bab iv gambaran umum lampung timur doc ipb bogor

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Letak Geografi

Secara geografi wilayah Kabupaten Lampung Timur terletak pada 105o15’
– 106o 20’ Bujur Timur dan 4o37’–5o 37’ Lintang Selatan dengan luas wilayah
administrasi sekitar 3,948.14 km2. Batas-batas administratif Kabupaten Lampung
Timur meliputi: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah,
sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah barat berbatasan dengan Kota
Metro dan Kabupaten Lampung Tengah, dan sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Lampung Selatan.
Satuan Wilayah Administrasi

Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor
12 tahun 1999, yang secara resmi menjadi kabupaten tanggal 27 April 1999.
Awalnya secara administrasi meliputi 10 kecamatan definitif, 13 kecamatan
pembantu yang terdiri dari 232 desa. Dengan Peraturan Pemerintah nomor 46
tahun 1999, kecamatan pembantu Margatiga dan Sekampung Udik ditingkatkan
menjadi definitif. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah No. 01 tahun 2001 dan
Keputusan Bupati Lampung Timur nomor 13 tahun 2001 dibentuk 11 kecamatan
tambahan sehingga menjadi 23 kecamatan definitif.


Selanjutnya dengan

Keputusan Bupati Lampung Timur nomor 19 tahun 2001 dan nomor 06 tahun
2002 maka jumlah desa sebanyak 232 desa definitif dan 3 desa persiapan.
Akhirnya tahun 2006 jumlah kecamatan di Kabupaten Lampung Timur
dimekarkan lagi menjadi 24 buah kecamatan, dengan jumlah desa sebanyak 241
desa dan 5 kelurahan. Peta Administrasi Lampung Timur dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Geologi dan Bahan Induk

Menurut hasil penelitian Bappeda Kabupaten Lampung Timur (2006),
dengan berdasarkan Peta Geologi skala 1:250.000 lembar Tanjungkarang,
Sumatera (1110) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1978) dan lembar
Menggala, Sumatera (1111) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1978)
daerah Kabupaten Lampung Timur termasuk dalam 3 formasi geologi utama yaitu

43
Formasi Qal, Qlv, dan Qb. Semuanya termasuk dalam formasi geologi yang
tergolong muda (Kuarter).
a. Formasi Qal, merupakan formasi endapan aluvial dan marin, terdiri dari bahan

bongkah, kerikil, pasir, lanau, lumpur, dan lempung dengan sisipan tumbuhan.
Penyebarannya dijumpai di sepanjang jalur sungai-sungai utama dan sepanjang
garis pantai. Di daerah pantai timur Kabupaten Lampung Timur formasi ini
dijumpai di dataran pasang surut dan komplek beting (pesisir pantai).
b. Formasi Qlv, merupakan Formasi Tuf Lampung yang menutupi sebagian besar
daerah lahan kering di wilayah Kabupaten Lampung Timur.

Formasi ini

merupakan endapan yang diendapkan dalam lingkungan marin yang bercampur
dengan endapan marin halus. Tuf Lampung ini mempunyai komposisi bahan
halus (liat) sampai kasar (pasir) yang mengandung gelas dan batu apung. Pusat
dari erupsi tuf ini berada di Teluk Lampung, sehingga keadaan tuf semakin ke
arah utara semakin berkurang.
c. Formasi Qb, merupakan Formasi Basal Sukadana yang termasuk dalam
kelompok volkan intrusi atau merupakan batuan terobosan. Formasi ini tersebar
sebagai dataran datar sampai bukit-bukit kecil yang berada di sekitar Sukadana
yang secara umum membentuk pola arah barat laut-tenggara.

Basal ini


mempunyai umur yang sedikit lebih tua dari Tuf Lampung, sehingga sebagian
formasi ini tertutup oleh formasi Tuf Lampung tersebut.

Formasi basal ini

mempunyai pola berupa bukit-bukit kecil yang tersebar dan terisolir di beberapa
tempat yang terpisah. Komposisi batuan sebagain besar terdiri dari basal olivin.
Bentuk Lahan

Menurut hasil penelitian Bappeda Kabupaten Lampung Timur (2006)
dengan berdasarkan pedoman klasifikasi landform menurut Marsoedi et al. (1997)
dan Desaunetes (1977), daerah Kabupaten Lampung Timur dibedakan menjadi 6
grup yakni aluvial, marin, fluvio marin, volkanik, tektonik/struktural, dan grup
lain-lain.

Secara lengkap masing-masing grup landform beserta luasannya

disajikan pada Tabel 10 dibawah ini.
a. Grup aluvial, di Kabupaten Lampung Timur landform ini termasuk dalam sub

grup dataran banjir, jalur aliran sungai, dataran aluvial, dan depresi aluvial dengan
bentuk wilayah datar dengan lereng 0-3%.

Landform ini terbentuk karena

44
pengendapan dari bahan-bahan endapan sungai yang terdiri dari kerikil, pasir,
debu, dan liat.

Penyebaran utamanya di sepanjang jalur aliran sungai yang

membentuk hamparan dataran banjir di kanan kiri sungai, di daerah cekungan dan
daerah rendah.
b. Grup Marin, terbentuk oleh aktivitas marin (laut) yang berupa endapan bahan
marin.

Di Kabupaten Lampung Timur grup ini terdiri dari punggung dan

cekungan pesisir marin resen dan subresen, dataran pasang surut lumpur, dan rawa
belakang pasang surut dengan bentuk wilayah datar sampai agak datar, lereng 1-3

%. Penyebarannya terdapat di bagian pantai sampai beberapa kilometer dari garis
pantai ke daratan.
c. Grup Fluvio-marin, terbentuk oleh proses fluvial (sungai) dan marin (laut). Di
Kabupaten Lampung Timur landform ini digolongkan sebagai dataran fluvio
marin dengan relief datar, lereng 0-3%. Penyebarannya terdapat di beberapa
lokasi yang merupakan daerah peralihan antara rawa belakang pantai dan beting
yang merupakan punggung dan cekungan pesisir subresen dengan daerah aluvial
dan dataran.
d. Grup Volkanik, landform ini membentuk dataran hingga perbukitan yang
tersebar di beberapa tempat secara terpisah. Hal merupakan ciri batuan terobosan
yang menerobos formasi yang lain. Grup ini membentuk dataran volkan dan
perbukitan volkan agak datar hingga berbukit kecil, lereng 1-25%.
e. Grup Tektonik/Struktural, merupakan landform yang terbentuk dari Tuf
Lampung yang bersusunan bahan halus (liat) hingga kasar (pasir) dan selanjutnya
telah mengalami proses tektonisme yaitu proses pengangkatan, pelipatan, patahan,
dan pengikisan/erosi. Di Kabupaten Lampung Timur, proses ini membentuk sub
grup dataran agak datar hingga berombak. Penyebarannya hampir merata di
seluruh wilayah Lampung Timur, terutama di bagian lahan kering. Sedangkan
sub grup yang berasal dari bahan skis dan granit membentuk dataran berombak
hingga berbukit kecil, lereng 3-25%.

daya Kabupaten Lampung Timur.

Penyebarannya terdapat di bagian barat

45
Tabel 10 Bentuk lahan di Kabupaten Lampung Timur
Bentuk Lahan

Luas
Ha

GRUP ALUVIAL (A)
- Dataran banjir pada sungai meander
- Jalur aliran sungai meander
- Dataran aluvial
- Jalur aliran sungai bukan meander
- Depresi aluvial
GRUP MARIN (M)
- Punggung dan cekungan pesisir resen
- Punggung dan cekungan pesisir subresen

- Beting pasir pantai
- Pesisir lumpur
- Rawa belakang pasang surut
GRUP FLUVIO MARIN (B)
- Dataran fluvio marin
GRUP VOLKAN (V)
- Dataran volkan
GRUP TEKTONIK/ STRUKTURAL (T)
- Dataran tektonik
- Perbukitan tektonik
GRUP LAIN-LAIN (X)
- Taman Nasional
- Tubuh air
Total Luas Wilayah

%

7,545.41
1,523.89
10,022.48

814.85
3,336.98

1.91
0.39
2.54
0.21
0.85

3,903.55
5,173.77
130.03
3,614.43
6,708.49

0.99
1.31
0.03
0.92
1.70


13,983.09

3.55

158,298.92

30.04

90,051,56
9,575.94

22.83
2.43

120,026.50
107.27
394,814.77

30.28

0.02
100

Sumber : Peta Satuan Lahan, Bappeda Kabupaten Lampung Timur Tahun 2006.

Topografi

Kondisi topografi di Lampung Timur secara umum meliputi kelas
kelerengan datar, berombak, bergelombang, dan berbukit kecil. Sebagian besar
daerah di Lampung Timur memiliki topografi datar dan berombak. Topografi
datar mencapai luasan 100,546.09 ha atau 25.47% dari total luas wilayah
Kabupaten Lampung Timur (Tabel 11). Wilayah dengan kelerengan sebagian
besar datar mencakup Kecamatan Pasir Sakti, Labuhan Maringgai, Purbolinggo,
Pekalongan, dan Batang hari. Sedangkan Topografi berombak mencapai luasan
124,468.23 ha atau mencapai 31.53%. Wilayah dengan kelerengan sebagian besar
berombak meliputi kecamatan Sukadana, Labuhan Ratu, Metro Kibang, Marga
Sekampung, dan Way Jepara.

46
Wilayah dengan topografi bergelombang terdapat di kecamatan Bandar

Sribawono, Melinting, dan Waway Karya.

Luasan total wilayah dengan

kelerengan bergelombang mencapai 47,407.67 ha atau 12.01% dari luasan
wilayah Lampung Timur. Topografi berbukit kecil merupakan topografi dengan
luasan terkecil, yaitu seluas 2,259.01 ha atau 0.57% dari luas total Kabupaten
Lampung Timur. Topografi ini tersebar di beberapa Kecamatan antara lain Bumi
Agung, Sukadana, Sekampung Udik, Bandar Sribawono, Marga Sekampung,
Melinting, dan Jabung.
Tabel 11 Kelas lereng beserta luasannya di Kabupaten Lampung Timur
No.

Kelerengan

Luas (Ha)

%

1

Berbukit kecil (16-25%)

2,259.01

0.56

2

Bergelombang (8-15%)

47,407.67

12.01

3

berombak (3-8%)

124,468.23

31.53

4

Datar (0-3%)

100,546.09

25.57

5

Taman Nasional Way Kambas dan tubuh air

120,133.77

30.43

394,814.77

100

(tidak diolah)
Jumlah

Sumber : Peta Satuan Lahan, Bappeda Kabupaten Lampung Timur Tahun 2006

Jenis Tanah

Berdasarkan data dari Bappeda Kabupaten Lampung Timur (2006), tanahtanah di daerah survei diklasifikasikan menurut Soil Taxonomy 2003 pada tingkat
ordo sebagai berikut: Alfisols, Entisols, Histosols, Inceptisols, dan Ultisols.
Secara lengkap klasifikasi tanah di Kabupaten Lampung Timur dicantumkan pada
Tabel 12.
Tabel 12 Jenis tanah di daerah Kabupaten Lampung Timur

Ordo
Alfisols

Klasifikasi Tanah
Soil Taxonomy (2003)
Subordo
Grup
Subgrup
Udalfs
Hapludalfs
Typic Hapludalfs

Entisols

Aquents
Fluvents

Histosols

Hemists
Saprists

Psammaquents
Sulfaquents
Endoaquents
Udifluvents
Sulfihemists
Haplomemists
Haplosaprists

Typic Psammaquents
Typic Sulfaquents
Typic Endoaquents
Typic Udifluvents
Terric Sulfihemists
Terric Haplomemists
Terric Haplosaprists

PPT (1983)
Mediteran Haplik
Regosol Distrik
Gleisol Tionik
Gleisol Ditrik
Aluvial Distrik
Organosol Tionik
Organosol Hemik
Organosol Saprik

47
Tabel 12 lanjutan
Klasifikasi Tanah
Soil Taxonomy (2003)
Ordo
Subordo
Grup
Subgrup
Sulfic Endoaquepts
Endoaquepts
Inceptisols
Aquepts
Fluvaquentic Endoaquepts
Aeric Endoaquepts
Typic Endoaquepts
Dystrudepts
Udepts
Typic Dystrudepts
Eutrudepts
Typic Eutrudepts
Ultisols
Udults
Kandiudults
Typic Kandiudults
Kanhapludults
Typic Kanhapludults
Hapludults
Typic Hapludults
Sumber: Bappeda Kabupaten Lampung Timur, 2006

PPT (1983)
Gleisol Tionik
Gleisol Fluvik
Gleisol Aerik
Gleisol Distrk
Kambisol Distrik
Kambisol Eutrik
Podsolik Kandik
Podsolik Kandik
Podsolik Haplik

Iklim

Iklim wilayah Kabupaten Lampung Timur berdasarkan Sistem Klasifikasi
Iklim Schmidt dan Ferguson termasuk dalam kategori iklim B, yang dicirikan oleh
adanya bulan basah selama 6 bulan (Desember – Juni) dengan temperatur rata-rata
berkisar 24 -34 oC. Curah hujan rata-rata tahunan berkisar 2000 – 2500 mm.
Sedangkan menurut Sistem Klasifikasi Iklim Oldeman, iklim Kabupaten
Lampung Timur termasuk tipe C2 dengan jumlah bulan basah 5-6 bulan dan bulan
kering 2-3 bulan.

Untuk tahun 2005, kondisi curah hujan pada beberapa

pengamatan stasiun iklim yang ada di Kabupaten Lampung Timur disajikan pada
Lampiran 7.
Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Timur akhir tahun 2005 sebanyak
919,017 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 462,362 jiwa dan perempuan
sebanyak 455,655 jiwa. Angka ini menempatkan Lampung Timur pada peringkat
ketiga di Propinsi Lampung dalam hal jumlah penduduk setelah Lampung Selatan
dan Kabupaten Lampung Tengah.

Bila jumlah penduduk pada tahun 2005

dibandingkan dengan angka hasil sensus penduduk tahun 2000 yang jumlahnya
tercatat sebesar 869,428 jiwa, terjadi peningkatan sekitar 5,7 persen atau sekitar
49,589 jiwa. Peningkatan yang cukup besar nampaknya terjadi dalam kurun
waktu 2001-2002 di mana dari 5.7 persen penambahan diatas, sekitar 2.57 persen
(22,331 jiwa) diantaranya terjadi dalam kurun waktu tersebut.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Lampung Timur rata-rata sebesar 173
jiwa per km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per desa sebanyak 3,782 jiwa.

48
Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terpadat yaitu Kecamatan
Sekampung Udik dengan jumlah penduduk sebesar 65,866 jiwa dan kepadatan
penduduk sebesar 194 jiwa per km2. Sementara itu kecamatan yang paling sedikit
jumlah penduduknya adalah Kecamatan Bumi Agung dengan jumlah penduduk
sebesar 16,637 jiwa namun dengan kepadatan penduduk yang lebih besar yaitu
227 jiwa per kilometer persegi.
Dilihat dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, rasio kelamin (sex
ratio) penduduk Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2005 tercatat sebesar
101.69. (BPS Kab Lampung Timur, 2006).

Angka ini menunjukkan bahwa

diantara 100 jiwa penduduk wanita yang ada, terdapat sekitar 102 jiwa penduduk
laki-laki. Sedangkan dilihat dari komposisi umur penduduk, maka berdasarkan
data tahun 2005, sebagian besar penduduk Kabupaten Lampung Timur merupakan
penduduk usia produktif (15-64 tahun). Banyaknya penduduk usia produktif pada
tahun 2005 sebesar 597,372 jiwa atau 65 persen dari total penduduk.
Tabel 13 Jumlah dan persentase penduduk menurut kelompok usia dan angka
beban ketergantungan, tahun 2004 dan 2005
Kelompok Usia

2004

2005

Jumlah

%

Jumlah

%

0 – 14 th
15 – 64 th
65+ th
Jumlah

270,025
586,152
53,212
909,389

29.69
64.46
5.85
100.00

255,039
597,372
66,606
919,017

27.75
65.00
7.25
100.00

Angka Beban
Ketergantungan

55.14

-

53.84

-

Sumber: Susenas 2004 dan 2005, ( BPS Kab Lampung Timur, 2006).

Dari Tabel 13 diatas terlihat bahwa terjadi peningkatan angka usia produktif
antara tahun 2004 sampai 2005. Peningkatan ini berhasil menekan angka beban
ketergantungan (dependency ratio) dalam satu tahun terakhir sehingga mampu
diturunkan dari 55.14 persen pada tahun 2004 menjadi 53.84 persen pada tahun
2005.
Berarti bahwa sekarang hanya terdapat sekitar 54 orang penduduk usia tidak
produktif yang harus ditanggung setiap 100 orang penduduk usia produktif.
Secara kasar angka ini mengindikasikan adanya kemajuan ekonomi di Kabupaten
Lampung Timur dalam satu tahun terakhir karena dengan semakin rendahnya

49
rasio beban tanggungan berarti makin banyak penduduk produktif secara ekonomi
dan semakin sedikit sumber daya yang harus dibagikan kepada kelompok tidak
produktif.
Data jumlah angkatan kerja dari penduduk di Kabupaten Lampung Timur
juga menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor utama.

Dari

angkatan kerja yang pada akhir tahun 2005 sebanyak 462,708 jiwa, penduduk
yang bekerja pada sektor pertanian mencapai 64.95%, sedangkan yang bekerja
pada sektor perdagangan sebanyak 15.83%, jasa 6.81%, konstruksi 4.35% dan lain
sebagainya (BPS Kab. Lampung Timur, 2006).
Tabel 14 Perkembangan persentase penduduk usia kerja yang bekerja menurut
lapangan usaha utama di Kabupaten Lampung Timur, tahun 2002–2005
Lapangan Usaha Utama
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, Air
Konstruksi
Perdagangan
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-Jasa
Lainnya
Jumlah
Sumber : BPS Kabupaten Lampung Timur, 2006.

2002
69.90
0.42
6.82
0.06
2.51
11.97
2.57
0.48
5.27
100.00

Tahun
2003
2004
73.66
69.90
0.22
0.2
5.58
6.82
0.06
0.04
2.51
2.25
11.97
10.40
2.57
2.81
0.48
0.15
5.27
4.88
100.00
100.00

2005
64.95
0.46
5.26
0.04
4.35
15.83
2.02
0.18
6.81
0.09
100.00

Memperhatikan Tabel 14 diatas, terlihat bahwa perkembangan persentase
penduduk menurut usia kerja di sektor pertanian dari tahun 2004–2005 cenderung
menurun yaitu dari 73.66% menjadi 64.95%.

Jika ditelusuri lebih lanjut,

penurunan perkembangan di sektor pertanian tersebut kemungkinan disebabkan
beralihnya sebagian profesi penduduk ke sektor perdagangan yaitu dari 10.40%
meningkat menjadi 15.83% dan jasa dari 4.88% menjadi 6.81%.
Perekonomian

Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya sumbangan
dari sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa.

Struktur

ekonomi ini dapat dilihat dari distribusi PDRB menurut lapangan usaha atas dasar
harga berlaku.

50
Struktur perekonomian di Kabupaten Lampung Timur didominasi oleh tiga sektor
utama yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, dan perdagangan,
hotel, dan restoran. Ketiga sektor ini memiliki share lebih dari 10% dalam kurun
waktu lima tahun terakhir. Sedangkan sektor lain memiliki share yang kurang
dari 10%.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, tidak terjadi perubahan

struktur perekonomian yang signifikan di Lampung Timur, namun

PDRB

mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari 4,015 trilyun pada tahun
2002 menjadi 6,520 trilyun rupiah pada tahun 2006. Distribusi PDRB Kabupaten
Lampung Timur menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 20022006 dapat dilihat pada Lampiran 5.
Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap perekonomian Kabupaten Lampung Timur. Sub sektor tanaman bahan
makanan merupakan sub sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
sektor pertanian, diikuti sub sektor perikanan dan perkebunan. Sektor yang terus
mengalami

peningkatan

dalam

kurun

waktu

2002-2006

adalah

sektor

perdagangan, hotel dan restoran. Bila dilihat dalam konstelasi ruang Propinsi
Lampung, Kabupaten Lampung Timur merupakan satu-satunya kabupaten yang
menjadikan sektor pertambangan dan penggalian sebagai sektor basis, terutama
dari sub sektor minyak dan gas bumi. Keberadaan kilang minyak lepas pantai di
sekitar Pulau Segamat yang berada di wilayah Kabupaten Lampung Timur
merupakan aset terbesar dari sektor pertambangan dan penggalian.
Secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Timur dalam
kurun waktu 2002-2006 tumbuh sebesar 2.26%. Pertumbuhan terbesar terjadi
pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar 12.92%, diikuti sektor industri
6.63% dan sektor perdagangan, hotel dan restoran 5.98% (Lampiran 6). Rata-rata
laju pertumbuhan ekonomi Lampung Timur menurut lapangan usaha lima tahun
terakhir disajikan dalam Gambar 4 berikut :

51
16

12

8

4

Pe
r ta
mb
an
Pe
ga
r ta
nd
ni a
an
n
Pe
ng
ga
Li s
li an
trik
,g
Ind
as
us
,d
tr i
an
a ir
be
Pe
rsi
r da
h
ga
Ba
ng
ng
Pe
an
u
ng
n
,
a
an
ho
n
gk
tel
uta
,d
Ke
an
nd
ua
re
an
ng
kom
an
,p
un
er s
ik a
ew
si
aa
an
,d
a
Ja
sa
-ja
sa

0

Gambar 4 Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Lampung Timur menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 tahun 2002-2006
Walaupun demikian, bila dilihat secara rata-rata pada tahun 2002-2006,
perekonomian Kabupaten Lampung Timur tumbuh sebesar 2.26%. Penyumbang
terbesar adalah sektor pertanian (1.58%), diikuti sektor pertambangan dan
penggalian (1.31%) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (0.87%) (Tabel
15).
Tabel 15 Kontribusi sektoral terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Lampung Timur tahun 2002-2006 (persen)
No

Tahun

Lapangan Usaha

Ratarata

1

Pertanian

2002
0.63

2003
3.19

2004
1.30

2005
1.93

2006
0.85

2
3

Pertambangan dan Penggalian
Industri

13.66
0.22

2.29
0.24

-3.82
0.32

-3.77
0.29

-1.83
0.81

1.31
0.38

4
5

Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan

0.02
0.10

0.00
0.13

0.00
0.16

0.00
0.19

0.01
0.89

0.01
0.29

6
7

Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi

0.88
0.38

0.53
0.17

0.86
0.15

1.19
-0.18

0.89
0.14

0.87
0.13

8

Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan

0.13

0.11

0.20

0.09

0.29

0.16

9

Jasa-Jasa

0.17

-0.13

0.04

0.15

0.16

0.08

PDRB dengan migas

4.14

6.53

-0.80

-0.10

1.53

2.26

Sumber: BPS Kabupaten Lampung Timur, 2007.

1.58

52
Penggunaan Lahan

Secara luasan, penggunaan

lahan di Lampung Timur didominasi oleh

penggunaan lahan pertanian yang mencapai 55.88%. Luasan hutan menduduki
posisi kedua yaitu seluas 32.32% dari luas wilayah yang merupakan Taman
Nasional Way Kambas. Sisanya berupa perkampungan, kawasan industri, padang
rumput, semak, rawa, danau, alang-alang, dan emplasement. Luasan masingmasing penggunaan lahan disajikan dalam Tabel 16 berikut:
Tabel 16 Penggunaan lahan di Kabupaten Lampung Timur
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Penggunaan Lahan
Alang-alang
Danau
Emplasement
Hutan Belukar
Kawasan Industri
Kampung Jarang
Kampung Padat
Perkebunan Besar
Kebun rakyat
Padang Rumput
Rawa
Semak
Sawah
Tambak
Tegalan
Waduk

Luas (ha)
790.16
166.09
32.64
127,591.99
63.50
34,416.15
2,032.69
4,337.17
45,348.72
116.33
3,632.33
5,089.03
67,946.86
4,066.63
98,903.40
235.42
394,814.77

%
0.20
0.04
0.01
32.32
0.02
8.72
0.51
1.10
11.49
0.03
0.92
1.29
17.21
1.03
25.05
0.06
100.00

Sumber : BPN Kab. Lampung Timur, tahun 2004.

Komoditas Pertanian Utama

Lahan kering mendominasi lahan pertanian di Kabupaten Lampung Timur.
Komoditas tanaman yang dikembangkan meliputi tanaman pangan, hortikultura,
dan perkebunan.
Komoditas pertanian dari sub sektor tanaman pangan yang telah
dikembangkan di wilayah Kabupaten Lampung Timur diantaranya padi, jagung,
kedelai, kacang tanah, ubikayu, ketela rambat dan kacang hijau.

Tabel 17

menunjukkan bahwa komoditas jagung mendominasi usahatani dari sub sektor
tanaman pangan, kemudian diikuti padi sawah dan ubi kayu. Dalam empat tahun
terakhir ini (Tahun 2002 – 2005) perkembangan luas areal panen tanaman jagung
mengalami peningkatan dari 105,016 ha menjadi 123,665 ha. Sedangkan untuk
tanaman padi sawah perkembangannya cenderung menurun, dari 73,932 ha

53
menjadi 72,531 ha. Penurunan tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya
konversi lahan sawah menjadi tambak udang dan usaha walet. Dari beberapa
komoditas tersebut, tingkat pengusahaan terhadap teknologi masih sederhana,
yang ditunjukkan dengan tingkat produktivitas relatif rendah (BPS Kab. Lampung
Timur, 2006).
Tabel 17 Luas panen dan produksi tanaman pangan Kabupaten Lampung Timur,
tahun 2005
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Jenis Tanaman

Luas Panen
(ha)
72,531
5,857
123,665
336
1,443
36,150
636
850

Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Ubikayu
Ketela Rambat
Kacang Hijau

Produksi
(ton)
330,507
16,550
430,970
350
1,569
678,886
6,225
750

Produktivitas
(kg/ha)
4,557
2,833
3,485
1,042
1,087
18,780
9,788
882

Sumber: BPS Kabupaten Lampung Timur, 2006.

Sedangkan untuk jenis tanaman perkebunan dari data statistik tahun 2005
jenis tanaman utama yang ada di daerah Lampung Timur adalah kelapa dalam,
lada, kakao dan kelapa sawit.
Tabel 18 Luas area dan produksi tanaman perkebunan Kabupaten Lampung
Timur tahun 2005
No

Jenis Tanaman

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Aren
Cabe Jawa
Cengkeh
Kakao
Kayu Manis
Kapuk
Karet
Kelapa Dalam
Kelapa Hibrida
Kelapa Sawit
Kopi robusta
Lada
Pinang
Panili
Jahe
Kencur
Kunyit
Lengkuas
Tembakau
Temulawak
Wijen

Luas Areal (Ha)
TBM
3.20
219.00
14.30
2,730.11
0.75
107.05
619.50
2,822.95
18.00
1,378.90
141.75
1,152.25
8.50
49.75
35.55
51.05
108.17
19.12
3.50
4.00
0.00

TM
62.80
476.25
102.40
5,734.00
0.25
634.45
348.50
20,835.50
138.90
734.50
1,020.70
7141.50
41.53
100.00
104.63
78.60
92.22
39.34
36.60
7.73
0.75

Sumber: Badan Pusat Statistik Lampung Timur,2006.

TR/TT
1.25
43.00
51.25
137.25
0.00
82.00
0.00
1,545.25
7.80
10.50
252.25
1,331.25
0.20
32.25
7.75
14.25
41.25
20.00
3.25
1.50
0.00

Jumlah
67.25
738.25
167.95
8,601.36
1.00
823.50
968.00
25,203.70
164.70
2,123.90
1,414.70
9,625.00
50.23
182.00
147.93
143.90
241.64
78.46
43.35
13.23
0.75

Produksi
(ton)
31.03
246.92
34.01
5,875.74
0.05
226.01
471.06
26,434.75
126.39
1,901.98
650.57
4,282.92
26.81
18.63
456.38
220.73
345.89
179.05
53.14
28.54
0.30

54
Tabel 18 diatas menunjukkan bahwa luas areal kelapa dalam menempati
urutan pertama dalam usahatani perkebunan yaitu mencapai 25,203.70 ha yang
sentra produksinya terdapat di Kecamatan Labuhan Maringgai. Kemudian diikuti
lada 9,625 ha sentra produksinya di Kecamatan Jabung, kakao 8,601.36 ha sentra
produksinya di Kecamatan Sekampung Udik dan kelapa sawit 2,123.9 ha sentra
produksinya di Kecamatan Waway Karya. Walaupun luas areal tanaman kelapa
mendominasi luas areal tanaman perkebunan, akan tetapi tanaman tersebut bukan
merupakan tanaman pokok. Secara umum tanaman kelapa diusahakan sebagai
tanaman pelindung diantara tanaman lada atau tumpangsari dengan tanaman
ubikayu, jagung dan lain-lain.
Dari beberapa komoditas perkebunan yang dikembangkan di Kabupaten
Lampung Timur, lada dan kakao merupakan komoditas unggulan daerah.
Berdasarkan Tabel 18, tingkat produksi dan produktivitas rata-rata lada dan kakao
masing-masing adalah sebagai berikut: produksi lada 4,282.92 ton dengan
produktivitas 599.74 kg/ha, sedangkan produksi tanaman kakao 5,875.74 ton dan
produktivitas 683 kg/ha. Sedangkan produktivitas potensial yang mampu dicapai
kedua komoditas tersebut cukup tinggi, dimana lada mencapai 1,600 kg/ha dan
kakao 2,000 kg/ha.

Kondisi ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi

anjuran di tingkat petani masih rendah. Hal ini merupakan suatu peluang cukup
besar untuk dapat meningkatkan produktivitas kedua komoditas tersebut dengan
memperbaiki

teknologi

budidaya,

diantaranya

penggunaan

klon

unggul

berkualitas, pemupukan sesuai anjuran, pemangkasan, pengendalian hama
penyakit secara terpadu dan komponen teknologi lainnya.
Peranan Subsektor Perkebunan

Subsektor perkebunan merupakan subsektor yang memberikan sumbangan
terbesar ketiga terhadap PDRB sektor pertanian yang signifikan selama lima tahun
terakhir (2002–2006), yaitu setelah subsektor tanaman pangan dan perikanan.
Jika dihitung rata-rata persentase nilai PDRB (atas harga konstan 2000) per sub
sektor tahun 2002-2006, sub sektor tanaman bahan makanan (pangan)
menyumbang 30.44% diikuti perikanan (9.89%), dan perkebunan (9.48%).
Gambar 5 memperlihatkan kontribusi dari setiap sub sektor pertanian.

55
35.00
30.00

Persentase

25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
2002
Tanaman B ahan M akanan

2003

2004

P erkebunan

2005

P eternakan

2006
Kehutanan

Tahun
P erikanan

Gambar 5 Persentase nilai PDRB per sub sektor Kabupaten Lampung Timur
tahun 2002-2006.
Dengan luasan lahan kering yang dominan dibandingkan lahan basah, maka
subsektor perkebunan sangat berpotensi untuk terus dikembangkan dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat di Lampung Timur. Beberapa keuntungan
yang dirasakan masyarakat dalam membudidayakan tanaman perkebunan adalah
modal awal hanya dikeluarkan pada awal penanaman yang selanjutnya tanaman
akan bertahan selama puluhan tahun dengan hasil yang dapat dipetik selama
puluhan tahun juga, komoditi perkebunan tertentu seperti karet dapat
dikembangkan pada lahan-lahan marginal (tingkat kesuburan rendah), umumnya
komoditi perkebunan merupakan komoditi ekspor, sehingga harga yang diterima
petani cukup menguntungkan.

Di Kabupaten Lampung Timur, komoditi

perkebunan utama yang dikembangkan masyarakat adalah kelapa, lada, dan
kakao.

Namun saat ini kakao merupakan komoditi yang cukup diminati

masyarakat.

Dukungan pemerintah pusat melalui pelaksanaan Program

Revitalisasi Perkebunan menunjukkan bahwa tanaman kakao merupakan tanaman
yang memiliki prospek ke depan yang cerah.
Perkembangan Perkebunan Kakao Rakyat

Tanaman kakao mulai dikembangkan di Propinsi Lampung, khususnya di
Kabupaten Lampung Timur sejak tahun 1980 melalui Proyek Rehabilitasi dan
Peremajaan Tanaman Ekspor (PRPTE) yang tersebar di Kecamatan Way Jepara
dan Labuhan Maringgai. Hingga saat ini Kabupaten Lampung Timur merupakan

56
sentra kedua tanaman kakao di Propinsi Lampung setelah Kabupaten Tanggamus.
Luas areal tanaman kakao di Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2006
mencapai 9,749.50

dengan produktifitas 972 kg/ha.

Berdasarkan Tabel 19,

produktifitas tanaman kakao di Lampung Timur merupakan yang terbaik kedua di
Propinsi Lampung. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Timur
memiliki tingkat kesesuaian lahan yang baik untuk tanaman kakao di samping
teknis budidaya yang dilakukan petani juga telah cukup baik.
Tabel 19 Luas areal, produksi dan produktifitas perkebunan kakao pada beberapa
kabupaten di Propinsi Lampung tahun 2006
No
1
2
3
4
5
6
7
8.

Kabupaten

Luas areal (ha)

Lampung Selatan
Lampung Tengah
Lampung Timur
Lampung Utara
Way Kanan
Lampung Barat
Tulang Bawang
Tanggamus

9,474
3,260
9,749
1,803
1,333
786
1,795
15,063

Produksi
(ton)
4,933
1,274
6,197
1,143
425
69
1,767
6,667

Produktifitas
(kg/ha)
945
683
972
778
706
237
1,123
801

Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Lampung, Tahun 2007

Tanaman kakao merupakan tanaman utama perkebunan rakyat di
Kabupaten Lampung Timur, selain kelapa dan lada.

Harga yang stabil dan

cendrung naik merupakan alasan terus berkembangnya tanaman kakao di
Lampung Timur. Perkembangan luas areal, produksi, dan produktifitas kakao
rakyat di Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat pada Tabel 20 berikut :
Tabel 20 Perkembangan luas areal, produksi, dan produktifitas perkebunan kakao
rakyat di Kabupaten Lampung Timur tahun 2002 – 2006
No

Tahun

Jumlah (ha)

1.
2.
3.
4.
5.

2006
2005
2004
2003
2002

9,749.50
8,601.36
7,358.00
6,510.75
5,679.00

Produksi
(Ton)
6,197.24
5,875.74
5,987.33
3,702.85
3,621.00

Pertumbuhan (%)

71.77

71.15

Produktifitas
(Kg/ha)
972.73
1,024.72
1,192.70
743.43
958.44

Sumber : BPS Kabupaten Lampung Timur, tahun 2007

Secara umum persentase pertumbuhan luas areal tanam dan produksi
perkebunan kakao rakyat di Lampung Timur cenderung positif antara tahun 2002

57
–2006, sedangkan produktifitasnya cendrung fluktuatif. Peningkatan luasan lima
tahun terakhir secara kumulatif mencapai 71.77%. Peningkatan ini menunjukkan
minat masyarakat yang tinggi terhadap tanaman kakao. Jika dibandingkan dengan
tanaman perkebunan utama lain di Lampung Timur, pertumbuhan luasan tanaman
kakao merupakan yang tertinggi. Perbandingan persentase pertumbuhan luasan
tiga komoditi perkebunan utama di Lampung Timur disajikan dalam Gambar 6
berikut:

% Pertumbuhan Luasan

20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
-5.00
-10.00
2002

2003

2004
Tahun

Kelapa

2005

Lada

2006
Kakao

Gambar 6 Pertumbuhan luasan tanaman perkebunan utama di Lampung
Timur.
Dari segi produksi, pada Tabel 21 terlihat terjadi kenaikan produksi yang
sangat besar pada tahun 2004. Hal ini mungkin disebabkan pada tahun tersebut
tanaman kakao muda (belum menghasilkan) mulai memasuki masa menghasilkan
sehingga produksi kakao Lampung Timur secara keseluruhan meningkat.
Penurunan produktifitas tanaman kakao di Lampung Timur terjadi pada tahun
2003, 2005, dan 2006. Banyak faktor yang mungkin menyebabkan penurunan
produktifitas tanaman ini, seperti tanaman masuk dalam usia tua, faktor iklim,
serangan penyakit, dan lain sebagainya.

Namun melihat kondisi saat ini,

penurunan produktifitas cenderung disebabkan oleh faktor iklim. Iklim beberapa
tahun terakhir mengalami pancaroba yang disebabkan oleh pemanasan global.
Akibatnya frekwensi hari hujan menjadi tidak teratur. Tanaman kakao sangat
responsif terhadap kekeringan.

Cekaman kondisi kering yang lama akan

berpengaruh terhadap penurunan produksi tanaman.

58
Tabel 21 Pertumbuhan luas areal, produksi, dan produktifitas perkebunan kakao
rakyat di Kabupaten Lampung Timur tahun 2003 – 2006
Tahun

Luas Areal (%)

Produksi (%)

Produktifitas (%)

2003
2004
2005
2006
Sumber : Hasil olahan.

14.64
13.01
16.90
13.34

2.26
61.70
- 1.86
5.47

-22.43
60.43
-14.08
-5.07

Penyebaran areal sentra kakao di Kabupaten Lampung Timur terletak pada
tujuh kecamatan yang posisinya saling berdekatan (Tabel 22).

Kecamatan–

kecamatan itu meliputi Sekampung Udik, Jabung, Mataram Baru, Bandar
Sribawono, Way Jepara, Margatiga dan Labuhan Ratu. Dengan produktifitas ratarata sebesar 683.11 pada sentra-sentra tersebut, maka secara umum perkebunan
kakao rakyat di Lampung Timur belum mencapai produktifitas optimal yang bisa
dihasilkan, dimana dapat mencapai 2 ton/ha.
Tabel 22 Kecamatan-kecamatan sentra perkebunan kakao rakyat di Lampung
Timur
Kecamatan

Luas Areal (ha)

Produksi (ton)

Sekampung Udik
1,426
Jabung
620
Mataram Baru
634
Bandar Sribawono
740
Way Jepara
767
Labuhan Ratu
1,045.45
Marga Tiga
791
Sumber : BPS Kabupaten Lampung Timur, tahun 2006

1,160.25
274.06
360
300
660
925.10
549.15

Produktifitas
(kg/ha/th)
813.64
442.03
567.82
405.41
860.50
884.88
694.24

Karakteristik Usahatani Kakao

Secara garis besar usaha tani yang dilakukan petani kakao di Lampung
Timur rata-rata mempunyai luas lahan 1 ha, dengan jenis tanaman kakao lokal dan
unggul. Klon unggul di dapatkan petani dari hibah pemerintah pada tahun 1980
dimana pada saat itu dilakukan Proyek Rehabilitasi Peremajaan Tanaman Ekspor
(PRPTE) yang wilayahnya mencakup Kecamatan Way Jepara dan Labuhan
Maringgai. Rata-rata populasi tanaman per hektar sebanyak 833 pohon, dengan
jenis penanung kebanyakan dari pohon pisang dan kelapa.
Tanaman kakao yang ditanam petani di daerah penelitian sebagian besar
berumur 7-9 tahun. Pada budidaya tanaman tahunan umur tersebut merupakan
umur produktif. Menurut Siregar et al. (2002), umur kakao sangat produktif pada

59
kisaran umur 10 – 15 tahun dan akan mengalami penurunan produksi pada umur
20-25 tahun. Di Lampung Timur petani telah mengenal cara pengembangan
tanaman kakao dengan teknik vegetatif seperti pencangkokan, okulasi, dan teknik
sambung tanaman, sehingga dimasa mendatang teknologi tersebut dapat
dipergunakan untuk melakukan peremajaan tanaman kakao yang sudah tidak
produktif.
Dalam melakukan budidaya tanaman rata-rata petani melakukan pemupukan
sebanyak 2 kali per tahun, demikian pula dengan pemangkasan tanaman juga
dilakukan sebanyak 2 kali per tahun. Rata-rata penggunaan input produksi per
hektar berupa penggunaan pupuk kandang sebanyak 1200 kg, pupuk urea
sebanyak 300 kg, pupuk SP-36 atau TSP sebanyak 250 kg, pupuk KCl sebanyak
100 kg dan penggunaan pestisida sebanyak 1 liter, sedangkan penggunaan input
tenaga rata-rata sebanyak 90 Hari Orang Kerja (HOK).

Dengan demikian

usahatani kakao di Lampung Timur secara garis besar telah mengenal teknologi
budidaya yang baik. Penunjang budidaya berupa keberadaan kelompok tani dan
penyuluh pertanian secara intensif juga dibentuk di daerah sentra kakao di
Lampung Timur.
Tabel 23 Karakteristik usahatani kakao rakyat di Kabupaten Lampung Timur,
tahun 2007
No.
Deskripsi
Rata-rata kepemilikan lahan (ha)
1.
Jenis klon yang ditanam
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

10.
11.

Umur kakao rata-rata (tahun)
Asal bibit
Populasi tanaman rata-rata (pohon/ha)
Jenis Penaung
Rata-rata frekuensi pemangkasan per
tahun (kali)
Rata-rata frekuensi pemupukan per
tahun (kali)
Penggunaan input :
- Urea (kg/ha)
- SP-36/TSP (kg/ha)
- KCl (kg/ha)
- Kandang ((kw/ha)
Pestisida (liter)
- Tenaga Kerja (HOK)
Kegiatan Penyuluhan
Keaktifan kelompok tani

Sumber : data primer (diolah)

Keterangan
1 ha
ICS 60, Upper Amazone Interclonal
Hibrid, lokal
7 – 9 th
Bantuan/swadaya
833 batang
Kelapa dan pisang
2
2

300
250
100
12
1
90
Ada
Aktif