BAB IV GAMBARAN UMUM

(1)

GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Gambaran Umum Wilayah Eksternal

4.1.1 Aspek Kebijakan

4.1.1.1 Kebijakan Propinsi Jawa Barat (RTRWP Jawa Barat 2009-2029) A. Struktur Ruang wilayah jawa Barat

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), sistem perkotaan nasional terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Penetapan PKN dan PKW di Provinsi Jawa Barat mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang terdiri dari :

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) terletak di Bodebek, Bandung dan Cirebon. 2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) terletak di Sukabumi,

Palabuhanratu,Pangandaran, Kadipaten, Cikampek-Cikopo, Tasikmalaya dan Indramayu.Sedangkan penetapan PKL, berdasarkan usulan pemerintah kabupaten/kota.

Rencana pengembangan sistem perkotaan di Provinsi Jawa Barat menetapkan PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL, sesuai dengan konteks kebijakan dan strategi pembangunan wilayah Provinsi Jawa Barat dan berdasarkan pertimbangan teknis yang telah dilakukan dalam proses penyusunan RTRWP.

Rencana pengembangan sistem perkotaan Provinsi Jawa Barat bertujuan untuk :

1. Menata perkembangan PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL yang mendukung keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antarwilayah yang lebih merata. 2. Mendorong perkembangan pusat-pusat kegiatan di kawasan-kawasan yang belum

berkembang sesuai dengan fungsi kota yang diharapkan.

3. Mengendalikan perkembangan pusat-pusat kegiatan di kawasan-kawasan yang berkembang dengan cepat.

Sasaran dari rencana pengembangan tersebut adalah :Menetapkan PKN, PKNp, PKW, PKWp dan PKL di Provinsi Jawa Barat sesuai dengan konteks kebijakan dan strategi pembangunan wilayah Provinsi Jawa Barat dan berdasarkan pertimbangan teknis yang telah dilakukan dalam proses penyusunan RTRWP.


(2)

(3)

(4)

(PKNp)

Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional atau beberapa provinsi.

Kriteria penentuan PKN adalah kawasan perkotaan yang mempunyai potensi untuk mendorong pertumbuhan daerah sekitarnya, pusat jasa-jasa keuangan dengan cakupan pelayanan nasional atau beberapa provinsi, pusat pengolahan atau pengumpul barang dalam skala nasional atau beberapa provinsi, simpul transportasi skala nasional atau beberapa provinsi, pusat jasa pemerintahan dan jasa publik lainnya dengan skala nasional atau beberapa provinsi.

Fasilitas minimum yang tersedia di PKN adalah:

a. Perhubungan : pelabuhan udara dan/atau pelabuhan laut dan/atau terminal tipe A

b. Ekonomi : pasar induk antar wilayah c. Kesehatan : rumah sakit umum tipe A atau B d. Pendidikan : perguruan tinggi

Pusat Kegiatan Nasional – Provinsi (PKNp) adalah kawasan perkotaan yang berpotensi pada bidang tertentu dan memiliki pelayanan skala internasional, nasional atau beberapa provinsi. Fasilitas minimum yang tersedia di PKNp adalah pusat bisnis kegiatan utama yang akan dikembangkan berskala nasional maupun internasional, serta akan diusulkan menjadi PKN.

Rencana pengembangan sistem perkotaan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Nasional – Provinsi (PKNp) di Jawa Barat, terdiri atas :

1. Penetapan Kawasan Perkotaan Bodebek (Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi), Kawasan Perkotaan Bandung Raya (Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat), dan Cirebon (Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon) sebagai PKN dengan peran menjadi pusat koleksi dan distribusi skala internasional, nasional atau beberapa provinsi.


(5)

Bandung Raya, dan PKN Cirebon, dilakukan rencana pengembangan meliputi : 1. Mengendalikan pertumbuhan kegiatan di PKN Kawasan Perkotaan Bodebek

Berdasarkan kecenderungan perkembangan sampai saat ini, kota-kota di sekitar DKI Jakarta berkembang akibat pengaruh perkembangan DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan nasional. Perkembangan tersebut meluas sampai ke wilayah Bogor, Depok, Bekasi dan Tangerang (Provinsi Banten), sehingga RTRWN menetapkan wilayah tersebut menjadi PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek, dengan tingkat pertumbuhan paling pesat, yang berimplikasi pada alih fungsi lahan menjadi kawasan permukiman berskala besar, industri manufaktur, serta pusat perdagangan dan jasa berskala nasional dan internasional.

Berdasarkan kajian ekonomi, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor merupakan penyumbang PDRB tertinggi di Provinsi Jawa Barat.Kota Bekasi dan Kota Depok merupakan wilayah dengan tingkat urbanisasi tinggi, konsentrasi kegiatan industri, perdagangan dan jasa yang berkembang cepat. Permukiman skala besar untuk menampung penduduk yang bekerja di Jabodetabek juga berkembang di PKN Kawasan Perkotaan Bodebek ini. Dalam konteks tata ruang, perkembangan ini membawa kecenderungan alih fungsi lahan menuju kegiatan perkotaan, termasuk munculnya permukiman baru.Masalah transportasi belum tertangani dengan baik karena prasarana jalan tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah kendaraan. Penyelesaian masalah transportasi berupa pengembangan sistem transportasi massal memerlukan dukungan kebijakan pengendalian penggunaan kendaraan bermotor, terutama di kawasan-kawasan pusat kota.

Pesatnya pertumbuhan di PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek berdampak pula pada tingginya konsentrasi penduduk dan pada daya dukung dan daya tampung lingkungan. Pengendalian pemanfaatan ruang yang perlu diperhatikan terutama pada perkembangan sepanjang koridor Jakarta-Cikampek di Pantura Jabar yang merupakan lokasi lahan sawah beririgasi teknis, serta koridor Bodebekpunjur yang merupakan kawasan lindung.

Penetapan sistem perkotaan dalam PKN Kawasan Perkotaan Bodebek, memperhatikan perbedaan skala pelayanan dan kondisi kota-kota yang


(6)

dalam Tabel 4.1.

TABEL 4.1

SISTEM PERKOTAAN PKN KAWASAN PERKOTAAN BODEBEK (BOGOR, DEPOK, BEKASI)

PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III

Kawasan Perkotaan Bodebek

Kota Bekasi

Cikarang pusat Tarumajaya Sukatani Cibarusah Kota Bogor

Cibinong Cileungsi Jonggol Parung Semplak Rumpin Parungpanjang Leuwiliang Jasinga

Kota Depok Cimanggis

Sumber : RTRW Provinsi Jawa Barat

2. Mengendalikan pertumbuhan kegiatan di PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya.

Wilayah yang termasuk ke dalam PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya adalah Kota Bandung, kawasan perkotaan di dalam wilayah Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang yang berbatasan dengan Kota Bandung.

Penetapan Kawasan Perkotaan Bandung Raya sebagai PKN memperhatikan perkembangan kegiatan perkotaan yang sangat pesat, terutama pada sektor industri, perdagangan dan jasa, serta pendidikan tinggi berskala nasional dan internasional.Perkembangan tersebut salah satunya diindikasikan oleh tingginya alih fungsi lahan menuju kawasan perkotaan dan tingkat urbanisasi yang tinggi.Kota Bandung dan Kota Cimahi memiliki tingkat urbanisasi 100%.

Ditinjau dari kinerja perekonomian, Kabupaten dan Kota Bandung merupakan wilayah penyumbang PDRB tertinggi terhadap Jawa Barat, bahkan Kota Bandung memiliki Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) tertinggi di Jawa Barat selama tahun 2000-2006, yaitu di atas 7%. Struktur perekonomian telah bergeser menuju sektor sekunder dan tersier, diantaranya industri pengolahan, perdagangan, jasa dan pariwisata. Dominasi sektor industri pengolahan di Kabupaten Bandung sebesar 65,05%, Kota Cimahi 71,79%, dan Kabupaten


(7)

salah satu sentra industri pengolahan tekstil dan produk tekstil (TPT) termasuk garmen dan konveksi, industri pengolahan makanan, industri kimia dan industri logam. Kota Bandung sendiri telah mengalami pergeseran struktur ekonomi dengan kontribusi sektor tersier sebesar 62,13% (tertinggi di Jawa Barat). Demikian halnya dengan sektor perdagangan dan pariwisata di Kota Bandung, diperlihatkan dengan tingginya pergerakan orang menuju Kota Bandung dan tingginya tingkat hunian hotel di Kota Bandung, terutama setelah dibangunnya jalan tol yang Jakarta-Cikampek-Purwakarta-Padalarang.

Skala pelayanan bersifat nasional dan internasional yang dimiliki Kawasan Perkotaan Bandung Raya telah mampu menempatkan kawasan ini sesuai fungsinya sebagai PKN.Aksesibilitas dari dan menuju Kawasan Perkotaan Bandung Raya yang semakin meningkat telah mendorong meningkatnya pergerakan orang dan barang. Terminal peti kemas (dryport) Gedebage di Kota Bandung merupakan salah satu gerbang ekspor-impor berskala internasional, selain itu Bandara Husein Sastranegara di Kota Bandung, tetap menjadi salah satu titik keluar masuk pergerakan berskala nasional bahkan internasional, antara lain ke Singapura dan Malaysia.

Kegiatan perkotaan yang sangat beragam tersebut berimplikasi pada peningkatan timbulan sampah dan limbah yang cukup tinggi, sehingga keberadaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) regional yang mampu mewadahi kebutuhan di masa mendatang sangat penting untuk direalisasikan.

Perkembangan PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya perlu dikendalikan untuk mengurangi kecenderungan alih fungsi lahan yang menerus di kawasan perkotaan, mengingat fungsi lindung di Kawasan Bandung Utara harus tetap dipertahankan selain mengembangkan potensi sektor ekonomi yang dimiliki. Dalam mencapai target 45% kawasan lindung Jawa Barat dan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan, maka perkembangan Kawasan Perkotaan Bandung Raya perlu dikendalikan, diantaranya melalui :

 mendistribusikan kegiatan ekonomi berskala nasional ke arah timur Jawa Barat, yaitu ke PKN Cirebon dan Pusat-Pusat Kegiatan Wilayah yang terletak di sekitar PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya.

 merealisasikan rencana pengembangan transportasi massal baik untuk angkutan orang maupun barang.


(8)

permukiman yang telah padat dan secara fisik memungkinkan.

Penetapan sistem perkotaan dalam PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya, memperhatikan perbedaan skala pelayanan dan kondisi kota-kota yang secara eksisting tidak terdapat pada hirarki yang sama, sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.2.

TABEL 4.2

SISTEM PERKOTAAN PKN KAWASAN PERKOTAAN BANDUNG RAYA PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III

Kawasan Perkotaan Bandung Raya

Kota Bandung

Soreang Ciwidey

Banjaran Majalaya Ciparay Cicalengka Rancaekek Cilengkrang Ngamprah Cililin

Padalarang Cisarua Lembang

Kota Cimahi Jatinangor

Tanjungsari Cimanggung Sukasari Pamulihan Sumber : RTRW Provinsi Jawa Barat

3. Memantapkan fungsi PKN Cirebon

PKN Cirebon meliputi kawasan perkotaan Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon, yang ditetapkan berdasarkan pada upaya untuk menciptakan pusat pertumbuhan baru di wilayah timur Jawa Barat, dan pemerataan pertumbuhan wilayah serta memperhatikan posisi strategis yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, PKN Cirebon memiliki infrastruktur dan fasilitas yang mendukung fungsinya sebagai PKN.Namun, ditinjau dari skala pelayanan ekonomi dan persebaran penduduk, PKN Cirebon belum berkembang sebagai sebuah PKN. Proses pengembangan PKN Cirebon tidak dapat disamakan dengan proses pengembangan PKN Kawasan Perkotaan Bodebek maupun PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya, mengingat potensi aksesibiitas dengan pusat-pusat pemerintahan, jasa dan produksi berskala nasional dan internasional tidak dimiliki oleh PKN Cirebon. Ketersediaan fasilitas


(9)

dan berskala nasional dan internasional.

Kawasan Andalan Ciayumajakuning yang merupakan wilayah belakang PKN Cirebon, masih perlu didorong perkembangannya. Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur, kegiatan ekonomi yang sesuai dengan kondisi lokal serta berorientasi pasar nasional maupun internasional, serta peningkatan pelayanan kegiatan bisnis dan pemerintahan berskala nasional dan internasional di PKN Metropolitan Cirebon diharapkan dapat membantu perkembangan kawasan Ciayumajakuning serta pemantapan fungsi PKN Cirebon.

Penetapan sistem perkotaan PKN Cirebon ditetapkan hirarki kota sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.3.

TABEL 4.3

SISTEM PERKOTAAN PKN CIREBON

PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III

Cirebon

Kota Cirebon

Sumber Arjawinangun Palimanan Lemahabang Ciledug Sumber : RTRW Provinsi Jawa Barat

1. Penetapan Pangandaran dan Palabuhanratu sebagai PKNp yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan internasional, nasional atau beberapa provinsi.

PKNp Pangandaran ditetapkan dengan memperhatikan potensi pariwisata yang akan dikembangkan dengan dukungan pembangunan pusat rekreasi terpadu skala nasional dan internasional.

2. PKNp Palabuhanratu ditetapkan dengan memperhatikan potensi perikanan yang akan dikembangkan dengan dukungan pembangunan pusat bisnis kelautan skala pelayanan nasional dan internasional.

b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Wilayah-Provinsi (PKWp)

Upaya mengendalikan perkembangan PKN Kawasan Perkotaan Bodebek dan PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya, serta upaya mendorong pemantapan fungsi PKN Cirebon perlu didukung dengan upaya mendorong pemantapan fungsi PKW terutama dalam memberikan pelayanan skala regional yang dapat mengurangi pergerakan langsung dari PKL dan kawasan perdesaan ke PKN.


(10)

berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Kinerja PKW sebagai pusat-pusat pertumbuhan disetiap kawasan andalan perlu ditingkatkan.Berdasarkan hasil kajian, keberadaan kawasan andalan belum cukup efektif dalam pengembangan kawasan, sehingga upaya untuk mendorong sinergitas antara pengembangan PKW perlu ditingkatkan.Pengembangan infrastruktur dan pelayanan yang bersifat lokal diharapkan dapat dipenuhi oleh PKW sebagai pusat koleksi dan distribusi yang dapat melayani kebutuhan kawasan andalan terkait.

Sebagai upaya mendorong perkembangan pusat-pusat kegiatan yang dapat memantapkan fungsi PKW, rencana pengembangan sistem perkotaan Provinsi Jawa Barat menetapkan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Wilayah-Provinsi (PKWP).

Kriteria penentuan PKW adalah kawasan perkotaan yang mempunyai potensi untuk mendorong pertumbuhan daerah sekitarnya, pusat pengolahan atau pengumpul barang, simpul transportasi, dan pusat jasa publik dengan skala beberapa kabupaten.

Fasilitas minimum yang tersedia di PKW adalah:

a. Perhubungan : pelabuhan udara, dan/atau pelabuhan laut dan/atau terminal tipe B

b. Ekonomi : pasar induk regional c. Kesehatan : rumah sakit umum tipe B d. Pendidikan : perguruan tinggi

Pusat Kegiatan Wilayah-Provinsi (PKWp) adalah kawasan perkotaan yang berpotensi pada bidang tertentu dan memiliki pelayanan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota serta berperan sebagai penyeimbang dalam pengembangan wilayah provinsi. Fasilitas minimum yang tersedia di PKWp adalah sesuai fasilitas minimum untuk PKW, serta diusulkan menjadi PKW

Rencana pengembangan sistem perkotaan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Wilayah – Provinsi (PKWp) di Jawa Barat, terdiri atas :

a. Penetapan Kota Sukabumi, Palabuhanratu, Cikampek-Cikopo, Indramayu, Kadipaten, Tasikmalaya dan Pangandaran sebagai PKW dengan peran menjadi pusat koleksi dan distribusi skala nasional.


(11)

fungsi tertentu dengan skala pelayanan provinsi atau beberapa Kabupaten/Kota. c. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Dalam upaya mendorong perkembangan fungsi Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan kaitannya dengan desa pusat produksi, rencana pengembangan sistem perkotaan menetapkan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dalam sistem perkotaan provinsi sebagai pendukung berfungsinya Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan mengurangi pergerakan dari desa pusat produksi langsung ke Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Pusat Kegiatan Lokal (PKL) diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal di setiap kabupaten dan/atau beberapa kecamatan terdekat. Untuk itu, setiap Pusat Kegiatan Lokal (PKL) akan dilengkapi dengan fasilitas minimum yang perlu ada untuk mendorong berfungsinya Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Namun, pembangunan atau peningkatan fasilitas tersebut juga perlu dilengkapi dengan peningkatan dalam kualitas pelayanan fasilitas sehingga dapat memenuhi kebutuhan penduduk di dalam wilayah pelayanan.Desa pusat produksi diproyeksikan menjadi pusat-pusat perdesaan yang menjadi basis produksi di setiap kawasan andalan.

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang ditetapkan terdiri dari pusat kegiatan lokal perkotaan dan pusat kegiatan lokal perdesaan.Pusat kegiatan lokal perkotaan adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.Sedangkan pusat kegiatan lokal perdesaan adalah kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal yang menghubungkan desa sentra produksi dengan PKL perkotaan.

Penetapan PKL perkotaan diarahkan pada pertimbangan teknis bahwa kota-kota yang ditetapkan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan dengan kegiatan-kegiatan yang berciri perkotaan, seperti industri, permukiman perkotaan, perdagangan dan jasa, dan lainnya.

PKL pedesaan diarahkan untuk menjadi pusat kegiatan koleksi dan distribusi bagi wilayah-wilayah belakangnya dan ditetapkan sebagai kawasan yang dapat dikembangkan secara terbatas untuk kegiatan industri berbasis pertanian.

Rencana pengembangan sistem perkotaan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Jawa Barat, terdiri atas :


(12)

Sindangbarang, Cibadak, Purwakarta, Karawang, Soreang, Padalarang, Cimahi, Pamanukan, Subang, Jalan Cagak, Jatibarang, Sumber, Majalengka, Kuningan, Pameungpeuk, Singaparna, Sumedang, Ciamis, Banjarsari, Parigi sebagai PKL perkotaan dengan wilayah pelayanan Kabupaten/Kota dan beberapa kecamatan. b. Penetapan Jampang Kulon, Sagaranten, Jampang Tengah, Sukanagara, Wanayasa, Plered, Rengasdengklok, Cilamaya, Ciwidey, Banjaran, Majalaya, Ciparay, Cicalengka, Rancaekek, Cilengkrang, Cililin, Ngamprah, Cisarua, Lembang, Tanjungsari, Wado, Tomo, Conggeang, Ciasem, Pagaden, Kalijati, Pusakanagara, Karangampel, Kandanghaur, Patrol, Gantar, Arjawinangun, Palimanan, Lemahabang, Ciledug, Kertajati, Jatiwangi, Rajagaluh, Cikijing, Talaga, Cilimus, Ciawigebang, Luragung, Kadugede, Cikajang, Bungbulang, Karangnunggal, Kawali, Cijeungjing, Cikoneng, Rancah, Panjalu, Pamarican, Cijulang sebagai PKL perdesaan dengan wilayah pelayanan Kabupaten/Kota dan beberapa kecamatan.

TABEL 4.4

SISTEM PERKOTAAN PROVINSI N

O KAB./KOTA PKN PKNP PKW PKWp PKLPERKOTAAN PKLPERDESAAN

1. Kota Bekasi

Kawasan Perkotaa n

Bodebek 2. Kab Bekasi

3. Kota Bogor 4. Kab Bogor 5. Kota Depok 6. Kota

Sukabumi

Sukabumi 7. Kab

Sukabumi Palabuhanratu Palabuhanratu Cibadak Jampang kulon Sagaranten Jampang tengah

8. Kab Cianjur Cianjur

Sindangbaran g

Sukanagara

9. Kab

Purwakarta Cikopo-Cikampek Purwakarta WanayasaPlered 10. Kab

Karawang Karawang Rengasdengklok

Cilamaya 11. Kota

Bandung KawasanPerkotaa n

Bandung Raya 12. Kab

Bandung Soreang CiwideyBanjaran

Majalaya Ciparay Cicalengka Rancaekek Cilengkrang


(13)

13. Kab Bandung Barat Ngamprah Cililin Padalarang Cisarua Lembang

14. Kota Cimahi Cimahi

15. Kab

Sumedang Sumedang TanjungsariWado

Tomo Conggeang

16. Kab Subang Pamanukan

Subang Jalan Jagak Ciasem Pagaden Kalijati Pusakanagara 17. Kab Indramayu

Indramayu Jatibarang Karangampel Kandanghaur Patrol Gantar 18. Kota Cirebon Cirebon

19. Kab Cirebon Sumber Arjawinangun

Palimanan Lemahabang Ciledug 20. Kab

Majalengka Kadipaten Majalengka KertajatiJatiwangi

Rajagaluh Cikijing Talaga 21. Kab

Kuningan

Kuningan Cilimus Ciawigebang Luragung Kadugede

22. Kab Garut Rancabuay

a Garut Pameungpeuk Cikajang Bungbulang 23. Kota

Tasikmalaya

Tasikmalaya 24. Kab

Tasikmalaya Singaparna Karangnunggal

25. Kab Ciamis Pangandaran Pangandaran Ciamis Banjarsari Parigi Kawali Cijeungjing Cikoneng Rancah Panjalu Pamarican Cijulang

26. Kota Banjar Banjar


(14)

Rencana pengembangan infrastruktur wilayah terdiri dari pengembangan infrastruktur jalan dan perhubungan, pengembangan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi berbasis DAS, pengembangan infrastruktur energi dan kelistrikan, pengembangan infrastruktur telekomunikasi, pengembangan infrastruktur permukiman.

Tujuan pengembangan infrastruktur wilayah provinsi menyediakan infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya melalui :

1. Penyediaan infrastruktur jalan dan perhubungan yang handal dan terintegrasi untuk mendukung tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan

2. Penyediaan infrastruktur sumber daya air dan irigasi yang handal berbasis DAS untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian daya rusak air

3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur energi dan kelistrikan

4. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur telekomunikasi 5. Peningkatan penyediaan infrastruktur permukiman.

Tabel 4.5

Penentuan Wilayah Pengembangan (WP) Wilayah

Pengembangan (WP)

Tema

Pengembang an

Arah Pengembangan Fokus Pengembangan

WP Bodebekpunjur Mengendalika n

perkembangan fisik wilayah

Melengkapi fasilitas pendukung PKNp dan PKL

 Kota Bogor, Kota Depok dan Kota Bekasi diarahkan sebagai kota terdepan ibukota Negara yang merupakan bagian dari

pengembangan KSN

Jabodetabekpunjur untuk mendorong pengembangan PKN kawasan perkotaan Jabodetabek, menjadi simpul pelayanan dan jasa perkotaan, serta mengembangkan sektor perdagangan, jasa dan industri padat tenaga kerja;

 Kabupaten Bogor dan Bekasi diarahkan menjadi kawasan penyangga dalam sistem PKN Mengembangkan

infrastruktur strategis Mengembangkan perdagangan jasa, industri non polutan dan industri kreatif, pariwisata

Investasi padat modal yg efisien lahan, air baku, energi, teknologi tinggi, non-polutif Pengendalian


(15)

Pengembangan

(WP) Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan kaw. konservasi,

pelibatan swasta & masyarakat dalam kegiatan ekonomi, peningkatan SDM lokal

kawasan perkotaan Jabodetabek, serta untuk mengembangkan sektor industri ramah lingkungan dan hemat penggunaan air tanah, serta kegiatan pertambangan mineral logam dan non logam untuk mendukung pembangunan di Bodebekpunjur;

 Kawasan Puncak di Kabupaten Bogor - Cianjur diarahkan pada kegiatan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan lindung di KSN Jabodetabekpunjur.

Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai dan protein hewani)

WP Purwasuka Mendorong pengembanga n kawasan dengan tetap mengendalika n sawah di Pantura

Melengkapi fasilitas pendukung PKW dan PKL

 PKW Cikampek-Cikopo diarahkan untuk memenuhi fungsinya sebagai PKW dengan melengkapi sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi dengan wilayah pengaruhnya;

 Kabupaten Purwakarta diarahkan pada kegiatan industri non-polutif dan non-ekstraktif atau tidak mengganggu irigasi dan cadangan air, industri kreatif, pariwisata dan agroindustri, serta kegiatan pertambangan mineral logam dan non logam;

 Kabupaten Subang diarahkan menjadi simpul pendukung pengembangan PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya, diarahkan pada kegiatan pertanian lahan basah berkelanjutan, industri non-polutif dan non-ekstraktif atau tidak mengganggu irigasi dan cadangan air dan tidak mengakibatkan alih fungsi lahan sawah, bisnis kelautan, serta kegiatan pertambangan mineral non-logam.

 Kabupaten Karawang diarahkan menjadi simpul pendukung pengembangan PKN Kawasan Perkotaan Bodedek, untuk kegiatan pertanian lahan basah berkelanjutan, bisnis kelautan, industri polutif dan non-ekstraktif atau tidak mengganggu irigasi dan cadangan air, serta agroindustri.

Mengembangkan infrastruktur strategis Mengembangkan pertanian tanaman pangan, agroindustri, industri manufaktur non polutif dan non ekstraktif, industri kreatif dan multimedia, bisnis kelautan yang berdaya saing tinggi dan berorientasi ekspor


(16)

Pengembangan

(WP) Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan WP

Ciayumajakuning

Mendorong pengembanga n wilayah gerbang timur Jawa Barat

Melengkapi fasilitas pendukung PKN, PKW dan PKL

 Kota Cirebon diarahkan sebagai kota inti dari PKN dengan sarana dan prasarana minimal PKN yang terintegrasi dengan wilayah pengaruhnya, serta menjadi simpul utama pelayanan jasa dan perdagangan, dan industri di Daerah bagian timur, serta untuk kegiatan wisata budaya dan religi;  Kabupaten Cirebon diarahkan

sebagai bagian dari PKN dengan sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi, dan mengarahkan kegiatan utama pada sektor industri, bisnis kelautan dan pertanian, serta kegiatan pertambangan mineral;

 Kabupaten Indramayu diarahkan menjadi PKW dengan sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi, serta diarahkan kegiatan utama pada pertanian lahan basah berkelanjutan, bisnis perikanan dan kelautan, industri, pertambangan terutama minyak dan gas;

 Kabupaten Majalengka diarahkan menjadi lokasi Bandar udara Internasional Jawa Barat dan Aerocity di Kertajati, daerah konservasi utama Taman Nasional Gunung Ciremai, serta untuk kegiatan agrobisnis dan industri bahan bangunan, serta kegiatan pertambangan mineral, serta pengembangan sarana dan prasarana yang terintegrasi di PKW Kadipaten;

 Kabupaten Kuningan diarahkan sebagai PKL, dengan sarana dan prasarana pendukung minimal, serta diarahkan untuk menampung kegiatan sektor pertanian, wisata alam, agroindustri, dan daerah konservasi utama Taman Nasional Gunung Ciremai termasuk perlindungan sumberdaya air; dan  Kabupaten Sumedang diarahkan

sebagai PKL, dengan sarana dan prasarana minimal, serta untuk kegiatan utama agrobisnis dan industri, serta kegiatan pertambangan mineral.

Mengembangkan infrastruktur strategis Pola ruang PKN dalam bentuk ring (Ring 1: Jasa perdagangan dan transportasi, Ring 2: Industri berbasis lokal, Ring 3: Penyedia bahan baku)

Mengembangkan wisata budaya, religi dan alam

Mendorong agribisnis yang didukung sektor industri, perikanan laut dan darat, pertanian tanaman pangan, kehutanan, perkebunan & peternakan di kawasan pinggiran Mendorong

pengembangan hutan mangrove, rumput laut dan perikanan tambak Pengendalian

perikanan tangkap di kawasan pesisir


(17)

Pengembangan

(WP) Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan

WP Priatim –

Pangandaran Mendorongperkembangan PKW

Tasikmalaya dan PKNp Pangandaran, serta pengembanga n secara terbatas kawasan Daerah bagian Selatan.

Melengkapi fasilitas pendukung PKW dan PKL

 Kota Tasikmalaya diarahkan sebagai bagian dari PKW dengan sarana dan prasarana minimal PKW yang terintegrasi, serta pusat pengembangan industri kerajinan, perdagangan dan jasa;

 Kabupaten Tasikmalaya diarahkan untuk kegiatan sektor pertanian dan agroindustri, perikanan dan industri pengolahan perikanan, pusat pengembangan industri kerajinan, wisata alam, dan kegiatan pertambangan mineral logam dan non logam ;  Kabupaten Garut diarahkan

untuk kegiatan pertanian dan industri pengolahan pertanian, perikanan dan industri pengolahan perikanan, wisata alam dan minat khusus, serta kegiatan pertambangan mineral logam dan non logam;

 Rancabuaya di Kabupaten Garut diarahkan sebagai PKWp dengan sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi, serta kegiatan wisata minat khusus;

 Kabupaten Ciamis diarahkan untuk kegiatan sektor pertanian, industri pengolahan hasil pertanian, wisata pantai, perikanan dan industri pengolahan perikanan, serta kegiatan pertambangan mineral non logam;

 Pangandaran di Kabupaten Ciamis diarahkan sebagai PKW dan PKNp dengan sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi serta diarahkan sebagai daerah tujuan wisata nasional dan internasional;

 Kota Banjar diarahkan sebagai PKWp dengan sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi, serta kegiatan sektor perdagangan, jasa, dan sebagai pintu gerbang Daerah berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Mengembangkan infrastruktur strategis Mengembangkan pariwisata Pangandaran dsk Mengembangkan sektor dan komoditas unggulan dengan meningkatkan akses sentra-sentra produksi


(18)

Pengembangan

(WP) Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan WP Sukabumi dsk Mendorong

perkembangan koridor

Sukabumi-Cianjur dan PKNp Palabuhanratu , serta membatasi perkembangan di bagian selatan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur.

Melengkapi fasilitas pendukung PKW dan PKL

 Kota Sukabumi diarahkan untuk pengembangan agribisnis, pengembangan pusat pengolahan hasil peternakan, wisata agro, industri non-polutif dan tidak mengganggu resapan air, serta perdagangan dan jasa yang mendukung fungsi PKW Sukabumi;  Kabupaten Sukabumi diarahkan untuk pengembangan agribisnis, pengembangan kawasan pengembalaan umum ternak ruminansia, wisata pantai, wisata agro, wisata minat khusus, industri non-polutif dan tidak mengganggu resapan air, perdagangan dan jasa yang mendukung fungsi PKW Palabuhanratu dan simpul layanan wilayah sekitarnya, pengembangan wilayah pesisir selatan melalui pengembangan wisata pantai dan wisata minat khusus serta perikanan tangkap, serta pertambangan mineral logam dan non logam;

 Palabuhanratu di Kabupaten Sukabumi diarahkan pula sebagai PKNp, dengan sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi, serta diarahkan untuk kegiatan bisnis kelautan skala nasional dan internasional; dan Kabupaten Cianjur diarahkan untuk pengembangan agribisnis tanaman pangan, pengembangan kawasan pengembalaan umum ternak ruminansia, wisata agro, wisata alam, industri kreatif, pengembangan wilayah pesisir untuk perikanan tangkap, wisata minat khusus, serta kegiatan pertambangan mineral logam dan non logam.

Mengembangkan infrastruktur strategis Mengembangkan agribisnis, industri non-polutif dan tidak mengganggu resapan air, wisata pantai dan agro, dan wisata minat khusus.

Pengembangan bisnis kelautan yang berwawasan

lingkungan dengan memanfaatkan modal investasi untuk menghasilkan daya saing global

WP KK Cekungan

Bandung Mengendalikan pembangunan dengan mengoptimalk an fungsi pemerintahan di tingkat pusat dan daerah

Melengkapi fasilitas pendukung PKN, PKW dan PKL

 Kota Bandung diarahkan sebagai kota inti dari PKN dengan kegiatan utama perdagangan dan jasa, industri kreatif dan teknologi tinggi, pariwisata, dan transportasi;  Kabupaten Bandung diarahkan

sebagai bagian dari PKN, dengan kegiatan utama industri non-polutif, wisata alam, pertanian dan perkebunan;

Mengendalikan pengembangan kegiatan di kawasan perkotaan

Mengembangkan kawasan pinggiran PKN dengan tetap menjaga fungsi


(19)

Pengembangan

(WP) Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan lindung kawasan

 Kabupaten Bandung Barat diarahkan sebagai bagian dari PKN dengan kegiatan utama industri non-polutif, pertanian, industri kreatif, dan teknologi tinggi;

 Kota Cimahi diarahkan sebagai kota inti dari PKN dengan kegiatan utama perdagangan dan jasa, industri kreatif dan teknologi tinggi; dan

 Kabupaten Sumedang diarahkan sebagai PKL, dilengkapi sarana dan prasarana pendukung minimal, serta pusat pendidikan tinggi di kawasan Jatinangor, agrobisnis dan industri.

Mengembangkan pembangunan dan hunian vertical


(20)

(21)

KRITERIA DAN LOKASI KAWASAN LINDUNG

Fungsi Jenis/Tipe Kriteria KlasifikasiFisik Lokasi (Kode) 1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya

1.1 Kawasan Hutan berfungsi lindung

Hutan

Lindung  dengan faktor-faktorKawasan hutan kelerengan

lapangan, jenis tanah, dan curah hujan dengan nilai skor lebih dari 125; dan/atau;

 Kawasan hutan yang mempunyai kelerengan lapangan 40% atau lebih, dan pada daerah yang keadaan tanahnya peka terhadap erosi dg kelerengan lapangan lebih dari 25%; dan/atau  Kawasan hutan

yg mempunyai ketinggian 2.000 meter atau lebih diatas permukaan laut.

Hutan Terletak di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH): Bogor, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, Bandung Utara, Bandung Selatan, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Sumedang, Majalengka, Indramayu dan Kuningan.

1.2 Kawasan resapan air

 Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm/tahun;  Lapisan

tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16 mm;

 Mempunyai kemampuan

meluluskan air dengan kecepatan lebih dari 1 m/hari;  Kedalaman

muka air tanah lebih dari 10 m terhadap permukaan tahan setempat;

 Kelerengan kurang dari 15%;  Kedudukan

muka air tanah

Non Hutan Tersebar di kabupaten/ kota


(22)

dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam.

2. Kawasan perlindungan setempat 2.1 Sempadan

pantai Daratan sepanjangtepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, sekurang-kurangnya 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat

Non Hutan Kab. Bekasi, Kab. Karawang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Subang, Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Cirebon, Kab. Indramayu, Kota Cirebon

2.2 Sempadan sungai

 Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di luar kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di dalam kawasan perkotaan  Sekurang-kurangnya

100 m di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan-kiri sungai kecil yang tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan

 Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai

untuk yang

mempunyai

kedalaman tidak lebih besar dari 3 m  Sekurang-kurangnya

15 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai

kedalaman lebih dari 3 m - 20 m

 Sekurang-kurangnya 20 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai

kedalaman lebih dr 20 m

Non Hutan Terletak di seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS)


(23)

 Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk sungai yang terpengaruh oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau 2.3 Kawasan sekitar

waduk dan danau/situ

Daratan sepanjang tepian waduk dan situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan situ sekurang-kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Non Hutan  Waduk Ir H. Djuanda-Jatiluhur Kab. Purwakarta;

 Waduk Darma, Waduk Wukulut, Waduk Dadap Beredung Kab. Kuningan;

Waduk Cirata (Kab. Bandung Barat, Cianjur, dan Purwakarta);  Waduk Cileunca,

Waduk CipanunjangSitu Sipatahunan (Kab. Bandung);

 Waduk Saguling, Situ Ciburuy, Situ Lembang Kab. Bandung Barat  Situ Patok, Waduk

Sedong Kab. Cirebon; Situ Gede, Waduk Pongkor, Situ Kemang, Waduk Lido, Waduk Cikaret Kab. Bogor;  Waduk Cipancuh dan

Situ Bolang Kab. Indramayu;

 Waduk Sindang Pano, Waduk Sangyang, Situ Anggrarahan, Situ Rancabeureum (Kab. Majalengka);

 Waduk Jatigede (Kab. Sumedang);

 Waduk Cibeureum (Kab. Bekasi);

 Situ Kamojing (Kab. Karawang);

 Situ Bagendit (Kab. Garut);

 Situ Gede (Kab. Tasikmalaya);

 Situ Bojongsari (Kota Depok)


(24)

7.4. Kawasan

sekitar mata air Kawasanradius sekurang-dengan kurangnya 200 m di sekitar mata air

Non Hutan Lokasi tersebar di Kabupaten/Kota

7.5 RTH Kota  Lahan dengan

luas paling sedikit 2.500 meter persegi;  Berbentuk satu

hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur; dan

 Didominasi komunitas tumbuhan.

Lokasi tersebar di Kabupaten/Kota

3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya 3.1 Kawasan

cagar alam HutanKonservasi  dan atau perairanKawasan darat yang ditunjuk mempunyai luas tertentu yang menunjang

pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga cukup luas serta mempunyai

kekhasan jenis tumbuhan, satwa atau ekosistemnya;  Kondisi alam

baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia

Hutan  CA Arca Domas, CA Yanlapa, dan CA Dungusiwul, terletak di Kab. Bogor;

 CA Talaga Warna terletak di Kab. Bogor dan Kab. Cianjur;  CA Takokak, CA Cadas

Malang, dan CA Bojong Larang Jayanti, terletak di Kab. Cianjur;

 CA Gunung Simpang, terletak di Kab. Bandung dan Cianjur;  CA Telaga Patengan,

CA Gunung Malabar, CA Cigenteng Cipanji I/II, CA Yung Hun, dan CA Gunung Tilu, terletak di Kab. Bandung;

 CA Papandayan (perluasan) dan CA Kawah Kamojang, terletak di Kab. Bandung dan Garut;  CA Gunung Tangkuban

Parahu, terletak di Kab. Bandung dan Subang;  CA Talaga Bodas dan

Cagar Alam Leuweung Sancang, terletak di Kab. Garut;


(25)

 CA Sukawayana, Cagar Alam Tangkuban Parahu (Palabuhanratu) & Cagar Alam Cibanteng, terletak di Kab. Sukabumi;

 CA Burangrang, terletak di Kab. Purwakarta;  CA Gunung Jagat,

terletak di Kab. Sumedang;

 CA Pananjung Pangandaran dan Cagar Alam Panjalu/ Koorders, terletak di Kab. Ciamis 3.2. Kawasan suaka margasatwa Hutan Konservasi

 Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup & perkembangan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi  Memiliki

keanekaraga-man dan/atau keunikan satwa

 Memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan

Hutan  Suaka Margasatwa Cikepuh terletak di Kab.Sukabumi

 Suaka Margasatwa Gunung Sawal terletak di Kabupaten Ciamis  Suaka Margasatwa

Sindangkerta, terletak di Kab. Tasikmalaya

3.3 Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya Hutan

Konservasi Kawasanperairan laut, perairanberupa darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang dan/atau yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan/atau keunikan ekosistem

Hutan  Suaka Alam Laut Leuweung Sancang, terletak di Kabupaten Garut

 Suaka Alam Laut Pangandaran, terletak di Kabupaten Ciamis 3.4 Kawasan

mangrove HutanKonservasi Minimal 130 kali nilairata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.

Hutan  Muara Gembong, terletak di Kabupaten Bekasi

 Muara Bobos dan Blanakan, terletak di Kabupaten Subang  Tanjung Sedari,

terletak di Kabupaten Karawang


(26)

 Eretan, terletak di pantai Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon 3.5 Taman nasional Hutan

Konservasi

 Kawasan darat dan/atau perairan yang ditunjuk relatif luas, tumbuhan dan/atau satwanya memiliki sifat spesifik dan endemik serta berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga

kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya

hayati dan

ekosistemnya;  Dikelola

dengan sistem zonasi yang terdiri atas zona inti, zona pemanfaatan dan zona lain sesuai dengan keperluan.

Hutan  Taman Nasional

Gunung Gede

Pangrango di Kabupaten Sukabumi , Cianjur, dan Kabupaten Bogor

 Taman Nasional Gunung Halimun-Salak terletak di Kabupaten Sukabumi dan Bogor  Taman Nasional

Gunung Ciremai, terletak di Kabupaten Kuningan dan Majalengka

3.6. Taman hutan

raya HutanKonservasi

 Kawasan yang ditunjuk mempunyai luasan tertentu, yang dapat merupakan kawasan hutan dan/atau bukan kawasan hutan;  Memiliki

bentang alam dan akses yang baik untuk kepentingan pariwisata.

Hutan  Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda terletak Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan kabupaten Bandung Barat

 Taman Hutan Raya Pancoran Mas terletak di Kota Depok

 Taman Hutan Raya Gn. Kunci dan Palasari terletak di Kab. Sumedang

3.7. Taman wisata

alam HutanKonservasi

 Kawasan darat dan/atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan serta memiliki

Hutan  Taman Wisata Alam Gunung Salak Endah, Taman Wisata Alam Talaga Warna dan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terletak di Kab. Bogor


(27)

keadaan yang menarik dan indah, baik secara alamiah maupun buatan;  Memenuhi

kebutuhan rekreasi dan/atau olah raga serta mudah dijangkau.

Alam Sukawayana terletak di Kab. Sukabumi

 Taman Wisata Alam Jember terletak di terletak di Kab.Cianjur  Taman Wisata

Alam Telaga Patengan dan Taman Wisata Alam Cimanggu terletak di Kab. Bandung  Taman Wisata

Alam Curug Dago, terletak di Kota Bandung

 Taman Wisata Gunung Tangkuban Parahu terletak di Kab.Bandung Barat dan Subang

 Taman Wisata Alam Curug Santri, terletak di Kab. Karawang

Taman Wisata Alam Kawah Kamojang, terletak di Kab. Bandung dan Garut  Taman Wisata

Alam Papandayan, Taman Wisata Alam Gn. Guntur, dan Taman Wisata Alam Talaga Bodas, terletak di Kab. Garut

 Taman Wisata

Alam Gunung

Tampomas, terletak di Kab. Sumedang

 Taman Wisata Alam Linggarjati, terletak di Kab. Kuningan

 Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, terletak di Kab. Ciamis

3.8. Kawasan cagar budaya dan ilmu

pengetahuan

 Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak

Non Hutan  Istana Bogor, Batu Tulis dan Gedung Negara Badan Koordinasi


(28)

yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan sekurang-kurangnya 50 tahun serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan;

 Lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya

Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah I, terletak di Kota Bogor  Istana Cipanas,

Megalitikum Gunung Padang, Kawasan Makam Rd. Aria Wiratanudatar di Cikundul, terletak di Kab. Cianjur

 Kawasan Gedung Sate, Gedung Merdeka dan Gedung Indonesia Menggugat terletak di Kota Bandung

 Situs Gunung Kendan, Candi Bojong Menje dan Kawasan Makam Syech Mahmud, terletak di Kab. Bandung

Observatorium Bosscha dan Kampung Budaya Gua Pawon terletak di Kab. Bandung Barat  Makam Sunan

Gunungjati, terletak di Kab. Cirebon

 Gua Sunyaragi, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan, Makam Sunan Gunung Jati dan Gedung Negara Badan Koordinasi

Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah III, terletak di Kota Cirebon

 Museum Linggajati, terletak di Kab. Kuningan

 Kampung Naga dan Kawasan Makam Syech Abdul Muchyi Pamijahan, terletak di Kab. Tasikmalaya  Gunung Kunci,

Komplek Museum Prabu Geusan Ulun &


(29)

Komplek Makam Dayeuh Luhur, terletak di Kab. Sumedang  Candi Cangkuang,

Kampung Dukuh, Kawasan Makam Syech Muhidin dan Gedung Negara Badan Koordinasi

Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah IV, terletak di Kab. Garut

 Batu Tulis Ciaruteun, Kampung Budaya Sindangbarang,

Kampung Adat Lemah Duhur, dan Gua Gudawang, terletak di Kab. Bogor

Ciung Wanara Karang Kamulyan, Situ Lengkong dan Kampung Kuta, terletak di Kab. Ciamis;

 Pulau Biawak, terletak di Kab. Indramayu;  Kampung Ciptagelar,

terletak di Kab. Sukabumi

Kawasan Makam Syech Tb. Ahmad Bakri dan Gedung Negara Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah II, terletak di Kab. Purwakarta

 Kawasan Situs Candi Jiwa, Makam Syech Quro dan Komplek Monumen

Rengasdengklok, terletak di Kab. Karawang

Lain-lain kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang tersebar di Kabupaten/ Kota


(30)

4.1. Kawasan rawan tanah longsor

 Kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau material campuran;

 Kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi mengalami kejadian tanah longsor.

Non Hutan Kab. Bogor, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung, Kab. Garut, Kab. Purwakarta, Kab. Sumedang, Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Majalengka, Kab. Kuningan, dan Kab. Cirebon

4.2. Kawasan gelombang pasang

 Kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai

dengan 100

kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari;

 Kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana gelombang pasang.

No n Hutan Kab. Cirebon, Kab. Indramayu, Kab. Subang, Kab. Karawang, dan Kab. Bekasi

4.3 Kawasan

rawan banjir Kawasandiidentifikasi sering danyang berpotensi tinggi mengalami bencana banjir.

Non Hutan Kab. Ciamis, Kota Banjar, Kab. Cirebon, Kota Cirebon, Kab. Majalengka, Kab. Indramayu, Kab. Subang, Kab. Bandung, Kab. Karawang, dan Kab. Bekasi

5. Kawasan lindung geologi

5.1. Kawasan cagar alam geologi dan kawasan kars 1.1 Cagar alam

geologi Non Hutan

 Kawasan Geologi Pasir Pawon dan Gua Pawon Kab. Bandung Barat

 Kawasan Geologi Batu Obsidian Nagreg, terletak di Kab. Bandung


(31)

Ciletuh Kab. Sukabumi  Kawasan Geologi

Rancah Kab. Ciamis  Kawasan Geologi

Pasirgintung Kab. Tasikmalaya

1.2 Kawasan

Kars Pengertian : KawasanKars merupakan bentang alam yang unik dan langka. Karena terbentuk dengan

proses yang

berlangsung lama dan hanya dijumpai pada daerah-daerah tertentu, sudah tentu kawasan kars menjadi objek eksplorasi dan eksploitasi manusia.

Non Hutan Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis

5.2. Kawasan rawan bencana alam geologi a. Kawasan

rawan letusan gunung api

 Kawasan dengan jarak atau radius tertentu dari pusat letusan yang terpengaruh

langsung dan tidak langsung, dengan tingkat kerawanan yang berbeda;  Kawasan di

sekitar kawah atau kaldera; dan/atau  Kawasan

berupa lembah yang dapat menjadi daerah terlanda awan panas, aliran lahar, lava, lontaran atau guguran bau pijar dan/atau aliran gas beracun.

Non Hutan  Kawasan Gunung Salak, terletak di Kabupaten Bogor dan Sukabumi;

 Kawasan Gunung Gede-Pangrango, terletak di Kab. Bogor, Cianjur, dan Sukabumi  Kawasan Gunung

Patuha, Kawasan Gunung Wayang Windu, dan Kawasan Gunung Talagabodas, terletak di Kab. Bandung

 Kawasan Gunung Ciremai, terletak di Kab. Kuningan, Cirebon, dan Majalengka

 Kawasan Gunung Guntur, terletak di Kabupaten Garut Kawasan Gunung Tangkuban Parahu, terletak di Kab.Bandung dan Subang

 Kawasan Gunung Papandayan, terletak di Kab. Garut dan Bandung


(32)

 Kawasan Gunung Galunggung, terletak Kab. Tasikmalaya dan Garut

b. Kawasan rawan gempa bumi tektonik

 Kawasan yang berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI);

 Kawasan yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak;

 Kawasan yang dilalui oleh patahan aktif daerah yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan

(magnitudo) lebih besar dari 5 pada skala richter;

 Kawasan dengan batuan dasar berupa endapan lepas seperti endapan sungai, endapan pantai dan batuan lapuk;

 Kawasan lembah bertebing curam yang disusun batuan mudah longsor.

Non Hutan  Tersebar di daerah rawan gempa bumi Bogor-Puncak-Cianjur, daerah rawan gempa bumi Sukabumi-Padalarang-Bandung  Daerah rawan gempa

bumi Purwakarta-Subang-Majalengka  Daerah rawan gempa

bumi Garut-Tasikmalaya-Ciamis c. Kawasan rawan gerakan tanah Kawasan dengan kerentanan tinggi untuk terpengaruh gerakan tanah, terutama jika kegiatan manusia menimbulkan

gangguan pada lereng di kawasan ini.

Non Hutan Kab. Bogor, Kab. Cianjur, Kab. Sukabumi, Kab. Purwakarta, Kab. Subang, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kab. Sumedang, Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Kuningan dan Kab. Majalengka d. Kawasan

yang terletak di zona

 Sempadan dengan lebar paling sedikit 250 meter dari

Non Hutan  Kawasan yang berada di sekitar Sesar Cimandiri


(33)

sesar aktif tepi jalur patahan aktif;

 Kawasan dengan kerentanan karena terdapat pada zona sesar yang aktif.

(Palabuhanratu-Padalarang)

 Kawasan yang berada di sekitar Sesar Lembang (Bandung Barat)

 Kawasan yang berada di sekitar Sesar Baribis (Kuningan-Majalengka)

e. Kawasan rawan tsunami

Pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami.

Non Hutan Tersebar di Kab. Ciamis, Kab. Tasikmalaya, Kab. Garut, Kab. Cianjur, dan Kab. Sukabumi

f. Kawasan

rawan abrasi Pantai yang berpotensimemiliki kerentanan terjadinya abrasi dan/atau pernah mengalami abrasi.

Non Hutan Kab. Bekasi, Kab. Karawang, Kab. Subang, Kab. Indramayu, Kab. Cirebon, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya dan Kab. Ciamis

5.3 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah

Meliputi kriteria kawasan imbuhan air tanah :

 Memiliki jenis fisik batuan tanah dengan kemampuan meluluskan air dengan jumlah yang berarti;

 Memiliki

lapisan penutup tanah berupa pasir sampai lanau;

 Memiliki hubungan

hidrogeologis yang menerus dengan daerah lepasan; dan/atau

 Memiliki muka air tanah tidak tertekan yang letaknya lebih tinggi daripada muka air tanah yang tertekan.

Non hutan Tersebar di Kabupaten/Kota


(34)

6.1 Taman Buru Hutan

Konservasi  Areal yang ditunjukmempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan; dan atau

Hutan Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi terletak di Kab. Bandung, Garut, dan Sumedang

 Kawasan yang terdapat satwa buru yang

dikembangbiakan sehingga

memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi, olahraga, dan kelestarian satwa.

6.2 Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ

 Areal yang ditunjuk memiliki jenis plasma nutfah tertentu yang belum terdapat di dalam kawasan konservasi yang telah ditetapkan;  Merupakan areal

tempat pemindahan

satwa yang

merupakan tempat kehidupan baru bagi satwa tersebut mempunyai luas

cukup dan

lapangannya tidak membahayakan.  Kawasan

perlindungan plasma nutfah eks-situ adalah kawasan di luar kawasan suaka alam dan pelestarian

alam yang

diperuntukkan bagi pengembangan dan pelestarian

pemanfaatan plasma nutfah tertentu.

Non Hutan  Muara Gembong, terletak di Kabupaten Bekasi

 Kebun Raya Bogor, terletak di Kota Bogor  Taman Safari

Indonesia,

Taman Buah Mekarsari, dan Gunung Salak Endah, terletak di Kabupaten Bogor  Taman Bunga

Nusantara, Kebun Raya Cibodas, terletak di Kabupaten Cianjur  Pantai Pangumbahan

dan Perairan Sukawayana, terletak di Kabupaten Sukabumi  Jatiluhur-Sanggabuana,

terletak di Kabupaten Purwakarta

 Kawah Putih dan Gunung Patuha, terletak di Kabupaten Bandung

 Kebun Binatang Bandung, terletak di Kota Bandung


(35)

Kab. Garut

Gunung Cakrabuana, Sirah Cimunjul, dan Gunung Galunggung, terletak di Kab. Tasikmalaya

Pantai Majingklak, Karang Kamulyan, Cipanjalu, dan Cukang Taneuh, terletak di Kab. Ciamis

 Gunung Ageung, terletak di Kab. Majalengka;

 Muara Cimanuk dan Pulau Biawak, terletak di Kab. Indramayu  Kebun Raya Kuningan,

terletak di Kab. Kuningan

6.3 Kawasan Terumbu Karang

 Berupa kawasan yang berbentuk dari koloni masif dari hewan kecil yang secara bertahap membentuk terumbu karang;

 Terdapat di sepanjang pantai dengan kedalaman paling dalam 40 meter; dan

 Dipisahkan oleh laguna dengan kedalaman antara 40 sampai dengan 75 meter.

Perairan Laut

 Pantai Cilamaya, terletak di Kab. Karawang

 Pantai Bobos di Kab. Subang

 Pantai Majakerta dan Pulau Biawak di Kab. Indramayu

 Pantai Karang Hawu, Cisolok, Citepus, Surade, Ciracap, Ciwaru di Kab. Sukabumi

 Santolo, Cilauteureun sampai Cagar Alam sancang, Cikelet di Kab. Garut

 Pantai Cipatujah sampai Karangtawulan di Kab. Tasikmlaya  Pantai Krapyak, Pantai

Timur dan Barat Cagar Alam Pananjung, Pantai Karang Jaladri di Kab. Ciamis

6.4 Kawasan Koridor bagi Satwa atau Biota Laut yang Dilindungi

 Berupa kawasan yang memiliki ekosistem unik, biota endemik, atau proses-proses

 Tempat bertelur penyu hijau, terdapat di Ciracap dan Ujung Genteng, Kab. Sukabumi


(36)

penunjang kehidupan; dan  Mendukung alur

migrasi biota laut.

 Tempat bertelur penyu hijau, terdapat di Pantai Keusik Luhur, Kab. Ciamis

 Tempat bertelur penyu, terdapat di Pantai Cipatujah, Kab. Tasikmalaya

6.5 Kawasan yang sesuai untuk hutan lindung

Kawasan yang berdasarkan kriteria teknis digolongkan ke dalam kawasan lindung

Non hutan Tersebar di luar kawasan hutan negara, yang memiliki skor > 175, dihasilkan dari analisis hutan lindung kriteria SK

Mentan No.

837/KPTS/Um/11/1980 Sumber : Keppres No. 32/1990, SK Menhut No. 419/Kpts II/1999, Perda No. 2/1996, PP No 26 Tahun 2008

tentang RTRWN, Peta Penunjukkan Kawasan Hutan Provinsi Jawa Barat (sesuai Surat Menhut Nomor S.276/Menhut-VII/2010), Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2009

2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya yang menjadi kewenangan provinsi dan merupakan kawasan strategis provinsi, dapat berupa kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian pangan , kawasan peruntukan perkebunan, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan lainnya.

Kawasan Hutan Produksi

Dengan memperhatikan kriteria kawasan budidaya hutan produksi yang terdapat dalam RTRWN maka arah pengembangan kawasan budidaya hutan produksi adalah :

1. Meningkatkan pembangunan lintas sektor dan subsektor, serta kegiatan ekonomi sekitarnya

2. Meningkatkan fungsi lindung


(37)

5. Meningkatkan kesempatan kerja terutama masyarakat setempat

6. Mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat terutama di daerah setempat.

a. Kawasan Hutan Rakyat

Arah pengembangan kawasan budidaya hutan rakyat adalah sebagai berikut:

1. Mengarahkan pengembangan kawasan budidaya hutan rakyat pada kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik.

2. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya hutan

3. Mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat terutama di daerah setempat

b. Kawasan Pertanian Pangan

Kawasan budidaya pertanian pangan merupakan kawasan yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Karena memiliki fungsi yang demikian krusial maka arahan pengembangan pertanian difokuskan pada :

1. Mempertahankan kawasan pertanian pangan irigasi teknis 2. Mendukung ketahanan pangan provinsi dan nasional

3. Meningkatkan produktivitas melalui pola intensifikasi, diversifikasi, dan pola tanam yang sesuai dengan kondisi tanah dan perubahan iklim

4. Ditunjang dengan pengembangan infrastruktur sumberdaya air yang mampu menjamin ketersediaan air

5. Meningkatkan kesejahteraan petani dan pemanfaatan yang lestari.

Pengembangan kawasan pertanian pangan merujuk pada ketentuan sebagai berikut:

1. Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian 2. Terutama berada dalam di lahan beririgasi teknis


(38)

memperhatikan aspek penetapan kawasan hortikultura sesuai ketentuan peraturan perundangan.

Kawasan pertanian pangan irigasi teknis, tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kota Bogor, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar.

c. Kawasan Perkebunan

Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk:

1. meningkatkan pembangunan lintas sektor dan subsektor, serta kegiatan ekonomi sekitarnya

2. meningkatkan pendapatan daerah

3. meningkatkan kesempatan kerja masyarakat setempat

4. mendorong terciptanya keterkaitan sektor hulu dan hilir perkebunan yang dapat menstimulasi pengembangan ekonomi wilayah

5. meningkatkan nilai ekspor

6. mendukung keberlanjutan ekosistem di wilayah sekitarnya, terutama yang berfungsi lindung.

Kawasan perkebunan, ditetapkan dengan ketentuan:

1. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan perkebunan

2. memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan perkebunan

Kawasan perkebunan, tersebar di Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung Barat, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Sumedang, Indramayu, Subang, dan Purwakarta.

d. Kawasan Perikanan

Pengembangan kawasan perikanan, meliputi:

a. pengembangan kawasan budidaya air tawar;


(39)

d. pengembangan kawasan industri pengolahan perikanan.

Pengembangan kawasan perikanan, dilaksanakan untuk: a. meningkatkan produksi ikan;

b. meningkatkan konsumsi ikan;

c. meningkatkan ekspor hasil pertanian;

d. meningkatkan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja; e. meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan dan udang; dan f. meningkatkan pengelolaan dan pelestarian sumberdaya perikanan.

Kawasan Perikanan, tersebar di Kabupaten Bekasi, Subang, Karawang, Indramayu, Cirebon, Kuningan, Majalengka, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, Bandung, Bandung Barat, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kota Bandung, Bogor, dan Sukabumi

e. Kawasan Pertambangan

Pengembangan kawasan pertambangan di perdesaan dilakukan dengan menjaga kualitas lingkungan seingga kemantapan sektor pertambangan yang sudah tercapai terus terjaga dan ditingkatkan sehingga pada tahapan ini adalah masa pemeliharaan pasokan pertambangan, mantapnya desa mandiri pertambangan, mantapnya kemampuan masyarakat dalam pembangunan sektor pertambangan.

Pengembangan kawasan pertambangan secara kewilayahan dalam bentuk Wilayah Pertambangan yang terdiri dari Wilayah Pencadangan Negara (WPN), Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) maupun Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR), diarahkan untuk:

1. Meningkatkan pendapatan daerah dan perekonomian wilayah 2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan

3. Mendorong peningkatan nilai tambah barang tambang untuk ekspor

4. Mendorong upaya pengendalian pemanfaatan kawasan pertambangan secara lestari, baik untuk pertambangan skala besar maupun skala kecil

5. Meningkatkan penerapan penambangan yang memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja


(40)

8. Mengembangkan alih teknologi penambangan bagi masyarakat sekitar kawasan Kriteria kawasan pertambangan yang dimaksud adalah kawasan yang :

1. Memiliki sumberdaya dan potensi pertambangan yang berwujud padat, cair atau gas berdasarkan data geologi, setelah dikoreksi oleh ruang yang tidak diperbolehkan, dan masih layak untuk dieksploitasi secara ekonomis 2. Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan

kegiatan pertambangan secara berkelanjutan dan bukan merupakan daerah rawan bencana dengan kerentanan bencana tinggi

3. Merupakan bagian proses upaya mengubah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

4. Tidak mengganggu fungsi kelestarian lingkungan hidup dan masyarakat sekitarnya

5. Tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Penetapan kawasan pertambangan dilaksanakan :

1. Secara transparan, partisipatif dan bertanggungjawab;

2. Secara terpadu dengan memperhatikan pendapat dari instansi pemerintah terkait dan masyarakat, dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya, serta berwawasan lingkungan

3. memperhatikan aspirasi kabupaten/kota

f. Kawasan Industri

Pembangunan lokasi industri ditetapkan dengan ketentuan :

a. Kewajiban perusahaan industri berlokasi di kawasan industri kecuali untuk industri yang memerlukan lokasi khusus, industri mikro, kecil dan menengah, serta industri di kabupaten/kota yang belum memiliki kawasan industri,sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

b. Memenuhi ketentuan teknis, tata ruang dan lingkungan untuk kegiatan industri, serta efisien, memberikan kemudahan dan dayatarik bagi investasi

c. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup dan menjamin pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan


(41)

menyediakan lahan bagi kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah

Dengan mempertimbangkan hasil analisis ekonomi untuk Jawa Barat maka arahan pengembangan bagi kawasan industri ditekankan pada :

1. Mengoptimalkan kawasan industri yang telah ada di koridor Cikarang-Cikampek 2. Mengembangkan kawasan industri di koridor Bandung-Cirebon dan koridor

Sukabumi-Bogor

3. Mendorong pengembangan industri kreatif dan telematika di WP KK Cekungan Bandung

4. Memprioritaskan pengembangan industri yang berteknologi tinggi, ramah lingkungan, dan membangkitkan kegiatan ekonomi

5. Memprioritaskan pengembangan industri yang menerapkan manajemen dan kendali mutu, clean development mechanism, serta produksi bersih

6. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan industry mikro, kecil, dan menengah yang ramah lingkungan, hemat lahan dan dapat menyerap tenaga kerja lokal

Pembangunan lokasi industri yang dilakukan di luar kawasan industri atau zona industri, ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. memperhatikan keseimbangan dan kelestarian sumberdaya alam serta mencegah timbulnya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup

b. dilengkapi dengan unit pengolahan limbah

c. memperhatikan pasokan air bersih dari sumber air permukaan

d. industri ramah lingkungan dan memenuhi kriteria ambang limbah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

e. pengelolaan limbah secara terpadu untuk industri dengan lokasi berdekatan Dalam hal pengembangan kawasan industri yang telah ada untuk mengoptimalkan fungsi kawasan industri di Jawa Barat, ditetapkan beberapa kawasan industri baik yang sudah operasional maupun yang belum operasional, diantaranya :

1. Kawasan Industri MM2100 Industrial Town, Cibitung Kab. Bekasi 2. Kawasan Industri EJIP (NEGAI), Cikarang, Cibarusah, Kab. Bekasi


(42)

Bekasi

4. Kawasan Industri Jababeka Cikarang & Cilegon, Cikarang dan Cilegon, Kab. Bekasi

5. Kawasan Industri Lippo Cikarang Industrial Park, Cikarang, Kab. Bekasi

6. Kawasan Industri Patria Manunggal Jaya Industrial Estate, Cikarang, Kab. Bekasi

7. Kawasan Industri Gobel, Cibitung, Kab. Bekasi

8. Kawasan Industri Marunda Centre-International Warehouse & Industrial Estate, Kab. Bekasi

9. Kawasan Industri Sentul, Kab. Bogor

10. Kawasan Industri Cibinong Centre Industrial Estate, Kec. Citeureup-Klapanunggal, Kab. Bogor

11. Kawasan Industri KIIC, Kec. Teluk Jambe, Kab. Karawang

12. Kawasan Industri Taman Niaga Karawang Prima, Kec. Teluk Jambe, Kab. Karawang

13. Kawasan Industri Indotaisei Kota Bukit Indah, Kec. Cikampek, Kab. Karawang 14. Kawasan Industri Kujang Cikampek, Kec. Cikampek, Kab. Karawang

15. Kawasan Industri Mandalapratama Permai, Kec. Cikampek. Kab. Karawang 16. Kawasan Industri Mitrakarawang, Kec. Ciampel, Kab. Karawang

17. Kawasan Industri Karawang 2000 Industrial Estate, Kab. Karawang

18. Kawasan Industri Suryacipta City of Industry, Kec. Ciampel, Kab. Karawang 19. Kawasan Industri Kota Bukit Indah-Industrial City, Kab. Karawang dan Kab.

Purwakarta

20. Kawasan Industri Lion, Kec. Campaka, Kab. Purwakarta 21. Kawasan Industri Ciambar, Kab. Sukabumi.

22. Kawasan Industri Rancaekek Industrial Estate, Kab. Sumedang dan Kab. Bandung

g. Kawasan Pariwisata

Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Pengembangan kawasan pariwisata di Jawa Barat diarahkan kepada tiga jalur wisata unggulan, yaitu kawasan wisata unggulan jalur utara, tengah dan selatan. Kawasan wisata unggulan yang terletak pada jalur utara adalah :

a. Kawasan Wisata Industri dan Bisnis Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang

b. Kawasan Wisata Agro di Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang dan Kabupaten Cirebon


(43)

Kawasan wisata yang terletak di jalur tengah adalah :

a. Kawasan Eko Wisata Puncak, Kebun Raya Cibodas, Gunung Gede-Pangrango, Talaga Warna, Gunung Tangkubanparahu, Gunung Ciremai, Gunung Halimun dan Pegunungan di kawasan Bandung Selatan

b. Kawasan Wisata Agro Kabupaten Bogor, Kota Bogor,Kabupaten Cianjur, Kota Sukabumi, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung

c. Kawasan Wisata Perkotaan dan Pendidikan di WP KK Cekungan Bandung d. Kawasan Wisata Kriya dan Budaya Priangan

Kawasan wisata yang terletak di jalur selatan adalah :

a. Kawasan Eko Wisata Palabuhanratu, Cipatujah, Hutan Sancang, Ujunggenteng, Rancabuaya, Cilauteureun dan Cijayanti

b. Kawasan Wisata Agro di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Banjar

c. Kawasan Wisata Minat Khusus Daerah bagian Selatan d. Kawasan Wisata Rekreasi Pantai Pangandaran

h. Kawasan Budidaya lainnya

- Kawasan Perdagangan dan Jasa

Sektor perdagangan dan jasa juga merupakan sektor yang menjadi unggulan dalam setiap wilayah pengembangan. Sektor ini akan difokuskan untuk dikembangkan pada kawasan perkotaan (PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL) Jawa Barat sesuai dengan fungsinya.

Kawasan perdagangan dan jasa yang dimaksud adalah kawasan perdagangan dan jasa yang berada pada simpul perkotaan setingkat PKN/ PKNp untuk melayani kegiatan lintas provinsi atau berada pada simpul perkotaan setingkat PKW/ PKWp untuk melayani kegiatan lintas kabupaten/kota. Kawasan ini juga memiliki prasarana berupa jaringan jalan, pelabuhan laut dan/atau bandar udara, prasarana listrik, telekomunikasi dan air baku. Selain itu, kawasan perdagangan dan jasa hendaknya juga memiliki


(44)

Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa diarahkan pada: 1. Mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa guna mewujudkan

pusat-pusat kegiatan PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL sebagai kawasan perkotaan sesuai dengan fungsinya

2. Membatasi perluasan kegiatan perdagangan di perkotaan pada kawasan yang telah berkembang pesat dan kawasan yang berfungsi lindung

3. Peningkatan sistem informasi pasar dan penguasaan akses pasar lokal, regional, nasional dan internasional

4. Peningkatan sistem distribusi penyediaan kebutuhan pokok masyarakat yang efektif dan efisien

5. Peningkatan perlindungan konsumen, pasar tradisional dan kesadaran penggunaan produksi dalam negeri

6. Penguatan akses dan jaringan perdagangan ekspor

a. Penetapan lokasi kawasan pendidikan dan/atau latihan militer TNI Angkatan Darat

Lokasi kawasan pendidikan dan/atau latihan militer Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat, meliputi :

1. Kota Depok Kecamatan Pancoran Mas Kelurahan Cilodong

2. Kabupaten Bogor kecamatan Pamijahan Desa Gunung Bunder, Kecamatan Cibinong Desa Kalibaru, Kecamatan Parung Desa Cogreg

3. Kabupaten Bandung Barat Kecamatan Batujajar Desa Galanggang, Kecamatan Cisarua Situ Lembang, Kecamatan Cipatat Desa Sumur Bandung

4. Kota Cimahi Gunung Bohong dan Kecamatan Cimahi Tengah Desa Setia Manah 5. Kabupaten Bandung Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Nagreg, dan

Kecamatan Cimenyan Desa Sindanglaya

6. Kabupaten Sukabumi Kecamatan Ciracap Desa Cibenda 7. Kabupaten Purwakarta Kecamatan Sukasari Desa Kertamanah 8. Kabupaten Karawang Kecamatan Pangkalan Gunung Sanggabuwana b. Penetapan kawasan pangkalan TNI Angkatan Udara


(45)

2. Sulaeman Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung 3. Suryadarma Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang 4. Atang Sanjaya Kecamatan Semplak, Kabupaten Bogor 5. Penggung Kota Cirebon

6. Sukani Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka 7. Nusawiru Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis 8. Wiryadinata Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Tasikmalaya 9. Pameungpeuk, Kecamatan pameungpeuk Kabupaten Garut

10. Kawasan pendidikan/latihan militer TNI AU Detasemen Bravo di Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.

c. Penetapan kawasan pangkalan TNI Angkatan Laut Kawasan pangkalan TNI Angkatan Laut, meliputi :

1. Lanal Bandung di Kota Bandung,

2. Posal Palabuhanratu dan Puslatpur Marinir TNI AL Antralim di Kabupaten Sukabumi,

3. Posal Pangandaran di Kabupaten Ciamis, 4. Lanal Cirebon di Kota Cirebon,

5. Posal Gebang di Kabupaten Cirebon, 6. Posal Eretan di Kabupaten Indramayu, 7. Posal Blanakan di Kabupaten Subang,

8. Kawasan latihan pendaratan di Pantai Santolo Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut

Kawasan Pos Polair, meliputi :

1. Pos Polair Cirebon dengan Sub Pos Kejawanan, Gebang, Bondet, Dadap, Eretan, Mayangan, dan Ciparage

2. Pos Polair Pelabuhanratu dengan Sub Pos Cisolok, Ujunggenteng, dan Ciwaru 3. Pos Polair Pangandaran dengan Sub Pos Kalipucang, Pangandaran, Parigi,

Batukaras, dan Pameungpeuk

d. Penetapan lokasi kawasan pendidikan/latihan POLRI Kawasan pendidikan/latihan POLRI, meliputi :

1. SPN Cisarua, Lembang di Kabupaten Bandung Barat berada di bawah naungan Kepolisian Daerah Provinsi Jawa Barat

2. SPN Lido di Kabupaten Bogor berada di bawah naungan Kepolisian Daerah Metro Jaya


(46)

dan Latihan Markas Besar Polri

e. Penetapan lokasi kawasan militer lainnya Kawasan militer dan kepolisian lainnya, meliputi : 1. Kodam, Korem, dan Koramil

2. Komando Pendidikan dan Latihan TNI-AD dan Satuan Pelaksana dibawahnya, seperti Pusdik Kav, Pusdiktop, Pusdikzi, dan Pusdik Ajen

3. Pusat Kesenjataan Kavaleri/Pusserkav, Pussen Armed, Pussen Arhanud, dan Pusenif

4. Secapa TNI AD dan Resimen Induk Komando Daerah Militer/Rindam 5. Pangkalan Peluncuran Roket di Pameungpeuk, Kabupaten Garut.

C. KAWASAN ANDALAN WILAYAH JAWA BARAT

pengembangan kawasan andalan bertujuan menciptakan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan wilayah sesuai dengan kegiatan utamanya melalui penyediaan prasarana wilayah.

Rencana pengembangan kawasan andalan adalah menciptakan 8 ( delapan ) kawasan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut maupu kawasan sekitarnya. Sasaran dai rencana pengembangan kawasan andalan berkembangnya kegiatan-kegiatan yang menjadi unggulan di setiap kawasan andalan. .

1. Kritera Teknis Kawasan Andalan Pengertian :

Kawasn-kawasan yang dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan Itu sendiri dan kawasan sekitarnya serta dapat mujudkan pemerataan pemanfaatan ruang wilayah nasional

Penentuan :

Kawasan andalan ditentukn berdasarkan potensi yang ada,memiliki aglomerasi pusat-pusat permukiman ,perkotaan dan keiatan produksi serta pertimbangan perkembangagn daerh sekitarnya . dalam kawasan andalan dihasilkan sektor-sektor unggulan berdasarkan potensi sumberdaya alam kawasan.


(47)

Kawasan Andalan Provinsi Jawa Barat

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

1 Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur

(Bopunjur dan Sekitarnya)  PertanianPariwisata  Industri  Perikanan 2 Kawasan Sukabumi dan Sekitarnya  Perikanan  Pertanian  Pariwisata  Perkebunan 3 Kawasan Purwakarta, Subang, Karawang

(Purwasuka)

 Pertanian  Industri  Pariwisata  Perikanan 4 Kawasan Cekungan Bandung (Kota

Bandung, Kota Cimahi, Kab.Bandung, Kab.Bandung Barat, Sebagian Kab.Sumedang)

 Industri  Pertanian  Pariwisata  Perkebunan 5 Kawasan

Cirebon-Indramayu-Majalengka-Kuningan)

 Pertanian  Industri  Perikanan  Pertambangan 6 Kawasan Priangan Timur-Pangandaran

(Kab. Ciamis, Kab. Tasikmalaya, Kab. Garut)

 Pertanian  Industri  Perkebunan  Pariwisata  Perikanan Sumber : RTRW Jawa Barat


(48)

(1)

(2)

Tabel 4.80

Arah Keluar Wilayah Kecamatan tanjungsari

Tahun 2012

Waktu

Klasifikasi

Kendaraan

Titik Traffic Countng (TC)

Jl. Raya

Cikuda

Jl. Cadas

Pangeran

Jl. Parakan

Muncang

-1

-2

-3

-4

-5

Hari Biasa

Pagi

Kendaraan ringan

790

500

136

Kendaraan Sedang

250

201

11

Kendaraan Berat

88

30

-Sepeda Motor

3254

2244

250

Kendaraan Tak

Bermesin

2

-

-Siang

Kendaraan ringan

733

486

108

Kendaraan Sedang

263

294

7

Kendaraan Berat

70

133

-Sepeda Motor

1274

908

274

Kendaraan Tak

Bermesin

2

-

2

Sore

Kendaraan ringan

780

541

152

Kendaraan Sedang

209

262

22

Kendaraan Berat

49

29

-Sepeda Motor

1227

1041

350

Kendaraan Tak

Bermesin

1

-

-Sumber: Hasil Observasi, 2012

Ket: Jumlah kendaraan lebih sedikit

Jumlah Kendaraan lebih banyak

Jumlah :

Motor :5753

Kendaraan ringan : 2303

Kendaraan sedang : 722

Kendaraan berat : 207

Jumlah titik traffic counting (TC) di Wilayah kecamatan tanjungsari yaitu ada 3

lokasi :

Jln Raya Cikuda perbatasan antara kecamatan Tanjungsari Dengan

Kecamatan Jatinangor

Jln Cadas Pangeran perbatasan antara kecamatan pamulihan dengan

Kecamatan tanjungsari

Jln Parakan muncang perbatasan antara kecamatan Cimanggung dengan

Kecamatan Tanjungsari


(3)

Dari keseluruhan kendaraan yang masuk menuju kecamatan sumedang paling

banyak yaitu pada kendaraan sepedah motor

:

5653 unit, dan kendaraan yang

minim yaitu kendaraan tak bermesin 1 unit, jumlah ini dari keseluruhan hitungan

jam pagi 16.00-1800, siang 11.00-13.00, sore 16.00-18.00.

Tabel 4.81

Arah Masuk Wilayah Kecamatan tanjungsari

Tahun 2012

Waktu

Klasifikasi

Kendaraan

Titik Traffic Countng (TC)

Jl. Raya

Cikuda

Pangeran

Jl. Cadas

Jl. Parakan

Muncang

-1

-2

-3

-4

-5

Hari Biasa

Pagi

Kendaraan ringan

598

621

127

Kendaraan Sedang

133

444

24

Kendaraan Berat

-

87

-Sepeda Motor

1219

3157

480

Kendaraan Tak

Bermesin

-

-

2

Siang

Kendaraan ringan

674

572

140

Kendaraan Sedang

286

214

30

Kendaraan Berat

8

43

5

Sepeda Motor

1188

2984

370

Kendaraan Tak

Bermesin

-

-

3

Sore

Kendaraan ringan

838

708

151

Kendaraan Sedang

220

256

13

Kendaraan Berat

3

61

-Sepeda Motor

2277

1401

440

Kendaraan Tak

Bermesin

-

-Tabel 4.82

Arah Keluar Wilayah Kecamatan tanjungsariTahun 2012

Waktu

Klasifikasi

Kendaraan

Titik Traffic Countng (TC)

Jl. Raya

Cikuda

Pangeran

Jl. Cadas

Jl. Parakan

Muncang

-1

-2

-3

-4

-5

Hari Libur

Pagi

Kendaraan ringan

894

641

231

Kendaraan Sedang

431

286

36

Kendaraan Berat

127

56

11

Sepeda Motor

3547

2521

311

Kendaraan Tak

Bermesin

-

-


(4)

Kendaraan Sedang

329

393

21

Kendaraan Berat

132

148

9

Sepeda Motor

1643

1139

274

Kendaraan Tak

Bermesin

-

-

2

Sore

Kendaraan ringan

985

645

242

Kendaraan Sedang

397

348

31

Kendaraan Berat

67

41

-Sepeda Motor

1751

1221

442

Kendaraan Tak

Bermesin

-

-

-Tabel 4.83

Arah Masuk Wilayah Kecamatan tanjungsari

Tahun 2012

Waktu

Klasifikasi

Kendaraan

Titik Traffic Countng (TC)

Jl. Raya

Cikuda

Pangeran

Jl. Cadas

Jl. Parakan

Muncang

-1

-2

-3

-4

-5

Hari Libur

Pagi

Kendaraan ringan

670

662

147

Kendaraan Sedang

199

461

43

Kendaraan Berat

-

91

-Sepeda Motor

1321

3245

532

Kendaraan Tak

Bermesin

-

-

3

Siang

Kendaraan ringan

694

601

161

Kendaraan Sedang

273

243

48

Kendaraan Berat

11

47

8

Sepeda Motor

1342

3114

438

Kendaraan Tak

Bermesin

-

-

2

Sore

Kendaraan ringan

983

746

172

Kendaraan Sedang

296

284

27

Kendaraan Berat

5

68

2

Sepeda Motor

2723

1501

496

Kendaraan Tak

Bermesin

-

-4.2.7.3.4 Hasil Survey Lalu Lintas

Sistem jaringan jalan yang ada saat ini, cenderung berkembang lebih

cepat di Kecamatan Tanjungsari-Jatinanggor.Dengan kendaraan berjenis

sepeda motor, skuter, dan kendaraan roda tiga.Sedangkan arus lalu lintas


(5)

moda yang terkecil berada di Tanjungsari-Haurgombong, dengan jumlah arus

pergi 2.364, dan arus pulang 2.098.

Tabel 4.84

Jumlah Lalu lintas Harian

di Tanjungsari-Sumedang KM.38+700

No

Jenis Kendaraan

Lalu Lintas (Kendaraan)

Pergi

Pulang

Jumlah

1.

Sepeda Motor, Skuter, dan

Kendaraan roda tiga

15.159

14.056

29.215

2.

Sedan, Jeep, dan Sedan

Wagon

5.892

2.493

8.385

3.

Oplet, Pick up, Subur ban,

Kombi, Mini Bus

2.308

4.174

6.212

4.

Pick up, Mikro Truck, dan

Mobil Hantaran

2.254

1.816

4.070

5.

Bus Kecil

94

86

180

6.

Bus Besar

264

249

513

7.

Truck 2, Sumbu Kecil

1.740

2.113

3.853

8.

Truck 2, Sumbu Besar

2.320

2.140

4.460

9.

Truck 3 Sumbu

1.111

977

2.088

10.

Truck Gandengan

-

-

-11.

Truck Semi Trayler

6

4

10

12.

Kendaraan tidak bermotor

4

3

7

Jumlah

30.882

28.111

Sumber : Tratalok Kab. Sumedang

Tabel 4.85

Jumlah Lalu Lintas Harian

Di Tanjungsari-Jatinanggor

No

Jenis Kendaraan

Lalu Lintas (Kendaraan)

Pergi

Pulang

Jumlah

1.

Sepeda Motor, Skuter, dan

Kendaraan roda tiga

17.969

20.353

38.322

2.

Sedan, Jeep, dan Sedan

Wagon

7.313

8.419

15.732

3.

Oplet, Pick up, Subur ban,

Kombi, Mini Bus

2.671

4.056

6.727

4.

Pick up, Mikro Truck, dan

Mobil Hantaran

1.206

1.323

2.529

5.

Bus Kecil

183

99

281

6.

Bus Besar

419

378

797

7.

Truck 2, Sumbu Kecil

1.346

1.211

2.557

8.

Truck 2, Sumbu Besar

283

646

929

9.

Truck 3 Sumbu

202

480

682

10.

Truck Gandengan

-

5

5

11.

Truck Semi Trayler

-

-

-12.

Kendaraan tidak bermotor

219

285

504

Jumlah

31.810

37.255


(6)

Tabel 4.86

Jumlah Lalu Lintas Harian

Di Tanjungsari-Haurgombong

10

Jenis Kendaraan

Lalu Lintas (Kendaraan)

Pergi

Pulang

Jumlah

1.

Sepeda Motor, Skuter, dan

Kendaraan roda tiga

1.966

1.715

3.681

2.

Sedan, Jeep, dan Sedan

Wagon

69

78

147

3.

Oplet, Pick up, Subur ban,

Kombi, Mini Bus

43

19

62

4.

Pick up, Mikro Truck, dan

Mobil Hantaran

214

232

447

5.

Bus Kecil

-

-

-6.

Bus Besar

-

-

-7.

Truck 2, Sumbu Kecil

30

18

48

8.

Truck 2, Sumbu Besar

-

3

3

9.

Kendaraan tidak bermotor

42

32

74

Jumlah

3.364

2.098