Pengaruh bimbingan dan konseling terhadap akhlak peserta didik di MAN 2 Gresik.

(1)

PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP AKHLAK PESERTA DIDIK DI MAN 2 GRESIK

SKRIPSI

Oleh : ROFIQOH D01213046

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(2)

PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP AKHLAK PESERTA DIDIK DI MAN 2 GRESIK

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Progam Sarjana Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh : ROFIQOH D01213046

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Rofiqoh, D01213046, 2017. Pengaruh Bimbingan dan Konseling terhadap Akhlak Peserta Didik di MAN 2 Gresik.

Pembimbing : (1) Drs. H. M. Mustofa, SH. M.Ag (2) Dr. H. Ah. Zakki Fuad, M.Ag

Kata Kunci : Bimbingan dan Konseling, Akhlak Peserta Didik

Arti nilai sebuah akhlak sangat penting di dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini orang dapat dikatakan berakhlak apabila dalam menjalani kehidupan sesuai dengan aturan yang berlaku. Dalam konteks Islam, pendidikan bermakna bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah, mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Dari makna ini, pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya untuk membentuk manusia yang lebih berkualitas.

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan. Hal ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pendidikan itu adalah usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi-potensi (bakat, minat dan kemampuan). Kepribadian menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan kemampuan meliputi masalah akademik dan keterampilan. Bimbingan dan konseling tidak hanya berorientasi untuk mengatasi permasalahan kesulitan belajar siswa, tetapi bimbingan dan konseling juga dapat menyentuh aspek perilaku atau akhlak siswa dalam proses pembentukan kepribadian. Oleh karena itulah, penulis melakukan penelitian tentang Pengaruh Bimbingan dan Konseling terhadap Akhlak Peserta Didik di MAN 2 Gresik.

Dalam hal ini yang menjadi rumusan masalah adalah tentang bagaimana bimbingan dan konseling, bagaimana akhlak peserta didik, serta bagaimana pengaruh bimbingan dan konseling terhadap akhlak peserta didik di MAN 2 Gresik.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach) yang menggunakan metode kuantitatif dengan teknik statistik regresi linier sederhana dan uji signifikansi. Sedangkan metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah 1) Interview, 2) Observasi, 3) Dokumentasi dan 4) Angket.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling di MAN 2 Gresik cukup baik dalam sisi teknik pelaksanaannya, namun kurang baik dalam hasil implementasinya pada individu peserta didik. Hasil angket menunjukkan bimbingan dan konseling sebesar 50%. Sedangkan akhlak peserta didik di MAN 2 Gresik cukup baik, hal ini bisa dilihat dari angket tentang akhlak peserta didik sebesar 60%.

Hasil lain menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara bimbingan dan konseling terhadap akhlak peserta didik. Dan korelasi bimbingan dan konseling dengan akhlak peserta didik di MAN 2 Gresik diperoleh 46% dan sisanya 54% dipengaruhi oleh faktor lain, seperti latar belakang peserta didik, keluarga, lingkungan masyarakat dan sebagainya.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ...vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...vii

ABSTRAK ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xx

BAB I : PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...5


(9)

E. Penelitian Terdahulu ...6

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ...9

G. Definisi Operasional...9

H. Sistematika Pembahasan ...14

BAB II : LANDASAN TEORI ...16

A. Tinjauan tentang Bimbingan dan Konseling ...16

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ...16

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling...22

3. Bentuk-Bentuk Bimbingan Dan Konseling...26

4. Teknik Bimbingan dan Konseling ...35

B. Tinjauan tentang Akhlak Peserta Didik ...48

1. Pengertian Akhlak ...48

2. Dasar Hukum Akhlak ...55

3. Tujuan Akhlak ...57

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak ...59

5. Pembagian Akhlak ...62

C. Pengaruh Bimbingan dan Konseling terhadap Akhlak Peserta Didik ....75

BAB III : METODE PENELITIAN ...79

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...79

B. Variabel Penelitian ...80

C. Hipotesis Penelitian ...81


(10)

1. Populasi ...83

2. Sampel dan Teknik Sampling ...84

a. Sampel ...84

b. Teknik Sampling ...85

E. Jenis dan Sumber Data ...85

1. Jenis Data ...85

2. Sumber Data ...86

F. Teknik Pengumpulan Data ...88

1. Metode Observasi...88

2. Metode Wawancara ...89

3. Metode Angket ...89

4. Dokumentasi ...90

G. Teknik Analisis Data ...90

BAB IV : HASIL PENELITIAN ...94

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...94

1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah ...94

2. Identitas Madrasah ...95

3. Visi dan Misi MAN 2 Gresik ...96

4. Struktur Organisasi MAN 2 Gresik ...97

5. Keadaan Guru dan Krayawan MAN 2 Gresik ...105

6. Keadaan Siswa MAN 2 Gresik ...111

7. Keadaan Sarana dan Prasarana MAN 2 Gresik ...111


(11)

1. Data Hasil Observasi ...113

2. Data Hasil Wawancara ...114

3. Data Hasil Angket ...114

B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...144

BAB V : PENUTUP ...166

A. Kesimpulan ...166

B. Saran ...167


(12)

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

1. Tabel 3.1 Populasi Penelitian ...84

2. Tabel 4.1 Kepala Madrasah, Wakil Kepala Madrasa, Kepala TU, Bendahara, Staf Wakil Kepala Madrasah MAN 2 Gresik ...97

3. Tabel 4.2 kepala Lab, Kepala Perpusatakaan dan Teknisi, Laboran MAN 2 Gresik ...98

4. Tabel 4.3 Wali Kelas MAN 2 Gresik ...99

5. Tabel 4.4 Tim BP/BK ...101

6. Tabel 4.5 Tim UKS ...101

7. Tabel 4.6 Tim Ketertiban ...102

8. Tabel 4.7 Tim penilaian ...102

9. Tabel 4.8 Tim PDSS ...103

10.Tabel 4.9 Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler MAN 2 Gresik ...103

11.Tabel 4.10 Daftar Nama Guru MAN 2 Gresik ...105

12.Tabel 4.11 Daftar Nama Pegawai TU MAN 2 Gresik ...109

13.Tabel 4.12 Keadaan Siswa MAN 2 Gresik TA 2016/2017 ...111

14.Tabel 4.13 Bangunan MAN 2 Gresik ...111

15.Tabel 4.14 Kendaraan Bermotor dan Alat Elektronik ...112

16.Tabel 4.15 Meubeler dan Alat Perlengkapan Kantor ...112

17.Tabel 4.16 Jumlah Responden untuk Angket Bimbingan dan Konseling dan Akhlak Peserta Didik ...115

18.Tabel 4.17 Pemberian Informasi yang Berkaitan dengan Sosial dan Pergaulan ...122


(13)

19.Tabel 4.18 Pemberian Informasi yang Berkaitan dengan Pendidikan Lanjutan

...123

20.Tabel 4.19 Kepekaan Guru BK ketika Ada Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar ...123

21.Tabel 4.20 Pemberian Bantuan kepada Peserta Didik ketika Mengalami Kesulitan Belajar ...124

22.Tabel 4.21 Kepekaan Guru BK ketika Ada Anak yang Mempunyai Masalah Pribadi ...125

23.Tabel 4.22 Pemberian Bantuan kepada Peserta Didik ketika Mengalami Masalah Pribadi ...125

24.Tabel 4.23 Pemberian Penjelasan tentang Masalah yang Ada di Sekolah Misalnya Internet, Seks Dll ...126

25.Tabel 4.24 Pengadaan Study Tour untuk Membahas Tema yang Ada di Sekolah Misalnya Penghijauan, Bahasa Dll ...127

26.Tabel 4.25 Penyelesaian Masalah Pribadi yang Dialami Beberapa Siswa Secara Berkelompok ...127

27.Tabel 4.26 Pemberian Bantuan kepada Peserta Didik dalam Menyelesaikan Masalah Pribadi ...128

28.Tabel 4.27 Data Rekapitulasi Prosentase Hasil Angket Bimbingan Dan Konseling ...130

29.Tabel 4.28 Pelaksanaan Shalat 5 Waktu ...133

30.Tabel 4.29 Penjauhan Pergaulan Bebas ...133


(14)

32.Tabel 4.31 Kejujuran ketika Berbicara dengan Teman ...135

33.Tabel 4.32 Pemenuhan Janji jika Berjanji dengan Teman ...135

34.Tabel 4.33 Penyampaian Salam kepada Guru ketika Bertemu ...136

35.Tabel 4.34 Bersalaman dengan guru ketika bertemu ...137

36.Tabel 4.35 Pemberian Bantuan kepada Teman yang Meminta Pertolongan ...137

37.Tabel 4.36 Penyampaian Salam ketika Masuk Rumah ...138

38.Tabel 4.37 Permohonan Izin kepada Orang Tua jika Hendak Bepergian ....138

39.Tabel 4.38 Pemberian Bantuan Pekerjaan Orang Tua di Rumah ...139

40.Tabel 4.39 Pemeliharaan Hewan di Rumah ...140

41.Tabel 4.40 Pemberian Makan Hewan ...140

42.Tabel 4.41 Penanaman Tumbuhan ...141

43.Tabel 4. 42 Penyiraman Tumbuhan ...141

44.Tabel 4.43 Data Rekapitulasi Prosentase Hasil Angket Akhlak Peserta Didik ...142

45.Tabel 4.44 Pengaruh Bimbingan dan Konseling terhadap Akhlak Peserta Didik di MAN 2 Gresik ...145

46.Tabel 4.45 Descriptive Statistics ...158

47.Tabel 4.46 Correlations ...159

48.Tabel 4.47 Variables Entered/Removed ...160

49.Tabel 4.48 Model Summary ...161

50.Tabel 4.49 Anova ...161


(15)

52.Tabel 4.51 Residuals Statistics ...163 53.Tabel 4.52 Plot ...164


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Ijin Penelitian 2. Surat Tugas Bimbingan Skripsi 3. Kartu Konsultasi Skripsi 4. Surat Keterangan Penelitian 5. Matrik Operasionalisasi Penelitian 6. Instrumen Wawancara

7. Instrumen Observasi 8. Instrumen Dokumentasi 9. Angket Peserta Didik 10. Photo Kegiatan Penelitian


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Arti nilai sebuah akhlak sangat penting di dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini orang dapat dikatakan berakhlak apabila dalam menjalani kehidupan sesuai dengan aturan yang berlaku, dalam kehidupan manusia tidak bisa hidup sendiri atau dengan kata lain manusia dengan manusia yang lain melakukan interaksi. Pengalaman berinteraksi dengan orang lain menjadi pemicu dalam memahami tentang perilaku mana yang baik dikerjakan dan yang tidak baik dikerjakan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai- nilai atau prinsip-prinsip moral.

Pendidikan merupakan hal yang sangat efektif untuk

mengembangkan kemampuan serta mutu kehidupan dan martabat manusia. Hal tersebut selaras dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional di dalam Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional.1 Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan.2

1 ...,Undang-Undang RI, No. 20, Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3, 2003.

2 Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 28.


(18)

2

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun madrasah. Pendidikan juga bermakna proses membantu indvidu baik jasmanai dan rohani ke arah terbentuknya kepribadian utama (pribadi yang berkualitas). Dalam konteks Islam, pendidikan bermakna bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah, mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Dari makna ini, pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya untuk membentuk manusia yang lebih berkualitas.

Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.3

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih

3 Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1995) Hal : 2


(19)

3

berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang dianggap mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan.

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan. Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pendidikan itu adalah usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi-potensi (bakat, minat dan kemampuan). Kepribadian menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan kemampuan meliputi masalah akademik dan keterampilan. Tingkat kepribadian dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang merupakan suatu gambaran mutu dari orang bersangkutan.

Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah dan madrasah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Dalam kondisi seperti ini, pelayanan bimbingan dan konseling sekolah dan madrasah sangat penting untuk dilaksanakan guna membantu siswa mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.


(20)

4

Bimbingan dan konseling tidak hanya berorientasi untuk mengatasi permasalahan kesulitan belajar siswa, tetapi bimbingan dan konseling juga dapat menyentuh aspek perilaku atau akhlak siswa dalam proses pembentukan kepribadian. Siswa adalah bagian dari masyarakat yang butuh interaksi dan sosialisasi, untuk itu siswa harus disiapkan dalam mengembangkan ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing individu sebagai anggota di sekolah maupun di masyarakat. Ketentuan-ketentuan itu biasanya berupa perangkat nilai, norma sosial, maupun pandangan hidup yang terpadu dalam sistem budaya yang berfungsi sebagai rujukan hidup.4

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa bimbingan dan konseling sebagai salah satu organ yang penting dalam upaya penanaman nilai akhlak di sekolah. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Di mana di

masa ini terjadi berbagai goncangan-goncangan psikis atau

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada usia remaja. Pembinaan akhlak terhadap para remaja amat penting dilakukan, mengingat secara psikologis usia remaja ialah usia yang berada dalam goncangan dan mudah terpengaruh sebagai akibat dari keadaan dirinya yang masih belum memiliki bekal pengetahuan, mental dan pengalaman yang cukup.

Penanaman nilai akhlak melalui bimbingan konseling adalah pengembangan dan penyadaran siswa terhadap nilai kebenaran, kejujuran,

4 Prayitno,Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta, PT RINEKA CIPTA. 1999), hal : 169


(21)

5

kebajikan, kearifan dan kasih sayang sebagai nilai-nila universal yang dimiliki semua agama yang berfungsi untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan secara spesifik sesuai keyakinan agama melalui kegiatan pramuka, sehingga menghasilkan anak didik yang berkepribadian utuh, yang bisa mengintegrasikan keilmuan yang dikuasai dengan nilai-nilai yang diyakini untuk mengatasi berbagai permasalahan hidup dan sistem kehidupan manusia.

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka penulis berkeinginan untuk meneliti dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan dan

Konseling Terhadap Akhlak Peserta Didik di MAN 2 Gresik” B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Bimbingan dan Konseling di MAN 2 Gresik? 2. Bagaimana Akhlak Peserta Didik di MAN 2 Gresik?

3. Adakah Pengaruh bimbingan dan konseling terhadap akhlak peserta didik di MAN 2 Gresik?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka peneliti mempunyai beberapa tujuan dari penelitian. Antara lain adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana bimbingan dan konseling di MAN 2 Gresik


(22)

6

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh bimbingan dan konseling terhadap akhlak peserta didik di MAN 2 Gresik

D. Kegunaan Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Untuk menambah hazanah ilmu pengetahuan Islam, khususnya bimbingan dan konseling di Madrasah.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada MAN 2 Gresik sebagai masukan dan bahan rujukan dalam pembentukan akhlak peserta didik melalui bimbingan dan konseling.

E. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa karya ilmiah (skripsi) yang sebelumnya membahas tentang pembentukan akhlak peserta didik melalui beberapa sebab diantaranya sebagai berikut:

1. Skripsi saudari Miftakhul Husna dari jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya 2016, yang berjudul “ Korelasi Antara Hasil Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Dengan Perilaku Siswa Kelas IX di Mts. Darussalam Sidodadi

Taman Sidoarjo” yang membahas tentang seberapa jauh korelasi atau hubungan antara hasil belajar pada mata pelajaran aqidah akhlak dengan perilaku siswa. Ditemukan hubungan antara hasil belajar pada


(23)

7

mata pelajaran aqidah akhlak dengan perilaku siswa dalam penelitian ini, dan terdapat perbedaan dengan judul skripsi yang akan penulis teliti yaitu perilaku siswa di sini dipengaruhi oleh hasil belajar pada mata pelajaran aqidah akhlak sedangkan yang akan peneliti teliti adalah bimbingan dan konseling Islam sebagai pengaruhnya.

2. Skripsi saudari Dwi Vidiarti dari jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya 2016, yang berjudul “Pengaruh Kedisiplinan di Sekolah Terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik di MA Raden Paku

Wringinanom Gresik” yang membahas tentang suatu kedisiplinan di sekolah yang mempengaruhi karakter peserta didik. Ditemukan hubungan kedisiplinan di sekolah dengan pembentukan karakter dalam penelitian ini, dan terdapat perbedaan dengan judul skripsi yang akan penulis teliti yaitu karakter peserta didik di sini dipengaruhi oleh kedisiplinan di sekolah sedangkan yang akan peneliti teliti adalah bimbingan dan konseling Islam sebagai pengaruhnya.

3. Skripsi saudari Atiko Mufidah dari jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya 2013, yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa Kelas VII Mts Nurul Huda Kalanganyar Sedati Sidoarjo” yang membahas tentang pendidikan aqidah akhlak yang

mempengaruhi perilaku siswa. Ditemukan hubungan pendidikan aqidah akhlak dengan perilaku siswa dalam penelitian ini, dan terdapat


(24)

8

perbedaan dengan judul skripsi yang akan penulis teliti yaitu perilaku siwa di sini dipengaruhi oleh pendidikan aqidah akhlak sedangkan yang akan peneliti teliti adalah bimbingan dan konseling Islam sebagai pengaruhnya.

4. Skripsi saudari Suci Rohmah Wati dari Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya 2014, yang berjudul “Pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Sosiodrama dalam Meningkatkan Hubungan Interpersonal Siswa Kelas V di MI Raden Rahmat Surabaya” yang membahas tentang

adakah pengaruh dan seberapa jauh pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Sosiodrama dalam Meningkatkan Hubungan Interpersonal Siswa Kelas V di MI Raden Rahmat Surabaya. Ditemukan adanya pengaruh Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Sosiodrama dalam Meningkatkan Hubungan Interpersonal Siswa Kelas V di MI Raden Rahmat Surabaya dalam penelitian ini, dan terdapat perbedaan dengan judul skripsi yang akan penulis teliti yaitu Bimbingan dan Konseling Islam di sini mempengaruhi hubungan interpersonal siswa sedangkan yang akan peneliti teliti adalah bimbingan dan konseling Islam mempengaruhi akhlak peserta didik.


(25)

9

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Untuk memperoleh data yang relevan dan memberikan arah pembahasan pada tujuan yang telah dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian akan diarahkan pada

1. Pembahasan tentang bimbingan dan konseling

a. Proses bimbingan dan konseling di MAN 2 Gresik

b. Seberapa besar peran bimbingan dan konseling di MAN 2 Gresik 2. Pembahasan tentang akhlak peserta didik

a. Konsep dasar akhlak

b. Bagaimana akhlak peserta didik (akhlak terhadap tuhan, diri sendiri, sesama dan lingkungan)

c. Akhlak peserta didik dipengaruhi oleh bimbingan dan konseling

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam memahami judul, maka penulis merasa perlu untuk memberikan pengertian terhadap istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini, sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dibahas dalam skripsi ini. Adapun istilah-istilah yang perlu diberi pengertian yaitu:

a. Bimbingan Konseling 1) Bimbingan

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidance”. Kata “guidance” adalah kata dalam bentuk mashdar (kata benda) yang berasal dari kata kerja “to guide” artinya


(26)

10

menunjukkan, membimbing atau menuntun orang lain ke jalan yang benar.5

Guidance adalah bimbingan, tuntutan pedoman, petunjuk. Salah satu alat untuk memberi penjelasan petunjuk terhadap seseorang melalui konseling dan wawancara dengan seseorang untuk menganggapkan bidang-bidang yang relevan dengan inteligensi, minat dan lain-lain yang dimilikinya.6

Jadi, kata “guidance” berarti pemberian petunjuk, pemberian

bimbingan atau tuntunan kepada orang lain yang membutuhkan. Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinaambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri. Sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya.7

2) Konseling

Istilah konseling berasal dari kata “counseling” adalah kata dalam bentuk mashdar dari “to counsel” secara etimologis berati “to give advice” atau memberikan saran dan nasihat, atau memberi anjuran kepada orang lain secara tatap muka (face to face). Jadi,

5 M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 18

6 Sudarsono, Kamus Konseling, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1997), hal. 87

7 Rochman Natawidjaja, Pendekatan-Pendekatan dalam Penyuluhan Kelompok (Bandung, CV Diponegoro, 1987), Hal: 31


(27)

11

counseling berarti pemberian nasihat atau penasihatan kepada orang lain secara individual yang dilakukan dengan tatap muka (face to face). Pengertian konseling dalam bahasa Indonesia, juga dikenal dengan istilah penyuluhan.8

Konseling memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah:9 1. interaksi timbal balik di antara dua orang individu yang saling

terpaut di mana yang seorang (konselor)berusaha membantu yang lain (klien) untuk memecahkan tentang masalah dirinya sendiri dalam hubungannya dengan kesulitan yang akan datang.

2. Salah satu rentetan peristiwa (proses) yang bersifat pribadi yang diadakan dengan tujuan untuk membantu orang dalam mempelajari pendidikan, keterampilan sikap sosial maupun pribadi, kepercayaan serta jenis pekerjaan dan jabatan yang semuanya untuk membentuk pribadi yang seimbang.

Hansen Cs menyatakan bahwa, konseling adalah proses bantuan kepada individu dalam belajar tentang dirinya, lingkungannya dan metode dalam menangani peran dan hubungan. Meskipun individu mengalami masalah konseling ia tidak harus remedial. Konselor dapat membantu seorang individu dengan proses pengambilan keputusan dalam hal pendidikan dan kejuruan serta menyelesaikan masalah interpersonal.10

8 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : Amzah, 2016), hal.10-11 9 Sudarsono, Kamus Konseling, hal. 123


(28)

12

Jadi, yang dimaksud dengan Bimbingan Konseling adalah suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien agar klien mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya.

b. Akhlak peserta didik 1) Akhlak

Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab “khuluq”, jamaknnya

khuluqun”, menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, perangai,

tingkah laku atau tabiat.11 Kata “akhlak” ini lebih luas artinya

daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab “akhlak” meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang.12

Kata “akhlak” mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalqun” yang berarti kejadian serta erat hubungannya

dengan Khaliq yang berarti pencipta, dan makhluk yang berarti yang diciptakan.13

Menurut Barmawie Umarie akhlak adalah ilmu akhlak yang merupakan koleksi ugeran yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dengan khalik, serta antara makhluk dengan makhluk lainnya.14

11Hamzah Ja’cub, Etika Islam, (Jakarta: Publicita, 1978), hal. 10

12A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), hal. 73

13Hamzah Ja’cub, Etika Islam,hal. 10


(29)

13

Jadi, yang dinamakan akhlak adalah suatu sikap, perbuatan atau tingkah laku yang baik terhadap khalik dan juga terhadap makhluk lainnya.

Berdasarkan objeknya, akhlak dibedakan menjadi dua : pertama, akhlak kepada khalik, kedua, akhlak kepada makhluk, yang terbagi mejadi : akhlak terhadap Rasulullah, akhlak terhadap keluarga, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap sesama atau orang lain dan akhlak terhadap lingkungan alam.15

Ruang lingkup penelitian ini yaitu mencakup akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap sesama atau orang lain dan akhlak terhadap lingkungan.

2) Peseta didik

Secara etimologi peserta didik dalam bahasa Arab disebut dengan tilmidz, bentuk jamaknya talamidz, yang artinya adalah murid, maksudnya adalah orang-orang yang sedang mengingini pendidikan. Dalam bahasa Arab dikenal juga dengan istilah thalib bentuk jamaknya adalah tullab yang artinya adalah orang yang mencari, maksudnya adalah orang-orang yang mencari ilmu.16

Secara lebih detail para ahli mendefinisikan peserta didik sebagai orang yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu, atau peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan.

15 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hal: 213 16 Syarif Al-Quraisyi, Kamus Arab, (Surabaya : Giri Utama), hal. 68


(30)

14

Sedangkan menurut undang-undang republik Indonesia, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.17

Jadi, yang dimaksud dengan akhlak peserta didik adalah suatu sikap, perbuatan atau tingkah laku yang baik terhadap khalik dan juga terhadap makhluk lainnya yang ada pada diri seorang yang sedang menempuh jenjang pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan tertentu.

H. Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN Berisi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi istilah atau definisi operasional, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

Adapun BAB II : LANDASAN TEORI yang menguraikan tentang tinjauan bimbingan dan konseling yang meliputi : pengertian bimbingan konseling, tujuan bimbingan konseling, bentuk-bentuk bimbingan dan konseling dan teknik bimbingan dan konseling.

Dan tinjauan tentang akhlak peserta didik, yang meliputi : Pengertian akhlak peserta didik, dasar hukum akhlak, tujuan akhlak, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak dan pembagian


(31)

15

akhlak. Dan tinjauan pengaruh bimbingan dan konseling terhadap akhlak peserta didik.

Sedangkan BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini memaparkan pendekatan dan jenis penelitian, variabel penelitian, hipotesis penelitian, teknik penentuan subyek atau obyek penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Kemudian BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN Bab ini berisi tentang:

A. Gambaran umum obyek penelitian, meliputi: sejarah singkat berdirinya madrasah, identitas madrasah, visi dan misi MAN 2 Gresik, struktur organisasi MAN 2 Gresik, keadaan guru dan karyawan MAN 2 Gresik, keadaan siswa MAN 2 Gresik dan sarana prasarana MAN 2 Gresik. B. Deskripsi data, meliputi : data hasil observasi, data hasil wawancara

dan data hasil angket.

C. Analisis data dan pengujian hipotesis dengan rumus regresi linier sederhana

Akhirnya BAB V : PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang berkenaan dengan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.


(32)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Bimbingan Dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan Dan Konseling

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari

bahasa Inggris “guidance”. Kata “guidance” adalah kata dalam bentuk mashdar (kata benda) yang berasal dari kata kerja “to guide” artinya

menunjukkan, membimbing atau menuntun orang lain ke jalan yang benar.1

Jadi, kata “guidance” berarti pemberian petunjuk, pemberian

bimbingan atau tuntunan kepada orang lain yang membutuhkan. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, walaupun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Jika misalnya, ada seorang mahasiswi datang kepada dosen wali sebagai pembimbing akademiknya menyampaikan bahwa sampai saat terakhir pembayaran uang SPP hari ini, uang kirimannya belum datang, kemudian dosen pembimbing akademiknya meminjamkan mahasiswi tersebut uang untuk bayar SPP, tentu bantuan ini bukan termasuk bentuk bantuan yang dimaksudkan dengan pengertian bimbingan (guidance).

1

M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 18


(33)

17

Pengertian bimbingan dan bantuan menurut terminologi bimbingan dan konseling harus memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana yang dimaksud dengan pengertian guidance dan konseling.

Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalm Year’s Book of Education (1995) disebutkan bahwa bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. 2

Stoops dan Walquits berpendapat bahwa bimbingan ialah suatu proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun masyarakat.3

Menurut Crow & Crow, bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan berpendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri.4

2

I, Djumhur, Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung, CV ILMU, 1975), hal. 25

3

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : Amzah, 2016), hal. 6 4

L. Crow, dan A. Crow, An Introduction to Guidance, (New york: American Book Company, 1960)


(34)

18

Djumhur dan Moh. Surya berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.5

Bimo Walgito mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.6

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

5

Djumhur, Surya, Bimbingan dan Penyuluhan, hal. 25 6

Bimo Walgito, Bimbingan san Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1986), hal. 10


(35)

19

Istilah konseling berasal dari kata “counseling” adalah kata dalam bentuk mashdar dari “to counsel” secara etimologis berati “to give advice” atau memberikan saran dan nasihat, atau memberi

anjuran kepada orang lain secara tatap muka (face to face). Jadi, counseling berarti pemberian nasihat atau penasihatan kepada orang lain secara individual yang dilakukan dengan tatap muka (face to face). Pengertian konseling dalam bahasa Indonesia, juga dikenal dengan istilah penyuluhan.7

Istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling. Hal ini disebabkan bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang integral. Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di antara beberapa teknik lainnya, namun

konseling juga bermakna “the heart of guidance program” (hati dari program bimbingan). Menurut Ruth Strang, bahwa “guidance is breader, counseling is most importance tool of guidance.” (Bimbingan

itu lebih luas, sedangkan konseling merupakan alat yang paling penting dari usaha pelayanan bimbingan).8

Adapun pengertian counseling atau penyuluhan sebagaimana yang berlaku di lingkungan sekolah dan masyarakat memiliki pengertian yang lebih luas dan beragam.

Menurut A. Edward Hoffman, konseling adalah perjumpaan secara berhadapan muka antara konselor dengan konseli atau orang

7

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, hal.10-11 8


(36)

20

yang disuluh sedang di dalam pelayanan bimbingan. Konseling dapat dianggap sebagai intinya proses pemberian pertolongan yang esensial bagi usaha pemberian bantuan kepada murid pada saat mereka berusaha memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Namun demikian, konseling tidak dapat memadai bilamana hal tersebut tidak dibentuk atas dasar persiapan yang tersusun dalam struktur organisasi.9 Maka antara bimbingan dan konseling tampak tidak dapat dipisahkan.

Menurut Rogers konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantunya dalam mengubah sikap dan tingkah laku.10

Hansen Cs menyatakan bahwa, konseling adalah proses bantuan kepada individu dalam belajar tentang dirinya, lingkungannya dan metode dalam menangani peran dan hubungan. Meskipun individu mengalami masalah konseling ia tidak harus remedial. Konselor dapat membantu seorang individu dengan proses pengambilan keputusan dalam hal pendidikan dan kejuruan serta menyelesaikan masalah interpersonal.11

Menurut Dra. Hallen A, M.Pd, konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di mana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan

9A. Edward Hoffman, “An Analysis of Counselor Subroles”, (Journal of Counseling

Psychology, 1959,No 1), hal. 61-67 10

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, hal. 12 11


(37)

21

langsung dan tatap muka antara guru pembimbing atau konselor dengan klien, dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.12

Dapat disimpulkan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidup. Dalam memecahkan permasalahannya ini individu memecahkannya dengan kemampuannya sendiri. Dengan demikian, klien tetap dalam keadaan aktif, memupuk kesanggupannya di dalam memecahkan setiap permasalahan yang mungkin akan dihadapi di dalam kehidupannya.

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling adalah suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien agar klien mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya.

12


(38)

22

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri, karena bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Pada undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa tujuan dari pendidikan adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan taqwa kepada Tuhan yan Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.13

Pada undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 14

Bimbingan merupakan pemberian bantuan kepada seseorang ataupun kepada sekelompok orang dalam menentukan berbagai pilihan secara bijaksana dan dalam menentukan penyesuaian diri terhadap tuntunan-tuntunan hidup.

13

Anas Salahuddin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hal. 42 14

..., UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.pdf (diakses pada tanggal 27 desember 2016)


(39)

23

Dengan adanya bantuan ini seseorang akan lebih mampu mengatasi segala kesulitannya sendiri dan mampu mengatasi segala permasalahan yang akan dihadapi di masa-masa mendatang. Usaha dan aktifitas dari bimbingan dan konseling mempunyai arah untuk mencapai suatu nilai tertentu dan cita-cita yang hendak dicapai yang menjadi tujuannya.

Secara umum dan luas, program bimbingan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :15

a. Membantu indvidu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi b. Membantu individu dalam mencapai kehidupam yang efektif dan

produktif dalam masyarakat

c. Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu-individu yang lain

d. Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan kemampuan yang dimilikinya

Bimbingan dapat dikatakan berhasil apabila individu yang mendapatkan bimbingan itu berhasil mencapai keempat tujuan tersebut secara bersama-sama.

Secara lebih khusus, sebagaimana diuraikan Minalka (1971). Program bimbingan dilaksanakan dengan tujuan agar anak bimbing dapat melaksanakan hal-hal berikut:16

15

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, hal. 38 16


(40)

24

a. Memperkembangkan pengertian dan pemahaman diri dalam

kemajuan dirinya

b. Memperkembangkan pengetahuan tentang dunia kerja,

kesempatan kerja, serta rasa tanggung jawab dalam memilih suatu kesempatan kerja tertentu

c. Memperkembangkan kemampuan untuk memilih,

mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada secara bertanggung jawab

d. Mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga diri orang lain

Menurut Thompson & Rudolph, 1983, bimbingan dan konseling bertujuan agar klien:17

a. Mengikuti kemauan-kemauan atau saran-saran konselor b. Mengadakan perubahan tingkah laku secara positif

c. Melakukan pemecahan masalah

d. Melakukan pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran dan pengembangan pribadi

e. Mengembangkan penerimaan diri

f. Memberikan pengukuhan

17

Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan & Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hal. 113


(41)

25

g. Membantu individu untuk mengembangkan dirinya, dalam arti mengadakan perubahan-perubahan positif pada diri individu tersebut

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Dalam hal ini, bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya secara tepat dan objektif, menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana mengarahkan diri sendiri sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu, serta akhirnya mampu mewujudkan diri sendiri secara optimal.

Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu. Masalah-masalah individu bermacam ragam jenis, intensitas dan sangkut pautnya, serta


(42)

26

masing-masing bersifat unik. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling untuk seorang individu berbeda dari (dan tidak boleh disamakan dengan) tujuan bimbingan dan konseling untuk individu lainnya.

3. Bentuk-Bentuk Bimbingan Dan Konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling ditujukan untuk membantu klien atau anak bimbing untuk mengatasi problematikanya dalam berbagai bidang yang dihadapinya. Pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia yang semakin kompleks, maka bimbingan dan konseling pun berkembang sesuai kehidupan masyarakat.

Jika dilihat dari segi bidangnya, bimbingan dan konseling dapat dbedakan menjadi beberapa macam.

a. Vocational Guidance

Vocational Guidance yaitu bimbingan dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan atau profesi, dalam mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dalam bidang pekerjaan tertentu.18 Dewasa

ini kerap digunakan “bimbingan jabatan” atau “bimbingan karier”.

18

W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: Gramedia, 1989), hal. 30


(43)

27

Bimbingan dan konseling bidang vocational guidance and counseling merupakan bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan masalah jabatan atau pekerjaan yang perlu dipilih oleh klien sesuai dengan bakat dan kemampuannya untuk masa sekarang maupun mendatang. Pemilihan dan pengambilan keputusan tentang jenis jabatan atau pekerjaan didasari atas kesadaran masing-masing pribadi terbimbing terhadap kemampuan serta personalitas seperti apa yang sesuai dengannya. Hal tersebut perlu mendapatkan tekanan perhatian dari yang bersangkutan agar di kemudian hari tidak mengakibatkan frustasi serta kegagalan dalam pelaksanaan tugas hidupnya.

Bimbingan pekerjaan cukup berarti dalam kehidupan manusia sebagian besar dari pikiran dan waktu tercurahkan pada kepentingan pekerjaan. Biasanya individu akan merasa frustasi dan tegang apabila tidak merasa puas dalam pekerjaannya. Beberapa individu memutuskan untuk mengganti bidang pekerjaannya karena alasan tersebut. Dalam masyarakat tradisional, “memilih pekerjaan” kerap bukan masalah, karena anak biasanya mengikuti tradisi keluarganya, di samping itu pula tidak banyak variasi dalam bidang pekerjaan. Namun, lain halnya dengan masyarakat modern, kehidupan masyarakat lebih kompleks dan bidang pekerjaan pun beraneka ragam. Sehingga tidak cukup mempersiapkan anak-anak untuk bidang


(44)

28

pekerjaan yang begitu banyak jenis dan tuntutannya hanya dalam keluarga.

b. Educational Guidance

Educational guidance ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, mengatasi kesukaran dalam belajar, dan juga memilih jenis atau jurusan sekolah lanjutan yang sesuai.

Bimbingan dan konseling dalam bidang pendidikan

(Educational guidance and counseling), berkenaan dengan pemberian bimbingan yang menyangkut tentang pengambilan keputusan mengenai bidang studi yang akan dipilih memiliki hubungan dengan kurikulum atau perguruan tinggi, serta fasilitas lainnya.

Dalam bimbingan dan konseling edukasional tersebut, si pembimbing perlu mendapatkan informasi-informasi dari para guru dan kepala sekolah mengenai berbagai hal yang menyangkut minat, bakat, tingkat kemampuan, serta kegiatan anak dalam belajar di dalam kelas maupun di luar kelas (kampus) dan sebagainya. Informasi tersebut sangat besar sekali gunanya.

Menurut Glenn E. Smith, data informasi mengenai terbimbing sekurang-kurangnya meliputi:

1) Background data, yaitu yang berhubungan dengan latar belakang kehidupan terbimbing sampai dengan kehidupan keluarga


(45)

29

2) Healt and physical data, yaitu data mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi kesehatan serta jasmaninya

3) Psychological data, yaitu yang menggambarkan kehidupan ruhaniah, termasuk data kecerdasan dan sebagainya

4) Social environmental data, yaitu yang berhubungan dengan lingkungan di mana ia hidup

5) Activity and achievement data, yaitu menggambarkan tentang kegiatan serta kemajuan belajar anak bimbing

6) Educational and vocational data, yaitu yang berhubungan dengan pendidikan serta pekerjaan anak bimbing selama ini

Jelaskan kiranya bahwa pembimbing harus memiliki pengetahuan yang sangat luas dan mengikuti perkembangan pendidikan sekolah. Mendapat gambaran yang jelas mengenai situasi pendidikan memang bukan hal mudah, tetapi klien mengandaikan bahwa pembimbing lebih tahu daripada dirinya sendiri.

Di samping itu, seorang pembimbing yang membantu anak remaja dalam studi mereka harus pandai menyelami jiwa anak-anak itu, jarang ada anak-anak remaja yang hanya memperhatikan studinya di sekolah. Anak remaja harus pula memikirkan pergaulan dengan teman-teman sebayanya, hubungan dengan orangtua, cita-cita hidup, dan -last but not least- soal asmara. Oleh karena itu, bimbingan belajar (educational guidance) juga berhubungan dengan personal-social guidance.


(46)

30

c. Personal-Social Guidance

Personal-Social Guidance ialah bimbingan dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan dalam diri sendiri, apabila kesulitan tertentu berlangsung terus dan tidak mendapat penyelesaiannya, terancamlah kebahagiaan hidup dan akan timbul gangguan-gangguan mental. Di samping itu, juga kesukaran-kesukaran yang timbul dalam pergaulan dengan orang lain (pergaulan sosial), karena kesukaran semacam ini biasanya dirasakan dan dihayati sebagai kesulitan pribadi.19

Perlunya jenis bimbingan ini kiranya tidak perlu dibuktikan, setiap manusia, muda dan tua, mengetahui dari pengalamannya sendiri bagaimana perasaannya apabila permasalahan tertentu tidak

diselesaikan. Menemukan berbagai kesukaran sudah menjadi “nasib”

manusia, semakin bertambah usia seseorang maka semakin banyak pula permasalahan yang harus dihadapi. Yang terpenting bukanlah menghindari kenyataan suatu masalah, melainkan bagaimana sikap dan tindakan dalam menghadapi masalah tersebut. Jenis bimbingan ini

bisa juga disebut sebagai “bimbingan pribadi”.

Dalam memberikan Personal-Social Guidance, seorang pembimbing membutuhkan fleksibilitas yang tinggi dan kesabaran yang besar. Di satu pihak ia harus menunjukkan pengertian terhadap situasi konkret dari klien (anak bimbing), dan di pihak lain ia harus membantu klien untuk mengambil suatu manfaat dari berbagai

19


(47)

31

pengalaman yang lampau dan melihat ke depan, ke masa yang akan datang.

Bimbingan pribadi termasuk dalam usaha-usaha berikut ini.

1) Memberikan informasi kepada klien mengenai beberapa fase perkembangan dan berbagai hal yang lazim dialami oleh anak-anak remaja putri

2) Mengatur dan memimpin diskusi kelompok mengenai masalah atau kesulitan yang dialami kebanyakan klien. Akan sangat bermanfaat apabila diskusi ini disertai dengan tanggapan dari ahli bimbingan

3) Membuka kesempatan yang luas untuk berwawancara dengan konselor. Lajur pelayanan ini sangat bermanfaat

4) Mengumpulkan data mengenai sifat-sifat kepribadian klien dan mengenai pergaulan sosialnya di lingkungannya

d. Mental Health Guidance

Mental Health Guidance (bimbingan dalam bidang kesehatan jiwa), yaitu suatu bimbingan yang bertujuan untuk menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan gangguan jiwa klien. Sehingga ia akan memperoleh ketenangan hidup ruhaniah yang sewajarnya seperti yang diharapkan.20

Di dalam usaha memperoleh “klarifikasi” ruhaniah, konselor kadang-kadang memerlukan pendekatan psikoterapis (penyembuhan

20


(48)

32

jiwa), psikoanalitis (penganalisaan jiwa), klinis, dan juga pendekatan yang berpusat pada keadaan pribadi klien (client centered approach).

Pendekatan client centered ini mula-mula dikenalkan oleh Carl

Rogers pada tahun 1942 dalam bukunya yang berjudul “Counseling and Psychotherapy” yang menentang metode directive, karena menurut pendapatnya, konseling yang baik dan efektif adalah apabila bertujuan tidak untuk memecahkan suatu problem khusus, melainkan untuk membantu seseorang agar mampu bertumbuh. Pendekatan yang demikian ini lebih banyak menekankan pada unsur perasaan (emosional), atau aspek perasaan dari situasi seseorang daripada aspek intelektual. Jadi, pendekatan semacam ini sebenarnya lebih menekankan perhatian kepada sumber pola pandangan hidup dalam pribadi masing-masing individu (internal and personal frame of reference).

e. Religious Guidance

Religious Guidance(bimbingan keagamaan) yaitu bimbingan dalam rangka membantu pemecahan problem seseorang dalam kaitannya dengan masalah-masalah keagamaan, melalui keimanan menurut agamanya. Dengan menggunakan pendekatan keagamaan dalam konseling tersebut, klien dapat diberi insight (kesadaran terhadap adanya hubungan sebab akibat dalam rangkaian problem yang dialaminya) dalam pribadinya yang dihubungkan dengan nilai


(49)

33

keimanannya yang mungkin pada saat itu telah lenyap dari dalam jiwa klien.

Terkadang para ahli dalam konseling ini juga mempergunakan pendekatan penyembuhan dari segi keagamaan di mana Dr. Norman Vincent Piele (USA) banyak mendapatkan pengalaman dalam hal ini

sebagaimana diutarakan dalam bukunya yang berjudul “The Power of

Positive Thinking”.

Religion psychotherapy tersebut secara formal di negara-negara Islam belum banyak dikembangkan. Meskipun demikian, banyak ahli mengakui sekurang-kurangnya terdapat hubungan yang erat antara perawatan atau penyembuhan medis dengan kepercayaan serta nilai-nilai keagamaan dalam pribadi klien sebagaimana dinyatakan oleh C.G. Jung, bahwa penyembuhan penyakit jiwa pasien-pasiennya yang berumur 35 tahun ke atas baru dapat dilakukan bilamana mereka menemukan jalan keluar melalui penemuan kembali nilai-nilai keagamaan dalam dirinya.21

Banyak para ahli lainnya juga meyakini tentang adanya hubungan antara penyakit jiwa dengan hilangnya pengertian nilai-nilai agama dari diri manusia, misalnya, Dr. Leslie Westherhead

mengutarakan pengalamannya dalam bukunya “Psychology Religion and Healing”, sedang Dr. H.C. Ling juga mencatat pengalamannya

dalam bukunya “The Return to Religion”, dan sebagainya.

21


(50)

34

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan bentuk-bentuk bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan itu ada bermacam-macam, diantaranya adalah vocational guidance and counseling (bimbingan karir), Educational guidance (bimbingan belajar / pendidikan), Personal-Social Guidance (bimbingan pribadi sosial), Mental Health Guidance (bimbingan dalam bidang kesehatan jiwa) dan Religious Guidance(bimbingan keagamaan).

Bimbingan dan konseling bidang vocational guidance and counseling merupakan bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan masalah jabatan atau pekerjaan yang perlu dipilih oleh klien sesuai dengan bakat dan kemampuannya untuk masa sekarang maupun mendatang.

Adapun bimbingan dan konseling dalam bidang pendidikan (Educational guidance and counseling), berkenaan dengan menemukan cara belajar yang tepat, mengatasi kesukaran dalam belajar, dan pemberian bimbingan yang menyangkut tentang pengambilan keputusan mengenai bidang studi yang akan dipilih memiliki hubungan dengan kurikulum atau perguruan tinggi, serta fasilitas lainnya.

Selanjutnya personal-Social Guidance ialah bimbingan dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan dalam diri sendiri, apabila kesulitan tertentu berlangsung terus dan tidak mendapat penyelesaiannya, terancamlah kebahagiaan hidup dan akan timbul


(51)

35

gangguan-gangguan mental. Di samping itu, juga kesukaran-kesukaran yang timbul dalam pergaulan dengan orang lain (pergaulan sosial), karena kesukaran semacam ini biasanya dirasakan dan dihayati sebagai kesulitan pribadi.

Sedangkan mental Health Guidance (bimbingan dalam bidang kesehatan jiwa), yaitu suatu bimbingan yang bertujuan untuk menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan gangguan jiwa klien. Sehingga ia akan memperoleh ketenangan hidup ruhaniah yang sewajarnya seperti yang diharapkan.

Kemudiaan religious Guidance (bimbingan keagamaan) yaitu bimbingan dalam rangka membantu pemecahan problem seseorang dalam kaitannya dengan masalah-masalah keagamaan, melalui keimanan menurut agamanya. Dengan menggunakan pendekatan keagamaan dalam konseling tersebut, klien dapat diberi insight

(kesadaran terhadap adanya hubungan sebab akibat dalam rangkaian problem yang dialaminya) dalam pribadinya yang dihubungkan dengan nilai keimanannya yang mungkin pada saat itu telah lenyap dari dalam jiwa klien.

4. Teknik Bimbingan dan Konseling

Secara garis besar teknik-teknik yang dipergunakan dalam bimbingan mengambil dua macam pendekatan, yaitu : perdekatan secara kelompok dan pendekatan secara individual. Pendekatan yang pertama sering disebut bimbingan kelompok (group guidance),


(52)

36

sedangkan pendekatan yang kedua disebut dengan penyuluhan individual (counseling individual).

Untuk lebih jelasnya, teknik-teknik layanan bimbingan dan konseling akan penulis uraikan di bawah ini :

a. Bimbingan kelompok (Group Guidance)

Bimbingan kelompok (group guidance) adalah suatu teknik pelayanan bimbingan yang diberikan oleh pembimbing kepada sekelompok murid dengan tujuan membantu seseorang atau sekelompok murid yang menghadapi masalah-masalah belajarnya dengan menempatkan dirinya di dalam suatu kehidupan atau kegiatan kelompok yang sesuai.22

Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah

berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (peserta didik). isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.

Penataan bimbingan kelompok pada umumnya berbentuk kelas yang beranggotakan 15 sampai 20 orang. Informasi yang diberikan dalam bimbingan kelompok itu terutama dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan

22

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983) hal. 157


(53)

37

yang tidak langsung. Kegiatan bimbingan kelompok biasanya dipimpin oleh seorang guru bimbingan dan konseling (konselor) atau guru.23

Menggunakan bimbingan kelompok, pembimbing dan

konseling akan dapat mengembangkan sikap sosial, sikap memahami peranan anak bimbing dalam lingkungannya menurut penglihatan orang lain dalam kelompok itu (role reception) karena ia ingin mendapatkan pandangan baru tentang dirinya dari orang lain serta hubungannya dengan orang lain. Dengan demikian, melalui metode kelompok ini dapat timbul kemungkinan diberikannya group therapy

(penyembuhan gangguan jiwa melalui kelompok) yang fokusnya berbeda dengan konseling. Terapi tersebut dapat diwujudkan dengan penciptaan situasi kebersamaan hak secara cohesiveness (keterikatan) antara satu sama lain maupun secara peresapan batin melalui peragaan panggung dari contoh tingkah laku atau peristiwa (dramatisasi). Homerooms atau diskusi kelompok, rapat-rapat, keagamaan, krayawisata, sosiodrama dan psikodrama dan sebagainya sangat penting bagi tujuan tersebut.24

Bimbingan bersama (group guidance) ada kontak antara ahli bimbingan dengan sekelompok klien yang agak besar, mereka mendengarkan ceramah, ikut aktif berdiskusi, serta menggunakan kesempatan untuk tanya jawab. Pembimbing mengambil banyak

23

Mamat Supriatna, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 97

24


(54)

38

inisiatif dan memegang peranan instruksional, misalnya bertindak sebagai instruktur atau sumber ahli bagi berbagai macam pengetahuan atau informasi. Tujuan utama dari bimbingan kelompok ini adalah penyebaran informasi mengenai penyesuaian diri dengan berbagai kehidupan klien.25

b. Konseling individual

Konseling individual adalah proses belajar melalui khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (peserta didik). Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat ia pecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Konseling ditujukan kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam masalah pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Oleh karena itu, konseling hanya ditujukan

kepada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan

pribadinya.26

Pemberian bantuan melalui kegiatan penyuluhan merupakan bagian yang amat penting, bahkan dinyatakan bahwa usaha penyuluhan (counseling) adalah jantung hati dari usaha bimbingan secara kesuluhan. Dengan pelayanan ini murid berhadap langsung

25

Ibid, hal. 71 26


(55)

39

dengan konselor untuk membicarakan masalah-masalahnya (face to face relation).27

Dalam konseling terdapat hubungan yang dinamis dan khusus, karena dalam interaksi tersebut konseli merasa diterima dan dimengerti oleh konselor. Dalam hubungan ini konselor dapat menerima konseli secara pribadi dan tidak memberikan penilaian. Konseli merasa ada orang lain yang dapat mengerti masalah pribadinya dan mau membantu memecahkannya. Konselor dan konseli saling belajar dalam pengalaman hubungan yang bersifat khusus dan pribadi.

Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (peserta didik) dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya. Suatu hubungan pribadi yang unik dalam konseling dapat membantu individu (peserta didik) membuat keputusan, pemilihan dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperanan lebih baik di lingkungannya. Konseling membantu konseli untuk mengerti diri sendiri, mengeksplorasi diri sendiri dan dapat memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat.

Dalam konseling diharapkan konseli dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri

27


(56)

40

sendiri dan masyarakat sekitarnya. Pemilihan dan penyesuaian yang tepat dapat memberikan perkembangan yang optimal kepada individu dan dengan perkembangan ini individu dapat lebih baik menyumbangkan dirinya atau ambil bagian yang lebih baik dalam lingkungannya. Konseling bertujuan membantu individu untuk masalah-masalah pribadi, baik sosial maupun emosional, yang dialami saat sekarang dan yang akan datang.

Konseling bertujuan membantu individu untuk mengadakan interpretasi fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan mendatang. Konseling memberikan bantuan kepada individu untuk mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap dan tingkah laku. Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan merupakan teknik standar serta merupakan tugas pokok seorang konselor di pusat pendidikan.28

Konseling sendiri memiliki teknik, pada umumnya dalam wawancara konseling (Counseling interview) dikenal ada tiga teknik atau pendekatan khusus dalam konseling, yaitu : directive counseling, client centered counseling dan electic counseling.

1) Directive Counseling

Teknik atau pendekatan langsung yang dipelopori atau dicetuskan pertama kali oleh Edmond G. Willamson. Dengan teknik atau pendekatan ini dalam proses konseling kebanyakan berada di

28


(57)

41

tangan konselor. Jadi dalam hal ini konselor lebih banyak mengambil inisiatif dalam proses konseling, sehingga klien tinggal menerima apa yang dikemukakan oleh konselor.29

Teknik ini adalah teknik di mana konselor membantu konseli dalam mengatasi masalahnya dengan menggali gaya berpikir mereka, tingkah laku yang barangkali terlalu berdasarkan perasaan dan dorongan impulsif harus diganti dengan tingkah laku yang lebih rasional. Konselor menyumbangkan pengalaman dan keahliannya dalam ilmu psikologi dan penggunaan beberapa tes selama proses konseling, supaya konseli sampai pada suatu pemecahan yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Konselor tetap bersifat menghormati konseli sebagai orang yang berhak mengatur kehidupannya sendiri dan berusaha untuk memahami perasaan dan pikiran konseli. Namun, pada directive counseling, konselor mengambil peranan yang lebih jelas daripada nondirective. Konselor dalam mengarahkan arus pikiran konseli, misalnya dengan pertanyaan yang bertujuan memperjelas inti masalah, menolong mengumpulkan informasi yang ternyata dibutuhkan, memperjelas akibat dari suatu keputusan, atau dengan memberikan suatu sugesti atau dorongan.30

Seorang konseli mungkin belum sedemikian mengerti akan motif yang sebenarnya mendasari tingkah lakunya atau belum memahami bakat dan minatnya yang sesungguhnya. Oleh karena itu,

29

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, hal. 166-167 30


(58)

42

konselor yang pada suatu ketika mengerti motif konseli yang sebenarnya akan menjelaskan hal tersebut, dan pada lain waktu konselor dapat mengusulkan agar konseli mengikuti suatu tes bakat dan akan menjelaskan arti dari hasil testing tersebut. Sejak awal tahapan dalam wawancara konseling, konselor harus berusaha menciptakan dan tetap membina suasana hubungan baik dengan konseli yang ditandai atau disertai empati serta perhatian terhadap kepentingan konseli :“a warm and friendly human relationship”.31

Banyak konselor memandang teknik ini sebagai teknik yang paling baik untuk diberikan kepada siswa sekolah menengah. Dikarenakan masih minimnya pengalaman hidup dan kekurangan dalam mengambil suatu kebijaksanaan sehingga mudah mendorong mereka untuk menentukan suatu sikap atau tindakan yang kurang tepat atau kurang sesuai baginya. Selain itu, teknik ini sepertinya lebih cocok untuk digunakan terhadap siswa yang kurang mahir dalam refleksi diri dan masih membutuhkan bantuan untuk sedikit diarahkan oleh seorang yang mereka pandang sebagai “ahli”.32

2) Client-centered counseling

Teknik atau pendekatan Client-centered counseling sering pula

disebut “non directive counseling”, yang memberikan suatu gambaran

bahwa dalam proses konseling yang menjadi pusatnya adalah klien,

31

Ibid, hal. 78 32


(59)

43

bukan konselor. Oleh karena itu dalam proses konseling ini aktifitas banyak diletakkan di pundak klien itu sendiri, dalam pemecahan masalah maka klien itu sendiri didorong oleh konselor untuk mencari pemecahan masalahnya. Teknik atau pendekatan Client-centered counseling ini dikembangkan pertama kali oleh Carl Rogers.33

Teknik ini sebenarnya bersumber pada beberapa keyakinan dasar tentang manusia, antara lain bahwa manusia berhak menentukan haluan hidupnya sendiri, bahwa manusia memiliki daya yang kuat untuk mengembangkan diri. Manusia pada hakikatnya bertanggung jawab atas tindakannya sendiri, manusia bertindak berdasarkan pandangan-pandangan subjektif terhadap dirinya sendiri (konsep diri) dan terhadap dunia sekitarnya. Orang akan mengalami kesukaran apabila terjadi suatu pertentangan antara pandangan terhadap dirinya sendiri dan tindakannya yang nyata. Selama proses konseling, seseorang meninjau sikap perasaan dan tingkah lakunya, dengan demikian ia akan lebih memahami dirinya sendiri dan lebih menyadari keharusan untuk mengadakan perubahan dalam sikap, perasaan dan cara berpikir. Proses perubahan itu biasanya dimulai dengan mengungkapkan segala apa yang dirasakan dan dipikirkan kemudian ditinjau kembali dengan mendapat bantuan dari konselor. Bantuan dari konselor terutama terdiri atas menciptakan suatu situasi interaksi

33


(60)

44

atau komunikasi yang mempermudah pengungkapan dari perasaan dan pikiran konseli serta refleksi diri dari konseli.34

3) Electic Counseling

Electic Counseling yaitu teknik yang sedikit banyak merupakan penggabungan unsur-unsur dari directive counseling dan

nondirective counseling. Konselor di sekolah pada umumnya mengadakan penggabungan dengan cara : pada permulaan proses konseling lebih cenderung ke nondirective counseling dengan menekankan keleluasaan bagi konseli untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, dan setelah itu mengambil peranan lebih aktif dalam menyalurkan arus pemikiran konseli. Penggunaan teknik ini menuntut fleksibilitas tinggi pada konselor untuk menyesuaikan diri dengan masing-masing konseli, terhadap konseli yang lain ia lebih direktif. Oleh karena itu, penggunaan teknik ini menuntut keahlian yang tinggi dalam bidang layanan konseling dan pengalaman yang banyak.35

Teknik dan pendekatan Electic Counseling sering

dipergunakan oleh konselor, disebabkan karena dari berbagai orang konselor dalam pengalaman mengadakan konseling dibuktikan bahwa kedua teknik atau pendekatan di atas mempunyai kebaikan-kebaikan dan kelemahannya masing-masing. Seorang konselor akan berhasil menjalankan tugasnya tidak hanya berpegang pada salah satu teknik

34

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, hal. 75-76 35


(61)

45

atau pendekatan, tetapi menggunakan bermacam-macam teknik atau pendekatan yang disesuaikan dengan sifat masalah klien dan situasi konseling.36

Jadi dengan demikian di dalam proses konseling, seorang konselor menggunakan teknik atau pendekatan yang sedikit banyak merupakan penggabungan dari unsur-unsur directive dan client-centered (non directive). Hal ini bisa dilaksanakan dengan cara bahwa pada awal proses konseling konselor menggunakan teknik atau pendekatan non directive yang memberikan keleluasaan pada klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, dan kemudian digunakan teknik atau pendekatan directive oleh konselor untuk menyalurkan arus pemikiran klien yang lebih aktif.

Penggunaan teknik atau pendekatan ini menuntut fleksibilitas yang tinggi dari konselor untuk menyesuaikan diri dengan klien masing-masing, keahlian yang tinggi di samping pengalaman yang banyak dalam pelaksanaan konseling.37

Berdasarkan ketiga uraian mengenai teknik atau pendekatan di atas, supaya proses konseling berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka teknik atau pendekatan yang terbaik digunakan dalam proses konseling ialah harus disesuaikan dengan taraf perkembangan dan kondisi dari klien, jenis-jenis masalah yang

36

Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, hal. 171 37


(62)

46

dihadapi, waktu yang tersedia untuk konseling dengan kepribadian dan keterampilan yang dimiliki dari pihak konselor.38

Pelaksanaan teknik-teknik konseling seperti yang telah diuraikan, konselor tidak boleh menyimpang atau melanggar norma-norma atau etika Islam. Hendaknya ada beberapa hal yang harus diperhatikan, khususnya apabila konselor berlainan jenis dengan klien. Apabila keimanan konselor kurang kokoh, tidak mustahil ia akan terpengaruh atau tergoda hatinya, misalnya ketika seorang klien adalah seorang wanita yang cantik, dan demikian sebaliknya. Idealnya adalah seorang klien wanita hendaknya mencari seorang konselor yang wanita, demikian pula seorang pria hendaknya mencari seorang konselor yang pria, kecuali memang dalam kondisi terpaksa, atau dalam konseling kelompok.39

Konseling merupakan suatu aktifitas yang hidup dan mengharapkan akan lahirnya segala perubahan dan perbaikan yang sangat didambakan oleh konselor dan klien. Untuk mencapai tujuan yang mulia itu sangat diperlukan adanya beberapa teknik yang memadahi. Apabila tidak didukung dengan teknik-teknik yang memadai, tujuan utama konseling tidak akan tercapai dengan baik dan memuaskan bagi semua pihak, konselor maupun klien.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan dan

38

Ibid,.

39


(63)

47

konseling adalah bimbingan kelompok (group guidance) dan penyuluhan individual (counseling individual), bimbingan kelompok ini merupakan teknik pemberian bimbingan oleh seorang pembimbing kepada sekelompok murid yang menghadapi masalah, dengan cara

menyampaikan informasi yang berkenaan dengan masalah

pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi yang diberikan dalam bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak langsung.

Sedangkan konseling individual merupakan pemberian bantuan secara pribadi oleh konselor kepada klien dengan tujuan untuk membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien, dengan pelayanan ini murid berhadapan langsung dengan konselor untuk membicarakan masalah-masalahnya (face to face relation). Dalam konseling diharapkan konseli dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Konseling ini memiliki teknik-teknik sendiri, diantaranya directive counseling, client centered counseling dan electic counseling. Directive counseling merupakan teknik konseling yang dalam proses konseling kebanyakan berada di tangan konselor. Jadi dalam hal ini konselor lebih banyak mengambil


(64)

48

inisiatif dalam proses konseling, sehingga klien tinggal menerima apa yang dikemukakan oleh konselor. Nondirecive counseling atau client centered counseling merupakan teknik konseling yang dalam proses konselingnya, yang menjadi pusatnya adalah klien, bukan konselor, dalam teknik ini pemecahan masalah yang dihadapi oleh klien tetap tanggung jawab klien sendiri, walaupun konselor memberikan bantuan dengan pertanyaan dan ajakan tetapi tetap menekankan supaya klien memusatkan perhatian pada refleksi diri. Sedangkan Electic Counseling merupakan teknik penggabungan unsur-unsur dari

directive counseling dan nondirective counseling, pada permulaan proses konseling lebih cenderung ke nondirective counseling dengan menekankan keleluasaan bagi konseli untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, dan setelah itu mengambil peranan lebih aktif dalam menyalurkan arus pemikiran konseli. Penggunaan teknik ini menuntut fleksibilitas tinggi pada konselor untuk menyesuaikan diri dengan masing-masing konseli.

B. Tinjauan Tentang Akhlak Peserta Didik 1. Pengertian Akhlak

Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab “khuluq”, jamaknnya “khuluqun”, menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, perangai,

tingkah laku atau tabiat.40 Kata “akhlak” ini lebih luas artinya

daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia

40Hamzah Ja’cub,


(1)

167

Gresik terbilang cukup baik, dalam arti sangat jarang sekali terjadi

pelanggaran-pelanggaran berat yang bisa dijerat oleh hukum.

3. Berdasarkan perhitungan regresi linier sederhana bahwa semakin

serius tingkat pemberian bimbingan dan konseling, maka akan

berpengaruh pada akhlak peserta didik di MAN 2 Gresik. Dalam uji

koefisien determinasi, menunjukkan bahwa bimbingan dan konseling

berpengaruh terhadap akhlak peserta didik di MAN 2 Gresik diperoleh

46% dan sisanya 54% dipengaruhi oleh faktor lain, seperti latar

belakang peserta didik, keluarga, lingkungan masyarakat dan

sebagainya.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis

memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Hendaknya kepala sekolah mensosialisasikan kepada para peserta

didik bahwa guru BK ini menerima segala keluh kesah dan masalah

peserta didik dan siap membantu menyelesaikan permasalahan mereka.

Karena bagi para peserta didik, masih banyak yang menganggap guru

BK itu seorang guru yang menakutkan dan akan menghukup kesalahan

mereka.

2. Hendaknya para guru bimbingan dan konseling lebih dilakukan

pendekatan personal dengan itu peserta didik merasa lebih


(2)

168

dapat menjadikan peserta didik lebih senang dan tidak malu untuk

berkonsultasi atau menceritakan masalah-masalahnya kepada guru BK,

dengan itu maka akan lebih meningkatkan akhlak peserta didik di

MAN 2 Gresik. Karena salah satu sebab kurang berjalannya BK di

MAN 2 Gresik adalah kurang terbukanya para siswa kepada guru BK

untuk menceritakan masalah-masalahnya.

3. Hendaknya para peserta didik lebih meningkatkan akhlak mereka dan

lebih sering menceritakan masalah-masalah mereka kepada guru BK,

karena guru BK di MAN 2 Gresik ini bukan seseorang yang

menakut-nakuti dan menghakimi, tetapi guru BK di MAN 2 Gresik menganggap

para peserta didik itu sebagai teman dan siap menampung dan

menerima keluhan para peserta didik serta membantu menyelesaikan


(3)

169

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quraisyi, Syarif, Kamus Arab, Surabaya : Giri Utama

Amin, Samsul Munir, 2016, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta : Amzah

Anwar, Rosihon, 2008, Akidah Akhlak, Bandung: CV Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi, 2013, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

Jakarta: PT Rineka Cipta

Zainuddin dan Muhammad Jamhari, 1999, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak,

Bandung: CV Pustaka Setia

Gunawan, Yusuf , 2001, Pengantar Bimbingan dan Konseling : Buku

Panduan Mahasiswa, Jakarta : PT Prenhallindo

Hadi, Sutrisno, 1980, Metodologi Research Yogyakarta: Andi Offset

Hadi, Sutrisno, 1990, Metode Research Jilid 2 Yogyakarta: Andi Offset

Hajar, Ibnu, 1999, Dasar-Dasar Metodologi Kualitatif dalam Pendidikan,

Jakarta: Raja Grafindo Persada

Hallen A, 2005, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Teaching

Hasan, M. Ali, 1978, Tuntunan Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang

Hoffman, A. Edward, 1959, “An Analysis of Counselor Subroles”, (Journal of Counseling Psychology, No 1)

I, Djumhur, Surya, 1975, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung:


(4)

170

Ja’cub, Hamzah, 1978, Ethika Islam: Pokok-Pokok Kuliah Ilmu Akhlak, Jakarta: Publicita

L. Crow, dan A. Crow, 1960, An Introduction to Guidance, New york:

American Book Company

Mardalis, 1995, Metode Penelitian Pendekatan Proposal Jakarta: Bumi

Aksara

M. Arifin, 1979, Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan

Agama,Jakarta: Bulan Bintang

Mas’ud, Ali, 2012, Akhlak Tasawuf, Sidoarjo: CV Dwiputra Pustaka Jaya

Moleong, Lexy J, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda

Karya

Mujib, Abdul, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana

Muntholi'ah, 2002, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, Semarang:

Gunungjati

Nata, Abuddin, 2001, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, Cet. 2

Natawidjaja, Rochman, 1987, Pendekatan-Pendekatan dalam Penyuluhan

Kelompok, Bandung: CV Diponegoro

Prayitno, Erman Amti, 1999, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:

PT RINEKA CIPTA

Prayitno, Erman Amti, 2009, Dasar-Dasar Bimbingan & Konseling, Jakarta:


(5)

171

Salahuddin, Anas, 2010, Bimbingan dan Konseling, Bandung: CV. Pustaka

Setia

Sudarsono, 1997, Kamus Konseling, Jakarta: PT RINEKA CIPTA

Sudirman, 2000, Dirosah Islamiyah I (Islamic Intensive Study) pada PTU,

Stiekn Press

Sudirman, 2012, Pilar-pilar Islam Menuju Kesempurnaan Sumber Daya

Muslim, Malang: UIN Maliki Press

Sudjono, Anas, 1995, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindon

persada

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Pendidikan Pendeketan Kuantitatif,

Kualitatif, Dan R&D Bandung: Alfabeta

Sugiyono, 2010, Statistik Untuk Penelitan (Bandung: Alfabeta

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D Bandung:

Alfabeta

Sukardi, Dewa Ketut, 1983, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah,

Surabaya: Usaha Nasional

Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di

Sekolah, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA

Sukardi, Dewa Ketut, 1995, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,

Jakarta, PT. RINEKA CIPTA

Supriatna, Mamat, 2011, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi,


(6)

172

Suryabrata, Sumadi, 1998, Metodologi Penelitian, Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada

Syamsuddin, Ali, 2009, Mengukir Sifat Kepribadian Muslim, Yogyakarta:

Graha Ilmu

Syekh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, kitab Syarah Riyadhush Shalihin

V/204-205

Trianto, 2011, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Umarie, Barmawie, 1978, Materi Akhlak, Solo: Ramadhani

Walgito, Bimo, 1986, Bimbingan san Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta:

Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM

Warsito, Hermawan, 2005, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama

W.S Winkel, 1989, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, Jakarta:

Gramedia

..., UU RI, No. 20, Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.pdf