Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Praktik Perjudian (Studi Kasus “Judi Kupon Togel” Di Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, ProvinsiMaluku Utara) T2 092011009 BAB II

Ba b 2

KAJIAN TEORITIS

Pengertian Umum Tentang Judi
Perjudian sudah ada sejak zaman dahulu dilakukan oleh
masyarakat kita. Pada mulanya pengertian perjudian menurut yang
dikenal masyarakat adalah suatu permainan, yang disertai dengan
taruhan, karena bagi masyarakat perjudian adalah segala sesuatu yang
berbau taruhan saja. Umumnya mereka tidak merasa kalau telah
melakukan perjudian, namun pada kenyataannya mereka sudah melakukan perjudian tersebut, hal itu dilakukan karena untuk mengisi
waktu yang senggang. Kartono, (1999) mengatakan pada mulanya
perjudian itu berwujud permainan atau kesibukan pengisi waktu
senggang guna menghibur hati, jadi sifatnya rekreatif dan netral. Pada
sifat yang netral ini, lambat laun ditanamkan unsur baru untuk
merangsang kegairahan bermain dan menaikan ketegangan serta
pengharapan untuk menang, yaitu barang taruhan berupa uang, benda
atau sesuatu tindakan yang bernilai.
M enurut Siem, (1988) berjudi sebagai kegiatan rekreatif yang
dilarang. Pendapat Siem tersebut, bila dilihat dalam pandangan hukum
dan agama tidak diperbolehkan melakukan perjudian. Dalam

pandangan hukum dilarang melakukan perjudian, seperti dalam kitab
KUHP pasal 303 ayat 3, yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap
permainan, yang di mana pada umumnya kemungkinan mendapat
untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya
lebih terlatih atau mahir. Selanjutnya dikatakan, barang siapa ikut serta
dalam berjudi diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh
tahun atau pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah,
(KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika 2006). Dalam pandangan agama
menurut Kartono, (1999) mengatakan bagi para penganut agama
13

Kristen, berjudi adalah barang larangan. M asih dengan Kartono, (1999)
agama Islam juga melarang perjudian; perbuatan berjudi dan
pertaruhan dianggap sebagai dosa atau perbuatan haram.
Dari pendapat di atas jelas mengatakan berjudi dari pandangan
hukum dan agama merupakan perbuatan yang dilarang. Dalam hukum
dikatakan apabila kedapatan seseorang ikut serta dalam berjudi akan
dipidanakan penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau dengan
pidana denda berupa uang paling banyak Rp. 25.000.000 (dua puluh
lima juta rupiah). Dan dalam agama dilarang karena berjudi merupakan

perbuatan dosa atau haram.
M enurut Bawengan, (1991) berpendapat perjudian adalah
mempertaruhkan uang atau benda berharga, mengharapkan keuntungan dengan dasar spikulasi belaka. M engharapkan keuntungan
atau harapan untuk menang inilah yang merupakan daya tarik bagi
setiap perjudian.
Perjudian merupakan pertaruhan yaitu mempertaruhkan
sesuatu yang dianggap bernilai seperti uang, dengan impian untuk
mendapatkan keuntungan atau sesuatu yang lebih dari pertarungan
yang dilakukan itu. M aka dari itu perjudian banyak digemari
masyarakat. Sama halnya yang dikemukakan oleh Carson dan Butcher,
(1992) dalam buku Abnormal Psychology and M odern Life, mendefinisikan perjudian sebagai memasang taruhan atas suatu permainan
atau kejadian tertentu dengan harapan memperoleh suatu hasil atau
keuntungan yang besar. Apa yang dipertaruhkan dapat saja berupa
uang, barang berharga, makanan, dan lain-lain yang dianggap memiliki
nilai tinggi dalam suatu komunitas. M enurut Purwanto, (2012) modal
judi seringkali adalah tanah yang mereka miliki ataupun barang-barang
berharga yang ada di rumah mereka atau warisan.
Perjudian sebagai bentuk permainan dengan menggunakan
taruhan berupa uang, barang-barang berharga atau bernilai dengan
harapan dari permainan tersebut bisa mendapat keuntungan yang

besar. Harapan memperoleh hasil atau keuntungan yang besar dalam
berjudi membuat ketegangan yang berbeda-beda pada setiap pemain,
14

dari itu perilaku setiap orang berbeda-beda dalam melakukan
perjudian. Ketidakpastian hasil dalam melakukan perjudian memunculkan banyak angan-angan yang terkadang meleset dari harapan dan
menimbulkan ketegangan tersendiri pada setiap penjudi. Ketegangan
itu menimbulkan berbagai perilaku bagi setiap penjudi. Keteganganketegangan menjadi semakin memuncak oleh tidak adanya kepastian
menang atau kalah Kartono, (1999).
Greenson (dalam Bawengan, 1991) membagi perilaku penjudi
menjadi 3 jenis tipe, yaitu :
1. Normal person, atau orang normal (biasa) yang berjudi sebagai
hiburan atau iseng dan mampu menghentikannya bila individu
tersebut menghendakinya.
2. Professional gamblers, ialah orang yang memilih perjudian
sebagai mata pencahariannya.
3. Neurotic gambler, ialah penjudi yang neurotic, melakukan
perjudian karena dorongan alam tidak sadarnya dan sulit untuk
menghentikannya. Tipe ini termasuk dalam habitual criminal
yaitu tindak kriminal yang dilakukan berulang-ulang tanpa

memikirkan dampaknya. Biasanya tipe ini adalah individu yang
mempunyai ketagihan (addicted) untuk terus berjudi. Tipe ini
dibedakan menjadi dua tipe lagi yaitu;
a. Solitaire gambler, yaitu penjudi yang mempunyai perilaku
berjudi secara individual dalam mengadu untung. M isalnya
berjudi dengan media pinball atau mesin jackpot.
b. Social gambler, yaitu penjudi yang mempunyai perilaku
berjudi membutuhkan orang lain sebagai lawan bermain
dalam mengejar keuntungan. M isalnya judi permainan
kartu dan dadu.
Perilaku penjudi menurut Greenson dapat disimpulkan antara
lain yaitu norman persion (orang yang nomal/biasa) melakukan judi
15

sebagai hiburan, bagi Professional gamblers perjudian sebagai mata
pencahariannya, dan untuk Neurotic gambler, penjudi yang neurotic,
melakukan perjudian karena dorongan alam tidak sadarnya sehingga
ketagihan dan sulit untuk berhenti.
M enurut para ahli ada 5 (lima) faktor yang amat berpengaruh
dalam memberikan kontribusi pada perilaku berjudi, (Papu, 2002).

Kelima faktor tersebut adalah:
1) Faktor Sosial dan Ekonomi: Bagi masyarakat dengan status sosial
ekonomi yang rendah perjudian seringkali dianggap sebagai
suatu sarana untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
2) Faktor Situasional: Situasi yang bisa dikategorikan sebagai
pemicu perilaku berjudi, diantaranya adalah tekanan dari
teman-teman atau kelompok lingkungan untuk berpartisipasi
dalam perjudian dan metode-metode pemasaran yang dilakukan
oleh pengelola perjudian.
3) Faktor Belajar: Sangatlah masuk akal jika faktor belajar memiliki
efek yang besar terhadap perilaku berjudi. Apa yang pernah
dipelajari dan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan akan
terus tersimpan dalam pikiran seseorang dan sewaktu-waktu
ingin diulangi lagi. Inilah yang dalam teori belajar disebut
sebagai Reinforcement Theory yang mengatakan bahwa perilaku tertentu akan cenderung diperkuat/diulangi bilamana
diikuti oleh pemberian hadiah/sesuatu yang menyenangkan.
4) Faktor Persepsi Tentang Probabilitas Kemenangan: Persepsi
yang dimaksudkan disini adalah persepsi pelaku dalam membuat
evaluasi terhadap peluang menang yang akan diperolehnya jika
ia melakukan perjudian.

5) Faktor Persepsi Terhadap Ketrampilan: Perjudian yang merasa
dirinya sangat terampil dalam salah satu atau beberapa jenis
permainan judi akan cenderung menganggap bahwa keberhasilan atau kemenangan dalam permainan judi adalah karena
keterampilan yang dimilikinya.
16

M enurut Sanderson, (2000) tentunya banyak sekali penyebab
mengapa seseorang melakukan perjudian, di antaranya adalah
Kekurangan ekonomi. M asyarakat semacam ini membutuhkan
rangsangan untuk melakukan perbaikan terhadap keterbelakangannya
dalam hal ekonomi, cepat mereorganisasikan diri.
Selanjutnya menurut Simanjuntak, (1981) ada beberapa faktor
yang menyebabkan timbulnya perjudian antara lain:
a) Adanya pertaruhan yang mengharapkan keuntungan
b) Aspirasi materiil dari masyarakat
c) Longgarnya norma sosial masyarakat
d) Ada spekulasi dan fantastik
Para pemain judi selalu membayangkan adanya harapan untuk
memperoleh keuntungan yang besar secara mendadak, dan menurut
mereka makin semakin pintar dan terbiasa, seorang pemain judi

mempunyai kemungkinan besar untuk memperoleh keuntungan
dengan mendapatkan sejumlah uang yang besar. Perjudian yang sering
terjadi di masyarakat disebabkan beberapa faktor antara lain faktor
ekonomi di lingkungan sosial masyarakat, longgarnya norma-norma
dalam masyarakat, faktor ketrampian atau keahlian yang dimilikinya,
adanya pertaruhan yang mengharapkan keuntungan.
Papu, (2002) menjelaskan bahwa perjudian sebagai perilaku yang
melibatkan adanya resiko kehilangan sesuatu yang berharga dan
melibatkan interaksi sosial serta adanya unsur kebebasan untuk
memilih apakah akan mengambil resiko kehilangan tersebut atau tidak.
Pendapat senada juga menurut Stephen Lea, dkk dalam buku The
Individual in the Economy, A Textbook of Economic Psychology,
(1987, dalam Papu 2002) menurut mereka perjudian tidak lain dan
tidak bukan adalah suatu kondisi dimana terdapat potensi kehilangan
sesuatu yang berharga atau segala hal yang mengandung risiko.

17

Namun demikian, perbuatan mengambil risiko dalam perilaku
berjudi, perlu dibedakan pengertiannya dari perbuatan lain yang juga

mengandung risiko. Ketiga faktor yang membedakan perilaku berjudi
dengan perilaku lain yang juga mengandung resiko, menurut Papu
(2002):
1. Perjudian adalah suatu kegiatan sosial yang melibatkan sejumlah
uang (atau sesuatu yang berharga) di mana pemenang
memperoleh uang dari yang kalah.
2. Risiko yang diambil bergantung pada kejadian-kejadian dimasa
mendatang, dengan hasil yang tidak diketahui, dan banyak
ditentukan oleh hal-hal yang bersifat kebetulan atau
keberuntungan.
3. Resiko yang diambil bukanlah suatu yang harus dilakukan;
kekalahan atau kehilangan dapat dihindari dengan tidak ambil
bagian dalam permainan judi.
Dalam berjudi resiko yang diambil tergantung pada kejadiankejadian di masa mendatang, dengan hasilnya yang tidak diketahui,
baik keuntungan atau kerugian yang akan didapat. Perjudian
merupakan suatu aktivitas di mana terjadi pertaruhan dalam bentuk
uang atau benda berharga, dengan menyadari adanya resiko dan
harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa, perlombaan, permainan
atau kejadian-kejadian yang tidak dan atau belum tentu hasilnya.
Dari pendapat-pendapat yang sudah dikemukakan, maka secara

sederhana dapat disimpulkan bahwa perjudian adalah kegiatan,
perbuatan atau permainan yang sifatnya untung-untungan dengan
mempergunakan uang atau barang sebagai taruhannya. Pada dasarnya
perjudian dalam hukum dan agama dilarang karena bersifat ilegal.
Perjudian mengandung unsur yang meliputi; adanya aktivitas
atau perbuatan manusia; permainan atau perlombaan; dengan menggunakan uang atau barang yang bernilai sebagai taruhannya; bersifat
untung-untungan atau tidak, di mana dalam permainan tersebut belum
diketahui kekalah atau kemenangan yang diperoleh; dan adanya ele18

men resiko (resiko ditentukan oleh individu; kekalahan atau kehilangan dapat dihindari dengan tidak ikut serta dalam permainan judi).

Berjudi Kajian Sosial
Berjudi dari aspek sosial dikaji menggunakan teori Social
Capital (M odal Sosial), dan Actor Network Theory “ANT” (Teori
Jaringan Aktor). M uncul pertanyaan apa hubungannya kedua teori
tersebut dengan perjudian? berikut kajiannya:
Social Capital (M odal Sosial)

Teori social capital (modal sosial) pertama kali didiskusikan
pada tahun 1916 (Lin, 2001). Sejak kajian pertama tentang modal sosial

dilakukan pada awal tahun 1916 oleh Lyda Judson Hanifan sampai
dengan lahirnya kajian modern mengenai modal sosial di akhir abad 20
(dua puluh) yang dipelopori oleh Robert D. Putnam, James S. Coleman,
dan Francis Fukuyama, telah banyak definisi yang diberikan oleh para
ahli mengenai modal sosial.
Syamni, (2010) social capital yang kontemporer ditawarkan
pertama kali oleh (Bourdie, 1986) yang mengatakan social capital
merupakan keseluruhan sumber konsep aktual atau potensial, yang
dihubungkan dengan kepemilikan dari suatu jaringan yang tahan lama
atau lebih kurang hubungan timbal balik antar institusi yang
dikenalnya. Putnam, (1993 dalam Field, 2003) mendefinisikan modal
sosial merujuk pada bagian dari organisasi sosial, seperti kepercayaan,
norma dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat
dengan memfasilitasi tindakan-tindakan terkoordinasi. Selanjutnya
Putnam, (1995) mendefinisikan modal sosial sedikit berubah, bahwa
yang dimaksud dengan modal sosial adalah bagian dari kehidupan
sosial, jaringan, norma dan kepercayaan yang mendorong partisipan
bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama.
19


Dari pendapat di atas, Bourdie dan Putnam melihat modal
sosial terletak pada bagian kelompok organisasi atau institusi seperti
kepercayaan, norma, jaringan yang dapat menfasilitasi terbentuknya
tindakan bersama. Selanjutnya juga Putnam menyebutkan bahwa
modal sosial merupakan bagian dari kehidupan sosial, jaringan, norma
dan kepercayaan yang menfasilitasi orang-orang bertindak bersama
secara efektif untuk mencapai tujuan bersama.
M enurut Fukuyama (1995) menyatakan modal sosial adalah
kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan (trust) dalam sebuah
komunitas. M odal sosial adalah suatu rangkaian proses hubungan antar
manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma dan kepercayaan
social yang memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi dan
kerjasama untuk keuntungan dan kebajikan bersama (Cox, 1995).
Porter, (1998) mendefinisikan social capital merupakan kemampuan
seseorang untuk memperoleh manfaat dengan kebaikan dari keanggotaan di dalam jaringan sosial atau struktur sosial lainnya. Coleman,
(1999) yang mendefinisikan modal sosial sebagai a variety of different
entities, with two elements in common: they all consist of some aspect
of social structure, and they facilitate certain actions of actors – wether
personal or corporate actors – within the structure. Dalam konsep ini,
Coleman berusaha menjelaskan bahwa modal sosial adalah
kemampuan masyarakat bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama
di dalam berbagai kelompok organisasi.
Dari pendapat di atas didapati pengertian modal sosial adalah
merupakan kemampuan yang ada dalam diri seseorang sehingga
mereka mampu bekerjasama untuk mencapai tujuan serta keuntungan
bersama di dalam kelompok organisasi yang ditopang dengan adanya
jaringan, norma-norma dan kepercayaan.
M enurut Baker (2000) mengatakan sosial capital adalah sumber
daya yang tersedia dalam pribadi seseorang dan jaringan kerja yang
dimiliki. Cohen dan Prusak (2001) mendefinisikan bahwa social capital
merupakan suatu kesediaan melakukan hubungan aktif antara
seseorang meliputi; kepercayaan, kerjasama yang saling mengun20

tungkan, berbagi nilai dan perilaku yang mengikat setiap anggota
jaringan dan kemasyarakatan juga kemungkinan membuat kerjasama.
Sedangkan menurut W orld Bank, (2003) mengartikan social capital
sebagai lembaga, hubungan sosial, network, kejujuran, pembentukan
norma yang berkualitas dan kuantitas interaksi sosial dengan masyarakat. Lebih lanjut Ibrahim, (2006) menyebutkan bahwa hakitat modal
sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan seharihari warga masyarakat. Di mana hubungan sosial mencerminkan hasil
interaksi sosial dalam waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan
jaringan, pola kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya termasuk
norma, dan nilai yang didasari hubungan sosial tersebut. Pola sosial
inilah yang mendasari kegiatan bersama atau kegiatan kolektif antar
warga masyarakat. Soetomo, (2013) mengatakan modal sosial dapat
didefenisikan dalam bentuk solidaritas sosial yang bersumber dari
kesadaran kolektif, saling percaya asas timbal balik dan jaringan sosial.
Dari pendapat-pendapat itu dapat dikatakan social capital
(modal sosial) adalah bentukan dari hubungan yang menekankan pada
nilai-nilai kebersamaan, kepercayaan, kerjasama baik dalam suatu
komunitas maupun antar komunitas. M odal sosial merupakan sumber
daya yang terdapat dalam diri seseorang sehingga ia mampu
membangun jaringan dan bekerjasama dengan orang lain dalam waktu
lama. M odal sosial merupakan rangkaian hubungan sehari-hari antar
manusia yang menekankan pada pola-pola hubungan dalam sebuah
komunitas, dengan ruang perhatian pada kepercayaan, jaringan, norma
dan nilai.
Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan
pengertian dari modal sosial adalah sebagai sumber daya yang muncul
dari hasil interaksi sosial dalam suatu komunitas, baik antar individu,
antar kelompok atau organisasi yang menghasilkan serangkaian
jaringan-jaringan sosial, rasa saling percaya, kesamaan nilai-nilai,
norma-norma informal, dan hubungan timbal balik, yang berguna
dalam kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

21

M elihat dari pendapat-pendapat yang sudah dikemukakan
mengenai modal sosial, maka terlihat ada elemen-elemen penting terkait modal sosial tersebut. Secara umum gambaran tentang social
capital (modal sosial), terdapat dalam tabel berikut yang disajikan secara ringkas mengenai beberapa pengertian dan elemen-elemen dasar.
Tabel 2.1

Beberapa Pengertian dan Elemen Dasar dari Social Capital
Sumber

Coleman
(1988)

Pengertian dan Elemen Dasar dari Social Capital

Social capital consists of so me aspects of social structures, and they
facilitate certain actions of actors -- whether personal or corporate
actors -- within the structure (modal sosial terdiri dari aspek
individualis dalam struktur sosial yang dapat digunakan oleh pelaku –
baik individu ataupun kelompok – untuk melakukan beberapa
tindakan dalam struktur sosial tersebut).
Putnam
Features of social organization, such as trust, norms (or reciprocity),
et.al
and networks (of civil engagement), that can improve the efficiency
(1993)
of society by facilitating coordinated actions (ciri-ciri organisasi sosial
diantaranya kepercayaan, norma (hubungan timbal balik), dan
jaringan (hubungan antar masyarakat) yang dapat meningkatkan
efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan terkoordinasi).
Narayan
The rules, the norms, obligations, reciprocity and trust embedded in
(1997)
social relations, social structure and society’s institutional
arrangements which enable members to achieve their individual and
community objectives (aturan, norma, kewajiban, timbal balik, dan
kepercayaan melekat dalam hubungan sosial, tingkatan sosial dan
struktur dalam lembaga sosial yang memungkinkan anggota suatu
kelompok sosial untuk mencapai tujuan individu dan kelompok
mereka).
W orld
Social capital refers to the institutions, relationships, and norms that
Bank
shape the quality and quantity of a society’s social interactions (modal
(1998)
sosial merupakan adat istiadat, hubungan dan norma yang
membentuk kualitas dan kuantitas interaksi sosial masyarakat).
Uphoff
Social capit.al can be considered as an accumulation of various types
(1999)
of intangible social, psychological, cultural, institutional, and related
assets that influence cooperative behavior (modal sosial dapat
didefinisikan sebagai sebuah himpunan beberapa aset sosial,
psikologis, budaya, adat istiadat, dan aset-aset terkait yang
mempengaruhi perilaku kooperatif).
Sumber : Subejo, 2004
22

Berdasarkan pada beberapa pengertian dan elemen pada social
capital seperti dalam tabel 2.1, nampak elemen-elemen utama dari
social capital mencakup norms, reciprocity, trust, dan network.
Keempat elemen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
perilaku kerjasama untuk mencapai hasil yang diinginkan yang mampu
mengakomodasi kepentingan individu yang melakukan kerjasama
maupun kelompok secara kolektif.
Lebih lanjut menurut Fukuyama, (1995) unsur pokok modal
sosial meliputi; (1) adanya kepercayaan adalah suatu bentuk keinginan
untuk mengambil resiko dalam hubungan sosial yang didasari oleh
perasaan yakin bahwa yang lainnya akan melakukan sesuatu seperti
yang diharapkan dan akan bertindak dalam pola tindakan yang saling
mendukung. Berbagai tindakan kolektif yang di dasari rasa saling
percaya yang tinggi akan meningkatkan partisipasi masyarakatnya; (2)
Resiprocity (saling tukar kebaikan) merupakan dimensi modal sosial
dimana orang dapat dipastikan akan memberikan kebaikan kepadanya
dan orang lain pun akan menerima kebaikan dari yang lainnya. Dalam
prinsip ini ada semangat untuk membantu dan mementingkan
kepentingan orang lain; (3) norma sosial, yakni sekumpulan aturan
yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat
tertentu. Bila suatu masyarakat memiliki norma sosial yang mendukung ke arah tujuan bersama maka modal sosial masyarakat tersebut
dapat dikatakan kuat, tetapi bila norma itu menghambat tujuan
bersama yang lebih baik lagi, maka modal sosial dapat dikatakan lemah;
(4) Nilai-nilai yang dimiliki bersama oleh masyarakat seperti nilai
harmoni, prestasi, kerja keras, dan kompetisi.
Dari pendapat-pendapat itu dapat disimpulkan modal sosial
terdapat unsur-unsur yaitu; 1) Norms (norma-norma) merupakan
aturan-aturan yang ada dalam sebuah masyarakat atau organisasi, di
mana dengan adanya aturan tersebut diharapkan dapat dipatuhi oleh
anggota masyarakat atau anggota organisasi ternetu. 2) Values (Nilainilai) merupakan ide yang telah turun temurun dianggap benar dan
penting oleh anggota kelompok masyarakat, seperti nilai harmoni,
prestasi, kerja keras, dan kompetisi. 3) Trust (kepercayaan) berbagai
23

tindakan kolektif yang di dasari rasa saling percaya yang tinggi akan
menjaga hubungan dalam masyarakat untuk tetap berjalan terus. 4)
Networks (jaringan-jaringan) jaringan memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan
memperkuat kerjasama. 5) Resiprocity (saling tukar kebaikan) kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok
atau antar kelompok itu sendiri. Terjadinya pertukaran kebaikan dalam
kelompok dipastikan akan memberikan kebaikan yang bermanfaat
untuk semua anggota.

H ubungan Sosial Capital (M odal Sosial) dengan Perjudian

M odal sosial merupakan suatu konsep yang muncul dari adanya
interaksi antar masyarakat dalam proses yang lama. M eskipun interaksi
terjadi karena berbagai alasan, masyarakat atau orang-orang berinteraksi, berkomunikasi, dan menjalin kerjasama pada dasarnya
dipengaruhi oleh keinginan dengan berbagai cara untuk mencapai
tujuan bersama. Interaksi seperti ini melahirkan modal sosial yang
berupa ikatan emosional yang menyatukan masyarakat atau orangorang untuk mencapai tujuan bersama, yang kemudian menumbuhkan
suatu kepercayaan diantara mereka.
Dalam konteks perjudian, modal sosial mempunyai pengaruh
yang cukup besar, sebab ada beberapa hal dalam perjudian sangat
dipengaruhi oleh modal sosial, antara lain perjudian (kegiatan judi
togel) memiliki jaringan yang besar, membentuk kerjasama, melibatkan banyak anggota masyarakat, distribusi dan keamanannya sangat
kuat. Seperti yang dikatakan oleh Bagus, (2003) konsumen dalam
perjudian togel pun beragam status sosial ekonominya dari
pengangguran, tukang becak, pegawai kantor sampai pada pengusaha.
Dalam distribusinya, judi kupon togel mempunyai jaringan yang
kompleks. Jaringan distribusi dan keamanannya sangat kuat dan
banyak anggota masyarakat yang terekrut dalam jaringan tersebut.
Selanjutnya Azania, (2013) mengatakan bahwa kegiatan judi togel
memiliki jaringan yang kompleks, terdapat peran di dalam jaringan
24

yang saling berhubungan dan saling memberi keuntungan. Hal-hal ini
terbangun oleh adanya rasa saling mempercayai, kesamaan pandangan
antar individu dalam melakukan perjudian dan membentuk jaringan
kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam perjudian togel banyak elemen individu yang saling
berhubungan dan berinteraksi. Saling percaya (trust), jaringan-jaringan
(networks) merupakan unsur modal sosial yang terbangun dalam
perjudian tersebut, dari situlah membentuk jaringan kerjasama yang
kuat dan kompleks agar supaya perjudian itu bisa terus berlangsung
lama dan tetap ada.

Actor Network Theory “ANT” (Teori Jaringan Aktor)

Actor Network Theory (Teori Jaringan Aktor) adalah
pendekatan interdisipliner pada studi ilmu-ilmu sosial dan studi
teknologi. Actor Network Theory atau sering disingkat ANT, sampai
sekarang telah berevolusi sangat jauh dan berkembang, ANT di pakai
oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan. Actor Network Theory “ANT”
berkembang sejak pertengahan 1980an melalui riset-riset empiris oleh
Bruno Latour (1987), M ichel Callon (1986), dan John Law (1987). Para
penggagas ANT berpendirian bahwa masyarakat itu bukan hanya
sekadar berisi unsur-unsur individu manusia serta norma yang
mengatur kehidupan mereka, tetapi lebih dari itu dia bergerak dalam
sebuah “jaringan”. ANT berpendapat bahwa sebuah penemuan ilmiah
tidak berasal dari satu orang tertutup saja. Namun demikian sebuah
teori ilmiah berasal dari jaringan-jaringan baik suatu subjek (manusia)
maupun objek mati (non-manusia).
Terdapat beberapa konsep penting dalam ANT, yaitu aktor/
aktant dan jaringan (network). Aktor mendefinisikan hubungan antara
satu sama lain dengan perantara: seorang aktor pencipta perantara dan
menuliskan makna sosial ke dalamnya. Perantara menggambarkan
jarringan sekaligus menyusun jaringan tersebut dengan memberi
mereka bentuk (Callon, 1991). Aktor biasanya ditemukan dalam
25

bentuk teks, artefak teknis, uang, atau keterampilan manusia. Jaringan
adalah keterkaitan antara manusia, komponen teknologi, organisasi
atau badan-badan teknologi (technology bodies) yang memiliki
kepentingan terkait (W alsham & Sahay, 1999).
Cara pandang ANT yang khas tentang aksi dan aktor adalah
adanya keagenan manusia dan non-manusia (objek-objek teknis)
(Callon and Law, 1997; Callon, 1991). Perbedaan mendasar dari
keagenan manusia dan non manusia (objek-objek teknis) adalah agen
manusia memiliki pilihan-pilihan, memutuskan pilihan-pilihan, dan
mengharapkan sesuatu dari aksi-aksinya. Sebaliknya, agen nonmanusia (material) tidak memiliki pilihan-pilihan. ANT memandang
perbedaan ini tidak relevan dalam analisis empiris atas aksi. Karena
agen-agen manusia dan non manusia sama-sama memberikan
kontribusi ke dalam aksi, maka analisis atas aksi harus memperlakukan
keduanya secara simetris. Semua unsur manusia dan non manusia
berperan dalam memelihara keutuhan jaringan. Jaringan heterogen
adalah hal yang fundamental bagi ANT. Jaringan dan aksi merupakan
suatu yang tidak terpisahkan. Suatu aksi mendapat sumbernya dari
jaringan dan suatu jaringan terbentuk dari aksi-aksi.
Dalam perspektif teoritis yang ditawarkan ANT, entitas sosial
dan entitas teknis adalah dua aspek yang dari sebuah realitas tunggal
yaitu jaringan-aktor. ANT menganalogikan jaringan-aktor yang stabil
seperti sebuah black box dalam pesawat (Priyatma, 2011).
Dari pendapat-pendapat di atas dapat terlihat pada umumnya
ANT mengembangkan konsep mengenai aktor-jaringan. Konsep
jaringan tidak hanya berfokus pada relasi sosial aktor manusia, tetapi
mencakup aktor-aktor non manusia yaitu sebuah jaringan heterogen
(beragam). Aktor merupakan sesuatu yang ikut beraksi, yang bukan
hanya manusia, melainkan juga merupakan obyek teknis.
a) Aktor

Aktor adalah pelaku, yang menjadi pertanyaan berapa banyak
pelaku dalam melaksanakan sebuah aksi. Seperti halnya dalam
26

perjudian togel, bandar utama tidak hanya bertindak sendiri
dalam menjalankan judi togel, sebab ia membutuhkan aktor lain
(dalam menjalankan perjudian togel) bandar wilayah sebagai
pelaku yang menjual produk (kupon togel) membutuhkan aktor
lain backing/keamanan (untuk mempermudah menjalankan judi
togel) dan pengepul dan pengecer (dalam menjual kupon togel)
membutuhkan aktor lain penjudi/pembeli (untuk membeli
kupon togel).
b) Jaringan

Jaringan (network) adalah jejala, atau yang terangkai atau
terhubung. Aktan (aktor pengendali), dalam teori jaringan
(ANT) telah mengembangkan suatu kosa kata yang tidak
mengambil perbedaan antara subyek dan obyek, subjektif dan
objektif, ke dalam pertimbangan sebagai aktor. Aktor mungkin
terdaftar sebagai sekutu untuk memberi kekuatan untuk suatu
posisi. Dalam teori ini disebutkan terdapat aktor dan jaringan.
Aktor adalah semua elemen yang terhubung dalam sistem yang
nantinya akan membentuk jaringan secara alamiah. Aktor yang
mampu mengontrol aktor lain disebut sebagai aktan. Aktan
memiliki kemampuan untuk bergerak masuk dan keluar suatu
jaringan berdasarkan kemauan dan kepentingannya. Aktan
merupakan elemen utama dan menjadi penggerak dalam
jaringan.
Dalam perjudian togel yang disebut dengan aktor adalah kupon
togel, modal/uang, teknologi, bandar utama, bandar wilayah,
backing, pengepul, pengecer dan pembeli, dan yang disebut
sebagai aktan adalah bandar utama dan bandar wilayah yang
dapat mengendalikan aktor lain, seperti bandar utama mampu
mengendalikan teknologi untuk diterapkan dalam perjudian
togel. ANT tidak menjelaskan kenapa ada jaringan tetapi lebih
tertarik pada infrastukturnya, bagaimana dia terbentuk dan
rusak dan lain sebagainya. ANT memakai Principle of Generated
Symmetry, dimana manusia dan non manusia digabungkan
27

dalam sebuah framework konseptual yang sama. Dalam hal ini
manusia dan non manusia sering keduanya dapat bertindak
sebagai actant (aktan).

Dari sini dapat disimpulkan bahwa, Actor Network Theory
“ANT” (Teori Jaringan Aktor) pada dasarnya menggambarkan manusia
dan bukan manusia (non manusia). “Aktan (aktor pengendalai)”
merupakan elemen utama dan menjadi penggerak dalam jaringan.
Aktor banyak digunakan untuk berbicara tentang peran manusia dalam
jaringan atau aktor-jaringan. Dalam perjudian togel terdapat Aktoraktor (manusia dan non manusia) yang saling berhubungan dalam
jaringan judi togel diantaranya (manusia: adanya bandar, backing,
pengepul, pengecer dan pembeli), (non manusia: adanya teknologi
yang dimanfaatkan dalam melakukan dan menjalankan judi togel).
Seperti yang dikatakan oleh Azania, (2013) dalam permainan judi togel
terdapat pemanfaatan teknologi yang diterapkan oleh “karyawan”
bandar, dengan cara menjalankan judi togel menggunakan teknologi
internet.

Berjudi Kajian Ekonomi
Setiap tindakan ekonomi individu atau aktor selalu mendasarkan pada kegiatan yang paling menguntungkan bagi dirinya. Pilihan
tindakan yang paling menguntungkan itu dinamakan tindakan rasional
karena secara naluri individu atau aktor pasti akan mempertimbangkan
apa yang paling baik untuk dirinya. Jika dahulu kita mengenal prinsip
ekonomi yang itu menuntut manusia untuk mengorbankan sesuatu
yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya, justru dengan bunyi prinsip ekonomi seperti itu menjadi

28

tidak rasional. Sedikit mustahil jika dengan uang Rp.1.000 kita berharap keuntungan Rp.1.000.0001.
Dalam kegiatan perjudian hal tersebut merupakan sesuatu yang
wajar dan bisa saja terjadi. Dimana orang melakukan perjudian dengan
mempertaruhkan modal yang kecil berharap mendapat keuntungan
yang besar. Seperti halnya dalam melakukan perjudian togel. Uang Rp.
1.000 (seribu rupiah) yang digunakan dalam memasang angka nomor
togel bila menang (2 angka mendapatkan 60.000 rupiah, 3 angka
mendapatkan 300.000 rupiah dan 4 angka mendapatkan 2.000.000
rupiah (Kartono, 2001).
Individu atau aktor pada dasarnya ingin selalu mendapatkan
keuntungan terutama keuntungan yang berlipat dengan usaha yang
minimum. Sebenarnya keinginan manusiawi tersebut berdasarkan pada
prinsip ekonomi yaitu “Dengan beban biaya minimal mendapatkan
hasil yang maksimal”. Prinsip tersebut yang juga diadopsi oleh aktor
dalam menimbulkan motivasi untuk berjudi. Para aktor (penjudi) yang
mempraktikkan perjudian dikarena termotivasi pada keuntungan yang
berlipat ganda. Dengan pengeluaran modal yang kecil dapat menghasilkan modal yang besar, ini dilihat dari faktor kemenangan dalam
melakukan perjudian.
Prinsip ekonomi dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja,
dan di mana saja dalam kehidupan sehari-hari. Individu atau aktor
yang berprinsip ekonomi selalu menghitung biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang akan diperolehnya. Setiap tindakan memerlukan
biaya dan menghasilkan manfaat. Oleh karena itu pelaku ekonomi
harus bisa memiliki tindakan yang paling menguntungkan.
Siapa saja pelaku ekonomi itu? setiap orang atau individu
adalah pelaku ekonomi tidak terkecuali. Kegiatan atau aktivitas
ekonomi itu sendiri meliputi proses produksi, distribusi dan konsumsi.
Setiap individu atau aktor sebagai pelaku ekonomi pasti tidak mungkin

1

Sumber : http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2335219-prinsipekonomi/#ixzz2cD6r92Xh. Diunduh Juni 2013.
29

terlepas dari proses atau kegiatan ekonomi. Individu atau aktor pasti
biasanya menjalani beberapa proses sekaligus. Banyak faktor
pendorong yang membuat kegiatan ekonomi ini mengalami banyak
sekali pergeseran, seperti kemajuan zaman, teknologi, kebutuhan
semakin tinggi membuat individu sebagai pelaku ekonomi menjadi
lebih kreatif dalam menata kehidupan perekonomianya. Pelaku
ekonomi juga dituntut kreativitasnya karena beratnya persaingan serta
beragamnya permintaan sehingga para pelaku ekonomi harus
mempunyai ciri khas untuk bisa berjalan dengan maksimal 2.
Dalam perjudian khususnya dalam menjalankan bisnis ilegal
(judi kupon togel) ada terdapat kegiatan ekonomi yang dilakukan
mulai dari proses produksi, distribusi dan konsumsi yang melibatkan
individu atau aktor sebagai pelaku. M ereka adalah produsen yang
memproduksi barang (bandar utama selaku pemegang sistem perjudian), distributor yang menyalurkan barang (bandar wilayah yang
menjual kupon togel kepada pembeli yang dibantu oleh para karyawan
atau anak buah) dan konsumen yang mengonsumsi barang untuk
memenuhi kebutuhan (para penjudi atau pembeli yang membeli judi
kupon togel).
Tindakan para aktor atau pelaku ekonomi dalam menjalankan
judi togel ini berbeda-beda sesuai dengan peran masing-masing dalam
jaringan bisnis togel. Di sini muncullah berbagai tindakan, inovasi serta
kreativitas sebagai upayah ekonomi dari para aktor sebagai pelaku
ekonomi dalam judi togel. Aktor atau pelaku ekonomi di sini harus
mempunyai ciri khas untuk bisa menjalankan kegiatan ekonomi yang
dilakukannya itu. Dari situlah kita akan dapat melihat aktor atau
pelaku ekonomi yang benar-benar berjiwa sebagai “entrepreuner” atau
wirausaha atau pengusaha.

Sumber : http://www.anneahira.com/pelaku-ekonomi.htm. Diunduh Agustus 2014.
30
2

Entrepreuner (W irausaha atau Pengusaha)

Dalam pandangan Theory of Planned Behavior intensi
diasumsikan untuk menangkap faktor-faktor motivasional seseorang
untuk mempengaruhi perilaku dalam hal ini adalah perilaku
entrepreuner, seberapa banyak usaha yang dilakukan individu untuk
terus mencoba dalam usaha untuk mewujudkan perilaku berwirausaha,
(Abrorry dan Sukamto, 2013).
Untuk menjadi wirausaha M eredith, (1996) menerangkan
bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang haus akan tantangan.
W irausaha sangat bergairah menghadapi tantangan wirausaha lebih
memilih mencari resiko yang tinggi dari pada resiko yang rendah,
karena tantangan yang tinggi akan menghasilkan hasil yang tinggi dan
sebaliknya resiko yang rendah akan menghasilkan hasil yang rendah
pula. Oleh karena itu, wirausahawan selalu berani mengambil resiko
(risk taker). Jika tugas yang diembannya sangat ringan wirausahawan
merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang
paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan yang rendah
(Suryana, 2006). Bahkan Zimmerer (dalam Suryana, 2006) menjelaskan
bahwa seorang wirausahawan tahan terhadap resiko dan
ketidakpastian. W irausahawan yang berhasil biasanya memiliki
toleransi terhadap pandangan yang berbeda dalam ketidakpastian.
Berbicara entrepreuner atau wirausaha atau pengusaha yang
dimaksudkan di sini adalah orang yang beranai mengambil resiko yang
tinggi. Dengan melihat pengertian yang diberikan oleh para ahli di
atas, maka dapat di katakan dalam perjudian togel, entrepreuner yang
di maksudkan di sini adalah para bandar baik bandar utama pemegang
sistem perjudian maupun bandar wilayah yang menjual kupon togel.
Akan tetapi dalam hal ini entrepreuner yang lebih berperan di sini
yaitu bandar judi utama. Entrepreuner (bandar judi utama) walaupun
mereka sadari akan bisnis yang mereka rintis itu merupakan bisnis
ilegal, mereka terus berusaha agar bisnis perjudian togel bisa terus
berjalan, yaitu dengan membangun jaringan dan menjual sistem judi
togel kepada bandar wilayah diberbagai negara. Pengambilan resiko
31

seperti inilah merupakan salah satu ciri dan merupakan pola pikir dari
entrepreuner.
M enurut Senge (2007), pola pikir kewirausahaan itu
menggambarkan pencarian pola yang bersifat inovatif dan energik,
memanfaatkan peluang serta bertindak untuk mewujudkan peluang
yang ada. M embentuk pola pikir kewirausahaan sangat penting untuk
mempertahankan persaingan ekonomi (M cgrath dan M acmillan, 2000).
Kreativitas merupakan sarana untuk membuka potensi terpendam
dalam diri seseorang, karena kreativitas adalah cara utama untuk
menggali potensi kewirausahaan.
Beberapa karakter yang sangat sering dikaitkan dengan
karakter entrepreuner, adalah pendorong perubahan, mampu
berinovasi, serta memiliki kemampuan untuk mengambil resiko. Lebih
lanjut Boediono, (1982) ciri dari entrepreuner adalah bahwa ia berani
mengambil resiko usaha. M ereka bersedia mengambil resiko usaha
tersebut karena: (a) adanya kemungkinan baginya untuk memetik
keuntungan monopolistik apabila usahanya berhasil, (b) ada semangat
dan keinginan pada diri mereka melalui ide-ide baru. Lebih lanjut
Boediono (1982), mengatakan “entrepreuner” adalah orang-orang yang
benar-benar berkecimpung dalam dunia usaha dan mempunyai
semangat berani mencoba menterjemahkan ide-ide baru menjadi
kenyataan.
Atkinson (1957) berpendapat bahwa, individu yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi lebih memilih kegiatan berisiko yang
menantang tapi dapat dicapai. Resiko menurut Forlani dan M ullin
(2000) mencerminkan tingkat ketidakpastian prospektif yang terkait
dengan hasil. Resiko usaha yang diambil oleh entrepreuner judi togel
ini karena berkaitan dengan bisnis usaha yang ilegal, tetapi
entrepreuner judi togel ini berani mengambil resiko tersebut karena,
apabila bisnis perjudian itu terus berjalan dan berkembang mereka
pastinya akan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Dari itu
mereka akan terus berusaha dan berinovasi dengan berbagai ide-ide
baru untuk tetap mempertahankan perjudian supaya bisa tetap ada.
32

M enurut Jhingan, (2010) inovasi terdiri dari (1) pengenalan
barang baru; (2) pengenalan metode produksi baru; (3) pembukaan
pasar baru; (4) penguasaan sumber penawaran baru bahan mentah atau
barang semi manufaktur; (5) pembentukan organisasi baru pada setiap
industri seperti penciptaan monopoli.
Dalam menjalankan bisnis ilegal (perjudian), sebagai
entrepreuner sudah pastinya ada resiko-resiko yang harus diambil.
Resiko-resiko itu sudah diperhitungkan dengan matang agar mendapat
keuntungan yang besar dari perjudian itu, maka dalam
mempertahankan bisnis ilegal perjudian agar bisa terus berjalan dan
tetap mendapatkan keuntungan yang besar pastinya entrepreuner judi
(bandar judi utama) akan melakukan berbagai cara dan berinovasi
dalam hal melakukan perjudian, dengan menciptakan cara-cara baru
agar memudahkan setiap penjudi dalam berjudi. Entrepreuner judi
dalam mengembangan inovasi terhadap perjudian, misalnya dengan
memanfaatkan teknologi yang sudah ada seperti internet yaitu dengan
membuat cara atau metode baru dalam bermain, dan membuka
perjudian di berbagai tempat sehingga jaringan perjudian menjadi lebih
besar lagi dan lain sebagainya. Seperti yang dikatakan Azania, (2013)
dalam permainan judi togel juga terdapat pemanfaatan teknologi yang
diterapkan oleh “karyawan” bandar, dengan cara menjalankan judi
togel menggunakan teknologi internet.
Teknologi internet merupakan salah satu ciri dari jaman
modern saat ini yang mana semua hal apapun bisa dilakukan melalui
jalan internet termasuk dalam melakukan perjudian. Pemanfaatan
teknologi seperti internet merupakan inovasi dari cara bermain judi
yang dilakukan oleh para entrepreuner judi agar mereka dan semua
penjudi bisa lebih dipermudahkan dan tetap melakukan aktivitas
perjudian dimanapun dan kapanpun.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa entrepreuner
(bandar judi) mempunyai peran penting dalam menjalankan dan
menjaga agar bisnis ilegal mereka bisa terus berlangsung, selain resikoresiko besar yang harus diambil dalam menjalankan bisnis judi togel,
33

dibutuhkan juga kreatifitas dan inovasi dari entrepreuner (bandar judi)
dalam hal melakukan perjudian diantaranya membuat teknik dan cara
yang baru dalam permainan judi, yang salah satunya dengan
pemanfaatan teknologi.

Social Construction Of Technology “SCOT” (Konstruksi Sosial
Teknologi)

Penelitian Azania, (2013) mengatakan dalam permainan judi
togel juga terdapat pemanfaatan teknologi yang diterapkan oleh
“karyawan” bandar, dengan cara menjalankan judi togel menggunakan
teknologi internet. Dari penelitian Azania ini dapat terlihat, dalam
proses judi togel terdapat teknologi yang dimanfaatkan oleh para aktor
yang ada dalam jaringan judi, dan untuk melihat bagaimana teknologi
dimanfaatkan pada proses judi togel, dapat dilihat dengan
menggunakan teori Social Construction Of Technology “SCOT”
(Konstruksi Sosial Teknologi).
Social Construction Of Technology “SCOT” (Kontruksi Sosial
Teknologi) ditawarkan oleh sosiolog teknologi seperti W iebe Bijker
dan Trevor Pinch (1987), konsep ini memahami teknologi sebagai
produk sosial karena dia dihasilkan melalui negosiasi dan interaksi
yang terjadi dalam suatu sistem sosial. Tesis utama konstruksi sosial
teknologi adalah bahwa perkembangan teknologi bukanlah linear
seperti yang dianut dalam determinisme teknologi, melainkan jauh
lebih kompleks dan sangat beragam mengikuti keberagaman sistem
sosial yang ada.
M enurut penelitian Bagus, (2003) mengatakan judi kupon togel
mempunyai jaringan yang kompleks. Jaringan distribusi dan
keamanannya sangat kuat dan banyak anggota masyarakat yang
terekrut dalam jaringan tersebut. Lebih lanjut Azania, (2013)
mengatakan bahwa kegiatan judi togel memiliki jaringan yang
kompleks, terdapat peran di dalam jaringan yang saling berhubungan
dan saling memberi keuntungan.
34

Dari kedua pendapat ini terlihat bahwa jaringan judi ini sangat
kompleks dan terjadi interaksi diantara para aktor dalam jaringan judi
togel, serta itu hubungan yang terbagun sangat kuat. Selanjutnya
menurut Azania, (2013) sebelumnya juga telah dikatakannya di atas
ada pemanfaatan teknologi internet dalam permainan judi togel. Di sini
juga dapat dilahat bahwa sistem sosial yang terbangun dalam jaringan
judi togel selain mempunyai jaringan yang kompleks ada juga faktor
lain yang mendukung untuk terbentuknya suatu hubungan antar aktor
dan juga dalam proses jalannya judi togel. Faktor lain yang mendukung
seperti yang dikatakan Azania, yaitu penerapan teknologi dalam
menjalankan judi togel.
M enurut Bijker, (1987) mengatakan evolusi pengfungsian
internet dari sarana komunikasi antar komputer menjadi media
demokratisasi dapat dipahami dalam kerangka teori kontruksi sosial
teknologi (social construction of technology) dimana perkembangan
teknologi tidaklah bersifat linier. Selanjutnya (Tonz94, 2004)3
mengatakan berkembanganya suatu teknologi adalah hasil dari
konstruksi sosial (socially constructed). Suatu teknologi berkembang
sebagai suatu hasil bentukan sosial (social shaping) di mana teknologi
tersebut berada.
Dari kedua pandangan di atas itu dapat dilihat bahwa teknologi
tidak bersifat linier, teknologi dapat berkembang di mana saja sesuai
dengan keberadaan teknologi serta pemanfaatan terhadap teknologi
tersebut. Teknologi bukanlah suatu entitas vakum. Ketika berinteraksi
dengan masyarakat (pengguna), teknologi dapat diterjemahkan secara
bebas bagi pengguna. Teknologi dapat memberi makna yang berdeda
dan beragam, baik antar individu maupun antar kelompok dalam
menggunakan teknologi tersebut.
M enurut Hughes, (1989)
relasi antara teknologi dan
teknologi (technological system)
suatu teknologi dengan baik
3

pemahaman yang mendalam tentang
masyarakat yaitu sebagai sistem
menurut Hughes bahwa bekerjanya
adalah hasil dari interaksi saling

Sumber : http://tonz94.wordpress.com/2009/12/20/konstruksi-sosial-teknologi-2/
35

mendukung antara sistem teknikal (technical systems) dan sistem sosial
(social systems). Hughes mengatakan bahwa dalam bekerjanya suatu
sistem teknologi, sistem teknikal dan sistem sosial saling membentuk
satu sama lain.
Dari sini juga dapat terlihat bahwa bekerjanya suatu teknologi
adalah merupakan hasil interaksi yang saling mendukung antara sistem
teknikal (technical systems) dan sistem sosial (social systems). Ini
berarti dalam sistem sosial khususnya dalam jaringan perjudian togel,
dan pemanfaatan teknologi yang diterapkan adalah merupakan suatu
kesatuan sistem yang saling mendukung. Dengan pemanfaatan dan
penerapan teknologi dalam judi togel yang dilakukan oleh para aktor
judi togel menjadikan perjudian ini menjadi suatu relasi nyata antara
masyarakat (pengguna) dan teknologi.

36

Dokumen yang terkait

Analisis kelompok nelayan di Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara

0 6 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Praktik Perjudian (Studi Kasus “Judi Kupon Togel” Di Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, ProvinsiMaluku Utara)

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Praktik Perjudian (Studi Kasus “Judi Kupon Togel” Di Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, ProvinsiMaluku Utara) T2 092011009 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Praktik Perjudian (Studi Kasus “Judi Kupon Togel” Di Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, ProvinsiMaluku Utara) T2 092011009 BAB IV

1 3 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Praktik Perjudian (Studi Kasus “Judi Kupon Togel” Di Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, ProvinsiMaluku Utara) T2 092011009 BAB V

0 1 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Praktik Perjudian (Studi Kasus “Judi Kupon Togel” Di Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, ProvinsiMaluku Utara) T2 092011009 BAB VI

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Video Promosi Pariwisata Kabupaten Halmahera Utara (Studi Kasus: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Halmahera Utara)

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Video Promosi Pariwisata Kabupaten Halmahera Utara (Studi Kasus: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Halmahera Utara)

0 0 7

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dari Ritual ke Pasar: Pergeseran Makna Saguer pada Masyarakat Halmahera Utara (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Gossoma, Halmahera Utara) T1 BAB II

0 2 15

TERITORI PEDAGANG KAKI LIMA DI KECAMATAN TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA STUDI KASUS : PASAR LAMA TOBELO

1 1 10