Analisis Sadd al Dhari‘ah terhadap praktik kegiatan Pedagang Kaki Lima di fasilitas umum perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

(1)

ANALISIS

SADD AL-DHARI>

‘AH

TERHADAP PRAKTIK

KEGIATAN PEDAGANG KAKI LIMA DI FASILITAS UMUM

PERUMAHAN TAMAN PINANG INDAH SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh

Laily Ghufriana

C022103036

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelititan lapangan tentang “Analisis Sadd A l-Dhari>‘A h Terhadap Praktik Kegiatan Pedagang Kaki Lima Di Fasilitas Umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo”. Rumusan masalahnya: Pertama, bagaimana praktik kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo. Kedua, bagaimana analisis sadd al-dhari>‘ah terhadap praktik kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

Data penelitian ini dihimpun melalui observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Penelitian ini menggunakan pola pikir deduktif, yang diawali dengan mengemukakan pengertian-pengertian, teori-teori atau fakta-fakta yang bersifat umum, yaitu ketentuan-ketentuan hukum Islam mengenai jual beli dan sadd al-dhari>‘ah yang selanjutnya dipaparkan dari kenyataan yang ada di lapangan mengenai pelaksanaan praktik kegiatan pedagang kaki lima di Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo, untuk selanjutnya ditarik sebuah kesimpulan.

Hasil penelitian diperbolehkan dalam Islam, karena jual beli yang dilakukan para pedagang kaki lima atau pedagang premium dari segi rukun dan syaratnya telah terpenuhi. Namun hal tersebut menjadi perhatian ketika praktik kegiatan PKL atau pedagang premium di fasilitas umum sepanjang jalan Perumahan Taman Pinang Indah membuat kemacetan, lingkungan menjadi kumuh, dan mengambil hak kenyamanan bagi warga TPI.

Selanjutnya, berdasarkan sadd al-dhari>‘ahdari akibat yang ditimbulkan oleh praktik kegiatan PKL adalah tindakan preventif yang tepat karena mencegah perbuatan yang dilarang atau mengarah perbuatan yang timbul kemafsadatan. karena dampak negatif yang ditimbulkan lebih luas daripada dampak positifnya. Maka menerapkan kaidah fikih mengenai sadd al-dzari>‘ah bahwa menolak mudarat lebih diutamakan daripada pencapaian kemaslahatan. Dengan begitu praktik kegiatan PKL hukumnya tidak boleh. Serta shari>‘ah Islam sangat menganjurkan kaum muslimin untuk melakukan usaha halal yang bermanfaat untuk kehidupan mereka, dengan menekankan kewajiban utama untuk selalu bertawakkal (bersandar/ berserah diri) dan meminta pertolongan kepada Allah dalam semua usaha yang mereka lakukan.

Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka disarankan yang pemerintah hendaklah memberikan alternatif tempat berdagang yang sesuai dengan kebutuhan PKL. Melalui pengarahan yang baik dan alternatif yang tepat akan lebih diterima oleh PKL dibandingkan sekedar memberikan peringatan dan sanksi.


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

MOTTO ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Kajian Pustaka ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Kegunaan dan Hasil Penelitian... 11

G. Definisi Operasional... 12

H. Metode Penelitian ... 12

I. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II KonsepSadd A l-Dhari>’ah A. PengertianSadd A l-Dhari>‘ah ... 19


(8)

B. Dasar HukumSadd A l-Dhari>‘ah ... 22

C. ObyekSadd A l-Dhari>‘ah ... 25

D. Macam-MacamSadd A l-Dhari>‘ah ... 26

E. KedudukanSadd A l-Dhari>‘ahDalam Penetepan Hukum ... 27

BAB III PRAKTIK KEGIAT AN PEDAGANG KAKI LIMA DI FASILITAS UMUM PERUMAHAN TAMAN PINANG INDAH SIDOARJO A. Gambaran Umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo... 33

1. Letak geografis ... 33

2. Keadaan demografis ... 34

3. Mata pencaharian penduduk ... 34

4. Tingkat pendidikan ... 34

5. Keadaan sosial budaya ... 34

6. Kehidupan beragama ... 35

B. Praktik Kegiatan Pedagang Kaki Lima di Fasilitas Umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo ... 35

1. Asal usul pedagang kaki lima ... 35

2. Motif pedagang kaki lima memanfaatkan fasilitas umum di Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo ... 38

3. Praktik kegiatan pedagang kaki lima ... 39

4. Pendapat masyarakat tentang praktik kegiatan pedagang kaki lima di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo ... 41


(9)

BAB IV ANALISISSA DD A L-DHA RI>‘A HTERHADAP PRAKTIK KEGIATAN PEDAGANG KAKI LIMA DI FASILITAS UMUM PERUMAHAN TAMAN PINANG INDAH SIDOARJO

A. Analisis Terhadap Praktik Kegiatan Pedagang Kaki Lima di Fasilitas Umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo ... 46 B. AnalisisSadd A l-Dhari>‘ahTerhadap Praktik Kegiatan Pedagang Kaki Lima di Fasilitas Umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo ... 49 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 59 B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA... 61 LAMPIRAN...


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Lokasi PKL di TPI ... 40

Gambar 3.2. Lokasi PKL di TPI ... 41

Gambar 3.3. Lokasi PKL di TPI ... 43

Gambar 3.4. Lokasi PKL di TPI ... 44

Gambar 3.5. Lokasi PKL di TPI ... 45


(11)

DAFTAR TRANSLITERASI

Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

A. Konsonan

No Arab Indonesia Arab Indonesia

1. ’ t{

2. B z{

3. T ‘

4. Th gh

5. J f

6. h{ q

7. Kh k

8. D l

9. Dh m

10. R n

11. Z w

12. S h

13. Sh ’

14. s{ y

15. d{

Sumber : Kate L. Turabian. A Manual of Writers of Term Papers, Disertations (Chicago and London: The University of Chicago Press,1987).

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia

fath{ah a

kasrah i

- d{ammah u

Catatan : Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika apostrof hanya berlaku jika hamzah berh{arakat sukun atau didahului oleh huruf yang berh{arakat sukun. Contoh:iqtid{a<’( )


(12)

2. Vokal Rangkap Tanda dan Huruf Arab

Nama Indonesia Ket.

fath{ahdanya’ ay a dan y

fath{ahdanwawu aw a dan w

Contoh:bayna( ) :mawd{u>’( ) 3. Vokal Panjang

Tanda dan Huruf Arab

Nama Indonesia Ket.

fath{ahdan a< a dan garis di atas

kasrah danya’ i< i dan garis di atas d{ammahdanwawu u< u dan garis di atas Contoh :al-jama>’ah ( )

:takhy>ir( ) :yadu>ru(روﺪﯾ) C. Ta>’ Marbu>t{ah

Transliterasi untuk ta’ marbu@t}ah ada dua :

1. Jika hidup (menjadi mud}a@f) transliterasinya adalah t. 2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.

Contoh :shari>’at al-Isla>m( ) shari>’at isla>mi>yah( ) D. Penulisan Huruf Kapital

Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau kalimat yang ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti ketentuan penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial latter) untuk nama diiri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan huruf besar


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan ekonomi yang semakin sulit mendorong setiap individu untuk lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Banyaknya profesi masyaratkan keahlian-keahlian khusus bagi para pekerjanya menuntut masyarakat untuk berpikir cermat dalam menciptakan lahan pekerjaan baru sesuai dengan keahliannya. Salah satu pengaplikasiannya dengan melakukan praktik jual beli yang umum dilakukan oleh masyarakat dalam mengatur dana mereka untuk mencapai penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari.

Kebutuhan adalah senilai dengan keinginan. Keinginan ditentukan oleh konsep kepuasan. Dalam perpektif Islam kebutuhan ditentutkan oleh konsep maslahah. Pembahasan konsep kebutuhan dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari kajian perilaku konsumen dari kerangka maqa>sid al-shari>’ah (tujuan syariah). Tujuan syariah harus dapat menentukan tujuan perilaku konsumen dalam Islam. Tujuan syariat Islam adalah tercapainya kesejahteraan umat manusia (maslahat al-‘ib>ad). Oleh karena itu, semua barang dan jasa yang memiliki maslahah akan dikatakan menjadi kebutuhan manusia.1

1

Muhammad,Etika Bisnis Islam(Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2004), 19.


(14)

2

Dalam melakukan praktik jual beli yakni kegiatan bisnis mencakup seluruh kegiatan membuat dan menyalurkan barang dan jasa yang diminta oleh masyarakat. Hal ini bertujuan untuk memperoleh laba. Bahwa pedagang Muslim tidak boleh mencari laba semaksimal mungkin, tidak menganut apa yang diajarkan oleh prinsip ekonomi Barat, yaitu dengan perngorbanan yang sekecil-kecilnya mendapat untung yang sebesar-besarnya, akan tetapi harus ada batas-batasnya. Perdagangan yang intinya jual beli, saling tukar menukar. Jual (al-bay) dan beli (al-shira>) adalah dua kata yang dipergunakan dalam pengertian yang sama tapi sebenarnya berbeda. Menurut syariat jual beli adalah pertukaran harta, memindahkan hak milik dengan atas dasar saling rela-ikhlas, bukan dengan kesal-menyesal.2

Perkataan jual beli terdiri dari dua suku kata yaitu “jual dan beli”. Sebenarnya kata “jual” dan “beli” mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang. Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjela, sedangkan beli adalah adanya perbuatan membeli. Dengan demikian, perkataan jual beli menunjukkan adanya perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak lain membeli. Maka dalam hal ini terjadilah peristiwa hukum jual beli.3Dikemukakan para ulama fiqh. Sayyid Sabiq, mendefinisikannya dengan:4

2

Buchari Alma,A jaran Islam dalam Berbisnis(PT Remaja Rosdakarya, 1997), 19. 3

Suhrawardi K. Lubis,Hukum Ekonomi Islam(Jakarta: Sinar Grafika, 2000), 128. 4


(15)

3

Jual beli ialah pertukaran harta dengan harta atas dasar saling merelakan, atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

Bahwa jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan shari>’ah dan disepakati.5

Perubahan dan perkembangan zaman yang terjadi dewasa ini menunjukkan pada kecenderungan yang cukup memprihatinkan, namun sangat menarik untuk dikritisi. Tidak sedikit masyarakat berhasil membuka lahan pekerjaan baru dengan membuka lapak di pinggiran jalan raya atau trotoar yang disediakan bagi pejalan kaki maupun yang membawa kendaraan. Para penjual di sepanjang jalan raya atau trotoar ini disebut “pedagang kaki lima” (untuk selanjutnya disebut PKL).

Dilihat dari segi ekonomi, keberadaan PKL memiliki dampak positif dalam mengurangi angka pengangguran khususnya di Sidoarjo. PKL di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo ini dengan menggunakan gerobak, ada juga yang menggelar tikar sebagai alas, ada juga dengan meggunakan mobil sebagai tempat berjualan umumnya disebut “pedagang premium”. Dengan semakin banyaknya peminat untuk membuka usaha sebagai PKL akan menimbulkan dampak negatif pula yakni mengganggu kelancaran lalu lintas serta melanggar hak dan kenyamanan

5


(16)

4

pejalan kaki yang melintasi jalan utama atau jalan raya perumahan. Dalam hal ini kegiatan perdagangan yang dilakukan PKL tanpa adanya perizinan oleh warga perumahan Taman Pinang Indah (untuk selanjutnya TPI). Hal ini menimbulkan dalil al-Qur’an yang bisa menghubungkan dengan kejadian ini, yakni terdapat pada surat an-Nisa’ ayat 29:

Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela antaramu.6

Maksud dalam ayat diatas pada kalimat “memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil”, karena ketika kita ingin mempunyai banyak uang dari orang lain, maka kita tidak boleh mencuri atau dengan cara yang tidak baik. Cara yang tidak baik adalah yang terjadi saat ini bahwa PKL tidak mendapatkan izin untuk berdagang di daerah sekitar TPI.

Dijelaskan oleh perwakilan dari pihak warga perumahan Taman Pinang Indah, bahwa praktik kegiatan yang digunakan PKL untuk berjualan tidak memiliki status perizinan. Yang artinya PKL tersebut tidak pernah melakukan perizinan kepada pihak RT dan RW selaku perwakilan warga TPI. Dikarenakan praktik kegiatan yang dilakukan yakni fasilitas umum. Maksud dari status tersebut, bahwa warga TPI sangat menolak akan keberadaan PKL yang berjualan.

6


(17)

5

Apalagi warga TPI mempunyai alasan kuat bahwa daerah TPI yakni tanah pengembang, maka tanah tersebut bukan fasilitas umum yang belum diserahkan Pemda (Pemerintah daerah) akan tetapi masih bersangkutan dengan Kelurahan Banjarbendo. Warga TPI sering sekali menghimbau kepada PKL agar tidak berjualan di daerah sekitar TPI. Akan tetapi tidak dihiraukan oleh PKL karena mereka melanjutkan untuk berjualan. Serta daerah TPI termasuk arus lalu lintas kendaraan.

Dengan begitu warga TPI sudah sangat kesal terhadap PKL yang semakin banyak jumlahnya. Kemudian untuk mengontrol praktik kegiatan tersebut mendatangkan Satuan Polisi Pamong Praja (untuk selanjutnya Satpol PP), pernah juga melakukan tindakan dengan meletakkan beton berukuran besar di tengah-tengah jalan. Agar kegiatan PKL tersebut berhenti.

Dalam hal ini Perda (Peraturan daerah) seharusnya lebih tegas dalam bertindak lanjut untuk PKL agar mendapat tempat lapak, pemerintah harus mempertimbangkan kepentingan-kepentingan umum, sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, keadaan dan kenyamanan. Hal seperti ini patutnya diperhatikan karena bermuamalat, tidak hanya ketentuan-ketentuan Islam harus terpenuhi, tetapi juga adanya pemenuhan hak-hak keadilan dengan menciptakan kenyamanan bagi pejalan kaki dan yang membawa kendaraan sebagai pengguna jalan utama tersebut.

Ditinjau dari segi hukum Islam, praktik jual beli yang dilakukan oleh PKL bisa saja merupakan transaksi yang sah dan halal untuk dikerjakan jika


(18)

6

memenuhi syarat dan rukun jual belinya. Namun ketika terdapat unsur yang tidak sesuai dalam praktik jual beli bisa menggeser konsep kehalalan dari transaksi yang dilakukan. Padahal secara tegas Rasulullah pernah bersabda bahwa perdangan adalah suatu lahan yang paling banyak mendatangkan keberkahan. Dengan demikian, aktivitas perdagangan nampaknya merupakan arena yang paling memberikan keuntungan.7

Tetapi keselamatan para pengendara lalu lintas baik bermotor maupun pejalan kaki menjadi terancam karena di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo merupakan jalan raya utama. Terlebih lagi ketika jalan sedang dalam keadaan macet yakni ada mobil atau sepeda motor berhenti orang yang melintasi harus lebih waspada. Terkadang juga sampai menimbulkan kecelakaan ringan.

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, penulis merasa bahwa masalah ini perlu untuk diteliti. Dari beberapa permasalahan untuk mengakaji lebih lanjut terkait sistem jual beli yang terjadi dalam judul “Analisis Sadd Al-Dhari>‘ah Terhadap Praktik Kegiatan Pedagang Kaki

Lima di Fasilitas Umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo”. B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan yang ada pada latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang muncul

7

Muhammad,Etika Bisnis Islam(Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2004), 25.


(19)

7

dari kegiatan PKL di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo adalah sebagai berikut:

a. Praktik kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

b. Pedagang yang terlibat dalam kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

c. Para pembeli yang menggunakan tepi trotoar untuk tempat parkir kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

d. Para pengguna jalan raya yang terhambat perjalanannya dari kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

e. Lingkungan karena PKL membiarkan kotoran atau sampah setelah berjualan.

f. Analisis sadd al-dhari>‘ah terhadap praktik kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

2. Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang sebenarnya, maka penulis memberi pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis memberikan batasan yaitu:


(20)

8

1. Permasalahan praktik kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

2. Analisis sadd al-dhari>‘ah iterhadap praktik kegiatan pedagang

kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang

Indah Sidoarjo.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini:

1. Bagaimana praktik kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo?

2. Bagaimana analisis sadd al-dhari>‘ah iterhadap praktik kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini bertujuan untuk memperoleh suatu gambaran yang memiliki hubungan topik yang akan diteliti dari beberapa penelitian terdahulu yang sejenis atau memiliki keterkaitan, sehingga tidak ada pengulangan penelitian dan duplikasi. Dalam penelusuran awal, sampai saat ini penulis menemukan beberapa penelitian terkait kegiatan pedagang kaki lima (PKL). Di antaranya:


(21)

9

Pertama penelitian yang dilakukan oleh saudara Moh. Ibnu Sabilil Huda, Muamalah 2014. Yang menuliskan penelitiannya dengan judul‚ “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Sewa Lapak Pedagang Kaki Lima di Ja/lan Dukuh Menaggal I Gayungan Surabaya” dalam kajian penelitian ini membahas tentang ketentuan sewa lapak pedagang kaki lima di Jalan Dukuh Menaggal I Gayungan Surabaya yang merupakan jalan umum yang disewakan untuk berdagang atas izin pejabat yang berwenang yaitu perangkat kelurahan. Dengan ketentuan harga sewa sebesar Rp 1.000.000,-dengan luas lapak 2x2 m persegi 1.000.000,-dengan pembayaran di muka. Perjanjiannya diawasi oleh pihak berwenang, pemanfaatan lapak juga tidak diberi jangka waktu karena pada awal akad tidak disebutkan.8

Kedua penelitian yang dilakukan oleh saudari Aprilia Beta, Muamalah 2016. Yang menuliskan penelitiannya dengan judul, “Alih Fungsi Trotoar Oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) Di Jalan Panglima Sudirman Gresik Dalam Perspektif Al Huquq” dalam kajian penelitian ini membahas praktik trotoar menjadi lahan membuka lapak bagi PKL, sehingga mengganggu pengguna jalan trotoar dan melanggar Perda yang sudah ada. Meskipun trotoar tersebut sudah fasilitas umum maka ditinjau dengan konsep al huquq yang mana fasilitas umum yang disediakan pemerintah boleh dimanfaatkan. Karena fasilitas umum trotoar tersebut juga berfungsi sebagai pengguna pejalan kaki. Namun penggunaannnya pedagang tidak

8

Moh. Ibnu Sabilil Huda, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Sewa Lapak Pedagang Kaki Lima Di Jalan Dukuh Menaggal I Gayungan Surabaya” (Skripsi--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014).


(22)

10

boleh menggunakan bagan trotoar sepenuhnya. Seharusnya PKL menyediakan tempat bagi pengguna pejalan kaki tersebut.9

Ketiga penelitian yang dilakukan oleh saudara Ma’ruf Hidayat, Muamalah 2016. Yang menuliskan penelitiannya dengan judul, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tuntutan Ganti Rugi Atas Pemanfaatan Lahan Tanpa Izin (Studi kasus pada gugatan terhadap PKL Gondomanan Yogyakarta)”. Bahwa meminta ganti rugi adalah untuk menegakkan keadilan hak atas tanah yang sifatnya tidak bisa dimiliki secara mutlak/hak milik di daerah Keraton. Dan perkara ini gugatan perkar nomor: 86/ PDT.G/2015 dengan merujuk pendapat ulama serta menurut Mazhab Syafi’i atas menentukan ganti rugi yang tertinggi sesuai wilayah tersebut.10 Dengan adanya kajian pustaka di atas, penulis melakukan penelitian ini dengan variabel yang berbeda. Penelitian dengan judul “Analisis Sadd A l-Dhari>‘ah Terhadap Praktik Kegiatan Pedagang Kaki Lima di Fasilitas Umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo” ini lebih memfokuskan pada praktik kegiatan PKL di Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo kemudian penulis menganalisis dengan metode hukumsadd al dhari>‘ah.

9

Aprilia Beta, “Alih Fungsi Trotoar Oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) Di Jalan Panglima Sudirman Gresik Dalam Perspektif Al Huquq” (Skripsi--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2016). 10

Ma’ruf Hidayat, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tuntutan Ganti Rugi Atas Pemanfaatan Lahan Tanpa Izin (Studi kasu pada gugatan terhadap PKL Gondomanan Yogyakarta)” (Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2016).


(23)

11

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dalam melakukan penelitian ini penulis memiliki tujuan:

1. Mengetahui praktik kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui analisis sadd al-dhari>‘ah terhadap praktik kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

F. Kegunaan dan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunanaan, baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara umum, kegunaan penelitian yang dilakukan penulis ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:

1. Dari Tinjauan Teoritis – Akademis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan ilmu pengetahuan di bidang hukum Islam terutama pada bidang muamalah terkait dengan transaksi jual beli dalam pengambilan hukum Islam yakni memakai metode sadd al dhari>‘ah.

2. Kegunaan Praktis

Sebagai upaya menyelesaikan permasalahan dalam bermuamalat seperti berdagang yang dilakukan oleh PKL di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.


(24)

12

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami beberapa istilah yang ada di dalam penelitian ini, maka penulis memberikan penjelasan atau definisi dari beberapa istilah sebagai berikut:

1. Sadd al-dhari>‘ah merupakan salah satu metode untuk pengambilan hukum yang bertolak untuk menghindari suatu mafsadah dengan cara menutup (melarang) sarana yang menuju kepadanya, pada mulanya bukan terlarang (diperbolehkan).

2. Praktik kegiatan Pedagang Kaki Lima merupakan kegiatan jual beli yakni pertukaran atau saling menukar dalam perdagangan di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo..

H. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yaitu penelitian terhadap praktik kegiatan pedagang kaki lima di

fasilitas umumPerumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

1. Data yang dikumpulkan a. Data Primer

Sumber data melalui prosedur dan teknik pengambilan data tepat berupa interview, observasi, menggunakan instrumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan tujuannya. Antara lain:


(25)

13

1) Praktik jual beli yang dilakukan PKL di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

2) Sejarah PKL berjualan di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

3) Transaksi jual beli yang dilakukan PKL di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

b. Data Sekunder

Profil wilayah Perumahan Taman Pinang Indah yang terletak pada Kelurahan Banjarbendo meliputi keadaan sosial, pendidikan dan ekonomi masayaraat.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber data yang dibutuhkan untuk memperoleh data-data yang berkaitan langsung dengan objek penelitian, data primer disini diambil dari beberapa informan kunci, sedangkan yang dimaksud informan kunci adalah partisipan yang karena kedudukannya dalam komunitas memiliki pengetahuan khusus mengenai orang lain, proses, maupun peristiwa secara lebih luas dan terinci dibandingkan orang lain.11 Ada dua pihak yang terlibat dalam penelitian ini antara lain:

11


(26)

14

1) Pedagang Kaki Lima (PKL) selaku pihak yang menggunakan daerah fasilitas umum sekitar Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

2) Bapak Kepala Desa Banjarbendo, Bapak/Sdr Ketua RW.008, Ketua RT. 016, RT. 017, RT. 018, RT. 019.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal, serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.12 Buku yang digunakan, antara lain:

1. Imam Malik,H}ay>atuhu wa’ashruhu wa A >ra>uhu wa fiqhuhu. 2. Imam Abu Muhammad Zahrah,Ushul Fiqh.

3. Asmawi,Perbandingan Ushul Fiqh.

4. Ismail Nawawi,Fikih Muamalah Hukum Ekonomi Bisnis dan

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan pengamatan dan 12Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009 Cet ke. 8, 137.


(27)

15

pencatatan13 penulis akan mengamati praktik kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

b. Wawancara adalah percakapan antara dua orang di mana salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.14 Wawancara akan dilakukan dengan narasumber para pedagang kaki lima dengan perwakilan warga Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo, serta pengguna jalan di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

c. Dokumentasi\merupakan metode pengambilan data dengan cara membaca dan mengambil kesimpulan dari berkas-berkas arsip yang telah terjadi praktik kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

4. Teknik Pengolahan Data

Adapun untuk menganalisa data-data dalam penelitian ini, penulis melakukan hal-hal berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa kembali lengkap atau tidaknya data-data yang diperoleh dan memperbaiki bila terdapat data yang kurang jelas atau meragukan.15 Teknik ini betul-betul menuntut kejujuran intelektual (intelectual honestly) dari penulis mengadakan pemeriksaan 13

Masruhan,Metode Penelitian Hukum(Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 212.

14

Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Group Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2013), 29.

15


(28)

16

kembali data-data tentang praktik kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sumber dokumentasi sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan masalah, serta mengelompokkan data yang diperoleh.16 Dengan begitu penulis menyusun data tentang proses awal hingga akhir praktik kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

c. A nalyzing,yaitu upaya mencari dan menyusun secara sistemasis hasil wawancara juga dokumentasi yang disusun secara sistematis dan dianalisis secara kualitatif untuk memberikan kejelasan pada masalah yang dibahas dalam skripsi ini.17 Tahap ini bermaksud menganalisis dan perumusan praktik kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

5. Teknik Analisis Data

Teknik anasis data adalah proses mencari dan menyususn data secara sistematis dengan cara mengorganisasikannya ke dalam beberapa kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

16

Chalid Narbuko dan Abu Achmadi,Metodologi Penelitian(Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 153. 17

Noeng Muhadjir,Metode Penelitian Kualitatif Telaah Positivistik, Rasionalisti,


(29)

17

akan dipelajari, dan terakhir memuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh sendiri maupun orang lain.18

Untuk menganalisis data yang telah diperoleh, digunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu memaparkan serta menjelaskan secara mendalam dan menganalisa terhadap semua aspek yang berkaitan dengan masalah penelitian praktik kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo yang kemudian dianalisis menggunakan teori sadd al-dhari>‘ah untuk menilai benar tidaknya menurut hukum Islam dan dapat berlaku tidaknya sadd al-dhari>‘ah yang terjadi di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

Pola pikir yang digunakan adalah deduktif, yang diawali dengan mengemukakan pengertian-pengertian, teori-teori atau fakta-fakta yang bersifat umum, yaitu ketentuan-ketentuan hukum Islam mengenai sadd al-dhari>‘ah dan jual beli selanjutnya dipaparkan dari kenyataan yang ada di lapangan mengenai praktik kegiatan pedagang kaki lima di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo. Kemudian diteliti dan dianalisis sehingga hasilnya dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan mengenai praktik kegiatan pedagang kaki lima menurut sadd al dhari>‘ah.

18


(30)

18

6. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih mempermudah dan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai isi skripsi ini, pembahasan dilakukan secara komprehensif dan sistematik meliputi:

Bab pertama, berisi pendahuluan yaitu terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, serta metode penelitian yang digunakan dalam memperoleh data yang diperlukan dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, membahas konsep sadd al-dhari>‘ah yang berkaitan dengan studi ini yaitu pengertian sadd al-dhari>‘ah, dasar hukum sadd al-dhari>‘ah,

obyek-obyek sadd al-dhari>‘ah, macam-macam sadd al-dhari>‘ah, dan kedudukansadd al-dhari>‘ahdalam penetapan hukum.

Bab ketiga, memaparkan gambaran praktik kegiatan pedagang kaki lima di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

Bab keempat, berisi tentang analisis sadd al-dhari>‘ah terhadap praktik kegiatan pedagang kaki lima di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo.

Bab kelima, merupakan bagian akhir dari skripsi ini atau penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.


(31)

BAB II

KONSEPSA DD A L-DHA RI>‘A H

A. PengertianSadd A l-Dhari>‘ah

.

1

Dhari>‘ah menurut istilah ahli hukum Islam ialah sesuatu yang menjadi perantara ke arah perbuatan yang diharamkan atau dihalalkan. Dalam hal ini, ketentuan hukum yang dikenakan pada dhari>‘ah selalu mengikuti ketentuan hukum yang terdapat pada perbuatan yang menjadi sasarannya. Artinya perbuatan yang membawa pada mubah ialah mubah, perbuatan yang membawa pada haram ialah haram, perbuatan yang membawa pada wajib ialah wajib.2

Kemudian pada sadd al-dhari>‘ah, secara etimologi ﺔﻌﯾرﺬﻟاﺪ ﺳ terdiri

dari dua kata yaitu sadd (ﺪ ﺳ) dan al-dhari>‘ah (ﺔﻌﯾرﺬﻟا). Kata sadd (ﺪ ﺳ)

merupakan kata benda abstrak berarti menutup sesuatu yang cacat atau rusak dan menimbun lubang. Sedangkanal-dhari>‘ah (ﺔﻌﯾرﺬﻟا) merupakan kata benda bentuk tunggal berarti jalan, sarana (ﺔﻠﯾﺳو) dan sebab terjadinya.3

Dengan demikian sadd al-dhari>‘ah secara bahasa menutup jalan atau menghambat jalan. Maksudnya menghambat atau menyumbat semua jalan yang menuju pada kerusakan. Hal ini untuk memudahkan

1

Imam Muhammad Abu Zahrah,Ushul Fiqh(Kairo: Darul Fikri Al Azli, 1985), 228. 2

Muhammad Abu Zahrah,Usul Fiqh, (Saefullah Ma’shum dan Slamet Basyir), (Jakarta; PT Pustaka Firdaus, 2010), 467.

3


(32)

20

mencapai kemaslahatan dan menjauhkan kemungkinan terjadinya kemaksiatan atau kerusakan.4

Definisi lain dikemukakan Abdul Karim Zaidan dikutip Satria Efendi,sadd al-dhari>‘ah berarti:5

Menutup jalan yang membawa kepada kebinasaan atau kejahatan. Dari beberapa pandangan diatas, bisa dipahami bahwa sadd al-dhari>‘ah adalah menetapkan hukum larangan atas suatu perbuatan tertentu yang pada dasarnya diperbolehkan maupun dilarang untuk mencegah terjadinya perbuatan lain yang dilarang.

Jalan (perbuatan) yang akan menuju kepada keharaman, hukumnya haram. Dan ini harus dicegah, ditutup (sadd al-dhari>‘ah ). Jalan (perbuatan) yang akan menuju kepada sesuatu yang diperbolehkan, hukumnya mubah (boleh). Sesuatu yang mana kewajiban tidak dapat dilaksanakan kecuali dengan sesuatu tersebut maka sesuatu itu wajib dilaksanakan(fath{u al dhari>‘ah).6

Sesuai dengan tujuan syariat menetapkan hukum untuk para mukalaf, agar mencapai kemaslahatan dan menjauhkan diri dari kerusakan, cara ditetapkan larangan-larangan dan perintah-perintah dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan itu ada yang dapat dikerjakan secara langsung dan ada pula yang tidak dikerjakan secara

4

Masykur Anhari,Ushul Fiqh(Surabaya: Diantama, 2008), 116.

5

Satria Efendi,Ushul Fiqh(Jakarta: Kencana, 2005), 172. 6

Miftahul Arifin dan A. Faisal Haq,Ushul fiqh:kaidah-kaidah penetapan hukum Islam(Surabaya: CV.Citra Media, 1997), 158.


(33)

21

langsung, perlu ada hal yang dikerjakan sebelumnya. Dalam kaidah fikih disebut:

Artinya: Semua yang menyempurnakan perbuatan wajib adalah wajib pula.

Sebagai contoh mengerjakan s{alat lima waktu adalah wajib. Orang baru bisa mengerjakan s{alat, apabila orang tersebut belajar s{alat terlebih dahulu, tanpa belajar ia tidak akan dapat s{alat padahal belajar s{alat itu sendiri tidak wajib, tetapi ia menentukan apakah kewajiban s{alat itu dapat dikerjakan atau tidak sangat tergantung padanya. Berdasarkan hal ini ditetapkanlah bahwa belajar s{alat hukumnya wajib, sebagaimana halnya s{alat itu sendiri.

Dalam hal larangan, ada perbuatan yang dilarang secara langsung dan ada yang dilarang secara tidak langsung.

Contoh perbuatan yang dilarang secara langsung adalah meminum khamar, maka yang menjual minuman khamar juga dilarang. Karena pada hakikatnya menjual minuman khamar membuka pintu dalam meminum khamar. Dengan menetapkan hukumnya sama dengan perbuatan yang sebenarnya, maka tertutuplah pintu atau jalan yang menuju kearah perbuatan-perbuatan maksiat.7

7


(34)

22

B. Dasar HukumSadd A l-Dhari>‘ah

Pada dasarnya, tidak ada dalil yang jelas dan pasti baik menurut nash maupun ijma’ ulama tentang boleh atau tidaknya mengunakan sadd al-dhari>‘ah namun demikian, ada beberapa nash yang mengarah kepadanya, baik al-Qur’an maupun al-Hadis, juga kaidah fikih, di antaranya yaitu: a. Al-Qur’an Al-An’am: 108

                                     

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada

mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.8

Maksud dari penjelasan ayat di atas ialah pada haikatnya memaki-maki sembahan kaum musyrikin it u boleh. Namun, akan berdampak fatal jika kaum musyrikin itu memaki-maki Allah SWT beserta agamanya. Karena itulah, sebelum terjadinya balasan caci maki itu dilakuan, maka larangan mencaci maki tuhan terhadap agama lain maupun sebaliknya merupakan tindakan prevent if.

8


(35)

23 Al-Baqarah: 104                      

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): "Raa’ina", tetapi Katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah". dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih.9

Dalam ayat ini dinyatakan bahwa orang mukmin dilarang mengucapkan kata‚ ra>’ina>‛ (suatu ucapan yang biasa digunakan orang yahudi untuk mencela/mengejek Nabi) larangan ini didasarkan

atas keyakinan bahwa pengucapan kata itu akan membawa

kepada mafsadah, yakni mencela/ mengejek Nabi.10

b. Hadis

Dari Abdullah bin Amr RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: termasuk diantara dosa besar seorang lelaki melaknat kedua orang tuanya. Beliau kemudian ditanya, bagaimana caranya seorang lelaki melaknat kedua orang tuanya? Beliau menjawab, seorang lelaki mencaci maki ayah orang lain, kemudian orang yang dicaci itu pun membalas mencaci maki ayah dan ibu lelaki

tersebut.”11

Hadis tersebut menurut ulama fikih Ibnu Tamiyyah dalam

Nasrun Haroen. Menunjukkan bahwa sadd al-dhari>‘ah termasuk

9Departemen RI,A l-Qur’an dan Terjemahannya,(Semarang: PT Karya Toha Putra, 2002), 20.

10

Asmawi, PerbandinganUshul Fiqh(Jakarta: Sinar Grafika Offest, 2011),144.

11


(36)

24

salah satu alasan untuk menetapkan hukum syariat karena sabda Rasulullah di atas masih bersifat dugaan, namun atas dasar dugaan ini Rasulullah SAW melarangnya.12

c. Kaidah Fikih

Menolak keburukan (mafsadah) lebih diutamakan dari pada meraih kebaikan (maslahah).13

Dari kaidah diatas adalah bahwa melarang segala perbuatan dan perkataan yang dilakukan mukalaf yang dilarang syariat terkadang menyampaikan dengan sendirinya kepada kerusakan tanpa perantara, seperti zina, pencurian, dan pembunhan. Namun terkadang tidak menyampaikan dengan sendirinya, tet api dia menjadi wasilah kepada sesuatu yang lain yang menyampaikan kepada kerusakan tersebut, seperti khalwat yang menjadi sebab terjadiya percampuran keturunan, tetapi dia menjadi perantara kepada zina yang menimbulkan kerusakan.14

Kemudlorotan harus dihilangkan.15

12

Nasrun Haroen,Ushul Fiqh 1, (Jakarta: Logos. 1996), 164 13

A. Djazuli,Kaidah-kaidah Fiqh (Jakarta: Kencana, 2006), 164.

14T.m. Hasbi Ash-Shiddieqy,Falsafah Hukum Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1993), 322.

15


(37)

25

Setiap tindakan hukum yang membawa kemafsadatan atau menolak kemashlahatan adalah dilarang.16

C. ObyekSadd A l-Dhari>‘ah

Perbuatan yang mengarah kepada perbuatan yang terlarang ada kalanya:

a. Perbuatan itu pasti menyebabkan dikerjakannya perbuatan yang terlarang.

b. Perbuatan itu mungkin menyebabkan dikerjakannya perbuatan yang terlarang.

Perbuatan macam pertama jelas dilarang mengerjakannya sebagaimana perbuatan itu sendiri dilarang. Sedang macam kedua tersebut sering mengarah kepada perbuatan dosa. Dalam hal ini terdapat tiga kemungkinan sebagai berikut:17

a. Kemungkinan besar perbuatan itu menyebabkan dikerjakannya perbuatan yang dilarang.

b. Kemungkinan kecil perbuatan itu menyebabkan dikerjakannya perbuatan yang terlarang

c. Sama kemungkinan atau tidak dikerjakannya perbuatan yang terlarang.

16

A. Djazuli,Kaidah-kaidah Fiqh (Jakarta: Kencana, 2006),78.

17


(38)

26

D. Macam-MacamSadd A l -Dhari>‘ah

Pembagian-pembagian tersebut mengandung nilai yang sangat penting ketika pembagian ini dihubungkan dengan kemungkinan yang akan membawa pada dampak negatif. Sadd al-dhari>‘ah dari segi kualitas kemafsadatan.18

Menurut Abdul Karim Zaidan dikutp Satria Efendi,sadd al-dhari>‘ah terbagi dua macam:19

a. Perbuatan yang keharamannya bukan saja karena ia sebagai wasilah bagi sesuatu yang diharamkan, tetapi esensi perbuatan itu sendiri adalah haram. Oleh karena itu, keharaman perbuatan seperti itu bukan termasuk ke dalam kajiansadd al-dhari>‘ah .

b. Perbuatan yang secara esensial dibolehkan (mubah), namun perbuatan itu memungkinksn untuk digunakan sebagai wasilah kepada sesuatu yang diharamkan. Perbuatan seperti ini dikemukakan oleh Imam Malik, terbagi empat macam:20

1) Perbuatan tersebut membawa kemafsadatan yang pasti. Misalnya: menggali sumur di depan rumah orang lain pada waktu malam, yang menyebabkan pemilik rumah jatuh kedalam sumur tersebut. Maka ia dikenai hukuman karena melakukan perbuatan tersebut dengan sengaja.

18

Asmawi,Perbandingan Ushul Fiqh(Jakarta: Sinar Grafika Offest, 2011), 142-143. 19

Satria Efendi,Ushul Fiqh(Jakarta: Kencana, 2005), 173.

20Imam Malik,H}ay>atuhu wa ’as}hruhu wa A ra>uh wa fiqhuhu(Kairo: Darul Fikr Al-’A>rabi>, 2002),


(39)

27

2) Perbuatan yang boleh karena jarang mengandung kemafsadatan, misalnya menggali sumur di tempat yang biasanya tidak memberi mudarat atau menjual sejenis makanan yang biasanya tidak memberi mudarat kepada orang yang memakannya.

3) Perbuatan yang dilakukan kemungkinan besar akan membawa kemafsadatan, misalnya menjual senjata kepada musuh, yang dimungkinkan akan digunakan untuk membunuh.

4) Perbuatan yang pada dasarnya boleh dilakukan karena mengandung kemaslahatan, tetapi memungkinkan terjadinya kemafsadatan, misalnya bay’u al-‘ajal (jual beli dengan harga lebih tinggi dari harga asal karena tidak kontan). Contohnya: C membeli kendaraan dari D secra kredit 20 juta. Kemudian C menjual kembali kendaraan tersebut kepada D secara kredit seharga 10 juta secara tunai, sehingga seakan-akan C menjual barang fiktif, sementara D tinggal menunggu saja pembayaran dari kredit mobil tersebut, meskipun mobilnya telah menjadi miliknya kembali. Jual beli ini cenderung pada riba.

E. KedudukanSadd A l-Dhari>‘ahDalam Penetapan Hukum

Dalam menetapkan suatu hukum yang berkaitan dengan sadd al-dhari>‘ah , maka para ulama berbeda pendapat mengenai hal tersebut, sebagaimana dengan qiyas dilihat dari aspek aplikasinya, sadd


(40)

28

dhari>‘ah merupakan salah satu metode pengambilan keputusan hukum dalam Islam. Namun dilihat dari sisi produk hukumnya, sadd al-dhari>‘ah adalah salah satu sumber hukum.

Secara global, sikap pandangan ulama terhadap posisi sadd al-dhari>‘ah dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu penerima (pro) dan penolak (kontra). Adapun yang penerima (pro) mengemukakan argumentasi sebagai berikut21

Dalam hal ini telah dijelaskan dalam surat al- Baqarah ayat 104 yaitu:                      

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): "Raa’ina", tetapi Katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah". dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih.22

Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa orang mukmin dilarang mengatakan‚ ra>’ina>‛ yaitu suatu ucapan yang bisa digunakan orang yahudi untuk mencela atau mengejek Nabi. Larangan ini didasarkan

atas keyakinan bahwa pengucapan kata ra>’ina>‛ itu akan membawa

kepada keburukan, yakni tindakan mencela atau mengejek Nabi. Pesan

ayat ini mengisyaratkan adanyasadd al-dhari>‛ah.

21

Asmawi,Perbandingan Ushul Fiqh(Jakarta: Sinar Grafika Offest, 2011),144.

22


(41)

29

Selanjutnya dijelaskan dalam surat al-A’raf ayat 163 yaitu

                                             

dan Tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba

mereka disebabkan mereka Berlaku fasik.23

Adapun larangan-larangan yang mengisyaratkan sadd al-dhari>‘ah

bagi penetapan hukum antara lain yaitu:24

a. Larangan melamar perempuan yang sedang iddah, kerena

perbuatan melamar demikian akan membawa mafsadat, yakni menikahi perempuan yang sedang iddah.

b. Larangan jual beli secara tunai dan tempo dalam satu akad karena perbuatan jual beli demikian akan membawa kepada mafsadat , yakni transaksi ribawi. Yang dibolehkan ialah jual beli secara tunai dilakukan tersendiri atau terpisah dari jual beli secara tempo (dua akad yang terpisah).

c. Larangan terhadap kreditur menerima hadiah dari debitur, ketika

debitur meminta penundaan pembayaran utang (rescheduling),

karena penerimaan harta tersebut akan membawa mafsadat yakni transaksi ribawi.

23Departemen RI,A l-Qur’an dan Terjemahannya,(Semarang: PT Karya Toha Putra, 2002), 230. 24


(42)

30

d. Penetapan tindakan pembunuhan ahli waris terhadap pewaris sebagai hal yang menghalangi hak kewarisan ahli waris tersebut, agar tindakan pembunuhan tersebut tidak dijadikan jalan untuk mempercepat perolehan warisan.

e. Larangan terhadap kaum muslimin ketika masuk di Mekkah, sebelum hijrah ke Madinah membaca al-Qur’an dengan suara yang nyaring. Larangan ini didasarkan atas pertimbangan agar kaum kafir Quraisy tidak mencela atau mengejek al-Qur’an.

Sedangkan kubu penolak (kontra) mengemukakan argumentasi

sebagai berikut:25

a. Aplikasi sadd al-dhari>‘ah sebagai dalil penetapan hukum ijtih

adiyah yang mana merupakan bentuk ijtihad bi al-ra’yi yang

tercela.

b. Penetapan hukum kehalalan atau keharaman sesuatu harus

didasarkan atas dalil qat’idan tidak bisa dengan dalil Zanniy sedangkan

penetapan hukum sadd al-dhari>‘ah merupakan suatu bentuk penetapan

hukum berdasarkan dalil Zanniy.

Sehubungan dengan ini Allah berfirman dalam surat al-Najm ayat 28:                        25


(43)

31

Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang Sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.26

Dalam hal ini ada beberapa pendapat ulama tentang kehujjahan atau kedudukansadd al-dhari>‘ah :27

1) Imam Malik dan Imam Ahmad Ibnu Hambal dikenal sebagai dua orang Imam yang memakai sadd al-dhari>‘ah . Oleh karena itu, kedua Imam ini menganggap bahwa sadd al-dhari>‘ah dapat menjadi hujjah. Khususnya Imam Malik yang dikenal selalu mempergunakannya di dalam menetapkan hukum-hukum syara’. Imam Malik di dalam mempergunakan sadd al-dhari>‘ah

sama dengan mempergunakan masalih mursalah dan urf wal

adah. Demikian dijelaskan oleh Imam Al-Qarafi, salah seorang ulama ulum dibidang ushul dari mazhab Maliki.

2) Imam Ibnu Qayyim mengatakan, bahwa penggunaan sadd

al-dhari>‘ah merupakan satu hal yang penting sebab mencakup ¼

dari urusan agama. Di dalam sadd al-dhari>‘ah termasuk Amar

(perintah)Nahi(larangan).

3) Ulama Hanafi, Syafi’i, dan Syi’ah menerima sadd al-dhari>‘ah

sebagai dalil dalam masalah-masalah tertentu dan menolaknya

dalam kasu-kasus lain. Imam A sy-Syafi, membolehkan

seseorang karena udzur, seperti sakit dan musafir, untuk

26Departemen RI,A l-Qur’an dan Terjemahannya,(Semarang: PT Karya Toha Putra,2002), 765

27


(44)

32

meninggalkan s{alat Jum’at dan menggantinya dengan s{alat zuhur. Akan tetapi, menurutnya ia secara tersebunyi dan

diam-diam mengerjakan s{alat zuhur tersebut, agar tidak dituduh

sengaja meninggalkan s{alat Jum’at.

4) Imam Al-Qarafi mengatakan:

Sesungguhnya dhari>‘ah ini, sebagaimana wajib kita

menyumbatnya, wajib pula kita membukanya. Karena dhari>‘ah

dimakruhkan, disunnahkan, dan dimudahkan. Dhari>‘ah adalah wasilah,

sebagaimana dhari>‘ah yang haram diharamkan dan wasilah kepada

yang wajib diwajibkan, seperti berjalan menunaikan shalat Jum’at dan berjalan menunaikan ibadah haji.


(45)

BAB III

PRAKTIK KEGIATAN PEDAGANG KAKI LIMA DI FASILITAS UMUM PERUMAHAN TAMAN PINANG INDAH SIDOARJO

A. Gambaran Umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo

Keadaan dan kondisi suatu wilayah peran terhadap tindakan masyarakat, oleh karena itu pada sub bab ini, penulis akan menyajikan data-data tentang lokasi penelitian, di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah ini termasuk daerah Desa Banjarbendo.

1. Letak geografis

Desa Banjarbendo terletak di pusat kota Sidoarjo, sekitar 3 Kilometer dari Pemerintah Kecamatan Sidoarjo, salah satu pusat Kota Sidoarjo sebagai Pusat Pemerintahan Kecamatan Sidoarjo. Khususnya Perumahan Taman Pinang Indah yang memiliki luas wilayah tiap rumahnya yakni 150m .

Desa Banjarbendo memiliki tiga dusun yakni dusun Dukuh, dusun Banjarbendo, dan dusun Banjarpoh. Serta rukun tetangga dan rukun warga dengan luas wilayah 130,5 Ha, batasan wilayah desa ini sebagai berikut:1 a. Sebelah utara : Desa Jati

b. Sebelah selatan : Desa Sepande

c. Sebelah timur : Kelurahan Lemahputro d. Sebelah barat : Desa Suko

1


(46)

34

2. Keadaan demografis

Berdasarkan data terbaru diperbaruhi 2016, Desa Banjarbendo dihuni oleh 8.786 jiwa penduduk, dengan 1.324 kepala keluarga, laki-laki 4.455 jiwa dan perempuan 4.331 jiwa.

3. Mata pencaharian penduduk

Banjarbendo termasuk pusat kota, hal ini membuat kebanyakan mata pencahariannya yakni PNS, pegawai perusahaan, pegawai pabrik, serta pedagang. Adapaun juga sebagian dibidang pertanian.2

4. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan di Desa Banjarbendo rata-rata sudah menempuh hingga SMA. Serta kebanyakan pula juga sudah menempuh Akademi/ D1-D3 berjumlah 364 orang.

5. Keadaan sosial budaya

Desa Banjarbendo sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan kearifan lokal dan adat istiadat. Karena itu sebagai contoh adalah “ruwatan” desa yang diadakan setiap tahun. Dengan tujuan untuk menimbulkan rasa saling peduli dan saling menjaga lingkungan desa sendiri.

Warga dominan juga melakukan kegiatan rutinan seperti kerja bakti, musyawarah mufakat untuk memutuskan suatu kegiatan atau program kerja.3 Serta masayarakat desa dengan perumahan Taman Pinang Indah bergotong royong dalam merayakan Hari lahir Kemerdekaan

2

Yuni Asma Budi, Wawancara, Desa Banjarbendo, 29 November 2016. 3


(47)

35

Indonesia yakni berbagai lomba untuk anak-anak, lomba lingkungan, dan jalan sehat.

6. Kehidupan beragama

Mayoritas warga Desa Bnajarbendo memeluk Agama Islam dengan bukti ada keberadaan tempat beribadah yakni 7 buah Masjid dan 15 Mushollah. Serta memiliki 2 pondok pesantren, adapun TPQ yang masing-masing dukuh. Selain itu mayoritas penduduk Desa melakukan kegiatan Islami seperti perkumpulanjami’iyah, asmaul husna, dandiba’an.

Meskipun itu kami berdampingan dengan non muslim, yakni saling menghargai. Salah satu contoh yang menarik, ketika ada warga Nasrani berkumpul di salah satu rumah warga dengan menyanyikan pujiannya, mereka menyanyikan pujiannya tidak begitu keras. Serta, warga Islam memperingati hari Ramadhan dengan saling berbagi

“megengan”, warga non Muslim pun juga ikut merasakannya.

B. Praktik Kegiatan Pedagang Kaki Lima di Fasilitas Umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo

1. Asal usul pedagang kaki lima

Pedagang yang berdagang di sekitar jalan fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah awalnya hanya berjumlah dua pada tahun 2010, yang menjajakan kue leker dan jamu tradisional. Alasan para pedagang berjualan di sepanjang jalan tersebut karena mudah dijangkau pembeli dan dekat dengan rumah para pedagang sehingga para pedagang tidak perlu susah payah dalam mendorong gerobak maupun mengayuh


(48)

36

sepeda yang mereka gunakan untuk berjualan. Sekitar 2010 jalan tersebut tidak telalu ramai karena hanya warga perumahan Taman Pinang Indah dan warga Desa Banjarbendo saja yang melintasinya. Lambat laun bermunculan para pedagang baru di fasilitas umum sepanjang jalan tersebut karena ada larangan dari Perda berjualan di pusat kota yakni Alun-Alun Sidoarjo. Yang akhirnya larangan tersebut menyiapkan solusi tempat para pedagang berjualan di GOR Sidoarjo sekitar 2 Kilometer dari jarak Alun-Alun Kota Sidoarjo. Tak lama, sekitar tahun 2015 bermunculan para pedagang baru di fasilitas umum sepanjang jalan TPI tersebut sehingga yang berjualan di sepanjang jalan tersebut sekarang berjumlah 50 orang pedagang kaki lima atau pedagang premium. Dikarenakan berdagang di fasilitas umum sepanjang jalan tersebut tidak dikenakan biaya, tetapi pada tahun 2015 dikenakan biaya kebersihan Rp. 2.000, biaya keamanan sebesar Rp. 10.000 tiap sore hari Jum’at dan Sabtu, sedangkan di hari Minggu pagi dikenakan biaya Rp. 15.000. Penarikan biaya tersebut dilakukan oleh Paguyuban para pedagang kaki lima atau pedagang premium.4

Di tempat tersebut mendapatkan himbauan dari Paguyuban atau seperti edaran bahwa jangan berjualan di hari Senin hingga Kamis, karena ditakutkan ada Satpol PP yang selalu mengamankan daerah tersebut.

4

Sumiyati (Pedagang Jamu Tradisional),W awancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 3 Desember 2016.


(49)

37

Maka Paguyuban tersebut membolehkan jualan dari hari Jumat sampai Minggu mulai pagi hingga malam hari.5

Namun ada salah satu pedagang premium “salad buah” yang independen tidak bergabung dengan Paguyuban pedang tersebut. Pedagang tersebut berjualan setiap hari di fasilitas umum sepanjang jalan TPI kecuali hari Minggu berjualan di alun-alun Sidoarjo. Setiap harinya, ketika berjualan selalu antisipasi ketika Satpol PP datang. Diakuinya tidak sampai membawa barang daganganya tetapi setiap mendapat peringatan untuk digusur pedagang tersebut mematuhinya.6 Kebanyakan para pedagang kaki lima tidak begitu jauh asalnya dari sepanjang jalan daerah tersebut, sedangkan pedagang premium di fasilitas umum sepanjang jalan ini adalah pendatang, namun ada yang sudah menetap di kota Sidoarjo dan ada juga yang masih baru. Jadi tidak semua pedagang tersebut masyarakat asli kota Sidoarjo.

Akan tetapi para pedagang kaki lima atau pedagang premium pun menyadari ketika praktik kegiatan di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo tidak boleh melampaui dalam menempatkan barang dagangannya atau mobilnya sampai menganggu jalan lalu lintas umum untuk para pengendara kendaraan.

5

Sukiyo (Pedagang Premium Sepatu),W awancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 3 Desember 2016.

6Nanik (Pedagang Premium Salad Buah) ),W awancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 3


(50)

38

2. Motif pedagang kaki lima dalam memanfaatkan di fasilitas umum perumahan taman pinang indah Sidoarjo

Kebanyakan pedagang lebih memilih berjualan dipinggir jalan dikarenakan tempatnya yang mudah dijangkau oleh banyak orang. Menurut salah satu pedagang, berjualan di fasilitas umum pinggir jalan itu banyak pelanggan dan dagangan yang dijual dengan cepat laku habis jadi tidak perlu sampai menunggu lama. Hal ini disebabkan di fasilitas umum sepanjang jalan tersebut selalu ramai yang berlalu lalang entah itu pejalan kaki ataupun pengendara kendaraan roda dua serta roda empat.7

Dari para pedagang salah satunya, mengatakan jualan di fasilitas umum sepanjang jalan ini sejak tahun 2010, berjualan jamu tradisional dengan mengayuh sepedanya dan berhenti di manapun tidak akan menghabiskan tempat fasilitas umum yang digunakan lalu lintas untuk berlalu lalang atau melewatinya. Dimana fasilitas umum sepanjang jalan ini sebelum ada larangan jual beli hingga sekarang mendapat penolakan dari warga akan tetapi para pedagang kaki lima berjualan karena ingin mencukupi biaya kebutuhan keluarganya dan mendapatkan bisnis sampingan dengan modal yang secukupnya.

Para pedagang kaki lima berjualan di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo yakni sejak pagi hingga malam. Dan kebanyakan sampai larut malam.

7


(51)

39

Salah satu pedagang jamu tradisional tersebut melakukan praktik kegiatan di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah biasanya mulai pagi hingga malam baru kembali pulang8.

Adapun juga yang mengatakan, kurangnya modal yang dimiliki oleh para pedagang sehingga pedagang lebih memilih menggunakan fasilitas umum sepanjang jalan TPI untuk lahan mencari nafkah mereka. Meskipun tidak menjadi pemilik seutuhnya namun para pedagang sudah bisa menikmati manfaat dari fasilitas umum sepanjang jalan TPI tersebut yang dapat membantu perekonomian mereka. Namun pedagang juga harus patuh akan aturan yang ada, jika ada pemberlakuan peraturan tentang larangan berdagang di fasilitas umum pedagang harus mencari cara lain untuk menjajakan dagangannya. Serta Pemerintah Daerah menyiapkan untuk lapak yang strategis agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. 3. Praktik kegiatan pedagang kaki lima

Praktik kegiatan pedagang kaki lima atau premium adalah transaksi yang dilakukannya seperti halnya dengan para pedagang lainnya seperti di pasar ataupun toko. Transaksi yang dilakukan yakni saling tawar-menawar sampai menemukan harga yang terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli. Tujuan para pedagang untuk menjajakan dagangannya. Mulai bermunculan hampir 50 pedagang itu sejak tahun 2015. Awal sebelum tahun tersebut belum memenuhi fasilitas umum sepanjang jalan TPI tersebut. Untuk menjajakan dagangannya setiap hari

8Sumiyati (Pedagang Jamu Tradisional),W awancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 3


(52)

40

mulai pagi sampai sore dan warga TPI belum menolak dengan keberadaan PKL di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo. Semenjak tahun 2015, warga TPI mulai resah akan keberadaan PKL atau pedagang premium yang semakin banyak untuk memenuhi di fasilitas umum sepanjang jalan TPI.

Tak lama kemudian warga TPI membentuk panitia agar membuat surat atau pemberitahuan tertulis kepada pihak yang berwajib akan menertibkan fasilitas umum sepanjang jalan TPI, karena warga TPI tidak ingin menambah permusuhan dengan PKL. Untuk saat ini, yang selalu menjaga ketertiban fasilitas umum TPI sepanjaang jalan yakni Satpol PP, setiap hari Senin sampai Kamis.

Satpol PP menertibkan sesuai dengan jam kerja yakni pukul 09.00 pagi sampai siang hari, serta pukul 18.00 hingga 19.00 malam. Hal ini berdampak mengurangi PKL atau pedagang premium yang berjualan.

Gambar 3.1 Lokasi PKL di TPI9

9


(53)

41

Namun, para pedagang kaki lima tetap kembali membuka lapaknya di fasilitas umum Perumahan TPI pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu tiap pagi hingga malam hari. Para pedagang menajajakan dagangannya sampai habis, baru bisa pulang ke rumah masing-masing. Ada pula yang sampai pukul 23.00 malam hari.

Gambar 3.2 Lokasi PKL di TPI10

Setiap hari Minggu menimbulkan kemacetan sangat luar biasa, karena di fasilitas umum Perumahan TPI awalnya jalan satu arah menjadi dua arah disebabkan pula, sebrang jalan satu arahnya dipenuhi dengan para pedagang PKL atau pedagang premium serta berlangsungnya senam “ling tieng kung”.

4. Pendapat masyarakat tentang praktik kegiatan pedagang kaki lima di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo

Kebanyakan masyarakat yang tidak setuju adapun yang setuju dengan adanya keberadaan para pedagang kaki lima tersebut. Hal ini disampaikan oleh Bapak Djoko selaku RT. 17 di sekitar kawasan pedagang

10


(54)

42

lima.11 Beliau menjelaskan bahwa semua fasilitas umum dilarang untuk berjualan karena termasuk lalu lintas. Hal ini menyebabkan ketika pembeli bermobil berhenti dengan semaunya sendiri untuk belanja di salah satu pedagang, maka pengendara selanjutnya yang di belakang mobil pun terhenti dan menyebabkan kemacetan. Juga bisa menimbulkan kecelakaan ringan. Namun penyebab utama kemacetan yakni pada pedagang premium, yang hanya menggunakan mobil dan menyediakan barang atau makanan yang untuk dijajakan. Mobil yang digunkanan berdagang pun terkadang kondisinya bagus.

Untuk para pedagang kaki lima, tidak sedikit masalah karena mereka ingin mencari rezeki yang halal. Serta PKL pun hakekatnya selalu menyadari asalkan tidak sampai melampau tempat di fasilitas umum sepanjang jalan TPI yang berlebihan.

Pak Firman juga mengatakan selaku RT. 18, bahwa dengan ramainya pedagang kaki lima atau pedagang premium banyak menimbulkan masalah selain kemacetan yakni sepanjang jalan menjadi kumuh, buang air kencing sembarangan, dan ada sampah di bagian depan rumah warga.12 Untuk itu setiap minggu selalu gotong royong agar warga TPI membersihkan setiap ada sampah yang di depan lingkungan rumahnya. Maka berdampak pada kesehatan dan lingkungan, serta kenyamanan dan kelancaran saat melintasi sepanjang jalan tersebut. Hal yang sangat menarik dalam perkataan pak Firman yakni, setiap hari

11

Djoko,W awancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 2 Desember 2016. 12


(55)

43

Minggu warga TPI untuk keluar dan masuk menuju rumahnya sendiri itu sangat sulit. Maka warga TPI merasa hak kenyamanan sebagai tuan rumahnya sendiri sudah terganggu.

Untuk memperjelaskan tentang praktik kegiatan PKL di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah, pak Hari mengatakan bahwa fasilitas umum sepanjang jalan yang digunakan para pedagang adalah tanah pengembang yang sudah diserahkan sejak tahun 2006 secara “de jure”, setelah penyerahan sepengetahuan warga masih belum ditindak lanjuti, namun Pemerintah Daerah sudah membenahi taman-taman sepanjang jalan para pedagang. Dalam hal ini warga membuat paguyuban warga TPI, untuk memperjelas berkas-berkas agar tanah tersebut sudah menjadi fasilitas umum, maka dengan tegas menolak keberadaan PKL yang sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.13

Gambar 3.3 Lokasi PKL di TPI14

13

Hari Winarno, Wawancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 3 November 2016.

14


(56)

44

Tapi ada juga yang mengatakan meskipun ketika melintasi sepanjang jalan dalam berkendaraan motor tidak menjadi masalah, karena saat ingin membeli makanan dan minuman hanya memakirkan sepeda motor tanpa ada biaya parkir dan harga terjangkau dalam membeli makanan tersebut.15

Gambar 3.4 Lokasi PKL di TPI16

Namun ada beberapa masyarakat yang memberi keuntungan ketika ingin “jogging”atau jalan santai yakni sambil membeli barang yang masih berkualitas dengan harga murah. Dan sekaligus sama-sama menggunakanan fasilitas umum yang ada dan juga mengambil manfaat bagi pejalan kaki.17 Akan tetapi pejalan kaki ini menyadari ketika “jogging” tidak mendapatkan udara yang sejuk dan bersih akan tetapi hiruk pikuk polusi yang dihirupnya.

15Mohammad Yasin Yusuf (salah satu pembeli di lapak),W awancara, Perumahan Taman Pinang

Indah, 3 Desember 2016.

16Foto diambil penulis, 16 Oktober 2016.

17Putri Vidiun Minannas (Pejalan kaki),W awancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 4


(57)

45

Gambar 3.5 Lokasi PKL di TPI18

Ada juga masyarakat yang hendak melintasi di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo merupakan jalan utama lalu lintas. Ketika sekedar melintasinya saja pengendara merasa kesal, karena untuk sampai di tempat tujuan selalu tidak tepat waktu sebab macet yang dialaminya.19

Gambar 3.6 Lokasi PKL di TPI20

18

Foto diambil penulis, 16 Oktober 2016

19Rita Suliati, (Pengendara Sepeda Motor),W awancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 4

Desember 2016.

20


(58)

BAB IV

ANALISISSA DD AL-DHA RI>‘A HTERHADAP PRAKTIK KEGIATAN

PEDAGANG KAKI LIMA DI FASILITAS UMUM PERUMAHAN TAMAN PINANG INDAH SIDOARJO

A. Analisis Terhadap Praktik Kegiatan Pedagang Kaki Lima di Fasilitas Umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo

Dalam kehidupan, manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya, salah satunya yaitu jual beli. Jual beli pada dasarnya diperbolehkan dalam Islam sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah (2): 275. Dengan melakukan jual beli manusia akan mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan. Dalam jual beli haruslah terpenuhi antara rukun dan syaratnya.

Mengenai praktik kegiatan pedagang kaki lima di fasilit as umum Perumahan T aman Pinang Indah Sidaorjo memang sudah terpenuhi antara rukun dan syarat jual beli diperbolehkan. Adapun syarat -syarat yang terkait dengan barang yang diperjualbelikan adalah:1

1. Barang itu ada, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu. Misalnya sebuah toko, karena tidak mungkin memajang barang dagangan semuanya, maka sebagaiannya diletakkan pedagang di gudang atau masih di pabrik, tetapi secara meyakinkan barang itu boleh dihadirkan

1


(59)

47

sesuai dengan persetujuan pembeli dengan penjual. Barang di gudang dan dalam proses pabrik ini dihukumkan sebagai barang yang ada. 2. Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. Oleh sebab itu

bangkai, khamar dan darah, tidak sah menjadi obyek jual beli, karena dalam pandangan syara’ benda-benda seperti itu tidak bermanfaat bagi muslim.

3. Milik seseorang. Barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang tidak boleh dijualbelikan, seperti memperjualbelikan ikan di laut atau emas dalam tanah, karena ikan dan emas itu belum dimiliki penjual.

4. Boleh diserahkan saat akad berlangsung, atau pada waktunya yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.

Ulama Hanafi membagi jual beli dari segi sah atau tidaknya menjadi

tiga bentuk, yaitu2:

1. Jual beli yangs{ah{i>h{

Suatu jual beli dikatakan jual beli yang s{ah{i>h{apabila jual beli

itu disyari’atkan, memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan, bukan milik orang lain, tidak tergantung pada hak khiyar lagi.

Jual beli seperti ini dikatakan sebagai jual beli s{ah{i>h{. Misalnya,

seseorang membeli sebuah kendaraan roda empat. Seluruh rukun dan syarat jual beli telah terpenuhi. Kendaraan roda empat itu telah diperiksa oleh pembeli dan tidak ada cacat, tidak ada yang rusak tidak terjadi manipulasi harga dan harga buku itu pun telah

2


(60)

48

diserahkan, serta tidak ada lagi hak khiyar dalam jual beli itu. Jual beli seperti ini hukumnya s{ah{i>h{dan mengikat kedua belah pihak.

2. Jual beli yang batal

Jual beli dikatakan jual beli yang batal apabila salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi, atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyari’atkan, seperti jual beli yang dilakukan anak-anak, orang gila, atau barang yang dijual itu barang-barang yang diharamkan syara’, seperti bangkai, darah, babi dan khamar.

3. Jual beli yang fasid

Ulama Hanafi yang membedakan jual beli fasid dengan jual beli yang batal. Apabila kerusakan dalam jual beli itu terkait dengan

barang yang dijualbelikan, maka hukumnya batal, seperti

memperjualbelikan benda-benda haram (khamar, babi, dan

darah). Apabila kerusakan pada jual beli itu menyangkut harga barang dan boleh diperbaiki, maka jual beli itu dinamakan fasid.

Akan tetapi, jumhur ulama tidak membedakan antara jual beli yang fasid dengan jual beli yang batal. Menurut mereka jual beli itu

terbagi dua, yaitu jual beli yang s{ah{i>h{dan jual beli yang batal.

Apabila rukun dan syarat jual beli terpenuhi, maka jual beli itu sah. Sebaliknya, apabila salah satu rukun atau syarat jual beli itu tidak terpenuhi, maka jual beli itu batal.


(61)

49

Dalam hal ini jual beli yang dilakukan para pedagang kaki lima atau pedagang premium diperbolehkan dalam Islam, karena rukun dan syaratnya telah terpenuhi. Namun hal tersebut menjadi perhatian ketika praktik kegiatan PKL atau pedagang premium di fasilitas umum sepanjang jalan Perumahan Taman Pinang Indah membuat kemacetan, lingkungan semakin kumuh, dan menimbulkan rasa ketidak nyamanan bagi warga sekitar TPI. Maka menurut penulis hal ini akan menimbulkan dampak yang luas. Maka dari itu penulis menganalisis kasus ini menggunakan metode hukum

sadd al-dhari>‘ah, karena dampak negatif yang ditimbulkan lebih luas daripada dampak positifnya.

B. AnalisisSadd al-dhari>‘ahTerhadap Praktik Kegiatan Pedagang Kaki Lima Di

Fasilitas Umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo

Salah satu metode istinbath hukum yang diakui keberadaannya dan digunakan oleh para ulama untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada nas}nya ialah sadd al-dhari>‘ah. Sadd al-dhari>‘ah merupakan bentuk was}ilah atau perantara. A s-Syaukanimengartikannya yaitu sesuatu yang dilihat secara lahir ialah mubah (boleh), tetapi membawa kepada perbuatan yang terlarang.3 Baik berupa perkataan maupun perbuatan yang telah menjadi kebiasaan dan telah berlangsung ajeg (konsisten) di tengah masyarakat. Tujuan menjadikan sadd al-dhari>‘ah sebagai istinbath hukum yaitu salah satunya untuk mewujudkan kemudahan terhadap kehidupan

3


(62)

50

manusia, karena suatu hukum ditetapkan berdasarkan segala sesuatu yang disenangi dan dikenal oleh masyarakat.

Predikat-predikat hukum syara’ yang dilekatkan kepada perbuatan

yang bersifat al-dhari>‘ahdapat ditinjau dari dua segi, yaitu:4

1. Ditinjau dari segi al-bai’ts (motif pelaku).

A l-bay adalah motif yang mendorong pelaku untuk melakukan suatu perbuatan, baik motifnya untuk menimbulkan sesuatu yang dibenarkan (halal) maupun motifnya untuk menghasilkan sesuatu yang terlarang (haram). Contohnya, A menjual barang dengan cara cicilan kepada B dengan harga dua juta rupiah. Kemudian A membeli kembali barang tersebut dari B dengan cara tunai seharga satu juta rupiah. Jika dua akad tersebut dilihat secara terpisah, kedua-dua akad tersebut sah karena memenuhi ketentuan akad yang dibenarkan. Akan tetapi kedua akad tersebut sebenarnya dilakukan dengan motif untuk menghindarkan hukum riba, bukan untuk melakukan akad jual beli yang dibenarkan, dimana pada hakikatnya A meminjamkan uang kepada B satu juata rupiah yang akan dibayar B secara cicilan sebesar dua juta rupiah. Pada contoh tersebut, motif para pelaku adalah melakukan perbuatan yang halal dengan tujuan yang terlarang (haram).

Pada umumnya, motif pelaku suatu perbuatan sangat sulit

diketahui oleh orang lain, karena berada di dalam kalbu orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, penilaian hukum segi ini bersifat

4


(63)

51

dinayah (dikaitkan dengan dosa atau pahala yang akan diterima pelaku di akhirat). Padadhari>’ah, semata-mata pertimbangan niat pelaku saja, tidak dapat dijadikan dasar untuk memberikan ketentuan hukum batal atau fasad nya suatu transaksi.

2. Ditinjau dari segi dampak yang ditimbulkannya semata-mata, tanpa meninjaunya dari segi motif dan niat pelaku.

Tinjauan ini difokuskan pada segi maslahah dan mafsadah yang ditimbulkan oleh suatu perbuatan. Jika dampak yang ditimbulkan oleh rentetan suatu perbuatan adalah kemaslahatan, maka perbuatan tersebut diperintahkan, sesuai dengan kadar kemaslahatannya (wajib atau sunnah). Sebaliknya, jika rentetan perbuatan tersebut membawa pada kerusakan, maka perbuatan tersebut terlarang, sesuai dengan kadarnya pula (haram atau makruh). Sebagai contoh, seseorang mencaci maki berhala-berhala orang musyrik sebagai bukti keimanannya kepada Allah dan dengan niat ibadah. Akan tetapi, perbuatan tersebut mengakibatkan tindakan balasan dalam bentuk caci maki pula dari orang musyrik terhadap Allah. Oleh karena itu, perbuatan tersebut menjadi terlarang. Dalam hal ini Allah berfirman pada surat Al-An’am (6) ayat 108:



ð

 ✁✂  ✄☎ ✁  ✆   

ð

  ☎ ✝✞✝  ✟✁   ✁ ✠✡  ☛☞✁ ✌✠✍ ✎ ✆ ✏ ✑  ✝ ✒✒✓ ✎✆✄✎✔ ✆✄✝✕✄ ✝  ✖  ✑✗ 

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan


(1)

58

dengan syariat, ada pula yang tidak sesuai dengannya, seiring

dengan tegaknya kemaslahatan bersama.13 Orang yang terjun ke dunia usaha, berkewajiban mengetahui hal-hal yang dapat mengakibatkan jual beli itu sah atau tidak. Ini dimaksudkan agar muamalah berjalan sah dan segala sikap dan tindakannya jauh dari kerusakan yang tidak dibenarkan.14

13

Yusuf Qardhawi,Halal Haram Dalam Islam (Tim Kuadran), (Bandung: Jabal, 2007), 210. 14

Sayyid Sabiq,Fikih Sunnah Jilid 4,Nor Hasanuddin, et al., (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), 120.


(2)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Praktik kegiatan pedagang kaki lima di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo diperbolehkan dalam Islam, karena jual beli yang dilakukan para pedagang kaki lima atau pedagang premium dari segi rukun dan syaratnya telah terpenuhi. Namun hal tersebut menjadi perhatian ketika praktik kegiatan PKL atau pedagang premium di fasilitas umum sepanjang jalan Perumahan Taman Pinang

Indah membuat kemacetan, lingkungan menjadi kumuh, dan

mengambil hak kenyamanan bagi warga TPI.

2. Analisis sadd al-dhari>‘ah terhadap praktik kegiatan pedagang kaki lima di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo adalah tindakan preventif yang tepat karena mencegah perbuatan yang dilarang atau mengarah perbuatan yang timbul kemafsadatan. karena dampak negatif yang ditimbulkan lebih luas daripada dampak positifnya. Yakni menimbulkan kemacetan, lingkungan menjadi kumuh, dan mengambil hak kenyamanan bagi warga TPI.

Sebagaiaman dampak yang ditimbulkan diterapkan kaidah fiqih mengenai sadd al-dhari>‘ah bahwa menolak mudarat lebih diutamakan daripada pencapaian kemaslahatan, maka praktik


(3)

60

kegiatan PKL hukumnya tidak boleh. Serta shari>‘ah Islam sangat menganjurkan kaum muslimin untuk melakukan usaha halal yang

bermanfaat untuk kehidupan mereka, dengan menekankan

kewajiban utama untuk selalu bertawakkal (bersandar/ berserah diri) dan meminta pertolongan kepada Allah dalam semua usaha yang mereka lakukan.

B. Saran

Dalam menetapkan suatu aturan sangat sulit untuk mencapai kemaslahatan secara menyeluruh, namun pemerintah diharapkan dapat memberikan solusi yang baik dalam penyelesaian masalah demi kesejahteraan rakyatnya. Oleh karenanya, dalam memenuhi hak PKL, terutama di fasilitas umum Perumahan Taman Pinang Indah Sidoarjo, pemerintah hendaklah memberikan alternatif tempat berdagang yang sesuai dengan kebutuhan PKL. Dalam hal ini pemerintah perlu mempertimbangkan area yang menjadi alternatif tersebut, agar prospek bisa memberikan penghasilan yang cukup bagi PKL atau tidak. Dengan pengarahan yang baik dan alternatif yang tepat akan lebih diterima oleh PKL dibandingkan sekedar memberikan peringatan dan sanksi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy,Falsafah Hukum Islam.Jakarta: PT. Bulan Bintang. 1993.

‘Asqala>ni> (al), Ahmad ibn ‘Ali> ibn Hajar. Bulughul Maram, Irfan Maulana Hakim. Bandung: PT Mizan Pustaka. 2010.

Alma, Buchari.A jaran Islam dalam Berbisnis,PT Remaja Rosdakarya. 1997. Anhari, Masykur.Ushul Fiqh. Surabaya: Diantama. 2008.

Asmawi.Perbandingan Ushul Fiqh.Jakarta: Sinar Grafika Offest. 2011.

Bukhory (al). A l jami’ al-shohih al muhtasar, Juz V. Beirut: Dar Ibnu Kathir. 1987.

Beta, Aprilia. “Alih Fungsi Trotoar Oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) Di Jalan

Panglima Sudirman Gresik Dalam Perspektif Al Huquq”. Skripsi -- UIN Sunan Ampel Surabaya. 2016.

Bungin, Burhan. Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif & Kualitatif.Surabaya: Airlangga University Press. 2001.

Dahlan, Abd. Rahman.Ushul Fiqh.Jakarta: Amzah, 2011.

Departemen Agama RI. A l-Quran dan T ejemah. Semarang: PT Karya Toha Putra. 2002.

Djazuli. A.Kaidah-kaidah Fiqh. Jakarta: Kencana. 2006. Efendi, Satria. Ushul Fiqh.Jakarta: Prenada Media. 2005.

Haroen, Nasrun.Fiqh muamalah.Jakarta: Gaya Media Pratama. 2000. ---. Ushul Fiqh I. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997.

Herdiansyah, Haris. W awancara, Observasi, dan Focus Group Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2013.

Hidayat, Ma’ruf. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tuntutan Ganti Rugi Atas Pemanfaatan Lahan Tanpa Izin (Studi kasus pada gugatan terhadap PKL Gondomanan Yogyakarta)”, Skripsi -- UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2016.

Huda, Ibnu Sabilil, Moh. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Sewa Lapak Pedagang Kaki Lima Di Jalan Dukuh Menaggal I Gayungan Surabaya”. Skripsi -- UIN Sunan Ampel Surabaya. 2014.


(5)

62

Kasiram, Moh.Metodologi Penelitian.Malang: UIN-Maliki Press, 2010.

Malik, Imam. H}ay>atuhu wa ’as}hruhu wa A ra>uh wa fiqhuhu. Kairo: Darul Fikr Al-’A>rabi>. 2002.

Masruhan.Metode Penelitian Hukum.Surabaya: Hilal Pustaka. 2013.

Miftahul Arifin dan A. Faisal Haq. Ushul Fiqh: kaidah-kaidah penetapan hukum Islam. Surabaya: CV.Citra Media. 1997.

Muhammad. Etika Bisnis Islam. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2004.

Muhammad Abu Zahrah, Imam.Ushul Fiqh. Kairo: Darul Fikri Al Azli. 1985. ---. Usul Fiqh, Saefullah Ma’shum dan Slamet Basyir,. Jakarta: PT Pustaka Firdaus.

2010.

Narbuko, Chalid. Achmadi, Abu.Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 1997.

Noeng, Muhadjir.Metode Penelitian Kualitatif Telaah Positivistik, Rasionalisti, Plenomenologik, dan Realisme Metaphisik. Yogyakarta: Rake Sarasin. 1991.

Qardhawi (al), Yusuf. Halal Haram Dalam Islam, Tim Kuadran. Bandung: Jabal. 2007.

Rusli, Nasrun. Konsep Ijtihad Al-Syaukani. Jakarta: PT. Logos Wacana IlmU. 1999.

Samiun Jazuli, Ahzami. A l Haya>tu fil Qur’an al Kari>m, Sari Narulita, et al., Jakarta: Gema Insani. 2006.

Sayyid, Sabiq.Fikih Sunnah Jilid 4,Nor Hasanuddin, et al., Jakarta: Pena Pundi Aksara. 2006.

Serosa, Samiaji.Penelitian Kualitatif Dasar-dasar. Jakarta: PT Indeks. 2012. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta. 2009 Cet ke. 8.

Suhendi, Hendi.Fiqh Muamalah.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011. Tim Penyusun,Profil Desa Kelurahan Banjarbendo. 2016.

Tim Penyusun Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Ampel. Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi.Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014


(6)

63

Adi (Pedagang Sempol), W awancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 3 Desember 2016

Djoko,W awancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 2 Desember 2016. Firman,W awancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 3 November 2016. Hari Winarno, Wawancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 3 November 2016. Nanik (Pedagang Premium Salad Buah),W awancara, Perumahan Taman Pinang

Indah, 3 Desember 2016

Putri Vidiun Minannas (Pejalan kaki), W awancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 4 Desember 2016.

Rita Suliati, (Pengendara Sepeda Motor), W awancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 4 Desember 2016.

Sukiyo (Pedagang Premium Sepatu), W awancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 3 Desember 2016.

Sumiyati (Pedagang Jamu Tradisional), W awancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 3 Desember 2016.

Mohammad Yasin Yusuf (salah satu pembeli di lapak), W awancara, Perumahan Taman Pinang Indah, 3 Desember 2016.