Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah Pada Gugus Ki Hajar Dewantoro Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang T2 942009010 BAB IV
Bab IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di Gugus Ki Hajar
Dewantoro UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru
Kabupaten Semarang. Unit amatan adalah SDN inti
dan dua SDN Imbas. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara langsung lepada Kepala Sekolah,
Pendidik, Komite Sekolah, dan checklist serta
data
pendukung yang diperoleh dari manajemen sekolah.
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Gugus Ki Hajar Dewantoro merupakan salah
satu dari empat gugus di UPTD Pendidikan Kecamatan
Banyubiru. Gugus Ki Hajar Dewantoro terdiri dari 6 SD
dan 2 MI. Secara geografis, sekolah terletak pada dua
lokasi yang berbeda. 3 SD dan 1 MI terletak di daerah
pegunungan dan yang lain di tepi jalan raya. Adapun
deskripsi objek amatan sebagai berikut:
1.
SDN Tegaron 02
a.
Sejarah. SD Negeri Tegaron 02 didirikan berda-
sarkan Inpres Tahun 1977 pada sebidang tanah desa
seluas 650 M2 di Desa Tegaron, Kecamatan Banyubiru
Kabupaten Semarang. Sekolah ini ditetapkan sebagai
sekolah dasar negeri yang terdiri dari enam kelas oleh
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah
dengan SK Nomor: 421.2/002/VII/28/87.
Bangunan gedung sekolah merupakan bangunan
permanen yang memenuhi persyaratan untuk melaksanakan
70
proses
pembelajaran.
Pelaksanakan
proses
pembelajaran dilengkapi dengan 6 ruang jelas, 1 ruang
perpustakaan, 1 ruang komputer, 1 gudang penyimpanan, 1 WC Pendidik dan 2 WC peserta didik.
Walaupun terletak di tepi jalan, suasananya cukup
kondusif sehingga proses pembelajaran tidak terganggu
bisingnya lalu lintas jalan. Proses pembelajaran dimulai
pukul
07.00
sampai
pukul
12.15
menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pemberlakuan
KTSP.
SDN Tegaron 02 merupakan SD Inti dalam Gugus
Ki Hajar Dewantoro. Ditetapkannya SDN Tegaron 02
sebagai SD Inti didasarkan beberapa pertimbangan
yaitu: a. Terletak di tengah-tengah antara sekolahsekolah lain dalam satu gugus; b. Mudah dijangkau
oleh sekolah lain dalam satu gugus; c. memiliki sarana
dan prasarana yang memadai; d. Jumlah pendidik
memenuhi persyaratan Standar Pelayanan Minimal.
Visi yang dicanangkan SDN Tegaron 02 adalah
”Memacu Peserta Didik yang Cerdas, Terampil, Santun
Serta Berbudi Luhur yang Religius”. Misi yang diemban
untuk merealisasikan visi adalah: a. Melaksanakan
pembelajaran PAKEM; b. Mendorong peserta didik lebih
giat belajar; c. Memasyarakatkan JBEM; d. Menumbuhkembangkan budaya bangsa; e. Melatih peserta didik
untuk beramal (sosial); dan f. Membiasakan peserta
didik sopan di sekolah, di jalan, di rumah, dan di
masyarakat.
b.
Keadaan Pendidik dan Peserta Didik.
Keadaan
Pendidik. Pada tahun pelajaran 2010/2011 SD Negeri
Tegaron
02
Kecamatan
Banyubiru
Kabupaten
71
Semarang
memiliki
tenaga
pendidik
sebagaimana
disajikan pada tabel berikut:
Tabel : 4.1
Tingkat Pendidikan Pendidik SDN Tegaron 02 Th.2011
No
Tingkat Pendidikan
1
Sarjana Pendidikan
2
Diploma II
Jumlah
Banyak Pendidik
L
P
6
2
2
Jumlah
6
3
9
5
11
Sumber : Dokumen SDN Tegaron 02 Tahun 2011, diolah
Dari tabel di atas diketahui bahwa kualifikasi
pendidik telah memenuhi standar sebagaimana yang
dimaksud di dalam UU Nomor 14/2005. Terpenuhinya
standar
kualifikasi
pendidik
tersebut
mandorong
tercapainya pendidikan yang bermutu.
Keadaan Peserta Didik. Berdasarkan dokumen
penerimaan peserta didik baru
lima tahun terakhir,
jumlah peserta didik SDN Tegaron 02 menunjukkan
peningkatan yang cukup tajam. Perkembangan jumlah
peserta didik yang cenderung bertambah setiap tahun
merupakan
suatu
kemajuan
yang
positif
bagi
keberadaan sekolah ditengah persaingan yang semakin
ketat.
Hal
ini
dapat
menjadi
indikasi
adanya
kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan di SDN
Tegaron 02.
Pada
tahun
pelajaran
2010/2011,
memiliki
peserta didik sebanyak 264 anak dengan rincian
sebagai berikut:
72
Tabel : 4.2
Keadaan Peserta Didik SDN Tegaron 02 Tahun Pelajaran
2010/2011
No
Kelas
1
2
3
4
5
6
I
II
III
IV
V
VI
Jumlah
BanyaK Peserta Didik
L
P
23
15
25
23
21
21
29
16
32
20
21
18
149
Jumlah
38
48
42
45
52
39
113
264
Sumber : Dokumen SDN Tegaron 02 2011, diolah
Menilik jumlah peserta didik pada tabel di atas,
dapat dimaknai sebagai suatu keberhasilan cukup
besar di tangah persaingan memperoleh peserta didik.
Bahkan jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar
dari seluruh sekolah dasar di Kecamatan Banyubiru.
Pada tahun 2010, bersama Komite Sekolah, dan
Pemerintah Desa Tegaron, telah berhasil mendirikan TK
untuk mendidik peserta didik usia 4-5 tahun sebagai
calon peserta didik SDN Tegaron 02.
Ditinjau dari latar latar belakang pendidikan,
tingkat
sosial
sangatlah
ekonomi
bervariasi.
orang
tua
Berdasarkan
peserta
data
didik,
tingkat
pendidikan orang tua, 56 % orang tua peserta didik
berpendidikan SD, 23 % berpendidikan SLTP, sisanya
berpendidikan SLTA, Diploma dan Sarjana S1. Sebagai
gambaran disajikan pada tabel berikut:
73
Tabel: 4.3
Tingkat Pendidikan Orang Tua Peserta Didik SDN Tegaron 02
Tahun Pelajaran 2010/2011
No
Kelas
1
Pendidikan Orang Tua
SD
SLTP
SLTA
D II
S.1
Jumlah
I
21
9
8
2
II
24
16
6
3
III
23
9
8
4
IV
34
6
4
5
V
22
16
14
6
VI
Jumla
h
24
6
7
1
1
39
148
62
47
2
0
264
38
1
1
48
1
42
1
45
52
Sumber : SDN Tegaron 02 Tahun 2011, diolah
Berdasarkan tingkat sosial ekonomi orang tua,
anak-anak
berasal
dari
golongan
ekonomi
yang
beragam. Sebagian besar pekerjaan orang tua dalah
sebagai buruh tani, swasta, dan tani. Keadaan sosial
ekonomi orang tua peserta didik dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.4 Pekerjaan Orang Tua Peserta Didik SDN Tegaron 02
Tahun 2011
No
Pekerjaan
Frekuensi
1
Buruh
2
Tani
83
3
Swasta
61
4
PNS
7
5
ABRI
3
Jumlah
110
264
Sumber : Dokumen SDN Tegaron 02 Tahun 2011, diolah.
74
c.
Prestasi.
terakhir
SDN
Selama
kurun
Tegaron
02
waktu
telah
lima
tahun
berbenah
untuk
mewujudkan prestasi terbaik. Melalui program khusus
pembinaan kemampuan dan kegiatan ekstrakurikuler,
peserta didik dipersiapkan untuk mengikuti event-event
penting di lingkungan kecamatan dan kabupaten, baik
yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan maupun
Swasta.
Event
yang
diikuti
adalah
Lomba
Siswa
Berprestasi, Pekan Seni, OSN, LCC, LCC Dokter Kecil,
OOSN, Kepramukaan. Prestasi sekolah dalam kurun
waktu lima tahun terakhir disajikan pada tabel 4.5
(terlampir).
Prestasi yang dicapai dalam kurun waktu lima
tahun ini merupakan wujud dari upaya meningkatkan
kualitas pendidikan berdasarkan visi dan misi sekolah.
2.
SDN Rowoboni 02
1.
Sejarah. SD Negeri Rowoboni 02 didirikan
di atas tanah bengkok desa seluas 330 M2 berdasarkan
Inpres Tahun 1976 di jalan Banyubiru-Muncul Km 4,
Dusun
Candisari,
Desa
Rowoboni,
Kecamatan
Banyubiru, Kabupaten Semarang. Bangunan sekolah
terdiri dari dua unit. Satu unit terdiri dari 6 lokal
dipergunakan untuk 3 ruang kelas, 1 ruang komputer,
1 ruang kantor sekolah, dan 1 ruang perpustakaan.
Unit 2 terdiri dari 3 ruang kelas.
SDN Rowoboni 02 merupakan salah satu SD
Imbas di Gugus Ki hajar Dewantoro. Seperti sekolah
yang
didirikan
berdasarkan
Inpres
ini
ditetapkan
sebagai sekolah dasar negeri berdasarkan Keputusan
75
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah
melalui SK
Nomor: 421.2/002/VII/28/87. Proses
pembelajaran pagi hari dari pukul 07.00 – 12.15
dengna menggunakan KTSP.
SDN Rowoboni 02 memiliki Visi “Menuju Sekolah
Yang
Jempol”.
ditetapkan
Untuk
misi
mewujudkan
sekolah
visi
sebagai
tersebut,
pedoman
melaksanakan tugas sehari-hari warga sekolah. Misi
yang diemban dalam kurun waktu lima tahun berjalan
adalah sebagai berikut: 1). melaksanakan pembelajaran
yang efektif dan efisien; 2) Penambahan jam pelajaran
yang di UAS-kan kepada peserta didik; 3) Melaksanakan
tes
akhir
bulan;
4)
Mengadakan
kegiatan
Ekstrakurikuler: Seni Tari, Kepramukaan, Rebana, Seni
Tilawah;
5)
Menerapkan
Manajemen
Partisipatif
terhadap warga masyarakat; 6) Mengadakan pembinaan mental spiritual secara berkesinambungan; 7) Bekerjasama dengan orang tua memberikan Pendidikan
Budi Pekerti kepada peserta didik; 8) Mengadakan
pelatihan kerajinan tangan enceng gondok.
Untuk merealisasi visi dan misi, sekolah telah
menetapkan beberapa tujuan sekolah. Tujuan yang
dditetapkan adalah: 1) Rerata UAS th. pelajaran
2009/2010
adalah
7,0;
2010/2011
adalah
7,2;
2011/2012 adalah 7,3, dan 2012/2013 adalah 7,5;
2) Jumlah lulusan yang diterima di SMP Negeri yang
tergolong favorit mencapai 70 %.; 3) Kegiatan ekstrakurikuler mampu mencetak siswa menjadi juara dalam
lomba
tingkat
kecamatan,
kabupaten
maupun
provinsi; 4) Siswa mampu berbicara dengan bahasa
Inggris secara sederhana; 5) Menghasilkan siswa yang
76
berakhlak
mulia
dan
berbudi
pekerti
yang
baik;
6) Menghasilkan siswa yang mampu menjuari lomba
mapel bidang keterampilan menganyam.
Sebagai bentuk pertangungjawaban kepada pihak
terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di SDN
Rowoboni 02, sekolah telah menyusun program jangka
pendek,
jangka
menengah,
dan
jangka
panjang.
Beberapa kegiatan dirancang untuk mewujudkan visi
dan misi sekolah. Adapun kegiatan yang dilaksanakan
meliputi penyiapan peserta didik menghadapi beberapa
lomba
di
bidang
akademik
dan
non
akademik.
Pembinaan di bidang akademik berupa pemadatan
materi pembelajaran beberapa peserta didik kelas V
terpilih
yang
secara
khusus
dipersiapkan
untuk
mewakili sekolah dalam kegiatan lomba. Kegiatan
Ekstrakurikuler
yang
dilaksanakan
meliputi:
Kepramukaan, Seni Tilawah, Seni Tari, Sepak Bola,
Seni
Keprajuritan.
dilaksanakan
dalam
Dari
lima
kegiatan
tahun
yang
telah
terakhir
telah
menghasilkan beberapa prestasi di bidang akademik
maupun non akademik. Prestasi di bidang akademik
terdiri dari lomba Siswa berprestasi, Lomba OSN,
Lomba MAPSI. Sedangkan non akademik terdiri dari
pentas
seni,
Kreatifitas
Siswa,
Sepak
Bola,
Seni
Tilawah.
2.
Keadaan
Pendidik
dan
Peserta
Didik.
Keadaan Pendidik. Salah satu indikator input MBS
adalah terpenuhinya tenaga pendidik sebagai pelaksana
proses pembelajaran. Pada tahun pelajaran 2010/2011,
SDN Rowoboni 02 memiliki tenaga pendidik 10 orang
77
PNS, yang terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah, 6 orang
Guru kelas, 1 orang Guru Penjas, dan 1 orang Guru
Pendidikan Agama, dan 1 orang penjaga sekolah.
Dalam
rangka
memberikan
pendidikan
tambahan
sebagai bekal keterampilan khusus, dibantu
2 orang
GTT sebagai pengajar Bahasa Inggris dan Komputer.
Adapun data kualifikasi pendidikan pendidik di
SDN Rowoboni 02 disajikan sebagai berikut:
Tabel
4.6
Tingkat Pendidikan Pendidik SDN Rowoboni 02 Tahun 2011
No
Banyak Pendidik
L
P
Tingkat Pendidikan
1
Sarjana Pendidikan
2
Diploma II
3
SLTA
Jumlah
1
1
2
Jumlah
3
3
1
7
4
3
2
9
Sumber : Dokumen SDN Rowoboni 02, diolah.
Meskipun belum memenuhi standar kualifikasi
pendidik, tidak mengurangi upaya para pendidik untuk
mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Upaya ini
dilakukan dengan mengacu pada visi dan misi yang
telah ditetapkan.
Keadaan Peserta Didik SDN Rowoboni 02 berasal
dari tiga desa, yaitu desa Rowoboni, desa Tegaron, dan
desa
Kebondowo.
masyarakat,
Dalam
sekolah
rangka
berusaha
menarik
memberikan
minat
yang
terbaik di bidang akademik dan non akademik. Data
peserta didik tahun pelajaran 2010/2011 disajikan
sebagai berikut:
78
Tabel 4.7
Keadaan Peserta Didik SDN Rowoboni 02 Tahun Pelajaran
2010/2011
No
Kelas
1
Banyak Peserta Didik
Jumlah
I
L
17
P
11
2
II
14
9
23
3
III
12
10
22
4
IV
19
13
32
5
V
15
17
32
6
VI
20
10
30
97
70
167
Jumlah
28
Sumber : Dokumen SDN Rowoboni 02 2011, diolah.
Berdasarkan data tingkat pendidikan, sebagian
besar orang tua berpendidikan SD hingga SMP. Data
tingkat pendidikan dan sosial ekonomi orang tua
disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.8
Tingkat Pendidikan Orang Tua Peserta Didik SDN Rowoboni 02
Tahun 2011
No
Kelas
1
Pendidikan
SMP
SLTA
I
12
9
7
2
II
14
5
3
3
III
18
1
3
4
IV
17
5
9
1
32
5
V
11
7
12
2
32
6
VI
5
14
10
1
30
77
41
44
5
167
Jumlah
S1
Jumlah
SD
28
1
23
22
79
Sumber : Dokumen SDN Rowoboni 02, diolah
Berdasarkan pekerjaan orang tua peserta didik,
sebagian besar bekerja sebagai buruh, tani, dan
nelayan sebagaimana disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.9
Pekerjaan Orang Tua Peserta Didik SDN Rowoboni 02 Tahun
2011
No
Pekerjaan
Frekuensi
1
Buruh
36
2
Nelayan
25
3
Tani
49
4
Swasta
51
5
PNS
5
6
ABRI
1
Jumlah
167
Sumber : Dokumen SDN Rowoboni 02, diolah
3.
lain,
Prestasi. Sebagaimana layaknya sekolah
dalam
upaya
mempertahankan
keberadaan
sekolah agar dapat diterima oleh masyarakat, sekolah
selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi pesera
didik dan orang tua. Oleh Karena itu, sekolah selalu
berusaha untuk memperoleh prestasi baik bidang
akademik maupun non akademik. Prestasi di bidang
akademik
terdiri
dari
kejuaraan
LCC,
Siswa
Berprestasi, MAPSI. Sedangkan prestasi non akademik
terdiri dari kejuaraan Pekan Seni, Kreatifitas, dan
Sepak Bola. Sejalan dengan tujuan MBS adalah untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan
yang
antara
lain
tercermin dari prestasi akademik dan non akademik,
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir SDN Rowoboni 02
80
telah berhasil mengoleksi beberapa kejuaraan. Adapun
prestasi yang telah dicapai disajikan pada tabel 4.10
(terlampir).
Prestasi yang dicapai merupakan realisasi dari
visi dan misi yang telah dicanangkan. Pencapaian
prestasi adalah bukti dari kerja tim work yang solid
dengan dukungan berbagai pihak dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
3.
a.
SDN Sapakung 03
Sejarah. SDN Sepakung 03 didirikan berdasarkan
Inpres tahun 1977 di atas tanah bengkok desa seluas
736 M2. Sekolah yang terletak di kaki Gunung
Telomoyo, Jalan Asparagus No. 6 di Desa Sepakung,
Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, kurang
lebih 10 km dari Kecamatan Banyubiru. SDN Sepakung
03 memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang kantor Kepala
Sekolah dan Pendidik, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang
gudang, 2 WC peserta didik dan 1 WC untuk Pendidik.
SDN Sepakung 03 merupakan salah satu dari
dua sekolah negeri di desa Sepakung dan merupakan
SD Imbas. Sekolah ini ditetapkan sebagai sekolah dasar
negeri yang terdiri dari enam (6) kelas berdasarkan
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah nomor penetapan: 421.2/002/VII/SD/1987.
Dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, SDN
Sepakung 03 memiliki visi “TERAMPIL, CERDAS, DAN
BERAKHLAK MULIA”. Adapun misi yang disusun untuk
merealisasi visi adalah : 1) Mengadakan pembelajaran
secara efektif dan efisien; 2) Penambahan jam pelajaran
81
pada peserta didik kelas tinggi; 3)
Melaksanakan tes
akhlir bulan; 4) Mengadakan kegiatan ekstra kurikluler;
5) Mengadakan pembinaan mental, spiritual secara
berkesinambungan; 6) Bekerja sama dengan Komite,
mengadakan peringatan hari besar keagamaan.
b.
Keadaan Pendidik dan Peserta Didik. Jumlah
pendidik SDN Sepakung 03 saat ini terdiri dari 8 orang
dengan status PNS 6 orang, Pendidik Wiyata Bakti 2
orang dengan kualifikasi pendidikan sarjana, Diploma
II dan SLTA. Kualifikasi pendidikan pendidik disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 4.11
Tingkat Pendidikan Pendidik SDN Sepakung 03 Tahun 2011
No
1
2
3
Tingkat Pendidikan
Sarjana Pendidikan
Diploma II
SLTA
Jumlah
Banyak Pendidik
Jumlah
L
P
3
3
1
1
2
2
1
3
6
2
8
Sumber : Dokumen SDN Sepakung 03, diolah.
Berdasarkan
standar
pelayanan
minimal
pendidikan, dapat dikatakan bahwa dari sisi pendidik,
belum memenuhi SPM. Oleh karena itu, kepala sekolah
harus
mengampu
memperoleh
satu
pelayanan
kelas
agar
pendidikan
peserta
didik
sebagaimana
mestinya.
Keadaan peserta didik SDN Sepakung 03 cukup
banyak sebagaimana disajikan dalam tabel berikit:
82
Tabel 4.12
Keadaan Peserta Didik SDN Sepakung 03 Tahun 2011
No
Kelas
1
2
3
4
5
6
I
II
III
IV
V
VI
Jumlah
Banyak Peserta Didik
L
P
10
12
14
15
21
14
18
16
12
18
19
15
84
90
Jumlah
22
29
35
34
30
24
174
Sumber: Dokumen SDN Rowoboni 02, diolah
Berdasarkan
tingkat
pendidikan
orang
tua
peserta didik, mayoritas berasal dari keluarga yang
berpendidikan
rendah.
Hampir
90
%
orang
tua
berpendidikan sekolah dasar.
Tabel 4.13
Tingkat Pendidikan Orang Tua Peserta Didik SDN Sepakung
03 Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
Kelas
SD
I
20
II
26
III
29
IV
31
V
29
VI
23
Jumlah 158
Pendidikan
SLTP SLTA
Jumlah
1
1
22
1
2
29
2
4
35
2
1
34
1
0
30
0
1
24
7
9
174
Sumber : Dokumen SDN Sepakung 03, diolah
83
Berdasarkan tingkat sosial ekonomi orang tua,
sebagian besar berasal dari keluarga buruh dan tani.
Sebagian kecil saja yang bekerja sebagai PNS atau
wiraswasta. Sebagai gambaran keadaan sosial ekonomi
orang tua, disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.14
Pekerjaan Orang Tua Peserta Didik SDN Sepakung 03 Tahun
2011
No
Pekerjaan
Frekuensi
1
Buruh
93
2
Tani
64
3
Swasta
15
4
PNS
1
5
ABRI
1
Jumlah
174
Sumber : Dokumen SDN Sepakung 03, diolah
c.
Prestasi. Salah satu keberhasilan MBS adalah
adanya pencapaian prestasi oleh sekolah. Dalam usaha
merealisasi visi dan misi sekolah, para pendidik telah
berusaha mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan
sekolah. Dalam lima tahun terakhir, prestasi yang telah
dicapai terdiri dari Juara 3 LCC tahun 2008, Juara 2
Macapat Putri tahun 2009, dan Juara 1 Macapat putra
tahun 2011.
B. Identitas Informan
Sebagaimana dijelaskan pada Bab sebelumnya
bahwa informan dalam penelitian ini terdiri dari Kepala
Sekolah, Pendidik, Komite Sekolah. Oleh Karena itu,
84
berikut ini disajikan identitas informan dari masingmasing objek penelitian. Untuk menjaga kenyamanan
setelah memberikan informasi dan etika penelitian,
identitas
informan
Sedangkan
nama
disebutkan
sekolah
dengan
disebut
inisial.
dengan
istilah
kategori.
Tabel 4.15
No
Sekolah
1
Kategori
1
2
Kategori
II
3
Kategori
III
Identitas Informan
Informan/
Jabatan
ST
K.S
SH
Komite
SR
Guru
NS
R
J
S
MA
P
K.S
Komite
Guru
K.S
Komite
Guru
L/P
Umur
Pend
Wwcr
P
L
P
47
46
54
S.1
SLTA
S.1
15-6-2011
16-6-2011
17-6-2011
P
L
P
L
L
L
48
52
58
49
36
54
S.1
SD
D II
S.1
D III
D II
22-6-2011
23-6-2011
24-6-2011
29-6-2011
30-6-2011
1-7-2011
C. Paparan Hasil Penelitian
Pada bagian ini disajikan hasil wawancara yang
dilakukan dengan kepala sekolah, pendidik, dan Ketua
Komite sekolah yang menjadi objek amatan sebagai
berikut :
1. Prinsip Transparansi Manajemen.
Transparansi manajemen merupakan salah satu
bagian penting pelaksanaan MBS. Transparansi tidak
hanya berhubungan dengan pengelolaan keuangan,
tetapi
berhubungan
perencanaan
pembelajaran,
juga
program,
penyampaian
dengan
pelaksanaan
pengelolaan
hasil
proses
kegiatan.
85
Pelaksanaan
transparansi
berdasarkan data utama
manajemen
diidentifikasi
hasil wawancara, dokumen
pelaporan keuangan, program sekolah berdasarkan
indikator berikut:
a. Tersedianya dokumen perencanaan/program sekolah.
Berdasarkan indikator ini diketahui bahwa Kepala
Sekolah sebagai aktor kunci dalam pelaksanaan MBS
belum
sepenuhnya
manajemen.
melaksanakan
fungsi-fungsi
Dokumen perencanaan/program sekolah
belum dimiliki oleh semua sekolah. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh kepala sekolah SD Kategori I:
“Program
disusun oleh mantan kepala sekolah
sendiri. Setelah selesai, dimintakan pengesahan
Komite Kami melaksanakan program yang telah ada
yang disusun oleh Kepala Sekolah yang lama.
Berdasarkan informasi teman-teman Pendidik, dan
data yang ada, kami belum memiliki program jangka
panjang dan menengah. Waktu itu program sudah
dirancang oleh kepala sekolah. Jadi kami sekarang
tinggal melanjutkan saja”(W.I.a.2).
Sebagiamana SDN Kategori I, SDN ategori III
belum melaksanakan perencanaan dengan baik. Proses
manajemen belum berjalan sebagaimana mestinya.
Sekolah belum memiliki program sekolah yang disusun
bersama stakeholders. Hal terebut terungkap
salam
wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut:
”Kami masih mengacu pada program tahunlalu.
Program disusun untuk satu tahun. Untuk program
jangka menengah dan jangka panjang kami belum
menyusunnya. (W.III.c.1) Program kami susun
dengan menyesuaikan kondisi sekolah. Tetapi kami
belum memiliki program jangka menengah dan
jangka panjang. Karena situasi, Komite belum kami
libatkan dalam menyusun program sekolah.
Kadang-kadang, karena pekerjaan mereka, kami
86
kesulitan mengumpul-kan seluruh anggota komite.
Tetapi program yang telah tersusun kami sampaikan
kepada ketua komite...” (W.III.c.2)
Hal senada disampaikan pula oleh ketua komite
sekolah sebagai berikut :
”Kami belum diajak menyusun program sekolah. Jadi
kami belum tahu seperti apa program yang direncanakan sekolah. (W.III.c.1) Kami belum diajak rapat
membahas program sekolah...”
Hal senada disampaikan pula oleh pendidik
dalam wawancara sebagai berikut:
Sekolah kami belum punya program yang rinci,
apalagi program jangka pendek, jangka menengah,
dan jangka panjang. Yang penting proses belajar
mengajar, terlaksana dalam satu tahun”...(W.III.c.2)
Berbeda dengan dengan SD Kategori I, SD
Kategori II telah melaksanakan prinsip manajemen
dengan
adanya
memiliki
program
jangka
pendek,
menengah dan jangka panjang. Proses penyusunan
program
memperlihatkan
stakeholders.
Proses
adanya
manajemen
keterlibatan
didahului
dengan
analisis SWOT dengan melibatkan stakeholders (intern
dan ekstern). Berikut petikan wawancara dengan kepala
sekolah:
“Kami mengawali dengan analisis SWOT, baru
merencanakan program bersama Pendidik. Melalui
análisis swot, kami mengetahui kelemahan dan
kekuatan sekolah dan selanjutnya menyusun rencana
dan menetapkan stategi kegiatan. Pada umumnya
perencanaan program kan berhubungan erat dengan
keadaan keuangan. Semua kegiatan terangkum
dalam RKAS. ...”(W.II.a.2)
b. Adanya keterlibatan pihak terkait dalam perencanaan
program sekolah. Keterlibatan pihak terkait dalam
perencanaan program sekolah, merupakan indikasi
87
adanya pemberdayaan dalam merencanakan program
sekolah. Belum adanya keterlibatan stakeholders dapat
menjadi indikasi bahwa kerjasama antara sekolah
dengan pihak terkait (stkeholders) beklu terjalin dengan
baik. Hal ini sebagaimana dikemukakan Kepala SDN
Kategori I dalam wawancara sebagi berikut:
“Program
disusun oleh mantan kepala sekolah
sendiri. Setelah selesai, dimintakan pengesahan
Komite Kami melaksanakan program yang telah ada
yang disusun oleh Kepala Sekolah yang lama.
Berdasarkan informasi teman-teman Pendidik, dan
data yang ada, kami belum memiliki program jangka
panjang dan menengah. Waktu itu program sudah
dirancang oleh kepala sekolah. Jadi kami sekarang
tinggal melanjutkan saja”(W.I.a.2).
Senada Kepala Sekolah, pendidik mengemukakan
sebagai berikut:
“Program disusun oleh kepala sekolah, belum ada
masukan dari para Pendidik, belum pernah dibahas
dengan komite. Kami belum mengetahui tentang
program jangka pendek, menengah, dan jangka
panjang. Jadi untuk prioritas kebutuhan ikut
rencana kepala sekolah”. (W.I.a.2).
Apa yang terjadi pada SDN Kategori I dialami pula
oleh SDN Kategori II. Stakeholders belum dilibatkan
dalam proses perencanaan program sekolah. Dalam
wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut :
”Kami masih mengacu pada program tahunlalu.
Program disusun untuk satu tahun. Untuk program
jangka menengah dan jangka panjang kami belum
menyusunnya. (W.III.c.1) Program kami susun dengan
menyesuaikan kondisi sekolah. Tetapi kami belum
memiliki program jangka menengah dan jangka
panjang. Karena situasi, Komite belum kami libatkan
dalam menyusun program sekolah. Kadang-kadang,
88
karena
pekerjaan
mereka,
kami
kesulitan
mengumpul-kan seluruh anggota komite. .” (W.III.c.2)
Dalam hal ini komite sekolah mengungkapkan
sebagai berikut:
”Dua tahun terakhir, pernah kami diundang untuk
membahas RAPBS. Tetapi RAPBS sudah jadi dan
kami tinggal mengesahkan saja. .... Tetapi tahun ini
pertemuan tersebut belum dilaksanakan. ”.
(W.III.c.3)
Namun hal tersebut tidak terjadi pada SDN
Kategori II. Sekolah telah melaksanakan penyusunan
program sekolah dengan melibatkan stakeholders. Apa
yang dilakukan sekolah merupakan upaya membentuk
kerjasama yang baik antara sekolah dengan pihak
terkait. Dalam wawancara dengan komite sekolah
terungkap sebagai berikut :
“Sekolah mengundang kami untuk membahas
program sekolah. Kami menekankan pada usaha
untuk memperoleh peningkatan prestasi belajar anakanak. Kalau memang harus memerlukan biaya, bisa
dimusyawarahkan bersama dengan orang tua murid”.
(W.II.a.2)
Senada komite sekolah, pendidik mengemukakan
sebagia berikut:
“Kepala sekolah minta masukan dari kami. Kami
merencanakan kebutuhan masing-masing kelas
kemudian kami serahkan kepada sekolah untuk
dirumuskan dalam program sekolah. Setelah selesai
kemudian dibahas bersama komite sekolah untuk
menentukan prioritas kegiatan ”. (W.II.a.2)
c. Tersedianya media informasi pelaksanaan program
sekolah. Program yang telah disusun seharusnya
diinformasikan kepada beberapa pihak antara lain
89
Pendidik, Komite Sekolah, dan UPTD Pendidikan.
Media
informasi
yang
disediakan
bukan
hanya
berhubungan dengan proses keuangan, akan tetapi
termasuk proses pembelajaran, sarana dan prasarana,
KTSP.
Adanya
penyelenggaraan
kepercayaan
media
informasi
pendidikan
kepada
dapat
stakeholders
program
meningkatkan
bahwa
sekolah
adalah lembaga yang bersih dan berwibawa. Media
informasi
dapat
berupa
dokumen
RKAS,
papan
informasi keuangan yang dipasang di kantor, papan
informasi
pembelajaran.
Penyampaian
informasi
program sekolah dilaksanakan melalui rapat antara
sekolah orang tua peserta didik dan komite. Berikut
petikan wawancara dengan salah satu Kepala Sekolah :
”Kami menyampaikan informasi program sekolah
kepada komite dan orang tua melalui rapat pleno
komite, orang tua dan sekolah, pada waktu pengambilan rapor. Disamping itu kami sampaikan melalui
alumni sekolah yang diundang secara khusus. Kami
menyediakan papan informasi keuangan dan prestasi
sekolah. Kami juga menyediakan papan informasi
kegiatan belajar siswa”. (W.II.a.3)
d. Tersedianya media informasi keberhasilan dan
kegagalan
program
sekolah.
Keberhasilan
dan
kegagalan program sekolah menjadi bagian yang harus
diketahui oleh pihak lain yang berkaitan dengan
penyelenggaraan sekolah. Kemudahan pihak terkait
mengetahui
hasil
proses
pendidikan
akan
memudahkan stakeholders memberikan masukan yang
membangun. Dari wawancara dan dokumen yang ada,
diperoleh keterangan bahwa sekolah memiliki dokumen
pencapaian
proram
sekolah.
Berikut
kutipan
wawancara dengan salah seorang kepala sekolah:
90
”... Kepada orang tua murid, sekolah menyampaikan pada saat pertemuan awal tahun bersama
komite sekolah. Sekolah menginformasikan tentang
keuangan, proses belajar mengajar, keadaan anakanak, dan mohon bantuan orang tua untuk
mengawasi belajar anak-anaknya di rumah“.
(W.I.a.3).
Hal yang sama diungkapkan oleh komite sekolah
sebagai berikut:
”... Pada saat tertentu, kami diundang untuk
diberitahu hal-hal yang berhubungan kegiatan
sekolah yang mungkin memerlukan pemecahan,
seperti ketika akan akreditasi, akan ujian, akan
mengikuti lomba. Beberapa kegiatan dan foto hasil
lomba dipasang pada papan informasi” (W.II.a.9)
“Program disampaikan kepada orang tua murid pada
saat rapat pleno bersama antara sekolah, komite
dan orang tua murid” (W.I.a.3)..
Berdasarkan temuan di atas diketahui bahwa
transparansi belum dapat dilaksanakan dengan baik.
Pada SDN Kategori I dan III baru melaksanakan dua
indikator transparansi yang indikator ke 3 (tersedianya
media informasi pelaksanaan program sekolah dan
indikator 4 (tersedianya media informasi keberhasilan
dan kegagalan program sekolah). Sementara SDN
Kategori II telah melaksanakan
ke-empat indikator
meskipun pada indikator 3 masih terbatas pada
informasi PBM.
2. Prinsip Akuntabilitas
Pelaksanaan MBS pada prinsip akuntabilitas
diidentifikasi
dokumen
berdasarkan
indikator
pertanggungjawaban
1)
teredianya
penyelenggaraan
sekolah; 2) tersedianya dokumen penyampaian hasil
91
yang dicapai sekolah kepada pihak terkait, 3) Usaha
yang ditempuh sekolah
pelaksanaan
sebagai tindak lanjut
program
sekolah.
Hasil
dan
dokumentasi disajikan sebagai berikut:
a.Tersedianya dokumen pertanggungjawaban penyelenggaraan sekolah. Sekolah telah mempertanggungjawabkan penyelenggaraan sekolah secara terbuka.
Pertanggungjawaban
sekolah
berhubungan
dengan
pengelolaan keuangan, pelaksanaan KTSP, personalia.
PBM, sarana orasarana. Pertanggungjawab keuangan
berjalan baik dengan adanya pelaporan penggunaan
keuangan dalam bentuk LPJ. Penggunaan dana BOS
dilaporkan
Pendidikan
kepada
dalam
mengantisipasi
pemerintah
bentuk
adanya
LPJ.
melalui
Sekolah
penyimpangan
Dinas
berusaha
penggunaan
anggaran dengan pengawasan pihak luar sekolah
seperti komite sekolah.
Hal ini dinyatakan dalam
petikan wawancara dengan salah satu kepala sekolah
sebagai berikut:
”Untuk keuangan sekolah kami laporkan dalam
bentuk
Laporan
Pertanggungjawaban
kepada
Pemerintah melalui Dinas Pendidikan Kabupaten
Semarang. Pada saat pertemuan wali murid kami
sampaikan secara umum alokasi penggunaan dana.
Kami juga menyediakan papan penggunaan dana
BOS untuk masing-masing kegiatan yang didanai
oleh BOS.(W.I.a.5). Untuk PBM kita sampaikan
kepada orang tua murid pada pertemuan awal
tahun tentang jadwal sekolah, buku-buku yang
harus dimiliki oleh murid, les, persiapan ujian dan
kegiatan penunjang proses belajar mengajar seperti
kegiatan ekstra kurikuler (W.I.a.6)
Dalam hal ini ketua komite sekolah menyatakan:
92
”Penggunaan keuangan sekolah dipalorkan kepada
komite melalui laporan akhir tahun dalam rapat
komite. Kami juga muah memperoleh informasi
keuangan kapan saja melalui papan keuangan
sekolah.(W.II.b.1)
Menurut
kami
pengelolaan
keuang-an berjalan terbuka. Kami diperkenankan
menanya-kan setiap saat kami menghendaki.
Laporan juga ditulis dalam papan penggunaan BOS.
Untuk dana dari orang tua, misalnya pembangunan
fisik sekolah kami melaksanakan bersama sekolah.
Untuk dana MBS, kami dilibatkan dalam
mengelola”.(W.II.b.2)
Hal
yang
senada
diungkapkan
pula
oleh
Pendidik:
”Kami menyampaikan hasil tes kepada peserta didik
untuk
ditandatangani
orang
tua
kemudian
dikumpulkan kembali sebagai dokumen portofolio.
Pada pembagian rapor kami sampaikan hal-hal yang
perlu mendapat perhatian orang tua” (W. III.b.3)
Dari indikator ini diketahui hahwa ketiga sekolah
mempertanggungjawabkan
penyelenggaraan
sekolah
kepada pihak terkait. Pertanggungjawaban yang lain
adalah adanya hasil yang dicapai sekolah dalam bentuk
prestasi sekolah. Dari dokumen yang ada diketahui
adanya LPJ, RKAS, daftar hadir dan notulen rapat
pleno sekolah, komite, dan orang tua peserta didik.
Dalam hal ini SDN Kategori I dan II
telah berhasil
mewujudkan prestasi sekolah yang cukup banyak di
bidang akademik dan non akademik. Namun pada SDN
Kategori III masih sangat minim. Hal ini terungkap
dalam wawancara sebagai berikut:
”Kami memiliki catatan hasil yang telah dicapai sekolah.
Misalnya catatan peringkat kelulusan, piagam kejuaraan, piala
kejuaraan, baik kejuaraan akademik maupun non akademik.”
(W.I.b.4) . Ada buku prestasi, piagam kejuaraan, piala kejuara-
93
an baik akademik maupun non akademik. Pada akhir tahun
diadakan rapat bersama komite untuk membahas program yang
belum terlaksana atau belum berhasil. (W.II.b.4). Ada buku
caatan kejuaraan yang diikuti anak-anak
dan piala kejuaraan” (W.III.b.4)
b. Tersedianya dokumen penyampaian hasil yang
dicapai
sekolah.
Berdasarkan
indikator
dokumen
penyampaian hasil yang dicapai sekolah kepada pihak
terkait,
sekolah
memiliki
dokumen
yang
dapat
dipertanggungjawabkan. Dokumen penyampaian hasil
dapat berupa dokumen laporan penggunaan keuangan,
PBM, dan pengadaan sarana yang diketahui pleh
komite
sekolah.
Sekolah
telah
mempertanggung-
jawabkan penggunaan keuangan kepada pihak terkait
secara terbuka. Penggunaan dana BOS dilaporkan
kepada pemerintah melalui Dinas Pendidikan dalam
bentuk LPJ Dalam pertanggungjawaban keuangan
sekolah
berusaha
semaksimal
mungkin
untuk
menghindari adanya penyimpangan penggunaan dana
sekolah.
Pertanggungjawaban
sebagaimana
terungkap
dalam
sekolah
wawancara
tersebut
dengan
salah satu kepala sekolah sebagai berikut:
”Pertanggungjawaban tertulis dalam bentuk SPJ BOS
tiap triwulan dan dilaporkan kepada pemerintah.
Setiap akhir tahun kita laporkan kepada komite.
Untuk keuangan dari orang tua murid, komite yang
melaksanakan. (W.II.b.1) ... Dalam hal keuangan,
komite mengetahui alur penggunaan keuangan dan
pelaporannya. Penggunaan keuangan tertuang dalam
RKA yang disusun bersama berdasarkan Juknis
Pemkab Semarang. Secara intern, bendahara
melaporkan keadaan keuangan setiap bulan.
Sedangkan dana MBS dari para peserta didik kami
pertanggungjawabkan setiap akhir tahun dalam rapat
pleno”
(W.II.b.2
94
Sejalan dengan pelaksanaan program sekolah,
penilaian oleh publik kepada sekolah mulai tumbuh.
Publik telah menyadari hak untuk menilai tentang
penyelenggaraan
sekolah.
Kritik
dari
stakeholders
berhubungan dengan kurangnya komunikasi (SDN
Kategori I dan III), masih adanya pelanggaran terhadap
peraturan yang berlaku SDN Kategori III. Dalam hal ini
kepala sekolah Kategori I menyebutkan dalam kutipan
wawancara sebagai berikut:
“... Kami pernah diingatkan untuk selalu mengadakan
komunikasi dengan orang tua murid setahun sekali
agar terjalin hubungan yang baik. Juga penataan
lingkungan masih harus diupayakan lebih rindang dan
bersih agar siswa nyaman belajar. Pernah orang tua
memprotes tentang penilaian salah seorang Pendidik,
karena dianggap tidak sesuai dengan apa yang
dicapai anaknya... ”.(W.I.b.5)
Sementara wawancara dengan komite sekolah
SDN Kategori III sebagaimana kutipan berikut:
”Tetapi pernah mengingatkan kepada kepala sekolah
tentang kedatangan Pendidik yang kurang sesuai
dengan waktu kedatangan dan waktu istirahat yang
terlalu lama ” (W.III.b.5)
c. Usaha yang ditempuh sekolah sebagai tindak lanjut
pelaksanaan program sekolah.. Bentuk pertanggungjawaban sekolah lainnya adalah adanya program tindak
lanjut tergadap pelaksanaan program sekolah. Ketiga
sekolah telah mennyusun kegiatan tindak lanjut dari
hasil yang telah dicapai. Dalam upaya meningkatkan
akuntabilitas penye-lenggaraan sekolah kepada publik,
sekolah
96
melakukan
evaluasi
dan
tindak
lanjut
berdasarkan hasil yang dicapai. Kebijakan yang diambil
disesuaikan dengan kondisi sekolah. Masing-masing
sekolah mengadakan kegiatan berdasarkan prioritas
tertentu. Akan tetapi pada umumnya berhubungan
dengan peningkatan prestasi hasil belajar, kegiatan
ekstrakurikuler. Salah satu kepala sekolah dan komite
sekolah mengungkapkan dalam wawancara sebagai
berikut:
”Saya rasa, kegiatan ekstra kurikuler seni tari sesuai
dengan kondisi masyarakat, karena masyarakat di
sini sengan dengan kesenian jawa. Setelah kami
mengadakan
kegiatan
seni
tari,
masyarakat
menyambut dengan senang”(W.III.b.7). ”Menurut saya
sudah sesuai dengan apa norma masyarakat, ya.
Contohnya program seni rebana, pakaian berjilbab
setiap hari , Berbahasa Jawa setiap hari Kamis. Kami
mendukung sekali” (W.II.b.7)
Berdasarkan
akuntabilitas
telah
temuan
di
dilaksanakan
atas,
prinsip
diketahui
bahwa
prinsip akuntabilitas telah berjalan dengan cukup baik,
terutama pada SDN Kategori I dan II. Hal ini ditandai
dengan adanya dokumen pertanggungjawaban berupa
RKAS
(RAPBS),
LPJ
keuangan,
program
sekolah,
catatan prestasi sekolah dalam beberapa kegiatan
lomba tingkat kecamatan, kabupaten, dan upaya
tindak lanjut pelaksanaan program sekolah. Sekolah
memiliki budaya mutu. Upaya pencegahan tindak
penyimpangan dan pelanggaran terhadap perundangan
diantisipasi dengan menanamkan ”Budaya Malu” dan
kutipan larangan dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil
(dokumen sekolah). Akan tetapi pada SDN Kategori III
97
terlihat adanya hambatan dalam hal komunikasi dan
kurangnya tenaga pendidik.
3. Prinsip Partisipasi Masyarakat.
Prinsip
partisipasi
masyarakat
diidentifikasi
berdasarkan indikator meningkatnya kontribusi/dedikasi stakeholders terhadap penyelenggaraan sekolah,
meningkatnya kuantitas dan kualitas kritik untuk
peningkatan mutu pendidikan, kepedulian stakeholders
terhadap setiap langkah yang dilakukan sekolah untuk
meningkaskan mutu.
a.
Kontribusi.dedikasi
stakesholders
meningkat
dalam hal jasa. Kontribusi stakeholders diungkap dari
adanya
dukungan
dalam
hal
jasa
(pemikiran,
keterampilan) finansial, moral, dan material/barang.
Adanya team work yang solid merupakan modal dalam
memberikan peluang kepada stakeholders mengupayakan
kemajuan
sekolah.
Kontribusi
stakeholders
berjalan dengan adanya dukungan baik moral maupun
material. Dukungan yang bersifat moral nampak ketika
komite bersama misalnya dalam penyusunan RKAS,
peningkatan mutu, mujahadah menjelang pelaksanaan
ujian nasional. Tokoh agama ikut memberi santunan
kepada anak yatim/piatu. Akan tetapi dukungan yang
berupa bantuan pembangunan fisik sekolah maksimal
karena
adanya
larangan
menarik
sumbangan
pengembangan institusi. Hal terungkap dari kutipan
wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut:
”Selama ini kontribusi komite masih terbatas pada
dukungan yang berbentuk bangunan fisik sekolah
98
seperti pembuatan selokan belakang sekolah untuk
mengantisipasi tergerusnya tanah oleh aliran parit.
Itupun harus melalui musyawarah yang sangat hatihati, karena adanya perbup bahwa sekolah kan
tidak dilarang menarik dana pengembangan
institusi.” (W.III.c.2)
Berikut petikan wawancara yang dilaksanakan
dengan kepala sekolah SDNKategori II:
” Terbukti warga yang memiliki kemampuan tilawah
bagus, kita ajak membimbing anak dalam sari
tilawah. Menjelang lomba kreatifitas siswa dan
pekanseni,
kita
undang
warga
ke
sekolah
membimbing anak mengolah enceng gondok. Mantan
penilik sekolah yang ahli macapat berkenan
membantu melatih anak belajar macapat menjelang
lomba dan ternyata berhasil menjadi juara. ...
(W.II.c.4 ) Untuk DIDU pernah ada pengusaha enceng
gondok membantu sekolah dalam mengadakan
kegiatan tengah semester dengan menyumbang
transportasi. Ada juga yang memberi hadiah uang
kepada tim sepak bola ketika menjadi juara tingkat
kecamatan dan menjadi donatur. ... Bahkan pada
bulan muharan, salah seorang warga berkenan
memberi sodakoh kepada anak-anak sekolah yang
sudah yatim/piatu”.(W.II.c.5)
Akan
tetapi
kontribusi
masyarakat
belum
nampak dengan dengan baik pada sekolah yang lain.
Hal ini terungkap dalam wawancara dengan kepala SDN
Kategori III:
”Untuk DIDU, Karang Taruna belum
keterlibatannya kepada sekolah (W.III.c.5)
nampak
Pada sisi lain, kontribusi pemikiran masih belum
bisa dilaksanakan dengan baik. Dalam hal penyusunan
Kurikulum,
sekolah
masih
mengalami
kesulitan,
sehingga belum melibatkan berbagai pihak. Namun
demikian, pelaksanaan SK dan KD disesuaikan dengan
99
kondisi lingkungan sekolah dengan memanfaatkan
sumber
daya
yang
ada.
Hal
disebabkan
karena
kurangnya kemampuan dan pengetahuan, sementara
KTSP merupakan hal yang baru. Kondisi tersebut
sebagaimana diungkapkan oleh kepala sekolah sebagai
berikut:
”Kami belum dapat melibatkan publik dalam
menyusun kurikulum sekolah karena terus terang
kami sendiri masih kesulitan. Kurikulum yang kami
pakai masih mengadopsi contoh kurikulum pada saat
sosialisasi KTSP...”(W.I.c.2) ”Keterlibatan masyarakat
masih sangat terbatas sekali karena menyusun
kurikulum memang sulit. Untuk itu sekolah masih
mengadopsi KTSP dari sekolah lain dengan
disesuaikan
kondisi
lingkungan
sekolah
dan
masyarakat. Kami menerima masukan dari komite
tentang kegiatan yang menjadi kekhasan lingkungan.
” (W.II.c.2) Kurikulum 2006 kan harus disusun oleh
sekolah bersama komite. Tetapi kami kesulitan untuk
menyusun kurikulum karena kurangmya pengalaman
dalam menysun kurikulum. Kami mengadopsi contoh
kurikulum pada waktu penataran dan kami
sesuaikan dengan kondisi sekolah dan lingkungan
sekolah W.III.c.2)
Berdasarkan
indikator
ini,
pada
umumnya
kontribusi stakeholders masih terbatas pada bantuan
yang bersifat fisik sekolah. Akan tetapi pada SDN
Kategori I dan II kontribusi stakeholders nampak juga
pada dukungan moral seperti adanya mujahadah
menjelang pelakanaan UN. Sedang pada SDN Kategori
II bahkan nampak adanya keterlibatan DIDU dalam
penyelenggaraan pendidikan. Sebagaimana diungkapkan oleh komite sekolah SDN Kategori II dalam
wawancara berikut.
100
”Untuk DIDU pernah ada pengusaha enceng gondok
membantu sekolah dalam mengadakan kegiatan
tengah semester dengan menyumbang transportasi.
Ada juga yang memberi hadiah uang kepada tim
sepak bola ketika menjadi juara tingkat kecamatan
dan menjadi donatur...” (W.II.c.5)
Akan tetapi keterlibatan DIDU belum nampak
pada SDN Kategori I dan III. Berikut kutipan wawanara
dengan kepala sekolah:
”Sekolah belum melibatkan karang taruna dan DIDU
dalam penyelenggaraan sekolah” (W.I.c.5) Kami
belum mengadaan kerja sama dengan organisasi
masyarakat seperti karang taruna, DIDU, atau tokoh
masyarakat. ... ”.(W.III.c.5).
b.
Meningkatnya kualitas dan kuantitas masukan
(kritik dan saran) untuk peningkatan mutu pendidikan.
Meningkatnya tanggungjawab stakeholders, diimbangi
pula dengan meningkatnya kritik terhadap sekolah.
Namun
secara
diberikan
kuantitas
kepada
saran
sekolah
dan
masih
kritik
yang
terbatas.
Meningkatnya kritik dan saran stakeholders akan
mendorong
menggunakan
haknya
menyampaikan
pendapat dalam proses perencanaan, pengambilan
keputusan,
sekolah.
pengawasan
menyangkut
kepentingan
Berikut kutipan wawancara menangkut
saran/kritik terhadap sekolah:
”...Oleh karena itu kami sarankan agar diupayakan
peningkatan mutu dan peningkatan disiplin. ...
Koordinasi sekolah dengan kami masih perlu
ditingkatkan.... ”(W.II.c.7)
Salah
satu
hal
yang
menjadi
perhatian
stakeholders untuk dikritisi adalah lemahnya sekolah
menjalin komunikasi. Lemahnya komunikasi antara
101
sekolah
dengan
stakeholders
dapat
menyebabkan
kurangnya kerjasama dalam proses penyelenggaraan
pendidikan. Hal terungkap dalam wawancara dengan
komite sekolah sebagai berikut:
”Sekolah harus selalu meningkatkan komunikasi
dengan warga, meningkatkan kerjasa sama dengan
masyarakat. Untuk keberhasilan sekolah jangan
malu bertanya kepada mantan anggota komite,
karena kami tahu persis karakter masyarakat kami.
Kalau kaku bisa digunakan untuk memukul, tapi
kalam lemas bisa untuk tali”. (W.I.c.7) ”Dalam rapatrapat, komite menyarankan untuk penataan tugas
secara tepat, penambahan waktu belajar/les,
memusatkan kegiatan untuk peningkatan hasil
belajar. Pernah terjadi salah seorang orang tua
murid datang ke sekolah menyampaikan kritikan
kepada sekolah mengenai perlakuan sekolah
terhadap anak-anak ”.(W.II.c.7)
c.
Meningkatnya kepedulian stakesholderts terhadap
setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk
meningkatkan mutu. Berdasarkan indikator kepedulian
stakeholders
terhadap
langkah-langkah
yang
dilaksanakan sekolah, diketahui bahwa stakeholders
memiliki rasa peduli yang cukup besar terhadap
penyelenggaraan sekolah. Dalam hal ini stakeholders
dapat
menerima
dilakukan
kebijakan/
sekolah
setiap
langkah
Meningkatnya
yang
kepedulian
stakeholders terhadap langkah yang diambil sekolah
menunjukkan
bahwa
antara
sekolah
mendapat
dukungan secara moral. Langkah yang diambil sekolah
semata-mata ditujukan untu meningkatkan mutu.
Jika mengacu pada MBS, semestinya usaha
peningkatan mutu menjadi suatu hal yang tidak boleh
ditinggalkan.
102
Namun
langkah
tersebut
belum
terlaksana
pada
semua
sekolah.
Berikut
kutipan
wawancara dengan salah satu komite skolah:
”Saya rasa untuk peningkatan mutu belum nampak.
Baru terbatas pada hasil ujian sekolah saja. Untuk
bidang yang lain belum kelihatan. Sekolah belum
memberdayakan warga masyarakat untuk membantu
menyelenggarakan pendidikan. Sebenarnya, masyarakat kami ada juga yang pandai menabuh gamelan,
karena kampung memiliki seperangkat alat musik
gamelan. Tapi kami belum pernah dihubungi oleh
seko-lah. Kami juga melatih rebana di kampung”
(W.III.c.3)
Kondisi ini menjadi salah satu sebab belum
tercapainya sasaran MBS. Akan tetapi pada objek
amatan
yang
lain
telah
memiliki
budaya
mutu.
Berdasarkan observasi diketahui adanya slogan untuk
meningkatkan
kedisiplinan
yaitu
“Budaya
Malu”.
Meningkatnya kedisiplinan menjadi salah satu upaya
sekolah
dalam
meningkatkan
mutu
sebagimana
diungkapkan salah seorang komite sekolah:
”...Oleh karena itu kami sarankan agar diupayakan
peningkatan mutu dan peningkatan disiplin. ...
”(W.II.c.7)
Dari paparan diatas dapat diketahui bahwa
berdasarkan prinsip Transparansi, Akuntabiitas, dan
Partisipasi belum dapat dilaksanakan dengan efektif.
Pada prinsip transparansi, SDN Kategori I dan II belum
dapat mencapai empat indikator. Namun pada SDN
Kategori II telah mencapai empat indokator meskipun
pada indikator media informasi pelaksanaan program
bagi masyarakat masih terbatas pada proses PBM.
Prinsip akutabilitas telak dilaksanakan cukup
baik di mana setiap objek amatan telah memiliki
dokumen
pertanggungjawaban
penyelenggaraan
103
sekolah, penyampaian hasil, dan tindak lanjut terhadap
pelaksanaan program sekolah. Akan tetapi salah sati
objek amatan belum dapat menunjukkan prestasi
sekolah sebagai bagian dari realisasi keberhasilan
penyelenggaraan program.
Prinsip
Partisipasi
belum
dapat
terlaksana
dengan baik. Kontribusi masyarakat masih sangat
sedikit dan tarbatas pada bantuan fisik sekolah.
Bantuan yang berupa pemikiran, keterampilan (jasa)
belum nampak pada semua objek amatan.
Secara ringkas ketercapaian indikator prinsip
pelaksanaan MBS disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.16 Ketercapaian Indikator Prinsip Transparansi
Manajemen, Akuntabilits, dan Partisipasi
Indikator
No
1
2
3
SD
SDN Kategori I
SDN Kategori II
SDN Kategori III
Transparansi
1 2 3 4
v v
v v v v
v v
Prinsip
Indikator
Akuntabilitas
1 2 3
v v v
v v v
v v v
Indikator
Partisipasi
1 2 3
v
v
v
v
v
v
v
D. Deskripsi Kinerja Pendidik
1.
Uji Coba Validitas dan Reliabilitas.
Uji
coba
dilaksanakan
untuk
mengetahui
kesahihan dan keterandalan alat ukur kinerja pendidik.
Data hasil uji coba diolah menggunakan
SPSS 17
dengan hasil sebagai berikut:
a.
Uji Validitas. Hasil uji validitas Instrumen Kinerja
Pendidik disajikan pada tabel berikut:
104
Tabel 4.17 Uji Coba Validitas Intrumen RPP
Aspek
Corrected ItemTotal Coorelation
Cronbach's Alpha
if Item Delled
Makna
RPP1
RPP2
RPP3
RPP4
RPP5
RPP6
RPP7
RPP8
RPP9
RPP10
RPP11
RPP12
RPP13
RPP14
RPP15
RPP16
RPP17
.689
.601
.700
.721
.581
.711
-.014
.655
.614
.517
.739
.379
.361
.227
.761
.112
.840
.891
.894
.890
.889
.894
.890
.906
.892
.893
.897
.888
.900
.901
.906
.888
.906
.886
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Tabel 4.18 Uji Coba Validitas Intrumen PBM
Aspek
PBM1
PBM2
PBM3
PBM4
PBM5
PBM6
PBM7
PBM8
PBM9
PBM10
PBM11
PBM12
PBM13
PBM14
PBM15
PBM16
PBM17
PBM18
Corrected ItemTotal Coorelation
.701
.886
.637
.809
.678
.065
.656
.835
.844
.610
.798
.813
.884
.854
.807
.872
.456
.609
Cronbach's Alpha
if Item Delled
.980
.979
.980
.980
.980
.981
.980
.979
.979
.980
.980
.980
.979
.979
.980
.979
.980
.980
Makna
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
105
PBM19
PBM20
PBM21
PBM22
PBM23
PBM24
PBM25
PBM26
PBM27
PBM28
PBM29
PBM30
PBM31
PBM32
PBM33
PBM34
PBM35
PBM36
PBM37
PBM38
PBM39
PBM40
PBM41
PBM42
PBM43
PBM44
PBM45
.743
.797
.687
.594
.608
.575
.809
.783
.677
.809
.676
.606
.682
.633
.746
.621
.849
.787
.757
.793
.702
.786
.941
.676
.403
.924
.565
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.979
.980
.980
.980
.980
.980
.979
.980
.980
.979
.980
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 4.19 Uji Coba Validitas Intrumen Penilaian Hasil Belajar
Aspek
Pen. Hs.Ev.Bel 1
Pen. Hs.Ev.Bel 2
Pen. Hs.Ev.Bel 3
Pen. Hs.Ev.Bel 4
Pen. Hs.Ev.Bel 5
Pen. Hs.Ev.Bel 6
Pen. Hs.Ev.Bel 7
Pen. Hs.Ev.Bel 8
Pen. Hs.Ev.Bel 9
106
Corrected ItemTotal
Coorelation
.890
.760
.798
.732
.639
.846
.858
.894
.874
Cronbach's
Alpha
if Item Delled
.940
.947
.944
.948
.952
.941
.941
.939
.942
Makna
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 4.20 Uji Validitas Instrumen Analisis Hasil
Evaluasi Belajar
Aspek
AN.HS.BEL1
AN.HS.BEL2
AN.HS.BEL3
AN.HS.BEL4
AN.HS.BEL5
Corrected ItemTotal Coorelation
.660
.685
.816
.735
.738
Cronbach's Alpha
if Item Delled
.881
.862
.833
.852
.851
Makna
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 4.21 Uji Validitas Instrumen Perbaikan dan Pengayaan
Aspek
Perbaikan 1
Perbaikan 2
Perbaikan 3
Perbaikan 4
Perbaikan 5
Perbaikan 6
Perbaikan 7
Perbaikan 8
Perbaikan 9
Perbaikan 10
Perbaikan 11
Perbaikan 12
Perbaikan 13
Corrected ItemTotal Coorelation
.878
.690
.896
.798
.964
.976
.960
.976
.598
.805
.802
.964
.964
Berdasarkan
tabel
Cronbach's Alpha
if Item Delled
.973
.977
.974
.974
.971
.970
.971
.970
.978
.975
.974
.971
.971
hasil
uji
coba
Makna
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
validitas,
diperoleh nilai r yang lebih kecil dari batas validitas 0,3,
terdapat empat item yang tidak memenuhi kriteria
yaitu 0,014, 0,227, 0,112, pada aspek RPP 7, RPP 14,
dan RPP 16 serta 0,065 aspek PBM 6. Oleh karena itu
item-item tersebut tidak valid dan tidak dipergunakan
untuk mendeskripsikan Kinerja Pendidik.
b. Uji Reliabiltias. Berdasarkan hasil uji reliabilitas
dengan bantuan SPSS 17, diperoleh angka-angka
sebagai berikut:
107
Tabel 4. 22
Ringkasan Uji Coba Reliabilitas Instrumen Kinerja Pendidik
Variabel
RPP
PBM
Pen. Hasil Belajar
An. Hsl. Ev. Belajar
Perb. & Pengayaan
Koefisien Alpha
0,901
0,980
0,950
0,881
0,975
Batas
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
Makna
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Berdasarkan tabel uji coba reliabilitas istrumen
kinerja pendidik, diperoleh nilai r terendah 0.881 dan
tertinggi 0.980. N
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di Gugus Ki Hajar
Dewantoro UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru
Kabupaten Semarang. Unit amatan adalah SDN inti
dan dua SDN Imbas. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara langsung lepada Kepala Sekolah,
Pendidik, Komite Sekolah, dan checklist serta
data
pendukung yang diperoleh dari manajemen sekolah.
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Gugus Ki Hajar Dewantoro merupakan salah
satu dari empat gugus di UPTD Pendidikan Kecamatan
Banyubiru. Gugus Ki Hajar Dewantoro terdiri dari 6 SD
dan 2 MI. Secara geografis, sekolah terletak pada dua
lokasi yang berbeda. 3 SD dan 1 MI terletak di daerah
pegunungan dan yang lain di tepi jalan raya. Adapun
deskripsi objek amatan sebagai berikut:
1.
SDN Tegaron 02
a.
Sejarah. SD Negeri Tegaron 02 didirikan berda-
sarkan Inpres Tahun 1977 pada sebidang tanah desa
seluas 650 M2 di Desa Tegaron, Kecamatan Banyubiru
Kabupaten Semarang. Sekolah ini ditetapkan sebagai
sekolah dasar negeri yang terdiri dari enam kelas oleh
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah
dengan SK Nomor: 421.2/002/VII/28/87.
Bangunan gedung sekolah merupakan bangunan
permanen yang memenuhi persyaratan untuk melaksanakan
70
proses
pembelajaran.
Pelaksanakan
proses
pembelajaran dilengkapi dengan 6 ruang jelas, 1 ruang
perpustakaan, 1 ruang komputer, 1 gudang penyimpanan, 1 WC Pendidik dan 2 WC peserta didik.
Walaupun terletak di tepi jalan, suasananya cukup
kondusif sehingga proses pembelajaran tidak terganggu
bisingnya lalu lintas jalan. Proses pembelajaran dimulai
pukul
07.00
sampai
pukul
12.15
menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pemberlakuan
KTSP.
SDN Tegaron 02 merupakan SD Inti dalam Gugus
Ki Hajar Dewantoro. Ditetapkannya SDN Tegaron 02
sebagai SD Inti didasarkan beberapa pertimbangan
yaitu: a. Terletak di tengah-tengah antara sekolahsekolah lain dalam satu gugus; b. Mudah dijangkau
oleh sekolah lain dalam satu gugus; c. memiliki sarana
dan prasarana yang memadai; d. Jumlah pendidik
memenuhi persyaratan Standar Pelayanan Minimal.
Visi yang dicanangkan SDN Tegaron 02 adalah
”Memacu Peserta Didik yang Cerdas, Terampil, Santun
Serta Berbudi Luhur yang Religius”. Misi yang diemban
untuk merealisasikan visi adalah: a. Melaksanakan
pembelajaran PAKEM; b. Mendorong peserta didik lebih
giat belajar; c. Memasyarakatkan JBEM; d. Menumbuhkembangkan budaya bangsa; e. Melatih peserta didik
untuk beramal (sosial); dan f. Membiasakan peserta
didik sopan di sekolah, di jalan, di rumah, dan di
masyarakat.
b.
Keadaan Pendidik dan Peserta Didik.
Keadaan
Pendidik. Pada tahun pelajaran 2010/2011 SD Negeri
Tegaron
02
Kecamatan
Banyubiru
Kabupaten
71
Semarang
memiliki
tenaga
pendidik
sebagaimana
disajikan pada tabel berikut:
Tabel : 4.1
Tingkat Pendidikan Pendidik SDN Tegaron 02 Th.2011
No
Tingkat Pendidikan
1
Sarjana Pendidikan
2
Diploma II
Jumlah
Banyak Pendidik
L
P
6
2
2
Jumlah
6
3
9
5
11
Sumber : Dokumen SDN Tegaron 02 Tahun 2011, diolah
Dari tabel di atas diketahui bahwa kualifikasi
pendidik telah memenuhi standar sebagaimana yang
dimaksud di dalam UU Nomor 14/2005. Terpenuhinya
standar
kualifikasi
pendidik
tersebut
mandorong
tercapainya pendidikan yang bermutu.
Keadaan Peserta Didik. Berdasarkan dokumen
penerimaan peserta didik baru
lima tahun terakhir,
jumlah peserta didik SDN Tegaron 02 menunjukkan
peningkatan yang cukup tajam. Perkembangan jumlah
peserta didik yang cenderung bertambah setiap tahun
merupakan
suatu
kemajuan
yang
positif
bagi
keberadaan sekolah ditengah persaingan yang semakin
ketat.
Hal
ini
dapat
menjadi
indikasi
adanya
kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan di SDN
Tegaron 02.
Pada
tahun
pelajaran
2010/2011,
memiliki
peserta didik sebanyak 264 anak dengan rincian
sebagai berikut:
72
Tabel : 4.2
Keadaan Peserta Didik SDN Tegaron 02 Tahun Pelajaran
2010/2011
No
Kelas
1
2
3
4
5
6
I
II
III
IV
V
VI
Jumlah
BanyaK Peserta Didik
L
P
23
15
25
23
21
21
29
16
32
20
21
18
149
Jumlah
38
48
42
45
52
39
113
264
Sumber : Dokumen SDN Tegaron 02 2011, diolah
Menilik jumlah peserta didik pada tabel di atas,
dapat dimaknai sebagai suatu keberhasilan cukup
besar di tangah persaingan memperoleh peserta didik.
Bahkan jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar
dari seluruh sekolah dasar di Kecamatan Banyubiru.
Pada tahun 2010, bersama Komite Sekolah, dan
Pemerintah Desa Tegaron, telah berhasil mendirikan TK
untuk mendidik peserta didik usia 4-5 tahun sebagai
calon peserta didik SDN Tegaron 02.
Ditinjau dari latar latar belakang pendidikan,
tingkat
sosial
sangatlah
ekonomi
bervariasi.
orang
tua
Berdasarkan
peserta
data
didik,
tingkat
pendidikan orang tua, 56 % orang tua peserta didik
berpendidikan SD, 23 % berpendidikan SLTP, sisanya
berpendidikan SLTA, Diploma dan Sarjana S1. Sebagai
gambaran disajikan pada tabel berikut:
73
Tabel: 4.3
Tingkat Pendidikan Orang Tua Peserta Didik SDN Tegaron 02
Tahun Pelajaran 2010/2011
No
Kelas
1
Pendidikan Orang Tua
SD
SLTP
SLTA
D II
S.1
Jumlah
I
21
9
8
2
II
24
16
6
3
III
23
9
8
4
IV
34
6
4
5
V
22
16
14
6
VI
Jumla
h
24
6
7
1
1
39
148
62
47
2
0
264
38
1
1
48
1
42
1
45
52
Sumber : SDN Tegaron 02 Tahun 2011, diolah
Berdasarkan tingkat sosial ekonomi orang tua,
anak-anak
berasal
dari
golongan
ekonomi
yang
beragam. Sebagian besar pekerjaan orang tua dalah
sebagai buruh tani, swasta, dan tani. Keadaan sosial
ekonomi orang tua peserta didik dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.4 Pekerjaan Orang Tua Peserta Didik SDN Tegaron 02
Tahun 2011
No
Pekerjaan
Frekuensi
1
Buruh
2
Tani
83
3
Swasta
61
4
PNS
7
5
ABRI
3
Jumlah
110
264
Sumber : Dokumen SDN Tegaron 02 Tahun 2011, diolah.
74
c.
Prestasi.
terakhir
SDN
Selama
kurun
Tegaron
02
waktu
telah
lima
tahun
berbenah
untuk
mewujudkan prestasi terbaik. Melalui program khusus
pembinaan kemampuan dan kegiatan ekstrakurikuler,
peserta didik dipersiapkan untuk mengikuti event-event
penting di lingkungan kecamatan dan kabupaten, baik
yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan maupun
Swasta.
Event
yang
diikuti
adalah
Lomba
Siswa
Berprestasi, Pekan Seni, OSN, LCC, LCC Dokter Kecil,
OOSN, Kepramukaan. Prestasi sekolah dalam kurun
waktu lima tahun terakhir disajikan pada tabel 4.5
(terlampir).
Prestasi yang dicapai dalam kurun waktu lima
tahun ini merupakan wujud dari upaya meningkatkan
kualitas pendidikan berdasarkan visi dan misi sekolah.
2.
SDN Rowoboni 02
1.
Sejarah. SD Negeri Rowoboni 02 didirikan
di atas tanah bengkok desa seluas 330 M2 berdasarkan
Inpres Tahun 1976 di jalan Banyubiru-Muncul Km 4,
Dusun
Candisari,
Desa
Rowoboni,
Kecamatan
Banyubiru, Kabupaten Semarang. Bangunan sekolah
terdiri dari dua unit. Satu unit terdiri dari 6 lokal
dipergunakan untuk 3 ruang kelas, 1 ruang komputer,
1 ruang kantor sekolah, dan 1 ruang perpustakaan.
Unit 2 terdiri dari 3 ruang kelas.
SDN Rowoboni 02 merupakan salah satu SD
Imbas di Gugus Ki hajar Dewantoro. Seperti sekolah
yang
didirikan
berdasarkan
Inpres
ini
ditetapkan
sebagai sekolah dasar negeri berdasarkan Keputusan
75
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah
melalui SK
Nomor: 421.2/002/VII/28/87. Proses
pembelajaran pagi hari dari pukul 07.00 – 12.15
dengna menggunakan KTSP.
SDN Rowoboni 02 memiliki Visi “Menuju Sekolah
Yang
Jempol”.
ditetapkan
Untuk
misi
mewujudkan
sekolah
visi
sebagai
tersebut,
pedoman
melaksanakan tugas sehari-hari warga sekolah. Misi
yang diemban dalam kurun waktu lima tahun berjalan
adalah sebagai berikut: 1). melaksanakan pembelajaran
yang efektif dan efisien; 2) Penambahan jam pelajaran
yang di UAS-kan kepada peserta didik; 3) Melaksanakan
tes
akhir
bulan;
4)
Mengadakan
kegiatan
Ekstrakurikuler: Seni Tari, Kepramukaan, Rebana, Seni
Tilawah;
5)
Menerapkan
Manajemen
Partisipatif
terhadap warga masyarakat; 6) Mengadakan pembinaan mental spiritual secara berkesinambungan; 7) Bekerjasama dengan orang tua memberikan Pendidikan
Budi Pekerti kepada peserta didik; 8) Mengadakan
pelatihan kerajinan tangan enceng gondok.
Untuk merealisasi visi dan misi, sekolah telah
menetapkan beberapa tujuan sekolah. Tujuan yang
dditetapkan adalah: 1) Rerata UAS th. pelajaran
2009/2010
adalah
7,0;
2010/2011
adalah
7,2;
2011/2012 adalah 7,3, dan 2012/2013 adalah 7,5;
2) Jumlah lulusan yang diterima di SMP Negeri yang
tergolong favorit mencapai 70 %.; 3) Kegiatan ekstrakurikuler mampu mencetak siswa menjadi juara dalam
lomba
tingkat
kecamatan,
kabupaten
maupun
provinsi; 4) Siswa mampu berbicara dengan bahasa
Inggris secara sederhana; 5) Menghasilkan siswa yang
76
berakhlak
mulia
dan
berbudi
pekerti
yang
baik;
6) Menghasilkan siswa yang mampu menjuari lomba
mapel bidang keterampilan menganyam.
Sebagai bentuk pertangungjawaban kepada pihak
terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di SDN
Rowoboni 02, sekolah telah menyusun program jangka
pendek,
jangka
menengah,
dan
jangka
panjang.
Beberapa kegiatan dirancang untuk mewujudkan visi
dan misi sekolah. Adapun kegiatan yang dilaksanakan
meliputi penyiapan peserta didik menghadapi beberapa
lomba
di
bidang
akademik
dan
non
akademik.
Pembinaan di bidang akademik berupa pemadatan
materi pembelajaran beberapa peserta didik kelas V
terpilih
yang
secara
khusus
dipersiapkan
untuk
mewakili sekolah dalam kegiatan lomba. Kegiatan
Ekstrakurikuler
yang
dilaksanakan
meliputi:
Kepramukaan, Seni Tilawah, Seni Tari, Sepak Bola,
Seni
Keprajuritan.
dilaksanakan
dalam
Dari
lima
kegiatan
tahun
yang
telah
terakhir
telah
menghasilkan beberapa prestasi di bidang akademik
maupun non akademik. Prestasi di bidang akademik
terdiri dari lomba Siswa berprestasi, Lomba OSN,
Lomba MAPSI. Sedangkan non akademik terdiri dari
pentas
seni,
Kreatifitas
Siswa,
Sepak
Bola,
Seni
Tilawah.
2.
Keadaan
Pendidik
dan
Peserta
Didik.
Keadaan Pendidik. Salah satu indikator input MBS
adalah terpenuhinya tenaga pendidik sebagai pelaksana
proses pembelajaran. Pada tahun pelajaran 2010/2011,
SDN Rowoboni 02 memiliki tenaga pendidik 10 orang
77
PNS, yang terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah, 6 orang
Guru kelas, 1 orang Guru Penjas, dan 1 orang Guru
Pendidikan Agama, dan 1 orang penjaga sekolah.
Dalam
rangka
memberikan
pendidikan
tambahan
sebagai bekal keterampilan khusus, dibantu
2 orang
GTT sebagai pengajar Bahasa Inggris dan Komputer.
Adapun data kualifikasi pendidikan pendidik di
SDN Rowoboni 02 disajikan sebagai berikut:
Tabel
4.6
Tingkat Pendidikan Pendidik SDN Rowoboni 02 Tahun 2011
No
Banyak Pendidik
L
P
Tingkat Pendidikan
1
Sarjana Pendidikan
2
Diploma II
3
SLTA
Jumlah
1
1
2
Jumlah
3
3
1
7
4
3
2
9
Sumber : Dokumen SDN Rowoboni 02, diolah.
Meskipun belum memenuhi standar kualifikasi
pendidik, tidak mengurangi upaya para pendidik untuk
mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Upaya ini
dilakukan dengan mengacu pada visi dan misi yang
telah ditetapkan.
Keadaan Peserta Didik SDN Rowoboni 02 berasal
dari tiga desa, yaitu desa Rowoboni, desa Tegaron, dan
desa
Kebondowo.
masyarakat,
Dalam
sekolah
rangka
berusaha
menarik
memberikan
minat
yang
terbaik di bidang akademik dan non akademik. Data
peserta didik tahun pelajaran 2010/2011 disajikan
sebagai berikut:
78
Tabel 4.7
Keadaan Peserta Didik SDN Rowoboni 02 Tahun Pelajaran
2010/2011
No
Kelas
1
Banyak Peserta Didik
Jumlah
I
L
17
P
11
2
II
14
9
23
3
III
12
10
22
4
IV
19
13
32
5
V
15
17
32
6
VI
20
10
30
97
70
167
Jumlah
28
Sumber : Dokumen SDN Rowoboni 02 2011, diolah.
Berdasarkan data tingkat pendidikan, sebagian
besar orang tua berpendidikan SD hingga SMP. Data
tingkat pendidikan dan sosial ekonomi orang tua
disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.8
Tingkat Pendidikan Orang Tua Peserta Didik SDN Rowoboni 02
Tahun 2011
No
Kelas
1
Pendidikan
SMP
SLTA
I
12
9
7
2
II
14
5
3
3
III
18
1
3
4
IV
17
5
9
1
32
5
V
11
7
12
2
32
6
VI
5
14
10
1
30
77
41
44
5
167
Jumlah
S1
Jumlah
SD
28
1
23
22
79
Sumber : Dokumen SDN Rowoboni 02, diolah
Berdasarkan pekerjaan orang tua peserta didik,
sebagian besar bekerja sebagai buruh, tani, dan
nelayan sebagaimana disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.9
Pekerjaan Orang Tua Peserta Didik SDN Rowoboni 02 Tahun
2011
No
Pekerjaan
Frekuensi
1
Buruh
36
2
Nelayan
25
3
Tani
49
4
Swasta
51
5
PNS
5
6
ABRI
1
Jumlah
167
Sumber : Dokumen SDN Rowoboni 02, diolah
3.
lain,
Prestasi. Sebagaimana layaknya sekolah
dalam
upaya
mempertahankan
keberadaan
sekolah agar dapat diterima oleh masyarakat, sekolah
selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi pesera
didik dan orang tua. Oleh Karena itu, sekolah selalu
berusaha untuk memperoleh prestasi baik bidang
akademik maupun non akademik. Prestasi di bidang
akademik
terdiri
dari
kejuaraan
LCC,
Siswa
Berprestasi, MAPSI. Sedangkan prestasi non akademik
terdiri dari kejuaraan Pekan Seni, Kreatifitas, dan
Sepak Bola. Sejalan dengan tujuan MBS adalah untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan
yang
antara
lain
tercermin dari prestasi akademik dan non akademik,
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir SDN Rowoboni 02
80
telah berhasil mengoleksi beberapa kejuaraan. Adapun
prestasi yang telah dicapai disajikan pada tabel 4.10
(terlampir).
Prestasi yang dicapai merupakan realisasi dari
visi dan misi yang telah dicanangkan. Pencapaian
prestasi adalah bukti dari kerja tim work yang solid
dengan dukungan berbagai pihak dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
3.
a.
SDN Sapakung 03
Sejarah. SDN Sepakung 03 didirikan berdasarkan
Inpres tahun 1977 di atas tanah bengkok desa seluas
736 M2. Sekolah yang terletak di kaki Gunung
Telomoyo, Jalan Asparagus No. 6 di Desa Sepakung,
Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, kurang
lebih 10 km dari Kecamatan Banyubiru. SDN Sepakung
03 memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang kantor Kepala
Sekolah dan Pendidik, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang
gudang, 2 WC peserta didik dan 1 WC untuk Pendidik.
SDN Sepakung 03 merupakan salah satu dari
dua sekolah negeri di desa Sepakung dan merupakan
SD Imbas. Sekolah ini ditetapkan sebagai sekolah dasar
negeri yang terdiri dari enam (6) kelas berdasarkan
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah nomor penetapan: 421.2/002/VII/SD/1987.
Dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, SDN
Sepakung 03 memiliki visi “TERAMPIL, CERDAS, DAN
BERAKHLAK MULIA”. Adapun misi yang disusun untuk
merealisasi visi adalah : 1) Mengadakan pembelajaran
secara efektif dan efisien; 2) Penambahan jam pelajaran
81
pada peserta didik kelas tinggi; 3)
Melaksanakan tes
akhlir bulan; 4) Mengadakan kegiatan ekstra kurikluler;
5) Mengadakan pembinaan mental, spiritual secara
berkesinambungan; 6) Bekerja sama dengan Komite,
mengadakan peringatan hari besar keagamaan.
b.
Keadaan Pendidik dan Peserta Didik. Jumlah
pendidik SDN Sepakung 03 saat ini terdiri dari 8 orang
dengan status PNS 6 orang, Pendidik Wiyata Bakti 2
orang dengan kualifikasi pendidikan sarjana, Diploma
II dan SLTA. Kualifikasi pendidikan pendidik disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 4.11
Tingkat Pendidikan Pendidik SDN Sepakung 03 Tahun 2011
No
1
2
3
Tingkat Pendidikan
Sarjana Pendidikan
Diploma II
SLTA
Jumlah
Banyak Pendidik
Jumlah
L
P
3
3
1
1
2
2
1
3
6
2
8
Sumber : Dokumen SDN Sepakung 03, diolah.
Berdasarkan
standar
pelayanan
minimal
pendidikan, dapat dikatakan bahwa dari sisi pendidik,
belum memenuhi SPM. Oleh karena itu, kepala sekolah
harus
mengampu
memperoleh
satu
pelayanan
kelas
agar
pendidikan
peserta
didik
sebagaimana
mestinya.
Keadaan peserta didik SDN Sepakung 03 cukup
banyak sebagaimana disajikan dalam tabel berikit:
82
Tabel 4.12
Keadaan Peserta Didik SDN Sepakung 03 Tahun 2011
No
Kelas
1
2
3
4
5
6
I
II
III
IV
V
VI
Jumlah
Banyak Peserta Didik
L
P
10
12
14
15
21
14
18
16
12
18
19
15
84
90
Jumlah
22
29
35
34
30
24
174
Sumber: Dokumen SDN Rowoboni 02, diolah
Berdasarkan
tingkat
pendidikan
orang
tua
peserta didik, mayoritas berasal dari keluarga yang
berpendidikan
rendah.
Hampir
90
%
orang
tua
berpendidikan sekolah dasar.
Tabel 4.13
Tingkat Pendidikan Orang Tua Peserta Didik SDN Sepakung
03 Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
Kelas
SD
I
20
II
26
III
29
IV
31
V
29
VI
23
Jumlah 158
Pendidikan
SLTP SLTA
Jumlah
1
1
22
1
2
29
2
4
35
2
1
34
1
0
30
0
1
24
7
9
174
Sumber : Dokumen SDN Sepakung 03, diolah
83
Berdasarkan tingkat sosial ekonomi orang tua,
sebagian besar berasal dari keluarga buruh dan tani.
Sebagian kecil saja yang bekerja sebagai PNS atau
wiraswasta. Sebagai gambaran keadaan sosial ekonomi
orang tua, disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.14
Pekerjaan Orang Tua Peserta Didik SDN Sepakung 03 Tahun
2011
No
Pekerjaan
Frekuensi
1
Buruh
93
2
Tani
64
3
Swasta
15
4
PNS
1
5
ABRI
1
Jumlah
174
Sumber : Dokumen SDN Sepakung 03, diolah
c.
Prestasi. Salah satu keberhasilan MBS adalah
adanya pencapaian prestasi oleh sekolah. Dalam usaha
merealisasi visi dan misi sekolah, para pendidik telah
berusaha mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan
sekolah. Dalam lima tahun terakhir, prestasi yang telah
dicapai terdiri dari Juara 3 LCC tahun 2008, Juara 2
Macapat Putri tahun 2009, dan Juara 1 Macapat putra
tahun 2011.
B. Identitas Informan
Sebagaimana dijelaskan pada Bab sebelumnya
bahwa informan dalam penelitian ini terdiri dari Kepala
Sekolah, Pendidik, Komite Sekolah. Oleh Karena itu,
84
berikut ini disajikan identitas informan dari masingmasing objek penelitian. Untuk menjaga kenyamanan
setelah memberikan informasi dan etika penelitian,
identitas
informan
Sedangkan
nama
disebutkan
sekolah
dengan
disebut
inisial.
dengan
istilah
kategori.
Tabel 4.15
No
Sekolah
1
Kategori
1
2
Kategori
II
3
Kategori
III
Identitas Informan
Informan/
Jabatan
ST
K.S
SH
Komite
SR
Guru
NS
R
J
S
MA
P
K.S
Komite
Guru
K.S
Komite
Guru
L/P
Umur
Pend
Wwcr
P
L
P
47
46
54
S.1
SLTA
S.1
15-6-2011
16-6-2011
17-6-2011
P
L
P
L
L
L
48
52
58
49
36
54
S.1
SD
D II
S.1
D III
D II
22-6-2011
23-6-2011
24-6-2011
29-6-2011
30-6-2011
1-7-2011
C. Paparan Hasil Penelitian
Pada bagian ini disajikan hasil wawancara yang
dilakukan dengan kepala sekolah, pendidik, dan Ketua
Komite sekolah yang menjadi objek amatan sebagai
berikut :
1. Prinsip Transparansi Manajemen.
Transparansi manajemen merupakan salah satu
bagian penting pelaksanaan MBS. Transparansi tidak
hanya berhubungan dengan pengelolaan keuangan,
tetapi
berhubungan
perencanaan
pembelajaran,
juga
program,
penyampaian
dengan
pelaksanaan
pengelolaan
hasil
proses
kegiatan.
85
Pelaksanaan
transparansi
berdasarkan data utama
manajemen
diidentifikasi
hasil wawancara, dokumen
pelaporan keuangan, program sekolah berdasarkan
indikator berikut:
a. Tersedianya dokumen perencanaan/program sekolah.
Berdasarkan indikator ini diketahui bahwa Kepala
Sekolah sebagai aktor kunci dalam pelaksanaan MBS
belum
sepenuhnya
manajemen.
melaksanakan
fungsi-fungsi
Dokumen perencanaan/program sekolah
belum dimiliki oleh semua sekolah. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh kepala sekolah SD Kategori I:
“Program
disusun oleh mantan kepala sekolah
sendiri. Setelah selesai, dimintakan pengesahan
Komite Kami melaksanakan program yang telah ada
yang disusun oleh Kepala Sekolah yang lama.
Berdasarkan informasi teman-teman Pendidik, dan
data yang ada, kami belum memiliki program jangka
panjang dan menengah. Waktu itu program sudah
dirancang oleh kepala sekolah. Jadi kami sekarang
tinggal melanjutkan saja”(W.I.a.2).
Sebagiamana SDN Kategori I, SDN ategori III
belum melaksanakan perencanaan dengan baik. Proses
manajemen belum berjalan sebagaimana mestinya.
Sekolah belum memiliki program sekolah yang disusun
bersama stakeholders. Hal terebut terungkap
salam
wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut:
”Kami masih mengacu pada program tahunlalu.
Program disusun untuk satu tahun. Untuk program
jangka menengah dan jangka panjang kami belum
menyusunnya. (W.III.c.1) Program kami susun
dengan menyesuaikan kondisi sekolah. Tetapi kami
belum memiliki program jangka menengah dan
jangka panjang. Karena situasi, Komite belum kami
libatkan dalam menyusun program sekolah.
Kadang-kadang, karena pekerjaan mereka, kami
86
kesulitan mengumpul-kan seluruh anggota komite.
Tetapi program yang telah tersusun kami sampaikan
kepada ketua komite...” (W.III.c.2)
Hal senada disampaikan pula oleh ketua komite
sekolah sebagai berikut :
”Kami belum diajak menyusun program sekolah. Jadi
kami belum tahu seperti apa program yang direncanakan sekolah. (W.III.c.1) Kami belum diajak rapat
membahas program sekolah...”
Hal senada disampaikan pula oleh pendidik
dalam wawancara sebagai berikut:
Sekolah kami belum punya program yang rinci,
apalagi program jangka pendek, jangka menengah,
dan jangka panjang. Yang penting proses belajar
mengajar, terlaksana dalam satu tahun”...(W.III.c.2)
Berbeda dengan dengan SD Kategori I, SD
Kategori II telah melaksanakan prinsip manajemen
dengan
adanya
memiliki
program
jangka
pendek,
menengah dan jangka panjang. Proses penyusunan
program
memperlihatkan
stakeholders.
Proses
adanya
manajemen
keterlibatan
didahului
dengan
analisis SWOT dengan melibatkan stakeholders (intern
dan ekstern). Berikut petikan wawancara dengan kepala
sekolah:
“Kami mengawali dengan analisis SWOT, baru
merencanakan program bersama Pendidik. Melalui
análisis swot, kami mengetahui kelemahan dan
kekuatan sekolah dan selanjutnya menyusun rencana
dan menetapkan stategi kegiatan. Pada umumnya
perencanaan program kan berhubungan erat dengan
keadaan keuangan. Semua kegiatan terangkum
dalam RKAS. ...”(W.II.a.2)
b. Adanya keterlibatan pihak terkait dalam perencanaan
program sekolah. Keterlibatan pihak terkait dalam
perencanaan program sekolah, merupakan indikasi
87
adanya pemberdayaan dalam merencanakan program
sekolah. Belum adanya keterlibatan stakeholders dapat
menjadi indikasi bahwa kerjasama antara sekolah
dengan pihak terkait (stkeholders) beklu terjalin dengan
baik. Hal ini sebagaimana dikemukakan Kepala SDN
Kategori I dalam wawancara sebagi berikut:
“Program
disusun oleh mantan kepala sekolah
sendiri. Setelah selesai, dimintakan pengesahan
Komite Kami melaksanakan program yang telah ada
yang disusun oleh Kepala Sekolah yang lama.
Berdasarkan informasi teman-teman Pendidik, dan
data yang ada, kami belum memiliki program jangka
panjang dan menengah. Waktu itu program sudah
dirancang oleh kepala sekolah. Jadi kami sekarang
tinggal melanjutkan saja”(W.I.a.2).
Senada Kepala Sekolah, pendidik mengemukakan
sebagai berikut:
“Program disusun oleh kepala sekolah, belum ada
masukan dari para Pendidik, belum pernah dibahas
dengan komite. Kami belum mengetahui tentang
program jangka pendek, menengah, dan jangka
panjang. Jadi untuk prioritas kebutuhan ikut
rencana kepala sekolah”. (W.I.a.2).
Apa yang terjadi pada SDN Kategori I dialami pula
oleh SDN Kategori II. Stakeholders belum dilibatkan
dalam proses perencanaan program sekolah. Dalam
wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut :
”Kami masih mengacu pada program tahunlalu.
Program disusun untuk satu tahun. Untuk program
jangka menengah dan jangka panjang kami belum
menyusunnya. (W.III.c.1) Program kami susun dengan
menyesuaikan kondisi sekolah. Tetapi kami belum
memiliki program jangka menengah dan jangka
panjang. Karena situasi, Komite belum kami libatkan
dalam menyusun program sekolah. Kadang-kadang,
88
karena
pekerjaan
mereka,
kami
kesulitan
mengumpul-kan seluruh anggota komite. .” (W.III.c.2)
Dalam hal ini komite sekolah mengungkapkan
sebagai berikut:
”Dua tahun terakhir, pernah kami diundang untuk
membahas RAPBS. Tetapi RAPBS sudah jadi dan
kami tinggal mengesahkan saja. .... Tetapi tahun ini
pertemuan tersebut belum dilaksanakan. ”.
(W.III.c.3)
Namun hal tersebut tidak terjadi pada SDN
Kategori II. Sekolah telah melaksanakan penyusunan
program sekolah dengan melibatkan stakeholders. Apa
yang dilakukan sekolah merupakan upaya membentuk
kerjasama yang baik antara sekolah dengan pihak
terkait. Dalam wawancara dengan komite sekolah
terungkap sebagai berikut :
“Sekolah mengundang kami untuk membahas
program sekolah. Kami menekankan pada usaha
untuk memperoleh peningkatan prestasi belajar anakanak. Kalau memang harus memerlukan biaya, bisa
dimusyawarahkan bersama dengan orang tua murid”.
(W.II.a.2)
Senada komite sekolah, pendidik mengemukakan
sebagia berikut:
“Kepala sekolah minta masukan dari kami. Kami
merencanakan kebutuhan masing-masing kelas
kemudian kami serahkan kepada sekolah untuk
dirumuskan dalam program sekolah. Setelah selesai
kemudian dibahas bersama komite sekolah untuk
menentukan prioritas kegiatan ”. (W.II.a.2)
c. Tersedianya media informasi pelaksanaan program
sekolah. Program yang telah disusun seharusnya
diinformasikan kepada beberapa pihak antara lain
89
Pendidik, Komite Sekolah, dan UPTD Pendidikan.
Media
informasi
yang
disediakan
bukan
hanya
berhubungan dengan proses keuangan, akan tetapi
termasuk proses pembelajaran, sarana dan prasarana,
KTSP.
Adanya
penyelenggaraan
kepercayaan
media
informasi
pendidikan
kepada
dapat
stakeholders
program
meningkatkan
bahwa
sekolah
adalah lembaga yang bersih dan berwibawa. Media
informasi
dapat
berupa
dokumen
RKAS,
papan
informasi keuangan yang dipasang di kantor, papan
informasi
pembelajaran.
Penyampaian
informasi
program sekolah dilaksanakan melalui rapat antara
sekolah orang tua peserta didik dan komite. Berikut
petikan wawancara dengan salah satu Kepala Sekolah :
”Kami menyampaikan informasi program sekolah
kepada komite dan orang tua melalui rapat pleno
komite, orang tua dan sekolah, pada waktu pengambilan rapor. Disamping itu kami sampaikan melalui
alumni sekolah yang diundang secara khusus. Kami
menyediakan papan informasi keuangan dan prestasi
sekolah. Kami juga menyediakan papan informasi
kegiatan belajar siswa”. (W.II.a.3)
d. Tersedianya media informasi keberhasilan dan
kegagalan
program
sekolah.
Keberhasilan
dan
kegagalan program sekolah menjadi bagian yang harus
diketahui oleh pihak lain yang berkaitan dengan
penyelenggaraan sekolah. Kemudahan pihak terkait
mengetahui
hasil
proses
pendidikan
akan
memudahkan stakeholders memberikan masukan yang
membangun. Dari wawancara dan dokumen yang ada,
diperoleh keterangan bahwa sekolah memiliki dokumen
pencapaian
proram
sekolah.
Berikut
kutipan
wawancara dengan salah seorang kepala sekolah:
90
”... Kepada orang tua murid, sekolah menyampaikan pada saat pertemuan awal tahun bersama
komite sekolah. Sekolah menginformasikan tentang
keuangan, proses belajar mengajar, keadaan anakanak, dan mohon bantuan orang tua untuk
mengawasi belajar anak-anaknya di rumah“.
(W.I.a.3).
Hal yang sama diungkapkan oleh komite sekolah
sebagai berikut:
”... Pada saat tertentu, kami diundang untuk
diberitahu hal-hal yang berhubungan kegiatan
sekolah yang mungkin memerlukan pemecahan,
seperti ketika akan akreditasi, akan ujian, akan
mengikuti lomba. Beberapa kegiatan dan foto hasil
lomba dipasang pada papan informasi” (W.II.a.9)
“Program disampaikan kepada orang tua murid pada
saat rapat pleno bersama antara sekolah, komite
dan orang tua murid” (W.I.a.3)..
Berdasarkan temuan di atas diketahui bahwa
transparansi belum dapat dilaksanakan dengan baik.
Pada SDN Kategori I dan III baru melaksanakan dua
indikator transparansi yang indikator ke 3 (tersedianya
media informasi pelaksanaan program sekolah dan
indikator 4 (tersedianya media informasi keberhasilan
dan kegagalan program sekolah). Sementara SDN
Kategori II telah melaksanakan
ke-empat indikator
meskipun pada indikator 3 masih terbatas pada
informasi PBM.
2. Prinsip Akuntabilitas
Pelaksanaan MBS pada prinsip akuntabilitas
diidentifikasi
dokumen
berdasarkan
indikator
pertanggungjawaban
1)
teredianya
penyelenggaraan
sekolah; 2) tersedianya dokumen penyampaian hasil
91
yang dicapai sekolah kepada pihak terkait, 3) Usaha
yang ditempuh sekolah
pelaksanaan
sebagai tindak lanjut
program
sekolah.
Hasil
dan
dokumentasi disajikan sebagai berikut:
a.Tersedianya dokumen pertanggungjawaban penyelenggaraan sekolah. Sekolah telah mempertanggungjawabkan penyelenggaraan sekolah secara terbuka.
Pertanggungjawaban
sekolah
berhubungan
dengan
pengelolaan keuangan, pelaksanaan KTSP, personalia.
PBM, sarana orasarana. Pertanggungjawab keuangan
berjalan baik dengan adanya pelaporan penggunaan
keuangan dalam bentuk LPJ. Penggunaan dana BOS
dilaporkan
Pendidikan
kepada
dalam
mengantisipasi
pemerintah
bentuk
adanya
LPJ.
melalui
Sekolah
penyimpangan
Dinas
berusaha
penggunaan
anggaran dengan pengawasan pihak luar sekolah
seperti komite sekolah.
Hal ini dinyatakan dalam
petikan wawancara dengan salah satu kepala sekolah
sebagai berikut:
”Untuk keuangan sekolah kami laporkan dalam
bentuk
Laporan
Pertanggungjawaban
kepada
Pemerintah melalui Dinas Pendidikan Kabupaten
Semarang. Pada saat pertemuan wali murid kami
sampaikan secara umum alokasi penggunaan dana.
Kami juga menyediakan papan penggunaan dana
BOS untuk masing-masing kegiatan yang didanai
oleh BOS.(W.I.a.5). Untuk PBM kita sampaikan
kepada orang tua murid pada pertemuan awal
tahun tentang jadwal sekolah, buku-buku yang
harus dimiliki oleh murid, les, persiapan ujian dan
kegiatan penunjang proses belajar mengajar seperti
kegiatan ekstra kurikuler (W.I.a.6)
Dalam hal ini ketua komite sekolah menyatakan:
92
”Penggunaan keuangan sekolah dipalorkan kepada
komite melalui laporan akhir tahun dalam rapat
komite. Kami juga muah memperoleh informasi
keuangan kapan saja melalui papan keuangan
sekolah.(W.II.b.1)
Menurut
kami
pengelolaan
keuang-an berjalan terbuka. Kami diperkenankan
menanya-kan setiap saat kami menghendaki.
Laporan juga ditulis dalam papan penggunaan BOS.
Untuk dana dari orang tua, misalnya pembangunan
fisik sekolah kami melaksanakan bersama sekolah.
Untuk dana MBS, kami dilibatkan dalam
mengelola”.(W.II.b.2)
Hal
yang
senada
diungkapkan
pula
oleh
Pendidik:
”Kami menyampaikan hasil tes kepada peserta didik
untuk
ditandatangani
orang
tua
kemudian
dikumpulkan kembali sebagai dokumen portofolio.
Pada pembagian rapor kami sampaikan hal-hal yang
perlu mendapat perhatian orang tua” (W. III.b.3)
Dari indikator ini diketahui hahwa ketiga sekolah
mempertanggungjawabkan
penyelenggaraan
sekolah
kepada pihak terkait. Pertanggungjawaban yang lain
adalah adanya hasil yang dicapai sekolah dalam bentuk
prestasi sekolah. Dari dokumen yang ada diketahui
adanya LPJ, RKAS, daftar hadir dan notulen rapat
pleno sekolah, komite, dan orang tua peserta didik.
Dalam hal ini SDN Kategori I dan II
telah berhasil
mewujudkan prestasi sekolah yang cukup banyak di
bidang akademik dan non akademik. Namun pada SDN
Kategori III masih sangat minim. Hal ini terungkap
dalam wawancara sebagai berikut:
”Kami memiliki catatan hasil yang telah dicapai sekolah.
Misalnya catatan peringkat kelulusan, piagam kejuaraan, piala
kejuaraan, baik kejuaraan akademik maupun non akademik.”
(W.I.b.4) . Ada buku prestasi, piagam kejuaraan, piala kejuara-
93
an baik akademik maupun non akademik. Pada akhir tahun
diadakan rapat bersama komite untuk membahas program yang
belum terlaksana atau belum berhasil. (W.II.b.4). Ada buku
caatan kejuaraan yang diikuti anak-anak
dan piala kejuaraan” (W.III.b.4)
b. Tersedianya dokumen penyampaian hasil yang
dicapai
sekolah.
Berdasarkan
indikator
dokumen
penyampaian hasil yang dicapai sekolah kepada pihak
terkait,
sekolah
memiliki
dokumen
yang
dapat
dipertanggungjawabkan. Dokumen penyampaian hasil
dapat berupa dokumen laporan penggunaan keuangan,
PBM, dan pengadaan sarana yang diketahui pleh
komite
sekolah.
Sekolah
telah
mempertanggung-
jawabkan penggunaan keuangan kepada pihak terkait
secara terbuka. Penggunaan dana BOS dilaporkan
kepada pemerintah melalui Dinas Pendidikan dalam
bentuk LPJ Dalam pertanggungjawaban keuangan
sekolah
berusaha
semaksimal
mungkin
untuk
menghindari adanya penyimpangan penggunaan dana
sekolah.
Pertanggungjawaban
sebagaimana
terungkap
dalam
sekolah
wawancara
tersebut
dengan
salah satu kepala sekolah sebagai berikut:
”Pertanggungjawaban tertulis dalam bentuk SPJ BOS
tiap triwulan dan dilaporkan kepada pemerintah.
Setiap akhir tahun kita laporkan kepada komite.
Untuk keuangan dari orang tua murid, komite yang
melaksanakan. (W.II.b.1) ... Dalam hal keuangan,
komite mengetahui alur penggunaan keuangan dan
pelaporannya. Penggunaan keuangan tertuang dalam
RKA yang disusun bersama berdasarkan Juknis
Pemkab Semarang. Secara intern, bendahara
melaporkan keadaan keuangan setiap bulan.
Sedangkan dana MBS dari para peserta didik kami
pertanggungjawabkan setiap akhir tahun dalam rapat
pleno”
(W.II.b.2
94
Sejalan dengan pelaksanaan program sekolah,
penilaian oleh publik kepada sekolah mulai tumbuh.
Publik telah menyadari hak untuk menilai tentang
penyelenggaraan
sekolah.
Kritik
dari
stakeholders
berhubungan dengan kurangnya komunikasi (SDN
Kategori I dan III), masih adanya pelanggaran terhadap
peraturan yang berlaku SDN Kategori III. Dalam hal ini
kepala sekolah Kategori I menyebutkan dalam kutipan
wawancara sebagai berikut:
“... Kami pernah diingatkan untuk selalu mengadakan
komunikasi dengan orang tua murid setahun sekali
agar terjalin hubungan yang baik. Juga penataan
lingkungan masih harus diupayakan lebih rindang dan
bersih agar siswa nyaman belajar. Pernah orang tua
memprotes tentang penilaian salah seorang Pendidik,
karena dianggap tidak sesuai dengan apa yang
dicapai anaknya... ”.(W.I.b.5)
Sementara wawancara dengan komite sekolah
SDN Kategori III sebagaimana kutipan berikut:
”Tetapi pernah mengingatkan kepada kepala sekolah
tentang kedatangan Pendidik yang kurang sesuai
dengan waktu kedatangan dan waktu istirahat yang
terlalu lama ” (W.III.b.5)
c. Usaha yang ditempuh sekolah sebagai tindak lanjut
pelaksanaan program sekolah.. Bentuk pertanggungjawaban sekolah lainnya adalah adanya program tindak
lanjut tergadap pelaksanaan program sekolah. Ketiga
sekolah telah mennyusun kegiatan tindak lanjut dari
hasil yang telah dicapai. Dalam upaya meningkatkan
akuntabilitas penye-lenggaraan sekolah kepada publik,
sekolah
96
melakukan
evaluasi
dan
tindak
lanjut
berdasarkan hasil yang dicapai. Kebijakan yang diambil
disesuaikan dengan kondisi sekolah. Masing-masing
sekolah mengadakan kegiatan berdasarkan prioritas
tertentu. Akan tetapi pada umumnya berhubungan
dengan peningkatan prestasi hasil belajar, kegiatan
ekstrakurikuler. Salah satu kepala sekolah dan komite
sekolah mengungkapkan dalam wawancara sebagai
berikut:
”Saya rasa, kegiatan ekstra kurikuler seni tari sesuai
dengan kondisi masyarakat, karena masyarakat di
sini sengan dengan kesenian jawa. Setelah kami
mengadakan
kegiatan
seni
tari,
masyarakat
menyambut dengan senang”(W.III.b.7). ”Menurut saya
sudah sesuai dengan apa norma masyarakat, ya.
Contohnya program seni rebana, pakaian berjilbab
setiap hari , Berbahasa Jawa setiap hari Kamis. Kami
mendukung sekali” (W.II.b.7)
Berdasarkan
akuntabilitas
telah
temuan
di
dilaksanakan
atas,
prinsip
diketahui
bahwa
prinsip akuntabilitas telah berjalan dengan cukup baik,
terutama pada SDN Kategori I dan II. Hal ini ditandai
dengan adanya dokumen pertanggungjawaban berupa
RKAS
(RAPBS),
LPJ
keuangan,
program
sekolah,
catatan prestasi sekolah dalam beberapa kegiatan
lomba tingkat kecamatan, kabupaten, dan upaya
tindak lanjut pelaksanaan program sekolah. Sekolah
memiliki budaya mutu. Upaya pencegahan tindak
penyimpangan dan pelanggaran terhadap perundangan
diantisipasi dengan menanamkan ”Budaya Malu” dan
kutipan larangan dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil
(dokumen sekolah). Akan tetapi pada SDN Kategori III
97
terlihat adanya hambatan dalam hal komunikasi dan
kurangnya tenaga pendidik.
3. Prinsip Partisipasi Masyarakat.
Prinsip
partisipasi
masyarakat
diidentifikasi
berdasarkan indikator meningkatnya kontribusi/dedikasi stakeholders terhadap penyelenggaraan sekolah,
meningkatnya kuantitas dan kualitas kritik untuk
peningkatan mutu pendidikan, kepedulian stakeholders
terhadap setiap langkah yang dilakukan sekolah untuk
meningkaskan mutu.
a.
Kontribusi.dedikasi
stakesholders
meningkat
dalam hal jasa. Kontribusi stakeholders diungkap dari
adanya
dukungan
dalam
hal
jasa
(pemikiran,
keterampilan) finansial, moral, dan material/barang.
Adanya team work yang solid merupakan modal dalam
memberikan peluang kepada stakeholders mengupayakan
kemajuan
sekolah.
Kontribusi
stakeholders
berjalan dengan adanya dukungan baik moral maupun
material. Dukungan yang bersifat moral nampak ketika
komite bersama misalnya dalam penyusunan RKAS,
peningkatan mutu, mujahadah menjelang pelaksanaan
ujian nasional. Tokoh agama ikut memberi santunan
kepada anak yatim/piatu. Akan tetapi dukungan yang
berupa bantuan pembangunan fisik sekolah maksimal
karena
adanya
larangan
menarik
sumbangan
pengembangan institusi. Hal terungkap dari kutipan
wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut:
”Selama ini kontribusi komite masih terbatas pada
dukungan yang berbentuk bangunan fisik sekolah
98
seperti pembuatan selokan belakang sekolah untuk
mengantisipasi tergerusnya tanah oleh aliran parit.
Itupun harus melalui musyawarah yang sangat hatihati, karena adanya perbup bahwa sekolah kan
tidak dilarang menarik dana pengembangan
institusi.” (W.III.c.2)
Berikut petikan wawancara yang dilaksanakan
dengan kepala sekolah SDNKategori II:
” Terbukti warga yang memiliki kemampuan tilawah
bagus, kita ajak membimbing anak dalam sari
tilawah. Menjelang lomba kreatifitas siswa dan
pekanseni,
kita
undang
warga
ke
sekolah
membimbing anak mengolah enceng gondok. Mantan
penilik sekolah yang ahli macapat berkenan
membantu melatih anak belajar macapat menjelang
lomba dan ternyata berhasil menjadi juara. ...
(W.II.c.4 ) Untuk DIDU pernah ada pengusaha enceng
gondok membantu sekolah dalam mengadakan
kegiatan tengah semester dengan menyumbang
transportasi. Ada juga yang memberi hadiah uang
kepada tim sepak bola ketika menjadi juara tingkat
kecamatan dan menjadi donatur. ... Bahkan pada
bulan muharan, salah seorang warga berkenan
memberi sodakoh kepada anak-anak sekolah yang
sudah yatim/piatu”.(W.II.c.5)
Akan
tetapi
kontribusi
masyarakat
belum
nampak dengan dengan baik pada sekolah yang lain.
Hal ini terungkap dalam wawancara dengan kepala SDN
Kategori III:
”Untuk DIDU, Karang Taruna belum
keterlibatannya kepada sekolah (W.III.c.5)
nampak
Pada sisi lain, kontribusi pemikiran masih belum
bisa dilaksanakan dengan baik. Dalam hal penyusunan
Kurikulum,
sekolah
masih
mengalami
kesulitan,
sehingga belum melibatkan berbagai pihak. Namun
demikian, pelaksanaan SK dan KD disesuaikan dengan
99
kondisi lingkungan sekolah dengan memanfaatkan
sumber
daya
yang
ada.
Hal
disebabkan
karena
kurangnya kemampuan dan pengetahuan, sementara
KTSP merupakan hal yang baru. Kondisi tersebut
sebagaimana diungkapkan oleh kepala sekolah sebagai
berikut:
”Kami belum dapat melibatkan publik dalam
menyusun kurikulum sekolah karena terus terang
kami sendiri masih kesulitan. Kurikulum yang kami
pakai masih mengadopsi contoh kurikulum pada saat
sosialisasi KTSP...”(W.I.c.2) ”Keterlibatan masyarakat
masih sangat terbatas sekali karena menyusun
kurikulum memang sulit. Untuk itu sekolah masih
mengadopsi KTSP dari sekolah lain dengan
disesuaikan
kondisi
lingkungan
sekolah
dan
masyarakat. Kami menerima masukan dari komite
tentang kegiatan yang menjadi kekhasan lingkungan.
” (W.II.c.2) Kurikulum 2006 kan harus disusun oleh
sekolah bersama komite. Tetapi kami kesulitan untuk
menyusun kurikulum karena kurangmya pengalaman
dalam menysun kurikulum. Kami mengadopsi contoh
kurikulum pada waktu penataran dan kami
sesuaikan dengan kondisi sekolah dan lingkungan
sekolah W.III.c.2)
Berdasarkan
indikator
ini,
pada
umumnya
kontribusi stakeholders masih terbatas pada bantuan
yang bersifat fisik sekolah. Akan tetapi pada SDN
Kategori I dan II kontribusi stakeholders nampak juga
pada dukungan moral seperti adanya mujahadah
menjelang pelakanaan UN. Sedang pada SDN Kategori
II bahkan nampak adanya keterlibatan DIDU dalam
penyelenggaraan pendidikan. Sebagaimana diungkapkan oleh komite sekolah SDN Kategori II dalam
wawancara berikut.
100
”Untuk DIDU pernah ada pengusaha enceng gondok
membantu sekolah dalam mengadakan kegiatan
tengah semester dengan menyumbang transportasi.
Ada juga yang memberi hadiah uang kepada tim
sepak bola ketika menjadi juara tingkat kecamatan
dan menjadi donatur...” (W.II.c.5)
Akan tetapi keterlibatan DIDU belum nampak
pada SDN Kategori I dan III. Berikut kutipan wawanara
dengan kepala sekolah:
”Sekolah belum melibatkan karang taruna dan DIDU
dalam penyelenggaraan sekolah” (W.I.c.5) Kami
belum mengadaan kerja sama dengan organisasi
masyarakat seperti karang taruna, DIDU, atau tokoh
masyarakat. ... ”.(W.III.c.5).
b.
Meningkatnya kualitas dan kuantitas masukan
(kritik dan saran) untuk peningkatan mutu pendidikan.
Meningkatnya tanggungjawab stakeholders, diimbangi
pula dengan meningkatnya kritik terhadap sekolah.
Namun
secara
diberikan
kuantitas
kepada
saran
sekolah
dan
masih
kritik
yang
terbatas.
Meningkatnya kritik dan saran stakeholders akan
mendorong
menggunakan
haknya
menyampaikan
pendapat dalam proses perencanaan, pengambilan
keputusan,
sekolah.
pengawasan
menyangkut
kepentingan
Berikut kutipan wawancara menangkut
saran/kritik terhadap sekolah:
”...Oleh karena itu kami sarankan agar diupayakan
peningkatan mutu dan peningkatan disiplin. ...
Koordinasi sekolah dengan kami masih perlu
ditingkatkan.... ”(W.II.c.7)
Salah
satu
hal
yang
menjadi
perhatian
stakeholders untuk dikritisi adalah lemahnya sekolah
menjalin komunikasi. Lemahnya komunikasi antara
101
sekolah
dengan
stakeholders
dapat
menyebabkan
kurangnya kerjasama dalam proses penyelenggaraan
pendidikan. Hal terungkap dalam wawancara dengan
komite sekolah sebagai berikut:
”Sekolah harus selalu meningkatkan komunikasi
dengan warga, meningkatkan kerjasa sama dengan
masyarakat. Untuk keberhasilan sekolah jangan
malu bertanya kepada mantan anggota komite,
karena kami tahu persis karakter masyarakat kami.
Kalau kaku bisa digunakan untuk memukul, tapi
kalam lemas bisa untuk tali”. (W.I.c.7) ”Dalam rapatrapat, komite menyarankan untuk penataan tugas
secara tepat, penambahan waktu belajar/les,
memusatkan kegiatan untuk peningkatan hasil
belajar. Pernah terjadi salah seorang orang tua
murid datang ke sekolah menyampaikan kritikan
kepada sekolah mengenai perlakuan sekolah
terhadap anak-anak ”.(W.II.c.7)
c.
Meningkatnya kepedulian stakesholderts terhadap
setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk
meningkatkan mutu. Berdasarkan indikator kepedulian
stakeholders
terhadap
langkah-langkah
yang
dilaksanakan sekolah, diketahui bahwa stakeholders
memiliki rasa peduli yang cukup besar terhadap
penyelenggaraan sekolah. Dalam hal ini stakeholders
dapat
menerima
dilakukan
kebijakan/
sekolah
setiap
langkah
Meningkatnya
yang
kepedulian
stakeholders terhadap langkah yang diambil sekolah
menunjukkan
bahwa
antara
sekolah
mendapat
dukungan secara moral. Langkah yang diambil sekolah
semata-mata ditujukan untu meningkatkan mutu.
Jika mengacu pada MBS, semestinya usaha
peningkatan mutu menjadi suatu hal yang tidak boleh
ditinggalkan.
102
Namun
langkah
tersebut
belum
terlaksana
pada
semua
sekolah.
Berikut
kutipan
wawancara dengan salah satu komite skolah:
”Saya rasa untuk peningkatan mutu belum nampak.
Baru terbatas pada hasil ujian sekolah saja. Untuk
bidang yang lain belum kelihatan. Sekolah belum
memberdayakan warga masyarakat untuk membantu
menyelenggarakan pendidikan. Sebenarnya, masyarakat kami ada juga yang pandai menabuh gamelan,
karena kampung memiliki seperangkat alat musik
gamelan. Tapi kami belum pernah dihubungi oleh
seko-lah. Kami juga melatih rebana di kampung”
(W.III.c.3)
Kondisi ini menjadi salah satu sebab belum
tercapainya sasaran MBS. Akan tetapi pada objek
amatan
yang
lain
telah
memiliki
budaya
mutu.
Berdasarkan observasi diketahui adanya slogan untuk
meningkatkan
kedisiplinan
yaitu
“Budaya
Malu”.
Meningkatnya kedisiplinan menjadi salah satu upaya
sekolah
dalam
meningkatkan
mutu
sebagimana
diungkapkan salah seorang komite sekolah:
”...Oleh karena itu kami sarankan agar diupayakan
peningkatan mutu dan peningkatan disiplin. ...
”(W.II.c.7)
Dari paparan diatas dapat diketahui bahwa
berdasarkan prinsip Transparansi, Akuntabiitas, dan
Partisipasi belum dapat dilaksanakan dengan efektif.
Pada prinsip transparansi, SDN Kategori I dan II belum
dapat mencapai empat indikator. Namun pada SDN
Kategori II telah mencapai empat indokator meskipun
pada indikator media informasi pelaksanaan program
bagi masyarakat masih terbatas pada proses PBM.
Prinsip akutabilitas telak dilaksanakan cukup
baik di mana setiap objek amatan telah memiliki
dokumen
pertanggungjawaban
penyelenggaraan
103
sekolah, penyampaian hasil, dan tindak lanjut terhadap
pelaksanaan program sekolah. Akan tetapi salah sati
objek amatan belum dapat menunjukkan prestasi
sekolah sebagai bagian dari realisasi keberhasilan
penyelenggaraan program.
Prinsip
Partisipasi
belum
dapat
terlaksana
dengan baik. Kontribusi masyarakat masih sangat
sedikit dan tarbatas pada bantuan fisik sekolah.
Bantuan yang berupa pemikiran, keterampilan (jasa)
belum nampak pada semua objek amatan.
Secara ringkas ketercapaian indikator prinsip
pelaksanaan MBS disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.16 Ketercapaian Indikator Prinsip Transparansi
Manajemen, Akuntabilits, dan Partisipasi
Indikator
No
1
2
3
SD
SDN Kategori I
SDN Kategori II
SDN Kategori III
Transparansi
1 2 3 4
v v
v v v v
v v
Prinsip
Indikator
Akuntabilitas
1 2 3
v v v
v v v
v v v
Indikator
Partisipasi
1 2 3
v
v
v
v
v
v
v
D. Deskripsi Kinerja Pendidik
1.
Uji Coba Validitas dan Reliabilitas.
Uji
coba
dilaksanakan
untuk
mengetahui
kesahihan dan keterandalan alat ukur kinerja pendidik.
Data hasil uji coba diolah menggunakan
SPSS 17
dengan hasil sebagai berikut:
a.
Uji Validitas. Hasil uji validitas Instrumen Kinerja
Pendidik disajikan pada tabel berikut:
104
Tabel 4.17 Uji Coba Validitas Intrumen RPP
Aspek
Corrected ItemTotal Coorelation
Cronbach's Alpha
if Item Delled
Makna
RPP1
RPP2
RPP3
RPP4
RPP5
RPP6
RPP7
RPP8
RPP9
RPP10
RPP11
RPP12
RPP13
RPP14
RPP15
RPP16
RPP17
.689
.601
.700
.721
.581
.711
-.014
.655
.614
.517
.739
.379
.361
.227
.761
.112
.840
.891
.894
.890
.889
.894
.890
.906
.892
.893
.897
.888
.900
.901
.906
.888
.906
.886
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Tabel 4.18 Uji Coba Validitas Intrumen PBM
Aspek
PBM1
PBM2
PBM3
PBM4
PBM5
PBM6
PBM7
PBM8
PBM9
PBM10
PBM11
PBM12
PBM13
PBM14
PBM15
PBM16
PBM17
PBM18
Corrected ItemTotal Coorelation
.701
.886
.637
.809
.678
.065
.656
.835
.844
.610
.798
.813
.884
.854
.807
.872
.456
.609
Cronbach's Alpha
if Item Delled
.980
.979
.980
.980
.980
.981
.980
.979
.979
.980
.980
.980
.979
.979
.980
.979
.980
.980
Makna
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
105
PBM19
PBM20
PBM21
PBM22
PBM23
PBM24
PBM25
PBM26
PBM27
PBM28
PBM29
PBM30
PBM31
PBM32
PBM33
PBM34
PBM35
PBM36
PBM37
PBM38
PBM39
PBM40
PBM41
PBM42
PBM43
PBM44
PBM45
.743
.797
.687
.594
.608
.575
.809
.783
.677
.809
.676
.606
.682
.633
.746
.621
.849
.787
.757
.793
.702
.786
.941
.676
.403
.924
.565
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.980
.979
.980
.980
.980
.980
.980
.979
.980
.980
.979
.980
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 4.19 Uji Coba Validitas Intrumen Penilaian Hasil Belajar
Aspek
Pen. Hs.Ev.Bel 1
Pen. Hs.Ev.Bel 2
Pen. Hs.Ev.Bel 3
Pen. Hs.Ev.Bel 4
Pen. Hs.Ev.Bel 5
Pen. Hs.Ev.Bel 6
Pen. Hs.Ev.Bel 7
Pen. Hs.Ev.Bel 8
Pen. Hs.Ev.Bel 9
106
Corrected ItemTotal
Coorelation
.890
.760
.798
.732
.639
.846
.858
.894
.874
Cronbach's
Alpha
if Item Delled
.940
.947
.944
.948
.952
.941
.941
.939
.942
Makna
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 4.20 Uji Validitas Instrumen Analisis Hasil
Evaluasi Belajar
Aspek
AN.HS.BEL1
AN.HS.BEL2
AN.HS.BEL3
AN.HS.BEL4
AN.HS.BEL5
Corrected ItemTotal Coorelation
.660
.685
.816
.735
.738
Cronbach's Alpha
if Item Delled
.881
.862
.833
.852
.851
Makna
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 4.21 Uji Validitas Instrumen Perbaikan dan Pengayaan
Aspek
Perbaikan 1
Perbaikan 2
Perbaikan 3
Perbaikan 4
Perbaikan 5
Perbaikan 6
Perbaikan 7
Perbaikan 8
Perbaikan 9
Perbaikan 10
Perbaikan 11
Perbaikan 12
Perbaikan 13
Corrected ItemTotal Coorelation
.878
.690
.896
.798
.964
.976
.960
.976
.598
.805
.802
.964
.964
Berdasarkan
tabel
Cronbach's Alpha
if Item Delled
.973
.977
.974
.974
.971
.970
.971
.970
.978
.975
.974
.971
.971
hasil
uji
coba
Makna
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
validitas,
diperoleh nilai r yang lebih kecil dari batas validitas 0,3,
terdapat empat item yang tidak memenuhi kriteria
yaitu 0,014, 0,227, 0,112, pada aspek RPP 7, RPP 14,
dan RPP 16 serta 0,065 aspek PBM 6. Oleh karena itu
item-item tersebut tidak valid dan tidak dipergunakan
untuk mendeskripsikan Kinerja Pendidik.
b. Uji Reliabiltias. Berdasarkan hasil uji reliabilitas
dengan bantuan SPSS 17, diperoleh angka-angka
sebagai berikut:
107
Tabel 4. 22
Ringkasan Uji Coba Reliabilitas Instrumen Kinerja Pendidik
Variabel
RPP
PBM
Pen. Hasil Belajar
An. Hsl. Ev. Belajar
Perb. & Pengayaan
Koefisien Alpha
0,901
0,980
0,950
0,881
0,975
Batas
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
Makna
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Berdasarkan tabel uji coba reliabilitas istrumen
kinerja pendidik, diperoleh nilai r terendah 0.881 dan
tertinggi 0.980. N