya memahami dan memaknai komunikasi tatap muka antar pribadi. Oleh sebab itu penulis mengadakan penelitian di beberapa komunitas bruder Maria Tak Bernoda (MTB) propinsi Kalimantan Barat. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana para bruder Maria Tak Bernoda (MTB) menciptakan, memahami dan memaknai komunikasi tatap muka antar pribadi dalam hidup berkomunitas mereka dalam kegiatan sehari-hari. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan komunikasi tatap muka antar pribadi baru pada fungsi komunikasi tatap muka antar pribadi seperti saling mendengarkan, menyapa, saling menguatkan dan lain sebagainya, sedangkan makna komunikasi antar pribadi seharusnya sampai pada refleksi bahwa Tuhan hadir, menyapa dan meneguhkan setiap orang lewat kebersamaan dalam hidup berkomunitas. Refleksi ini akan memampukan setiap orang untuk saling memberi dan menerima setiap kekurangan dan kelebihan sesama sebagai kekayaan yang dari Tuhan datangnya.
Untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini, penulis mengusulkan program katekese model Shared Christian Praxis (SCP) sebagai usaha untuk meningkatkan cara memahami dan memaknai komunikasi tatap muka antar pribadi dalam hidup berkomunitas bagi par bruder MTB. Dengan program yang ditawarkan ini, diharapkan para bruder MTB semakin memahami arti dan memaknai komunikasi tatap muka antar pribadi dalam kehidupan mereka sehari- hari.
viii
ABSTRACT
The title of the thesis is “THE MEANING OF INTERPERSONAL
FACE-TO-FACE COMMUNICATION IN COMMUNITY LIFE OF
MARIA TAK BERNODA (MTB) FRIARS IN WEST KALIMANTAN
PROVINCE”. The background of this thesis was the writer’s concern on the
issue in the friars’ community of Maria Tak Bernoda (MTB) in West Kalimantan Province. The spirit of togetherness and brotherhood in the interpersonal face-to- face dialog and communication started to fade. This was caused by the rapid development of the communication and information device such as hand phone (HP), internet, e-mail, etc. which were unlimited. The fading spirit in the personally face-to-face communication made automatically each member difficult to achieve the meaning inside. The true presence of God in every individual did not become power or Spirit enlightening every person. Whereas with interpersonal face-to-face communication everyone could express feeling, thought and even him self freely, feeling safe to strengthen each other without negative prejudices.
Perceiving the issue, the writer saw the importance of understanding and interpreting interpersonal face-to-face communication. Thus, the writer held research in some friar communities of Maria Tak Bernoda (MTB) in West Kalimantan province. This research aimed to know how far the friars of Maria Tak Bernoda (MTB) create, understand and interpret interpersonal face-to-face communication in their community’s daily life. The result of the research showed that the interpretation of interpersonal face-to-face communication was just on the functions of interpersonal face-to-face communication such as listening each other, greeting, strengthen each other and so on. Meanwhile, the meaning of interpersonal communication should reach on the reflection that God presented, greeted and strengthened everyone through togetherness in community life. This reflection would enable everyone to take and give each other’s good and flaw as abundances from God.
Following up the result of this research, the writer proposes the Shared
Christian Praxis (SCP)-modeled catechism program as an attempt to increase the
understanding and interpretation of interpersonal face-to-face communication in community life for the MTB’s friars. By the proposing program the MTB’s friars are expected to understand more the meaning of and interpret interpersonal face- to-face communication in their daily life.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada-Mu ya Allah, atas kasih dan cinta, berkat dan kesetiaan-Mu yang senantiasa membimbing, menyertai dan memberkati usaha-usaha penulis, sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik adanya. Meski dalam proses penulis banyak mengalami kesulitan, tantangan dan hambatan, namun semua itu penulis lalui dengan sikap sabar dan pantang menyerah. Skripsi ini berjudul “MAKNA KOMUNIKASI TATAP MUKA ANTAR PRIBADI DALAM HIDUP BERKOMUNITAS BRUDER-BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB) PROPINSI KALIMANTAN BARAT”. Penulis mencoba mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan makna komunikasi tatap muka antar pribadi dalam hidup berkomunitas, mengingat perkembangan alat-alat komunikasi dan media informasi dapat berdampak pada lunturnya semangat berkomunikasi dengan bertatap muka antar pribadi-pribadi yang berujung pada lemahnya semangat kebersamaan dan persaudaraan dalam hidup berkomunitas. Harapan penulis, semoga para bruder Maria Tak Bernoda (MTB) khususnya yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Barat dapat menciptakan komunitas yang solid, menyenangkan dan memberi rasa aman kepada semua anggota, sehingga komunitas merupakan tempat tumbuhnya semangat untuk saling menghargai satu sama lain dengan kekurangan dan kelebihannya. Dengan skripsi ini pula penulis bermaksud memberi sumbangan pemikiran bagi para bruder Maria Tak Bernoda (MTB) akan pentingnya dan makna komunikasi tatap muka antar pribadi melalui katekese model Shared Christian Praxis (SCP).
x Penulis menyadari penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, perhatian dan doa-doa dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, dari hati yang tulus dan iklas penulis menghaturkan limpah terima kasih kepada:
1. Drs. Suhardiyanto, SJ., selaku kaprodi yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
2. Dr. C. Putranto, SJ., selaku dosen pembimbing utama dalam skripsi ini, yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dalam membimbing penulis dari awal penyusunan sampai pertangungjawaban skripsi ini 3. Bp. P. Banyu Dewa HS, S. Ag., M.Si., selaku dosen penguji kedua dan sebagai dosen pembimbing akademik yang telah banyak membimbing penulis selama studi sampai pada pertanggungjawaban skripsi ini.
4. Bp. F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd., selaku dosen penguji ketiga yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing penulis selama penelitian, pembahasan sampai pada pertanggungjawaban skripsi ini.
5. Keluarga besar IPPAK Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai fasilitas pendukung demi memperlancar studi penulis.
6. Teman-teman angkatan (2006) yang dengan caranya masing-masing telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
xi
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv MOTTO ........................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ....................................................................... vii ABSTRAK ....................................................................................................... viii ABSTRACT ..................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ..................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xix BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1 A. Latar Belakang ...................................................................................
1 B. Rumusan Permasalahan .....................................................................
6 C. Tujuan Penulisan ................................................................................
7 D. Manfaat Penulisan .............................................................................
7 E. Metode Penulisan ...............................................................................
8
xiii
F. Sistematika Penulisan .........................................................................
8 BAB II. MAKNA KOMUNIKASI TATAP MUKA ANTAR RIBADI DAN HIDUP BERKOMUNITAS ...................................................................
11 A. Makna ................................................................................................
11 B. Komunikasi ........................................................................................
13 1. Pengertian Komunikasi Secara Umum ...............................................
13 2. Pengertian Komunikasi Tatap Muka Antar Pribadi ............................
15 a. Tempat dan waktu .........................................................................
16 b. Partisipatif .....................................................................................
16 c. Bahasa tubuh ..................................................................................
16 d. Menerima orang lain......................................................................
17 e. Jujur terhadap sendiri sendiri .........................................................
17 f. Mendengarkan dengan aktif ...........................................................
18 3. Kekuatan dan Kelemahan Komunikasi Tatap Muka Antar Pribadi ...
19 a. Kekuatan Komunikasi Tatap Muka Antar Pribadi ........................
19 b. Kelamahan Komunikasi Tatap Muka Antar Pribadi .....................
19 4. Manfaat dan Kerugian Komunikasi Tatap Muka Antar Pribadi .........
20 a. Manfaat komunikasi tatap muka antar pribadi ..............................
20 b. Kerugian komunikasi tatap muka antar pribadi .............................
21
5. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Tatap Muka Antar Pribadi
21 a. Gambaran diri dalam hubungan dengan orang lain .......................
21
xiv
xv
b. Nada suara yang disertai dengan gerak gerik ................................39 I. Pentingnya komunikasi tatap muka antar pribadi dalam hidup Berkomunitas ..........................................................................................
46 3. Responden Penelitian .........................................................................
45 2. Waktu dan tempat penelitian ..............................................................
45 1. Pendekatan Penelitian .........................................................................
45 A. Metodologi Penelitian ........................................................................
43 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN, PEMBAHASAN, LAPORAN HASIL PENELITIAN,REFLEKSI ...............................................................
43 K. Fokus Penelitian .................................................................................
41 J. Kerangka Pikir ...................................................................................
38 3. Komunitas Religius Menurut Konstitusi bruder MTB .......................
22 c. Faktor lingkungan ..........................................................................
36 2. Tujuan berdirinya kongregasi bruder MTB ........................................
36 1. Sejarah singkat berdirinya kongregasi bruder MTB ...........................
33 H. Komunitas Religius Menurut Konstitusi/Anggaran Dasar bruder Maria Tak Bernoda (MTB) ..........................................................................
31 G. Komunitas Religius Menurut Dokumen Konsili Vatikan II ..............
29 F. Makna Komunikasi Dari Segi Sosiologis ..........................................
26 E. Makna Komunikasi Dari Segi Psikologis ..........................................
23 D. Makna Komunikasi Dari Segi Kultural .............................................
23 C. Makna Komunikasi Dari Segi Teologis .............................................
46
xvi
4. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ........................70 D. Keterbatasan Penelitian .....................................................................
95 B. Katekese Umat ...................................................................................
93 3. Isi Pokok Katekese .............................................................................
92 2. Tujuan Katekese .................................................................................
92 1. Pengertian Katekese ...........................................................................
91 A. Pokok-pokok Katekese ......................................................................
84 BAB IV. SUMBANGAN KATEKESE DALAM UPAYA MEMAKNAI KOMUNKASI TATAP MUKA ANTAR PRIBADI DALAM HIDUP BERKOMUNITAS BRUDER-BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB) PROPINSI KALIMANTAN BARAT ..................................
83 E. Refleksi Kateketis ..............................................................................
55 2. Pembahasan Hasil Wawancara ...........................................................
46 5. Keabsahan Data ..................................................................................
55 1. Temuan Hasil Wawancara ..................................................................
54 C. Laporan Hasil Penelitian ....................................................................
3. Kisi-Kisi…………………………………………………. ................ 49 4. Pertanyaan-Pertanyaan Untuk Wawancara........................................
49
49 2. Definisi Operasional ...........................................................................
49 1. Definisi Konseptual ............................................................................
48 B. Definisi Konseptual, Operasional dan Pertanyaan Wawancara .........
48 6. Teknik analisis Data ...........................................................................
95
C. Model-Model Katekese ......................................................................
97 1. Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP) ................................
97 2. Katekese Model Pengalaman hidup ...................................................
99
3. Katekese Model Biblis ........................................................................ 101
4. Katekese Model Campuran ................................................................ 103
D. Upaya Katekese Dalam Memaknai Komunikasi Tatap Muka Antar Pribadi ............................................................................................... 105
1. Peranan Katekese dalam meningkatkan komunikasi tatap muka antar pribadi dalam hidup berkomunitas .......................................... 105
2. Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP) sebagai alternatif pembinaan iman dalam memaknai komunikasi tatap muka antar pribadi ................................................................................................ 107
E. Program Pembinaan Dalam Katekese ................................................ 112
1. Pengertian Program Pembinaan .......................................................... 112
2. Latar Belakang Penyusunan Program ................................................. 113
3. Tujuan Program .................................................................................. 114
4. Usulan Program Katekese................................................................... 115
5. Penjabaran Program Katekese ............................................................ 116
6. Program Katekese ............................................................................... 117
6. Contoh Persiapan Katekese ................................................................ 119 BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 134
A. Kesimpulan ........................................................................................ 134
xvii
B. Saran .................................................................................................. 137 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 139 DAFTAR LAMPIRAN: Lampiran 1: Hasil Wawancara ......................................................................... (1) Lampiran 2: Hasil Pengamatan ........................................................................ (39)
xviii
DAFTAR SINGKATAN.
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan dari Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.
B. Singkatan dokumen Gereja
CT : Catechesi Trandendae . Anjuran Aspostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada Para Uskup, Klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979
EN : Evangeli Nuntiandi. Imbauan Apostolik dari Bapa Suci PAULUS VI tentang Karya Pewartaan Injil dalam jaman Modern, 8 Desember 1975.
VC : Vita Consecrata. Anjuran Apostolik Tentang Hidup Bakti Bagi Para Religius 1996
C. Singkatan lain
AD : Anggaran Dasar Art : Artikel Br. : Bruder FB :
HP : Handphone
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
xix xx
Konst : Konstitusi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) KWI : Konfrensi Wali Gereja Indonesia MTB : Maria Tak Bernoda (Ordo ke III St. Fransiskus Assisi) PKKI : Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan Se-Indonesia PIKO : Pimpinan Komunitas Propinsial : Pimpinan propinsi SMS : Short Message Service SCP : Shared Christian Praxis.
Statuta : Penjabaran dari Konstitusi dan anggaran dasar (Bruder MTB). USD : Universitas Sanata Dharma
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah merambah
ke seluruh aspek hidup manusia tanpa mengenal usia, golongan maupun perbedaan status lainnya. Perkembangan yang seakan-akan tidak terbendungkan ini menimbulkan pertanyaan besar bagi kita, bagaimana kita menggunakanya. Harus diakui perkembangan ini di satu pihak membantu dan mempermudah kita dalam banyak hal, dengan menyediakan segala kemungkinan yang cepat, tepat dan akurat. Namun di lain pihak jika tidak digunakan dengan baik akan berdampak sebaliknya. Kenyataan ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya alat- alat komunikasi seperti Handphon (HP), Facebook (Fb) misalnya, orang dapat berkomunikasi kapan dan dengan siapa saja. Dunia yang luas terasa sempit karena orang dapat berkomunikasi tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu. Sebaliknya ruangan yang sempit dapat terasa luas karena orang tidak lagi berkomunikasi dengan bertatap muka, melainkan menggunakan alat yang canggih tersebut. Kebiasaan ini akan mengabaikan semangat kebersamaan di mana seharusnya ada keakraban karena seseorang dapat berhadapan muka untuk saling tukar pengalaman dan saling memperhatikan secara langsung.
Di tengah perkembangan yang menawarkan keuntungan dan kerugian tersebut, komunikasi tetap merupakan kebutuhan manusia untuk saling mengadakan kontak atau pembicaraan dalam hidup bersama di mana sebagai
pribadi mau menyatakan miliknya, pengalamannya, termasuk dirinya kepada pribadi lain. (Tondowijojo, 1993:1) mengatakan: “Komunikasi dipandang sebagai komponen fundamental dan vital bagi manusia sebab perkembangan kapasitas manusia dalam berpartisipasi pada maksud, keinginan, perasaan, pengetahuan, pengalamannya dengan orang lain sudah membentuk komunikasi”. Komunikasi tatap muka antar pribadi sering kali sulit dilakukan. Kesulitan ini disebabkan oleh perbedaan karakter setiap pribadi, sulit menentukan waktu dan tempat untuk bertemu dan rendahnya kemauan setiap pribadi untuk berkumpul bersama, minimnya pengetahuan tentang makna komunikasi serta memandang rendah pentingnya komunikasi tatap muka antar pribadi termasuk dalam hidup berkomunitas.
Hidup dalam komunitas sebagai seorang religius yang diikat dengan mengikrarkan kaul-kaul publik, sering kali disamakan dengan hidup seperti di komunitas-komunitas-organisasi lainnya, kos-kosan atau di asrama. Tujuan awal hidup berkomunitas sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para rasul telah menjadi keprihatinan banyak orang karena kekhasan hidup religius ini telah sarat dengan kepentingan dan hasrat cinta diri yang tak terkendalikan.
Keprihatinan ini juga menjadi keprihatinan bagi para bruder Maria Tak Bernoda (MTB), mengingat selain para anggota yang berasal dari berbagai daerah dengan perbedaan latar belakang budaya dan adat kebiasaan serta tata pergaulan, cara berpikir tingkat kesibukan pekerjaan dan pendidikan namun merasa dipanggil dan dipersatukan oleh Kristus dalam satu komunitas untuk mewujudkan cita-cita yang sama yaitu mewujudkan Kerajaan Allah di tengah
dunia masa kini. Maka para bruder Maria Tak Bernoda (MTB) berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjadikan komunikasi tatap muka sebagai sarana meningkatkan semangat hidup berkomunitas dimanapun mereka berada.
Setiap orang yang berkehendak mewujudkan persaudaraan secara sungguh- sungguh, menjadikan komunitas sebagai tempat yang aman, nyaman dan tenteram bagi siapa saja yang hidup di dalamnya, maka komunikasi tatap muka antar pribadi menjadi kunci yang mau tidak mau harus menjadi pokok agar dapat saling mengerti dan memahami apa yang menjadi tujuan dan cita-cita bersama. (Darminta, 1982:7) mengatakan “hidup bersama merupakan hidup dalam persekutuan di mana orang sanggup dan rela untuk saling membantu, menopang, menghibur dan memberi semangat maupun saling memberi koreksi. Dasar dari semua ini adalah cinta, sebab manusia dipanggil untuk hidup mencinta”. Dari pernyataan ini komunikasi menjadi keharusan bagi siapa saja karena tanpa komunikasi, kesepakatan mustahil dapat tercapai dengan baik.
Dalam skripsi ini penulis memaparkan tentang makna komunikasi tatap muka antar pribadi kapan dan di manapun mereka saling berjumpa untuk berbagi informasi dan pengetahuan. Saat-saat penting seperti bimbingan pribadi dengan pimpinan komunitas, bimbingan dengan propinsial dalam visitasinya, atau dengan sesama saudara yang dianggap mampu. Melalui kegiatan bersama di komunitas seperti rekreasi bersama, olahraga bersama, maupun melalui obrolan / percakapan bersama yang menyegarkan. Hal ini penting bagi penulis, karena memberi perhatian kepada lawan bicara sangat menentukan kualitas isi pembicaraan yang terjadi saat itu, sehingga kebersamaan dalam komunitas semakin meneguhkan
setiap pribadi di samping kita menghargai segala keunikan setiap anggota komunitas.
Dalam usaha meningkatkan semangat hidup berkomunitas, tidak terlepas dari komunikasi tatap muka antar pribadi dari setiap anggota komunitas. Setiap orang menghendaki dan berusaha agar pikiran, perasaan, kebutuhan, maksud dan tujuannya dimengerti dan dipahami oleh orang lain, dengan demikian orang lain hanya dapat memahami, mengerti kebutuhan sesama jika ada komunikasi. Supaya kebutuhan itu dipahami dengan jelas, maka komunikasi tatap muka antar pribadi menjadi pilihan utama untuk menghindari kesalahpahaman karena perbedaan- perbedaan yang dimiliki setiap orang. Dengan demikian komunikasi tatap muka antar pribadi membangkitkan agar semangat hidup bersama semakin terwujud dalam persaudaraan sehari-hari. Philip dan Hunsaker (1992:5) mengatakan:
“dalam pergaulan kita dengan orang lain, tidak jarang kita mengalami ketidakberesan dalam komunikasi, entah kita disalah mengerti oleh orang lain atau kita salah tangkap maksud mereka. Tidak jarang pula kata-kata atau kalimat kita disalah tafsirkan atau kurang dipahami oleh orang yang kita ajak bicara atau sebaliknya kita salah tafsir atau tidak menangkap ucapan mereka secara penuh, entah karena isi atau cara mereka mengatakannya”.
Menyimak pernyataan di atas, komunikasi tatap muka antar pribadi kini menjadi hal yang menantang penulis untuk mengangkat tema ini. (Lunandi, 1987:15) mengatakan “komunikasi dalam situasi tatap muka tidak terbatas pada berbicara, tetapi bagaimana kemampuan kita untuk mendengar, sehingga umpan- baliknyapun mengena”. Maka sangat diharapkan para anggota bruder Maria Tak Bernoda (MTB) menyadari bahwa komunikasi tatap muka antar pribadi sangat
berperan dalam meningkatkan semangat hidup berkomunitas. Komunikasi tatap muka antar pribadi tidak sekedar memberi perhatian pada lawan bicara, tetapi secara tidak langsung menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai satu kesepakatan atau untuk meneruskan informasi kepada yang lain dengan tepat, cepat dan akurat. Komunikasi ini hendaknya keluar dari kesadaran setiap pribadi bukan karena keterpaksaan atau keharusan dari pihak lain. Kedua unsur inilah yang menjadi titik terang dari penulisan skripsi ini.
Dengan komunikasi tatap muka seseorang dapat meminimalisir sifat individualisme yang selama ini tumbuh dan berkembang dalam dirinya dan dapat menumbuhkan kepekaan untuk mendengarkan, membaca kebutuhan orang lain, serta semakin meneguhkan satu dengan yang lain dalam visi dan misi yang sama.
Komunikasi yang baik, apabila pesan yang disampaikan oleh pembicara dapat ditangkap dengan jelas oleh lawan bicara sehingga tujuan komunikasi itu tercapai. Oleh sebab itu, setiap bruder berusaha menumbuhkan semangat berkomunikasi tatap muka antar pribadi agar setiap pribadi dengan kekurangan dan kelebihannya dapat saling meneguhkan, seperti yang ditekankan dalam statuta kongregasi bruder Maria Tak Bernoda (MTB) (Statuta, 2003: art. 30) :
“sejauh kemampuan kita, kita berusaha membantu setiap saudara untuk menghayati selibatnya dengan: saling membantu dengan ikhlas di dalam kesulitannya, berkreatif menciptakan suasana hidup komunitas menjadi tempat kediaman yang aman, meneguhkan, tempat meminta pertolongan sekaligus tempat yang menantang perwujudan diri, menciptakan keterbukaan untuk perwujudan penyerahan diri secara otentik sebagai religius, saling mengampuni dan mengakui kesalahan, saling mendengarkan, bertemu dan menemui serta mendukung keputusan bersama,
menjauhkan kritikan atau sindiran, ketidak-pedulian, sikap menyendiri, menutup diri yang melemahkan semangat persaudaraan kita”.
Semangat hidup berkomunitas yang dijiwai oleh saling mendengarkan, mengampuni, meneguhkan dan tempat untuk meminta pertolongan adalah perwujudan dari kasih Allah yang hadir ditegah mereka.
Dengan memperhatikan antara yang ideal menurut statuta kongregasi dan kenyataan yang terjadi dalam hidup sehari-hari, maka penulis mengulas komunikasi tatap muka antar pribadi ini sebagai sumbangan penulis kepada kongregasi sekaligus menjadi bahan koreksi dalam hidup berkomunitas. Harapan penulis semoga semua ini dapat mempersatukan semua bruder dalam satu komunitas yang solid sehingga dapat mewartakan kasih Allah di tengah umat dimanapun mereka berada.
Komunikasi tatap muka antar pribadi ini akan disosialisasikan dalam bentuk pendalaman iman dengan model Shared Christian Praxis (SCP). Katekese model Shared Christian Praxis (SCP) ini penulis angkat mengingat model ini mampu memotivasi anggotanya untuk saling berkomunikasi. Dengan demikian dalam katekese ini secara tidak langsung komunikasi antar pribadi sudah berlangsung.
B. Rumusan Permasalahan 1.
Apa yang dimaksudkan dengan komunikasi tatap muka antar pribadi dalam hidup berkomunitas dan apa maknanya bagi para bruder Maria Tak Bernoda (MTB)?
2.
Apa yang menjadi tantangan dan hambatan para bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dalam melaksanakan komunikasi tatap muka dalam komunitas? 3. Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh Bruder untuk meningkatkan komunikasi tatap muka antar pribadi dalam hidup berkomunitas?
C. Tujuan Penulisan 1.
Membantu para bruder Maria Tak Bernoda (MTB) menyadari arti penting dan makna komunikasi tatap muka antar pribadi dalam hidup berkomunitas.
2. Membantu para Bruder MTB mengatasi kesulitan dan tantangan dalam hal berkomunikasi.
3. Memberi sumbangan dan permenungan bagi para bruder Maria Tak Bernoda (MTB) tentang pentingnya makna komunikasi tatap muka dalam hidup berkomunitas
D. Manfaat Penulisan 1.
Memberi sumbangan bagi para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) agar mampu menemukan makna komunikasi tatap muka antar pribadi dalam hidup berkomunitas 2. Agar para bruder Maria Tak Bernoda (MTB) mampu berkomunikasi tatap muka dengan baik dalam hidup berkomunitas sehingga komunitas menjadi tempat yang nyaman, menyenangkan membahagiakan dan tempat untuk meneguhkan panggilan sesama anggota.
3. Menjadi bahan refleksi penulis sebagai bruder Maria Tak Bernoda (MTB)
E. Metode Penulisan Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatatif.
Pendekatan ini merupakan suatu paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, perilaku atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam melalui wawancara untuk memperoleh data.
Sedangkan penulisan menggunakan metode deskriptif-kualitatif untuk menggambarkan secara faktual keadaan yang terjadi khususnya komunikasi tatap muka antar pribadi dalam komunitas kongregasi bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, penulis mewawancarai para Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) khususnya mereka yang berdomisili di Kalimantan Barat.
Mengingat penulis selama studi di Prodi IPPAK Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, maka penulis mencoba mencari bentuk katekese yang dapat membantu meningkatkan kesadaran para bruder Maria Tak Bernoda (MTB) akan arti penting dan makna komunikasi tatap muka antar pribadi, sehingga semangat hidup berkomunitas semakin lebih baik.
F. Sistematika Penulisan
Judul skiripsi yang akan dipilih adalah “MAKNA KOMUNIKASI TATAP
MUKA ANTAR PRIBADI DALAM HIDUP BERKOMUNITAS BRUDER-
BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB) PROPINSI KALIMANTAN
BARAT”. Judul ini akan diuraikan dalam lima bab:Bab I: PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II: Pada bab ini penulis akan memaparkan sedikitnya lima bagian pokok: pertama pengertian Makna, kedua pengertian komunikasi secara umum dan secara khusus yaitu komunikasi tatap muka antar pribadi, dan hal–hal yang perlu diperhatikan seperti tempat dan waktu, partisifatif, bahasa tubuh, menerima orang lain, jujur terhadap diri sendiri dan mendengarkan dengan aktif. Kekuatan dan kelemahan komunikasi tatap muka antar pribadi. Manfaat dan kerugian komunikasi tatap muka antar pribadi. Faktor yang mempengaruhi komunikasi tatap muka antar pribadi meliputi gambaran diri dalam hubungan dengan orang lain, nada suara yang disertai dengan gerak-gerik dan faktor lingkungan. Ketiga, komunitas Religius menurut Dokumen Konsili Vatikan II Keempat Komunitas Religius menurut Konstitusi dan Anggaran dasar Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang meliputi: sejarah singkat berdirinya tarekat Bruder, tujuan berdirinya kongregasi Bruder MTB dan komunitas religius menurut konstitusi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB). Dan kelima Pentingya komunikasi tatap muka dalam hidup Berkomunitas.
BAB III: Dalam bab ini, penulis akan menguraikan paling sedikit tiga pokok penting: pertama metodologi penelitian yang meliputi: pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, keabsahan data (validitas dan reliabelitas) dan teknik analisis data. Kedua : Definisi konseptual, definisi
operasional, kisi-kisi dan pertanyaan untuk wawancara dari Judul skripsi Makna Komunikasi Tatap Muka Antar Pribadi Dalam Hidup Berkomunitas. Ketiga adalah laporan hasil penelitian yang meliputi: temuan dari hasil wawancara, pembahasan hasil wawancara, keempat keterbatasan penelitian, Kelima adalah refleksi kateketis dari hasil penelitian.
BAB IV: Berbicara tentang sumbangan katekese dalam upaya meningkatkan komunikasi tatap muka antar pribadi dalam hidup berkomunitas Bruder Maria Tak Bernoda (MTB), propinsi Kalimantan Barat meliputi: lima bagian. Pertama pokok-pokok katekese, terdiri dari pengertian katekese, tujuan katekese, isi pokok katekese. Kedua katekese umat. Ketiga model-model katekese terdiri dari: Katekese model Shared Christian Praxis (SCP), katekese model pengalaman hidup, katekese model biblis dan katekese model campuran pengalaman hidup dan biblis. Keempat upaya katekese dalam memaknai komunikasi tatap muka antar pribadi dalam hidup berkomunitas yang terdiri dari peranan katekese dalam meningkatkan komunikasi tatap muka antar pribadi dalam hidup berkomunitas, kastekese Model Shared Christian Praxis (SCP) sebagai alternatif pembinaan iman dalam memaknai komunikasi tatap muka antar pribadi.
Kelima program pembinaan dalam katekese, yang terdiri dari: pengertian program
pembinaan, latar belakang penyusunan program, tujuan program, usulan program, penjabaran program dan contoh persiapan katekese.
BAB V: Penutup. Bagian penutup adalah kesimpulan dan saran dari seluruh hasil yang telah disajikan dari pendahuluan BAB I – BAB IV.
BAB II MAKNA KOMUNIKASI TATAP MUKA ANTAR PRIBADI DALAM HIDUP BERKOMUNITAS Pada bab ini penulis akan memaparkan sedikitnya empat bagian pokok:
pertama pengertian Makna, kedua pengertian komunikasi secara umum dan
secara khusus yaitu komunikasi tatap muka antar pribadi, dan hal–hal yang perlu diperhatikan seperti tempat dan waktu, partisipatif, bahasa tubuh, menerima orang lain, jujur terhadap diri sendiri dan mendengarkan dengan aktif. Kekuatan dan kelemahan komunikasi tatap muka antar pribadi serta manfaat dan kerugian komunikasi tatap muka antar pribadi. Faktor yang mempengaruhi komunikasi tatap muka antar pribadi meliputi gambaran diri dalam hubungan dengan orang lain, nada suara yang disertai dengan gerak-gerik dan faktor lingkungan. ketiga, komunitas Religius Menurut Konsili Vatikan II. Keempat Komunitas Religius menurut Konstitusi dan Anggaran dasar Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang meliputi: latar belakang berdirinya tarekat Bruder MTB, tujuan berdirinya tarekat dan komunitas menurut konstitusi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB).
A. Makna.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) makna adalah hasil pengolahan kata yang bertautan dengan perasaan.
Dalam pengertian lain, makna adalah usaha memberi arti pada suatu pengalaman sehingga mendapat pengertian baru atau nilai baru dari suatu pengalaman.
11 Dengan demikian, makna adalah nilai sebuah pengalaman yang telah diolah dan direfleksikan sehingga memberi pengertian baru secara positif dalam hidup setiap orang.
Berbicara makna, artinya berbicara dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan judul yang penulis garap tentang makna komunikasi tatap muka antar pribadi dalam hidup berkomunitas. Oleh sebab itu penulis membatasi makna komunikasi ini dipandang dari sudut pandang religius. Makna komunikasi tatap muka antar pribadi ini dilihat dari aspek pemahaman, dialog dalam bentuk bimbingan dengan pimpinan komunitas atau propinsial, melalui kegiatan bersama dalam komunitas seperti rekreasi bersama maupun dalam percakapan/obrolan yang menyegarkan. Kehadiran Allah ditemukan dalam maupun lewat diri sesama, melalui kegiatan maupun percakapan bersama. Menerima keunikan setiap pribadi dengan kekurangan dan kelebihannya adalah ungkapan mensyukuri pemberian Allah. Demikian juga dengan mentaati keputusan-keputusan pemimpin merupakan ketaatan kepada Allah.
Sebagai seorang religius, komunikasi mengandaikan ada ketulusan hati, jujur terhadap diri sendiri dan terhadap sesama. Pesan yang dikomunikasikan hendaknya tulus dan murni dari lubuk hati yang paling dalam, sungguh-sungguh menyuarakan suara hati dalam menyatakan ide, gagasan pendapat maupun memberi apresiasi kepada sesama.
B. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Secara Umum.
Komunikasi berasal dari bahasa latin, yakni “Communicare”, yang berarti “membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian kepada seseorang, tukar-menukar, membicarakan sesuatu dengan seseorang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman” (Harjana, 2003:10). Komunikasi dimulai dengan adanya sebuah gagasan dari seorang yang dikirim kepada orang lain melalui media tertentu.
Menurut Gilarso (1996:44), komunikasi adalah “Suatu proses timbal balik antara dua orang atau lebih, dimana yang seorang memberi informasi dan yang lain terbuka untuk menerima informasi”. Tampak di sini ada suatu syarat yang harus ada dalam sebuah komunikasi, yaitu ada yang berbicara untuk menyampaikan berita, sedangkan yang lain siap mendengarkan dan memberi tanggapan sehingga keduanya saling memerima dan mengerti.
Marhaeni Fajar (2009:31) istilah komunikasi atau comminication berasal dari bahasa latin, yaitu communicare yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama-sama. Dengan demikian komunikasi menurut Lexicographer “Komunikasi menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan”. Dengan demikian, komunikasi adalah proses pengoperan suatu berita dari seseorang kepada pihak lain untuk mendapat pengertian dan pemahaman baru.
Komunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang untuk membangun relasi dengan sesamanya. Melalui komunikasi seseorang dapat menyatakan atau mengungkapkan emosi, milik, kebutuhan termasuk dirinya sendiri kepada orang lain. Namun pada kenyataannya tidak selamanya pesan, kebutuhan, pengungkapan diri yang dikomunikasikan itu sampai pada pendengar dengan baik dan utuh karena berbagai macam hambatan dan keterbatasan yang ada dalam diri setiap orang. Persoalan ini juga terjadi dalam komunitas bruder Maria Tak Bernoda (MTB), banyak dari mereka belum mampu memaknai berkomunikasi secara baik. Karena komunikasi merupakan interaksi antar pribadi, maka komunikasi perlu digunakan seefektif mungkin dan dimaknai, agar komunikasi yang terjadi antar pribadi dapat membangun hidup berkomunitas oleh para bruder Maria Tak Bernoda (MTB).
Pentingnya komunikasi tatap muka antar pribadi antara lain: membantu perkembangan intelektual dan sosial kita, membentuk identitas atau jati-diri.
(Supratiknya 1995:9). Sebab selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar atau tidak, kita telah mengamati, memperhatikan, mendengarkan dan mencatat dalam hati semua tanggapan dan pandangan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita maupun terhadap sesama. Dengan berkomunikasi kita dapat pula mengetahui pandangan seseorang terhadap suatu benda atau peristiwa yang terjadi di sekitar kita yang dapat memperkaya pengetahuan kita. Dengan komunikasi dengan orang lain, kita dapat menemukan kekurangan dan kelebihan lawan bicara, dan dapat membantu kita mengenal siapa diri kita sebenarnya.
Komunikasi yang baik dapat juga memupuk kerja sama, saling memberi dan menerima kekurangan dan kelebihan sehingga setiap orang mendapat kesempatan yang sama untuk maju dan berjuang mencapai cita-cita hidup bersama.
2. Pengertian Komunikasi Tatap Muka Antar Pribadi
Yang dimaksudkan dengan Komunikasi tatap muka antar pribadi adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dua orang atau lebih dalam bentuk dialog maupun melalui kegiatan bersama dengan medium utama adalah kata-kata dan pribadi yang bersangkutan pada tempat dan waktu bersama.
Dedy Mulyana (2005:70) mengemukakan bahwa “ komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal”. Secara verbal artinya dengan kata-kata baik secara lisan maupun tertulis untuk mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan atau maksud, menyampaikan fakta, data, informasi serta menjelaskannya. Sedangkan non verbal yaitu komunikasi menggunakan bahasa tubuh, gerakan, ekspresi mata. (Dedy Mulyana, 2005:73).
Komunikasi tatap muka antar pribadi yang dimaksudkan di sini adalah sebuah pertemuan untuk menyampaikan suatu berita maupun pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan komunitas. Agar komunikasi tatap muka dapat berjalan dengan baik, maka perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Tempat dan waktu
Komunikasi tatap muka antar pibadi mengandaikan pribadi-pribadi berada pada satu tempat dan waktu yang bersamaan. Hal ini dimaksudkan supaya isi pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat ditangkap dengan jelas oleh penerima. Tempat yang dipilih hendaknya mendukung dan waktu disesuaikan dengan situasi agar tujuan pembicaraan atau proses komunikasinya tercapai.
b. Partisipatif.
Perkembangan pribadi seseorang secara penuh justru kalau semakin terlibat dalam interaksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi, seseorang membutuhkan komunikasi yang baik. Komunikasi akan terjalin dengan baik jika seseorang mampu berpartisipatif secara penuh, terlibat langsung dalam pembicaraan dan mampu memberi sumbangan demi perkembangan tersebut. Komunikasi tatap muka mengandaikan seseorang mampu terlibat penuh dalam pengambilan keputusan dengan memberi sumbangan atau masukkan terhadap suatu permasalahan, tetapi juga mampu menerima keputusan orang lain.
c. Bahasa Tubuh.