Tinjauan hukum Islam terhadap penambahan biaya pada pemesanan panel di UD Varia Indah Gresik.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PENAMBAHAN BIAYA PADA PEMESANAN PANEL
DI UD. VARIA INDAH GRESIK

SKRIPSI

Oleh
Shofi Amalia
NIM. C02213072

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
JURUSAN HUKUM PERDATA ISLAM
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
2017

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan (field research) tentang
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penambahan Biaya Pada Pemesanan Panel Di

UD Varia Indah Gresik” yang bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yaitu
bagaimana praktik penambahan biaya pada pemesanan panel di UD Varia Indah
Gresik dan bagaimana tinjauan hukum islam terhadap penambahan biaya pada
pemesanan panel di UD Varia Indah Gresik.
Data penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi,
selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif, yakni
memaparkan konsep bai’ salam dan bai’ istis}na@’ dalam hukum Islam untuk
menganalisis penambahan biaya pada pemesanan panel dengan menggunakan
pola pikir deduktif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa praktik jual beli panel dengan sistem
pemsanan yang dalam fiqih disebut bai’ Istis}na@’, pemesan melakukan pemesanan
panel dengan cara membawa contoh bagian mobil yang akan dicat dan
menjelaskan kriteria yang diinginkan, pada waktu pengaplikasian panel ke mobil
warna yang dihasilkan berbeda dengan warna yang diinginkan. Selanjutnya
berdasarkan analisis hukum Islam terhadap penambahan biaya pada pemesanan
panel di UD Varia Indah Gresik diperbolehkan, karena penambahan biaya pada
pemesanan panel dalam proses perbaikan panel sudah diberitahukan terlebih
dahulu oleh pihak toko. Penambahan biaya ini merupakan akad tambahan setelah
akad istis}na@’ yang telah disepakati diawal. Penambahan biaya digunakan untuk
penambahan cat yang digunakan dalam perbaikan dan membayar penggarap. Dan

juga perbedaan warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar kuasa
penjual.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka kepada UD Varia Indah Gresik
sebagai salah satu toko yang menerapkan jual beli pesanan panel, diharapkan
memperbanyak warna dasar untuk pembuatan panel dan mencatat semua
transaksi yang dilakukan untuk menghindari kesalahfahaman.

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ..........................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN .........................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................

iii


PENGESAHAN ...............................................................................................

iv

ABSTRAK .......................................................................................................

v

KATA PENGANTAR .....................................................................................

vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................

ix

DAFTAR TABEL............................................................................................

xi


DAFTAR TRANSLITERASI .........................................................................

xii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah ........................................................

1

B.

Identifikasi dan Batasan Masalah ..........................................


6

C.

Rumusan Masalah ..................................................................

7

D.

Tinjauan Pustaka....................................................................

8

E.

Tujuan Penelitian ...................................................................

10


F.

Kegunaan Hasil Penelitian.....................................................

10

G.

Definisi Operasional ..............................................................

11

H.

Metode Penelitian ..................................................................

11

I.


Sistematika Pembahasan .......................................................

17

JUAL BELI SALAM DAN ISTIS}NA@’
A.

Jual Beli Salam ......................................................................

19

B.

Jual Beli Istis}na@’ ....................................................................

25

C.

Perbedaan Salam dan Istis}na@’.. .............................................


33

BAB III

BAB IV

BAB V

PRAKTEK PEMESANAN PANEL DI UD VARIA INDAH
A. Profil UD Varia Indah .............................................................

34

B. Struktur Kepengelolahan UD Varia Indah .............................

37

C. Komoditas Produk UD Varia Indah ........................................


38

D. Daftar Harga untuk Cat Mobil ................................................

39

E. Pelaksanaan Akad Pemesanan Panel di UD Varia Indah .......

43

TINJAUAN
HUKUM
ISLAM
TERHADAP
PENAMBAHAN BIAYA PADA PEMESANAN PANEL DI
UD VARIA INDAH GRESIK
A. Analisis Pelaksanaan Penambahan Biaya Pada Pemesanan
Panel di UD Varia Indah Gresik ........................................... ..
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Penambahan Biaya Pada
Pemesanan Panel di UD Varia Indah Gresik ........................ ..


47
50

PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................

63

B. Saran ........................................................................................

64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk Allah yang perlu disadari secara fitrah
mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian
manusia harus saling bertukar keperluan melalui kerjasama atau tolong
menolong atau yang disebut dengan makhluk sosial. Dalam pergaulan tiaptiap individu sebagai makhluk sosial tersebut timbulah suatu hubungan yaitu
hak dan kewajiban. Setiap orang mempuyai hak dan kewajiban yang selalu
diperhatikan orang lain dan dalam waktu yang sama juga memikul kewajiban
yang harus ditunaikan terhadap orang lain. Hubungan hak dan kewajiban itu
diatur dengan patokan-patokan hukum yang mengatur hak dan kewajiban
dalam hidup bermasyarakat.1
Dalam Islam hubungan antara manusia satu dengan lain disebut dengan
istilah muamalah. Pengertian muamalah dalam arti luas yaitu menghasilkan
duniawi supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawy. Abdul Rahman
Ghazaly mengutip dari Muhammad Yusuf Musa dari pendapat Abdul Majid
“muamalah adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati
dalam

hidup bermasyarakat untuk

menjaga

kepentingan

manusia”.

Muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur

1

Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Mu’amalat (Hukum Perdata Islam), (Yogyakarta: FH
UII, 1990), 7.

1

2

hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan. Jadi,
pengertian muamalah dalam arti luas yaitu aturan-aturan (hukum-hukum)
Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi
dalam pergaulan sosial.2
Sesungguhnya praktik jual beli itu telah ada lebih dahulu sebelum
adanya tentang muamalah (ekonomi Islam), sebab usaha manusia dalam
bentuk perdagangan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan manusia telah
ada sejak manusia itu ada, baik berupa tukar menukar barang (barter), jual
beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, dan utang piutang. Hal itu
berkembang sesuai dengan perkembangan budaya manusia, akhirnya
timbulah pikiran-pikiran untuk menerapkan kaidah-kaidah dasar tentang
muamalah (ekonomi Islam). 3
Harta dalam kehidupan manusia merupakan hal yang paling penting
dalam ekonomi Islam. Allah Swt telah menjadikan harta sebagai salah satu
sebab tegaknya kemaslahatan manusia di dunia. Untuk mewujudkan
kemaslahatan tersebut, Allah Swt telah mensyariatkan cara perdagangan
(jual beli) tertentu. Sebab apa saja yang dibutuhkan oleh setiap orang tidak
dengan mudah diwujudkan setiap saat dan cara mendapatkannya dengan
menggunakan penipuan itu merupakan tindakan merusak, maka harus ada
cara yang memungkinkan tiap orang untuk mendapatkan apa saja yang dia

2

Abdur Rahman Ghazaly, Dkk, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010), 3.
Mahmud Muhammad Babliy, Etika Berbisnis: “Studi Kajian Konsep Perekonomian Menurut
Al-Quran dan As-sunnah” (Solo: Ramadhani, 1990), 15.

3

3

butuhkan tanpa harus menggunakan penipuan, itulah perdagangan dan
hukum-hukum jual beli yang dibenarkan atau yang disyariatkan.4
Jual beli menurut terminologi fiqih adalah tukar menukar barang atau
harta dengan sejenisnya dengan cara yang baik, atau juga bisa dikatakan
tukar menukar barang dengan barang atau harta dengan harta dengan cara
yang khusus/tertentu.5 Pada dasarnya jual beli disahkan dalam al-Qur’an,
landasan hukum dibolehkannya jual beli disebutkan dalam al-Qur’an surat

al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi :

...َ‫َوأَحلََاْلَهَالْبيعَوح َر َاْلرّبا‬...
Artinya : “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”6
Di kehidupan sehari-hari terkadang seseorang membutuhkan barang
yang tidak ada atau belum dihasilkan, sehingga seseorang melakukan
transaksi jual beli pesanan pembuatan barang kepada orang yang ahli dalam
bidangnya (bai’ al istis}na@’)> . Bai’ al-istis}na@’> didefinisikan dengan kontrak
penjualan antara pembeli dan pembuat barang.7 Dalam kontrak ini, pembuat
barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha
melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi
yang telah di sepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah

4

Taqiyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Prespektif Islam , (Surabaya:
Risalah Gusti, 1996), 149.
5
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007), 268.
6
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Trnsliterasi Per-kata dan Terjemah Per-Kata, (Bekasi: Cipta
Bagus Sejahtera, 2011), 47.
7
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 108.

4

pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran di lakukan di muka,
melalui cicilan atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan
datang.
Dalam buku Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adillatuh, Wahbah Zuhay}li
mendefinisikan akad istis}na@’> adalah suatu akad antara dua pihak di mana
pihak pertama (orang yang memesan atau konsumen) meminta kepada pihak
kedua (orang yang membuat atau produsen) untuk dibuatkan suatu barang,
seperti sepatu, yang bahannya dari pihak kedua (orang yang membuat atau
produsen).8

Bai’ al-istis}na@’ ini berbeda dengan bai’ as-salam. Jual beli salam adalah
seseorang memesan sesuatu yang belum ada dengan menyebutkan syarat
syarat tertentu dan pembayarannya dilakukan diawal terjadinya akad.
Sedangkan jual beli istis}na@’ adalah seseorang meminta orang lain untuk
membuatkan sesuatu barang dengan menyebutkan sifat-sifat khusus dalam
kriteria

bentuk,

pembayarannya

ukuran
sesuai

dan

jumlah

kesepakatan.

sesuai

yang

Dalam

akad

diinginkan
salam,

dan
waktu

penyerahannya merupakan bagian terpenting, namun pada akad istis}na@’ tidak
merupakan keharusan.9
Kontrak (Akad) istis}na@’ mengikat semua pihak yang terlibat dalam
kontrak. Kontrak (Akad) istis}na@’ harus menyatakan secara pasti, dalam
perkataan yang jelas, jenis, dimensi, periode dan waktu penyerahan barang.

8

Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adillatuh, Juz 4, Dar Al-Fikr, (Damaskus: t.p., 1989),
631.
9
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), 98.

5

Subjek

istis}na@’

(barang

yang

dipesan)

haruslah

diketahui

dan

dispesifikasikan sehingga menghilangkan ketidaktahuan atau kurangnya
pengetahuan atas jenis, tipe, kualitas, dan kuantitasnya.10
Konsep jual beli sebagai salah satu bentuk kerja sama dalam sistem
perekonomian Islam. Sangat menarik bila konsep ini dijadikan sebagai alat
untuk memotret sistem perekonomian masyarakat khususnya dalam
pelaksanaan jual beli yang dilakukan di UD. Varia Indah Gresik. UD. Varia
Indah Gresik adalah badan usaha yang terletak di jalan usman sadar no 18b
Gresik yang menjual berbagai macam jenis cat, diantaranya cat kayu,
tembok, besi, mobil, dan lain-lain. Untuk jenis cat mobil harus mnggunakan
jual beli dengan cara “pesanan” yang biasa disebut “panel” karena harus
menyamakan dengan warna mobil yang berbeda-beda.
Dalam jual beli panel dengan sistem pesanan di UD. Varia Indah
ketentuan jenis dan ciri-ciri baranganya ditentukan diawal. Tetapi ketika
panel diaplikasikan ke mobil warnanya sedikit berbeda dengan warna yang
diinginkan oleh pemesan. Sehingga pemesan mengembalikan panel kepada
UD. Varia Indah untuk diperbaiki sampai warna cat nya sama. Namun pihak
UD. Varia Indah Gresik bisa memperbaiki kembali dengan ketentuan, pihak
pemesan harus membayar biaya tambahan yang besarnya sama dengan biaya
pesan ulang panel, seperti contoh dalam pemesanan panel berat seperempat
kilogram dengan harga 110.000 rupiah (harga cat setelah pencampuran +

10

M. Fauzan, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: PPHIMM, 2009), 32.

6

ongkos). Padahal seharusnya biaya tambahan dikenakan untuk penambahan
catnya saja yaitu 85.000 rupiah (harga cat dasar sebelum campuran).11
Masalah diatas adalah jual beli dengan cara pesanan yang terjadi di UD.
Varia Usaha, yang mana pelaksanaan dari transaksi jual beli dengan cara
pesanan sebenarnya masih diperdebatkan, karena adanya unsur spekulasi
(perkiraan saja), jadi kebenarannya masih perlu dibuktikan. Dari gambaran di
atas, perlu kiranya untuk dikaji hukum dari jual beli panel dengan sistem
pesanan di UD. Varia Indah Gresik. Sehingga penulis tertarik untuk
mengkaji, menganalisis, dan meneliti mekanisme jual beli panel dengan
sistem pesanan, serta penulis menyusunnya dalam skripsi yang berjudul
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penambahan Biaya Pada Pemesanan
Panel di UD. Varia Indah Gresik”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Identifikasi dan Batasan Masalah dilakukan untuk menjelaskan
kemungkinan-kemungkinan cakupan yang dapat muncul dalam penelitian
dengan melakukan identifikasi dan interventarisasi sebanyak-banyaknya
kemungkinan yang dapat diduga sebagai masalah. 12 Berdasarkan dari latar
belakang, maka dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Jenis dan ciri barang sudah ditentukan di awal
2. Barang yang diperoleh tidak sesuai pesanan

11

Fendik, Wawancara, Gresik, 4 November 2016
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan
Skripsi, (Surabaya : Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, 2016), 8.
12

7

3. Warna panel berbeda dengan warna yang dipesan di awal
4. Mekanisme Penambahan biaya pada saat perbaikan panel di UD. Varia
Indah Gresik
5. Tinjauan hukum Islam terhadap penambahan biaya pada pemesanan
panel di UD. Varia Indah Gresik
Agar lebih fokus dan memperoleh hasil yang baik dalam penelitian serta
dikarenakan keterbatasan peneliti dalam beberapa hal, maka penulis
membatasi penelitian dengan menliti tentang :
1. Pelaksanaan praktik jual beli panel dengan sistem pesanan.
2. Tinjauan hukum Islam terhadap penambahan biaya pada pemesanan
panel di UD. Varia Indah Gresik.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah disebutkan
diatas, maka peneliti perlu membuat rumusan masalah. Agar penelitian ini
lebih terarah, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik penambahan biaya pada pemesanan panel di UD.
Varia Indah Gresik ?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penambahan biaya pada
pemesanan panel di UD. Varia Indah Gresik ?

8

D. Tinjauan Pustaka
Kajian pustaka adalah Deskripsi ringkasan tentang kajian atau penelitian
yang sudah dilakukan diseputar masalah yang diteliti, sehingga jelas bahwa
kajian yang sedang dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau
duplikasi dari kajian atau penelitian yang ada. Dalam penelusuran sampai
saat ini penulis belum menemukan penelitian atau tulisan yang secara
spesifik mengkaji tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penambahan
Biaya pada Pemesanan Panel. Ada beberapa karya tulis yang mirip dengan
kajian skripsi yang membahas tentang jual beli pesanan yaitu :
1. Skripsi yang ditulis oleh Nurul Istifadhoh pada tahun 2014 yang berjudul
“Respon Petani Terhadap Perbankan Syariah (Studi Kasus Pembiayaan

Istis}na@’ pada Bank Syariah Mandiri, di Kecamatan Sumberrejo
Kabupaten Bojonegoro). Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana
minat petani terhadap pembiayaan istis}na@’ di Bank Syariah Mandiri dan
bagaimana respon petani di Kecamatan Sumberrejo terhadap pembiayaan

istis}na@’ di Bank Syariah Mandiri. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
modifikasi teori yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dalam
memberikan pembiayaan istis}na@’ terhadap nasabah petani.13
2. Skripsi yang ditulis oleh M. Khirul Adhim tahun yang berjudul “Praktik
Jual-Beli Pesanan di Pasar Perak Jombang dalam Prespektif Pendapat
Ulama Fiqih”. Skripsi ini menekankan pada prosedur dan mekanisme

13

Nurul Istifadhoh, Respon Petani Terhadap Perbankan Syariah: Studi Kasus Pembiayaan

Istis}na@’ pada Bank Syariah Mandiri, di Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro, (Skripsi –
UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014), viii.

9

jual-beli yang ada di Pasar Perak Jombang. Rata-rata pedagang di Pasar
Perak pernah melakukan transaksi jual beli pesanan. Tata cara yang
mereka praktekan ada tiga macam. Menurut Ulama Fiqih dari praktik
yang terjadi di Pasar Perak Jombang sesuai dengan ketentuan jual beli
pesanan, dimana pemesan sudah menyerahkan uang secara lunas serta
menyebutkan secara jelas apa yang dipesan.14
3. Skripsi yang ditulis oleh Anis Afifah tahun 2012 yang berjudul
“Pendapat Imam Abu Hanifah Tentang Syarat Penyerahan Barang Pada
Akad Istis}na@’ . Skripsi ini menjelaskan tentang pendapat Imam Abu
Hanifah tentang jangka waktu penyerahan barang dalam akad istis}na@’.
Dimana menurut Imam Abu Hanifah syarat penyerahan barang dalam
akad istis}na@’ adalah tidak boleh menentukan jangka waktu penyerahan
barang karena apabila jangka waktu ditetapkan, maka kontrak ini
berubah menjadi akad salam. Dan hal inilah yang menjadi perbedaan
antara akad istis}na@’ dengan akad salam.15
Yang membedakan antara beberapa skripsi diatas adalah bahwa
dalam skripsi ini akan lebih menfokuskan pada penulisan penambahan
biaya pada pemesanan panel di UD Varia Indah Gresik ketika pemesan
ingin memperbaiki panel karena warna panel yang dihasilkan saat
diaplikasikan pada mobil sedikit berbeda dengan warna yang diinginkan.

14

M. Khoirul Adhim, Praktik Jual Beli Pesanan di Pasar Perak Jombang dalam Prespektif
Pendapat Ulama Fiqh, (Skripsi – IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2003), 53.
15
Anis Afifah, Pendapat Imam Abu Hanifah Tentang Syarat Penyerahan Barang pada Akad
Istis}na@’, (Skripsi – IAIN Wali Songo Semarang, 2012), 56.

10

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan tentang tujuan yang ingin dicapai oleh
peneliti melelui penelitian yang dilakukannya.16 Sebagaimana rumusan
masalah diatas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan praktek penambahan biaya pada
pemesanan panel di UD. Varia Indah Gresik.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan tinjauan Hukum Islam terhadap
penambahan biaya pada pemesanan panel di UD. Varia Indah Gresik.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kegunaan Teoritis
a. Dapat menambah khazanah pengetahuan dalam istis}na@’ khususnya
dalam praktek penambahan biaya pada pemesanan panel.
b. Dapat menambah khazanah pengetahuan bermuamalah khususnya
dalam “hablum minan na>s”.
2. Kegunaan Praktis
a. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan rujukan bagi
peneliti selanjutnya khususnya dalam bidang fiqh muamalah dan
hukum Islam.
b. Hasil penelitian

ini dapat dimanfaatkan

untuk

memberikan

sumbangan pemahaman dan gambaran tentang fiqh muamalah,
16

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan

Skripsi, (Surabaya : Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, 2016), 8.

11

kepada UD. Varia Indah serta konsumen dan semua pihak yang
berkepentingan pada khususnya.

G. Definisi Operasional
Untuk dapat dijadikan tolak ukur dalam menelusuri, mengkaji atau
mengukur variabel, maka penulis sampaikan batasan dari berbagai
pengertian yang berkaitan dengan penulisan penelitian yang berjudul :
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penambahan Biaya pada Pemesanan Panel
di UD. Varia Indah Gresik”.
Hukum Islam

: Ketentuan-ketentuan hukum yang bersumber
dari

al-Qur’an,

Hadits

dan

fiqih

tentang

kebolehan dalam jual beli Istis}na@’ dan Salam
yang dijadikan patokan hukum jual beli panel
dalam sistem pesanan.
Penambahan Biaya

: Membayar sejumlah uang diluar harga awal
untuk perbaikan warna panel.

Panel

: Cat mobil, campuran beberapa warna yang
disesuaikan dengan pesanan pembeli.

H. Metode Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian lapangan ( field research ), yang
dilakukan dengan metode kualitatif. Setiap penelitian diharapkan adanya
penyelesaian yang akurat. Agar dapat mencapai hasil yang maksimal, ilmiah

12

dan sistematis, diperlukan sebuah metode. Metode penelitian dalam skripsi
ini adalah :
1. Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hal-hal yang
berkenaan dengan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini sesuai
dengan rumusan masalah diatas. Data yang akan dikumpulkan dalam
penelitian ini meliputi:
a. Data Primer
1) Data tentang prosedur atau teknis pemesanan panel di UD. Varia
Indah Gresik
2) Data tentang dokumentasi pelaksanaan penambahan biaya pada
pemesanan panel di UD. Varia Indah Gresik.
3) Data tentang hukum Islam terhadap pemasanan panel dengan cara
jual beli pesanan di UD. Varia Indah Gresik
b. Data Sekunder
1) Data tentang pengaturan jual beli pesanan
2) Data tentang pendapat fuqoha mengenai penambahan biaya pada
jual beli pesanan
2. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan
penelitian lapangan (field research) yang mengkhususkan pada kasus
yang terjadi di lapangan dengan tetap mengarah pada konsep-konsep yang
ada seperti sumber dari kepustakaan maupun dari subyek penelitian

13

sebagai bahan data pendukung. Adapun sumber-sumber dalam penelitian
ini didapat dari sumber primer dan sumber sekunder yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan data yang diperoleh langsung
dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat
pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi
yang dicari.17 Adapun sumber primer dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Informan dari pemilik UD. Varia Indah Gresik.
2) Informan dari penggarap panel di UD.Varia Indah Gresik.
3) Informan dari konsumen pemesanan panel di UD. Varia Indah
Gresik.
4) Dokumen UD. Varia Indah Gresik tentang pemesanan panel.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber yang diperoleh, dibuat dan
merupakan pendukung dari sumber utama dan sifatnya tidak
langsung.18 Dalam hal ini dibutuhkan bahan pendukung melalui
beberapa buku yang dapat diambil dan diperoleh dari bahan pustaka
mengenai masalah yang akan diteliti.
1) Wahbah az-Zuhay}li, Fiqih Islam wa Adillatuhu , 1989.
2) Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, 1983.

17
18

Saiful Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 91.
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo, 1998), 85.

14

3) Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek ,
2001.
4) Adiwarman Karim, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan ,
2006.
5) Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, 2002.
6) Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, 2000.
7) Mardani, Fiqh Ekonomi Islam , 2013.
8) Syafe’I Rahmad, Fiqh Muamalah, 2006.

3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah pencarian dan pengumpulan data
yang dapat dipergunakan untuk membahas masalah atau problematika
yang terdapat dalam judul skripsi ini. Dalam hal ini, peneliti akan
melakukan penelitian di UD. Varia Indah Gresik. Untuk memperoleh
data-data yang diperlukan, peneliti menggunakan metode sebagai
berikut:
a. Metode Observasi
Metode

observasi

adalah

metode

penelitian

dengan

menggunakan pengamatan yang dicatat dengan sistematik terhadap
fenomena-fenomena yang diselidiki.19 Maka teknik ini digunakan
untuk mengetahui secara langsung praktik penambahan biaya pada
pemesanan pane di UD. Varia Indah Gresik.
19

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), 156.

15

b. Metode Wawancara
Wawancara adalah sebuah percakapan antara dua orang atau
lebih yang pertanyaanya diajukan oleh peneliti kepada subyek atau
sekelompok

subyek

penelitian

untuk

dijawab. 20

Wawancara

dilakukan untuk mendapat informasi terhadap data-data dokumentasi
dan sebagainya dengan berbagai pokok, data yang bersumber dari
para narasumber dikumpulkan melalui wawancara kepada 1 orang
pemilik, 1 orang penggarap dan 3 orang pemesan.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang
diperoleh dari data tertulis. 21 Data yang bersumber dari dokumen
dikumpulkan melalui teknik dokumentasi yang diperoleh dari arsip
dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan data penambahan
biaya pada pemesanan panel di UD. Varia Indah Gresik.
d. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu pengumpulan data melalui beberapa referensi
berupa literatur dan kitab-kitab yang berkaitan dengan penelitian.
4. Teknik Pengelolahan Data
Semua data-data yang diperoleh dari hasil penggalian terhadap
sumber-sumber data selanjutnya akan diolah melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut :

20
21

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), 231.
Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 208.

16

a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data-data yang diperoleh
dengan memilih dan menyeleksi data yang ada dari berbagai segi,
yang meliputi kesesuaian dan keselarasan satu dengan yang lainnya,
keaslian, kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan.22 Teknik
ini digunakan penulis untuk memeriksa kelengkapan data-data yang
telah didapatkan dan akan digunakan sebagai sumber-sumber studi
dokumentasi.
b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sumber dokumentasi
sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai
dengan rumusan masalah, serta mengelompokkan data yang telah
diperoleh. Dengan teknik ini, diharapka penulis dapat memperoleh
gambaran tentang pelaksanaan penambahan biaya pada pemesanan
panel di UD. Varia Indah Gresik.
c. Analyzing, yaitu dengan memberikan analisis lanjutan terhadap hasil

editing dan organizing data yang telah diperoleh dari sumber-sumber
penelitian, dengan menggunakan teori dan dalil-dalil lainnya,
sehingga diperoleh kesimpulan.
5. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya yang harus ditempuh
adalah analisis. Analisis adalah tahap yang penting dan menentukan.
Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis
deskriptif kualitatif maksudnya adalah proses analisis yang akan
22

Chalid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), 153.

17

didasarkan pada kaidah deskriptif dan kualitatif. Kaidah deskriptif adalah
proses analisis yang dilakukan terhadap seluruh data yang telah
didapatkan dan diolah kemudian hasil analisis tersebut dikaji secara
keseluruhan. Sedangkan kaidah kualitatif adalah proses analisis ditujukan
untuk membandingkan teori tanpa menggunakan rumus statistik. 23
Pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa
sampai berhasil mencapai kesimpulan yang nantinya dapat digunakan
untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.
Langkah

analisis

data

yang

dilakukan

peneliti adalah

dengan

mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian
lapangan menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian dihubungkan
dengan teori-teori, asas-asas, dan kaidah-kaidah hukum yang diperoleh
dari studi kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan
yang dirumuskan.

I. Sistematika Pembahasan
Mengenai sistematika pmbahasan skripsi ini, terdiri dari beberapa bab
dan sub-bab, yakni : Bab satu adalah pendahuluan yang memuat penjelasan
Latar Belakang, Identifikasi dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah,
Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian, Kegunaan Hasil Penelitian, Definisi
Operasional, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

23

Sudawarman Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), 41.

18

Bab dua adalah kerangka teoritis tentang pengertian salam dan istis}na@’,
landasan hukum salam dan istis}na@’, rukun dan syarat salam dan istis}na@’ .
Bab tiga adalah data penelitian mengenai gambaran umum objek
penelitian, praktek penambahan biaya pada pemesanan panel di UD. Varia
Indah Gresik.
Bab empat adalah analisis data, dalam bab ini berisi tentang hasil
analisis penelitian yang dilakukan peneliti yang mengacu pada rumusan
masalah. Pertama, praktek penambahan biaya pada pemesanan panel di UD.
Varia Indah Gresik. Kedua, tinjauan Hukum Islam terhadap penambahan
biaya pada pemesanan panel di UD. Varia Indah Gresik.
Bab lima adalah penutup yang memuat penjelasan kesimpulan dan
saran-saran atas hasil analisis tinjauan Hukum Islam terhadap penambahan
biaya pada pemesanan panel di UD. Varia Indah Gresik.

BAB II
JUAL BELI SALAM DAN ISTIS}NA@’

A. Jual Beli Salam
1. Pengertian Jual Beli Salam
Secara terminologis, Salam adalah menjual suatu barang yang
penyerahannya ditunda atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya
disebutkan dengan jelas dengan pembayaran modal terlebih dahulu,
sedangkan barangnya diserahkan kemudian hari.1
Menurut

Sayyid

Sabiq

as-Salam

dinamakan

juga

as-Salaf

(pendahuluan) yaiSatu penjualan sesuatu dengan kriteria tertentu (yang
masih berada) dalam tanggungan dengan pembayaran segera atau
disegerakan. Sedangkan para fuqaha’ menyebutnya dengan al-Mahawij
(barang-barang mendesak) karena ia sejenis jual beli barang yang tidak
ada di tempat akad, dalam kondisi yang mendesak bagi dua pihak yang
melakukan akad.2
Jual beli pesanan dalam fiqih Islam disebut as-Salam menurut bahasa
penduduk hijaz, sedangkan bahasa penduduk Iraq disebut as-Salaf. Kedua
kata ini mempunyai makna yang sama, sebagaimana dua kata tersebut
digunakan oleh Nabi, sebagaimana diriwayatkan bahwa Rasulullah ketika

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003), 143.
2
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz 12, diterjemahkan oleh Kamaluddin A. Marzuki (Bandung: AlMa’arif, 1998), 110.
1

19

20

membicarakan akad bai’ salam, beliau menggunakan kata as-Salaf
disamping as-salam, sehingga dua kata tersebut merupakan sinonim.
Secara terminologi Ulama fiqh mendefinisikannya :

ِ ِ
ِِ
ِ
ِ ُ ‫صو‬
‫س الْ َم ِال َويَتَأَخ ُر‬
ْ ‫ف ِ ال مة أ‬
ْ ُ ‫بَْي ُع اَ َج ٍل ب َعاج ٍل أ َْو بَْي ٌع َشْي ٍئ َم ْو‬
ُ ْ‫َي أَن ُ يَتَ َق ُم فْي َرأ‬
ِ ِ
‫َج ٍل‬
َ ‫الْ ُمثْم ُن أ‬
Artinya : Menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau

menjual suatu barang yang ciri-cirinya jelas dengan
pembayaran modal di awal, sedangkan barangnya diserahkan
kemudian hari.3
Sedangkan Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikannya
sebagai berikut :

ٍ ‫س ع ْق‬
ِ ِ ٍ ‫ف بِ ِذم ٍة م ْقب و‬
ٍ ‫ع ْق ٌ علَى موصو‬
َ ِ ‫ض َِ ْجل‬
ُْ َ
ُْ َْ َ َ
Artinya : Akad yang disepakati dengan menentukan ciri-ciri tertentu

dengan membayar harganya terlebih dulu, sedangkan barangya
diserahkan (kepada pembeli) kemudian hari.4
Akad Salam menurut Peraturan Bank Indonesia adalah jual beli
barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan
pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.5 Sedangkan menurut
Fatwa Dewan Syariah Nasional akad Salam sebagai akad jual beli barang
dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat
dan kriteria yang jelas.6

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 147.
Ibid.
5
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 7/46/PBI/2005
6
Fatwa DSN No. 05/DSN-MUI/VI/2000

3

4

21

Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 20 disebutkan
bahwa Salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli
yang pembayarannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang.7

2. Dasar Hukum Jual Beli Salam
Jual beli pesanan atau Salam dibenarkan dalam Islam, sebagaimana
firman Allah Swt dalam surat al-Baqarah ayat 282 yang berbunyi:

ِ
ِ
ِ ِ
ِ
‫ب‬
َ ‫ين َآمُوا إذَا تَ َ ايَْ تُ ْم ب َ يْ ٍن إ ََ أ‬
ٌ ‫ب بَْي َ ُك ْم َكات‬
ْ ُ‫ َولْيَكْت‬,ُ‫َج ٍل ُم َسمى فَا ْكتُبُو‬
َ ‫ََ أَي َها الذ‬
‫ِ لْ َع ْ ِل‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya.8
Ayat ini menjelaskan ketika kita melakukan transaksi hutang, maka
sebaiknya menulisnya untuk menghindari kesalahpahaman diantara pihak.
Dalam Shahih Bukhari, Kitab Jual Beli Salam, Bab jual beli salam
untuk batas waktu yang diketahui, Hadits No. 2094 disebutkan:

‫يح َع ْن َعْب ِ اَِ بْ ِن َكثِ ٍْي َع ْن ِأب الِْ َه ِال‬
ٍ ََِ ‫َح ثََا اَبُو نُ َعْي ٍم َح ثََا ُس ْفيَا ُن َع ْن ابْ ِن أَِب‬
ِ َ َ‫اس ر ِضل اَ عْ هما ق‬
‫صلى اَُ َعلَْي ِ َو َسل َم الْ َم ِيَةَ َوُ ْم يُ ْسلِ ُفو َن‬
َ ‫ال قَ َم ال ِب‬
َ ُ َ ُ َ َ ٍ ‫َع ْن ابْ ِن َعب‬
ِ
ِ ْ َ‫ِف السَ ت‬
‫الولِي ِ َح ثََا‬
َ َ‫َسلِ ُفوا ِف الثِّ َما ِر ِف َكْي ٍل َم ْعلُ ٍوم َوق‬
َ ‫ث فَ َق‬
َ َ‫ي َوالثا‬
ْ ‫ال أ‬
َ ‫ال َعْب ُ اَ بْ ُن‬
‫ال ِف َكْي ٍل َم ْعلُ ٍوم َوَوْزٍن َم ْعلُ ٍوم‬
ٍ ََِ ‫ُس ْفيَا ُن َح ثََا ابْ ُن أَِب‬
َ َ‫يح َوق‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah

menceritakan kepada kami Sufyan dari Ibnu Abi Najih dari

PPHIM, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), 14.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Bandung : Syaamil Al-Qur’an,
2005),193.
7

8

22

'Abdullah bin Katsir dari Abu Al Minhal dari Ibnu 'Abbas
radliallahu 'anhuma berkata: Ketika Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tiba di Madinah orang-orang mempraktekkan
jual beli buah-buahan dengan sistim salaf, yaitu membayar
dimuka dan diterima barangnya setelah kurun waktu dua atau
tiga tahun. Maka Beliau bersabda: "Lakukanlah jual beli salaf
pada buah-buahan dengan takaran sampai waktu yang
diketahui (pasti) ". Dan berkata 'Abdullah bin Al Walid telah
menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada
kami Ibnu Abi Najih dan berkata: "dengan takaran dan
timbangan yang diketahui (pasti) ". (H.R. Bukhori)
Sabda Rasulullah ini muncul ketika beliau pertama kali hijrah ke
Madinah, dan mendapati para penduduk Madinah melakukan transaksi
jual beli Salam. Jadi Rasulullah SAW membolehkan jual beli Salam asal
akad yang dipergunakan jelas, ciri-ciri barang yang dipesan jelas, dan
ditentukan waktunya.9
Berdasarkan hadith tersebut, jual beli Salam ini hukumnya
dibolehkan, selama ada kejelasan ukuran, timbangan dan waktunya yang
ditentukan. Dasarhukum jual beli ini telah sesuai dengan tuntutan syariat
dan kaidah-kaidahnya. Bahkan dalam prakteknya, jual beli Salam juga
tidak menyalahi qiyas yang membolehkan penangguhan penyerahan
barang seperti halnya dibolehkannya penangguhan dalam pembayaran.10

3. Rukun dan Syarat Jual Beli Salam
Dalam praktik bai’ Salam harus memenuhi rukun dan syarat. Adapun
rukun bai’ Salam adalah sebagai berikut:

9

Nasrun Haroen, Fiqh Mu’amalah... , 148.
Burhanuddin S, Hukum Kontrak Syariah, (Yogyakarta: BPFE, 2009), 213.

10

23

a. Muslam (pembeli atau pemesan)
b. Muslam Ilaih (Penjual atau penerima pesanan)
c. Muslam fih (barang yang dipesan atau yang akan diserahkan)
d. Ra’s al-ma@l (harga pesanan atau modal yang dibayarkan)
e. S}i@ghat (ijab dan qabul atau ucapan serah terima).11
Sedangkan syarat bai’ Salam adalah sebagai berikut:
a. Syarat orang yang berakad (muslam dan muslam ilaih)
Ulama Malikiyah dan Hanafiyah mensyaratkan orang yang
berakad harus berakal, yakni mumayyiz, anak yang agak besar yang
pembicaraan dan jawaban yang dilontarkannya dapat dipahami, serta
minimal berumur tujuh tahun. Oleh karena itu, anak kecil, orang gila
dan orang bodoh tidak boleh menjual harta yang sekalipun miliknya.12
Adapun Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mansyaratkan orang yan
berakad harus baligh (terkena perintah syarak), berakal, telah mampu
memelihara agama dan hartanya. Dengan demikian, ulama Hanabilah
membolehkan seorang anak kecil membeli barang yang sederhana atas
seizin walinya.13
b. Syarat barang pesanan (muslam fih)
Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 101 disebutkan
syarat barang pesanan (Muslam Fih) yaitu:
1) Kuantitas dan kualitas barang yang sudah jelas

Dumairi Nor, Ekonomi Versi Salaf, Cet. II, (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2008), 48.
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah..., 74.
13
Rahmat Syafi’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 54.
11

12

24

2) Kuantitas barang dapat diukur dengan takaran atau timbangan dan
atau meteran
3) Spesifikasi

barang

yang

dipesan

harus

diketahui

secara

sempurna.14
c. Syarat Modal (Ra’s Ma@l)
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam modal bai’ Salam adalah
sebagai berikut:
1) Modal harus diketahui
Barang yang akan disuplai harus diketahui jenis, kuantitas,
dan jumlahnya. Hukum awal mengenai pembayaran adalah bahwa
ia harus dalam bentuk uang tunai.15
2) Penerimaan pembayaran Salam
Kebanakan ulama mengharuskan pembayaran Salam ditempat
kontrak.

Hal

tersebut

dimaksudkan

agar

pembayaran

yangdilakukan oleh al-muslam (pembeli) tidak dijadikan sebagai
utang penjual. Lebih khusus lagi pembayaran Salam tidak bisa
dalam bentuk pembebasan utangyang harus dibayar dari muslam

ilaih (penjual). Hal ini adalah untuk mencegah praktik riba melalui
mekanisme Salam.16

PPHIM, Kompilasi Hukum Ekonomi..., 37.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari..., 109.
16
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: GhaliaIndonesia, 2012),
127.
14

15

25

d. Syarat s}i@ghat (ijab dan kabul)
Dalam Madzhab Hanafi, Maliki, dan Hambali yang dimaksudkan
dengan ijab disini adalah menggunakan lafal Salam (memesan), Salaf
(memesan).17

B. Jual Beli Istis}na@’
1. Pengertian Jual Beli Istis}na@’

Istis}na@’ ( ‫ ) استْ اع‬adalah bentuk ism mashdar dari kata dasar istis}na@’
yastas}ni’u (

‫ يستْ ع‬- ‫استْ ع‬

). Artinya meminta orang lain untuk

membuatkan sesuatu untuknya. Sedangkan menurut sebagian kalangan
ulama dari mazhab Hanafi, istis}na@’ adalah

ِِ ٍ ِ ِ
‫الع َم ُل‬
َ ‫َع ْق ٌ َعلَى َمبِْي ٍع ِف الذمة َش ْرط فْي‬
Artinya : sebuah akad untuk sesuatu yang tertanggung dengan syarat
mengerjakaannya.18
Sehingga bila seseorang berkata kepada orang lain yang punya keahlian
dalam membuat sesuatu,"Buatkan untuk aku sesuatu dengan harga sekian
dirham", dan orang itu menerimanya, maka akad istis}na@’ telah terjadi
dalam pandangan mazhab ini.

Wahbah al-Zuh}ayli@, Fiqih Islam wa Adillatuhu , Jilid V, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 240
Imam, ala ad-Din Abi Bakr bin Mas’ud al-Kasani al-Hanafi, Badai’ as-Shanai’ fi Tartib asy
Syarai’, Jilid 5, (Qahirah: Daar al-Hadits, 2005), 2.
17

18

20

Senada dengan definisi di atas, kalangan ulama mazhab Hambali
menyebutkan

ِ
ِ ‫ب يع ِس ْلع ٍة لَيس‬
‫السلَ ِم‬
ْ َ ْ َ ُ َْ
َ ‫ت عْ َ ُ َعلَى َو ْج َغْي ُر‬
Artinya : Jual-beli barang yang tidak (belum) dimilikinya yang tidak
termasuk akad salam.
Dalam hal ini akad istis}na@’ mereka samakan dengan jual-beli dengan
pembuatan

‫بيع ِلْ عة‬

.19 Namun kalangan Al-Malikiyah dan Asy-

Syafi'iyah mengaitkan akad istis}na@’ ini dengan akad salam. Sehingga
definisinya juga terkait, yaitu

ِ ‫الَْاع‬
ِ ‫لشلء السلَم لِْلغَ ِي ِمن‬
‫ات‬
َ
َ ْ ُ ُْ ُ ْ َ ‫ا‬
Artinya : Suatu barang yang diserahkan kepada orang lain dengan cara
membuatnya.20
Sedangkan

menurut

istilah

Wahbah

zuhay}li

mengemukakan

pengertian istis}na@’ sebagai berikut:

ٍ
ِِ
ِ ‫تَع ِريف ا ِإستَِْ ِاع و ع ْق ٌ مع‬
‫َي اَلْ َع ْق ُ َعلَى َشَر ٍاء‬
ٌ ‫صان ٍع َعلَل َع َم ِل َش ْلء ُم َع‬
َ َ َ َ َُ ْ ْ َ ْ ْ
ْ ‫ أ‬,‫ي ِف ال ّذ َمة‬
ِ
‫الع َم ُل ِم َن الْْ ِع‬
َ ْ ‫الع‬
ْ َ‫اسي‬
َ ‫ي َو‬
َ ‫الْان ُع َوتَ ُك ْو ُن‬
َ ُ ُ‫َْ ع‬
َ ‫َم‬
Artinya: Pengertian istis}na@’ adalah suatu akad beserta seorang produsen

untuk mengerjakan sesuatu yang dinyatakan dalam perjanjian:
yakni akad untuk membeli sesuatu yang dibuat oleh seorang

19

Al-Buhuti, Kasysyaf Al-Qinna', jilid 3, (Beirut: Dar al-Fikr), 132.
An-Nawawi, Raudhatu Ath-Thalibin wa Umdatu Al-Muftiyyin, Jilid 4, (Beirut: Dar al-Fikr),
26.
20

21

produsen dan barang serta pekerjaan dari pihak produsen
tersebut.21
Dalam kitab Fiqih Sunnah karangan Sayyid Sabiq, mendefinisikan:
22

ِ َ‫وقْ ًفالِلطل‬
.‫ب‬
َ

ِ ِ
‫ض ُع‬
َ ُ‫َْاعُ ُ َو َشىءٌ َماي‬
ْ ‫َواا ْست‬

Artinya : Istis}na@’ adalah membeli sesuatu yang dibuat sesuai pesanan.
Ismail Nawawi mendefinisikan, istis}na@’ adalah kontrak penjualan
antara pembeli akhir (mus}tani’) dan supplier (s}ani’). Dalam kontrak ini,

s}ani’ menerima pesanan dari mus}tani’. S}ani’ lalu berusaha melalui orang
lain untuk membuat atau membeli pokok kontrak (mas}nu’) menurut
spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada mus}tani’. Kedua
belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran. Apakah
pembayaran dilakukan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai
suatu waktu pada masa yang akan datang .23
Menurut Fatwa DSN No. 06/DSN MUI/IV/2000 tentang jual beli

istis}na@, bai’ istis}na@’ merupakan kontrak penjualan antara mustas}ni’
(pembeli) dan s}ani’ (suplier) dimana pihak suplier menerima pesanan dari
pembeli menurut spesifikasi tertentu. Pihak suplier berusaha melalui
orang lain untuk membeli atau membuat barang dan menyampaikannya
kepada pemesan. Pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan atau

Wahbah az-Zuh{ayli>, Fiqih Islam wa Adillatuhu..., 24.
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz. 3, (Beirut: Dar el-Fikr, 1983 M / 1403 H), 108.
23
Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah : hukum Ekonomi Bisnis dan sosial, (Jakarta: CV. Dwiputra
Pusaka Jaya, 2010), 223.
21

22

22

ditangguhkan hingga waktu tertentu.24 Menurut Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah, Istis}na@’ adalah jual beli barang atau jasa dalam bentuk
pemesanan dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
antara pihak pemesan dan pihak penjual.25
Menurut jumhur fuqaha yang dikutip oleh Muhammad Syafi’i
Antonio, bai’ istis}na@’ merupakan suatu jenis khusus dari akad bai’ as-

salam. Biasanya, jenis ini dipergunakan di bidang manufaktur. Dengan
demikian, ketentuan bai’ istis}na@’ mengikuti ketentuan dan aturan akad

bai’ as-salam.26 Menurut jumhur ulama yang dikutip oleh Dr. Mardani,
istis}na@’ merupakan jenis khusus dari salam yaitu dari segi obyek
pesanannya harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri
khusus.

Perbedaannya

hanya

pada

sistem

pembayaran,

salam

pembayarannya dilakukan sebelum barang diterima sedangankan istis}na@’
bisa di awal, di tengah, atau di akhir pesanan.27

Bai’ istis}na@’ termasuk dalam kategori natural certainly contracts,
yaitu kontrak/akad dalam bisnis yang memberikan kepastian pembayaran,
baik dari segi jumlah ( amount ) maupun waktu ( timing )nya. Cash flow
nya bisa diprediksi dengan relatif pasti, karena sudah disepakati oleh
kedua belah pihak yang bertransaksi di awal akad. Kontrak ini secara‚
“sunnatullah” ( by their nature ) menawarkan return yang tetap dan pasti.
24

Husaini Mansur Dan Dhani Gunawan, Dimensi Perbankan Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Visi
Citah Kreasi, 2007), 102.
25
Indonesia, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Mahkamah Agung RI), Pasal 20 Ayat
(10).
26
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek..., 113.
27
Mardani, Fiqh ekonomi Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), 125.

23

Jadi sifatnya fixed and predetermined. Obyek pertukarannya baik
jumlahnya ( quantity ), mutunya ( quality ), harganya ( price ), dan waktu
penyerahannya ( time of delivery ).28

2. Dasar Hukum Jual Beli Istis}na@’
Akad istis}na@’ termasuk salah satu bentuk akad ghairu musamma,29
sehingga tidak ada dalil yang eksplisit baik di dalam al-Qur’an maupun
Hadits mengenai pensyariatannya. Akan tetapi dapatlah diketahui bahwa

istis}na@’ merupakan akad pesanan yang mirip dengan akad salam.
Perbedaannya hanya pada sistem pembayaran. Jika dalam akad salam
pembayaran harus dilakukan di muka, maka dalam akad istis}na@’
pembayaran dapat dilakukan di awal, dengan cara cicilan atau dibayar di
belakang. Oleh karena itu landasan hukum akad salam bisa digunakan
pula pada akad istis}na@’. Seperti firman Allah di dalam QS. al-Baqarah:
282 yang berbunyi:

ِ
ِ
ِ ِ
ِ
‫ب‬
َ ‫ين َآمُوا إذَا تَ َ ايَْ تُ ْم ب َ يْ ٍن إ ََ أ‬
ٌ ‫ب بَْي َ ُك ْم َكات‬
ْ ُ‫ َولْيَكْت‬,ُ‫َج ٍل ُم َسمى فَا ْكتُبُو‬
َ ‫ََ أَي َها الذ‬
‫ِ لْ َع ْ ِل‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya.30

28

Adiwarman A. Karim, Bank Islam; Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006), 51.
29
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, (Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 1999), 93.
30
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Bandung : Syaamil Al-Qur’an,
2005),193.

24

Ayat ini menjelaskan ketika kita melakukan transaksi hutang, maka
sebaiknya menulisnya untuk menghindari kesalahpahaman diantara pihak.
Dalam Shahih Bukhari, Kitab Jual Beli Salam, Bab jual beli salam
untuk batas waktu yang diketahui, Hadits No. 2094 disebutkan:

‫يح َع ْن َعْب ِ اَِ بْ ِن َكثِ ٍْي َع ْن ِأب الِْ َه ِال‬
ٍ ََِ ‫َح ثََا اَبُو نُ َعْي ٍم َح ثََا ُس ْفيَا ُن َع ْن ابْ ِن أَِب‬
ِ َ َ‫اس ر ِضل اَ عْ هما ق‬
‫صلى اَُ َعلَْي ِ َو َسل َم الْ َم ِيَةَ َوُ ْم يُ ْسلِ ُفو َن‬
َ ‫ال قَ َم ال ِب‬
َ ُ َ ُ َ َ ٍ ‫َع ْن ابْ ِن َعب‬
ِ
ِ ْ َ‫ِف السَ ت‬
‫الولِي ِ َح ثََا‬
َ َ‫َسلِ ُفوا ِف الثِّ َما ِر ِف َكْي ٍل َم ْعلُوٍم َوق‬
َ ‫ث فَ َق‬
َ َ‫ي َوالثا‬
ْ ‫ال أ‬
َ ‫ال َعْب ُ اَ بْ ُن‬
‫ال ِف َكْي ٍل َم ْعلُ ٍوم َوَوْزٍن َم ْعلُ ٍوم‬
ٍ ََِ ‫ُس ْفيَا ُن َح ثََا ابْ ُن أَِب‬
َ َ‫يح َوق‬
Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah
menceritakan kepada kami Sufyan dari Ibnu Abi Najih dari
'Abdullah bin Katsir dari Abu Al Minhal dari Ibnu 'Abbas
radliallahu 'anhuma berkata: Ketika Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tiba di Madinah orang-orang mempraktekkan
jual beli buah-buahan dengan sistim salaf, yaitu membayar
dimuka dan diterima barangnya setelah kurun waktu dua atau
tiga tahun. Maka Beliau bersabda: "Lakukanlah jual beli salaf
pada buah-buahan dengan takaran sampai waktu yang
diketahui (pasti) ". Dan berkata 'Abdullah bin Al Walid telah
menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada
kami Ibnu Abi Najih dan berkata: "dengan takaran dan
timbangan yang diketahui (pasti). (H.R. Bukhori)31

Mengingat bai’ istis}na@’ merupakan lanjutan dari bai’ as-salam maka
secara umum landasan syariah yang berlaku pada bai’ as-salam juga
berlaku pada bai’ istis}na@’. Sungguhpun demikian, para ulama membahas
lebih lanjut “keabsahan” bai’ istis}na@’.32

31

Muhammad bin Ismail al-Bukhori, S}ahih Bukhori, Kitab : Jual Beli as-Salam, Bab : Jual beli
Salam untuk batas waktu yang diketahui, No Hadits : 2135, (ttt: Dar al-Katsir, 1993).
32
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek..., 114.

25

Menurut ulama Malikiyah, Syafi’iyyah dan Hanabilah, akad istis}na@’
sah dengan landasan diperbolehkannya akad As-salam. Mereka mengqiyas-kan bai’ istis}na@’ dengan bai’ as-salam karena keduanya barang yang
dipesan belum berada ditangan penjual manakala kontrak ditandatangani.
Selain itu juga bai’ istis}na@’ telah menjadi kebiasaan umat manusia dalam
bertransaksi (‘urf). Oleh karena itu, dalam bai’ istis}na@’ berlaku pada
syarat-syarat sebagaimana disebutkan dalam bai’ as-salam.33
Menurut Hanafiyah, jual beli istis}na@’ diperbolehkan dengan alasan

istihsan (menganggap baik dan perlu), demi kebaikan kehidupan manusia
dan telah menjadi kebiasaan (‘urf) dalam beberapa masa tanpa ada ulama
yang mengingkarinya.34
Ulama Hanafi berpendapat bahwa bai’ istis}na@’ termasuk akad yang
dilarang karena bertentangan dengan semangat bai’ secara qiyas. Mereka
mendasarkan kepada argumentasi bahwa pokok kontrak penjual harus ada
dan dimiliki oleh penjual, Sedangkan dalam istis}na@’ , pokok kontrak itu
belum ada atau tidak di miliki